BAB I PENDAHULUAN
A. Lata Latarr B Bel elak akan ang g Seiring dengan bertambahnya usia, fungsi organ dalam tubuh akan mengalami
penurunan, tidak terkecuali pada sistem genitourinaria. Adanya penurunan fungsi dari sistem genitourinaria ini dapat menyebabkan terjadinya inkontinensia. Inkontinensia adalah pengeluaran urin atau feses tanpa disadari dalam jumlah dan frekuensi yang cukup untuk mengakibat mengakibatkan kan masalah gangguan kesehatan atau social. social. Inkontinen Inkontinensia sia dapat berupa inkontinensia urin dan inkontinensia alvi. Inkontinensia urin adalah keluar keluarny nyaa urin urin yang yang tidak tidak terken terkendali dali pada pada waktu waktu yang yang tidak tidak dikehe dikehenda ndaki ki tanpa tanpa memperh memperhatik atikan an frekue frekuensi nsi dan jumlah jumlahny nya. a. Sedang Sedangkan kan inkont inkontine inensia nsia alvi alvi adalah adalah keluarnya feses pada waktu yang tidak dikehendaki dan lebih jarang ditemukan. Inkontinen Inkontinensia sia urin merupakan merupakan salah satu manifestasi manifestasi penyakit yang sering ditemukan pada pasien geriatri. Diperkirakan prevalensi inkontinensia urin berkisar antara 1!"#$ 1!"#$ usia lanjut di masyarakat dan %#&"#$ pasien geriatri yang dirawat dirawat di rumah rumah sakit sakit mengal mengalami ami inkont inkontine inensi nsiaa urin, urin, dan kemung kemungkin kinan an bertamb bertambah ah berat berat inkontinensia urinnya %&"#$ saat berumur '&() tahun. *etidakmamp *etidakmampuan uan mengontrol mengontrol pengeluaran pengeluaran urin atau feses atau inkontinensi inkontinensiaa jarang dikeluhkan oleh pasien atau keluarga karena dianggap dianggap sesuatu yang biasa, malu atau tabu untuk diceritakan pada orang lain maupun pada dokter, dianggap sesuatu yang wajar tidak perlu diobati. Inkontinensia urine ataupun alvi merupakan gejala yang menimbulkan gangguan kesehatan, sosial, psikologi serta dapat menurunkan kualitas hidup +ochani, %##%-. Inkont Inkontine inensi nsiaa urin urin atau alvi alvi yang yang dialami dialami oleh oleh pasien pasien dapat dapat menimb menimbulk ulkan an dampak dampak yang merugikan pada pasien, pasien, seperti gangguan gangguan kenyamanan kenyamanan karena pakaian pakaian basah terus, risiko terjadi dekubitus +luka pada daerah yang tertekan-, dan dapat menimb menimbulk ulkan an rasa rendah rendah diri diri pada pada pasien. pasien. Inkont Inkontine inensia nsia urin urin yang yang tidak tidak segera segera ditangani juga akan mempersulit rehabilitasi pengontrolan keluarnya urin +ariyati, %###-. /erd /erdas asar arka kan n hal hal ters terseb ebut ut di atas atas penu penuli liss akan akan memb membah ahas as meng mengen enai ai inkontinen inkontinensia sia urin dan alvi pada lansia agar dapat menambah pengetahuan pengetahuan pembaca serta serta mamp mampu u memb memberi erika kan n pena penang ngan anan an pada pada lans lansia ia yang yang meng mengal alam aminy inya, a, dan dan khususnya penanganan oleh perawat sebagai tenaga kesehatan melalui pemberian asuhan keperawatan gerontik. 1
B. Rumu Rumusa san n Mas Masal alah ah 1. Apa yang yang dimaksud dimaksud dengan dengan inkontin inkontinensia ensia urin urin dan inkonti inkontinensia nensia alvi0 alvi0 %. Apa saja klasifikasi klasifikasi dari dari inkontin inkontinensia ensia urin urin dan dan inkontine inkontinensia nsia alvi0 alvi0 ". Apa etiolog etiologii dari inkontinen inkontinensia sia urin urin dan inkontinen inkontinensia sia alvi0 alvi0 ). /agaimana /agaimana patofisio patofisiologi logi inkonti inkontinensia nensia urin dan dan inkontine inkontinensia nsia alvi0 alvi0 . Apa tanda tanda dan gejala inkon inkontinensi tinensiaa urin dan inkont inkontinensia inensia alvi0 '. Apa saja pemerik pemeriksaan saan penunjan penunjang g inkontinen inkontinensia sia urin dan dan inkontin inkontinensia ensia alvi0 alvi0 (. /aga /agaim iman anaa pena penata tala lak ksan sanaan aan pada ada lans lansia ia den dengan gan ink inkonti ontin nensi ensiaa urin urin dan
inkontinensia alvi0 . /agaimana /agaimana konsep konsep asuhan asuhan keperawatan keperawatan pada pada lansia lansia dengan inkon inkontinen tinensia sia urin dan dan inkontinensia alvi0 C. Tujuan juan Penu Penulis lisan an 1. 2ntuk mengetahui mengetahui pengerti pengertian an inkontinen inkontinensia sia urin dan dan inkontine inkontinensia nsia alvi. alvi. %. 2ntuk mengetahui mengetahui klasifika klasifikasi si dari inkonti inkontinensia nensia urin urin dan inkon inkontinens tinensia ia alvi. ". 2ntuk mengetahui mengetahui etiologi etiologi dari dari inkontin inkontinensia ensia urin urin dan inkonti inkontinensia nensia alvi. alvi. ). 2ntuk mengeta mengetahui hui patofisiolo patofisiologi gi inkontinen inkontinensia sia urin dan inkonti inkontinensia nensia alvi. alvi. . 2ntuk mengetahui mengetahui tanda tanda dan gejala gejala inkontin inkontinensia ensia urin urin dan inkont inkontinensi inensiaa alvi. '. 2ntuk 2ntuk mengeta mengetahui hui pemeriksa pemeriksaan an penunj penunjang ang inkontin inkontinensi ensiaa urin urin dan inkontin inkontinensi ensiaa alvi (. 2ntuk 2ntuk mengetahu mengetahuii penatal penatalaks aksanaa anaan n pada pada lansia lansia dengan dengan inkont inkontine inensi nsiaa urin urin dan inkontinensia alvi. . 2ntu 2ntuk k meng menget etah ahui ui dan dan mampu mampu mene menera rapk pkan an kons konsep ep asuha asuhan n kepe keperaw rawat atan an pada pada lansia dengan inkontinensia urin dan inkontinensia alvi.
BAB II PEMBAHASAN
I.
!NSEP TE!RI IN IN!NTINENSIA URIN A. Peng Penger erti tian an
Inkontinensia urin merupakan kehilangan kontrol berkemih yang bersifat sementara atau menetap. *lien tidak dapat mengontrol sfingter uretra eksterna. 3erembesnya urine dapat berlangsung terus menerus atau sedikit sedikit +4otter dan 4erry, %##-.
%
3enurut idayat +%##'-, inkontinensia urin merupakan ketidakmampuan otot sfingter eksternal sementara atau menetap untuk mengontrol ekskresi urin. Secara umum penyebab inkontinensia dapat berupa proses penuaan, pembesaran kelenjar prostat, penurunan kesadaran, dan penggunaan obat narkotik atau sedatif. Inkontinensia urin yang dialami oleh pasien dapat menimbulkan dampak yang merugikan pada pasien, seperti gangguan kenyamanan karena pakaian basah terus, risiko terjadi dekubitus +luka pada daerah yang tertekan-, dan dapat menimbulkan rasa rendah diri pada pasien. Inkontinensia urin yang tidak segera ditangani juga akan mempersulit rehabilitasi pengontrolan keluarnya urin +ariyati, %###-. Inkontinensia urine merupakan eliminasi urine dari kandung kemih yang tidak terkendali atau terjadi diluar keinginan +/runner and Suddarth, %##%-. Inkontinensia urine didefinisikan sebagai keluarnya urine yang tidak terkendali pada waktu yang tidak dikehendaki tanpa memperhatikan frekuensi dan jumlahnya,yang mengakibatkan masalah social dan higienis penderitanya +5*2I, %##'-. B. lasi"ikasi
Adapun tipe&tipe inkontinensia urin menurut ida yat +%##'-6 #enis Ink$ntinensia Urin Ink$ntinensia %$r$ngan
De"inisi *eadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran
urin tanpa sadar, terjadi segera setelah merasa dorongan yang kuat setelah berkemih. Inkontinensia dorongan ditandai dengan seringnya terjadi miksi +miksi lebih dari % jam sekali- dan spame kandung kemih +idayat, %##'-. 4asien Inkontinensia
dorongan mengeluh tidak dapat
menahan kencing segera setelah timbul sensasi ingin kencing. *eadaan ini disebabkan otot detrusor sudah mulai mengadakan kontraksi pada saat Ink$ntinensia t$tal
kapasitas kandung kemih belum terpenuhi. *eadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran urin
yang
terus
menerus
dan
tidak
dapat
diperkirakan. *emungkinan penyebab inkontinensia total antara lain6 disfungsi neorologis, kontraksi "
independen
Ink$ntinensia stress
dan
refleks
pembedahan,
trauma
mempengaruhi
saraf
atau medulla
detrusor penyakit
karena yang
spinalis, fistula,
neuropati. tipe ini ditandai dengan adanya urin menetes dengan peningkatan tekanan abdomen, adanya dorongan berkemih, dan sering miksi. Inkontinensia stress terjadi disebabkan otot spingter uretra tidak dapat menahan keluarnya urin yang disebabkan meningkatnya tekanan di abdomen secara tiba&tiba. 4eningkatan tekanan abdomen dapat terjadi sewaktu batuk, bersin, mengangkat benda yang berat,
Ink$ntinensia re"le&
tertawa. *eadaan di mana seseorang mengalami pengeluaran urin yang tidak dirasakan. Inkontinensia tipe ini kemungkinan disebabkan oleh adanya kerusakan neurologis +lesi medulla spinalis-. Inkontinensia refleks ditandai dengan tidak adanya dorongan untuk berkemih, merasa bahwa kandung kemih penuh, dan kontraksi atau spasme kandung
Ink$ntinensia "ungsi$nal
kemih tidak dihambat pada interval teratur keadaan seseorang yang mengalami pengeluaran urin
secara
tanpa
disadari
dan
tidak
dapat
diperkirakan. *eadaan inkontinensia ini ditandai dengan tidak adanya dorongan untuk berkemih, merasa bahwa kandung kemih penuh, kontraksi kandung kemih cukup kuat untuk mengeluarkan urin
C. Eti$l$gi Seiring dengan bertambahnya usia, ada beberapa perubahan pada
anatomi dan fungsi organ kemih, antara lain6 melemahn'a $t$t %asar (anggul akibat kehamilan berkali&kali, kebiasaan mengejan yang salah, atau batuk kronis. Ini mengakibatkan seseorang tidak dapat menahan air seni. Selain itu, adanya kontraksi +gerakan- abnormal dari dinding kandung kemih, sehingga walaupun )
kandung kemih baru terisi sedikit, sudah menimbulkan rasa ingin berkemih. 4enyebab Inkontinensia 2rine +I2- antara lain terkait dengan gangguan di saluran kemih bagian bawah, efek obat&obatan, produksi urin meningkat atau adanya gangguan kemampuan7keinginan ke toilet. 8angguan saluran kemih bagian bawah bisa karena in"eksi. 9ika terjadi infeksi saluran kemih, maka tatalaksananya adalah terapi antibiotika. Apabila vaginitis atau uretritis atrofi penyebabnya, maka dilakukan terapi estrogen topical.
:erapi
perilaku
harus
dilakukan
jika
pasien
baru
menjalani
prostatektomi. Dan, bila terjadi impaksi feses, maka harus dihilangkan misalnya dengan makanan kaya serat, mobilitas, asupan cairan yang adekuat, atau jika perlu penggunaan laksatif. Inkontinensia 2rine juga bisa ter jadi karena (r$%uksi urin )erle)ih karena berbagai sebab. 3isalnya gangguan metabolik, seperti
diabetes melitus, yang harus terus dipantau. Sebab lain adalah asupan cairan yang berlebihan yang bisa diatasi dengan mengurangi asupan cairan yang bersifat diuretika seperti kafein. *agal jantung k$ngesti" juga bisa menjadi faktor penyebab produksi urin meningkat dan harus dilakukan terapi medis yang sesuai. 8angguan kemampuan ke toilet bisa disebabkan oleh penyakit kronik, trauma, atau gangguan mobilitas. 2ntuk mengatasinya penderita harus diupayakan ke toilet secara teratur atau menggunakan substitusi toilet. Apabila penyebabnya adalah masalah (sik$l$gis, maka hal itu harus disingkirkan dengan terapi non
farmakologik atau farmakologik yang tepat. 4asien lansia, kerap meng$nsumsi $)at+$)atan tertentu karena penyakit yang dideritanya. 9ika kondisi ini yang terjadi, maka penghentian atau penggantian obat jika memungkinkan, penurunan dosis atau modifikasi jadwal pemberian obat. 8olongan obat yang berkontribusi pada I2, yaitu diuretika, antikolinergik, analgesik, narkotik, antagonis adrenergic alfa, agonic adrenergic alfa, A;< inhibitor, dan kalsium antagonik. 8olongan psikotropika seperti antidepresi, antipsikotik, dan sedatif hipnotik juga memiliki andil dalam I2. a"ein %an al,$h$l juga berperan dalam terjadinya mengompol. Selain hal&hal
yang disebutkan diatas inkontinensia urine juga terjadi akibat kelemahan otot dasar panggul, karena kehamilan- (as,a melahirkan- kegemukan $)esitas/men$(ause- usia lanjut- kurang akti0itas %an $(erasi 0agina . 4enambahan berat dan tekanan selama kehamilan dapat menyebabkan
melemahnya otot dasar panggul karena ditekan selama sembilan bulan. 4roses
persalinan juga dapat membuat otot&otot dasar panggul rusak akibat regangan otot dan jaringan penunjang serta robekan jalan lahir, sehingga dapat meningkatkan risiko terjadinya inkontinensia urine. Dengan menurunnya kadar hormon estrogen pada wanita di usia menopause +# tahun ke atas-, akan terjadi penurunan tonus otot vagina dan otot pintu saluran kemih +uretra-, sehingga menyebabkan terjadinya inkontinensia urine. 5aktor risiko yang lain adalah obesitas atau kegemukan, riwayat operasi kandungan dan lainnya juga berisiko mengakibatkan
inkontinensia.
Semakin
tua
seseorang
semakin
besar
kemungkinan mengalami inkontinensia urine, karena terjadi perubahan struktur kandung kemih dan otot dasar panggul +Darmojo, %##=-.
D. Pat$"isi$l$gi
4ada lanjut usia inkontinensia urin berkaitan erat dengan anatomi dan fisiologis juga dipengaruhi oleh faktor fungsional, psikologis dan lingkungan. 4ada tingkat yang paling dasar, proses berkemih diatur oleh reflek yang berpusat di pusat berkemih disacrum. 9alur aferen membawa informasi mengenai volume kandung kemih di medulla spinalis +Darmojo, %###-. 4engendalian kandung kencing dan sfinkter diperlukan agar terjadi pengeluaran urin secara kontinen.
4engendalian memerlukan kegiatan otot
normal diluar kesadaran dan yang didalam kesadaran yang dikonrdinasi oleh refleks urethrovsien urinaris. /ila terjadi pengisian kandung kencing tekanan '
didalam kandung kemih meningkat.
>tot detrusor +lapisan yang tiga dari
dinding kencing- memberikan respon dengan relaksasi agar memperbesar volume daya tampung. /ila sampai %## ml urin daya rentang reseptor yang terletak pada dinding kandung kemih mendapat rangsangan.
Stimulus
ditransmisikan lewat serabut reflek eferen ke lengkungan pusat refleks untuk meksitrurisasi.
Impuls kemudian disalurkan melalui serabut eferen dari
lengkungan refleks ke kandung kemih, menyebabkan kontraksi otot detrusor. Sfinkter interna yang dalam keadaan normal menutup, serentak bersama sama membuka dan urin masuk ke uretra posterior. elaksasi sfinkter eksterna dan otot pariental mengkuti dan isi kandung kemih keluar. 4elaksanaaan kegiatan refleks
bisa mengalami
interupsi
dan
berkemih ditangguhkan melalui
dikeluarkannya impuls inhibitor dari pusat kortek yang berdampak kontraksi diluar kesadaran dan sfinkter eksterna.
/ila disalah satu bagian mengalami
kerusakan maka akan dapat mengakibatkan inkontenensia E. Mani"estasi linis :anda&tanda Inkontinensia 2rine menurut +Alimul A?is, %##'1- Inkontinensia Dorongan
a-
Sering miksi
b- Spasme kandung kemih %- Inkontinensia total a- Aliran konstan terjadi pada saat tidak diperkirakan. b- :idak ada distensi kandung kemih. c- @okturia dan 4engobatan Inkontinensia tidak berhasil. "- Inkontinensia stres a- Adanya urin menetes dan peningkatan tekanan abdomen. b- Adanya dorongan berkemih. c- Sering miksi. d- >tot pelvis dan struktur penunjang lemah. )- Inkontinensia refleks a- :idak dorongan untuk berkemih. b- 3erasa bahwa kandung kemih penuh. c- *ontraksi atau spesme kandung kemih tidak dihambat pada interval. - Inkontinensia fungsional a- Adanya dorongan berkemih. b- *ontraksi kandung kemih cukup kuat untuk mengeluarkan urin. 1. Pemeriksaan Penunjang 2rinalisis
(
Digunakan untuk melihat apakah ada bakteri, darah dan glukosa dalam urine.
2roflowmeter Digunakan untuk mengevaluasi pola berkemih dan menunjukkan obstruksi pintu bawah kandung kemih dengan mengukur laju aliran •
ketika pasien berkemih. ;ysometry Digunakan untuk mengkaji fungsi neuromuskular kandung kemih dengan mengukur efisiensi refleks otot destrusor, tekana dan kapasitas
•
intravesikal, dan reaksi kandung kemih terhadap rangsangan panas. 2rografi ekskretorik Disebut juga pielografi intravena, digunakan untuk mengevaluasi struktur dan fungsi ginjal, ureter dan kandung kemih. 2rografi ekskretori bawah
•
kandung kemih dengan mengukur laju aliran ketika pasien berkemih. *ateterisasi residu pascakemih Digunakan untuk menentukan luasnya pengosongan kandung kemih dan jumlah urine yang tersisa dalam kandung kemih setelah pasien berkemih.
*. Penatalaksanaan 4enatalaksanaan inkontinensia urin adalah untuk mengurangi faktor resiko,
mempertahankan homeostasis, mengontrol inkontinensia urin, modifikasi lingkungan, medikasi, latihan otot pelvis dan pembedahan. Dari beberapa hal tersebut di atas, dapat dilakukan sebagai berikut 6 a. 4emanfaatan kartu catatan berkemih yang dicatat pada kartu tersebut misalnya waktu berkemih dan jumlah urin yang keluar, baik yang keluar secara normal, maupun yang keluar karena tak tertahan, selain itu dicatat pula waktu, jumlah dan jenis minuman yang diminum. b. :erapi non farmakologi Dilakukan dengan mengoreksi penyebab yang mendasari timbulnya inkontinensia urin, seperti hiperplasia prostat, infeksi saluran kemih, diuretik, gula darah tinggi, dan lain&lain. Adapun terapi yang dapat dilakukan adalah 6 3elakukan latihan menahan kemih +memperpanjang interval waktu berkemih- dengan teknik relaksasi dan distraksi sehingga frekwensi berkemih '&( 7hari. Bansia diharapkan dapat menahan keinginan untuk berkemih bila belum waktunya. Bansia dianjurkan untuk berkemih pada interval waktu tertentu, mula&mula setiap jam, selanjutnya diperpanjang
secara bertahap sampai lansia ingin berkemih setiap %&" jam. 3embiasakan berkemih pada waktu&waktu yang telah ditentukan sesuai dengan kebiasaan lansia. 4romted voiding dilakukan dengan cara mengajari lansia mengenal kondisi berkemih mereka serta dapat memberitahukan petugas atau pengasuhnya bila ingin berkemih. :eknik ini dilakukan pada lansia dengan gangguan fungsi kognitif +berpikir-. 3elakukan latihan otot dasar panggul dengan mengkontraksikan otot dasar panggul secara berulang&ulang. Adapun cara&cara mengkontraksikan otot dasar panggul tersebut adalah dengan cara 6 /erdiri di lantai dengan kedua kaki diletakkan dalam keadaan terbuka, kemudian pinggul digoyangkan ke kanan dan ke kiri C 1# kali, ke depan ke belakang C 1# kali. 8erakan seolah&olah memotong feses pada saat kita buang air besar dilakukan C 1# kali. al ini dilakukan agar otot dasar panggul menjadi lebih kuat dan urethra dapat tertutup dengan baik. c. :erapi farmakologi >bat&obat yang dapat diberikan pada inkontinensia urgen adalah antikolinergik
seperti Oxybutinin, Propantteine, Dicylomine,
flavoate,
Imipramine. 4ada inkontinensia stress diberikan alfa adrenergic agonis, yaitu pseudoephedrine
untuk
meningkatkan
retensi
urethra.
4ada sfingter
relax diberikan kolinergik agonis seperti Bethanechol atau alfakolinergik antagonis seperti prazosin untuk stimulasi kontraksi, dan terapi diberikan secara singkat. d. :erapi pembedahan :erapi ini dapat dipertimbangkan pada inkontinensia tipe stress dan urgensi, bila terapi non farmakologis dan farmakologis tidak berhasil. Inkontinensia tipe
overflow umumnya
memerlukan
tindakan
pembedahan
untuk
menghilangkan retensi urin. :erapi ini dilakukan terhadap tumor, batu, divertikulum, hiperplasia prostat, dan prolaps pelvic +pada wanita-. e. 3odalitas lain Sambil melakukan terapi dan mengobati masalah medik yang menyebabkan inkontinensia urin, dapat pula digunakan beberapa alat bantu bagi lansia yang mengalami inkontinensia urin, diantaranya adalah pampers, kateter. f. 4emantauan Asupan ;airan 4ada orang dewasa minimal asupan cairan adalah 1## ml perhari dengan rentan yang lebih adekuat antara %## dan "## ml perhari dengan asumsi tidak ada kondisi kontraindikasi. Bansia yang kontinen dapat membatasi asupan cairan secara tidak tepat untuk mencegah kejadian& =
kejadian yang memalukan. 4engurangan asupan cairan sebelum waktu tidur dapat mengurangi inkontinensia pada malam hari, tetapi cairan harus diminum lebih banyak selama siang hari sehingga total asupan cairan setiap harinya tetap sama. II.
!NSEP
ASUHAN
EPERA2ATAN
IN!NTINENSIA URIN A. PEN*A#IAN Adapun data&data
PADA
yang akan dikumpulkan
LANSIA
DEN*AN
dikaji pada asuhan
keperawatan klien dengan diagnosa medis Inkontinensia 2rine 6 1- Identitas *lien 3eliputi nama, jenis kelamin, umur, agama7kepercayaan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, alamat, diagnosa medis. %- *eluhan 2tama 4ada kelayan Inkontinensia 2rine keluhan&keluhan yang ada adalah nokturia, urgence, disuria, poliuria, oliguri, dan staguri. "- iwayat 4enyakit Sekarang 3emuat tentang perjalanan penyakit sekarang sejak timbul keluhan, usaha yang telah dilakukan untuk mengatasi keluhan. )- iwayat 4enyakit Dahulu Adanya penyakit yang berhubungan dengan IS* +Infeksi Saluran *emihyang berulang. penyakit kronis yang pernah diderita. - iwayat 4enyakit keluarga Apakah ada penyakit keturunan dari salah satu anggota keluarga yang menderita penyakit Inkontinensia 2rine, adakah anggota keluarga yang menderita D3, ipertensi. '- 4emeriksaan 5isik 4emeriksaan 5isik yang digunakan adalah /1&/' 6 a- /1 (breathing) *aji pernapasan adanya gangguan pada pola nafas, sianosis karena suplai oksigen menurun. kaji ekspansi dada, adakah kelainan pada perkusi. b- /% (blood) :erjadi peningkatan tekanan darah, biasanya pasien bingung dan gelisah c- /" (brain) *esadaran biasanya sadar penuh d- /) (bladder) Inspeksi 6periksa warna, bau, banyaknya urine biasanya bau menyengat karena adanya aktivitas mikroorganisme +bakteri- dalam kandung kemih serta disertai keluarnya darah apabila ada lesi pada bladder, pembesaran daerah supra pubik lesi pada meatus uretra, banyak kencing dan nyeri 1#
saat berkemih menandakan disuria akibat dari infeksi, apakah klien terpasang kateter sebelumnya. 4alpasi 6 asa nyeri di dapat pada daerah supra pubik 7 pelvis, seperti rasa terbakar di uretra luar sewaktu kencing 7 dapat juga di luar waktu kencing. e- / (bowel) /ising usus adakah peningkatan atau penurunan, Adanya nyeri tekan abdomen, adanya ketidaknormalan perkusi, adanya ketidaknormalan palpasi pada ginjal. f- /' (bone) 4emeriksaan kekuatan otot dan membandingkannya dengan ekstremitas yang lain, adakah nyeri pada persendian. B. DIA*N!SA EPERA2ATAN 1- 8angguan eliminasi urin berhubungan dengan tidak adanya sensasi untuk
berkemih dan kehilangan kemampuan untuk menghambat kontraksi kandung kemih %- esiko infeksi berhubungan dengan
pemasangan kateter dalam waktu
yang lama. "- esiko kerusakan integitas kulit yang berhubungan dengan irigasi konstan oleh urine. )- esiko kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat C. INTER3ENSI Diagnosa 1 8angguan eliminasi urin berhubungan dengan tidak adanya sensasi untuk
berkemih dan kehilangan kemampuan untuk menghambat kontraksi kandung kemih. :ujuan6 setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien akan bisa melaporkan suatu pengurangan 7 penghilangan inkontinensia. *riteria asil6 *lien dapat menjelaskan penyebab inkonteninsia dan rasional penatalaksanaan. Intervensi 6 1. *aji kebiasaan pola berkemih dan gunakan catatan berkemih sehari. 6 /erkemih yang sering dapat mengurangi dorongan beri distensi kandung kemih %. Ajarkan untuk membatasi masukan cairan selama malam hari 6 4embatasan cairan pada malam hari dapat mencegah terjadinya enurasis ". /ila masih terjadi inkontinensia kurangi waktu antara berkemih yang telah direncanakan 11
6 *apasitas kandung kemih mungkin tidak cukup untuk menampung volume urine sehingga diperlukan untuk lebih sering berkemih. ). Instruksikan klien batuk dalam posisi litotomi, jika tidak ada kebocoran, ulangi dengan posisi klien membentuk sudut ), lanjutkan dengan klien berdiri jika tidak ada kebocoran yang lebih dulu. 6 2ntuk membantu dan melatih pengosongan kandung kemih. . 4antau masukan dan pengeluaran, pastikan klien mendapat masukan cairan %### ml, kecuali harus dibatasi. 6 idrasi optimal diperlukan untuk mencegah IS* dan batu ginjal. '. *olaborasi dengan dokter dalam mengkaji efek medikasi dan tentukan kemungkinan perubahan obat, dosis 7 jadwal pemberian obat untuk menurunkan frekuensi inkonteninsia. Diagnosa %
esiko infeksi berhubungan dengan inkontinensia, imobilitas dalam waktu yang lama. :ujuan6 setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat berkemih dengan nyaman. *riteria asil 6 2rine jernih, urinalisis dalam batas normal, kultur urine menunjukkan tidak adanya bakteri. Intervensi 6 1. /erikan perawatan perineal dengan air sabun setiap shift. 9ika pasien inkontinensia, cuci daerah perineal sesegera mungkin. 6 2ntuk mencegah kontaminasi uretra. %. 9ika di pasang kateter indwelling, berikan perawatan kateter % sehari +merupakan bagian dari waktu mandi pagi dan pada waktu akan tidurdan setelah buang air besar. 6 *ateter memberikan jalan pada bakteri untuk memasuki kandung kemih dan naik ke saluran perkemihan. ". Ikuti kewaspadaan umum +cuci tangan sebelum dan sesudah kontak langsung, pemakaian sarung tangan-, bila kontak dengan cairan tubuh atau
darah
yang
terjadi
+memberikan
perawatan
perianal,
pengosongan kantung drainase urine, penampungan spesimen urine-. 4ertahankan
teknik aseptik
bila melakukan kateterisasi,
bila
mengambil contoh urine dari kateter indwelling. 6 2ntuk mencegah kontaminasi silang. ). *ecuali dikontra indikasikan, ubah posisi pasien setiap %jam dan anjurkan masukan sekurang&kurangnya %)## ml 7 hari. /antu melakukan ambulasi sesuai dengan kebutuhan. 6 2ntuk mencegah stasis urine. 1%
. Bakukan tindakan untuk memelihara asam urine. :ingkatkan masukan sari buah berri. • /erikan obat&obat, untuk meningkatkan asam urine. • 6 Asam urine menghalangi tumbuhnya kuman. *arena jumlah sari buah berri diperlukan untuk mencapai dan memelihara keasaman urine. 4eningkatan masukan cairan sari buah dapat berpengaruh dalam pengobatan infeksi saluran kemih.
Diagnosa "
esiko kerusakan integitas kulit yang berhubungan dengan irigasi konstan oleh urine :ujuan6 setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keruskan integritas kulit teratasi. *riteria asil 6 9umlah bakteri 1##.###7ml. − *ulit periostomal tetap utuh. − Suhu "(E ;. − 2rine jernih dengan sedimen minimal. − Intervensi 6 1. 4antau penampilan kulit periostomal setiap jam. 6 2ntuk mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan. %. 8anti wafer stomehesif setiap minggu atau bila bocor terdeteksi. Fakinkan kulit bersih dan kering sebelum memasang wafer yang baru. 4otong lubang wafer kira&kira setengah inci lebih besar dar diameter stoma untuk menjamin ketepatan ukuran kantung yang benar&benar
menutupi
kulit
periostomal.
*osongkan
kantung
urostomi bila telah seperempat sampai setengah penuh. 6 4eningkatan berat urine dapat merusak segel periostomal, memungkinkan kebocoran urine. 4emajanan menetap pada kulit periostomal terhadap asam urine dapat menyebabkan kerusakan kulit dan peningkatan resiko infeksi. Diagnosa )
esiko kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat. :ujuan6 Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan volume cairan seimbang 1"
*riteria asil 6 pengeluaran urine tepat, berat badan # kg Intervensi 1. Awasi ::G 6 4engawasan invasive diperlukan untuk mengkaji volume intravascular, khususnya pada pasien dengan fungsi jantung buruk. %. ;atat pemasukan dan pengeluaran 6 2ntuk menentukan fungsi ginjal, kebutuhan penggantian cairan dan penurunan resiko kelebihan cairan ". Awasi berat jenis urine 6 2ntuk mengukur kemampuan ginjal dalam mengkonsestrasikn urine ). /erikan minuman yang disukai sepanjang %) jam 6 3embantu periode tanpa cairan, meminimalkan kebosanan pilihan yang terbatas dan menurunkan rasa haus . :imbang // setiap hari 6 2ntuk mengawasi status cairan D. IMPLEMENTASI Implementasi dilakukan berdasarkan intervensi keperawatan yang telah dibuat. E. E3ALUASI
kemampuan dalam 6 a- 3iksi dengan normal, ditunjukkan dengan kemampuan berkemih sesuai dengan asupan cairan dan pasien mampu berkemih tanpa menggunakan obat, kompresi pada kandung kemih atau kateter b- 3empertahankan intergritas kulit, ditunjukkan dengan adanya perineal kering tanpa inflamasi dan kulit di sekitar uterostomi kering. c- 3emerikan rasa nyaman, ditunjukkan dengan berkurangnya disuria, tidak ditemukan adanya distensi kandung kemih dan adanya ekspresi senang. %/ 3elakukan /ladder training, ditunjukkan dengan berkurangnya frekuensi inkontinensia dan mampu berkemih di saat ingin berkemih.
III.
!NSEP TE!RI IN!NTINENSIA AL3I A. Pengertian Ikontinensia alvi adalah ketidakmampuan untuk mengontrol buang air
besar, menyebabkan feses bocor tidak terduga dari dubur. Inkontinensia alvi juga disebut inkontinensia usus. Inkontinensia alvi adalah ketidakmampuan seseorang dalam menahan dan mengeluarkan tinja pada waktu dan tempat yang tepat. 1)
Inkontinensia alvi adalah keadaan individu yang mengalami perubahan kebiasaan dari proses defekasi normal mengalami proses pengeluaran feses tak disadari,atau hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses dan gas melalui spingter akibat kerusakan sfingter. B. lasi"ikasi /erdasarkan etiologinya, inkontinensia alvi dapat dibagi menjadi ) kelompok
+4ranarka, %###-6 1. Inkontinensia alvi akibat konstipasi %. Inkontinensia alvi simtomatik ". Inkontinensia alvi neurogenik ). Inkontinensia alvi akibat hilangnya refleks anal C. Eti$l$gi 4enyebab utama timbulnya inkontinensia alvi adalah masalah sembelit,
penggunaan pencahar yang berlebihan, gangguan saraf seperti dimensia dan stroke, serta gangguan kolorektum seperti diare, neuropati diabetik, dan kerusakan sfingter rektum. 4enyebab inkontinensia alvi dapat dibagi menjadi empat kelompok +/rock Behurst dkk, 1=(H *ane dkk,1==-6 4. Inkontinensia alvi akibat konstipasi >bstipasi yang berlangsung lama dapat mengakibatkan sumbatan atau impaksi dari massa feses yang keras +skibala-. 3assa feses yang tidak dapat keluar ini akan menyumbat lumen bawah dari anus dan menyebabkan perubahan dari besarnya sudut ano&rektal. *emampuan sensor menumpul dan tidak dapat membedakan antara flatus, cairan atau feses. Akibatnya feses yang cair akan merembes keluar +broklehurst dkk, 1=(-. Skibala yang terjadi juga akan menyebabkan iritasi pada mukosa rektum dan terjadi produksi cairan dan mukus, yang selanjutnya melalui sela ! sela dari feses yang impaksi akan keluar dan terjadi inkontinensia alvi +kane dkk, 1==-. %. Inkontinensia alvi simtomatik, yang berkaitan dengan penyakit pada usus besar Inkontinensia alvi simtomatik dapat merupakan penampilan klinis dari macam ! macam kelainan patologik yang dapat menyebabkan diare. *eadaan ini mungkin dipermudah dengan adanya perubahan berkaitan dengan bertambahnya usia dari proses kontrol yang rumit pada fungsi sfingter terhadap feses yang cair, dan gangguan pada saluran anus bagian 1
atas dalam membedakan flatus dan feses yang cair +broklehurst dkk, 1=(4enyebab yang paling umum dari diare pada lanjut usia adalah obat ! obatan, antara lain yang mengandung unsur besi, atau memang akibat pencahar +broklehurst dkk, 1=(6 obert ! :homson". Inkontinensia alvi akibat gangguan kontrol persyarafan dari proses defekasi +inkontinensia neurogenikInkontinensia alvi neurogenik terjadi
akibat
gangguann
fungsi
menghambat dari korteks serebri saat terjadi regangan atau distensi rektum. 4roses normal dari defekasi melalui reflek gastro&kolon. /eberapa menit setelah makanan sampai di lambung7gaster, akan menyebabkan pergerakan feses dari kolon desenden ke ara h rekum. Distensi rektum akan diikuti relaksasi sfingter interna. Dan seperti halnya kandung kemih, tidak terjadi kontraksi intrinsik dari rektum pada orang dewasa normal, karena ada inbisi atau hambatan dari pusat di korteks serebri +broklehurst dkk, 1=(-. ). Inkontinensia alvi karena hilangnya reflek anal Inkontinensia alvi ini terjadi akibat karena hilangnya refleks anal, disertai kelemahan otot&otot seran lintang. 4arks, enry dan Swash dalam penelitiannya +seperti dikutip oleh broklehurst dkk, 1=(-, menunjukkan berkurangnya unit ! unit yang berfungsi motorik pada otot ! otot daerah sfingter dan pubo&rektal, keadaan ini menyebabkan hilangnya reflek anal, berkurangnya sensasi pada anus disertai menurunnya tonus anus. al ini dapat berakibat inkontinensia alvi pada peningkatan tekanan intra abdomen dan prolaps dari rektum. 4engelolaan inkontinensia ini sebaiknya diserahkan pada ahli progtologi untuk pengobatannya +broklehurst dkk, 1=(-.
D. Pat$"isi$l$gi
eflek defekasi parasimpatis
5eses masuk rectum
Saraf rectum
Dibawa ke spinal cord 1'
*embali ke colon desenden,sigmoid dan rectum
Intensifkan peristaltic
*elemahan spingter interna anus
Inkontinensia alvi
5ungsi traktus gastrointestinal biasanya masih tetap adekuat sepanjang hidup. @amun demikian beberapa orang lansia mengalami ketidaknyamanan akibat motilitas yang melambat. 4eristaltik di esophagus kurang efisien pada lansia. Selain itu, sfingter gastroesofagus gagal berelaksasi, mengakibatkan pengosongan esophagus terlambat.keluhan utama biasanya berpusat pada perasaan penuh, nyeri ulu hati, dan gangguan pencernaan. 3otalitas gaster juga menurun, akibatnya terjadi keterlambatan pengosongan isi lambung. /erkurangnya sekresi asam dan pepsin akan menurunkan absorsi besi, kalsium dan vitamin /1%. Absorsi nutrient di usus halus juga berkurang dengan bertambahnya usia namun masih tetap adekuat. 5ungsi hepar, kantung empedu dan pankreas tetap dapat di pertahankan, meski terdapat insufisiensi dalam absorsi dan toleransi terhadap lemak. Impaksi feses secara akut dan hilangnya kontraksi otot polos pada sfingter mengakibatkan inkontinensia alvi. E. Mani"estasi linis
*linis inkontinensia alvi tampak dalam dua keadaan +4ranarka, %###-6 1. 5eses yang cair atau belum berbentuk, sering bahkan selalu keluar merembes. %. *eluarnya feses yang sudah berbentuk, sekali atau dua kali per hari, dipakaian atau ditempat tidur. 4erbedaan dari penampilan klinis kedua macam inkontinensia alvi ini dapat mengarahkan pada penyebab yang berbeda dan merupakan petunjuk untuk diagnosis. 1. Pemeriksaan Penunjang
1(
1. nal !anometry" memeriksa keketatan dari sfingter anal dan kemampuan sfingter anal dalam merespon sinyal serta sensitivitas dan fugsi dari rektum. 3I terkadang juga digunakan untuk mengevaluasi sfingter. %. norectal #ltrasonography" memeriksa dan mengevaluasi struktur dari sfingter anal ". Proctography" menunjukan berapa banyak feses yang dapat ditahan oleh rektum, sebaik apa rektum mampu menahannya dan sebaik mana rektum mampu mengosongkannya. ). Progtosigmoidoscopy" melihat
kedalam rektum
atau kolon
untuk
menemukan tanda&tanda penyakit atau masalah yang dapat menyebabkan inkontinensia fekal seperti inflamasi, tumor, atau jaringan parut. *. Penatalaksanaan Peningkatan eteraturan De"ekasi 4erawat dapat membantu klien memperbaiki keteraturan defekasi dengan a. 3emberikan privacy kepada klien saat defekasi b. 3engatur waktu, menyediakan waktu untuk defeksi c. 3emperhatikan nutrisi dan cairan, meliputi diit tinggi serat seperti
sayuran, buah&buahan, nasiH mempertahankan minum % ! " liter7hari d. 3emberikan latihan 7 aktivitas rutin kepada klien e. 4ositioning Pri0a,' 4rivacy selama defekasi sangat penting untuk kebanyakan orang. 4erawat seharusnya menyediakan waktu sebanyak mungkin seperti kepada klien yang perlu menyendiri untuk defeksi. 4ada beberapa klien yang mengalami kelemahan, perawat mungkin perlu menyediakan air atau alat kebersihan seperti tissue dan tetap berada dalam jangkauan pembicaraan dengan klien.
2aktu *lien seharusnya dianjurkan untuk defeksi ketika merasa ingin defekasi.
2ntuk menegakkan keteraturan eliminasi alvi, klien dan perawat dapat berdiskusi ketika terjadi peristaltik normal dan menyediakan waktu untuk defekasi. Aktivitas lain seperti mandi dan ambulasi seharusnya tidak menyita waktu untuk defekasi. Nutrisi %an Cairan 2ntuk mengatur defekasi normal diperlukan diet, tergantung jenis feses klien yang terjadi, frekuensi defekasi dan jenis makanan yang dirasakan klien dapat membantu defekasi normal. Untuk $nsti(asi
1
:ingkatkan asupan cairan dan instruksikan klien untuk minum cairan hangat dan jus buah, juga masukkan serat dalam diet. Untuk Diare Anjurkan asupan cairan dan makanan lunak. 3akan dalam porsi kecil dapat membantu karena lebih mudah diserap. 3inuman terlalu panas 7 dingin seharusnya dihindari sebab merangkasang peristaltik. 3akanan tinggi serat dan tinggi rempah dapat mencetuskan diare. 2ntuk manajemen diare, ajarkan klien sebagai berikut 6 a. 3inum minimal gelas 7 hari untuk mencegah dehidrasi b. 3akan makanan yang mengandung @atrium dan *alium. Sebagian besar makanan mengandung @a. *alium ditemukan dalam daging, beberapa sayuran dan buah seperti tomat, nanas dan pisang. c. :ingkatkan makanan yang mengandung serat yang mudah larut seperti pisang d. indari alkohol dan minuman yang mengandung kafein e. /atasi makanan yang mengandung serat tidak larut seperti buah mentah, sereal f. /atasi makanan berlemak g. /ersihkan dan keringkan daerah perianal sesudah /A/ untuk mencegah iritasi h. 9ika mungkin hentikan obat yang menyebabkan diare i. 9ika diare telah berhenti, hidupkan kembali flora usus normal dengan minum produk&produk susu fermentasi. Untuk 1latulensi /atasi minuman berkarbinat, gunakan sedotan saat minum dan mengunyah gusiH untuk meningkatkan pencernaan udara. indari makanan yang menghasilkan gas, seperti kubis, buncis, bawang dan bunga kol. Latihan Batihan teratur membantu klien mengembangkan pola defekasi normal. *lien dengan kelemahan otot abdomen dan pelvis +yang mengganggu defekasi normal- mungkin dapat menguatkannya dengan mengikuti latihan isometrik sebagai berikut 6 Dengan posisi supine, perketat otot sbdomen dengan mengejangkan, menahan selama 1# detik dan kemudian rela. 2langi ! 1# kali sehari tergantung kekuatan klien. P$siti$ning 3eskipun posisi jongkong memberikan bantuan terbaik untuk defekasi. 4osisi pada toilet adalah yang terbaik untuk sebagian besar orang. 2ntuk klien yang mengalami kesulitan untuk duduk dan bangun dari toilet, maka memerlukan
1=
alat bantu /A/ seperti commode, bedpad yang jenis dan bentuknya disesuaikan dengan kondisi klien.
!)at+$)atan >bat&obatan yang termasuk kategori mempengaruhi eliminasi alvi adalah
katarsis dan laantive, antidiare dan antiflatulensi Mengurangi "latulensi Ada banyak cara untuk mengurangi 7 mengeluarkan flatus, meliputi menghindari makanan yang menghasilkan gas, latihan, bergerak di tempat tidur
dan
ambulasi.
8erakan
merangsang peristaltik
dan
membantu
melepaskan flatus dan reabsorbsi gas dalam kapiler intestinal. Satu metode untuk penanganan flatulensi adalah dengan memasukkan suatu rectal tube. ;aranya adalah sebagai berikut 6 1. 8unakan rectal tube ukuran %% ! "# 5 untuk dewasa dan yanglebih kecil untuk anak %. :empatkan klien pada posisi miring ". /erikan lubrikasi untuk mengurangi iritasi ). /uka anus dan masukkan rectal tube dalam rektum +1# cm-. ectal tube akan merangsang peristaltik. 9ika tidak ada flatus yang keluar, masukkan tube lebih dalam. 9angan menekan tube jika tidak bisa masuk dengan mudah. . Bepaskan tube jangan lebih dari "# menit untuk menghindari iritasi. 9ika terjadi distensi abdomen, masukkan tube setiap % ! " jam. '. 9ika tube tidak dapat mengurangi flatus, konsul dengan dokter untuk pemakaian suppository, enema atau obat&obatan yang lain. Pem)erian Enema
mukosa
usus,
meningkatkan
peristaltik
dan
membantu
mengeluarkan feses dan flatus. Pr$gram B$5el Training 4ada klien yang mengalami konstipasi kronik, sering terjadi obstipasi 7 inkontinensia feses, program bowel training dapat membantu mengatasinya. 4rogram ini didasarkan pada faktor dalam kontrol klien dan didesain untuk membantu klien mendapatkan kembali defekasi normal. 4rogram ini berkaitan dengan asupan cairan dan makanan, latihan dan kebiasaan defekasi. Sebelum mengawali program ini, klien harus memahaminya dan terlibat langsung. Secara garis besar program ini adalah sebagai berikut 6 %#
•
•
•
:entukan kebiasaan defekasi klien dan faktor yang membantu dan menghambat defekasi normal. Desain suatu rencana dengan klien yang meliputi 6 o Asupan cairan sekitar %## ! "### cc7hari 4eningkatan diit tinggi serat o Asupan air hangat, khususnya sebelum waktu defekasi o o 4eningkatan aktivitas 7 latihan 4ertahankan hal&hal berikut secara rutin harian selama % ! " minggu 6 o /erikan suppository katarsis +seperti dulcola- "# menit sebelum o
waktu defekasi klien untuk merangsang defekasi. Saat klien merasa ingin defekasi, bantu klien untuk pergi ke toilet 7 duduk di ;ommode atau bedpan. ;atat lamanya waktu antara
o
pemberian suppository dan keinginan defekasi. /erikan klien privacy selama defekasi dan batasi waktunya,
o
biasanya cukup "# ! )# menit. Ajarkan klien cara&cara meningkatkan tekanan pada kolon, tetapi hindari mengecan
•
berlebihan,
karena
dapat
mengakibatkan
hemorrhoid. /erikan umpan balik positif kepada klien yang telah berhasil defekasi. indari negative feedback jika klien gagal. /anyak klien memerlukan waktu dari minggu sampai bulan untuk mencapai keberhasilan
I3.
!NSEP
ASUHAN
EPERA2ATAN
PADA
LANSIA
DEN*AN
IN!NTINENSIA AL3I A. PEN*A#IAN 2ntuk mengkaji pola eliminasi dan menentukan adanya kelainan, perawat
melakukan pengkajian riwayat keperawatan, pengkajian fisik abdomen, menginspeksi karakteristik feses dan meninjau kembali hasil pemeriksaan yang berhubungan.
Ri5a'at e(era5atan a. 4ola defekasi *apan anda biasanya ingin /A/ 0 • Apakah kebiasaan tersebut saat ini mengalami perubahan 0 • b. 8ambaran feses dan perubahan yang terjadi Apakah anda memperhatikan adanya perubahan warna, tekstur •
+keras, lemah, cair-, permukaan, atau bau feses anda saat ini 0 c. 3asalah eliminasi fekal
%1
•
3asalah apa yang anda rasakan sekarang +sejak beberapa hari yang lalu- berkaitan dengan /A/ +konstipasi, diare, kembung, merembes 7
•
inkontinensiatidak tuntasJ- 0 *apan dan berapa sering hal tersebut terjadi 0 3enurut anda kira&kira apa penyebabnya +makanan, minuman,
•
latihan, emosi, obat&obatan, penyakit, operasi- 0 2saha apa yang anda lakukan untuk mengatasinya dan bagaimana
•
hasilnya 0 d. 5aktor&faktor yang mempengaruhi eliminasi 3enggunakan alat bantu /A/. Apa yang anda lakukan untuk • mempertahankan kebiasaan /A/ normal 0 3enggunakan bahan& •
bahan alami seperti makanan 7 minuman tertentu atau obat&obatan 0 Diet. 3akanan apa yang anda percaya mempengaruhi /A/ 0 3akanan apa yang biasa anda makan 0 yang biasa anda hindari,
•
berapa kali anda makan dalam sehari 0 ;airan. /erapa banyak dan jenis minuman yang anda minum dalam
•
sehari 0 +misalnya ' gelas air, % cangkir kopiAktivitas dan Batihan. 4ola aktivitas 7 latihan harian apa yang biasa
•
dilakukan 0 3edikasi. Apakah anda minum obat yang dapat mempengaruhi
•
sistem pencernaan +misalnya 5e, antibiotik- 0 Stress. Apakah anda merasakan stress. Apakah dengan ini anda
mengira berpengaruh pada pola /A/ +defekasi- anda 0 /agaimana 0 e. Ada ostomi dan penanganannya Apa yang biasa anda lakukan terhadap kolostomy anda 0 • 9ika ada masalah, apa yang anda lakukan 0 • Apakah anda memerlukan bantuan perawat untuk menangani • kolostomy anda 0 /agaimana caranya 0 Pemeriksaan 1isik
4emeriksaan fisik abdomen terkait dengan eliminasi alvi meliputi inspeksi, auskultasi, perkusi dan palpasi dikhususkan pada saluran intestinal. Auskultasi dikerjakan sebelum
palpasi, sebab
palpasi
dapat
merubah
peristaltik.
4emeriksaan rektum dan anus meliputi inspeksi dan palpasi. Inspeksi 5eses. >bservasi feses klien terhadap warna, konsistensi, bentuk permukaan, jumlah, bau dan adanya unsur&unsur abdomen. 4erhatikan tabel berikut 6 *AA*:<IS:I* 53AB DA@ A/@>3AB *arakteristi
@ormal
Abnormal
*emungkinan penyebab %%
k Karna
Dewasa 6 kecoklatan
4ekat 7 putih
Adanya pigmen empedu +obstruksi empedu-H pemeriksaan diagnostik menggunakan barium
itam 7 spt ter.
>bat +spt. 5e-H 4S4A +lambung, usus halus-H diet tinggi buah merah dan sayur hijau tua +spt. /ayam-
3erah
4S4/ +spt. ektum-, beberapa makanan spt bit.
4ucat
3alabsorbsi lemakH diet tinggi susu dan produk susu dan rendah daging.
>range atau hijau
Infeksi usus
*eras, kering
Dehidrasi, penurunan motilitas usus akibat kurangnya serat, kurang latihan, gangguan emosi dan laksantif abuse.
Diare
4eningkatan motilitas usus +mis. akibat iritasi kolon oleh bakteri-.
/ayi 6 kekuningan
*onsistensi
/entuk
/erbentuk, lunak, agak cair 7 lembek, basah.
Silinder +bentuk 3engecil, bentuk rektum- dgn %, pensil atau cm u7 orang seperti benang dewasa
*ondisi obstruksi rektum
9umlah
:ergantung diet +1## ! )## gr7hari-
/au
Aromatik 6 dipengaruhi oleh makanan yang dimakan dan flora bakteri.
2nsur pokok Sejumlah kecil
:ajam, pedas
Infeksi, perdarahan
4us
Infeksi bakteri %"
bagian kasar makanan yang tidak dicerna, potongan bakteri yang mati, sel epitel, lemak, protein, unsur& unsur kering cairan pencernaan +pigmen empedu dll-
B.
C. D. E.
3ukus 4arasit
*onsidi peradangan
Darah
4erdarahan gastrointestinal
Bemak dalam jumlah besar
3alabsorbsi Salah makan
/enda asing
DIA*N!SA EPERA2ATAN esiko defisit volume cairan berhubungan dengan a. Diare berkepanjangan esiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan a. Diare berkepanjangan b. Inkontinensia fekal arga diri rendah berhubungan dengan b. Inkontinensia fekal c. 4erlunya bantuan untuk toileting Defisit pengetahuan tentang bowel training INTER3ENSI IMPLEMENTASI E3ALUASI
%)
BAB III PENUTUP A. esim(ulan B. Saran
%
DA1TAR PUSTAA
Asmadi. %##. $eknik Prosedural %eperawatan& %onsep dan plikasi . 9akarta 6 Salemba 3edika. /runner dan Suddarth. %##%. Buku 'ar %eperawatan !edikal Bedah disi *ol + . 9akarta6 <8;. Darmojo /. %##=. ,eriatri -lmu %esehatan #sia .an'ut/ disi %eempat . 9akarta6 /alai 4enerbit 5*2I. ariyati, :utik S. %###. 0ubungan antara bladder retraining dengan proses pemulihan inkontinensia
urin
pada
pasien
stoke/ Diakses
dari
http677www.digilib.ui.ac.id7opac7themes7libri%7detail.jsp0idL('"(MlokasiLlokal pada tanggal 1 9uni %#1. idayat, A. Alimul. %##'. Pengantar %ebutuhan Dasar !anusia& plikasi %onsep Dan Proses %eperawatan. 9akarta6 Salemba 3edika. 4otter, 4atricia A. %##. Buku 'ar 1undamental %eperawatan& Proses Dan Praktik/ d/ 2/ 9akarta6 <8;. ochani. %##%. Penduduk
-ndonesia
-dap
-nkontinensia
#rin.
Diakses
dari
http677www.pdpersi.co.id pada tanggal 1) 9uni %#1.
%'