Draft penyempumaan
PEDOMAN INDIKATOR MUTU PELAYANAN PRAKTIK KEPERAWATAN MANDIRI
Commented [d1]: Sesuai UU RI No. 38 Tahun 2014, tentang Keperawatan, Pasal 28 ayat 2(a). 2(a).
1
Draft penyempumaan
SUBDIREKTORAT MUTU DAN AKREDITASI PELAYANAN KESEHATAN LAINNYA DIREKTORAT DIREKTORAT MUTU M UTU DAN AKREDITASI PELAYANAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016
2
Draft penyempumaan
BAB I PENDAHULUAN I.
LATAR BELAKANG Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia diharapkan dapat berpartisipasi dalam pencapaian SDGs (Sustainable (Sustainable Development Goals), Goals), terutama melalui Universal Health Coverage Coverage pada tahun 2030. Universal Health Coverage telah Coverage telah menjadi prioritas WHO dan fokus reformasi kesehatan negaranegara di dunia dengan memastikan bahwa semua orang memiliki akses pelayanan kesehatan baik promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang cukup berkualitas dan efektif, melalui dukungan finansial kesehatan, kebijakan dan informasi.
Indonesia berupaya dalam meningkatkan kesehatan masyarakatnya melalui pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan di Indonesia pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia melalui arah kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan nasional 2015-2019, yang merupakan bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang bidang Kesehatan (RPJPK) 2005-2025, yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud, melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik lndonesia.
Keberhasilan
pembangunan
kesehatan
sangat
ditentukan
oleh
penyelenggaraan
yang
berkesinambungan antar upaya program dan sektor. Salah satu penyelenggaraan pembangunan kesehatan dapat diwujudkan melalui penyelenggaraan pelayanan kesehatan, dimana didalamnya termasuk pelayanan keperawatan. Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 38 tahun 2014 tentang Keperawatan, Pelayanan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat Keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik sehat maupun sakit.
Pelayanan keperawatan sebagai bagian dari pelayanan kesehatan menangani respon manusia dalam menghadapi masalah kesehatan menyangkut pemenuhan kebutuhan dasar manusia sesuai dengan ilmu dan seni keperawatan. Pelayanan keperawatan yang diselenggarakan oleh perawat dalam bentuk asuhan keperawatan adalah praktik keperawatan. Asuhan keperawatan dilakukan secara komprehensif dengan mempertimbangkan aspek bio-psiko-sosial-kultural. Metoda yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan tersebut dilakukan dengan menggunakan proses keperawatan sebagai metode ilmiah dalam penyelesaian masalah keperawatan. Intervensi keperawatan terhadap klien dilakukan oleh perawat secara mandiri atau kolaboratif, melalui pendekatan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif),
3
Draft penyempumaan
pemulihan
kesehatan
(rehabilitatif)
yang
dilaksanakan
secara
menyeluruh,
terpadu,
dan
berkesinambungan.
Praktik keperawatan dapat dilaksanakan di fasilitas kesehatan d an tempat lainnya sesuai dengan klien sasarannya. Praktik keperawatan pada tempat lainnya sesuai dengan klien sasarannya dapat dilaksanakan melalui Praktik Keperawatan Mandiri yang didasarkan pada prinsip kebutuhan pelayanan kesehatan dan/atau Keperawatan masyarakat dalam suatu wilayah baik perorangan maupun berkelompok.
Berbagai kondisi masalah kesehatan secara umum di Indonesia melatarbelakangi perlunya Praktik Keperawatan Mandiri. Masih tingginya Angka Kematian Ibu dan Bayi (AKI dan AKB) di Indonesia yang ditunjukkan dengan masih kurangnya akses, kualitas pelayanan kesehatan dan jumlah tenaga kesehatan. Praktik Keperawatan Mandiri dapat ikut serta berperan melakukan upaya pelayanan keperawatan pada klien sasaran ibu hamil, bersalin dan nifas dengan bayinya serta anak dan remaja. Perubahan demografi penduduk Indonesia dengan prediksi meningkatnya usia harapan hidup (Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035) menunjukkan akan semakin meningkatnya jumlah lansia, dimana beresiko mengalami gangguan kesehatan sehingga membutuhkan layanan kesehatan yang efektif dan efisien yang dapat dilakukan melalui praktik keperawatan mandiri sesuai lingkupnya.
Kecenderungan meningkatnya epidemiologi penyakit tidak menular, termasuk pada usia muda ditambah lagi penyakit tidak menular, dan masalah kesehatan jiwa menunjukkan semakin tingginya beban masalah kesehatan di Indonesia. Penyakit tidak menular utama meliputi hipertensi, diabetes melitus, kanker dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Penyakit menular meliputi penyakit HIV/AIDS, tuberculosis, malaria, demam berdarah, influenza dan flu burung. Masalah kesehatan jiwa meliputi gangguan mental emosional hingga psikosis, bunuh diri, penyalahgunaan NAPZA serta pemasungan. Berbagai masalah kesehatan tersebut beserta komplikasinya selain membutuhkan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan, juga membutuhkan pera watan jangka panjang di rumah. Praktik Keperawatan Mandiri dapat melakukan upaya pelaksanaan promosi dan preventif keperawatan untuk meningkatkan kesadaran dan deteksi dini, dan upaya pemulihan, rehabilitatif keperawatan dan komplementer dalam upaya memandirikan klien, keluarga dan masyarakat.
Gambaran kondisi lain berupa banyaknya hambatan pada akses pelayanan kesehatan akibat kondisi sosial-budaya, ekonomi, tingkat pendidikan, ketersediaan dan distribusi fasilitas pelayanan kesehatan, dan ketersediaan sumber daya kesehatan yang berkualitas. Walaupun pengadaan Puskesmas, dan Rumah Sakit (baik pemerintah maupun swasta) serta kapasitas tempat tidurnya meningkat saat ini, namun dari sisi kesiapan pelayanan, pencapaiannya masih perlu ditingkatkan. Selain itu, keterbatasan pendanaan kesehatan (baik swasta maupun pemerintah), dimana sebagian besar belanja kesehatan sektor publik lebih diperuntukkan untuk pelayanan kuratif. Ketersediaan pelayanan kesehatan memerlukan pertimbangan banyak faktor dalam penyelesaiannya, terutama pada masyarakat dengan kesulitan akses, tingkat sosial ekonomi dan pendidikan yang rendah, serta konteks budaya. Pelayanan keperawatan dapat berperan dengan membantu memudahkan akses dan keterjangkauan masyarakat
4
Draft penyempumaan
akan pelayanan kesehatan melalui Praktik Keperawatan Mandiri.
Perawat dalam melakukan praktik keperawatan harus memahami fokus telaahan keperawatan, meliputi kebutuhan dasar manusia, penyimpangan status kesehatan dan responnya, serta kebutuhan pemenuhan kebutuhan akibat penyimpangan tersebut, serta berorientasi mengatasi tiga bentuk kelemahan yaitu kelemahan karena ketidaktahuan, ketidakmauan dan ketidakmampuan. Adapun tujuan praktik keperawatan pada klien adalah untuk memandirikan klien agar mampu memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri (self-care deficit ) melalui berbagai intervensi keperawatan yang tepat oleh Perawat yang memenuhi kualifikasi yang dipersyaratkan sesuai dengan lingkup wewenang dan tanggung jawab professional.
Perkembangan Praktik Keperawatan Mandiri saat ini berkembang di beberapa tempat di tanah air, terutama sejak diterbitkannya Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor HK. 02.02/Menkes/148/I/2010 tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Perawat beserta perubahannya dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013 (Berita negara Tahun 2013 Nomor 473). Berbagai pelayanan keperawatan yang diselenggarakan oleh Perawat melalui Praktik Keperawatan Mandiri yang sudah ada saat ini dan akan berpotensi terus berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan praktik keperawatan, antara lain: Perawatan Luka, Perawatan Stoma, Perawatan Inkontinensia, Perawatan Kanker, Perawatan Ibu dan Kesehatan Reproduksi (Perawatan Maternitas), Perawatan Anak, Perawatan Kesehatan Jiwa, Perawatan Paliatif, Perawatan Komplementer, Perawatan Lansia dan banyak lainnya.
Namun, pelaksanaan Praktik Keperawatan Mandiri harus diatur sedemikian rupa dengan tujuan meningkatkan mutu perawat sebagai praktisi dan mutu pelayanan keperawatan. Mutu pelayanan kesehatan di Praktik Keperawatan Mandiri yang berkualitas dapat ditunjukkan dengan kepuasaan klien/masyarakat yang menggambarkan minimnya kesenjangan antara keinginan/harapan pelayanan keperawatan yang diberikan dengan kenyataan, sehingga menjadi pilihan klien individu dan masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhannya.
Berdasarkan pentingnya mencapai tujuan pembangunan kesehatan yang berkesinambungan dengan mendekatkan pelayanan kesehatan melalui Praktik Keperawatan Mandiri sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, maka Kementerian Kesehatan sebagai penyelenggara di bidang kesehatan melalui Direktorat Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan, yaitu Subdirektorat Mutu Pelayanan Kesehatan lainnya perlu merumuskan kebijakan di bidang mutu pelayanan kesehatan lainnya, berupa Pedoman Indikator Mutu Pelayanan Kesehatan di Praktik Keperawatan Mandiri.
Indikator mutu pelayanan kesehatan di Praktik Keperawatan Mandiri meliputi indikator minimal yang dapat dilaksanakan pada ruang lingkup Praktik Keperawatan Mandiri baik umum/generalis maupun spesialis/adcanced . Pedoman mutu pelayanan kesehatan di Praktik Keperawatan Mandiri disusun berdasarkan masalah yang menjadi isu dan tren yang sering terjadi dalam pelayanan Praktik Keperawatan Mandiri, melalui tahapan kajian literatur dan informasi, serta masukan dari para perawat
5
Draft penyempumaan
praktisi yang sudah melakukan Praktik Keperawatan Mandiri.
II.
TUJUAN a. Tujuan Umum Terlaksananya pelayanan kesehatan di Praktik Keperawatan Mandiri yang bermutu sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Tujuan Khusus Pedoman ini dapat digunakan sebagai acuan dalam : 1. Memahami konsep mutu pelayanan kesehatan di Praktik Keperawatan Mandiri 2. Memahami indikator mutu pelayanan kesehatan di Praktik Keperawatan Mandiri 3. Penerapan mutu pelayanan kesehatan di Praktik Keperawatan Mandiri 4. Menetapkan mutu pelayanan kesehatan di Praktik Keperawatan Mandiri
III.
RUANG LINGKUP Ruang lingkup pedoman indikator mutu pelayanan kesehatan di Praktik Keperawatan Mandiri ini meliputi beberapa konsep yang terkait mutu pelayanan keperawatan secara umum dan pada Praktik Keperawatan Mandiri, indikator-indikator mutu pelayanan kesehatan di Praktik Keperawatan Mandiri baik umum/generalis dan spesialis/advanced yang harus diterapkan dan dapat menjadi acuan dalam menetapkan mutu pelayanan kesehatan di Praktik Keperawatan Mandiri.
6
Draft penyempumaan
BAB II MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN DI PRAKTIK KEPERAWATAN MANDIRI
I.
DEFINISI DAN DIMENSI MUTU PELAYANAN PRAKTIK KEPERAWATAN MANDIRI
Mutu atau kualitas pelayanan dalam bidang kesehatan didefinisikan dengan mengunakan cara, istilah, label atau model yang berbeda-beda, tergantung dari paradigma disiplin masing-masing yang sesuai dengan tujuan penggunaanya, sifat serta lingkup tanggung jawab. Awalnya. Definisi mutu pelayanan bidang kesehatan ditentukan dalam lingkup professional sendiri saja, kemudian perkembangan preferensi dan pandangan pasien/klien, stakeholder dan masyarakat juga menentukan penilaian dari mutu pelayanan kesehatan.
Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan keseh atan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tingkat kepuasaan rata-rata serata penyelenggaraannya sesuai dengan standart dan kode etik profesi (Azrul Azwar, 1996). Pohan (2006) mendefinisikan pelayanan kesehatan yang bermutu yaitu “suatu pelayanan kesehatan yang d ibutuhkan, dalam hal ini akan ditentukan oleh profesi pelayanan kesehatan, dan sekaligus diinginkan baik oleh pasien/konsumen ataupun masyarakat serta terjangkau oleh daya beli masyarakat.”
Definisi mutu pelayanan (Quality of Care) yang selama ini digunakan mengacu pada sejauh mana kualitas dapat dinilai baik melalui studi literatur maupun penelitian. Beberapa definisi dari berbagai sumber, antara lain :
Donebian (1980)
Kualitas pelayanan keperawatan adalah jenis perawatan yang diharapkan untuk memaksimalkan kesejahteraan pasien, setelah mempertimbangkan keseimbangan antara tujuan yang diharapkan dengan kerugian yang terjadi pada seluruh bagian lingkup proses perawatan.
IOM (1990)
Kualitas pelayanan adalah sejauh mana pelayanan kesehatan bagi individu dan populasi meningkatkan kemungkinan hasil kesehatan yang diinginkan dan konsisten dengan pengetahuan profesional saat ini.
Council of Europe (1998)
Kualitas pelayanan adalah sejauh mana pengobatan ditiadakan (1998)
meningkatkan
peluang
pasien
mencapai
hasil
yang
diinginkan dan mengurangi kemungkinan hasil yang tidak diinginkan, dengan memperhatikan keadaan saat ini pengetahuan WHO (2000)
Kualitas pelayanan adalah tingkat pencapaian tujuan intrinsik sistem kesehatan 'untuk perbaikan kesehatan dan tanggap terhadap harapan yang sah dari populasi.
Sumber : IOM: Institute of Medicine; WHO: Organisasi Kesehatan Dunia
7
Draft penyempumaan
Mutu pelayanan keperawatan sudah dikenal sejak lama. Berdasarkan sejarah, Florence Nightingale pada
tahun
1850-an
telah
memperkenalkan
kualitas
praktik
keperawatan
dengan
mendokumentasikan statistik mortalitas para tentara Inggris dan mendapatkan perhatian pemerintah Inggris sebagai dasar peningkatan standar kehidupan dan pelayanan kesehatan bagi para tentara Inggris (Hogston, 1995). Florence Nightingale mengidentifikasi peran keperawatan dalam kualitas pelayanan kesehatan dan mulai mengukur hasil yang diharapkan pasien (patient out come). Ia mempergunakan metode statistik untuk mencatat hubungan "patient outcomes" dengan kondisi lingkungan (Dossey, 2005; Nightingale, 1859/1946).
Permulaan abad 20, antara tahun 1920-1940, Isabel Stewart memperkenalkan cara mengukur kualitas pelayanan keperawatan dan efektivitasnya (Sale, 1996). Teori ini masih relevan hingga saat ini. Stewart mengembangkan 8 poin yang dikenal sebagai Stewart Standards.
Beberapa tahun kemudian pengukuran terhadap kualitas pelayanan kesehatan terus berkembang. Pada tahun 1970, ANA ( American Nurses Association) melakukan diseminasi secara luas model penjaminan mutu terdiri dari komponen quality assurance (Rantz, 1995) dan mengenalkan model "Donabedian' structure, process and outcomes model (Donabedian, 1988, 1992) yang merupakan metode komprehensif untuk menilai mutu pelayanan kesehatan. Donabedian (1980) dalam dokumen aslinya menjelaskan bahwa kepuasaan pasien merupakan perwujudan penilaian pasien tentang seberapa besar kualitas pelayanan kesehatan dapat memenuhi kebutuhan yang diharapkan (Eriksen, 1995).
Selanjutnya American Nurses Association (ANA) pada tahun 1994, memperkenalkan Patient Safety and Quality Initiative (ANA, 1995) yang merupakan pilot studi di Amerika, dibiayai oleh ANA untuk menilai hubungan staf keperawatan dengan kualitas pelayanan (ANA, 1996a, 1997, 2000a, 2000b, 2000c). Berbagai indikator mutu telah diidentifikasi, akhirnya ditetapkan 10 (sepuluh) indikator sensitif keperawatan yang dipergunakan untuk menilai kualitas asuhan pasien (Gallagher & Rowell, 2003).
Menurut Lori Di Prete Brown, dkk. terdapat 8 dimensi yang dipakai untuk mengukur mutu dalam meningkatkan pelayanan keperawatan : · Kompetensi teknis: dokter,perawat,petugas, staf pendukung;(apakah sudah sesuai standar pelayanan keperawatan?) · Akses: mudah? (a.l. meliputi: geografis, ekonomi, sos-bud, bahasa) · Efektifitas: prosedur dilakukan secara benar dan menghasilkan sesuai harapan · Hubungan antar manusia: baik? (petugas-pasien, manager-petugas, tim kes.-masyarakat) · Efisiensi: pelayanan yg terbaik dgn sumberdaya yg dimiliki · Kelangsungan pelayanan: klien menerima layanan scr lengkap spt yg dibutuhkan · Aman, terhadap risiko cidera, infeksi, efek samping dan bahaya lain · Nyaman: a.l. menyangkut kebersihan, privacy
8
Draft penyempumaan
II.
INDIKATOR MUTU PELAYANAN PRAKTIK KEPERAWATAN MANDIRI
Karakteristik dari suatu indikator adalah: 1. Sahih (valid) 2.
Dapat dipercaya (reliable)
3.
Peka (sensitive)
4. Spesifik (specific) 5.
Berhubungan (relevan)
Structural indicators include the supply of nursing staff, the skill level of nursing staff, and
the education and certification levels of nursing staff.
Process indicators
measure methods of patient assessment and nursing interventions.
Nursing job satisfaction is also considered a process indicator.
Outcome indicators reflect patient outcomes that
are determined to be nursing-sensitive
because they depend on the quantity or quality of nursing care. These include things like pressure ulcers and falls. Other types of patient outcomes are related to other elements of medical care and are not considered to be nursing-sensitive – these include things like hospital readmission rates and cardiac failure.
A.
Pengertian Untuk dapat menilai mutu dari hasil asuhan keperawatan telah ditetapkan indikator klinik keperawatan. Indikator adalah pengukuran tidak langsung suatu peristiwa atau kondisi. Contoh, berat badan bayi pada umumnya adalah indikator status nutrisi bayi tersebut (Wilson & Sapanuchart, 1993). Indikator juga mempunyai arti variabel yang menunjukkan satu kecenderungan sistem yang dapat dipergunakan untuk mengukur perubahan (Green, 199 2) dan WHO (1981) menguraikan indikator adalah variabel untuk mengukur suatu perubahan baik langsung maupun tidak langsung. Sedangkan indikator klinik adalah ukuran kuantitas sebagai pedoman untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas asuhan pasien dan berdampak terhadap pelayanan. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka disimpulkan bahwa indikator klinik keperawatan adalah suatu variabel untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas pelayanan keperawatan dan berdampak terhadap pelayanan kesehatan.
Dari sudut pandang lain, mereka juga mengemukakan tiga dimensi mutu jasa yaitu: 1. Physical quality (mutu fisik) Mutu fisik berkaitan dengan produk dan pendukungnya. 2. Interactive quality (mutu interaktif) Mutu interaktif berkaitan dengan interaksi atau hubungan antara pelanggan dengan
9
Draft penyempumaan
perusahaan jasa. 3. Corporate quality (mutu perusahaan) Mutu perusahaan berhubungan dengan citra perusahaan di mata pelanggan.
Dimensions of quality of care As noted above, several authors and/or organizations have defined quality of care by describing the concept according to a set of dimensions (Table 1.2). The most frequently used dimensions include (in descending order of frequency): effectiveness, efficiency, access, safety, equity, appropriateness, timeliness, acceptability, patient responsiveness or patientcentredness, satisfaction, health improvement and continuity of care. These dimensions are, however, neither comprehensive nor mutually exclusive. The dimensions of effectiveness and efficiency are included in all definitions of quality of care analysed here. Effectiveness refers to the extent to which the intervention in question produces the intended effects (Maxwell 1992; Witter and Ensor 1997). Efficiency, in contrast, refers to the extent to which objectives are achieved by minimizing the use of resources (WHO 2000). The goal is to maximize the output for a given input, or conversely to minimize the input for a given level of output, for example by comparing the unit cost associated with the intervention with the unit cost elsewhere for the same intervention or service (Maxwell 1992).
Table 1.2 Dimensions of quality of care
Donabedian Maxwell Department Council of IoM JCAHO (1988) (1992) of Health Europe (2001) (2006) (UK) (1997) (1998)
Effectiveness X X X X X X Efficienc y X X X X X X Access X X X X X Safety X X X X Equity X X (X) X Appropriateness X X X X Timeliness X X X Acceptability X X Responsiveness Respect Respect Choice Patient Information centred-
ness Satisfaction
(X) X
Health improvement X X
Continuity
X
Other Technical
Efficacy Availability competence
Prevention/ Relevance
early
detection
Sources: Donabedian 1988; Maxwell 1992; Department of Health 1997; Council of Europe 1998; IOM 2001; JCAHO 2006. Notes: IOM: Institute of Medicine: JCAHO: Joint Commission on Accreditation of Healthcare Organizations.
The choice of dimensions to measure quality of care is critical as it will influence the health care policies adopted. Thus, (Shaw and Kalo 2002) underline the key challenge for every country to recognize these diverse but legitimate expectations and to reconcile them in a responsive and balanced health system.
10
Draft penyempumaan
For the purposes of this document, a working defi nition is needed to characterize quality in health care and health systems. Without such a working defi nition, the process of selecting new interventions and building strategies for quality improvement would be seriously impaired.
The focus of this guide is on health s ystems as a whole, and on the quality of the outcomes they produce. For this reason, this working defi nition needs to take a whole -system perspective, and refl ect a concern for the outcomes achieved for both individual service users and whole communities.
As for the dimensions of quality of care, we select those that appear to be most relevant for policy development: effectiveness, acceptability, appropriateness, satisfaction, and patient or care experience. While, as noted above, “patient safety” is considered to be an integral element of quality, because it is developing a separate existence in some places, we also include those initiatives that focus on it.
WHO, 2006 The following working defi nition is used throughout the remainder of the document. It suggests that a health system should seek to make improvements in six areas or dimensions of quality, which are named and described below. These dimensions require that health care be: effective, delivering health care that is adherent to an evidence base and results in improved health outcomes for individuals and communities, based on need; effi cient, delivering health care in a manner which maximizes resource use and avoids waste; accessible, delivering health care that is timely, geographically reasonable, and provided in a setting where skills and resources are appropriate to medical need; acceptable/patient-centred, delivering health care which takes into account the preferences and aspirations of individual service users and the cultures of their communities; equitable, delivering health care which does not vary in quality because of personal characteristics such as gender, race, ethnicity, geographical location, or socioeconomic status; safe, delivering health care which minimizes risks and harm to service users.
Mutu pelayanan kesehatan juga telah banyak didefinisikan oleh berbagai literatur
, namun dari definisi di atas dapat diambil beberapa elemen sebagai berikut: a.
Every initiative taken to improve quality and outcomes in health systems has as its starting point some
11
Draft penyempumaan
understanding of what is meant by ‘quality’. Without this understanding, it would be impossible to design the interventions and measures used to improve results.
There are many defi nitions of quality used both in relation to health care and health systems, and in other spheres of activity. There is also a language of quality, with its own frequently-used terms.
For the purposes of this document, a working defi nition is needed to characterize quality in health care and health systems. Without such a working defi nition, the process of selecting new interventions and building strategies for quality improvement would be seriously impaired.
The focus of this guide is on health s ystems as a whole, and on the quality of the outcomes they produce. For this reason, this working defi nition needs to take a whole -system perspective, and refl ect a concern for the outcomes achieved for both individual service users and whole communities.
The following working defi nition is used throughout the remainder of the document. It suggests that a health system should seek to make improvements in six areas or dimensions of quality, which are named and described below. These dimensions require that health care be: effective, delivering health care that is adherent to an evidence base and results in improved health outcomes for individuals and communities, based on need; effi cient, delivering health care in a manner which maximizes resource use and avoids waste; accessible, delivering health care that is timely, geographically reasonable, and provided in a setting where skills and resources are appropriate to medical need; ▪ ▪ ▪
2. Basic concepts of quality
10
Basic concepts of quality acceptable/patient-centred, delivering health care which takes into account the preferences and aspirations of individual service users and the cultures of their communities; equitable, delivering health care which does not vary in quality because of personal characteristics such as gender, race, ethnicity, geographical location, or s ocioeconomic status; safe, delivering health care which minimizes risks and harm to service users.
THE QUEST FOR VALID MEASURES OF OUTCOME
(EVIDENCE-BASED MEDICINE)
The need to assess value in health care and the desire of providers to
12
Draft penyempumaan
meet standards of excellence, together, have stimulated a new look at
the outcomes of interventions and their actual versus their perceived
12
benefits. Researchers and practitioners have a sharper interest in
defining more precisely the expected benefits and the overall
effectiveness of clinical practices. Outcomes research, an area of
increasing power in the last two decades, aims to identify "what
works" (and what doesn't work). Researchers examine data on the
outcomes of different treatments, often drawing information from large
data bases, as well as from patients' consensus panels or from other
experts. Such research can produce practice guidelines.(Wan and Connell, 2003).
b.
Pengertian mutu sangat luas, tetapi mutu dapat diartikan dan diterapkan di keperawatan melalui pernyataan sebagai berikut, mutu adalah: •
Caring" yang merupakan fokus/inti dari keperawatan
13
Draft penyempumaan
•
Bersifat relatif untuk setiap klien, dinamis dan selalu berubah dari waktu ke waktu dengan kepuasan yang harus dicapai sesuai dengan standar profesional.
•
Berupa kepuasan yang harus dicapai sesuai dengan standar operasional
•
Berupa pengawasan dimana diperlukan dalam lingkungan yang kompetitif
•
Merupakan tantangan yang harus diterima dan dipenuhi oleh keperawatan.
Mengelola mutu keperawatan relatif sulit karena hasil keperawatan bersifat unik dan dipengaruhi oleh sejumlah aktifitas, perilaku/perbuatan, keperluan, teori serta konsep-konsep yang tercakup dalam praktik keperawatan. Ada 3 (tiga) area tanggung jawab mutu dalam pelayanan keperawatan yang harus menjadi perhatian utama pada setiap organisasi keperawatan yaitu: pasien, praktisi dan profit/pembiayaan. Untuk area pasien, mutu digambarkan dengan asuhan keperawatan, praktisi digambarkan dengan penampilan kinerja perawat, serta profit digambarkan dengan pembiayaan keperawatan. Pada tahap awal, area mutu yang akan dibahas adalah pasien dalam bentuk hasil dari asuhan keperawatan. Indikator klinik keperawatan yang disusun merupakan indikator mutu minimal yang dapat dilaksanakan oleh perawat di rumah sakit. Indikator tersebut meliputi : Keselamatan pasien (patient safety), perawatan diri (self care), nyeri dan kenyamanan, kecemasan, pengetahuan dan kepuasan.
14
Draft penyempumaan
C. Penilaian Mutu D. Penilaian terhadap mutu dilakukan dengan menggunakan pendekatan-pendekatan E. yang dikelompokkan dalam tiga komponen, yaitu : F. a. Struktur (Input) G. Donabedian (1987, dalam Wijono 2000) mengatakan bahwa struktur H. merupakan masukan (input) yang meliputi sarana fisik I. perlengkapan/peralatan, organisasi, manajemen, keuangan, sumber daya J. manusia dan sumber daya lainnya dalam fasilitas keperawatan. Baik tidaknya K. struktur sebagai input dapat diukur dari jumlah besarnya mutu, mutu struktur, L. besarnya anggaran atau biaya, dan kewajaran. Penilaian juga dilakukan M. terhadap perlengkapan-perlengkapan dan instrumen yang tersedia dan N. dipergunakan untuk pelayanan. Selain itu pad a aspek fisik, penilaian juga O. mencakup pada karakteristik dari administrasi organisasi dan kualifikasi dari P. profesi kesehatan. Q. R. Disampaikan dalam Pelatihan Manajemen Keperawatan RSUD ’45 Kuningan, 11 -16 Mei 2009 17 S. Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Tappen (1995), yaitu b ahwa T. struktur berhubungan dengan pengaturan pelayanan keperawatan yang U. diberikan dan sumber daya yang memadai. Aspek dalam komponen struktur V. dapat dilihat melalui : 1) fasilitas, yaitu kenyamanan, kemudahan mencapai W. pelayanan dan keamanan; 2) peralatan, yaitu suplai yang adekuat, seni X. menempatkan peralatan; 3) staf, meliputi pengalaman, tingkat absensi, rata Y. rata turnover, dan rasio pasien-perawat; dan 4) Keuangan, yaitu meliputi gaji, Z. kecukupan dan sumber keuangan. AA.Berdasarkan kedua pendapat di atas, maka pendekatan struktur lebih BB.difokuskan pada hal-hal yang menjadi masukan dalam pelaksanaan pelayanan CC.keperawatan, diantaranya yaitu : 1) fasilitas fisik, yang meliputi ruang DD.perawatan yang bersih, nyaman dan aman, serta penataan ruang perawatan EE. yang indah; 2) peralatan, peralatan keperawatan yang lengkap, bersih, rapih FF. dan ditata dengan baik; 3) staf keperawatan sebagai sumber daya manusia, GG. baik dari segi kualitas maupun kuantitas; 4) dan keuangan, yang meliputi HH.bagaimana mendapatkan sumber dan alokasi dana. Faktor-faktor yang menjadi II. masukan ini memerlukan manajemen yang baik, baik manajemen sumber daya JJ. manusia, keuangan maupun logistik. KK.b. Proses (Process) LL. Donabedian (1987, dalam Wijono 2000) menjelaskan bahwa pendekatan ini MM. merupakan proses yang mentransformasi struktur (input) ke NN.dalam hasil (outcome). Proses adalah kegiatan yang dilaksanakan secara OO. profesional oleh tenaga kesehatan (perawat) dan interaksinya dengan pasien. PP. Dalam kegiatan ini mencakup diagnosa, rencana perawatan, indikasi tindakan, QQ. prosedur dan penanganan kasus. Dengan kata lain penilaian dilakukan RR.terhadap perawat dalam merawat pasien. Dan baik tidaknya proses dapat SS. diukur dari relevan tidaknya proses bagi pasien, fleksibelitas/efektifitas, mutu TT. proses itu sendiri sesuai dengan standar pelayanan yang semestinya, dan UU.kewajaran (tidak kurang dan tidak be rlebihan). VV. Tappen (1995) juga menjelaskan bahwa pendekatan pada proses dihubungkan WW. dengan aktivitas nyata yang ditampilkan oleh pemberi pelayanan keperawatan. XX. YY. Disampaikan dalam Pelatihan Manajemen Keperawatan RSUD ’45 Kuningan, 11 -16 Mei 2009 18 ZZ. Hal ini termasuk perawatan fisik, intervensi psikologis seperti pendidikan dan AAA. konseling, dan aktivitas kepemimpinan. Penilaian dapat melalui observasi atau BBB. audit dari dokumentasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendekatan CCC. ini difokuskan pada pelaksanaan pemberian pelayanan keperawatan oleh DDD. perawat terhadap pasien dengan menjalankan tahap -tahap asuhan EEE. keperawatan. Dan dalam penilaiannya dapat menggunakan teknik observasi FFF. maupun audit dari dokumentasi keperawatan. Indikator baik tidaknya proses GGG. dapat dilihat dari kesesuaian pelaksanaan dengan standar operasional HHH. prosedur, relevansi tidaknya dengan pasien dan efektifitas pelaksanaannya. III. c. Hasil (Outcome) JJJ. Pendekatan ini adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan perawat terhadap KKK. pasien. Dapat berarti adanya perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik LLL. positif maupun negatif. Sehingga baik tidaknya hasil dapat diukur dari derajat
15
Draft penyempumaan
MMM. kesehatan pasien dan kepuasan pasien terhadap pelayanan perawatan yang NNN. telah diberikan (Donabedian, 1987 dalam Wijono 2000). Sedangkan Tappen OOO. (1995) menjelaskan bahwa outcome berkaitan dengan hasil dari aktivitas yang PPP. diberikan oleh petugas kesehatan. Hasil ini dapat dinilai dari efektifitas dari QQQ. aktivitas pelayanan keperawatan yang ditentukan dengan tingkat kesembuhan RRR. dan kemandirian. Sehingga dapat dikatakan bahwa fokus pendekatan ini yaitu SSS. pada hasil dari pelayanan keperawatan, dimana hasilnya adalah peningkatan TTT. derajat kesehatan pasien dan kepuasan pasien. Sehingga kedua hal tersebut UUU. dapat dijadikan indikator dalam menilai mutu pelayanan keperawatan. VVV. Pendekatan-pendekatan di atas dapat digunakan sebagai indikator dalam WWW. melakukan penilaian terhadap mutu. Namun sebagai suatu sistem penilaian mutu XXX. sebaiknya dilakukan pada ketiga unsur dari sistem tersebut yang meliputi struktur, YYY. proses dan hasil. Dan setelah didapatkan hasil penilaiannya, maka dapat dilakukan ZZZ. strategi yang tepat untuk mengatasi kekurangan atau penilaian negatif dari mutu AAAA. pelayanan tersebut. Namun seiring berjalannya waktu, strategi peningkatan mutu BBBB. mengalami perkembangan yang dapat menjadi wacana kita mengenai strategi CCCC. mana yang tepat dalam melakukan upaya yang berkaitan dengan mutu pela yanan DDDD. EEEE. Disampaikan dalam Pelatihan Manajemen Keperawatan RSUD ’45 Kuningan, 11-16 Mei 2009 19 FFFF. keperawatan. Oleh karena itu pada sub bab berikutnya akan dibahas mengenai GGGG. strategi dalam mutu pelayanan keperawatan. HHHH. Karakteristik (belum diuraikan) IIII. Jenis Indikator Pada tahap pertama ditetapkan indikator klinik mutu pelayanan keperawatan klinik mengacu pada : Standar Asuhan Keperawatan menurut Departemen Kesehatan meliputi enam standar yaitu: (1) Pengkajian keperawatan, (2) Diagnosa keperawatan, (3) Perencanaan keperawatan, (4) Intervensi keperawatan, (5) Evaluasi keperawatan, dan (6) Catatan asuhan keperawatan. Dalam melaksanakan intervensi keperawatan terdapat 14 kebutuhan pasien yang harus mendapat perhatian perawat yaitu: Memenuhi kebutuhan oksigen Memenuhi kebutuhan nutrisi dan keseimbangan cairan serta elektrolit Memenuhi kebutuhan eliminasi Memenuhi kebutuhan keamanan Memenuhi kebutuhan kebersihan dan kenyamanan Memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur Memenuhi kebutuhan gerak dan kegiatan jasmani Memenuhi kebutuhan spiritual Memenuhi kebutuhan emosional Memenuhi kebutuhan komunikasi Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologis Memenuhi kebutuhan pengobatan dan membantu proses penyembuhan Memenuhi kebutuhan penyuluhan Memenuhi kebutuhan rehabilitasi. Menurut Griffiths et.al.,2008 indikator keperawatan dapat mengambarkan keselamatan, efektifitas dan perhatian dalam pelayanan keperawatan, yaitu: 1) Safety : kegagalan penyelamatan (kematian pada pasien dengan komplikasi pengobatan); Jatuh; Hospital acquired infections; Hospital acquired pneumonia; Dekubitus. 2) Effectiveness: Pola dan level perawat; Kepuasan perawat; Persepsi perawat terhadap lingkungan kerja. 3) Compassion: pengalaman pasien selama dirawat; Pengalaman pasien dalam komunikasi. Standar Nasional American Nurses Association (ANA) dalam mengukur mutu perawatan telah menyepakati indikator-indikator mutu keperawatan seperti yang ada pada Tabel 1: Tabel 1. Indikator Mutu Keperawatan menurut ANA Kategori Ukuran Ukuran berfokus 1 Anga kematian pasien karena komplikasi operasi outcomes pasien 2 Angka decubitus 3 Angka pasien jatuh 4 Angka psien jatuh dengan cidera 5 Angka restrain 6 ISK karena pemasangan cateter di ICU Blood stream infection karena pemasangan cateter line central di ICU dan HDNC 7
16
Draft penyempumaan
8 VAP di ICU dn HDNC 9 Konseling berhenti merokok pada kasus AMI 10 Konseling berhenti merokok pada kasus Gagal jantung 11 Konseling berhenti merokok pada kasus Peneumonia Ukuran berfokus pada 12 Perbandingan antara RN, LVN/LPN, UAP dan kontrak system 13 Jam perawatan pasien per hari oleh RN,LPN/LPN dan UAP 14 Practice Environment Scale —Nursing Work Index 15 Turn over Sumber: The National Database of Nursing Quality Indicators (NDNQI),2007. Sedangkan Pazargadi et.al, 2008 telah mengembangkan indikator mutu keperawatan di delapan propinsi di Iran dan didapatkan bahwa indikator mutu keperawatan seperti yang ada pada Tabel 2 sebagai berikut: Tabel 2. Indikator mutu Keperawatan di Iran Jenis Kategori Indikator Management and struktur 1 Tingkat pendidikan dan pengalaman kerja perawat manajer organizational leadership 2 Penetapan tujuan organisasi 3 Uraian tugas tenaga keperawatan 4 Supervisi keperawatan Staffing and nursing 5 Perbandingan jumlah perawt: pasien di ICU resources 6 Pendidikan berkelanjutan perawat 7 Jam kerja tenaga keperawatan Facilities and budget 8 Jumlah jam peningkatan SDM perawat per tahun 9 Fasilitas untuk meningkatkan pengetahuan perawat : Perpustakaan, internet, dll 10 Pengelolaan dana untuk peningkatan keselamatan pasien Time and quality of care Proses 11 Respon time perawat di IGD 12 Standar Pelayanan keperawatan di RS 13 Respon time dokter di IGD Nursing satisfaction and 14 Lingkungan yang aman untuk perawat work conditions 15 Kepuasan kerja perawat Outcomes Patient satisfaction 16 Kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan 17 Kepuasan pasien secara umum 18 Kepuasan pasien terhadap komunikasi perawat Complications and 19 Rasio pasien dekubitus di ICU adverse events 20 Rasio pasien infiltrasi intravaskuler pada pasien dengan terapi IV di ICU Sumber: International Council of Nurses, 2008. Indikator mutu keperawatan juga dikembangkan di Thailand pada tahun 2005 oleh Kunaviktikul et al., yang terdiri dari 3 kategori yaitu: structure, process, and outcome, seperti pada tabel 3 berikut: Tabel 3. Indikator Mutu Pelayanan Keperawatan di Thailand N Indikator Definisi o 1 Rasio perawat Rasio antara tenaga perawat professional dengan total jumlah seluruh tenaga keperawatan professional 2 Jam Perawatan Rasio jam perawatan per pasien per hari. 3 Integritas kulit Rasio pasien yang mengalami dekubitus setelah 72 jam perawatan dibagi dengan jumlah pasien yang keluar pada periode yang sama 4 Kepuasan perawat Skala respon atas pertanyaan kepada para perawat, mengenai their employment situation, meliputi : hubungan antar perawat, recognition, opportunity f or advancement, safety, autonomy, workload, pay and benefits, achievement, and participation 5 Infeksi nosokomial Angka infeksi nosokomial pada saluran kemih adalah rasio infeksi saluran kemih setelah 48 jam dipasang kateter urine dibagi jumlah pasien yang keluar pada periode yang sama 6 Jatuh Rasio antara pasien yang jatuh di rumah sakit dibagi dengan jumlah pasien yang keluar pada periode yang sama 7 Kepuasan pasien dalam Persepsi pasien terhadap kegiatan yang dilakukan oleh perawat dalam memberikan pendidikan kesehatan pendidikan kesehatan sesuai kondisi pasien baik dari isi materi pendidikan kesehatan maupun cara penyampaian pendidikan kesehatan 8 Kepuasan pasien dalam Persepsi pasien terhadap perawat dalam pengelolaan nyeri meliputi perawatan, perhatian, manajemen nyeri pengobatan, kebutuhan dan nasihat. Ukuran berfokus pada intervensi perawat
17
Draft penyempumaan
9
Kepuasan pasien Kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan secara umum selama proses perawatan, terhadap keperawatan dengan pertanyaan meliputi: fisik, psikologis, emosional, spiritual, hak-hak pasien dan secara umum partisipasi pasien dalam pengambilan keputusan Sumber: Kunaviktikul et al., 2005 1.
Keselamatan pasien (patient safety) Pasien aman dari kejadian jatuh, dekubitus, kesalahan pemberian obat dan cidera akibat restrain.
2.
Keterbatasan Perawatan Diri Kebersihan dan perawatan diri merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi agar tidak timbul masalah lain sebagai akibat dari tidak terpenuhinya kebutuhan kebersihan dan perawatan diri, misalnya penyakit kulit, rasa tidak n yaman, infeksi saluran kemih, dll. Keterbatasan perawatan diri merupakan terpenuhinya kebutuhan perawatan diri pasien yang mengalami keterbatasan diri untuk makan, mandi, berpakaian, dan toileting (eliminasi). Keterbatasan perawatan diri dibagi menjadi keterbatasan sebagian dan total, sehingga menyebabkan tingkat ketergantungan sebagian dan total pada asuhan keperawatan.
3.
Kepuasan pasien Tingginya tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan tercapai bila terpenuhinya kebutuhan pasien/keluarga terhadap pelayananan keperawatan yang diharapkan.
4.
Kecemasan Cemas adalah perasaan was-was, kuatir atau tidak nyaman seakan- akan terjadi suatu yang dirasakan sebagai ancaman. Cemas yang masih ada setelah intervensi menurunkan kecemasan, yang diukur menjadi indikator klinik.
5.
Kenyamanan Rasa nyaman (comfort) adalah bebas dari rasa nyeri atau nyeri terkontrol.
6.
Pengetahuan Discharge Planning adalah suatu proses yang dipakai sebagai p engambilan keputusan dalam hal memenuhi kebutuhan pasien untuk kesempurnaan kepindahan pasien dari satu tempat perawatan ke tempat lainnya. Dalam perencanaan pemulangan, pasien dapat dipindahkan kerumahnya sendiri atau keluarga, fasilitas rehabilitasi, nursing home, hospice, home care atau tempat - tempat lain diluar rumah sakit.
18
Draft penyempumaan
BAB III INDIKATOR MUTU PELAYANAN PRAKTIK KEPERAWATAN MANDIRI I. II. III.
INPUT PROSES OUTPUT
I. KESELAMATAN PASIEN {PATIENT SAFETY) A. Angka Kejadian Dekubitus Topik Indikator Rasional
Angka Kejadian Dekubitus
Dekubitus adalah istilah yang digunakan untuk mengg ambarkan gangguan integritas kulit. Terjadi akibat tekanan, gesekan dan atau kombinasi di daerah kulit dan jaringan di bawahnya. Formula Definisi operasional
Jumlah keiadian dekubitus X 100 % Jumlah pasien beresiko terjadi dekubitus Jumlah kejadian dekubitus adalah yang merupakan jumlah kejadian baru dekubitus yang terjadi selama periode waktu tertentu.
Numerator (Pembilang)
Jumlah kejadian baru dekubitus selama dalam pe rawatan (insiden).
Denumerator
Jumlah pasien beresiko terjadi dekubitus, yaitu jumlah pasien yang mempunyai resiko terjadi dekubitus selama periode waktu tertentu. Pasien yang berisiko terjadi dekubitus adalah pasien baru setelah dilakukan pengkajian memiliki satu atau lebih faktor resiko sbb: a. Usia lanjut b. Ketidakmampuan bergerak pada bagian tertentu dari tubuh tanpa bantuan, seperti pada cidera medula spenalis atau cidera kepala atau mengalami penyakit neuromuskular c. Malnutrisi / status gizi d. Berbaring lama, mengalami penekanan disalah satu/ lebih area tubuh lebih dari 2 jam di TT / penggunaan kursi roda e. Mengalami kondisi kronik seperti DM, Penyakit vaskuler. f. Inkontinen urine dan feses, yang dapat menyebabkan iritasi kulit akibat kulit yang lembab.
Frekuensi
Pengumpulan data dilakukan setiap hari Pelaporan dilakukan setiap bulan
19
Draft penyempumaan
B. Angka Kejadian Kesalahan pada Pemberian Obat oleh Perawat Topik Indikator Rasional
Kejadian Kesalahan pada Pemberian Obat Oleh Perawat Kejadian kesalahan yang terjadi dalam pengobatan pasien. Kejadian kesalahan pengobatan pasien yang dirawat inap dapat mengakibatkan keadaan fatal atau kematian. Kejadian nyaris cidera (KNC) pada pasien (near miss), kejadian ini sebagai tanda bahwa adanya kekurangan dalam sistem pengobatan pasien dan mengakibatkan kegagalan dalam keamanan pasien. Kejadian tidak diharapkan (KTD) atau adverse event adalah : suatu kejadian salah pemberian obat yang mengakibatkan cidera yang tidak diharapkan, karena suatu tindakan atau karena tidak bertindak. Hasil riset: 1 dari 5 pemberian obat berpotensi medication error (Leape, 2001)
Formula
Angka KTD dalam pemberian obat = Jumlah pasien vana terkena Keiadian Tidak Diharapkan dalam Pemberian Jumlah pasien pada hari tersebut Angka KNC dalam pemberian obat = Jumlah pasien yang terkena Kejadian n yaris cidera dalam Pemberian obat x100% Jumlah pasien pada hari tersebut
Definisi operasional Kejadian salah pemberian obat : Sesuai dengan 6 Benar 1. Salah pasien : Dikarenakan salah nama dan tidak sesuai identitas pada medical record 2. Salah waktu : a. Terlambat pemberian obat (30 menit setelah jadual)* b. Pemberian obat yang terlalu cepat (30 menit sesudah jadual)* c. Obat stop tetap dilanjutkan 3. Salah cara pemberian/ route : adalah salah cara memberikan obat (Oral, Intravena, Intra musculer, Subcutan, Supositoria, Drip). Misal: Pemberian Intramuskuler diberikan secara Intravena, dll 4. Salah Dosis : a. Dosis berlebih : adalah jika obat diberikan melebihi dosis obat yang diresepkan dokter. b. Dosis Kurang adalah jika dosis obat yang diberikan kurang dari dosis yang diresepkan dokter 5. Salah obat : adalah obat yang diberikan kepada pasien tidak sesuai dengan yang diresepkan oleh dokter 6. Salah dokumentasi : adalah dokumentasi yang dilakukan tidak sesuai dengan pelaksanaan. Kriteria KTD: Kejadian tidak diharapkan (adverse event) : suatu kejadian salah pemberian obat yang mengakibatkan cidera yang
20
Draft penyempumaan
tidak diharapkan karena suatu tindakan atau karena tidak bertindak. Kriteria KNC: Kejadian nyaris cidera (near miss) : suatu kesalahan pemberian obat akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, yang dapat menciderai pasien tetapi cidera serius tidak erjadi karena keberuntungan karena pencegahan atau peringanan.
Numerator (Pembilang)
Jumlah pasien yang mengalami kejadian pada pemberian kesalahan obat adalah jumlah insident Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) atau ke jadian nyaris cedera (KNC) yang terjadi dalam 1 hari.
Denumerator
Jumlah pasien dalam sehari adalah jumlah pasien yang dihitung berdasarkan sensus.
C. Angka Kejadian Pasien Jatuh Topik Indikator Rasional
Identifikasi pasien jatuh Jatuh mengakibatkan cedera fisik, trauma psikologis dan kematian pada pasien usia sama dan lebih dari 65 tahun. Satu dari tiga pasien usia diatas 65 tahun jatuh setiap tahunnya. 1 Rekomendasi kelompok untuk mencari angka kejadian anak yg jatuh dalam kurun waktu tertentu. Kejadian yang tidak diharapkan yang berhubungan dengan pasien jatuh meliputi : patah tulang, injuri jaringan lunak, dan ketakutan jatuh kembali. Intervensi yang didasarkan pada pengkajian proactive, antisipasi kebutuhan pasien, dan partisipasi dari tim multidisiplin dalam pencegahan pasien jatuh adalah kritis.
Formula
Jumlah pasien iatuh X 100% Jumlah pasien yang beresiko jatuh
Definisi operasional
Pasien Jatuh adalah jatuhnya pasien di unit perawatan pada saat istirahat maupun saat pasien terjaga yang tidak disebabkan oleh serangan stroke, epilepsy, seizure, bahaya karena terlalu banyak aktivitas. Angka Kejadian Pasien Jatuh adalah presentasi jumlah insidensi pasien jatuh yang terjadi di unit perawatan pada periode waktu tertentu setiap bulan.
Numerator (Pembilang)
Denumerator
jumlah pasien jatuh adalah total/jumlah pasien jatuh yang dirawat di unit perawatan selama waktu tertentu setiap bulan.
Jumlah pasien yang beresiko jatuh dirawat adalah total/jumlah pasien yang beresiko jatuh (faktor intrinsik
21
Draft penyempumaan
INDIKATOR MUTU PELAYANAN PRAKTEK M ANDIRI KEPERAWATAN Kecepatan proses penyembuhan luka acut Dimensi mutu
Kecepatan penyembuhan luka
Tujuan
Menilai kecepatan waktu penyembuhan luka kronis dan mencegah komplikasi
Definisi
Waktu sejak awal pasien dirawat sampai luka menutup
Pengumpulan Data Assesment betes jensen tool Management wound bad preparation Moistur balance konsep Periode analisis
Per 21 hari
Numerator
semua jumlah pasien yang dilakukan dalam proses perawatan selesai tepat waktu
Denominator
Semua pasien yang dilakukan perawatan dalam 21 hari yang tepat di bandingkan dengan semua jumlah pasien
Sumber data
Dokumentasi Praktek mandiri
Target
85%
Penanggung jawab Penangung jawab praktek mandiri keperawatan
22
Draft penyempumaan
INDIKATOR MUTU PELAYANAN PRAKTEK KEPERAWATAN MANDIRI Akses Pelayanan Rawat Jalan Dimensi mutu
Pelayanan rawat jalan
Tujuan
Menilai adanya alur pelayanan rawat jalan peraktek keperawatan mandiri
Definisi
Pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien dengan hemodinamik stabil tanpa harus dirawat di praktek mandiri dan bukan merupakan kegawatdaruratan pemeriksaan.
Pengumpulan Data Per 1 bulan Periode analisis
Per 3 bulan
Numerator
jumlah klien terregistrasi melalui alur pelayanaan rawat jalan keperawatan di praktek mandiri
Denominator
jumlah klien terregistrasi melalui alur pelayanaan rawat jalan keperawatan di praktek mandiri
Sumber data
Dokumentasi Praktek mandiri
Target
100%
Penanggung jawab Penangung jawab praktek mandiri keperawatan
INDIKATOR MUTU PELAYANAN PRAKTEK KEPERAWATAN MANDIRI Akses Pelayanaan Gawat Darurat Dimensi mutu
Pelayanaan gawat darurat
Tujuan
Menilai adanya pelayanan gawat darurat peraktik keperawatan mandiri
Definisi
Pelayanan yang diberikan pada pasien dengan kondisi kegawatdaruratan yang menjadi prioritas untuk dikaji dan dilakukan tindakan keperawatan oleh perawat.
Pengumpulan Data Per 1 bulan Periode analisis
Per 3 bulan
23
Draft penyempumaan
Numerator
jumlah klien terregistrasi terregistrasi melalui alur pelayanaan rawat jalan keperawatan di praktek mandiri
Denominator
jumlah klien terregistrasi terregistrasi melalui alur pelayanaan rawat jalan keperawatan di praktek mandiri
Sumber data
Dokumentasi Praktek mandiri
Target
100%
Penanggung jawab Penangung jawab praktek praktek mandiri keperawatan keperawatan
INDIKATOR MUTU PELAYANAN PRAKTEK KEPERAWATAN MANDIRI
Pelayanan Keperawatan Berkesinambungan Dimensi mutu
Pelayanaan keperawatan berkesinambungan berkesinambungan
Tujuan
Menilai adanya pelayanan berkesimbungan peraktik keperawatan mandiri
Definisi
Pelayanan Keperawatan Pasien Di praktek mandiri mandiri Dikelola Sampai Pasien Pulang Dan Dilanjutkan Di Rumah Sesuai Kebutuhan Pasien Dan Kontrak Yang Disepakati Berdasarkan Peraturan peraktek mandiri.
Pengumpulan Data Per 1 bulan Periode analisis
Per 3 bulan
Numerator
jumlah klien terregistrasi terregistrasi melalui alur pelayanaan berkesinambungan berkesinambungan keperawatan di praktek mandiri
Denominator
jumlah klien terregistrasi terregistrasi melalui alur pelayanaan berkesinambungan berkesinambungan keperawatan di praktek mandiri
Sumber data
Dokumentasi Praktek mandiri
Target
100%
Penanggung jawab Penangung jawab praktek praktek mandiri keperawatan keperawatan
24
Draft penyempumaan
INDIKATOR MUTU PELAYANAN PRAKTEK KEPERAWATAN MANDIRI
Pelayanan Pemindahan Klien Dimensi mutu
Pelayanaan pemindahan klien
Tujuan
Menilai adanya alur pemindahan klien di peraktik keperawatan mandiri
Definisi
Suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan di luar masalah kesehatan secara vertikal (dari unit yang lebih mampu menangani), atau secara horizontal (antar unit-unit yang setingkat kemampuannya).
Pengumpulan Data Per 1 bulan Periode analisis
Per 3 bulan
Numerator
jumlah klien terregistrasi terregistrasi melalui alur pelayanaan pemindahan klien di praktek mandiri
Denominator
jumlah klien terregistrasi terregistrasi melalui alur pelayanaan pemindahan klien di praktek mandiri
Sumber data
Dokumentasi Praktek mandiri
Target
100%
Penanggung jawab Penangung jawab praktek praktek mandiri keperawatan keperawatan
INDIKATOR MUTU PELAYANAN PRAKTEK KEPERAWATAN MANDIRI
Pelayanan Pemindahan Klien Dimensi mutu
Pelayanaan pemindahan klien
25
Draft penyempumaan
Tujuan
Menilai adanya alur pemindahan klien di peraktik keperawatan mandiri
Definisi
Suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan di luar masalah kesehatan secara vertikal (dari unit yang lebih mampu menangani), atau secara horizontal (antar unit-unit yang setingkat kemampuannya).
Pengumpulan Data Per 1 bulan Periode analisis
Per 3 bulan
Numerator
jumlah klien terregistrasi terregistrasi melalui alur pelayanaan pemindahan klien di praktek mandiri
Denominator
jumlah klien terregistrasi terregistrasi melalui alur pelayanaan pemindahan klien di praktek mandiri
Sumber data
Dokumentasi Praktek mandiri
Target
100%
Penanggung jawab Penangung jawab praktek praktek mandiri keperawatan keperawatan
INDIKATOR MUTU PELAYANAN PRAKTEK KEPERAWATAN MANDIRI
Pelayanan kewaspadaan standar Dimensi mutu
Pelayanaan kewaspadaan standar
Tujuan
Menilai adanya kewaspadaan standar pada asuhan keperawatan mandiri
Definisi
merupakan kegiatan untuk memutus mata rantai infeksi dari pasien ke petugas, pasien, lingkungan atau dan sebaliknya. Kewaspadaan standar merupakan lapis pertama yang diaplikasikan kepada semua pasien tanpa memandang apakah terinfeksi atau bukan infeksi, ditujukan terhadap darah, cairan tubuh sekresi ekskresi kecuali keringat.
Pengumpulan Data Per 1 bulan Periode analisis
Per 3 bulan
Numerator
Jumlah klien yang mengalami infeksi nosokomial selama pemberian asuhan keperawatan
Denominator
Jumlah klien yang mengalami infeksi nosokomial selama pemberian asuhan
26
Draft penyempumaan
keperawatan Sumber data
Dokumentasi Praktek mandiri
Target
100%
Penanggung jawab Penangung jawab praktek mandiri keperawatan
INDIKATOR MUTU PELAYANAN PRAKTEK KEPERAWATAN MANDIRI Akses Pelayanaan Praktek Keperawatan Mandiri Dimensi mutu
Akses Pelayanaan
Tujuan
Menilai alur pelayanan peraktek keperawatan mandiri
Definisi
Alur pasien untuk mendapatkan pelayanan keperawatan mulai dari pasien masuk sampai pulang dikelola sesuai standar peraturan perawatan mandiri dengan komponen : SPO alur klien masuk hingga keluar , kriteria klien, registrasi klien , dan klien masuk/keluar sesuai dengan ketentuan.
Pengumpulan Data Per 1 bulan Periode analisis
Per 3 bulan
Numerator
jumlah klien terregistrasi melalui alur pelayanaan perawatan di praktek mandiri
Denominator
jumlah klien terregistrasi melalui alur pelayanaan perawatan di praktek mandiri
Sumber data
Dokumentasi Praktek mandiri
Target
100%
Penanggung jawab Penangung jawab praktek mandiri keperawatan
INDIKATOR MUTU PELAYANAN PRAKTIK KEPERAWATAN MANDIRI Asuhan keperawatan : pengkajian keperawatan Dimensi mutu
Pengkajian keperawatan
Tujuan
Menilai adanya pengkajian masalah keperawatan
27
Draft penyempumaan
Definisi
Proses pengumpulan data pada pasien dan keluarga secara sistematik, menyeluruh, akurat dan berkesinambungan (bio, psiko, sosio dan spiritual).
Pengumpulan Data 1x24 jam Periode analisis
Per 3 hari
Numerator
semua jumlah pasien yang dilakukan pengkajian perawatan
Denominator
semua jumlah pasien yang dilakukan pengkajian perawatan
Sumber data
Dokumentasi asuhan keperawatan
Target
100%
Penanggung jawab Penangung jawab praktek mandiri keperawatan
INDIKATOR MUTU PELAYANAN PRAKTIK KEPERAWATAN MANDIRI Asuhan keperawatan : diagnosa keperawatan Dimensi mutu
diagnosa keperawatan
Tujuan
Menilai adanya diagnosa keperawatan
Definisi
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis perawat tentang respon pasien terhadap masalah kesehatan yang aktual, risiko maupun potensial dan dirumuskan berdasarkan hasil pengkajian.
Pengumpulan Data 1x24 jam Periode analisis
Per 3 hari
Numerator
semua jumlah pasien yang dilakukan pengkajian perawatan
Denominator
semua jumlah pasien yang dilakukan pengkajian perawatan
Sumber data
Dokumentasi asuhan keperawatan
Target
100%
Penanggung jawab Penangung jawab praktek mandiri keperawatan
28
Draft penyempumaan
INDIKATOR MUTU PELAYANAN PRAKTIK KEPERAWATAN MANDIRI Asuhan keperawatan : Perencanaan keperawatan Dimensi mutu
Perencanaan keperawatan
Tujuan
Menilai adanya Perencanaan Keperawatan
Definisi
Serangkaian rencana langkah-langkah yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah keperawatan serta meningkatkan kesehatan secara terstruktur baik mandiri dan kolaborasi dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lain.
Pengumpulan Data 1x24 jam Periode analisis
Per 3 hari
Numerator
semua jumlah pasien yang dilakukan perencanaan perawatan
Denominator
semua jumlah pasien yang dilakukan perencanaan perawatan
Sumber data
Dokumentasi asuhan keperawatan
Target
100%
Penanggung jawab Penangung jawab praktek mandiri keperawatan
INDIKATOR MUTU PELAYANAN PRAKTIK KEPERAWATAN MANDIRI
29
Draft penyempumaan
Asuhan keperawatan : implementasi keperawatan Dimensi mutu
Implementasi keperawatan
Tujuan
Menilai adanya implementasi Keperawatan
Definisi
perawat melakukan tindakan keperawatan berdasarkan rencana asuhan keperawatan dengan menerapkan etik keperawatan.
Pengumpulan Data 1x24 jam Periode analisis
Per 3 hari
Numerator
semua jumlah pasien yang dilakukan implementasi perawatan
Denominator
semua jumlah pasien yang dilakukan impelementasi perawatan
Sumber data
Dokumentasi asuhan keperawatan
Target
100%
Penanggung jawab Penangung jawab praktek mandiri keperawatan
INDIKATOR MUTU PELAYANAN PRAKTIK KEPERAWATAN MANDIRI Asuhan keperawatan : evaluasi keperawatan Dimensi mutu
evaluasi keperawatan
Tujuan
Menilai adanya evaluasi Keperawatan
Definisi
kegiatan menilai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan berdasarkan respon pasien.
Pengumpulan Data 1x24 jam Periode analisis
Per 3 hari
Numerator
semua jumlah pasien yang dilakukan evaluasi perawatan
Denominator
semua jumlah pasien yang dilakukan evaluasi perawatan
Sumber data
Dokumentasi asuhan keperawatan
30
Draft penyempumaan
Target
100%
Penanggung jawab Penangung jawab praktek mandiri keperawatan
INDIKATOR MUTU PELAYANAN PRAKTEK MANDIRI KEPERAWATAN Kecepatan proses penyembuhan luka kronik Dimensi mutu
Kecepatan penyembuhan luka
Tujuan
Menilai kecepatan waktu penyembuhan luka kronis dan mencegah komplikasi
Definisi
Waktu sejak awal pasien dirawat sampai luka menutup
Pengumpulan Data Assesment betes jensen tool Management wound bad preparation Moistur balance konsep Periode analisis
Per 12 minggu
Numerator
semua jumlah pasien yang dilakukan dalam proses perawatan selesai tepat waktu
Denominator
Semua pasien yang dilakukan perawatan dalam 12 minggu yang tepat di bandingkan dengan semua jumlah pasien
Sumber data
Dokumentasi Praktek mandiri
Target
85%
Penanggung jawab Penangung jawab praktek mandiri keperawatan
31
Draft penyempumaan
INDIKATOR MUTU PELAYANAN LABORATORIUM KESEHATAN Kecepatan Waktu Tunggu Pemeriksaan Laboratorium Dimensi mutu
Kecepatan dan ketepatan waktu pelayanan
Tujuan
Meningkatkan mutu pelayanan yang cepat dan professional
Definisi
Waktu tunggu untuk pemeriksaan laboratorium setelah proses registrasi di :
Laboratorium umum < 30 menit Laboratorium eksekutif < 15 menit
Pengumpulan Data Setiap bulan Periode analisis
Setiap 3 bulan
Numerator
Jumlah pasien yang diperiksa setelah proses registrasi pada periode tertentu di
Labratorium umum < 30 menit
32
Draft penyempumaan
Laboratorium eksekutif < 15 menit
INDIKATOR MUTU PELAYANAN PRAKTEK MANDIRI KEPERAWATAN Kenyamanan pasien Dimensi mutu
Kenyamanaan pasien
Tujuan
Meningkatkan rasa nyaman pasien dalam proses perawatan
Definisi
Berbagai intervensi keperawatan yang di berikan pada pasien untuk menimbulkan rasa nyaman dan komplikasi dari ketidaknyamanan
Pengumpulan Data Assesment pain tool Pain management Moistur balance konsep Periode analisis
Per 3 hari
Numerator
semua jumlah pasien yang dilakukan perawatan di praktek mandiri
Denominator
Semua pasien yang dilakukan perawatan dalam 3 hari yang tepat di bandingkan dengan semua jumlah pasien
Sumber data
Dokumentasi Praktek mandiri
Target
85%
Penanggung jawab Penangung jawab praktek mandiri keperawatan
33
Draft penyempumaan
INDIKATOR MUTU PELAYANAN PRAKTEK MANDIRI KEPERAWATAN Pencegahan infeksi nosocomial Dimensi mutu
Pencegahan infeksi nosocomial
Tujuan
Menilai proses bioburden
Definisi
Upaya intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mencegah infeksi nosocomial selama perawatan
Pengumpulan Data Assesment biobarden loading tool Wound infection in clinic Moistur balance konsep Tanda klinik l ainnya demam, nyeri, bengkak, kemerahan dan penurunaan fungsi laisa Periode analisis
Per 2 minggu
Numerator
semua jumlah pasien yang dilakukan perawatan di praktek mandiri
Denominator
Semua pasien yang dilakukan perawatan dalam 2 minggu yang tepat di bandingkan dengan semua jumlah pasien
Sumber data
Dokumentasi Praktek mandiri
Target
85%
Penanggung jawab Penangung jawab praktek mandiri keperawatan
INDIKATOR MUTU
34
Draft penyempumaan
PELAYANAN PRAKTEK MANDIRI KEPERAWATAN Pemeriksaan Diagnostik Pada Pasien Diabet Dimensi mutu
Pemeriksaan diagnostik pada pasien diabet
Tujuan
Menentukan masalah keperawatan pada pasien dengan diabet
Definisi
Penilaian klinis tentang respon individu terhadap masalah kesehatan
Pengumpulan Data Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan ABPI Pemeriksaan Monofilament test Pemeriksaan Graputala Dan tanda gejala perubahan kaki Periode analisis
Per 2 minggu
Numerator
semua jumlah pasien yang dilakukan perawatan di praktek mandiri
Denominator
Semua pasien yang dilakukan perawatan dalam 2 minggu yang tepat di bandingkan dengan semua jumlah pasien
Sumber data
Dokumentasi Praktek mandiri
Target
85%
Penanggung jawab Penangung jawab praktek mandiri keperawatan
INDIKATOR MUTU PELAYANAN PRAKTEK MANDIRI KEPERAWATAN Kalibrasi Alat Kesehatan Dimensi mutu
Fungsi alat kesehatan
Tujuan
Menentukan kualitas jangka pemakaian alat kesehatan
Definisi
Tindakan yang dilakukan untuk menentukan standar fungsi alat yang sesuai dengan standar nasional ataupun international
Pengumpulan Data Jadwal kalibrasi Supervisi
35
Draft penyempumaan
Tekhnisi Periode analisis
Per 6 bulan
Numerator
semua alat kesehatan yang dilakukan untuk menunjang perawatan di praktek mandiri
Denominator
Semua alat kesehatan yang digunakan untuk perawatan dikalibrasi dalam 6 bulan sesuai dengan standar nasional dan international
Sumber data
Dokumentasi Praktek mandiri
Target
85%
Penanggung jawab Penangung jawab praktek mandiri keperawatan
INDIKATOR MUTU PELAYANAN PRAKTEK MANDIRI KEPERAWATAN Alat Perlindungan Diri Dimensi mutu
Keselamatan pasien dan petugas
Tujuan
Mencegah terjadinya penyebaran infeksi akibat tindakan perawatan
Definisi
Kelengkapan yang digunakan dalam melakukan tindakan keperawatan
Pengumpulan Data Ketersediaan : Masker Gown Gloves Google glasses Apron Boot Baju antimicrobial Periode analisis
Per 24 jam
Numerator
semua jumlah petugas kesehatan yang melakukan tindakan perawatan di praktek mandiri
Denominator
Semua petugas kesehatan yang menggunakan alat perlindungan diri dalam 24 jam perawatan
36
Draft penyempumaan
Sumber data
Dokumentasi Praktek mandiri
Target
85%
Penanggung jawab Penangung jawab praktek mandiri keperawatan
INDIKATOR MUTU PELAYANAN PRAKTEK MANDIRI KEPERAWATAN Kecepatan proses penyembuhan luka acut Dimensi mutu
Kecepatan penyembuhan luka
Tujuan
Menilai kecepatan waktu penyembuhan luka kronis dan mencegah komplikasi
Definisi
Waktu sejak awal pasien dirawat sampai luka menutup
Pengumpulan Data Assesment betes jensen tool Management wound bad preparation Moistur balance konsep Periode analisis
Per 21 hari
Numerator
semua jumlah pasien yang dilakukan dalam proses perawatan selesai tepat waktu
Denominator
Semua pasien yang dilakukan perawatan dalam 21 hari yang tepat di bandingkan dengan semua jumlah pasien
Sumber data
Dokumentasi Praktek mandiri
Target
85%
Penanggung jawab Penangung jawab praktek mandiri keperawatan
37
Draft penyempumaan
INDIKATOR MUTU PELAYANAN PRAKTEK MANDIRI KEPERAWATAN Pemberian terapi tambahan Dimensi mutu
Pemberian adjuntive therapy
Tujuan
Memberikan adjuntive therapy untuk mempercepat proses penyembuhan luka
Definisi
Tindakan keperawatan yang diberikan untuk men-support tindakan keperawatan primer
Pengumpulan Data Penggunaan infrared, ozon, electrical stimulant, massage Periode analisis
Per 3 hari
Numerator
semua jumlah pasien yang dilakukan perawatan di praktek mandiri
Denominator
Semua pasien yang dilakukan perawatan dalam 3 hari yang tepat di bandingkan dengan semua jumlah pasien
Sumber data
Dokumentasi Praktek mandiri
Target
85%
Penanggung jawab Penangung jawab praktek mandiri keperawatan
INDIKATOR MUTU PELAYANAN PRAKTEK KEPERAWATAN MANDIRI Akses Pelayanan Rawat Jalan Dimensi mutu
Pelayanan rawat jalan
Tujuan
Menilai adanya alur pelayanan rawat jalan peraktek keperawatan mandiri
Definisi
Pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien dengan hemodinamik stabil tanpa harus dirawat di praktek mandiri dan bukan merupakan kegawatdaruratan pemeriksaan.
Pengumpulan Data Per 1 bulan Periode analisis
Per 3 bulan
38
Draft penyempumaan
Numerator
jumlah klien terregistrasi melalui alur pelayanaan rawat jalan keperawatan di praktek mandiri
Denominator
jumlah klien terregistrasi melalui alur pelayanaan rawat jalan keperawatan di praktek mandiri
Sumber data
Dokumentasi Praktek mandiri
Target
100%
Penanggung jawab Penangung jawab praktek mandiri keperawatan
INDIKATOR MUTU PELAYANAN PRAKTEK KEPERAWATAN MANDIRI Akses Pelayanaan Gawat Darurat Dimensi mutu
Pelayanaan gawat darurat
Tujuan
Menilai adanya pelayanan gawat darurat peraktik keperawatan mandiri
Definisi
Pelayanan yang diberikan pada pasien dengan kondisi kegawatdaruratan yang menjadi prioritas untuk dikaji dan dilakukan tindakan keperawatan oleh perawat.
Pengumpulan Data Per 1 bulan Periode analisis
Per 3 bulan
Numerator
jumlah klien terregistrasi melalui alur pelayanaan rawat jalan keperawatan di praktek mandiri
Denominator
jumlah klien terregistrasi melalui alur pelayanaan rawat jalan keperawatan di praktek mandiri
Sumber data
Dokumentasi Praktek mandiri
Target
100%
Penanggung jawab Penangung jawab praktek mandiri keperawatan
39
Draft penyempumaan
INDIKATOR MUTU PELAYANAN PRAKTEK KEPERAWATAN MANDIRI
Pelayanan Keperawatan Berkesinambungan Dimensi mutu
Pelayanaan keperawatan berkesinambungan
Tujuan
Menilai adanya pelayanan berkesimbungan peraktik keperawatan mandiri
Pelayanan Keperawatan Pasien Di praktek mandiri Dikelola Sampai Pasien Pulang Dan Dilanjutkan Di Rumah Sesuai Kebutuhan Pasien Dan Kontrak Yang Disepakati Berdasarkan Peraturan peraktek mandiri. Pengumpulan Data Per 1 bulan Definisi
Periode analisis
Per 3 bulan
Numerator
jumlah klien terregistrasi melalui alur pelayanaan berkesinambungan keperawatan di praktek mandiri
Denominator
jumlah klien terregistrasi melalui alur pelayanaan berkesinambungan keperawatan di praktek mandiri
Sumber data
Dokumentasi Praktek mandiri
Target
100%
Penanggung jawab Penangung jawab praktek mandiri keperawatan
INDIKATOR MUTU PELAYANAN PRAKTEK KEPERAWATAN MANDIRI
Pelayanan Pemindahan Klien Dimensi mutu
Pelayanaan pemindahan klien
Tujuan
Menilai adanya alur pemindahan klien di peraktik keperawatan mandiri
40
Draft penyempumaan
Suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan di luar masalah kesehatan secara vertikal (dari unit yang lebih mampu menangani), atau secara horizontal (antar unit-unit yang setingkat kemampuannya). Pengumpulan Data Per 1 bulan Definisi
Periode analisis
Per 3 bulan
Numerator
jumlah klien terregistrasi melalui alur pelayanaan pemindahan klien di praktek mandiri
Denominator
jumlah klien terregistrasi melalui alur pelayanaan pemindahan klien di praktek mandiri
Sumber data
Dokumentasi Praktek mandiri
Target
100%
Penanggung jawab Penangung jawab praktek mandiri keperawatan
INDIKATOR MUTU PELAYANAN PRAKTEK KEPERAWATAN MANDIRI
Pelayanan Pemindahan Klien Dimensi mutu
Pelayanaan pemindahan klien
Tujuan
Menilai adanya alur pemindahan klien di peraktik keperawatan mandiri
Definisi
Suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan di luar masalah kesehatan secara vertikal (dari unit yang lebih mampu menangani), atau secara horizontal (antar unit-unit yang setingkat kemampuannya).
Pengumpulan Data Per 1 bulan Periode analisis
Per 3 bulan
Numerator
jumlah klien terregistrasi melalui alur pelayanaan pemindahan klien di praktek mandiri
Denominator
jumlah klien terregistrasi melalui alur pelayanaan pemindahan klien di praktek mandiri
41
Draft penyempumaan
Sumber data
Dokumentasi Praktek mandiri
Target
100%
Penanggung jawab Penangung jawab praktek mandiri keperawatan
INDIKATOR MUTU PELAYANAN PRAKTEK KEPERAWATAN MANDIRI
Pelayanan kewaspadaan standar Dimensi mutu
Pelayanaan kewaspadaan standar
Tujuan
Menilai adanya kewaspadaan standar pada asuhan keperawatan mandiri
merupakan kegiatan untuk memutus mata rantai infeksi dari pasien ke petugas, pasien, lingkungan atau dan sebaliknya. Kewaspadaan standar merupakan lapis pertama yang diaplikasikan kepada semua pasien tanpa memandang apakah terinfeksi atau bukan infeksi, ditujukan terhadap darah, cairan tubuh sekresi ekskresi kecuali keringat. Pengumpulan Data Per 1 bulan Definisi
Periode analisis
Per 3 bulan
Numerator
Jumlah klien yang mengalami infeksi nosokomial selama pemberian asuhan keperawatan
Denominator
Jumlah klien yang mengalami infeksi nosokomial selama pemberian asuhan keperawatan
Sumber data
Dokumentasi Praktek mandiri
Target
100%
Penanggung jawab Penangung jawab praktek mandiri keperawatan
INDIKATOR MUTU PELAYANAN PRAKTEK KEPERAWATAN MANDIRI
42
Draft penyempumaan
Akses Pelayanaan Praktek Keperawatan Mandiri Dimensi mutu
Akses Pelayanaan
Tujuan
Menilai alur pelayanan peraktek keperawatan mandiri
Definisi
Alur pasien untuk mendapatkan pelayanan keperawatan mulai dari pasien masuk sampai pulang dikelola sesuai standar peraturan perawatan mandiri dengan komponen : SPO alur klien masuk hingga keluar , kriteria klien, registrasi klien , dan klien masuk/keluar sesuai dengan ketentuan.
Pengumpulan Data Per 1 bulan Periode analisis
Per 3 bulan
Numerator
jumlah klien terregistrasi melalui alur pelayanaan perawatan di praktek mandiri
Denominator
jumlah klien terregistrasi melalui alur pelayanaan perawatan di praktek mandiri
Sumber data
Dokumentasi Praktek mandiri
Target
100%
Penanggung jawab Penangung jawab praktek mandiri keperawatan
INDIKATOR MUTU PELAYANAN PRAKTEK MANDIRI KEPERAWATAN Penanganan Pasien Gawat Darurat Dimensi mutu
Penanganan pasien gawat darurat
Tujuan
Memberikan pertolongan pertama pada pasien dengan gawat darurat
Definisi
Pertolongan pertama pada pasien dengan gawat darurat
Pengumpulan Data Assessment A-B-C-D Periode analisis
Per 15 menit
Numerator
semua jumlah pasien yang dilakukan perawatan di praktek mandiri yang membutuhkan pertolongan pertama gawat darurat
Denominator
Semua pasien yang dilakukan perawatan dalam 3 hari yang tepat di bandingkan dengan semua jumlah pasien yang membutuhkan pertolongan pertama gawat darurat
Sumber data
Dokumentasi Praktek mandiri
Target
85%
43
Draft penyempumaan
Penanggung jawab Penangung jawab praktek mandiri keperawatan
INDIKATOR MUTU PELAYANAN PRAKTEK MANDIRI KEPERAWATAN Penanganan Pasien Palliative Dimensi mutu
Penanganan pasien palliative
Tujuan
Memberikan perawatan luka untuk meningkatkan kenyamanan pasien
Definisi
Perawatan luka pada pasien yang berada di end stage suatu penyakit untuk meningkatkan kenyamanan
Pengumpulan Data Per 3 hari Periode analisis
Per 3 hari
Numerator
semua jumlah pasien yang dilakukan perawatan di praktek mandiri dengan end stage penyakit
Denominator
Semua pasien yang dilakukan perawatan dalam 3 hari yang tepat di bandingkan dengan semua jumlah pasien end stage penyakit
Sumber data
Dokumentasi Praktek mandiri
Target
85%
Penanggung jawab Penangung jawab praktek mandiri keperawatan
INDIKATOR MUTU PELAYANAN PRAKTEK MANDIRI KEPERAWATAN Kenyamanan pasien Dimensi mutu
Kenyamanaan pasien
44
Draft penyempumaan
Tujuan
Meningkatkan rasa nyaman pasien dalam proses perawatan
Definisi
Berbagai intervensi keperawatan yang di berikan pada pasien untuk menimbulkan rasa nyaman dan komplikasi dari ketidaknyamanan
Pengumpulan Data Assesment pain tool Pain management Moistur balance konsep Periode analisis
Per 3 hari
Numerator
semua jumlah pasien yang dilakukan perawatan di praktek mandiri
Denominator
Semua pasien yang dilakukan perawatan dalam 3 hari yang tepat di bandingkan dengan semua jumlah pasien
Sumber data
Dokumentasi Praktek mandiri
Target
85%
Penanggung jawab Penangung jawab praktek mandiri keperawatan
INDIKATOR MUTU PELAYANAN PRAKTEK MANDIRI KEPERAWATAN Kecepatan Waktu Pelayanan Tindakan Perawatan Dimensi mutu
Kepuasaan pelanggan
Tujuan
Menilai kecepatan waktu pelayanan tindakan perawatan pasien dan meminimalkan komplain pelanggan
Definisi
Waktu sejak pasien menjalankan tindakan perawatan hingga selesai prosedur
45
Draft penyempumaan
tindakan perawatan
Luka kecil ≤ 30 menit
Luka besar ≤ 55 menit
Pengumpulan Data Setiap hari Periode analisis
Per 3 hari
Numerator
semua jumlah pasien yang dilakukan perawatan di praktek mandiri
Denominator
Semua pasien yang dilakukan perawatan dalam 3 hari yang tepat di bandingkan dengan semua jumlah pasien
Sumber data
Dokumentasi Praktek mandiri
Target
85%
Penanggung jawab Penangung jawab praktek mandiri keperawatan
INDIKATOR MUTU PELAYANAN PRAKTEK MANDIRI KEPERAWATAN Kecepatan Waktu Pelayanan Tindakan Debridement Besar Dimensi mutu
Kepuasaan pelanggan
Tujuan
Menilai kecepatan waktu pelayanan tindakan debridement besar dan meminimalkan komplain pelanggan
Definisi
Waktu sejak pasien menjalankan tindakan debridement besar hingga selesai prosedur tindakan
Pengumpulan Data Setiap hari Periode analisis
Per 120 menit
Numerator
semua jumlah pasien yang dilakukan perawatan di praktek mandiri
Denominator
Semua pasien yang dilakukan perawatan dalam 120 menit yang tepat di bandingkan dengan semua jumlah pasien
Sumber data
Dokumentasi Praktek mandiri
Target
85%
Penanggung jawab Penangung jawab praktek mandiri keperawatan
46
Draft penyempumaan
INDIKATOR MUTU PELAYANAN PRAKTEK MANDIRI KEPERAWATAN Pendidikan Kesehatan Dimensi mutu
Pendidikan kesehatan
Tujuan
Menilai kemampuan pengetahuan pasien terhadap pelayanan tindakan perawatan
Definisi
Waktu sejak pasien menanyakan jenis tindakan pelayanan pasien
Pengumpulan Data Setiap hari Periode analisis
Per 3 hari
Numerator
semua jumlah pasien yang dilakukan perawatan di praktek mandiri
Denominator
Semua pasien yang dilakukan perawatan dalam 3 hari yang tepat di bandingkan dengan semua jumlah pasien
Sumber data
Dokumentasi Praktek mandiri
Target
85%
Penanggung jawab Penangung jawab praktek mandiri keperawatan
INDIKATOR MUTU PELAYANAN PRAKTEK MANDIRI KEPERAWATAN
47
Draft penyempumaan
Kunjungan Rumah Dimensi mutu
Kunjungan rumah
Tujuan
Menilai percepatan penyembuhan pelayanan di rumah
Definisi
Waktu sejak pasien menjalankan tindakan perawatan di rumah hingga selesai perawatan
Pengumpulan Data Setiap hari Periode analisis
Per 3 hari
Numerator
semua jumlah pasien yang dilakukan perawatan di praktek mandiri
Denominator
Semua pasien yang dilakukan perawatan dalam 3 hari yang tepat di bandingkan dengan semua jumlah pasien
Sumber data
Dokumentasi Praktek mandiri
Target
85%
Penanggung jawab Penangung jawab praktek mandiri keperawatan
INDIKATOR MUTU PELAYANAN PRAKTEK MANDIRI KEPERAWATAN Penerimaan Pasien Baru Dimensi mutu
Penerimaan pasien baru
Tujuan
Mempercepat peningkatan kepuasan penerimaan penerimman pasien baru
Definisi
Waktu sejak pasien mendaftarkan diri untuk dilakukan perawatan hingga selesai prosedur pelayanan perawatan
Pengumpulan Data Setiap hari Periode analisis
Per 15 menit
Numerator
semua jumlah pasien yang dilakukan perawatan di praktek mandiri
Denominator
Semua pasien yang dilakukan perawatan dalam 15 menit yang tepat di
48
Draft penyempumaan
bandingkan dengan semua jumlah pasien Sumber data
Dokumentasi Praktek mandiri
Target
85%
Penanggung jawab Penangung jawab praktek mandiri keperawatan
INDIKATOR MUTU PELAYANAN PRAKTEK MANDIRI KEPERAWATAN Deteksi Dini Luka Diabet Dimensi mutu
Deteksi dini luka diabet
Tujuan
Menilai percepatan deteksi dini luka diabet
Definisi
Waktu sejak pasien menajalankan pencegahan sejak dini luka diabet
Pengumpulan Data Per 3 hari Periode analisis
Per 3 hari
Numerator
semua jumlah pasien yang dilakukan perawatan di praktek mandiri
Denominator
Semua pasien yang dilakukan perawatan dalam 3 hari yang tepat di bandingkan dengan semua jumlah pasien
Sumber data
Dokumentasi Praktek mandiri
Target
85%
Penanggung jawab Penangung jawab praktek mandiri keperawatan
49
Draft penyempumaan
INDIKATOR MUTU PELAYANAN PRAKTEK MANDIRI KEPERAWATAN Rujukan Pasien Dimensi mutu
Rujukan pasien
Tujuan
Menilai kecepatan waktu merujuk pasien dengan sistemik buruk
Definisi
Waktu sejak pasien mengalami peningkatan sistemik buruk hingga sistemik membaik
Pengumpulan Data Referensi Periode analisis Numerator
semua jumlah pasien yang dilakukan perawatan di praktek mandiri
Denominator
Semua pasien yang dilakukan perawatan dalam 3 hari yang tepat di bandingkan dengan semua jumlah pasien
Sumber data
Dokumentasi Praktek mandiri
Target
85%
Penanggung jawab Penangung jawab praktek mandiri keperawatan
INDIKATOR MUTU PELAYANAN PRAKTEK MANDIRI KEPERAWATAN Pemesan Stock Depo Farmasi Dimensi mutu
Pemesanan stock depo farmasi
Tujuan
Menilai stock depo farmasi
Definisi
Waktu sejak pemesanan stock depo farmasi hingga selesai perhitungan barang
50
Draft penyempumaan
depo Pengumpulan Data Setiap 1 minggu Periode analisis
Per 1 minggu
Numerator
semua jumlah pasien yang dilakukan perawatan di praktek mandiri
Denominator
Semua pasien yang dilakukan perawatan dalam 1 minggu yang tepat di bandingkan dengan semua jumlah pasien
Sumber data
Dokumentasi Praktek mandiri
Target
85%
Penanggung jawab Penangung jawab praktek mandiri keperawatan
INDIKATOR MUTU PELAYANAN PRAKTEK MANDIRI KEPERAWATAN Menerima Rujukan Pasien Dimensi mutu
Menerima rujukan pasien
Tujuan
Menilai keefektifan penerimaan rujukan pasien hingga perawatan
Definisi
Waktu penerimaan rujukan pasien hingga selesai prosedur tindakan
Pengumpulan Data Setiap hari Periode analisis
Per 3 hari
Numerator
semua jumlah pasien yang dilakukan perawatan di praktek mandiri
Denominator
Semua pasien yang dilakukan perawatan dalam 3 hari yang tepat di bandingkan dengan semua jumlah pasien
Sumber data
Dokumentasi Praktek mandiri
Target
85%
Penanggung jawab Penangung jawab praktek mandiri keperawatan
51
Draft penyempumaan
INDIKATOR MUTU PELAYANAN PRAKTEK MANDIRI KEPERAWATAN Follow Up Pasien Dimensi mutu
Follow up pasien
Tujuan
Menilai ketepatan penjadwalan pelayanan
Definisi
Mengidentifikasi ketepatan penjadwalan pasien terhadap peningkatan pelayanan
Pengumpulan Data Setiap hari Periode analisis
Per 30 menit
Numerator
semua jumlah pasien yang dilakukan perawatan di praktek mandiri
Denominator
Semua pasien yang dilakukan perawatan dalam 30 menit yang tepat di bandingkan dengan semua jumlah pasien
Sumber data
Dokumentasi Praktek mandiri
Target
85%
Penanggung jawab Penangung jawab praktek mandiri keperawatan
INDIKATOR MUTU PELAYANAN PRAKTEK MANDIRI KEPERAWATAN
52
Draft penyempumaan
Penanganan Komplain Dimensi mutu
Penanganan komplain
Tujuan
Menilai penanganan komplain yang diberikan oleh pasien
Definisi
Mengidentifikasi penanganan komplain terhadap tindakan perawatan yang telah diberikan
Pengumpulan Data Per 3 hari Periode analisis
Per 3 hari
Numerator
semua jumlah pasien yang dilakukan perawatan di praktek mandiri
Denominator
Semua pasien yang dilakukan perawatan dalam 3 hari yang tepat di bandingkan dengan semua jumlah pasien
Sumber data
Dokumentasi Praktek mandiri
Target
85%
Penanggung jawab Penangung jawab praktek mandiri keperawatan
INDIKATOR MUTU PELAYANAN PRAKTEK MANDIRI KEPERAWATAN Pencegahan infeksi nosocomial Dimensi mutu
Pencegahan infeksi nosocomial
Tujuan
Menilai proses bioburden
Definisi
Upaya intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mencegah infeksi nosocomial selama perawatan
Pengumpulan Data Assesment biobarden loading tool Wound infection in clinic Moistur balance konsep Kultur mikroorganisme pada luka Tanda klinik l ainnya demam, nyeri, bengkak, kemerahan dan penurunaan fungsi laisa Periode analisis
Per 2 minggu
Numerator
semua jumlah pasien yang dilakukan perawatan di praktek mandiri
Denominator
Semua pasien yang dilakukan perawatan dalam 2 minggu yang tepat di bandingkan dengan semua jumlah pasien
Sumber data
Dokumentasi Praktek mandiri
53
Draft penyempumaan
Target
85%
Penanggung jawab Penangung jawab praktek mandiri keperawatan
INDIKATOR MUTU PELAYANAN PRAKTEK MANDIRI KEPERAWATAN Pemeriksaan Diagnostik Pada Pasien Diabet Dimensi mutu
Pemeriksaan diagnostik pada pasien diabet
Tujuan
Menentukan masalah keperawatan pada pasien dengan diabet
Definisi
Penilaian klinis tentang respon individu terhadap masalah kesehatan
Pengumpulan Data Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan ABPI Pemeriksaan Monofilament test Pemeriksaan Graputala Dan tanda gejala perubahan kaki Periode analisis
Per 2 minggu
Numerator
semua jumlah pasien yang dilakukan perawatan di praktek mandiri
Denominator
Semua pasien yang dilakukan perawatan dalam 2 minggu yang tepat di bandingkan dengan semua jumlah pasien
Sumber data
Dokumentasi Praktek mandiri
Target
85%
Penanggung jawab Penangung jawab praktek mandiri keperawatan
54
Draft penyempumaan
INDIKATOR MUTU PELAYANAN PRAKTEK MANDIRI KEPERAWATAN Kalibrasi Alat Kesehatan Dimensi mutu
Fungsi alat kesehatan
Tujuan
Menentukan kualitas jangka pemakaian alat kesehatan
Definisi
Tindakan yang dilakukan untuk menentukan standar fungsi alat yang sesuai dengan standar nasional ataupun international
Pengumpulan Data Jadwal kalibrasi Supervisi Tekhnisi Periode analisis
Per 6 bulan
Numerator
semua alat kesehatan yang dilakukan untuk menunjang perawatan di praktek mandiri
Denominator
Semua alat kesehatan yang digunakan untuk perawatan dikalibrasi dalam 6 bulan sesuai dengan standar nasional dan international
Sumber data
Dokumentasi Praktek mandiri
Target
85%
Penanggung jawab Penangung jawab praktek mandiri keperawatan
INDIKATOR MUTU
55
Draft penyempumaan
PELAYANAN PRAKTEK MANDIRI KEPERAWATAN Alat Perlindungan Diri Dimensi mutu
Keselamatan pasien dan petugas
Tujuan
Mencegah terjadinya penyebaran infeksi akibat tindakan perawatan
Definisi
Kelengkapan yang digunakan dalam melakukan tindakan keperawatan
Pengumpulan Data Ketersediaan : Masker Gown Gloves Google glasses Apron Boot Baju antimicrobial Periode analisis
Per 24 jam
Numerator
semua jumlah petugas kesehatan yang melakukan tindakan perawatan di praktek mandiri
Denominator
Semua petugas kesehatan yang menggunakan alat perlindungan diri dalam 24 jam perawatan
Sumber data
Dokumentasi Praktek mandiri
Target
85%
Penanggung jawab Penangung jawab praktek mandiri keperawatan
INDIKATOR MUTU PELAYANAN PRAKTEK MANDIRI KEPERAWATAN Pencegahan infeksi nasocomial Dimensi mutu
Pencegahan infeksi
Tujuan
Menilai pencegahan proses bioburden
Definisi
Waktu sejak luka terjadi dalam penyembuhan luka
Pengumpulan Data Assesment biobarden loading tool Wound infection in clinic Moistur balance konsep Periode analisis
Per 2 minggu
56
Draft penyempumaan
Numerator
semua jumlah pasien yang dilakukan perawatan di praktek mandiri
Denominator
Semua pasien yang dilakukan perawatan dalam 2 minggu yang tepat di bandingkan dengan semua jumlah pasien
Sumber data
Dokumentasi Praktek mandiri
Target
85%
Penanggung jawab Penangung jawab praktek mandiri keperawatan
57
Draft penyempumaan
dan ektrinsik) yang dirawat di unit pera watan selama periode waktu tertentu setiap bulan D. Angka Kejadian Cidera Akibat Restrain Topik Indikator Rasional
Formula
Angka pasien dengan cidera akibat restrain Pasien yang dipasang restrain sangat berpotensi terjadi cidera, bisa berupa lecet pada kulit, terjatuh, atau aspirasi. Jumlah pasien dengan cidera akibat restrain X 100 % Total pasien yang dipasang restrain
Definisi operasional Cedera akibat restrain adalah cedera berupa lecet pada kulit, terjatuh, atau aspirasi yang diakibatkan oleh pemasangan restrain. Pengecualiannya adalah semua pasien yang sudah cidera sebelum dilakukan pemasangan restrain, seperti lecet atau luka.
Numerator (Pembilang) Denumerator
Jumlah pasien cidera akibat pemasangan restrain adalah jumlah pasien yang cidera saat dipasang restrain. Total pasien yang dipasang restrain adalah semua pasien yang terpasang restrain pada periode waktu tertentu
II. ANGKA KETERBATASAN PERAWATAN DIRI
Topik Indikator Rasional
Angka TIDAK terpenuhinya kebutuhan mandi, berpakaian, toileting (eliminasi) yang disebabkan oleh keterbatasan perawatan diri Mandi, berpakaian dan toileting (eliminasi) merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi agar tidak timbul masalah- masalah lain sebagai akibat dari tidak terpenuhinya kebutuhan kebersihan da n perawatan diri, misalnya penyakit kulit, rasa tidak nyaman, infeksi saluran kemih, dll. Pasien yang dirawat karena penyakitnya dapat mengalami keterbatasan perawatan diri. Keterbatasan diri tergantung tingkat ketergantungan diri klien pada asuhan keperawatan- sebagian atau total.
Formula
Angka tidak terpenuhi kebutuhan diri (mandi, berpakaian, toileting) pada tingkat ketergantungan sebagian dan total= Jumlah pasien yg tidak terpenuhi kebutuhan diri x 100% Jumlah pasien dirawat dgn tingkat ketergantungan sebagian & total
Definisi operasional
Tingkat tidak terpenuhinya kebutuhan pasien terhadap kebutuhan diri untuk mandi, berpakaian dan toileting (eliminasi). Pemenuhan perawatan diri pasien yang mengalami keterbatasan diri untuk mandi, berpakaian, dan toileting (eliminasi). Keterbatasan diri
58
Draft penyempumaan
dibagi menjadi keterbatasan sebagian dan total, sehingga menyebabkan tingkat ketergantungan sebagian dan total pada asuhan keperawatan. Cara Penghitungan: •
Mengisi format sub indikator sesuai dengan kriteria
• •
Sub indikator harus terisi seluruhnya/lengkap Dilakukan pada survey waktu tertentu. • Dilakukan penjumlahan pasien yang tidak terpenuhi kebutuhannya
Sub Indikator tidak terpenuhinya perawatan diri adalah • Mandi : kulit, gigi, mata, rambut, tidak bau badan, perineum bersih. • Berpakaian dan berpakaian: Baiu bersih dan kering, rambut rapih, wajah segar • Toileting: berkemih (b.a.k) dan defekasi (b.a.b) pola normal
Numerator (Pembilang) Denumerator
Jumlah pasien tidak terpenuhi kebutuhan diri pada bulan pengukuran Jumlah pasien total dan partial care adalah jumlah pasien pada bulan pengukuran.
III. TINGKAT KEPUASAN PASIEN DAN KELUARGA TERHADAP PELAYANAN KEPERAWATAN Topik Indikator Tingkat Kepuasan Pasien dan Keluarga terhadap pelayanan keperawatan Rasional
Formula
Definisi operasional
Pelayanan keperawatan sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan sehingga kepuasan merupakan tujuan utama dalam memberikan pelayanan yang berkualitas. Kepuasan merupakan bagian yang penting dan hal tersebut akan terwujud bila ada komitmen, persistensi dan determinasi mulai dari top manajer perawatan dan staf. Angka kepuasan = jumlah pasien yang menyatakan puas thd yankep X 100% jumlah pasien yg dilakukan survey pada periode tertentu Kepuasan pasien adalah a. Terpenuhinya kebutuhan pasien/keluarga terhadap pelayanan keperawatan yang diharapkan. b. Persentase kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan. Elemen indikator adalah kriteria yang memperlihatkan tingkatan ke puasan pasien. Elemen indikator pada survey terdiri dari: a. kelengkapan dan ketepatan informasi b. penurunan kecemasan c. perawat trampil profesional d. pasien merasa nyaman
59
Draft penyempumaan
Numerator (Pembilang) Denumerator
e. terhindar dari bahaya f. perawat ramah dan empati Jumlah pasien pulang yang menyatakan puas terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan. Jumlah pasien yang dilakukan survey p ada periode tertentu. Kriteria pasien yang dilakukan survey adalah setiap pasien baru yang telah dirawat : •
selama 3 hari
•
tidak pulang paksa
•
pulang hidup
IV. KENYAMANAN a. Angka Tatalaksana Pasien Nyeri Topik Indikator Rasional
Tatalaksana Pasien Nyeri
•
• Tujuan
•
•
Formula
Tatalaksana nyeri adalah merupakan inti dari pelayanan keperawatan. Buruknya pelayanan keperawatan dalam penatalaksanaan nyeri adalah merupakan indikator buruknya KUALITAS pelayanan. Penatalaksanaan nyeri ditujukan untuk mempertahankan kenyamanan dan memperbaiki kualitas kehidupan pasien. Paling sedikit 90% askep yang terdokumentasi akan mencakup skala nyeri yang dialami pasien seperti yang didefinisikan dalam standar nyeri. Paling sedikit 90% tindakan yang dilakukan perawat adalah respon terhadap nyeri yang dikemukakan oleh pasien untuk mencapai kriteria nyaman/ nyeri terkontrol.
Persentase pasien dengan nyeri yang terdokumentasi dalam askep: Jumlah total asien n eri an terdokumentasi x 100% Jumlah total pasien per periode waktu tertentu Persentase tatalaksana pasien nyeri: Jumlah total pasien terdokumentasi nyeri skala > 4 per periode waktu tertentu
Definisi operasional •
•
•
Tindakan perawat adalah berbagai tindakan keperawatan yang dilakukan oleh perawat untuk merespon nyeri sesuai ambang skala yang ditetapkan dan sesuai dengan rencana perawatan yang dibuat, termasuk kunjungan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan lain Nyeri adalah sensasi atau perasaan tidak nyaman yang bersifat subjektif yang diutarakan/digambarkan oleh pasien dan perlu ditangani/ dilakukan tatalaksanan nyeri. Untuk tujuan indikator ini, yang dimaksud dengan
60
Draft penyempumaan
tindakan adalah berbagai tindakan yang dilakukan sebagai respon terhadap ambang nyeri pada skala nyeri 4 atau lebih TIDAK termasuk follow-up pengkajian karena termasuk pada kewajiban Numerator (Pembilang) Denumerator
Jumlah total tindakan perawat sebagai respon nyeri
Sumber Data
Jumlah total pasien terdokumentasi nyeri pada skala 4/> per periode waktu tertentu Medical Record Pasien/ catatan medik pasien
Populasi Frekuensi
Semua pasien yang masuk di unit perawatan Per bulan
Angka Kenyamanan Pasien Topik Indikator
Pasien merasa nyaman: Pasien dengan rasa nyeri terkontrol
Rasional
Nyeri mengakibatkan ketidaknyamanan pasien. Pasien akan puas dengan mempertahankan tingkat kenyamanan (nyeri terkontrol) pada skala nyeri kurang dari 4 pada skala 0-10, dengan, dengan mengidentifikasikan 0 sebagai skala nyeri terendah (tidak nyeri).
Formula
Angka kenyamanan pasien= Jumlah pasien dengan nyeri terkontrol x 100 % Jumlah pasien yang terdokumentasi nyeri per periode waktu tertentu
Definisi operasional
•
•
Numerator (Pembilang) Denumerator
Nyeri adalah suatu kondisi yang lebih dari sekadar sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu, bersifat subjektif dan sangat individual Pasien dengan nyeri terkontrol adalah pasien yang menuniukkan skala nyeri dibawah 4 sampai dengan 0 pada skala 0-10 atau dengan gold standard : pasien menyatakan tidak merasakan nyeri, tidak ada ketakutan, kecemasan dan depresi setelah diberikan tindakan keperawatan selama periode waktu tertentu.
Jumlah pasien dengan nyeri terkontrol
Sumber Data
Jumlah pasien yang terdokumentasi nyeri per periode waktu tertentu Medical Record Pasien/ catatan medik pasien
Populasi Frekuensi
Semua pasien yang masuk di unit perawatan Per bulan
61
Draft penyempumaan
V. ANGKA KEJADIAN CEMAS Topik Indikator Rasional
Formula
Identifikasi kecemasan pasien Kejadian cemas dapat mempengaruhi status kesehatan pasien karena dapat menyebabkan ketidaknyamanan, bertambahnya hari rawat dan pasien dapat mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Angka Kejadian Cemas pada Ruang Rawat Umum = Jumlah pasien cemas x 100% Jumlah pasien yang dirawat Angka Kejadian Cemas pada Ruang Rawat Psikiatri = Jumlah pasien cemas 3 x 24 iam x 100%
Jumlah pasien yang dirawat dlm waktu 3x24 jam Definisi operasional Cemas adalah perasaan was-was, kuatir atau tidak nyaman seakan-akan terjadi suatu yang dirasakan sebagai ancaman. Angka Kejadian Pasien Cemas adalah presentasi jumlah prevalensi pasien cemas (dari rata-rata identifikasi aspek: materi pendidikan/penyuluhan kepada pasien yang diberikan diulang/review oleh pasien, materi pendidikan/penyuluhan direview kembali oleh perawat dan dilakukan tanya jawab, informasi yang cukup diberikan untuk mengurangi cemas) yang dirawat di sarana kesehatan selama periode waktu tertentu setiap bulan.
Numerator (Pembilang)
Jumlah pasien cemas adalah total/jumlah pasien cemas bedasarkan hasil identifikasi pasien cemas (dari rata -rata identifikasi aspek : materi pendidikan/ penyuluhan kepada pasien yang diberikan diulang/review oleh pasien, materi pendidikan/ penyuluhan direview kembali oleh perawat dan dilakukan tanya jawab, informasi yang cukup diberikan untuk mengurangi cemas) yang dirawat disarana kesehatan selama waktu tertentu setiap bulan
Denumerator
Jumlah pasien yang dirawat adalah total/ jumlah pasien dirawat di sarana kesehatan selama periode waktu tertentu setiap bulan.
62
Draft penyempumaan
VI. PENGETAHUAN A. Pengetahuan tentang Perawatan Penyakitnya Topik Indikator Rasional
Pengetahuan Tentang Perawatan Penyakitnya Indikator ini menunjukkan kemungkinan masalah dalam memberikan informasi pengetahuan kepada pasien di ruang perawatan. Informasi yang diterima oleh pasien berhubungan dengan kondisi dan perawatan yang diterimanya. Jumlah pasien yang kurang pengetahuan x 100% Jumlah pasien yang dirawat pada periode tertentu
Formula
Definisi operasional
Numerator (Pembilang)
Denumerator
Pengetahuan adalah kemampuan pasien mengetahui informasi tentang perawatan penyakitnya
Jumlah pasien yang kurang pengetahuan adalah jumlah pasien yang setelah dikaji menunjukkan bahwa pasien/keluarga kurang pengetahuan tentang penyakitnya dan perawatannya. Jumlah pasien yang dirawat pada periode tertentu adalah jumlah pasien yang dirawat di ruang tertentu dan dihitung pada periode tertentu.
B. Perencanaan Pasien Pulang Topik Indikator Rasional
Perencanaan Pemulangan Pasien (disc harg e planning ) Waktu rawat pasien di ruang emergency menjadi lebih pendek berkaitan dengan pembiayaan, meskipun demikian pasien tetap membutuhkan perawatan bila pulang kerumah. Dischard planning merupakan proses antisipasi dan perencanaan kebutuhan pasien setelah pulang atau bila dirujuk ke sarana kesehatan lain. Perencanaan pemulangan dimulai sejak pasien masuk, bahkan dapat dilakukan sebelumnya, sebagai contoh untuk pasien yang akan dilakukan operasi, dokter telah memberikan penjelasan be rapa lama pasien akan dirawat
Formula
Jumlah pasien vana tidak dibuat discharae plannina pada periode tertentu x 100% Jumlah pasien yang dirawat pada periode tertentu
Definisi operasional
Discharge Planning adalah suatu proses yang dipakai sebagai pengambilan keputusan dalam hal memenuhi kebutuhan pasien untuk kesempurnaan kepindahan pasien dari satu tempat perawatan ke tempat lainnya.
Numerator (Pembilang)
Jumlah pasien yang tidak dibuat discharge planning pada periode tertentu adalah jumlah pasien yang dirawat pada periode tertentu tidak dibuatkan discharge planning.
Denumerator
Jumlah pasien yang dirawat pada periode tertentu adalah jumlah pasien yang dirawat pada periode tertentu
63
Draft penyempumaan
INDIKATOR MUTU PELAYANAN PRAKTEK MANDIRI KEPERAWATAN Pencegahan infeksi nasocomial Dimensi mutu
Pencegahan infeksi
Tujuan
Menilai pencegahan proses bioburden
Definisi
Waktu sejak luka terjadi dalam penyembuhan luka
Pengumpulan Data Assesment biobarden loading tool Wound infection in clinic Moistur balance konsep Periode analisis
Per 2 minggu
Numerator
semua jumlah pasien yang dilakukan perawatan di praktek mandiri
Denominator
Semua pasien yang dilakukan perawatan dalam 2 minggu yang tepat di bandingkan dengan semua jumlah pasien
Sumber data
Dokumentasi Praktek mandiri
Target
85%
Penanggung jawab Penangung jawab praktek mandiri keperawatan
64
Draft penyempumaan
INDIKATOR MUTU PELAYANAN PRAKTEK KEPERAWATAN MANDIRI Akses Pelayanaan Praktek Keperawatan Mandiri Dimensi mutu
Akses Pelayanaan
Tujuan
Menilai alur pelyanaan peraktek keperawatan mandiri
Definisi
Alur pasien untuk mendapatkan pelayanan keperawatan mulai dari pasien masuk sampai pulang dikelola sesuai standar peraturan perawatan mandiri dengan komponen : SPO alur pasien masuk hingga keluar , krakteria dan registrasi
Pengumpulan Data Assesment biobarden loading tool Wound infection in clinic Moistur balance konsep Periode analisis
Per 2 minggu
Numerator
semua jumlah pasien yang dilakukan perawatan di praktek mandiri
Denominator
Semua pasien yang dilakukan perawatan dalam 2 minggu yang tepat di bandingkan dengan semua jumlah pasien
Sumber data
Dokumentasi Praktek mandiri
Target
85%
Penanggung jawab Penangung jawab praktek mandiri keperawatan
65