SKRIPSI
PENGARUH MASSASE EKSTREMITAS DENGAN AROMA TERAPI LAVENDER TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI KELURAHAN GRENDENG PURWOKERTO
Disusun Oleh: INDAH SETYA WAHYUNI G1D010032
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN PURWOKERTO 2014
PERNYATAAN KEASLIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Indah Setya Wahyuni
NIM
: G1D010032
Status
: Mahasiswa Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman
Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis ilmiah ini belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik sarjana baik di keperawatan maupun gelar sarjana lain. Pada karya tulis ilmiah ini tidak terdapat karya orang lain maupun pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan oleh orang lain, kecuali secara tertulis dan jelas dicantumkan nama dan daftar pustaka sebagai acuan dalam naskah.
Purwokerto, Februari 2014
Indah Setya Wahyuni G1D010032
iii
PERSEMBAHAN
Karya tulis ini saya persembahkan untuk : Allah SWT, atas segala rahmatNYA Kedua orang tuaku, Bapak (Wahyudi) dan Ibu (Setyawati), terimakasih atas segala dukungan, semangat, kasih saying, dan doa-doa yang terus mengalir untukku Adikku, Kartika Dwi Kusumawati yang selalu memberikan semangat luar biasa Kawan-kawan
seperjuangan
dan
sahabat
yang
selalu
memberikan semangat dan pencerahan (Dinna, Totoh, Retna, Risya, Rian, Vina, Rian, Dias, Suryo, Imam, dan Lia) terimakasih banyak Pembimbing saya Pak Asep Iskandar dan Pak Arief Zaenudin, Terimakasih sudah membimbing dengan sabar, serta nasehat yang diberikan kepada saya Penguji saya Ibu Rahmi Setyani terimakasih atas saran dan masukan
yang
telah
diberikan
untuk
penyempurnaan
penyusunan skripsi ini Terimakasih
kepada
kepala
Desa
Kelurahan
Grendeng
Purwokerto yang telah mengijinkan penelitian serta kepada warga Kelurahan Grendeng Purwokerto yang sudah bersedia menjadi responden penelitian ini Teman seperjuanganku angkatan 2010
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Indah Setya Wahyuni
Tempat, Tanggal Lahir
: Purworejo, 14 Maret 1992
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Perum Karya Tama Rt 03/ Rw 02 Pangenjuru Tengah Purworejo, 54114
No Telepon
: 085 724 126 060
Riwayat Pendidikan : 1. TK Masyithoh XV Pangenjuru Tengah, Lulus Tahun 1998 2. SD Negeri 1 Pangenjuru Tengah, Lulus Tahun 2004 3. SMP Negeri 6 Purworejo, Lulus Tahun 2007 4. SMA Negeri 3 Purworejo, Lulus Tahun 2010 5. Mahasiswa FKIK, Jurusan Keperawatan, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Tahun angkatan 2010 – sekarang.
v
PENGARUH MASSASE EKSTREMITAS DENGAN AROMA TERAPI LAVENDER TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH LANSIA HIPERTENSI DI KELURAHAN GRENDENG PURWOKERTO
ABSTRAK
Latar Belakang: Proses penuaan terjadi secara alami dengan konsekuensi timbulnya masalah fisik, mental, dan sosial. Salah satu masalah fisik yang biasanya terjadi pada lansia adalah meningkatnya tekanan darah atau hipertensi. Tujuan: mengetahui pengaruh massage ekstremitas dengan aroma terapi lavender terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di Kelurahan Grendeng Purwokerto. Metode: jenis penelitian pre-eksperimen dengan rancangan penelitian one group pre test and post test design. Metode purposive sampling, penelitian pada tanggal 15 Desember – 29 Desember 2013. Instrumen menggunakan spigmomanometer dan dianalisis dengan uji wilcoxon. Hasil: Sampel penelitian sebanyak 38 responden , rentang usia 55-65 tahun. Terdapat perbedaan jumlah responden laki-laki dan perempuan yaitu dari 3 lakilaki dan 35 perempuan. Hasil rata-rata tekanan darah sistolik sebelum intervensi adalah 140,00 mmHg dan rata-rata tekanan darah sistolik setelah intervensi adalah 133,95 mmHg dengan nilai p value= 0,000. Sedangkan tekanan darah diastolik sebelum intervensi adalah 90,00 mmHg dan rata-rata tekanan diastolik setelah intervensi adalah 80,00 mmHg dengan nilai p value=0.005. Kesimpulan: ada pengaruh massage ekstremitas dengan aroma terapi lavender terhadap penurunan tekanan darah lansia hipertensi di Kelurahan Grendeng Purwokerto. Kata Kunci : Hipertensi pada lansia, massage, aroma terapi lavender
vi
The influence of massage ekstrimitas with aroma therapy lavender to a decrease in blood pressure for the elderly hypertension in Kelurahan Grendeng Purwokerto Abstract The background : An aging process occurring naturally the onset of physical problems, with the consequences mental, and social. Any physical problems that occurs commonly in rheumatoid arthritis is the increase in blood pressure or hypertension. Purpose : find out the influence of massage ektrimitas with aroma therapy lavender to a decrease in blood pressure on for the elderly with hypertension in Kelurahan Grendeng Purwokerto. Method : the kind of research pre-eksperiment to a draft research one group pre test and test post design. A method of purposive of sampling, research on december 15 to 29 december 2013. An instrument to use spigmomanometer and analyzed with the t-test but unormally data so alternative with wilcoxon. The result : A sample of research as many as 38 respondents, 55-65 years, the span of age there are differences the number of respondents men and women is than 3 men and 35 women. the average blood pressure systolic before the intervention is 140,00 mmHg and the average blood pressure systolic after the intervention is 133,95 mmHg with the value of p value = 0,000. While blood pressure diastolik before the intervention is 90,00 mmHg and the average pressure diastolik after the intervention is 80,00 mmHg with the value of p value = 0.005. Conclusions : there is the influence of massage ekstrimitas with aroma therapy lavender to a decrease in blood pressure for the elderly hypertension in Kelurahan Grendeng Purwokerto. Keywords : Hypertension in the elderly, massage, aroma therapy lavender
vii
PRAKATA
Alhamdullilah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat hidayah serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudu “Pengaruh Massase Ekstrimitas dengan Aroma Terapi Lavender Terhadap Penurunan Tekanan Darah Lansia Hipertensi Di Kelurahan Grendeng Purwokerto” Dalam penyusunan riset keperawatan ini penulis tidak lepas dari bantuan, arahan dan bimbingan dari berbagai pihak hingga riset ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dr. Warsinah. Apt., Msi. selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman 2. Bapak Saryono, S,Kp., M.Kes., selaku Ketua Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman 3. Ibu Rahmi Setyani, MN selaku dosen penguji yang telah berkenan memberikan pengarahan demi kesempurnaan skripsi ini. 4. Bapak Asep Iskandar, M.Kep., Ns., Sp. Kep.Kom selaku dosen pembimbing I yang telah bersedia memberikan bimbingan, pengarahan, dan petunjuk dalam penulisan karya ilmiah ini.
viii
5. Bapak Arief Zaenudin S. Kep., Ns, selaku dosen pembimbing II yang telah bersedia memberikan bimbingan, pengarahan, dan petunjuk dalam penulisan karya ilmiah ini. 6. Bapak, ibu, adik serta seluruh keluarga yang selalu memberikan semangat dan motivasi serta doa selama proses penulisan karya ilmiah ini. 7. Sahabat yang telah memberikan semangat dan memberi bantuan dalam proses penulisan karya tulis ini. 8. Semua pihak yang telah memberikan bantuan moral maupun material dalam penulisan karya ilmiah ini. Penulis menyadari masih banyak ketidaksempurnaan dalam penyusunan usulan penelitian ini, oleh karena itu diharapkan kritik maupun saran yang bersifat membangun untuk hasil yang lebih baik. Semoga penelitian ini mendapat ridho dari Allah SWT dan bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Purwokerto,
Februari 2014
Indah Setya Wahyuni G1D010032
ix
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL . ................................................................................ i HALAMAN PENGESAHAN. ................................................................... ii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ...................... iii PERSEMBAHAN ...................................................................................... iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP . ................................................................. v ABSTRAK. ................................................................................................ vi PRAKATA ................................................................................................. viii DAFTAR ISI .............................................................................................. x DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiii DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xv BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang .............................................................................. 1 B. Perumusan Masalah . ..................................................................... 6 C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 7 D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 7 E. Keaslian Penelitian ........................................................................ 9 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori . ..........................................................................12
x
1. Lansia . .................................................................................12 2. Hipertensi Pada Lansia . .......................................................18 3. Masasse Ekstrimitas Dengan Aroma Terapi Lavender . .....43 B. Kerangka Teori ............................................................................52 C. Kerangka Konsep. ......................................................................53 D. Hipotesis Penelitian. ....................................................................54 BAB III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian . .......................................................................55 B. Waktu dan Tempat Penelitian. ....................................................56 C. Populasi dan Sampel ...................................................................56 D. Variabel Penelitian ......................................................................59 E. Definisi Operasional Variabel . ..................................................60 F. Instrumen Penelitian . ..................................................................60 G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen . .........................................61 H. Jalannya Penelitian . ....................................................................62 I. Teknik Pengumpulan Data . ........................................................63 J. Analisis Data . .............................................................................64 K. Etika Penelitan . ...........................................................................66 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. ...........................................................................68 B. Pembahasan. ................................................................................73 C. Keterbatasan Penelitian. ..............................................................82 xi
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan. ............................................................................................83 B. Saran. .......................................................................................................84
LAMPIRAN DAFTAR PUSTAKA
xii
DAFTAR GAMBAR
2.1 Kerangka Teori.............................................................................................52 2.2 Kerangka Konsep. ........................................................................................53
xiii
DAFTAR TABEL
2.1 Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC VII ……….………………………
22
3.1 Definisi Operasional ………………………………………………………… 60 4.1 Karakteristik Respoden Berdasarkan Usia…………………………………..
69
4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ………………………
69
4.3 Gambaran Tekanan Darah Sebelum Intervensi ……………………………..
70
4.4 Gambaran Tekanan Darah Setelah Intervensi ……………………………….
71
4.5 Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Setelah Intervensi ………………...
72
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian Lampiran 2. Lembar Observasional Lampiran 3. Prosedur Massase Ektrimitas dengan Aroma Terapi Lavender Lampiran 4. Permohonan Menjadi Responden Penelitian Lampiran 5. Persetujuan Menjadi Responden Penelitian Lampiran 6. Permohonan Menjadi Asisten Penelitian Lampiran 7. Persetujuan Menjadi Asisten Penelitian Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian
xv
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kesuksesan pemerintah dalam pembangunan nasional yang berkelanjutan membawa dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat, dalam bidang kesehatan dampak positif tersebut terlihat dari peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH). Meningkatnya UHH menyebabkan
peningkatan jumlah penduduk lanjut usia
(lansia) setiap tahunnya (LLI Jawa Barat, 2007). Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (2011) mengungkapkan bahwa tahun 2011 jumlah penduduk dunia telah mencapai angka tujuh miliar jiwa dan satu miliar di antaranya adalah penduduk lansia. Indonesia sendiri menduduki peringkat ke-empat di dunia setelah Cina, India dan Amerika Serikat dengan jumlah lansia sebesar 24 juta jiwa. Perkembangan penduduk lansia di Indonesia menarik diamati, dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat. Kantor Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat melaporkan, jika tahun 1980 UHH 52,2 tahun dan jumlah lansia 7.998.543 orang (5,45%) maka pada tahun 2006 menjadi 19 juta orang (8,90%) dan UHH juga meningkat (66,2 tahun). Pada tahun 2010 penduduk lansia di Indonesia sudah mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan UHH sekitar 67,4 tahun. Perkiraan pada tahun 2020
2
penduduk lansia di Indonesia mencapai 28,8 juta atau 11,34% dengan UHH sekitar 71,1 tahun (Kemensos RI, 2007). Proses penuaan yang terjadi secara alami dengan konsekuensi timbulnya pemasalahan fisik, mental, dan sosial (Sumampouw, 2002). Salah satu perubahan fisik yang biasanya terjadi pada lansia adalah meningkatnya tekanan darah atau hipertensi. Hipertensi merupakan tekanan darah persisten dengan tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Hipertensi pada lansia didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Sheps, 2005). Menurut WHO dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta di antaranya meninggal setiap tahunnya. Di Indonesia masalah hipertensi cenderung meningkat. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan bahwa 8,3% penduduk menderita hipertensi dan meningkat menjadi 27,5%
pada
tahun
2004.
Kelompok
Kerja
Serebrokardiovaskuler
FK
UNPAD/RSHS tahun 1999, menemukan prevalensi hipertensi sebesar 17,6% dan MONICA Jakarta tahun 2000 melaporkan prevalensi hipertensi di daerah urban adalah 31,7% (Nugroho, 2008). Prevalensi hipertensi yang tergolong lansia (55 sampai 65 tahun) di Indonesia mencapai 62,8%. Lansia yang hipertensi lebih banyak didapatkan
3
dengan kebiasaan merokok yakni sebesar 84,4% dibandingkan dengan yang tidak merokok yakni sebesar 60,9%. Selain itu, faktor stres juga berpengaruh pada kenaikan tekanan darah secara bertahap karena dapat meningkatkan aktivitas saraf simpatis (Nugroho, 2008). Pada lansia di Kota Depok didapatkan adanya hubungan yang bermakna antara stres dan hipertensi. Lansia yang mengalami stres tinggi sebesar 70,9%, stres sedang sebesar 65,2% dan stres rendah sebesar 38,5% terhadap hipertensi. Stres tinggi berpeluang 3,89 kali dan stres sedang berpeluang 2,99 kali terhadap hipertensi dibandingkan dengan stres rendah (Hasirungun dalam, Ayunani 2012). Hipertensi yang tidak diobati akan mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya akan memperpendek harapan hidup sebesar 10-20 tahun. Selain itu penurunan tekanan darah dapat mencegah demensia dan penurunan kognitif pada usia lanjut. Kemunduran kognitif ditandai dengan lupa pada hal-hal yang baru, akan tetapi masih dapat melakukan aktifitas sehari-hari. Kerusakan organ yang terjadi berkaitan dengan derajat keparahan hipertensi. Perubahan utama organ yang terjadi akibat hipertensi yaitu jantung berupa komplikasi berupa infark miokard, angina pectoris, gagal jantung. Sedangkan pada ginjal dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerolus. Dengan rusaknya glomerolus, darah akan mengalir ke unitunit fungsional
ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi
hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerous, protein akan
4
keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik. Pada otak komplikasinya berupa stroke dan serangan iskemik. Stroke dapat timbul akibat pendarahan tekanan tinggi di otak tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahi berkurang. Arteri-arteri
otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga
meningkatkan kemungkinan terbentuknya anurisma (Gunawan, 2001). Berdasarkan penjelasan di atas kasus hipertensi harus segera diatasi. Penanganan hipertensi dapat dilakukan secara farmakologis dan nonfarmakologis. Penanganan secara farmakologi dapat dilakukan dengan mengkonsumsi obat penurun hipertensi. Sedangkan penanganan secara nonfarmakologis dapat dilakukan dengan memberikan terapi yang memberikan manfaat relaksasi kepada tubuh. Manajemen nonfarmakologi yang diberikan yaitu terapi alternatif komplementer. Terapi alternatif komplementer merupakan sebuah kelompok dari bermacam-macam sistem pengobatan dan perawatan kesehatan atau praktek dan produk yang secara umum tidak menjadi bagian dari pengobatan konvensional. Salah satu terapi alternatif yaitu masasse. Dalam penelitian ini, peneliti akan melihat pengaruh masasse ekstrimitas dengan aroma terapi lavender terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi.
5
Salah satu cara terbaik untuk menurunkan tekanan darah yaitu dengan terapi pijat. Sejumlah studi menunjukkan bahwa terapi pijat yang dilakukan secara teratur dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik, menurunkan kadar hormone stress cortisol, menurunkan kecemasan sehingga tekanan darah akan turun dan fungsi tubuh semakin membaik (Tarigan dalam Ayunani, 2012). Penelitian dari Holand & Pokorny (2001) menyatakan intervensi pijat (massage) kepada pasien yang berada di ruang rehabilitasi memberi efek berupa menghilangkan kecemasan, rasa tenang dan kondisi yang rileks. Masasse atau pijat akan dikombinasikan dengan aroma terapi yang merilekskan yaitu aroma terapi lavender. Aroma terapi lavender merupakan salah satu aromaterapi yang paling digemari. Berasal dari bunga lavender yang berbentuk kecil dan berwarna ungu. Aroma terapi lavender dalam bentuk lilin dapat memberikan efek relaksasi bagi saraf dan otot – otot yang tegang setelah beraktivitas. Sedangkan pengaruh massase ekstrimitas dengan aroma terapi lavender terhadap penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi belum pernah diteliti, sehingga peneliti akan meneliti tentang pengaruh masasse ekstrimitas dengan aroma terapi lavender terhadap penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi. Data hasil survey prevalensi hipertensi di Jawa Tengah yaitu 37 % . Sedangkan prevalensi di Kabupaten Banyumas sebesar 80,3 % (Riskesdas, 2007). Hasil studi pendahuluan pada bulan Oktober 2013 di Kelurahan Grendeng Purwokerto terdapat 85 lansia yang aktif mengikuti posyandu lansia. Jumlah
6
lansia yang terkena hipertensi di Posyandu Kelurahan Grendeng sebanyak 47 (56%) lansia. Lansia biasanya mengeluh pusing dan setelah diperiksa tekanan darah meningkat atau hipertensi. Tingginya keluhan hipertensi yang terjadi pada lansia di Kelurahan Grendeng Purwokerto membuat peneliti tertarik mengadakan penelitian yang bertempat di kelurahan tersebut, selain itu lansia yang mengalami hipertensi di Kelurahan Grendeng Purwokerto belum mengenal masasse sebagai upaya untuk menurunkan tingkat hipertensi, karena itulah penulis mengangkat masalah tentang pengaruh masasse ekstrimitas dengan aroma terapi lavender terhadap penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi. Fenomena tersebut menjadi dasar peneliti untuk mengetahui tingkat hipertensi pada lansia di Kelurahan Grendeng Purwokerto
serta apakah ada
pengaruh massase ekstrimitas dengan aroma terapi lavender terhadap penurunan tekanan darah pada lansia.
Peneliti ingin mengetahui pengaruh massase
ektrimitas dengan aroma terapi lavender terhadap penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi di Kelurahan Grendeng Purwokerto.
B. Rumusan Masalah Dengan memperhatikan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: “ Adakah pengaruh massase ekstrimitas dengan aroma terapi lavender terhadap penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi di Kelurahan Grendeng Purwokerto ?”
7
C. Tujuan Penelitian Tujuan umum dan tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh massase ektrimitas dengan aroma terapi lavender terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di Kelurahan Grendeng Purwokerto. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu: a. Mengetahui karakteristik responden (umur dan jenis kelamin) di Kelurahan Grendeng Purwokerto. b. Mengetahui tekanan darah pada lansia dengan hipertensi sebelum diberikan masasse ekstrimitas dengan aroma terapi lavender di Kelurahan Grendeng Purwokerto. c. Mengetahui tekanan darah pada lansia dengan hipertensi setelah diberikan massase ekstrimitas dengan aroma terapi lavender di Kelurahan Grendeng Purwokerto.
D. Manfaat Penelitian Penelitian yang akan dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat. Manfaat penelitian ini terbagi menjadi empat yaitu manfaat bagi peneliti, institusi
8
pendidikan, institusi kesehatan dan saranan pelayanan keperawatan, serta masyarakat. 1. Manfaat bagi peneliti. Penelitian ini menjadi acuan proses belajar dalam menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan melalui proses pengumpulan data-data dan informasi-informasi ilmiah untuk kemudian dikaji, diteliti, dianalisis, dan disusun dalam sebuah karya tulis yang ilmiah, informatif, bermanfaat, serta menambah kekayaan intelektual. 2. Bagi institusi pendidikan Hasil penelitian dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran dan acuan sebagai kajian yang lebih mendalam tentang perbandingan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi sebelum dan setelah diberikan masasse ekstrimitas dengan aroma terapi lavender di Kelurahan Grendeng Purwokerto. 3.
Bagi institusi kesehatan dan sarana pelayanan kesehatan Penelitian ini diharapkan memberi masukan pada pelayanan kesehatan seperti di posyandu lansia, panti jompo untuk menginformasikan manfaat massase ekstrimitas dengan aroma terapi lavender terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di Kelurahan Grendeng Purwokerto.
9
4.
Bagi keluarga dan masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan informasi yang ilmiah mengenai manfaat massase ekstrimitas dengan aroma terapi lavender terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di Kelurahan Grendeng Purwokerto.
E. Keaslian Penelitian Sejauh penulis ketahui berdasar telaah pustaka belum pernah dilakukan penelitian mengenai pengaruh massase ekstrimitas dengan aroma terapi lavender terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi. Namun ada penelitian serupa yang dilakukan oleh : 1. Penelitian yang dilakukan oleh Irmawan Andi Nugroho, Asrin dan Sarwono (2012) dengan judul : “ Efektifitas Pijat Refleksi Kaki Dan Hipnoterapi Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi”. Jenis penelitian ini adalah eksperimental semu ( quasy experimental ) dan rancangan penelitian yang digunakan adalah two group pre test-post test design. Metode penelitian yang digunakan yaitu accidental samping. Accidental sampling merupakan cara pengabilan sampel secara kebetulan ditemui oleh peneliti di tempat penelitian. Berdasarkan hasil perhitungan statistik pada tekanan darah diastol didapatkan nilai Sig. 0,001 ( Sig.<0.05 ) dan nilai Sig.0,000 pada tekanan darah sistol. Kedua nilai tersebut menunjukkan Sig. 0,05. Dari nilai
10
signifikasi dapat diketahui bahwa ada perbedaan efektifitas pijat refleksi kaki dan hipnoterapi dalam menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada variabel bebasnya, dimana variabel bebas dalam penelitian ini adalah masasse ekstrimitas dengan aroma terapi lavender. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel terikatnya yaitu penurunan tekanan darah. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Erva Elli Kristianti (2010) dengan judul: Pengaruh Aromaterapi Lavender Terhadap Penurunan Derajat Kecemasan Pada Lansia Di Panti Wreda ST. Yoseph Kediri. Jenis penelitian ini adalah menggunakan design Pra eksperimen dengan rancangan One-Group Pre-TestPost-Test Design. Hasil penelitian diketahui hasil uji statistic SPSS „t-test‟ yang didasarkan pada tingkat kemaknaan α ≤0,05 didapatkan hasil p=,000 dengan tingkat hubungan ,003 antara pre-post atau sebelum dan sesudah aromaterapi Lavender terhadap penurunan derajat kecemasan pada lansia serta terdapat hubungan aroma terapi lavender terhadap penurunan derajat kecemasan pada lansia di Panti Wredha St. Yoseph Kediri. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada variable terikatnya, dimana variabel terikatnya dalam penelitian ini adalah penurunan hipertensi pada lansia hipertensi. Persamaan dengan penelitian ini berupa responden dengan lansia. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Triyadini, Asrin dan Upoyo (2010) dengan judul Efektifitas Terapi Massage Dengan Terapi Mandi Air Hangat terhadap
11
Penurunan Insomnia Lansia. Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian Quasy Eksperiment dengan pendekatan Two Group Comparation Pre Post Statistic Design. Hasil perhitungan dengan pair “t” test diperoleh nilai t khitung = -17,474 artinya bahwa telah terjadi penurunan skala insomnia antara sebelum dan sesudah pemberian terapi masase. Sedangkan hasil perhitungan dengan pair “t”test diperoleh nilai t hitung = -12,831 yang berarti telah terjadi penurunan skala insomnia antara sebelum dan sesudah pemberian terapi mandi air hangat. Perbedaan dari penelitian ini terletak pada variabel terikatnya adalah penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi sedangkan persamaannya yaitu pada terapi yang diberikan yaitu massase.
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Lansia a. Pengertian Lansia Lansia adalah kelanjutan dari usia dewasa terdiri dari fase prasenium yaitu lansia dari usia 55 – 65 tahun dan senium yaitu lansia yang usianya lebih dari 65 tahun (Nugroho, 2008). Sedangkan pengertian lansia menurut Stanley & Beare (2007) lansia adalah kelanjutan dari usia dewasa yang dengan seiring waktu akan mengalami penurunan fisik dan tidak lagi melaksanakan fungsi peranan sosial seperti dewasa normal. b. Batasan Lansia Menurut Dra. Ny. Jos Masdani (psikolog dari Universitas Indonesia), lansia merupakan kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu: a) Fase iuventus, antara usia 25 – 40 tahun. b) Fase verilitas, antara usia 40 – 50 tahun. c) Fase prasenium, antara usia 55 – 65 tahun. d) Fase senium, antara usia 65 tahun hingga tutup usia (Nugroho, 2008). Uraian beberapa ahli mengenai batasan umur lansia bila ditelaah dapat disimpulkan bahwa yang disebut lansia adalah orang yang
13
berumur 55 tahun ke atas. Hal ini dipertegas dalam UU No. 4 tahun 1965 pasal 1 dinyatakan sebagai berikut : “ Seseorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mempunyai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain “. c. Teori Proses Menua Menua didefinisikan sebagai proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi seorang yang frail (lemah dan rentan) dengan berkurangnya
sebagian
besar
cadangan
sistem
fisiologis
dan
meningkatkan kerentanan terhadap berbagai penyakit dan kematian. Menua juga didefinisikan sebagai penurunan, kelemahan, meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan perubahan lingkungan, hilangnya mobilitas dan ketangkasan, serta perubahan fisiologis yang terkait dengan usia (Setiani dkk dalam Aru dkk, 2009). Nugroho (2008) mengemukakan berbagai teori tentang proses penuaan, antara lain : 1) Teori Biologis a) Teori Genetik Teori ini menjelaskan bahwa didalam tubuh terdapat jam biologis yang mengatur gen dan menentukan jalannya proses penuaan. Teori genetik mengakui adanya mutasi somatik yang
14
mengakibatkan kegagalan pengadaan Deoxyribonucleic Acid (DNA). b) Teori Non Genetik Teori ini terbagi lagi dalam beberapa teori : (1) Teori Radikal Bebas Radikal
bebas
yang
terdapat
di
lingkungan
mengakibatkan terjadinya perubahan pigmen dan kolagen pada proses penuaan. (2) Teori Rantai Silang (Cross Link Theory) Molekul kolagen dan zat kimia mengubah fungsi jaringan dan mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku pada proses penuaan. (3) Teori Kekebalan Perubahan pada jaringan limpoid mengakibatkan tidak adanya keseimbangan dalam sel T sehingga produksi antibodi dan kekebalan menurun. (4) Teori Menua Akibat Metabolisme Pengurangan asupan kalori dapat memperpanjang umur,
sedangkan
perubahan
asupan
kalori
menyebabkan kegemukan dapat memperpendek umur.
yang
15
(5) Teori Fisiologis Terdiri dari teori oksidasi stres (penyebab terjadinya stress oksidasi adalah penyakit degenerasi basal ganglion yang menyebabkan terjadinya toksin dan menyebabkan kematian dan pada usia dewasa terjadi fase disintegrasi jaringan dan organ tubuh yang sering dipakai, bila tidak ada proses penggantian sel, proses tersebut akan diakhiri dengan kematian). 2) Teori Sosiologis a) Teori Interaksi Sosial Kemampuan lanjut usia untuk terus menjalin interaksi sosial merupakan kunci mempertahankan status sosialnya berdasarkan kemampuan bersosialisasi. b) Teori Aktivitas Lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan banyak ikut serta dalam kegiatan sosial. Lanjut usia akan merasakan puas apabila dapat melakukan aktivitas dan mempertahankan aktivitas selama mungkin. c) Teori Kepribadian Berlanjut Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lanjut usia. Pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi
16
lanjut usia. Hal ini dapat dilihat dari gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tidak berubah walaupun ia telah lanjut usia. d) Teori Pembebasan/ Penarikan Diri Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya lanjut usia maka lansia secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitar. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun. Menurut teori ini seorang lanjut usia dinyatakan mengalami proses menua yang berhasil apabila ia menarik diri
dari kegiatan terdahulu
kemudian dapat
memusatkan diri pada persoalan pribadi dan mempersiapkan diri menghadapi kematiannya. d. Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia Menurut Hutapea (2005), perubahan-perubahan yang dialami oleh lansia adalah : 1) Perubahan Fisik a) Perubahan pada sistem kekebalan atau imunologi dimana tubuh menjadi rentan terhadap alergi dan penyakit. b) Konsumsi energi turun secara nyata diikuti dengan menurunnya jumlah energi yang dikeluarkan tubuh.
17
c) Air dalam tubuh turun secara signifikan karena bertambahnya selsel yang mati yang diganti oleh lemak maupun jaringan konektif. d) Sistem pencernaan mulai terganggu, gigi
mulai tanggal,
kemampuan mencerna makanan serta penyerapan mulai lamban dan kurang efisien, gerakan peristaltik usus menurun sehingga sering konstipasi. e) Perubahan pada sistem metabolik, yang mengakibatkan gangguan metabolisme glukosa karena sekresi insulin yang menurun. f)
Sistem saraf menurun yang menyebabkan munculnya rabun dekat, kepekaan bau dan rasa berkurang, kepekaan sentuhan berkurang, pendengaran berkurang, reaksi lambat, fungsi mental menurun, dan ingatan visual berkurang.
g) Perubahan pada sistem pernafasan ditandai dengan menurunnya elastisitas paru-paru yang mempersulit pernafasan sehingga dapat mengakibatkan munculnya rasa sesak dan tekanan darah meningkat. h) Kehilangan elastisitas dan fleksibilitas persendian, tulang mulai keropos. 2) Perubahan Psikososial Perubahan psikososial menyebabkan rasa tidak aman, takut merasa penyakit selalu mengancam, sering binggung, panik dan
18
depresif. Hal ini disebabkan karena ketergantungan fisik dan sosioekonomi. 2. Hipertensi Pada Lansia a. Pengertian Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. Hipertensi pada lansia dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Batasan ini tidak membedakan antara usia dan jenis kelamin (Gunawan, 2001). b. Etiologi Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan – perubahan pada elastisitas dinding aorta menurun, katub jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya. Selain itu, kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi dan meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (Syahrini, Susanto, & Udiyono, 2012).
19
c. Jenis Hipertensi Berdasarkan penyebabnya, hipertpensi dapat dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu : 1) Hipertensi Esensial atau primer Hipertensi
esensial
merupakan
hipertensi
yang
tidak
diketahui penyebabnya (Gunawan, 2001). Sebanyak 90-95 persen kasus hipertensi yang terjadi tidak diketahui dengan pasti apa penyebabnya. Para pakar menunjuk stress sebagai penyebab utama setelah itu banyak faktor lain yang mempengaruhi, serta hubungan antara riwayat keluarga penderita hipertensi (genetik) dengan risiko untuk juga menderita penyakit ini. Faktor- faktor lain yang dapat dimasukkan dalam daftar penyebab hipertensi jenis ini adalah lingkungan, dan faktor yang meningkatkan resikonya seperti obesitas, konsumsi alkohol, dan merokok. 2) Hipertensi renal atau hipertensi sekunder Hipertensi renal atau sekunder merupakan
hipertensi yang
disebabkan oleh penyakit lain (Gunawan, 2001). Pada 5-10 persen kasus sisanya, penyebab spesifiknya sudah diketahui, yaitu gangguan hormonal, penyakit jantung, diabetes, ginjal, penyakit pembuluh darah atau berhubungan dengan kehamilan. Garam dapur akan memperburuk hipertensi, tapi bukan faktor penyebab.
20
d. Patofisiologi Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh
darah,
dimana
dengan
dilepaskannya
norepineprin
mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor
pembuluh
darah.
Vasokonstriksi
yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah
21
menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi. Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Gunawan, 2001). e. Klasifikasi Hipertensi Menurut The Seventh Report of The National Committe on Prevention Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) (dalam Sustriani, Alam & Hadibroto, 2006) klasifikasi hipertensi pada usia lanjut dapat dibedakan:
22
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC VII Kategori Normal Pre Hipertensi Hipertensi: Stage 1 Stage 2
Sistolik (mmHg) < 120 130-139
Diastolik (mmHg) < 80 80-89
140-159 ≥ 160
90-99 ≥ 100
f. Gejala Hipertensi Menurut Dalyoko (2010), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu : 1) Gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala 2) Sering gelisah 3) Wajah merah 4) Tengkuk terasa pegal 5) Mudah marah 6) Telinga berdengung 7) Sukar tidur 8) Sesak napas 9) Rasa berat ditengkuk 10) Mudah lelah 11) Mata berkunang-kunang 12) Mimisan ( keluar darah dari hidung).
23
g. Faktor risiko yang mempengaruhi hipertensi Faktor risiko yang mempengaruhi hipertensi yang dapat atau tidak dapat dikontrol, antara lain: 1) Faktor Risiko Yang Tidak Dapat Dikontrol: a) Jenis kelamin Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Harrison, Wilson dan Kasper (2005) mengatakan bahwa wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut
dimana
hormon
estrogen
tersebut
berubah
kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun. Penjelasan di atas mengungkapkan bahwa estrogen berperan penting mampu menurunkan tekanan darah pada
24
wanita muda. Saat siklus menstruasi terjadi, tekanan darah akan menurun, ini terjadi ketika fase luteal akan berubah menjadi fase folikular. Setelah wanita tidak menstruasi lagi atau postmenoupause maka tidak akan terjadi perubahan fase menstruasi di atas, dari fase luteal berubah menjadi fase folikular sehingga tekanan darah tidak menurun dan justru cenderung naik (Staessen, 2003). Dari hasil penelitian didapatkan hasil lebih dari setengah penderita hipertensi berjenis kelamin wanita sekitar 56,5%. Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan hormon setelah menopause (Aisyah, 2009). b) Umur Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari orang yang berusia lebih muda (Harison, Wilson & Kasper, 2005). Hipertensi pada usia lanjut harus ditangani secara khusus. Tetapi pada kebanyakan kasus , hipertensi banyak terjadi pada usia lanjut. Pada wanita, hipertensi sering terjadi pada usia di atas 50 tahun. Hal ini
25
disebabkan terjadinya perubahan hormon sesudah menopause. Kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah produk samping dari keausan arteriosklerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta, dan akibat dari berkurangnya kelenturan. Mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian diri. Bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50 % diatas umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan kasus hipertensi akan berkembang pada umur lima puluhan dan enam puluhan. Dengan bertambahnya umur, dapat meningkatkan risiko hipertensi (Brunner & Suddarth, 2001). c) Keturunan (Genetik) Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium. Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga
26
dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga (Anggraini dkk dalam Sumarna, 2012). Seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi. Menurut Santoso (2010), mengatakan bahwa tekanan darah tinggi cenderung diwariskan dalam keluarganya. Jika salah seorang dari orang tua anda ada yang mengidap tekanan darah tinggi, maka anda akan mempunyai peluang sebesar 25% untuk mewarisinya selama hidup anda. Jika kedua orang tua mempunyai tekanan darah tingi maka peluang anda untuk terkena penyakit ini akan meningkat menjadi 60%. 2. Faktor Resiko Yang Dapat Dikontrol: a) Obesitas Pada usia pertengahan (+50 tahun) dan dewasa lanjut asupan kalori sehingga mengimbangi penurunan kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas. Itu sebabnya berat badan meningkat. Obesitas dapat memperburuk kondisi lansia. Kelompok lansia karena dapat memicu timbulnya berbagai penyakit seperti artritis, jantung dan pembuluh darah, hipertensi. Untuk mengetahui seseorang mengalami obesitas atau tidak, dapat dilakukan dengan mengukur berat
27
badan dengan tinggi badan, yang kemudian disebut dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut: Berat Badan (kg) IMT = -----------------------------------------------Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m) IMT berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang obes 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang berat badannya normal. Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30% memiliki berat badan lebih. Obesitas berisiko terhadap munculnya berbagai penyakit jantung dan pembuluh darah. Disebut obesitas apabila melebihi Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT). BMI untuk orang Indonesia adalah 25. BMI memberikan gambaran tentang risiko kesehatan yang berhubungan dengan berat badan (Aisyah, 2009). b) Kurang olahraga Kurangnya
aktivitas
fisik
dapat
mengakibatkan
hipertensi yaitu karena terjadinya penurunan cardiac output
28
(curah jantung) sehingga pemompaan ke jantung menjadi lebih kurang. Kurangnya latihan aktvitas fisik dapat menyebabkan
terjadinya
kekakuan
pembuluh
darah,
sehingga aliran darah tersumbat dan dapat menyebabkan hipertensi. Kurangnya aktivitas fisik menaikkan risiko tekanan darah tinggi karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar pula kekakuan yang mendesak arteri. Latihan fisik berupa berjalan kaki selama 30-60 menit setiap hari sangat bermanfaat untuk menjaga jantung dan peredaran darah. Bagi penderita tekanan darah tinggi, jantung atau masalah pada peredaran darah, sebaiknya tidak menggunakan beban waktu jalan (Aisyah, 2009). c) Kebiasaan Merokok Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis. Merokok meyebabkan hipertensi karena nikotin yg terkandung di
29
dalam rokok memiliki kecenderungan untuk menyempitkan pembuluh darah dan arteri yang dapat menyebabkan plak. Plak menyempitkan pembuluh darah. Nikotin juga memiliki kemampuan untuk merangsang produksi hormon epinefrin
juga
dikenal
sebagai
adrenalin
yang
menyebabkan pembuluh darah mengerut (Hopkinson, 2011). Dalam penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman 28.236 subyek yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14 batang rokok perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari. Subyek terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun (Aisyah, 2009). d) Mengkonsumsi garam berlebih Badan Kesehatan Dunia WHO
merekomendasikan
pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya
hipertensi.
Kadar
yodium
yang
direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram yodium atau 6 gram garam) perhari. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk
30
menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga
volume
Meningkatnya
cairan
volume
ekstraseluler
cairan
meningkat.
ekstraseluler
tersebut
menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi. (Basha, 2004). e) Minum alkohol Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak jantung dan organ-organ lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan minum alkohol berlebihan termasuk salah satu faktor risiko hipertensi (Aisyah, 2009). f) Minum kopi Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi mengandung 75 – 200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir tersebut berpotensi meningkatkan tekanan darah 5 -10 mmHg (Dalyoko, 2010). g) Stres Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu). Stress yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih
31
tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan
dengan
pengaruh
stres
yang
dialami
kelompok masyarakat yang tinggal di kota (Syahrini, Susanto, & Udiyono, 2012). Menurut Anggraini dkk dalam Sumarna, (2012) mengatakan stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stress ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal. h) Penyakit jasmani Penyakit jasmani merupakan penyakit yang dapat menyebabkan meningkatkan hipertensi yaitu asam urat, arterosklerosis, hiperkolesterol dan hiperuresemi. Asam urat dapat menyebabkan peningkatan hipertensi karena asam urat akan menyumbat aliran darah ke jantung sehingga jantung akan bekerja lebih keras dalam memompa jantung. Dengan demikian tekanan darah akan meningkat (Brunner & Suddarth, 2001). h. Komplikasi Hipertensi Menurut Soeharto (2001), membiarkan hipertensi membiarkan jantung bekerja lebih keras dan membiarkan proses perusakan dinding pembuluh darah berlangsung dengan lebih cepat. Hipertensi meningkatkan
32
resiko penyakit jantung dua kali dan meningkatkan risiko stroke delapan kali dibanding dengan orang yang tidak mengalami hipertensi. Selain itu hipertensi juga menyebabkan terjadinya payah jantung, gangguan pada ginjal dan kebutaan. Penelitian juga menunjukkan bahwa hipertensi dapat mengecilkan volume otak, sehingga mengakibatkan penurunan fungsi kognitif dan intelektual. Yang paling parah adalah efek jangka panjangnya yang berupa kematian mendadak. Komplikasi hipertensi antara lain : 1) Penyakit jantung koroner dan arteri Ketika usia bertambah lanjut, seluruh pembuluh darah di tubuh akan semakin mengeras, terutama di jantung, otak dan ginjal. Hipertensi sering diasosiasikan dengan kondisi arteri yang mengeras ini. 2) Payah jantung Payah jantung (Congestive heart failure) adalah kondisi dimana jantung tidak mampu lagi memompa darah yang dibutuhkan tubuh. Kondisi ini terjadi karena kerusakan otot jantung atau sistem listrik jantung. 3) Stroke Hipertensi adalah faktor penyebab utama terjadinya stroke, karena tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah yang sudah lemah menjadi pecah. Bila hal ini terjadi pada pembuluh darah di otak, maka terjadi perdarahan otak yang dapat berakibat
33
kematian. Stroke juga dapat terjadi akibat sumbatan dari gumpalan darah yang macet di pembuluh yang sudah menyempit. 4) Kerusakan ginjal Hipertensi dapat menyempitkan dan menebalkan aliran darah yang menuju ginjal, yang berfungsi sebagai penyaring kotoran tubuh. Dengan adanya gangguan tersebut, ginjal menyaring lebih sedikit cairan dan membuangnya kembali ke darah. Gagal ginjal dapat terjadi dan diperlukan cangkok ginjal baru. 5) Kerusakan penglihatan Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di mata, sehingga mengakibatkan mata menjadi kabur atau kebutaan. i. Pencegahan hipertensi Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil tindakan pencegahan yang baik antara lain dengan cara sebagai berikut: 1) Mengurangi konsumsi garam Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 g garam dapur untuk diet setiap hari. 2) Menghindari kegemukan (obesitas) Hindarkan kegemukan (obesitas) dengan menjaga berat badan (b.b) normal atau tidak berlebihan. Batasan kegemukan adalah jika berat badan lebih 10% dari berat badan normal. 3) Membatasi konsumsi lemak
34
Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah tidak terlalu tinggi. Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya endapan kolesterol dalam dinding pembuluh darah. Lama kelamaan, jika endapan kolesterol bertambah akan menyumbat pembuluh nadi dan menggangu peredaran darah. Dengan demikian, akan memperberat kerja jantung dan secara tidak langsung memperparah hipertensi 4) Olahraga teratur Menurut penelitian, olahraga secara teratur dapat menyerap atau menghilangkan endapan kolesterol dan pembuluh nadi. Olahraga yang dimaksud adalah latihan menggerakkan semua sendi dan otot tubuh (latihan isotonik atau dinamik), seperti gerak jalan, berenang, naik sepeda. Tidak dianjurkan melakukan olahraga yang menegangkan seperti tinju, gulat, atau angkat besi, karena latihan yang berat bahkan dapat menimbulkan hipertensi. 5) Makan banyak buah dan sayuran segar Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin dan mineral. Buah yang banyak mengandung mineral kalium dapat membantu menurunkan tekanan darah. 6) Tidak merokok dan minum alkohol
35
7) Latihan relaksasi atau meditas Relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi stress atau ketegangan jiwa. Relaksasi dilaksanakan dengan mengencangkan dan mengendorkan otot tubuh sambil membayangkan sesuatu yang damai, indah, dan menyenangkan. Relaksasi dapat pula dilakukan dengan mendengarkan musik, atau bernyanyi. 8) Berusaha membina hidup yang positif. Dalam kehidupan dunia modern yang penuh dengan persaingan, tuntutan atau tantangan yang menumpuk menjadi tekanan atau beban stress (ketegangan) bagi setiap orang. Jika tekanan stress terlampau besar sehingga melampaui daya tahan individu, akan menimbulkan sakit kepala, suka marah, tidak bisa tidur, ataupun timbul hipertensi. Agar terhindar dari efek negative tersebut, orang harus berusaha membina hidup yang positif (Gunawan, 2001). j. Terapi Hipertensi farmakoterapi
mungkin atau
dapat
terapi
dikendalikan
farmakoterapi.
dengan Semua
terapi pasien
non tanpa
memperhatikan apakah terapi dengan obat dibutuhkan, sebaiknya dipertimbangkan juga untuk terapi tanpa obat, caranya antara lain mengendalikan berat badan, pembatasan asupan garam (sodium/Na) dan lemak jenuh ke dalam tubuh, menjaga kondisi tubuh agar tetap rileks
36
(tidak stres) dan olah raga yang teratur, serta meninggalkan kebiasaan merokok dan minum alkohol. 1) Farmakologi Menurut Knight (2000), selama tahun terakhir ini ada kemajuan pesat yang dicapai dalam bidang pengobatan tekanan darah tinggi, karena itu sebagai keseluruhan sudah berkurang komplikasi yang berat. a) Diuretik Diuretik merupakan antihipertensi yang telah diteliti secara luas serta secara konsisten efektif dalam uji klinis. Diuretik menurunkan
tekanan
darah
pada
awalnya
dengan
cara
menurunkan volume plasma (dengan menekan absorbsi natrium oleh tubulus ginjal sehingga meningkatkan ekskresi natrium dan air) dan curah jantung, tetapi selama terapi kronis pengaruh hemodinamik yang utama adalah mengurangi resistensi vaskuler perifer. b) Agen Penghambat Beta Adrenegik Obat ini efektif untuk hipertensi karena menurunkan denyut jantung dan curah jantung. Bahkan setelah penggunaan kontinyu penghambat beta, curah jantung tetap lebih rendah dan resistensi vaskuler sistemik lebih tinggi dengan agen yang tidak mempunyai aktivitas
simpatomimetik
intrinsik
atau
penghambat
alfa.
37
Penghambat beta juga menurunkan pelepasan renin. Obat tersebut menetralkan efek takikardi yang disebabkan oleh vasodilatasi dan terutama bermanfaat pada pasien dengan kondisi lain yang menyertai yang mendapatkan manfaat dari bentuk terapi tersebut. Efek samping semua penghambat beta antara lain menginduksi atau mengeksaserbasi bronkospasmus pada pasien yang sudah mempunyai kecenderungan (pasien asma, beberapa pasien dengan penyakit paru obstruksi kronik), depresi konduksi nodus sinus dan atrioventrikuler, kongesti nasal. c) Penghambat ACE (Angiotensin Converting Enzyme) Obat ini semakin banyak digunakan sebagai pengobatan awal pada hipertensi ringan sampai sedang. Aksi utama kerja obat ini adalah dengan menghambat sistem rennin-angiotensin-aldosteron, terapi juga menghambat degradasi bradikinin, menstimulasi sintesis prostlagandin dan kadang – kadang mengurangi aktivitas system
saraf
simpatis.
Ruam
kulit
dapat
terjadi
akibat
penghambatan ACE jenis apa pun. Perubahan pengecap dijumpai lebih sering akibat kaptopril dari pada gen yang tidak mengandung sulfhidril (ealapril dan lisinopril) tetapi sering menghilang dengan terapi. Angiodema tidak bisa dijumpai tetapi merupakan efek samping yang potensial berbahaya dari semua agen kelas ini sebab pengaruh inhibisi
38
sekunder obat ini terhadap kinase. Menurut Moser et al (2008), peghambat ACE diberikan pada pasien ddengan diabetes dengan tanda – tanda nefropati. d) Agen Penghambat Reseptor Angiotensin II Meskipun losartan, anggota pertama kelompok obat ini, kurang poten dalam menurunkan tekanan darah dibandingkan dengan penghambat ACE, antagonis angiotensi II yang lebih baru (valsartan, irbesrtanm candesartan, telmisartan dan eprosartan) tampaknya sama potennya. Penghambat reseptor angiotensin II tidak mengakibatkan batuk dan jarang disertai dengan ruam kulit yang merupakan efek samping paling umum akibat penghambat ACE. Namun, obat tersebut masih menimbulkan risiko hipotensi dan gagal ginjal pada
pasien dengan stenosi renal bilateral dan
hiperkalemia. e) Agen Penghambat Saluran Kalsium Agen kelas ini mengurangi tekanan dan sejumlah agen baru dengan durasi aksi yang lebih lama dan mungkin aktivitas inotropik negatif yang kurang poten tersedia. Obat ini berinteraksi dengan cara menyebabkan vasodilatasi perifer, yang berkaitan dengan reflex takikardi yang kurang begitu nyata dan retensi cairan daripada vasodilator yang lain. Agen ini efektif sebagai terapi tunggal pada 60% pasien dan nampaknya efektif pada
39
semua kelompok demografi dan semua derajat hipertensi. Penghambat saluran kalsium dan diuretik kurang memberikan manfaat tambahan jika diberikan bersamaan bila dibandingkan jika masing-masing obat
tersebut
dikombinasikan dengan
penghambat beta atau penghambat ACE f) Antagonis Adrenoseptor Prazosin, terazosin dan doksazosin memblok reseptor alfa pasca sinaptik, membuat rileks otot polos dan menurunkan tekanan darah dengan menurunkan tekanan darah dengan menurunkan resistensi vaskuler perifer. Agen ini efektif sebagai terapi obat tunggal pada beberapa individu, tetapi dapat terjadi takfilaksis selama terapi jangka panjang dan relatif jarang terjadi efek samping. Efek samping utama adalah hipertensi yang nyata dan sinkop setelah dosis pertama, yang oleh karena itu sebaiknya diberikan dosis kecil dan diberikan pada saat akan tidur. Palpitasi, nyeri kepala dan kecemasan dapat terus terjasi selama terapi kronik. 2) Tetapi Non Farmakologis Penatalaksanaan non farmakologis dengan modifikasi gaya hidup sangat penting dalam mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam mengobati tekanan darah tinggi. Penatalaksanaan hipertensi dengan non
40
farmakologis terdiri dari berbagai macam cara modifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah menurut Ridwanamiruddin (2007), yaitu : a) Mempertahankan berat badan ideal Body Mass Index (BMI) dengan rentang 18,5-24,9 kg/m2 (Kaplan, 2006). BMI dapat diketahui dengan membagi berat badan dengan tinggi badan yang dikuadratkan dalam satuan meter. Dekker (1996) , mengatakan bahwa hal ini dapat dilakukan dengan cara jangan makan banyak, karena berat badan yang berlebihan juga menambah jumlah keseluruhan darah. Mengatasi obesitas (kegemukan) juga dapat dilakukan dengan melakukan diet rendah kolesterol namun kaya dengan serat dan protein, dan jika berhasil menurunkan berat badan 2,5-5 kg maka tekanan darah diastolik dapat diturunkan sebanyak 5 mmHg (Radmarssy, 2007). Secara garis besar, ada empat macam diet untuk menanggulangi atau minimal mempertahankan keadaan tekanan darah, yakni diet rendah garam, diet rendah kolesterol, lemak terbatas serta tinggi serat, dan rendah kalori bila kelebihan berat badan. Menurut Yasein et al (2010), mengikuti pola makan yang sehat, meningkatkan aktivitas fisik, mempertahankan berat badan normal, dan mengontrol tekanan darah merupakan tindakan sederhana untuk mempertahankan kesehatan.
41
b) Kurangi asupan natrium (sodium) Mengurangi asupan natrium dapat dilakukan dengan cara diet rendah garam yaitu tidak lebih dari 100 mmol/hari (Kaplan, 2006). Jumlah yang lain dengan mengurangi asupan garam sampai kurang dari 2300 mm (1 sendok teh) setiap hari. Pengurangan konsumsi garam menjadi ½ sendok teh/hari dapat menurunkan tekanan sistolik sebanyak 5 mmHg dan tekanan diastolik sekitar 2,5 mmHg (Radmarssy, 2007) c) Menghindari rokok Merokok sangat besar perannya dalam meningkatkan tekanan darah, hal ini disebabkan oleh nikotin yang terdapat di dalam rokok yang memicu hormon adrenalin yang menyebabkan tekanan darah meningkat. Nikotin diserap oleh pembuluh darah di dalam paru-paru dan diedarkan keseluruh aliran darah sehingga penyempitan pembuluh darah. Hal ini menyebabkan kerja jantung semakin meningkat untuk memompa darah keseluruh tubuh melalui pembuluh darah yang sempit. Dengan berhenti merokok tekanan darah akan turun secara perlahan, disamping itu jika merokok maka obat yang dikonsumsi tidak akan bekerja secara optimal dan dengan berhenti merokok efektifitas obat akan meningkat.
42
d) Penurunan stres Stres memang tidak menyebabkan hipertensi yang menetap
namun
jika
episode
stres
sering
terjadi
dapat
menyebabkan kenaikan sementara yang sangat tinggi (Sheps, 2005). Perasaan gelisah dapat menyebabkan ketegangan dan emosi terus menerus sehingga dapat meningkatan tekanan darah. Usahakan
tidur
dan
beristirahat
secukupnya
untuk
mempertahankan konsisi badan, karena tekanan darah menurun pada waktu tidur, lebih rendah dari pada waktu siang hari. menghindari
stres
dengan
menciptakan
suasana
yang
menyenangkan hati bagi penderita hipertensi dan memperkenalkan berbagai metode relaksasi seperti yoga, atau meditasi yang mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah. e) Pengobatan Non Konvensional Penyakit hipertensi tidak cukup hanya dengan menggunakan terapi obat saja, tetapi harus dikolaborasikan dengan terapi tradisional atau non konvensional yang bertujuan supaya pengobatan
penyakit
hipertensi
lebih
maksimal.
Contoh
pengobatan non konvensional ini yaitu akupuntur, hipnoterapi, dan akupresur.
43
3. Massase ekstrimitas dengan aroma terapi lavender a. Definisi Massase ekstrimitas merupakan salah satu cara perawatan tubuh dengan menggunakan kedua tangan pada bagian telapak tangan dan kaki maupun jari-jari tangan dan kaki. Massase yang berarti penekanan secara pelan. Di Indonesia lebih dikenal dengan istilah pijat. Massase akan dikombinasikan dengan aroma terapi lavender. Aroma terapi lavender merupakan salah satu aroma terapi yang paling digemari. Berasal dari bunga lavender yang berbentuk kecil dan berwarna ungu. Aroma terapi lavender dalam bentuk lilin dapat memberikan efek relaksasi bagi saraf dan otot – otot yang tegang setelah beraktivitas (Jaelani, 2009). b. Manfaat Massase Manfaat massase adalah memperlancar peredaran darah dan getah bening. Dimana massase akan membantu memperlancar metabolisme dalam tubuh. Treatment massase akan mempengaruhi kontraksi dinding kapiler sehingga terjadi keadaan vasodilatasi atau melebarnya pembuluh darah kapiler dan pembuluh getah bening. Aliran oksigen dalam darah meningkat, pembuangan sisa-sisa metabolik semakin lancar sehingga memacu hormon endorphin yang berfungsi memberikan rasa nyaman. Selain hal tersebut banyak sekali manfaat massase bagi peningkatan fungsi-fungsi fisiologis tubuh. Efek kesembuhan secara holistikpun bisa didapatkan dari massase yaitu menimbulkan relaksasi pada pikiran,
44
menghilangkan depresi dan perasaan panik dengan meluangkan sedikit waktu untuk melakukan kontak khusus yang ditimbulkan dari sentuhan massase (Jurch, 2009). c. Macam-macam gerakan massase 1) Mengusap (Efflurage/strocking) Gerakan mengusap dengan menggunakan telapak tangan atau bantalan jari tangan. Gerakan ini dilakukan sesuai dengan peredaran darah menuju jantung maupun kelenjar-kelenjar getah bening. Manfaat gerakan ini adalah merelaksasi otot dan ujung-ujung syaraf (Snyder,2002). 2) Meremas (Petrisage) Gerakan memijit atau meremas dengan menggunakan telapak tangan atau jari-jari tangan. Teknik ini digunakan pada area tubuh yang berlemak dan jaringan otot yang tebal. 3) Friction Gerakan melingkar kecil-kecil dengan penekanan yang lebih dalam menggunakan jari atau ibu jari. Gerakan ini hanya digunakan pada area tubuh tertentu yang bertujuan untuk penyembuhan ketegangan otot akibat asam laktat yang berlebih.
45
4) Menggetar (vibration) Gerakan menggetar yang ditimbulkan oleh pangkal lengan dengan menggunakan telapak tangan ataupun jari-jari tangan (Snyder,2002). 5) Memukul (tapotement/ tapotage) Gerakan menepuk atau memukul dan bersifat merangsang jaringan otot, dilakukan dengan kedua tangan bergantian. Untuk memperoleh hentakan tangan yang ringan, tidak sakit pada klien tapi merangsang sesuai dengan tujuannya, maka diperlukan fleksibilitas pergelangan tangan. Tapotement tidak boleh dikenakan pada area yang bertulang menonjol ataupun pada otot yang tegang serta area yang terasa sakit atau nyeri. Variasi gerakan tapotement, yaitu : a) Memukul (beating) b) Mencincang (hacking) c) Menepuk (clapping) d. Gerak ( movement ) dan Irama ( rythme ) 1) Gerak (movement) teknik massase Untuk mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan massase maka harus dipahami dengan benar bagaimana seseorang melakukan gerakan gerakan dari tiap teknik gerakan sesuai dengan tujuan dan area tubuh yang dimassase.
46
2)
Irama (rythme) Interval antara gerakan ke gerakan dimana hal tersebut akan sangat mempengaruhi rangsangan pada bagian bagian tubuh yang dimassase maupun kenyamanan bagi klien itu sendiri. Massase yang baik adalah bila irama gerakan teratur, stabil serta tidak terlalu cepat ataupun lambat (Jurch, 2009).
e. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan masasse Untuk mencapai hasil massase yang semaksimal mungkin
sesuai
tujuaan dan manfaatnya, serta untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terhadap keselamatan klien maka perlu memperhatikan hal-hal berikut : 1) Cek kontra indikasi seperti Tumor (bengkak), colour (hematoma/ memar), dolor (suhu panas tubuh), fraktur ,varises, awal kehamilan, penyakit kulit, jantung , diabetes, epilepsi. 2) Persyaratan terapis: tidak boleh memelihara kuku jari panjang, tidak mengenakan perhiasan, kondisi sehat dan melaksanakan sanitasi, menjaga konsentrasi dan fleksibilitas tangan harus dikuasai selain pengetahuan-pengetahuan dasar yang berkaitan dengan massase. Sikap ramah dan penuh perhatian sebagai pelayan pada klien. f. Tahap Pelaksanaan Massase Snyder (2002) menyatakan prosedur pelaksanaan massage ektrimitas dapat dilakukan sebagai berikut:
47
Intervensi massase dengan aroma terapi lavender diberikan dalam 10 menit selama seminggu 3 x. Adapun standar operasional prosedur pelaksanaan massase ekstrimitas dengan aromaterapi lavender sebagai berikut: 1) Identifikasi faktor-faktor atau kondisi seperti fraktur tulang rusuk atau vertebrata, luka bakar, daerah kemerahan pada kulit, atau luka terbuka dan responden tidak mengkonsumsi obat anti-hipertensi. 2) Pada klien yang mempunyai riwayat hipertensi atau disritmia, kaji denyut nadi dan tekanan darah. 3) Jelaskan prosedur dan posisi yang diinginkan klien. 4) Persiapan bahan dan instrumen massage meliputi lotion atau minyak hangat, handuk, selimut, stopwatch dan lilin aroma terapi lavender.. 5) Pemberi intervensi mencuci tangan dalam air hangat. Hangatkan lotion dengan cara tempatkan botol lotion ke dalam air hangat. Tuang sedikit lotion di tangan. Jelaskan pada responden bahwa lotion akan terasa hangat dan basah. Gunakan lotion sesuai kebutuhan. 6) TEKNIK MASSASE KAKI a) Klien dapat memposisikan telentang atau duduk di kursi. b) Seluruh kaki dan pergelangan kaki daerah digosok dengan minyak c) Dengan tegas, membuat gerakan melingkar pada daerah pergelangan kaki dan di atas daerah ventral seluruh di kaki.
48
d) Gunakan jari untuk memijat daerah antara tendon pada kaki, mulai dari jari kaki dan bergerak menuju pergelangan kaki. e) Gerakan meremas digunakan untuk memijat sisi masing-masing kaki. f) Pada akhir,
memijat kaki, ujung jari kaki diremas, dengan
gerakan melingkar pada telapak kaki. g) Gerakan menyapu dari atas dan bawah kaki digunakan untuk menyimpulkan pijat kaki pertama sebelum pindah ke kaki kedua. 7) TEKNIK MASSASE TANGAN a) Punggung tangan (1) Lakukan pemijatan dari pergelangan tangan sampai ke ujung jari, tekanan sedang. (2) Selanjutnya, pemijatan pada daerah sisi tangan dengan setengah lingkaran menggunakan tekanan sedang b) Telapak tangan (1) Pemijatan dilakukan pada telapak tangan sampai ujung jari menggunakan tekanan sedang (2) Remas dengan lembut pada seluruh telapak tangan dilakukan dengan menggunakan tekanan sedang. (3) Gerakan melingkar di atas telapak seluruh menggunakan tekanan sedang.
49
(4) Pemijatan setengah lingkaran digunakan dari pusat telapak tangan ke sisi menggunakan tekanan sedang. c) Jari (1) Remas dengan lembut setiap jari dari pangkal ke ujung di kedua sisi dan bagian depan dan belakang menggunakan tekanan ringan (2) Lakukan gerakan meremas dengan lembut pada jari (3) Berikan tekanan pada kuku d) Penyelesaian Letakkan tangan responden pada tangan peneliti dan tarik tangan responden ke arah peneliti beberapa kali. Kemudian, putar tangan klien atas dan dengan lembut menarik ke arah peneliti beberapa kali. 8) Akhiri usapan dengan gerakan memanjang dan beritahu klien bahwa pemberi intervensi mengakhiri usapan. 9) Bersihkan kelebihan lubrikan dengan handuk mandi. Bantu lansia merapikan bajunya kembali. 10) Bantu klien kembali pada posisi yang nyaman. 11) Letakkan handuk yang kotor pada tempatnya dan cuci tangan. 12) Kaji kembali denyut nadi dan tekanan darah. 13) Catat respon terhadap massase dan kondisi kulit.
50
g. Massase ekstrimitas dengan aroma terapi dalam menurunkan tekanan darah pada lansia Proses penuaan yang terjadi secara alami dengan konsekuensi timbulnya masalah fisik, mental, dan sosial (Sumampouw, 2002). Masalah yang terjadi akibat proses penuaan membuat kebutuhan hidup lansia tidak terpenuhi dengan baik. Setiap manusia memiliki kebutuhan hidup termasuk orang yang telah memasuki usia lanjut juga memiliki kebutuhan hidup agar dapat hidup sejahtera. Kebutuhan hidup terbesar bagi lansia adalah peningkatan kesehatan. Peningkatan kesehatan pada lansia merupakan suatu hal yang kompleks. Lansia biasanya mengeluh tekanan darah meningkat atau hipertensi. Massase dapat menghasilkan relaksasi oleh stimulasi taktil di jaringan tubuh menyebabkan respon neurohumoral yang kompleks dalam The Hypothalamic–Pituitary Axis (HPA) ke sirkuit melalui pusat jalur sistem saraf. Stimulus tersebut didistribusikan otak tengah melalui korteks di otak dan diinterpretasikan sebagai respon relaksasi (Lawton, 2003). Adaptasi terhadap stres diatur oleh kapasitas HPA untuk mensekresikan hormon seperti kortisol dan endorfin yang mengurangi aktivitas sistem saraf simpatik dan meningkatkan respon sistem syaraf parasimpatis. Kortisol adalah hormon stres yang utama dan sebagai produk akhir dari syaraf simpatik. Diperkirakan bahwa rangsangan taktil dari pijat melawan kelebihan produksi kortisol dengan mempengaruhi
51
sekresi kortikotropin dari HPA. Kortikotropin dalam dapat menurunkan kortisol dan diintrepetasikan sebagai relaksasi (Remington, 2002). Massase menjadi proses mediasi untuk pengurangan stres fisiologis dan psikologis pada lansia. Aroma terapi lavender bekerja dengan mempengaruhi tidak hanya fisik melainkan juga tingkat emosi (Jaelani, 2009). Aroma terapi bekerja dengan merangsang sel-sel saraf penciuman dan mempengaruhi kerja sistem limbik dengan meningkatkan perasaan positif dan rileks (Brunner & Suddarth, 2001). Sewaktu menarik nafas rangsangan bau medatangi selsel pengindra lewat difusi melalui udara. Molekul bau terikat langsung melalui reseptor pembau atau ke protein pengikat spesifik yang membawa bau ke reseptor dan menyebabkan saraf menyalakan potensial aksi. Seluruh peristiwa disampaikan ke sistem limbik yang bertanggung jawab terhadap emosi dan otak mendaftar sebagai bau yang spesifik otak kemudian mengeluarkan serotonin yang membuat perubahan fisiologis pada tubuh, pikiran dan jiwa dan menghasilkan efek menenangkan pada tubuh. Dengan demikian, kerja jantung tidak membutuhkan tekanan kuat untuk memompa dan peredaran darah keseluruh tubuh akan maksimal.
52
B. Kerangka Teori Berdasarkan tinjauan pustaka menurut Aisyah (2009), Basha (2009), Gunawan (2001), Jaelani (2009), Jurch (2009) Syahrini et al (2012), Synder (2002) maka dapat disusun kerangka teori yang dijelaskan melalui gambar sebagai berikut: Gambar 2.1 Kerangka teori Faktor resiko yang dapat dikontrol: -
Obesitas Olahraga Merokok Konsumsi garam Konsumsi alcohol Konsumsi kopi Stress Penyakit jasmani
Hipertensi
penatalaksanaan terapi non farmakologis
masasse dengan aroma terapi lavender
pengeluaran hormon serotonin
memberikan respon relaksasi
pengaktifan saraf parasimpatis
tekanan darah menurun
Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol: - jenis kelamin - umur - keturunan
53
C. Kerangka Konsep Berdasarkan kerangka teori diatas dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut: Gambar 2.2 Kerangka Konsep Variabel bebas
Variabel terikat
Massage ekstrimitas dengan aroma terapi Lavender
Penurunan tekanan darah
Variabel pengganggu: 1. Lingkungan 2. Penyakit Jasmani
Keterangan : = Variabel yang diteliti = Variabel yang tidak diteliti
54
D. Hipotesis Dengan melihat rumusan masalah, maka dapat ditetapkan hipotesa penelitian Ha yaitu: Ada pengaruh massase ekstrimitas dengan aroma terapi lavender terhadap penurunan tekanan darah pada lansia di Desa Grendeng Purwokerto.
55
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian 1.
Jenis Penelitian Jenis penelitian pre-eksperimen dengan rancangan penelitian one group pre test and post test design adalah rancangan penelitian yang menggunakan satu kelompok subyek dengan cara melakukan pengukuran sebelum dan setelah perlakuan. Perbedaan kedua hasil pengukuran dianggap sebagai efek perlakuan. Penelitian ini dilakukan untuk yaitu mengetahui pengaruh massase ekstrimitas dengan aroma terapi lavender terhadap penurunan tekanan darah pada lansia degan hipertensi di Desa Grendeng Purwokerto (Saryono, 2011). Penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok sampel tanpa menggunakan kelompok kontrol. Kelompok sampel diberi tes awal (pre test) lalu diberikan perlakuan sebanyak tiga kali dan kemudian diberikan tes akhir (post test). Gambar 3.1 Desain Penelitian O1
X1
O2
56
Keterangan : O1: observasi dan pengukuran tekanan darah sebelum diberi perlakuan massase ekstremitas dengan aroma terapi lavender. X1: perlakuan (masasse ekstremitas dengan aroma terapi lavender) O2: observasi dan pengukuran tekanan darah setelah diberi perlakuan massase ekstremitas dengan aroma terapi lavender.
B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian adalah posisi geografis yang merupakan tempat keberadaan responden penelitian sehingga mendukung dilakukan penelitian. Tempat penelitian yang telah ditetapkan peneliti yaitu Kelurahan Grendeng Purwokerto. Penelitian ini sudah dilaksanakan pada bulan Desember 2013.
C. Populasi dan Sampel 1.
Populasi Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah lansia dengan hipertensi yang tinggal di wilayah Kelurahan Grendeng Purwokerto. Data yang diperoleh dari Posyandu Lansia di Kelurahan Grendeng Purwokerto yaitu 47 orang.
57
2. Sampel Sampel adalah sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasinya. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada kriteria tertentu yang sebelumnya ditetapkan oleh peneliti, subjek yang memenuhi kriteria tersebut menjadi sampel (Santjaka, 2008).
Keterangan: N
: total populasi
P
: proporsi kejadian, jika belum diketahui, dianggap 50%
Q
: 1-P (0,5)
Z
: nilai standar normal untuk α = 0,05 (1,64)
d
: Tingkat kejadian yang dipilih
n=
85.(1.64)2.0,5 .0,5 0,1 (85-1)+(1,64)2. 0,5.0,5 2
n= n=
57,14 1,51 37,84
n=
38
Jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 38 responden.
58
Sampel pada penelitian ini adalah lansia dengan hipertensi yang berada di Kelurahan Grendeng Purwoketo dengan kriteria penelitian sebagai berikut: a. Kriteria Inklusi Kriteria inklusi adalah batasan ciri atau karakter umum pada subyek penelitian, dikurangi karakter yang masuk dalam kriteria eksklusi (Saryono, 2011). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Lansia yang bersedia menjadi responden. 2) Lansia yang berumur 55-65 tahun. 3) Lansia yang tidak mengkonsumsi obat hipertensi. b. Kriteria Eksklusi Kriteria eksklusi adalah sebagian subyek yang memenuhi kriteria inklusi yang dikeluarkan dari penelitian karena dapat mempengaruhi hasil penelitian sehingga terjadi bias (Saryono, 2011). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Lansia dengan fraktur, luka bakar, daerah kemerahan pada kulit, atau luka terbuka pada daerah ekstrimitas. 2) Lansia yang mengikuti perawatan alternatif semacam pijat lainnya seperti akupuntur. 3) Lansia dengan asam urat.
59
D. Variabel Penelitian Menurut Sugiyono (2010), variabel merupakan gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati. Variabel sebagai atribut dari sekelompok orang atau obyek yang mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya dalam sekelompok itu. Variabel adalah suatu konsep yang dapat dibedakan menjadi dua, yakni yang bersifat kuantitatif dan kualitatif (Hidayat, 2009). Dalam penelitian ini membuktikan pengaruh massase ekstrimitas dengan aroma terapi lavender terhadap penurunan tekanan darah pada lansia. Untuk dapat membuktikan pengaruh tersebut maka peneliti menetapkan variabel sebagai berikut : 1. Variabel Bebas (Variable Independent) Variabel bebas (Variable Independent) adalah variabel yang mempengaruhi variabel atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat atau variable dependent (Sugiyono, 2010). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah masasse ekstrimitas dengan aroma terapi lavender. 2. Variabel Terikat (Variable Dependent) Variabel terikat (Variable Dependent) adalah variabel yang dipengaruhi dan menjadi akibat variabel bebas atau variabel dependent (Sugiyono, 2010). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi.
60
E. Definisi Operasional Penelitian Tabel 3.1 Definisi Operasional No 1.
2.
Variabel Variabel Bebas: Masasse ekstrimitas dengan aroma terapi lavender
Definisi Variabel
Cara Ukur
Terapi nonfarmakologis dengan memberikan masase tangan dan kaki dengan melakukan usapan secara perlahan dalam 10 menit selama seminggu 3x serta lilin aromaterapi lavender yang bersifat merilekskan. Variabel Tekanan yang Spigmo Terikat: dialami darah manom Tekanan pada pembuluh eter darah pada darah arteri lansia. ketika darah dipompa oleh jantung keseluruh tubuh.
Hasil
Skala Data
-
-
Tekanan Darah (mmHg)
Rasio
F. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasil lebih baik sehingga lebih mudah diolah (Saryono, 2011). Instrumen dalam penelitin ini yaitu lembar observasional berisikan data responden dari hasil
61
pengamatan selama penelitian, spigmomanometer dan stetoskop. Hasil pengumpulan data tekanan darah berdasarkan perhitungan diatas, dianalisis melalui uji statistic t-test berpasangan alternatif wilcoxon karena distribusi data tidak normal.
G. Validitas dan Reliabilitas 1.
Validitas Validitas merupakan indeks yang menunjukan alat ukur tersebut benar-benar mengukur apa yang diukur. Prinsip validitas mengacu pada pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip keandalan instrumen dalam pengumpulan data (Saryono, 2009). Reliabilitas merupakan kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan tersebut diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan. Alat ukur yang digunakan peneliti dalam penelitian adalah spigmomanometer. Spigmomanometer merupakan alat ukur baku yang digunakan dalam mengukur tekanan darah, sehingga tidak perlu dilakukan uji validitas.
2.
Relibialitas Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandlkan. Hasil pengukuran konsisten atau tetap azas bila dilakukan pengukuran berulang (Saryono, 2011). Pada penelitian ini tidak dilakukan uji reliabilitas, karena skala yang digunakan sudah dibakukan.
62
H. Jalannya Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data Penelitian dilaksanakan selama satu bulan. Tahapan pengumpulan data selama penelitian adalah sebagai berikut : 1. Tahapan Persiapan a.
Permohonan ijin dari pihak jurusan keperawatan untuk melakukan studi pendahuluan, peneliti meminta ijin kepada Kantor Kelurahan Desa Grendeng Purwokerto untuk melakukan pengambilan data pasien hipertensi di Posyandu Lansia Kelurahan Grendeng.
b.
Peneliti mempersiapkan materi dan konsep yang akan mendukung penelitian.
c.
Peneliti membuat proposal penelitian yang dilanjutkan dengan pengujian proposal penelitian.
2. Tahapan Pelaksanaan a. Peneliti memohon surat izin penelitian kepada Jurusan keperawatan. b.
Peneliti mengumpulkan data primer dan data sekunder.
c.
Peneliti menentukan responden sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Kemudian peneliti memberikan informed consent pada responden untuk ditandatangani sebagai bukti persetujuan menjadi responden penelitian.
63
d.
Peneliti melakukan pengukuran tekanan darah yang pertama sebelum diberikan massase ekstrimitas dengan aroma terapi lavender kepada semua sampel.
e.
Responden yang diberikan massase ekstrimitas dengan aroma terapi lavender diminta untuk mencari posisi yang dirasa paling nyaman.
f.
Responden yang diberikan masasse ekstrimitas
dengan aroma terapi
lavender sebanyak 3 kali dalam seminggu untuk setiap respondennya dan setiap intervensi selama 10 menit. 3. Peneliti melakukan pengukuran darah yang setelah diberikan massase ekstrimitas dengan aroma terapi lavender 4. Pengumpulan Data Terakhir Peneliti mengumpulkan data terakhir untuk kemudian dilakukan analisis data. 5. Teknik Pengumpulan Data Data yang diperoleh berasal dari data primer, merupakan data yang dikumpulkan dan diperoleh secara langsung di lapangan oleh peneliti. Data primer dari penelitian ini adalah data jumlah lansia yang berada di Kelurahan Grendeng Purwokerto.
64
I. Analisis Data 1. Pengolahan Data Analisis data dilakukan untuk memberikan kemudahan dalam menginterpretasikan hasil penelitian. Untuk itu data diolah terlebih dahulu dengan tujuan mengubah data menjadi informasi. Data yang diperoleh diolah dengan komputer menggunakan program SPSS. Hidayat (2009) menyatakan bahwa proses pengolahan data tersebut melalui langkah-langkah berikut: a. Editing Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Dalam penelitian ini dilakukan kegiatan pengecekan kembali data dokumentasi pada lembar observasi mengenai hasil pemeriksaan. b. Coding Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Mengubah data dari yang berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka untuk memudahkan penginterpretasian hasil penelitian. c. Entry Data Entry Data adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau database computer. Entry Data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 16.0 for windows.
65
d. Tabulating Tabulating adalah membuat distribusi frekuensi sederhana atau tabel kontingensi yang telah diberi skor dan dimasukkan ke dalam tabel. 2. Analisis Data Setelah dilakukan pengumpulan data, maka komponen variabel penelitian dapat dilakukan analisis. Berdasarkan Saryono (2011), analisis data dilakukan dalam 2 tahap yaitu: a. Analisis Univariat Analisis data univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi (Notoadmodjo, 2002). Analisis univariat dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik lansia (umur, jenis kelamin), dan mengetahui tekanan darah sebelum dan sesudah masasse ekstrimitas dengan aroma terapi lavender. Pada analisis univariat, data yang diperoleh dari hasil pengumpulan dapat disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, ukuran tendensi sentral atau grafik. Jika data mempunyai distribusi normal, maka mean dapat digunakan sebagai ukuran pemusatan dan standar deviasi (SD) sebagai ukuran penyebaran. Jika distribusi tidak normal maka sebaiknya menggunakan median sebagai ukuran pemusatan dan minimum-maksimum sebagai ukuran penyebaran.
66
b. Analisis Bivariat Analisis bivariat merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan atau pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat (Notoatmodjo, 2002). Analisis bivariat dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh masasse dengan aroma terapi lavender terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan melihat pre test dan post test. Analisis ini menggunakan uji statistik uji “t” test berpasangan dengan rumus:
Keterangan: n
= Besar Sampel
Z
= Kesalahan tipe I (Z
Z
= Kesalahan tipe II (Z
S
= Standar deviasi (4)
1,64) )
X1-X2 = Selisih minimal yang dianggap bermakna (X1-X2= 2) Berdasarkan hasil penelitian menggunakan uji statistik t-test berpasangan alternatif wilcoxon karena data tidak terdistribusi normal.
J. Etika Penelitian Masalah etika penelitian yang menggunakan subyek manusia menjadi isu sentral yang sedang berkembang. Secara umum prinsip etika dalam penelitan atau
67
pengumpulan data dapat dibedakan menjadi prinsip manfaat, prinsip menghargai subyek, dan prinsip keadilan (Nursalam, 2003). Penelitian ini telah dirancang sesuai dengan petunjuk dan aturan yang telah ditetapkan serta telah mendapatkan rekomendasi dari Tim Komisi Skripsi Jurusan Keperawatan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Peneliti mengajukan permohonan ijin kepada pihak Kepala Kelurahan Grendeng Purwokerto, kemudian dalam penelitian menekankan pada masalah etika yang meliputi: 1. Informed concent Peneliti menjelaskan tujuan dari penelitian kepada responden. Responden yang bersedia selanjutnya diminta menandatangani lembar persetujuan. 2. Confidentiality Semua responden harus dijaga kerahasiaannya. Peneliti menjaga kerahasiaan semua informasi serta data-data penelitian. 3. Anonymity Peneliti merahasiakan dan tidak mencantumkan nama melainkan menggunakan kode responden.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian Pengambilan data pengaruh massase ektrimitas dengan aromaterapi lavender terhadap penurunan tekan darah pada lansia hipertensi di Kelurahan Grendeng Purwokerto telah dilaksanakan selama 14 hari yang di mulai pada tanggal 15 Desember – 29 Desember 2013. Responden dalam penelitian ini adalah 38 orang. Massase ektremitas denga aroma terapi lavender ini diberikan selama 10 menit sebanyak 3 kali dalam satu minggu. Penilaian tekanan darah dilakukan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan massase ektrimitas dengan aroma terapi lavender. Adapun hasil penelitian dijelaskan sebagai berikut: 1. Analisis Univariat a. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah penderita hipertensi di Wilayah Kelurahan Grendeng Purwokerto. Sampel pada penelitian ini berjumlah 38 orang. Gambaran umum responden penelitian ini dapat dilihat dari beberapa karakteristik sebagai berikut: 1) Usia Karakteristik responden berdasarkan usia dapat dilihat dalam tabel berikut: 68
Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan usia di Posyandu lansia Kelurahan Grendeng bulan Desember 2013 (n=38) No..
Usia
Jumlah (n)
1 2
55-60 61-65 Jumlah
25 13 38
Presentase (%) 65,8 34,2 100
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dketahui bahwa sebagian besar presentase usia responden termasuk usia lanjut 55-60 tahun sebanyak 25 orang (65,8%), dan usia 61-65 tahun sebanyak 13 orang (34,2 %) . 2) Jenis Kelamin Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 4.2 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di Posyandu lansia Kelurahan Grendeng bulan Desember 2013 (n=38) No.
Jenis Kelamin
Jumlah (n)
1 2
Perempuan Laki-laki Jumlah
35 3 38
Presentase (%) 92,1 7,9 100
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 35 orang (92,1%) dan responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 3 orang (7,9%).
69
2. Analisis Bivariat a. Gambaran tekanan darah pada lansia sebelum dilakukan massase ektrimitas dengan aroma terapi lavender Tekanan darah responden sebelum dilakukan masasse ektrimitas ddengan aroma terapi lavender selengkapnya disajikan pada tabel berikut: Tabel 4.3 Gambaran tekanan darah responden sebelum diberikan intervensi di Posyandu lansia Kelurahan Grendeng bulan Desember 2013 (n=38) Variabel Tekanan Darah Sistolik Sebelum Tekanan Darah Diastolik Sebelum
Median 140.00
SD 9.560
Min-Max 140-180
95%CI 143.96150.25
90.00
7.771
80-100
86.1391.24
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui tekanan darah sebelum diberikan intervensi pada responden memiliki nilai minimal untuk tekanan sistolik yaitu 140 mmHg dan untuk tekanan diastolik memiliki nilai minimal 80 mmHg.
Hasil estimasi interval penelitian
disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata tekanan darah sistolik responden 143.96- 150.25 mmHg dan tekanan diastolik 86.1391.24mmHg.
70
b. Gambaran tekanan darah responden setelah dilakukan massase ektrimitas dengan aroma terapi lavender Tekanan
darah
responden
setelah
dilakukan
massase
ekstrimitas dengan aroma terapi lavender selengkapnya disajikan pada tabel berikut: Tabel 4.4 Gambaran tekanan darah responden setelah diberikan intervensi di Posyandu lansia Kelurahan Grendeng bulan Desember 2013 (n=38) Variabel Tekanan Darah Sistolik Sesudah Tekanan Darah Diastolik Sesudah
Median 133.95
SD 8.865
Min-Max 120-160
95%CI 131.03136.86
80.00
6.334
70-90
81.6085.77
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui tekanan darah setelah diberikan intervensi pada responden tekanan sistolik memiliki nilai minimal 120 mmHg dan untuk tekanan diastolik memiliki nilai minimal 70 mmHg. Tekanan sistolik setelah diberikan massase ekstrimitas dengan aroma terapi lavender memiliki nilai maksimal 160 mmHg dan untuk nilai diastolik setelah diberikan massase ekstrimitas memiliki nilai maksimal 90 mmHg. Hasil estimasi interval penelitian disimpulkan 95 % diyakini rata-rata tekanan darah pada responden
71
untuk tekanan sistolik adalah 131.03- 136.86 mmHg dan untuk tekanan diastolik adalah 81.60- 85.77 mmHg. c. Perbedaan tekanan darah sebelum diberikan massase ekstrimitas dengan aroma terapi lavender dan setelah diberikan massase ektrimitas dengan aroma terapi lavender dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.5 Perbedaan tekanan darah sebelum diberikan massase ekstrimitas dengan aroma terapi lavender dan setelah diberikan massase ektrimitas dengan aroma terapi lavender di Posyandu lansia Kelurahan Grendeng bulan Desember 2013 (n=38) Variabel Tekanan Darah Sistolik Sebelum Tekanan Darah Sistolik Sesudah Tekanan Darah Diastolik Sebelum Tekanan Darah Diastolik Sesudah
Min-max 140-180 mmHg
Mean±sd Z hitung 147.11±9.560
p value
120-160 mmHg
133.95±8.865 -5.634
0.000
80100mmHg
88.68±7.771
70-90 mmHg
83.68±6.334
-2.819
0.005
Syarat uji t test berpasangan tidak terpenuhi karena data tidak berdistribusi normal maka data dianalisa dengan menggunakan uji statistik Wilcoxon dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05). Berdasarkan hasil uji ini, didapatkan nilai p value < α (0,000 < 0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima. Data analisa tersebut dapat
72
menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh massase ektrimitas dengan aroma terapi lavender terhadap penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi di Kelurahan Grendeng Purwokerto.
B.
Pembahasan 1. Analisis Univariat a. Karakteristik Berdasarkan Usia Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar presentase usia responden termasuk usia lanjut 55- 60 tahun sebanyak 25
orang
(65,8%).
Hipertensi
cenderung
meningkat
dengan
bertambahnya usia. Harison, Wilson dan Kasper (2005) menyatakan bahwa semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari orang yang berusia lebih muda. Hipertensi pada usia lanjut harus ditangani secara khusus. Kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah produk samping dari keausan arteriosklerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta, dan akibat dari berkurangnya kelenturan. Mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian diri. Bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40%. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta tekanan darah meningkat 73
seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan kasus hipertensi akan berkembang pada umur lima puluhan dan enam puluhan. Dengan bertambahnya umur, dapat meningkatkan risiko hipertensi (Brunner & Suddarth, 2001). b. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 35 orang (92,1%) dan responden yang yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 3 orang (7,9%). Harrison, Wilson dan Kasper (2005) mengatakan bahwa penderita hipertensi lebih banyak diderita oleh perempuan yang berusia 50 tahun ke atas, padahal jumlah penderia hipertensi pada usia muda lebih banyak terjadi pada laki- laki. Hal ini disebabkan karena wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya
74
sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun. Penjelasan di atas mengungkapkan bahwa estrogen berperan penting mampu menurunkan tekanan darah pada wanita muda. Saat siklus menstruasi terjadi, tekanan darah akan menurun, ini terjadi ketika fase luteal akan berubah menjadi fase folikular. Setelah wanita tidak menstruasi lagi atau post menoupause maka tidak akan terjadi perubahan fase menstruasi di atas, dari fase luteal berubah menjadi fase folikular sehingga tekanan darah tidak menurun dan justru cenderung naik (Staessen, 2003). 2. Analisis Bivariat a. Gambaran tekanan darah pada lansia sebelum dilakukan massase ekstrimitas dengan aroma terapi lavender Sebelum dilakukan massase ekstrimitas dengan aroma terapi lavender, peneliti melakukan penilaian tekanan darah menggunakan spygnomanometer. Klasifikasi tekanan darah yang dipilih yaitu rentang grade 1 yang dimulai dari tekanan darah sistolik 140 mmHg dan sampai rentang 200 mmHg. Tekanan darah pada responden, tekanan sistolik yang tertinggi adalah 180 mmHg dan diastolik tertinggi yaitu 100 mmHg. Tekanan darah sistolik terendah 140 mmHg dan diastolik terendah 80 mmHg.
75
Hipertensi yang dialami responden terjadi karena dipengaruhi oleh berbagai macam faktor risiko baik yang bisa dikontrol seperti aktivitas olahraga, merokok, mengkonsumsi garam dapur, obesitas, dan stress serta faktor resiko yang tidak dapat dikontrol seperti usia, jenis kelamin, dan keturunan (genetik) (Aisyah, 2009). Menurut hasil observasi peneliti, paling banyak faktor pemicu lansia terkena hipertensi yaitu mengkonsumsi garam natrium yang berlebih dan kurangnya aktivitas olahraga seperti aktivitas olahraga serta faktor risiko yang tidak dapat dikontrol karena bertambahnya usia mereka. Untuk responden laki-laki faktor risiko utama yaitu seringnya merokok. Promosi kesehatan dan penyuluhan kesehatan penting untuk diterapkan di wilayah Kelurahan Grendeng Purwokerto agar hipertensi dapat diminimalkan dengan mengurangi faktor risiko penyebab hipertensi yang dapat dikontrol seperti aktivitas fisik, merokok dan konsumsi garam natrium. Kurangnya aktivitas fisik dapat mengakibatkan hipertensi yaitu karena terjadinya penurunan cardiac output (curah jantung) sehingga pemompaan ke jantung menjadi lebih kurang. Kurangnya latihan aktvitas fisik dapat menyebabkan terjadinya kekakuan pembuluh darah, sehingga aliran darah tersumbat dan dapat menyebabkan hipertensi
(Aisyah,
2009).
Konsumsi
natrium
yang
berlebih
menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler 76
meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi. (Basha, 2004). Merokok menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Perokok dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis. Merokok meyebabkan hipertensi karena nikotin yang terkandung di dalam rokok memiliki kecenderungan untuk menyempitkan pembuluh darah dan arteri yang dapat menyebbkan plak. Plak menyempitkan pembuluh
darah.
Nikotin
juga
memiliki
kemampuan
untuk
merangsang produksi hormon epinefrin juga dikenal sebagai adrenalin yang menyebabkan pembuluh darah mengerut (Hopkinson, 2011). b. Gambaran tekanan darah pada lansia setelah diberikan massase ekstrimitas dengan aroma terapi lavender Pemberian perlakuan massase ekstrimitas dengan aroma terapi lavender kepada responden yang mengalami hipertensi dilakukan selama 10 menit sebanyak 3 kali dalam seminggu. Dari 47 lansia penderita hipertensi yang memenuhi kriteria inklusi dipilih 38 responden yang dijadikan sampel. Distribusi frekuensi responden menunjukkan tekanan darah setelah dilakukan intervensi tekanan 77
sistolik terendah yaitu 120 mmHg dan tekanan diastolik memiliki nilai minimal 70 mmHg. Tekanan sistolik memiliki nilai maksimal yaitu 160 mmHg dan tekanan diastolik memiliki nilai maksimal 90 mmHg. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa 38 responden mengalami penurunan tekanan darah sistolik dan 19 responden mengalami penurunan tekanan darah diastolik. Tidak ada responden yang mengalami peningkatan tekanan darah sistolik dan tujuh responden mengalami peningkatan tekanan darah diastolik. Tidak ada responden yang mengalami perubahan tekanan darah sistolik dan 12 responden tidak mengalami perubahan tekanan darah diastolik. c. Perbedaan tekanan darah sebelum diberikan massase ekstrimitas dengan aroma terapi lavender dan setelah diberikan massase ekstrimitas dengan aroma terapi lavender Data analisa menyimpulkan ada pengaruh massase ekstrimitas dengan aroma terapi lavender terhadap penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi di Kelurahan Grendeng Purwokerto. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tarigan dalam Ayunani (2012) yaitu salah satu cara terbaik dalam menurunkan tekanan darah yaitu dengan terapi pijat. Sejumlah studi menunjukkan bahwa terapi pijat yang dilakukan secara teratur dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik, menurunkan kadar hormon stres kortisol, menurunkan kecemasan sehingga tekanan darah akan turun dan fungsi tubuh akan semakin 78
membaik. Penelitian dari Holand (2001) menyatakan intervensi pijat (massage) kepada pasien yang berada di ruang rehabilitasi memberikan efek berupa menghilangkan kecemasan, rasa tenang dan kondisi rileks. Massase ekstrimitas dengan aroma terapi lavender ini akan memberikan pengaruh baik terhadap berbagai macam sistem dalam tubuh salah satunya yaitu system kardiovaskuler. Saat dilakukan intervensi berupa massase ektrimitas dengan aroma terapi lavender, tekanan darah naik. Tekanan darah sistoliknya misalnya 140 mmHg, setelah di massase dengan aroma terapi lavender akan tetap. Tetapi, setelah dua hari kemudian tekanan darah tersebut akan mengalami penurunan. Apabila massase ekstrimitas dengan aroma terapi lavender ini dilakukan secara rutin
dan berulang, lama-
kelamaan penurunan tekanan darah akan berlangsung lama. Itulah sebabnya massase ekstrimitas dengan aroma terapi lavender yang dilakukan secara teratur bisa menurunkan tekanan darah. Jenis intervensi yang efektif untuk menurunkan tekanan darah adalah massase dengan frekuensi pemberian intervensi 3-5 kali seminggu dengan lama intervensi 10-15 menit sekali pemberian intervensi (Jaelani, 2009). Penurunan tekanan darah ini terjadi karena pembuluh darah mengalami pelebaran dan relaksasi. Pemberian massase secara rutin akan melemaskan pembuluh-pembuluh darah, sehingga tekanan darah 79
menurun sama halnya dengan melebarnya pipa air akan menurunkan tekanan pipa air tersebut. Gerakan massase yang dapat menurunkan tekanan darah adalah mengusap (Efflurage) Effleurage merupakan kata dari bahasa Perancis yang dapat berarti strocking (mengusap). Gerakan ini merupakan teknik paling sederhana dalam proses pemijatan, dan dapat dilakukan di seluruh bagian tubuh. Selain itu, mengusap (effleurage) juga merupakan gerakan berirama yang khususnya dipakai untuk menurunkan pengeluaran hormon kortisol, sehingga pengurangan stres dapat terjadi karena adanya respon rileks. Selain itu gerakan friction yaitu gerakan melingkar kecil-kecil dengan penekanan lebih menggunakan ibu jari. Gerakan ini bertujuan untuk penyembuhan ketegangan otot dan akibat asam laktat yang berlebih. Apabila dilakukan gerakan ini asam laktat berlebih akan berkurang, sehingga peredaran darah dalam pembuluh darah dapat bejalan dengan lancar. Gerakan massase yang lain berupa meremas (petrisage) atau merupakan istilah umum yang diberikan untuk segala jenis pijatan dengan teknik menekan, meremas, dan menggulung otot dibawah kulit. Ini juga mencakup teknik meremas. Gerakan ini merupakan gerakan mengusap tingkat sedang yang dilakukan setelah mengusap (effleurage) dan berperan untuk menggetarkan (vibration), dan memukul (tapotement). Gerakan tersebut mempunyai fungsi yang sama yaitu untuk mengurangi ketegangan otot (Belder & Mahrer, 80
2007). Dalam hal ini, massase ekstrimitas dengan aroma terapi lavender dapat menghasilkan relaksasi oleh stimulasi taktil jaringan tubuh menyebabkan respon neuro humoral yang komplek dalam The Hypothalamic-Pituitary Axis (HPA) ke sirkuit melalui jalur sistem saraf. Adaptasi stres diatur oleh kapasitas HPA untuk mensekresikan hormon seperti kortisol dan endorphin yang mengurangi aktivitas sistem saraf simpatik dan meningkatkan respon saraf parasimpatis. Kortisol adalah hormon stress yang utama dan produk akhir dalam saraf simpatis. Sedangkan aroma terapi lavender bekerja merangsang sel saraf penciuman dan mempengaruhi kerja sistem limbik dengan meningkatkan perasaan positif dan rileks. Sewaktu menarik nafas rangsangan bau mendatangi sel-sel pengindra lewat difusi melalui udara. Molekul bau terikat langsung melalui reseptor pembau atau ke protein pengikat spesifik yang membawa bau ke reseptor dan menyebabkan saraf menyalakan potensial aksi. Seluruh peristiwa disampaikan ke sistem limbik yang bertanggung jawab terhadap emosi dan otak mendaftar sebagai bau yang spesifik otak kemudian mengeluarkan serotonin yang membuat perubahan fisiologis pada tubuh, pikiran dan jiwa dan menghasilkan efek menenangkan pada tubuh. Dengan demikian, kerja jantung tidak membutuhkan tekanan kuat untuk memompa dan peredaran darah ke seluruh tubuh akan maksimal (Remington, 2002). 81
Dari hasil penelitian yang telah saya lakukan, menunjukkan bahwa tekanan darah responden mengalami penurunan tekanan sistolik dan penurunan diastolik. Pembandingan penelitian dengan Nugroho (2012) tentang efektifitas pijat refleksi kaki dan hipnoterapi terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi menyatakan hal yang sama bahwa terjadi penurunan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik.
C.
Keterbatasan Penelitian Penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti masih memiliki keterbatasan. Adapun beberapa keterbatasan penelitian yaitu: 1. Variabel Confounding dalam penelitian ini seperti pola makan, stress, aktivitas fisik, serta genetik dalam penelitian ini tidak dapat dikendalikan sepenuhnya, sehingga masih banyak faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah pada lansia. 2. Jumlah responden yang terbatas. Hal ini dikarenakan adanya kriteria tertentu untuk menjadi responden dalam penelitian.
82
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan pembahasan mengenai massase ekstrimitas dengan aroma terapi lavender terhadap penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi di Kelurahan Grendeng Purwokerto maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1.
Karakteristik responden di Kelurahan Grendeng Purwokerto dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Karakteristik
responden
berdasarkan
usia
mengambil
lansia
didominasi usia 55-60 tahun (65,8%). b. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin didominasi perempuan (92,1%). 2.
Tekanan darah sebelum diberikan intervensi pada responden memiliki nilai tekanan sistolik 140 mmHg dan tekanan diastoliknya memiliki nilai 90 mmHg.
3.
Tekanan darah setelah diberikan intervensi pada responden memiliki nilai tekanan sistolik 133,95 mmHg dan tekanan diastolik 80 mmHg.
4.
Terdapat pengaruh yang signifikan massase ekstrimitas dengan aroma terapi lavender terhadap penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi 83
di Kelurahan Grendeng Purwokerto dengan nilai p=0,000 untuk tekanan sistolik dan p=0,005 untuk tekanan diastolik.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini yang diperoleh, maka dapat diberikan saran sebagai berikut: 1.
Bagi Pendidikan Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian atau referensi megenai cara penurunan tekanan darah pada lansia dengan metode massase ekstrimitas dengan aroma terapi lavender.
2.
Bagi Penelitian Penelitian ini menjadikan acuan proses belajar dalam menerapkan ilmu yang telah diperoleh di perkuliahan Penelitian selanjutnya akan lebih baik jika memperhatikan variabel confoundingnya, seperti obesitas, merokok, konsumsi garam natrium, stress dan konsumsi alkohol.
3.
Bagi institusi kesehatan dan sarana pelayanan keperawatan Tenaga kesehatan khususnya konselor lebih aktif dalam memberikan pendidikan kesehatan dan penyuluhan tentang pentingnya penurunan hipertensi pada lansia dengan cara massase ekstrimitas dengan aroma terapi lavender. Untuk saran pelayanan keperawatan sendiri implikasi keperawatan yang diberikan yaitu massase ekstrimitas dengan
84
aroma terapi lavender dapat digunakan untuk terapi hipertensi sesuai dengan standar operasional prosedur yang tertera. 4.
Bagi masyarakat Diharapkan dapat memilih pengobatan alternatif berupa massase ekstrimitas dengan aroma terapi lavender untuk menurunkan tekanan darahnya.
85
DAFTAR PUSTAKA
Aru, dkk. (2009). Proses menua dan implikasi kliniknya dalam buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid I Edisi 4. Jakarta : Internal Publishing. Aisyah, F. N. (2009). Faktor risiko hipertensi pada empat Kabupaten/Kota dengan prevalensi hipertensi tertinggi di Jawa dan Sumatera. Jakarta: Balitbangkes Depkes RI 2. Ayunani, D. D. (2012). Pengaruh slow-stroke back massage terhadap penurunan tingkat insomnia pada lansia di Posyandu lansia Kelurahan Grendeng Purwokerto. Skripsi Universitas Jenderal Soedirman. Basha, A. (2004). Hipertensi: Faktor risiko dan penatalaksanaan. Jakarta: Dian Rakyat. Belder, S & Mahrer, N.G. Pediatric Massage Therapy : an averviu for Clincians Pediatrick Clinic’s of North Amerika, 2007, 54 (6) BKKBN. (2011). Mempersiapkan lanjut usia agar bisa menjadi bonus geografi kedu dan mengatasi dampak negatif pertambahan penduduklanjut usia.dalam seminar menyambut Hari Kependudukan Sedunia di BKKBN: Jakarta. http://www.menkokesra.go.id/content/prof-haryono-lansia-perlu-perhatian Brunner & Suddarth.(2001). Buku ajar keperawatan medical bedah. Edisi 8 volume 3. Jakarta: EGC. Dalyoko, D. A. P. (2010). Faktor-faktor yang berhubungan dengan upaya pengendalian hipertensi pada lansia di posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Mojosongo Boyolali. Dekker, E. (1996). Hidup dengan tekanan darah tinggi. Jakarta: CV. Mulia Sari. Gunawan, I. (2001). Hipertensi tekanan darah tinggi. Yogyakarta: Penerbit Kansius. Harrison, I., Wilson, B.W., & Kasper, M.F. (2005). Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam, edisi 13 volume 3. Jakarta: EGC Hidayat, A. (2009). Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis data. Jakarta: PT Salemba Medika.
Holland, B & Pokorny, ME. (2001). Slow stroke back massage : its effect on patients in a rehabilitation setting. Rehabil Nurs. 26(5): 182-6. Hutapea, R. (2005). Sehat dan ceria di usia senja. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hopkinson, A. (2011). Risk for in high blood pressure. Blog blood pressure England Jaelani. (2009). Aroma Terapi. Jakarta: Pustaka Populer Obor Jurch, S. E. (2009). Clinical massage therapy : assessment and therapy of orthopedic conditions. New York: McGraw-Hill Kaplan. (2006). Kaplan’s clinica hypertension, Ninth Edition, Lippincott: Williams & Wilkins. Kemensos RI. (2007). Penduduk lanjut usia di Indonesia dan masalah kesejahteraannnya. Jakarta: Pusat Data Dan Informasi Kesejahteraan Sosial. Knight, J.F. (2000). Jantung kuat bernapas lega. Bandung : Indonesia Publishing House. Kristanti, EE. (2010). Pengaruh aroma terapi lavender terhadap penurunan derajat kecemasan lansia di Panti Wreda ST. Yoseph Kediri. Jurnal STIKES RS Baptis Kediri, Vol 3, No. 2. Lawton, G. (2003). Toward a neurophysiological understanding of manual therapy neuro-manual therapy. Available at: hhtp://www.americanmanualmedicine.com/educational/a14z2.html. LLI Jawa Barat. (2007). Rencana strategis lembaga lansia Indonnesia 2007 – 2012. Bandung : LLI Jabar. Moser, M., Crushman, W. C., and Ziegler, M. G. (2008). The treatment of hypertension in the Elderly. The Journal of Clinical Hypertension, 10 (1), 5868. Notoadjamojo, S. (2002). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Nugroho, W. (2008). Keperawatan gerontik dan geriatric. Jakarta : EGC. Nugroho, IA., Asrin., & Sarwono. (2012). Efektifitas pijat refleksi kaki dan hipnoterapi terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Vol 8, No. 2. Nursalam. (2003). Konsep & penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Radmarssy. (2007). Meredam hipertensi dengan aerobic. Diakses pada tanggal 16 September 2013 dari http://radmarssy.wordpress.com//meredam-hipertensidengan-aerobik/. Remington, R. (2002). Calming music and hand massage with agitated elderly. Nursing Research 51, 317-323. Ridwanamiruddin. (2007). Hipertensi dan faktor resikonya dalam kajian epidemiologi. Diakses pada tanggal 16 September 2013 dari http://ridwanamiruddin.wordpress.com//hipertensi-dan-faktor-resikonyadalam-kajian-epidemiologi/. Riskesdas Jawa Tengah. (2007). Laporan Riser Kesehatan Dasar Provinsi Jawa Tengah. www.dinkesjatengprov.org.id/download/mi/riskesda_jateng.2007.pdf Santjaka, A. (2008). Bio statistik. Purwokerto: Pecetakan Global internusa Offset. Santoso, D. (2010). Membonsai hipertensi. Surabaya: Jaring Pena. Saryono. (2009). Metodologi penelitian kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendikia Pres. Saryono. (2011). Metodologi penelitian keperawatan. Purwokerto: UPT Percetakan Dan Penerbitan Unsoed. Sheps, S. G. (2005). Mayo clinic hipertensi; mengatasi tekanan darah tinggi. Jakarta: Intisari Mediatama. Snyder, M. ( 2002). Complementary alternative therapies in nursing. Newyork: Springer Publishing Company Inc. Soeharto, I. (2001). Kolesterol dan lemak jahat, kolesterol dan lemak baik, dan proses terjadinya serangan jantung dan stroke. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Stanley, M & Beare, PG. (2007). Buku ajar keperawatan gerontik Edisi 2. Jakarta: EGC. Staessen, V. (2003). Ambulatory blood pressure monitoring practicial consideration. Journal of Hypertension, 8 (4), 103-107. Sugiyono. (2010). Statistika untuk penelitian. Bandung: PT. Alfabeta. Sumampouw, G.O. (2002). Kiat sehat usia senja. www.medikaholistik.com/180102.
Sumarna, A. (2012). Pengaruh terapi akupresur terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di wilayah Kecamatan Purwokerto Utara. Skripsi Universitas Jenderal Soedirman. Sustriani, I., Alam, S., & Hadibroto, I. (2006). Hipertensi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Syahrini, E. N., Susanto, H. S., & Udiyono, A. (2012). Faktor-faktor risiko hipertensi primer di Puskesmas Telogosari Kulon Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 1, 315-325. Triyandini., Asrin., & Upoyo, AS. (2010). Efektifitas terapi massage dengan terapi mandi air hangat terhadap penurunan insomnia lansia. The Soedirman Journal of Nursing, Vol 5, No. 3. Yasein, N., Ahmad, M., Matrook, F., Nasir, L., and Froelicher, E, S. (2010). Metabolic syndrome in patients with hypertension attending a family practice clinic in Jordan. Eastern Mediterranean Health Journal, 16(4). 375-380.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian
No
Kegiatan
1.
4.
Studi pendahuluan penelitian Penyusunan proposal penelitian Konsultasi dan revisi proposal Seminar proposal
5.
Perijinan penelitian
6.
8.
Pelaksanaan penelitian Penyusunan penelitian Seminar hasil
9.
Pengumpulan skripsi
2. 3.
7.
Nov
Okt
Des
Jan
Feb
v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v v
hasil
v v v V V
Lampiran 2. Prosedur massase ektrimitas dengan aroma terapi
Prosedur massase ektrimitas dengan aroma terapi Intervensi masasse dengan aromaterapi lavender diberikan dalam 10
menit selama
seminggu 3 x. Adapun prosedur massase ekstrimitas dengan aroma terpi lavender sebagai berikut: a.
Identifikasi faktor-faktor atau kondisi seperti fraktur tulang rusuk atau vertebrata, luka bakar, daerah kemerahan pada kulit, atau luka terbuka dan responden tidak mengkonsumsi obat anti-hipertensi.
b.
Pada klien yang mempunyai riwayat hipertensi atau disritmia, kaji denyut nadi dan tekanan darah.
c.
Jelaskan prosedur dan posisi yang diinginkan klien.
d.
Persiapan bahan dan instrumen massage meliputi lotion atau minyak hangat, handuk, selimut, stopwatch dan lilin aromaterapi lavender..
e.
Pemberi intervensi mencuci tangan dalam air hangat. Hangatkan lotion dengan cara tempatkan botol lotion ke dalam air hangat. Tuang sedikit lotion di tangan. Jelaskan pada responden bahwa lotion akan terasa hangat dan basah. Gunakan lotion sesuai kebutuhan.
f. TEKNIK MASASSE KAKI Klien dapat memposisikan telentang atau duduk di kursi. Seluruh kaki dan pergelangan kaki daerah digosok dengan minyak Lakukan gerakan melingkar dengan tegas pada daerah pergelangan kaki dan di atas daerah ventral seluruh di kaki.
Gunakan jari untuk memijat daerah antara tendon pada kaki, mulai dari jari kaki dan bergerak menuju pergelangan kaki. Lakukan gerakan meremas untuk memijat sisi masing-masing kaki. Selanjutnya, pijat kaki, remas ujung jari kaki dengan gerakan melingkar pada telapak kaki. Lakukan gerakan menyapu dari atas dan bawah kaki untuk menyimpulkan pijat kaki pertama sebelum pindah ke kaki kedua. g. TEKNIK MASASSE TANGAN 1. Punggung tangan Lakukan pemijatan dari pergelangan tangan sampai ke ujung jari dengan tekanan sedang. Selanjutnya, lakukan pemijatan pada daerah sisi tangan dengan setengah lingkaran menggunakan tekanan sedang 2. Telapak tangan Pemijatan dilakukan pada telapak tangan sampai ujung jari menggunakan tekanan sedang Lakukan gerakan meremas dengan lembut pada seluruh telapak tangan menggunakan tekanan sedang. Lakukan gerakan melingkar di atas telapak menggunakan tekanan sedang. Lakukan pemijatan setengah lingkaran dari pusat telapak tangan ke sisi menggunakan tekanan sedang.
3. Jari Remas dengan lembut setiap jari dari pangkal ke ujung di kedua sisi dan bagian depan dan belakang menggunakan tekanan ringan Lakukan gerakan meremas dengan lembut pada jari Berikan tekanan pada kuku 4. Penyelesaian Letakkan tangan responden pada tangan peneliti dan tarik tangan responden ke arah peneliti beberapa kali. Kemudian, putar tangan klien atas dan dengan lembut menarik ke arah peneliti beberapa kali. h.
Akhiri usapan dengan gerakan memanjang dan beritahu klien bahwa
pemberi
intervensi mengakhiri usapan. i.
Bersihkan kelebihan lubrikan dengan handuk mandi. Bantu lansia merapikan bajunya kembali.
j.
Bantu klien kembali pada posisi yang nyaman.
k.
Letakkan handuk yang kotor pada tempatnya dan cuci tangan.
l.
Kaji kembali denyut nadi dan tekanan darah.
m. Catat respon terhadap massase dan kondisi kulit
Lampiran 3. Permohonan Menjadi Responden Penelitian PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth: Responden Penduduk Kelurahan Grendeng Purwokerto Dengan hormat, Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Indah Setya Wahyuni NIM
: G1D010032
Adalah mahasiswi Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman angkatan 2010, akan melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Masasse Ekstrimitas dengan Aroma Terapi Lavender Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh masasse ekstrimitas dengan aroma terapi lavender terhadap penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi. Penelitian ini tidak akan merugikan siapapun. Peneliti menjamin kerahasiaan hasil pengukuran dan identitas saudara. Partisipasi dalam penelitian ini bersifat bebas, saudara bebas menetukan untuk ikut atau tidak tanpa adanya paksaan atau sanksi apapun. Untuk itu saya mohon kesediaan saudara untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Jika saudara bersedia menjadi peserta dalam penelitian ini, silahkan saudara menandatangani lembar persetujuan sebagai penyataan bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian. Atas perhatian dan kesediaannya menjadi responden saya ucapkan terimakasih.
Peneliti Indah Setya Wahyuni
Lampiran 4. Lembar Obervasi Penelitian
LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN
Desa Responden
:
No. Responden
:
Nama
:
Umur
:
Jenis Kelamin
:
Data Pemeriksaan Tekanan Darah Tekanan Darah Sebelum Intervensi :
mmHg
Tekanan Darah Sesudah Intervensi
mmHg
:
Lampiran 5. Persetujuan Menjadi Responden Penelitian PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Setelah mendapatkan penjelasan dan saya memahami bahwa penelitian Pengaruh Masasse Ekstrimitas dengan Aroma Terapi Lavender Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi ini tidak akan merugikan saya dan telah dijelaskan secara jelas tentang tujuan penelitian dan kerahasiaan data, oleh karena itu saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Umur
:
Alamat
:
Pekerjaan
:
Menyatakan bersedia / tidak bersedia *) untuk berpartisipasi dalam penelitian tersebut yang akan dilakukan oleh Indah Setya Wahyuni. Demikian lembar persetujuan ini saya isi dengan sebenar-benarnya agar dapat digunakan sebagaimana mestinya. Responden ( ………………………..)
Keterangan : *) coret yang tidak penting
Lampiran 6. Permohonan Menjadi Asisten Penelitian PERMOHONAN MENJADI ASISTEN Kepada Yth. Saudara/i ........... Di Tempat
Dengan hormat, yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Indah Setya Wahyuni NIM
: G1D010032 Adalah mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu
Kesehatan Jurusan Sarjana Keperawatan, akan mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Masasse Ekstrimitas dengan Aroma Terapi Lavender Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi”. Untuk maksud tersebut, saya meminta kesediaan saudara/i untuk ikut berpartisipasi dalam proses penelitian ini. Tidak ada paksaan dalam hal ini, namun jika saudara/i bersedia, mohon untuk mendatangani pernyataan persetujuan menjadi observer. Atas perhatian dan kesedian Saudara/i saya ucapkan terima kasih.
Peneliti, Indah Setya Wahyuni
Lampiran 7. Persetujuan Menjadi Asisten Penelitian
PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI ASISTEN
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama: Umur: Alamat : Setelah mendapatkan penjelasan, dengan ini menyatakan bersedia dan berperan serta dalam penelitian tentang “Pengaruh Masasse Ekstrimitas dengan Aroma Terapi Lavender Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi” yang dilakukan oleh Indah Setya Wahyuni. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Terima kasih.
Purwokerto,.................2014
(..........................................)
Lampiran 8. Uji Normalitas Data
Descriptives Statistic Std. Error Usia
Mean 95% Confidence Interval for Mean
1.34 Lower Bound
1.18
Upper Bound
1.50
5% Trimmed Mean
1.32
Median
1.00
Variance
.231
Std. Deviation
.481
Minimum
1
Maximum
2
Range
1
Interquartile Range
1
Skewness Kurtosis Jenis Kelamin
Mean 95% Confidence Interval for Mean
.078
.693
.383
-1.607
.750
1.92
.044
Lower Bound
1.83
Upper Bound
2.01
5% Trimmed Mean
1.97
Median
2.00
Variance
.075
Std. Deviation
.273
Minimum
1
Maximum
2
Range
1
Interquartile Range
0
Skewness
-3.253
.383
Kurtosis
9.055
.750
147.11
1.551
Sistolik sebelum Mean
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
143.96
Upper Bound
150.25
5% Trimmed Mean
145.94
Median
140.00
Variance
91.394
Std. Deviation
9.560
Minimum
140
Maximum
180
Range
40
Interquartile Range
10
Skewness
1.609
.383
Kurtosis
2.860
.750
133.95
1.438
Sistolik sesudah Mean 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
131.03
Upper Bound
136.86
5% Trimmed Mean
133.54
Median
130.00
Variance
78.592
Std. Deviation
Diastolic sebelum
8.865
Minimum
120
Maximum
160
Range
40
Interquartile Range
10
Skewness
.583
.383
Kurtosis
.880
.750
88.68
1.261
Mean 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
86.13
Upper Bound
91.24
5% Trimmed Mean
88.54
Median
90.00
Variance
60.384
Std. Deviation
7.771
Minimum
80
Maximum
100
Range
20
Interquartile Range
12
Skewness Kurtosis Diastolic sesudah
Mean 95% Confidence Interval for Mean
.237
.383
-1.278
.750
83.68
1.027
Lower Bound
81.60
Upper Bound
85.77
5% Trimmed Mean
84.09
Median
80.00
Variance
40.114
Std. Deviation
6.334
Minimum
70
Maximum
90
Range
20
Interquartile Range
10
Skewness
-.483
.383
Kurtosis
-.581
.750
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic Usia
df
.420
Shapiro-Wilk
Sig. 38
Statistic
.000
df
.600
Sig. 38
.000
a. Lilliefors Significance Correction Uji normalitas data menggunakan log 10 Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic Tran_usia
.420
a. Lilliefors Significance Correction
df
Sig. 38
.000
Shapiro-Wilk Statistic .600
df
Sig. 38
.000
Lampiran 9. Data hasil penelitian ANALISIS UNIVARIAT
Usia Valid Percent
Frequency Percent
Cumulative Percent
Valid 55-60
25
65.8
65.8
65.8
61-65
13
34.2
34.2
100.0
Total
38
100.0
100.0
Jenis kelamin Frequency Percent Valid laki-laki
Valid Percent
Cumulative Percent
3
7.9
7.9
7.9
perempuan
35
92.1
92.1
100.0
Total
38
100.0
100.0
Sistolik sebelum Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 140
20
52.6
52.6
52.6
150
12
31.6
31.6
84.2
160
4
10.5
10.5
94.7
170
1
2.6
2.6
97.4
180
1
2.6
2.6
100.0
38
100.0
100.0
Total
Diastolik sebelum Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 80
14
36.8
36.8
36.8
90
15
39.5
39.5
76.3
100
9
23.7
23.7
100.0
38
100.0
100.0
Total
Sistolik sesudah Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 120
5
13.2
13.2
13.2
130
17
44.7
44.7
57.9
140
13
34.2
34.2
92.1
150
2
5.3
5.3
97.4
160
1
2.6
2.6
100.0
38
100.0
100.0
Total
Diastolik sesudah Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 70
3
7.9
7.9
7.9
80
18
47.4
47.4
55.3
90
17
44.7
44.7
100.0
Total
38
100.0
100.0
ANALISIS BIVARIAT 1. UJI WILCOXON A. TEKANAN DARAH SISTOLIK
Ranks N sistoliksesudah sistoliksebelum
Mean Rank Sum of Ranks
Negative Ranks
38a
19.50
741.00
Positive Ranks
0b
.00
.00
Ties
0c
Total
38
a. sistoliksesudah < sistoliksebelum b. sistoliksesudah > sistoliksebelum c. sistoliksesudah = sistoliksebelum
Test Statisticsb sistoliksesudah sistoliksebelum Z Asymp. Sig. (2tailed) a. Based on positive ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test
-5.634a .000
B. TEKANAN DIASTOLIK Ranks N diastoliksesudah diastoliksebelum
Mean Rank Sum of Ranks
Negative Ranks
19a
14.79
281.00
Positive Ranks
7b
10.00
70.00
Ties
12c
Total
38
a. diastoliksesudah < diastoliksebelum b. diastoliksesudah > diastoliksebelum c. diastoliksesudah = diastoliksebelum
Test Statisticsb diastoliksesudah diastoliksebelum Z Asymp. Sig. (2tailed) a. Based on positive ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test
-2.819a .005
Lampiran 10. Surat Ijin Penelitian
Lampiran 11. Surat Ijin Penelitian
Lampiran 12. Surat Ijin Penelitian
Lampiran 13. Kartu Bimbingan Skripsi