Imunologi dasar : Imunologi Vaksin Vaksin yang ideal adalah relatif mudah untuk menentukan target sasaran, tetapi beberapa vaksin memp mempuny unyai ai pende pendeka kata tan n yang yang idea ideall dan dan tida tidak k ada ada vaks vaksin in yang yang memp mempun unyai yai targ target et bany banyak ak organisme.
Vaksin adalah strategi satunya pelindung realistis di masa mendatang. Banyak kesulitan dan kegagal kegagalan an untuk untuk mempro memproduks duksii vaksin vaksin.. Semua Semua mikromikro-org organi anisme sme menyeb menyebark arkan an mekani mekanisme sme penghindaran yang mengganggu respon imun yang efektif dan banyak organisme tidak jelas respon imun yang memberikan perlindungan yang efektif.
Namun, kemajuan terbaru dalam teknologi imunologi untuk mempelajari respon kekebalan terhadap patogen telah memberikan pemahaman yang lebih baik mekanisme kekebalan tubuh, termasuk memori imunologi, dan menyebabkan realisasi bahwa inisiasi respon imun adalah suatu peristiwa kunci yang memerlukan memicu melalui sinyal bahaya!. Berdasarkan temuan ini, ini, pengem pengembang bangan an adjuva adjuvant nt baru, baru, formul formulasi asi vaksin vaksin vektor vektor dan memungk memungkink inkan an stimul stimulasi asi kekebalan protektif optimal dan berkepanjangan harus mengarah pada pengenalan vaksin untuk organisme yang sebelumnya resisten.
•
"munis "munisasi asi adalah adalah suatu suatu cara cara untuk untuk mening meningkat katkan kan kekebal kekebalan an seseor seseorang ang secara secara aktif aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa tidak akan terjadi penyakit.
•
#erdapat dua macam kekebalan, yaitu kekebalan pasif dan kekebalan aktif. $ekebalan pasif adalah kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh, bukan dibuat oleh individu itu sendiri. sendiri. %ontohnya adalah kekebalan pada janin yang diperoleh dari ibu, atau kekebalan kekebalan yang dipero diperoleh leh setela setelah h pember pemberian ian sunti suntikan kan imunog imunoglob lobuli ulin. n. $ekebal $ekebalan an pasif pasif tidak tidak
berlangsung lama karena akan dimetabolisme oleh tubuh. &aktu paruh "g' adalah () hari, sedangkan waktu paruh imunoglobulin lainnya lebih pendek. •
$ekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen seperti pada imunisasi, atau terpajan secara alamiah. $ekebalan aktif biasanya berlangsung lebih lama karena adanya memori imunologik.
•
#ujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat *populasi+ atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu di dunia seperti pada imunisasi cacar. $eadaan yang terakhir ini lebih mungkin terjadi pada jenis-jenis penyakit yang transmisinya bergantung kepada manusia, seperti misalnya penyakit difteria. gar dapat lebih mudah memahami mengenai proses imunologik yang terjadi pada vaksinasi maka terlebih dahulu perlu diketahui tentang respons imun dan mekanisme pertahanan tubuh *lihat juga bab tentang respons imun+.
RESPONS IMUN
ilihat dari berapa kali pajanan antigen maka dapat dikenal dua macam respons imun, yaitu respons imun primer dan respons imun sekunder.
•
Respons imun primer espons imun primer adalah respons imun yang terjadi pada
pajanan pertama kalinya dengan antigen. ntibodi yang terbentuk pada respons imun primer kebanyakan adalah "g/ dengan titer yang lebih rendah dibanding dengan respons imun sekunder, demikian pula daya afinitasnya. &aktu antara antigen masuk sampai dengan timbul antibodi *lag phase+ lebih lama bila dibanding dengan respons imun sekunder
•
Respons imun sekunder 0ada respons imun sekunder, antibodi yang dibentuk
kebanyakan adalah "g', dengan titer dan afinitas yang lebih tinggi, serta fase lag lebih pendek dibanding respons imun primer. 1al ini disebabkan sel memori yang terbentuk pada respons imun primer akan cepat mengalami transformasi blast, proliferasi, dan diferensiasi menjadi sel plasma yang menghasilkan antibodi. emikian pula dengan imunitas selular, sel limfosit # akan lebih cepat mengalami transformasi blast dan berdiferensiasi menjadi sel # aktif sehingga lebih banyak terbentuk sel efektor dan sel memori. 0ada imunisasi, respons imun sekunder inilah yang diharapkan akan memberi respons adekuat bila terpajan pada antigen yang serupa kelak. 2ntuk mendapatkan titer antibodi yang cukup tinggi dan mencapai nilai protektif, sifat respons imun sekunder ini diterapkan dengan memberikan vaksinasi berulang beberapa kali.
KEBERHASILAN IMUNISASI
•
$eberhasilan imunisasi tergantung pada beberapa faktor, yaitu status imun host, faktor genetik host, serta kualitas dan kuantitas vaksin.
•
danya antibodi spesifik pada host terhadap vaksin yang diberikan akan mempengaruhi keberhasilan vaksinasi. /isalnya pada bayi yang semasa fetus mendapat antibodi maternal spesifik terhadap virus campak, bila vaksinasi campak diberikan pada saat kadar antibodi spesifik campak masih tinggi akan memberikan hasil yang kurang memuaskan. emikian pula air susu ibu *S"+ yang mengandung "g sekretori *s"g+ terhadap virus polio dapat mempengaruhi keberhasilan vaksinasi polio yang dlberikan secara oral. #etapi umumnya kadar s"g terhadap virus polio pada S" sudah rendah pada waktu
bayi berumur beberapa bulan. 0ada penelitian di subbagian lergi-"munologi, Bagian "$ 3$2"4S%/, 5akarta ternyata s"g polio sudah tidak ditemukan lagi pada S" setelah bayi berumur 6 bulan. $adar s"g tinggi terdapat pada kolostrum. $arena itu bila vaksinasi polio secara oral diberikan pada masa kadar s"g polio S" masih tinggi, hendaknya S" jangan diberikan dahulu ( jam sebelum dan sesudah vaksinasi.7 •
$eberhasilan vaksinasi memerlukan maturitas imunologik. 0ada bayi neonatus fungsi makrofag masih kurang, terutama fungsi mempresentasikan antigen karena ekspresi 18 masih kurang pada permukaannya, selain deformabilitas membran serta respons kemotaktik yang masih kurang. $adar komplemen dan aktivitas opsonin komplemen masih rendah, demikian pula aktivitas kemotaktik serta day a lisisnya. 3ungsi sel #s relatif lebih menonjol dibanding pada bayi atau anak karena memang fungsi imun pada masa intrauterin lebih ditekankan pada toleransi, dan hal ini masih terlihat pada bayi baru lahir. 0embentukan antibodi spesifik terhadap antigen tertentu masih kurang. Vaksinasi pada neonatus akan memberikan hasil yang kurang dibanding pada anak, karena itu vaksinasi sebaiknya ditunda sampai bayi berumur ( bulan atau lebih.
•
Status imun mempengaruhi pula hasil imunisasi. "ndividu yang mendapat obat imunosupresan, atau menderita defisiensi imun kongenital, atau menderita penyakit yang menimbulkan defisiensi imun sekunder seperti pada penyakit keganasan, juga akan mempengaruhi keberhasilan vaksinasi, bahkan adanya defisiensi imun merupakan indikasi kontra pemberian vaksin hidup karena dapat menimbulkan penyakit pada individu tersebut. Vaksinasi pada individu yang menderita penyakit infeksi sistemik seperti campak atau tuberkulosis milier akan mempengaruhi pula keberhasilan vaksinasi.
•
$eadaan gi9i yang buruk akan menurunkan fungsi sel sistem imun seperti makrofag dan limfosit. "munitas selular menurun dan imunitas humoral spesifisitasnya rendah. /eskipun kadar globulin-: normal atau bahkan meninggi, imunoglobulin yang terbentuk tidak dapat mengikat antigen dengan baik karena terdapat kekurangan asam amino yang dibutuhkan untuk sintesis antibodi. $adar komplemen juga berkurang dan mobilisasi makrofag berkurang, akibatnya respons terhadap vaksin atau toksoid berkurang.
ak!or gene!ik "os!
•
"nteraksi antara sel-sel sistem imun dipengaruhi oleh variabilitas genetik. Secara genetik respons imun manusia dapat dibagi atas responder baik, cukup, dan rendah terhadap antigen tertentu.
•
"a dapat memberikan respons rendah terhadap antigen tertentu, tetapi terhadap antigen lain tinggi sehingga mungkin ditemukan keberhasilan vaksinasi yang tidak ;<<=. 3aktor genetik dalam respons imun dapat berperan melalui gen yang berada pada kompleks /1% dengan non /1%.
Gen kmpleks MHC
•
'en kompleks /1% berperan dalam presentasi antigen. Sel #c akan mengenal antigen yang berasosiasi dengan molekul /1% kelas ", dan sel #d serta sel #h akan mengenal antigen yang berasosiasi dengan molekul /1% kelas "".
•
5adi respons sel # diawasi secara genetik sehingga dapat dimengerti bahwa akan terdapat potensi variasi respons imun. Secara klinis terlihat juga bahwa penyakit tertentu terdapat lebih sering pada 18 tertentu, seperti spondilitis ankilosing terdapat pada individu dengan 18-B(>.
Gen non MHC
•
Secara klinis kita melihat adanya defisiensi imun yang berkaitan dengan gen tertentu, misalnya agamaglobulinemia tipe Bruton yang terangkai dengan kromosom ? yang hanya terdapat pada anak laki-laki.
•
emikian pula penyakit alergi yaitu penyakit yang menunjukkan perbedaan respons imun terhadap antigen tertentu merupakan penyakit yang diturunkan. 3aktor-faktor ini menyokong adanya peran genetik dalam respons imun, namun mekanisme yang sebenarnya belum diketahui.
Kuali!as dan kuan!i!as #aksin
Vaksin adalah mikroorganisme atau toksoid yang diubah sedemikian rupa sehingga patogenisitas atau toksisitasnya hilang tetapi masih tetap mengandung antigenesitasnya. Beberapa faktor kualitas dan kuantitas vaksin dapat menentukan keberhasilan vaksinasinya seperti cara pemberian, dosis, frekuensi pemberian, ajuvan yang dipergunakan, dan jenis vaksin.
Cara pemberian vaksin
•
%ara pemberian vaksin akan mempengaruhi respons imun yang timbul. /isalnya vaksin polio oral akan menimbulkan imunitas lokal di samping sistemik, sedangkan vaksin polio parenteral akan memberikan imunitas sistemik saja.
Dosis vaksin
•
osis vaksin terlalu tinggi atau terlalu rendah juga mempengaruhi respons imun yang terjadi. osis yang terlalu tinggi akan menghambat respons imun yang diharapkan, sedangkan dosis terlalu rendah tidak merangsang sel imunokompeten. osis yang tepat dapat diketahui dari hasil uji coba, karena itu dosis vaksin harus sesuai dengan dosis yang direkomendasikan.
Frekuensi pemberian
•
3rekuensi pemberian juga mempengaruhi respons imun yang terjadi. Sebagaimana telah kita ketahui, respons imun sekunder menyebabkan sel efektor aktif lebih cepat, lebih tinggi produksinya, dan afinitasnya lebih tinggi. i samping frekuensi, jarak pemberian pun akan mempengaruhi respons imun yang terjadi. Bila vaksin berikutnya diberikan pada saat kadar antibodi spesifik masih tinggi, maka antigen yang masuk segera dinetralkan oleh antibodi spesifik tersebut sehingga tidak sempat merangsang sel imunokompeten, bahkan dapat terjadi apa yang dinamakan reaksi rthus yaitu bengkak kemerahan di daerah suntikan antigen akibat pembentukan kompleks antigen-antibodi lokal sehingga terjadi peradangan lokal. @leh sebab itu, pemberian ulang *booster + sebaiknya mengikuti apa yang dianjurkan sesuai dengan hasil uji coba.
Ajuvan
•
juvan adalah 9at yang secara nonspesifik dapat meningkatkan respons imun terhadap antigen. juvan akan meningkatkan respons imun dengan cara mempertahankan antigen pada tempat suntikan, dan mengaktivasi sel 0% untuk memproses antigen secara efektif dan memproduksi interleukin yang akan mengaktifkan sel imunokompeten lainnya.
Jenis vaksin
•
Vaksin hidup akan menimbulkan respons imun lebih baik dibandingkan vaksin lainnya seperti vaksin mati atau yang diinaktivasi *killed atau inactivated +, atau komponen dari mikroorganisme. angsangan sel #c memori membutuhkan suatu sel yang terinfeksi sehingga dibutuhkan vaksin hidup. Sel #c dibutuhkan pada infeksi virus yang pengeluarannya melalui budding .
Vaksin hidup diperoleh dengan cara atenuasi. #ujuan atenuasi adalah untuk menghasilkan organisme yang hanya dapat menimbulkan penyakit yang sangat ringan. tenuasi diperoleh dengan cara memodifikasi kondisi tempat tumbuh mikroorganisme, misalnya suhu yang tinggi atau rendah, kondisi anaerob, atau menambah empedu pada media kultur seperti pada pembuatan vaksin #B% yang sudah ditanam selama ;A tahun. apat pula dipakai mikroorganisme yang virulen untuk spesies lain tetapi untuk manusia avirulen, misalnya virus cacar sapi.
PERS$ARA%AN VAKSIN
;. mengaktivasi 0% untuk mempresentasikan antigen dan memproduksi interleukin, (. mengaktivasi sel # dan sel B untuk membentuk banyak sel memori, A. mengaktivasi sel # dan sel #c terhadap beberapa epitop, untuk mengatasi variasi respons imun yang ada dalam populasi karena adanya polimorfisme /1%, dan . memberi antigen yang persisten, mungkin dalam sel folikular dendrit jaringan limfoid tempat sel B memori direkrut sehingga dapat merangsang sel B sewaktu-waktu untuk
menjadi sel plasma yang membentuk antibodi terus-menerus sehingga kadarnya tetap tinggi.