I.
JUDUL
: IMBIBISI
II.
TUJUAN
:
Mengetahui pengaruh kandungan*) biji jagung ( Zea mays ) dan biji kacang kedelai hitam ( Glycine soja ) terhadap penyerapan larutan NaCl hipotonis [0,5], isotonis [0,9] dan hipertonis [1,5] dibandingkan dengan konsentrasi sitoplasma sel [0,9] selama proses imbibisi.
III.
DASAR TEORI
:
Imbibisi adalah peristiwa moleku-molekul tertentu ke dalam zat atau benda tertentu melalui pori-pori atau zat yang menyelubungi zat atau benda tersebut dan kemu kemud dian ian molek oleku ul-m l-molek olekul ul ters terseebut but mene meneta tap p di dala dalam m zat zat / bend bendaa yang yang memasukinya. Kata imbibisi berasal dari bahasa latin “imbibise” yang berarti minum atau menyel menyelund undup. up. Molek Molekul-m ul-mole olekul kul yang yang terimbi terimbibis bisii disebu disebutt moleku molekull imbibis imbibisi, i, sedang sedangkan kan zat atau benda benda yang kemasu kemasukan kan moleku molekul-mo l-molek lekul ul tersebu tersebutt imbibia imbibian n ( Sugiyarto, 1998 : 22 ). Jika kita merendam biji kacang hijau yang kering di dalam air murni, selama beberapa waktu ( ± 6 jam ) maka biji kacang hijau itu tampak mengembang seolah akan pecah. Selama di dalam air biji kemasukkan molekul-molekul air sekian banyaknya sampai tercapai suatu keadaan “kenyang”, tidak kekurangan atau defisit akan air lagi (Dwijoseputro, 1998 : 78 ). Pend Pendap apat at ini didu diduku kung ng oleh oleh pend pendap apat at Woela Woelanin ninga gasih sih,, bahw bahwaa jika jika merend merendam am biji kering ke dalam dalam air, maka sesaat sesaat kemudi kemudian an dapat dapat dilihat dilihat bahwa bahwa volume biji tersebut bertambah. Kenaikan volume karena penyerapan air tersebut dapat bersifat reversibel atau dapat dikembalikan, artinya jika berkurang volumenya, maka sel pun akan berkurang (Woelaningsih, 1992: 31). Peri Perist stiw iwaa
imbi imbibi bisi si meru merupa paka kan n
gabu gabung ngan an dari dari
bebe bebera rapa pa
peri perist stiw iwaa
perpindahan molekul dari satu ruang ke ruang lain, yaitu meliputi peristiwa osmosis-
difusi, absorbsi maupun adsorpsi. Sebagai contoh air yang terimbibisi ke dalam sebuah kacang, absorbsi terjadi pada saat memasuki biji kacang dan peristiwa ini merupakan proses difusi, sebab air mengalir dari ruang yang berkonsentrasi tinggi ke ruang yang berkonsentrasi rendah dan mempunyai defisit tekanan osmosis tinggi, adsorbsi terjadi karena moleku-molekul itu kemudian mengisi ruang-ruang antar sel dan molekul-molekul biji kacang. Sedang peristiwa osmosis terjadi karena kemudahan
air
tersebut memasuki
sel-sel
biji
kacang melalui
membran
semipermeabel. Peristiwa imbibisi dapat terlihat dalam gerakan air pada tumbuhan. Masuknya air sering disertai membengkaknya bahan koloid dan peningkatan berat tumbuhan. Misalnya butir pati atau gelatin akan bertambah volume dan beratnya, jika diberi air. Biji lebih besar karena dilewatkan dalam air dan tanah yang lembab dan hal ini dikarenakan imbibisi. Di dalam peristiwa imbibisi volume imbibian akan bertambah, tetapi volumenya lebih kecil dari volume awal imbibian dan molekul imbibisi dalam keadaan bebas karena dalam keadaan imbibisi. Molekul-molekul tersusun secara berjejal dan tertekan. Sebagai akibat penekanan tersebut, maka dalam proses imbibisi akan terjadi pembebasab energi dalam bentuk panas (Sugiyarto, 1998: 22). Dalam proses imbibisi ini berlaku pula hubungan antara potensial air dengan potensial matrik atau potensial imbibisi sebagai berikut :
PA = Pi + PT
Banyak sedikitnya air yang terimbibisi oleh suatu zat(benda) sangat tergantung pada nilai potensial air di sekitarnya (Sastromihardjo,1996:59). Suatu zat yang mengimbibisi air, seringkali tidak dapat mengimbibisi zat lainnya, misalnya tepung dapat mengimbibisi air yang ditandai dengan bertambahnya
volume tepung tersebut. Tetapi apabila tepung tersebut direndam dalam larutan eter, ternyata tidak pertambahan volume. Ini berarti bahwa tiap jenis molekul hanya dapat mengimbibisi molekul cairan tertentu (Heddy,1987:117). Kita mengenal imbibian yang mudah memasukkan air, tetapi sukar atau tidak mungkin memasukkan eter atau zat organik lainnya. Imbibian semacam itu misalnya agar-agar. Sebaliknya, ada juga imbibian yang mudah memasukkan zat-zat organik, akan tetapi sukar memasukkan air. Misalnya karet mudah memasukkan eter, akan tetapi tidak mungkin kemasukkan air (Dwijosepoetro,1989:81). Seperti halnya dengan difusi dan osmosis, maka imbibisi pun berpengaruh oleh temperature. Kenaikan temperature menambah kegiatan difusi, osmosis, ataupun imbibisi. Pada proses imbibisi ditimbulkan panas. Hal ini dapat diterangkan dan dipahami jika kita mengingat adanya keributan masuknya molekul-molekul air serta tersusunnya secara berjejal-jejal di dalam imbibian dimana molekul-molekul air kehilangan sebagian energi kinetisnya : energi kinetis berubah menjadi panas. Tekanan imbibisi identik dengan tekanan osmosis. Jika biji kacang itu telah menyerap air, maka berkuranglah tekanan imbibisinya, demikian pula berkuranglah tekanan osmosisnya (Dwijosepoetro,1989:80). Komponen Protein
Biji utuh
3
Endosperma
Lembaga
Kulit ari
Tip cap
78
0,18
43
79
Tabel 1. Komposisi kimia jagung berdasarkan bobot kering. Komponen Biji utuh Endosperma Lembaga Kulit ari Tip cap Protein (%) 3 , 7 8 , 0 18, 4 3 , 7 9 , 1 Lemak (%) 1 , 0 0 , 8 33,2 1 , 0 3 , 8 Serat kasar (%) 86,7 2 , 7 8 , 8 86,7 Abu (%) 0 , 8 0 , 3 10,5 0 , 8 1 , 6 Pati (%) 71,3 87,6 8 , 3 7 , 3 5 , 3 Gula (%) 0,34 0,62 10,8 0,34 1 , 6
Tabel 1. Kandungan Komponen dalam 100 g Jagung Kuning Panen Baru Komponen
Kadar
Komponen
Kadar
Air (g) Kalori (kal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Ca (mg)
IV.
24 307 7,9 3,4 63,6 9
P (mg) Fe (mg) Vitamin A (SI) Vitamin B1 (mg) Vitamin C (mg)
148 2,1 440 0,33 0
ALAT DAN BAHAN :
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebuah neraca ohauss untuk menimbang biji sebelum perendaman serta untuk menimbang massa NaCl yang akan digunakan sebagai larutan perendam. Enam buah gelas aqua digunakai sebaga wadah proses perendaman. Sebuah gelas ukur digunakan untuk mengukur banyaknya volume aquades yang digunakan untuk membuat larutan NaCl. Sebuah spatula digunakan untuk mengaduk larutan NaCl agar NaCl (S) larut dalam aquades dan digunakan untuk mengambil serta meletakkan NaCl (S) pada neraca sewaktu menimbang. Sebuah pipet tetes untuk mengambil larutan NaCl sehingga volumenya sama. Sebuah pinset digunakan untuk meletakkan dan mengambil biji jagung ( Zea mays ) dan biji kacang kedelai hitam ( Glycine soja ) ke dalam gelas aqua yang telah berisi larutan NaCl. Sebuah kaca arloji digunakan untuk wadah menimbang NaCl(s) dan untuk meniriskan biji setelah perendaman. Tissue secukupnya untuk membersihkan peralatan setelah dicuci. Enam buah plastik dan enam buah
karet gelang untuk menutup mulut gelas aqua. Kertas label secukupnya untuk menandai gelas aqua yang digunakan. Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah NaCl (s) yang digunakan untuk membuat larutan hipotonik sebanyak 2,34 gram, larutan isotonik sebanyak 4,21 gram dan larutan hipertonis sebanyak 7,02 gram. Biji jagung ( Zea mays ) dan biji kacang kedelai hitam ( Glycine soja ) sebanyak 2 gram dengan syarat : utuh, tidak berjamur, tenggelam dalam air, serta kering untuk dimasukkan ke dalam larutan hipotonis, isotonis dan hipertonis sebagai objek terjsdinya imbibisi. Aqudes sebanyak 240mL digunakan untuk melarutkan NaCl (s).
V.
CARA KERJA :
Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam praktikum. Membuat larutan NaCl yang berbeda konsentrasi yaitu hipotonis [0,5], isotonis [0,9] dan hipertonis
[1,5],
dimana dalam
pembuatan
larutan
NaCl hipotonis
[0,5]
membutuhkan 2, 34 gram NaCl (s) ke dalam gelas aqua yang berisi 80 mL aquades. Setelah itu, dilakukan pengukuran dengan gelas ukur sebanyak 40 mL masingmasing 2 gelas aqua. Selanjutnya, pembuatan larutan NaCl isotonis [0,9] membutuhkan NaCl (s) sebanyak 4, 21 gram ke dalam gelas aqua yang berisi 80 mL aquades, lalu melakukan pengukuran dengan gelas ukur sebanyak 40 mL masingmasing 2 gelas aqua. Dan untuk pembuatan larutan NaCl hipertonis [1,5] membutuhkan NaCl (s) sebanyak 7,02 gram ke dalam gelas aqua yang berisi 80 mL aquades, lalu melakukan pengukuran dengan gelas ukur sebanyak 40 mL masingmasing 2 gelas aqua. Pengukuran jumlah NaCl (s) yang diperlukan dari masing-masing konsentrasi larutan tersebut dapat diketahui dengan menggunakan rumus :
m = Mr . M . V
Keterangan : m
= massa
Mr
= Massa Relatif NaCl (58,5)
M
= Molaritas NaCl
V
= volume aquades
Dan dengan perhitungan sebagai berikut : a. Larutan NaCl hipotonis [0,5] Diketahui : Mr NaCl M
= 58,5 = 0,5
V aquades = 80 mL = 0,08 L
m = Mr . M . V = 58,5 . 0,5 . 0,08 = 2,34 gram
b. Larutan NaCl isotonis [0,9] Diketahui : Mr NaCl M
= 58,5 = 0,9
V aquades = 80 mL = 0,08 L
m = Mr . M . V = 58,5 . 0,9 . 0,08 = 4,21 gram
c. Larutan NaCl hipertonis [1,5] Diketahui : Mr NaCl M
= 58,5 = 1,5
V aquades = 80 mL = 0,08 L
m = Mr . M . V = 58,5 . 1,5 . 0,08 = 7,02 gram
Selanjutnya menimbang sejumlah biji Biji jagung ( Zea mays ) dan biji kacang kedelai hitam ( Glycine soja ) masing – masing sebanyak 2 gram dengan neraca digital sebanyak tiga kali, sehingga didapatkan 3 x 2 gram untuk setiaap biji. Memasukkan biji jagung ( Zea mays ) dan biji kacang kedelai hitam ( Glycine soja ) ke dalam masing-masing larutan NaCl yang telah dibuat. Menutup mulut gelas aquq dengan plastik da karet. Kemudian membiarkan biji-biji tersebut terendam selama 5 jam. Setelah 5 jam, mengambil bijiyang telah terendam dengan menggunakan pinset dan meniriskannya. Mengukur volume
perendaman biji dan menggunakan gelas ukur. Menghitung volume larutan NaCl yang diserap oleh biji dan mencatat data serta memasukkannya ke dalam tabel pengamatan.
a
VI.
PARAMETER :
Volume larutan NaCl hipotonis [ 0,5 ], isotonis [0,9] dan hipertonis [1,5] yang diserap oleh biji jagung ( Zea mays ) dan biji kacang kedelai hitam ( Glycine soja ) selama proses imbibisi.
VII.
INDIKATOR :
Volume larutan NaCl hipotonis [ 0,5 ], isotonis [0,9] dan hipertonis [1,5] yang diserap oleh biji jagung ( Zea mays ) dan biji kacang kedelai hitam ( Glycine soja ) selama proses imbibisi dapat diketahui dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Volume larutan yang diserap oleh biji = | volume larutan sesudah imbibisi – volume larutan sebelum imbibisi| •
Biji yang lebih banyak mengandung protein lebih banyak menyerap air dibandingkan biji yang mengandung lebih banyak karbohidrat. Protein > karbohidrat > lemak.
•
Semakin besar konsentrasi larutan maka semakin semakin sedikit air yang diserap.
VIII.
DATA PENGAMATAN :
A. Larutan NaCl hipotonis [0,5]
Volume NaCl No. 1.
Kondisi biji
Biji Jagung ( Zea
Sebelum
Sesudah
Selisih
40 ml
37 ml
3 ml
Sesudah
Kering,
Agak
halus,
menggemb
keras
ung, basah
Kering,
Menggem
hitam ( Glycine
halus,
bung,
max )
keras
basah
mays )
2.
Sebelum
Kacang kedelai
40 ml
33 ml
7 ml
B. Larutan NaCl isotonis [0,9] Volume NaCl No. 1.
Kondisi biji
Biji Jagung ( Zea
Sebelum
Sesudah
Selisih
40 ml
39 ml
1 ml
mays )
Sebelum
Sesudah
Kering,
Basah,
halus,
keras
keras 2.
Kacang kedelai
40 ml
37 ml
3 ml
Kering,
Basah,
hitam (
halus,
keras
Glycine max )
keras
C. Larutan hipertonis [1,5] Volume NaCl No. 1.
Kondisi biji
Biji Zea mays
Sebelum
Sesudah
Selisih
40 ml
38 ml
2 ml
Sebelum
Sesudah
Kering,
Agak
halus,
mengkerut,
2.
Glycine max
40 ml
37 ml
3 ml
keras
basah
Kering,
Mengkerut
halus,
, basah
keras
IX.
ANALISA DATA :
Imbibisi merupakan proses penyerapan air oleh imbibian, pada praktikum ini terjadi proses berpindahnya air ke materi lain, yang khususnya terjadi pada biji. Biji akan menyerap air sebanyak-banyaknya, yang akan menimbulkan berat biji bertambah dan lebih membengkak. Air yang telah diserap berfungsi untuk menghidrolisis cadangan makanan yang ada di dalam kotiledon biji, misalnya : amilum, protein dan selulosa. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi imbibisi, yaitu : jenis biji, konsentrasi larutan dan suhu. Tujuan dari praktikum imbibisi ini adalah untuk mengetahui pengaruh kandungan*) biji jagung ( Zea mays ) dan biji kacang kedelai hitam ( Glycine soja ) terhadap penyerapan larutan NaCl hipotonis [0,5], isotonis [0,9] dan hipertonis [1,5] dibandingkan dengan konsentrasi sitoplasma sel [0,9] selama proses imbibisi. Prinsip kerja dari praktikum ini adalah memasukkan 2,34 gram NaCl (s) ke dalam gelas aqua yang berisi 80 mL aquades untuk larutan NaCl hipotonis [0,5]. Setelah itu, dilakukan pengukuran dengan gelas ukur sebanyak 40 mL ke dalam masing-masing 2 gelas aqua. Untuk larutan NaCl isotonis [0,9] memasukkan NaCl (s) sebanyak 4,21 gram ke dalam gelas aqua yang berisi 80 mL aquades, kemudian dilakukan pengukuran dengan gelas ukur sebanyak 40 mL ke dalam masing-masing 2 gelas aqua. Dan untuk pembuatan larutan NaCl hipertonis [1,5] membutuhkan NaCl (s) sebanyak 7,02 gram ke dalam gelas aqua yang berisi 80 mL aquades. Setelah itu, dilakukan pengukuran dengan gelas ukur sebanyak 40 mL ke dalam masing-masing 2 gelas aqua. Jumlah NaCl (s) yang diperlukan dari masing-masing konsentrasi larutan tersebut dapat diketahui dengan menggunakan rumus :
m = Mr . M . V
keterangan :
m
= massa
Mr
= Massa Relatif NaCl (58,5)
M
= Molaritas NaCl
V
= volume aquades
Selanjutnya menimbang sejumlah biji jagung ( Zea mays ) dan biji kacang kedelai hitam ( Glycine soja ) masing – masing sebanyak 2 gram dengan neraca digital sebanyak tiga kali, sehingga didapatkan 3 x 2 gram untuk setiaap biji. Memasukkan biji jagung ( Zea mays ) dan biji kacang kedelai hitam ( Glycine soja ) ke dalam masing-masing larutan NaCl yang telah dibuat. Menutup mulut gelas aquq dengan plastik da karet. Kemudian membiarkan biji-biji tersebut terendam selama 5 jam. Setelah 5 jam, mengambil bijiyang telah terendam dengan menggunakan pinset dan meniriskannya. Mengukur volume perendaman biji dan menggunakan gelas ukur. Menghitung volume larutan NaCl yang diserap oleh biji dan mencatat data serta memasukkannya ke dalam tabel pengamatan. Biji yang digunakan haruslah memiliki kriteria biji yang baik, yaitu : a. Biji tersebut utuh, tidak berlubang b. Biji tersebut tenggelam bila dimasukkan ke dalam air c. Biji tersebut tidak berjamur d. Biji kering Hal ini dimaksudkan supaya kandungan air dalam biji itu sedikit. e. Biji memiliki massa yang relatif sama
Selama di dalam air biji kemasukkan molekul-molekul air sekian banyaknya sampai tercapai suatu keadaan “kenyang”, tidak kekurangan atau defisit akan air lagi (Dwijoseputro, 1998 : 78 ).
Penggembungan ini disebabkan oleh beberapa kemungkinan diantaranya: a. Proses adsorbsi Proses ini terjadi karena masuknya air melalui dinding dari kulit biji dan air berada di sekitar ruang antar sel dan menempel pada dinding sel. b. Prose osmosis Prose ini terjadi karena masuknya air melalui membran semipermeabel yaitu kulit ari dari biji. c. Proses absorbsi Proses yang terjadi karena masuknya air ke dalam sel biji, dimana air akan meresap didalam biji-biji tersebut. Adanya perubahan volume larutan sebelum dan sesudah perendaman dikarenakan adanya proses imbibisi dimana secara teori apabila: 1. Larutan Hipotonik [0,5], larutan akan berpindah dari lingkungan ke system (jaringan organ). Dari hasil percobaan diperoleh data dimana: a)
Larutan NaCl Hipotonis [0,5] Pada dua gelas yang mula – mula berisi 40mL larutan NaCl Hipotonis
[0,5] dimasukkan biji jagung ( Zea mays ) dan biji kacang kedelai hitam ( Glycine soja ) dengan massa awal pada tiap-tiap gelas aqua adalah 2 gram. Setelah direndam selama 5 jam, kondisi tiap biji akan berubah yakni kondisi biji jagung ( Zea mays ) yang pada mulanya kering, halus dan keras menjadi agak menggembung dan basah. Sedangkan pada biji kacang kedelai hitam ( Glycine soja ) yang mulanya kering, halus dan keras menjadi menggembung dan basah. Hal ini dikarenakan adanya perpindahan molekul pelarut dari konsentrasi tinggi ke konsentasi rendah yang ditandai adanya perubahan volume larutan yaitu dari 40 mL menjadi 37 mL untuk
larutan yang berisi biji jagung ( Zea mays ) dan menjadi 33 mL untuk larutan yang berisi biji kacang kedelai hitam ( Glycine soja ).
b)
Larutan NaCl Isotonis [ 0,9] Pada dua gelas yang mula – mula berisi 40mL larutan NaCl Hipotonis
[0,9] dimasukkan biji jagung ( Zea mays ) dan biji kacang kedelai hitam ( Glycine soja ) dengan massa awal pada tiap-tiap gelas aqua adalah 2 gram. Setelah direndam selama 5 jam, kondisi tiap biji akan berubah yakni kondisi biji jagung ( Zea mays ) yang pada mulanya kering, halus dan keras menjadi basah dan keras. Sedangkan pada biji kacang kedelai hitam ( Glycine soja ) yang mulanya kering, halus dan keras menjadi basah dan keras. Hal ini dikarenakan adanya perpindahan molekul pelarut dari konsentrasi tinggi ke konsentasi rendah dengan ditandai adanya perubahan volume larutan yaitu dari 40 mL menjadi 39 mL untuk larutan yang berisi biji jagung ( Zea mays ) dan menjadi 37 mL untuk larutan yang berisi biji kacang kedelai hitam ( Glycine soja ).
c)
Larutan NaCl Hipertonis [ 1,5] Pada dua gelas yang mula – mula berisi 40mL larutan NaCl Hipotonis
[0,9] dimasukkan biji jagung ( Zea mays ) dan biji kacang kedelai hitam ( Glycine soja ) dengan massa awal pada tiap-tiap gelas aqua adalah 2 gram. Setelah direndam selama 5 jam, kondisi tiap biji akan berubah yakni kondisi biji jagung ( Zea mays ) yang pada mulanya kering, halus dan keras menjadi agak mengkerut dan basah. Sedangkan pada biji kacang kedelai hitam ( Glycine soja ) yang mulanya kering, halus dan keras menjadi mengkerut dan basah. Hal ini
dikarenakan adanya
perpindahan molekul pelarut dari konsentrasi tinggi ke konsentasi rendah dengan ditandai adanya perubahan volume larutan yaitu dari 40 mL menjadi 38 mL untuk larutan yang berisi biji jagung ( Zea mays ) dan menjadi 37 mL untuk larutan yang berisi biji kacang kedelai hitam ( Glycine soja ).
Grafik Hubungan antara konsentrasi larutan dengan kenaikan massa biji rata- rata: a. Berdasarkan hasil percobaan pada biji jagung
b. Berdasarkan hasil percobaan pada biji kacang kedelai hitam
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa biji kacang jagung ( Zea mays ) menyerap lebih sedikit pelarut dibandingkan dengan biji kacang kedelai hitam ( Glycine soja ). Hal ini dikarenakan kandungan dari tiap biji berbeda, yakni biji
jagung ( Zea mays ) lebih banyak mengandung karbohidrat sedangkan biji kacang kedelai hitam ( Glycine soja ) mengandung protein. percobaan tidak sesuai dengan teori disebabkan adanya keganjalan salah satu percobaan yang seharusnya menurut teori, semakin tinggi konsentrasi larutan NaCl, penyerapan air bagi biji semakin kecil. Sehingga hasil grafik seharusnya menurun, sedangkan pada percobaan hasilnya menurun tetapi kemudian naik lagi. Hal ini dikarenakan konsentrasi garam yang tinggi dapat berpengaruh pada penyerapan air yang dilakukan oleh biji. Konsentrasi NaCl yang semakin pekat maka akan menyebabkan cairan dalam benih akan keluar sehingga dapat merusak benih, sehingga tidak dapat berkecambah dengan baik. Ketidak sesuaian antara teori dengan hasil percobaan dikarenakan : 1. Kekurangtelitian praktikan dalam melakukan setiap langkah kerja 2. Kekurangtelitian praktikan dalam menimbang biji 3. Kekurangtelitian praktikan dalam menimbang biji 4. Kekurangtelitian praktikan ketika menimbang NaCl yang digunakan 5. Kekurangtelitian praktikan dalam pembacaan timbangan
X.
KESIMPULAN :
1. Imbibisi adalah peristiwa moleku-molekul tertentu ke dalam zat atau benda tertentu melalui pori-pori atau zat yang menyelubungi zat atau benda tersebut dan kemudian molekul-molekul tersebut menetap di dalam zat / benda yang memasukinya.
2. Kriteria biji yang digunakan dalam praktikum imbibisi, yaitu :
a)
Biji tersebut utuh, tidak berlubang
b)
Biji tersebut tenggelam bila dimasukkan ke dalam air
c)
Biji tersebut tidak berjamur
d)
Biji kering
e)
Biji memiliki massa yang relatif sama
3. Dari hasil pengamatan diperoleh : a)
Larutan NaCl Hipotonis [0,5] Pada Larutan NaCl Hipotonis [0,5] dimasukkan biji kacang tolo ( Vigna
unguiculata) dengan massa awal pada tiap-tiap gelas aqua adalah 1 gram. Setelah direndam selama 24 jam, biji mengalami kenaikan massa secara berturut- turut yaitu 1,46 gram, 1,71 gram, 1,37 gram. Sehingga selisih massa akhir dikurangi massa awal berturut- turut yaitu 0,46 gram, 0,71 gram, dan 0,37 gram dan ratarata kenaikan massanya yaitu 0,513 gram. b)
Larutan NaCl Isotonis [ 0,9] Pada Larutan NaCl Isotonis [ 0,9] dimasukkan biji kacang tolo ( Vigna
unguiculata) dengan massa awal pada tiap-tiap gelas aqua adalah 1 gram. Setelah direndam selama 24 jam, biji mengalami kenaikan massa secara berturut- turut yaitu 1,4 gram, 1,37 gram, 1,37 gram dimana selisih massa akhir dikurangi massa awal berturut- turut yaitu 0,4 gram, 0,37 gram, dan 0,37 gram dan ratarata kenaikan massanya yaitu 0,38 gram. c)
Larutan NaCl Hipertonis [ 1,5] Pada Larutan NaCl Hipertonis [ 1,5]dimasukkan biji kacang tolo ( Vigna
unguiculata) dengan massa awal pada tiap-tiap gelas aqua adalah 1 gram. Setelah direndam selama 24 jam, biji mengalami kenaikan massa secara berturut- turut
yaitu 1,54 gram, 1,48 gram, 1,45 gram dimana selisih massa akhir dikurangi massa awal berturut- turut yaitu 0,54 gram, 0,45 gram, dan 0,48 gram dan ratarata kenaikan massanya yaitu 0,49 gram.
4. Data percobaan dengan teori tidak sama, dimana menurut teori semakin tinggi
konsentrasi semakin rendah kenaikan berat rata-rata biji. Dengan kata lain, semakin besar konsentrasi larutan NaCl, maka penyerapan air bagi biji semakin kecil. Konsentrasi NaCl yang terlalu pekat akan menyebabkan cairan dalam benih akan keluar, sehingga akan merusak benih.
XI. DAFTAR PUSTAKA :
Dwijoseputro. 1989. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia. Sastromihardjo. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Surakarta: UNS press. Sugiyarto. 1998. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Surakarta: UNS press. Suwasono, Heddy. 1984. Biologi Pertanian. Jakarta: Rajawali press. Woelaningsih. 1992. Botani Dasar . Yogyakarta: UGM press.