Ikan Lemuru
(Google image, 2018)
1) Klasifikasi Klasifikasi dari ikan lemuru itu sendiri menurut Saanin (1986) adalah seb agai berikut: Phylum : Chordata Sub Phylum : Vertebrata Class : Pisces Sub Class : Teleostei Ordo : Clupeiformes Family : Clupeidae Genus : Sardinella Species : Sardinella spp
Menurut Dwiponggo (1982) dalam dalam Marpaung (2013), sistematika taksonomi dari Ikan Lemuru (Sardinella Longiceps) adalah ad alah sebagai berikut: Fillum : Chordata, Sub Fillum : Vertebrata, Kelas : Pisces, Sub Kelas : Malacopterygii, Famili : Cluipeidae, Sub Genus : Sardinella S ardinella dan Spesies Sp esies : Sardinella S ardinella Longiceps. 2) Morfologi
Ciri-ciri morfologinya adalah sebagai berikut: 1. Badannya bulat panjang dengan bagian perut agak membulat dan sisik duri agak tumpul serta tidak menonjol. 2. Warna badan biru kehijauan pada bagian atas (punggung),putih keperakan pada bagian bawah. 3. Pada bagian atas penutup insang sampai pangkal ekor terdapat sebaris bulatan bulatan hitam sebanyak 10 -20 buah. 4. Siripnya berwarna abu-abu kekuning-kuningan
5. Warna sirip ekor kehitaman demikian juga pada ujung moncongnya 1982)
(Dwiponggo,
Tubuh memanjang, subsilendris, lebar badan kurang dari 30 % (23 %) dari panjang standar; tubuh bagian belakang membulat. Jumlah total scute 34. Duri pelvic berjumlah 8. Sangat mirip S. longiceps, namun kepala lebih pendek dan gillrakers bagian bawah berjumlah 77. Bintik keemasan dibelakang tutup insang, bintik tersebut memanjang kebelakang sepanjang garis midlateral; bintik hitam sangat jelas pada tepi bagian belakang tutup insang (tidak berpigmen) (Mahrus,2008).
3) Habitat
Lemuru hidup bergerombol pada perairan laut dangkal, terlihat dalam gerombolan (scholing) di daerah pesisir pada kedalaman kurang dari 60 m, serta sering beruaya ke laguna, teluk ataupun muara sungai. Distribusi ikan lemuru di Selat Bali tersebar di sepanjang pantai barat Pulau Bali dan pantai Timur Banyuwangi. Pola migrasi lemuru sangat dipengaruhi oleh kondisi oseanografi dengan puncak migrasi terjadi pada bulan Desember sampai dengan Januari. Namun demikian belum banyak penelitian yang mengamati karakteristik faktor lingkungan pada lokasi penangkapan lemuru di Selat Bali. Informasi ini amat penting untuk mengidentifikasi faktorfaktor lingkungan yang mempengaruhi keberadaan dankelimpahan lemuru di Selat Bali.
Lemuru (Sardinella lemuru) merupakan salah satu jenis ikan pela gis kecil penting di Indonesia, terutama yang terkonsentrasi di Selat Bali yang relatif sempit. Perairan Selat Bali berbentuk corong dengan luas sekitar 2.500 km2. Bagian utara merupakan bagian yang sempit dengan lebar sekitar 2,5 km sedangkan lebar di bagian selatan sekitar 55 km. Kedalaman di bagian tengah selat sekitar 300 meter dan semakin dalam di bagian selatan selat yaitu sekitar 1.300 meter. Di bagian tengah terdapat gosong (wilayah yang dangkal) disebut Gosong Ratu.1 Lemuru
merupakan ikan pelagis yang mendiami perairan laut dangkal, hidup bergerombol, dan merupakan spesies permukaan. Habitat yang cocok adalah perairan pantai. Jumlah populasi ikan lemuru yang paling besar di Indonesia didapatkan di Selat Bali sampai ke N usa Tenggara Timur. Ikan-ikan lemuru selain terkonsentrasi di perairan Selat Bali juga tertangka p dalam jumlah kecil di perairan selatan Jawa Timur, seperti Grajagan, Puger, d an di perairan Selat Madura (Wudji,2013)
4) Ciri Khusus
Panjang maksimum S. lemuru yaitu 23 cm dengan panjang umumnya 20 cm. Panjang tubuh S. Lemuru yang diamati berkisar antara 19-20,2 cm dengan ciri tubuh pipih dan memanjang, sisik tebal pada perut, bukaan operkulum dan garis mid-lateral berwarna emas yang samar (Madihah et al .,2016).
Menurut Mahrus (2008), Ikan lemuru pada perairan Bali memiliki 3 macam varian. Ciri khusus yang membedakan Sardinella lemuru varian 1 ini adalah memiliki prescute berjumlah 22, bran chiostegial rays sebanyak 6. Varian 2 ikan ini hampir mirip dengan varian 1. Ciri khusus yang dapat dijadikan patokan untuk membedakannya dengan ikan lemuru varian 1 dan 3 adalah memiliki prescute berjumlah 19. Sama halnya dengan ikan lemuru varian 1 dan 2, karena hampir mirip bentuk morfologinya dari semua varian lemuru ini. Varian 3 ikan ini memiliki ciri khusus yang dapat dijadikan patokan untuk membedakannya dengan ikan lemuru dari varian lainnya adalah memiliki prescute berjumlah 20 – 22, branchiostegial rays sebanyak 6.
5) Sistem Pencernaan
Berdasarkan rata-rata nilai panjang relatif usus yaitu 1,5±0,23 (Tabel 1) maka ikan S. lemuru termasuk kategori karnivora. Pemeriksaan lambung juga menunjukkan hal yang sama, dari seluruh lambung yang diperiksa hanya ditemukan materi hewan berupa ikan Teri (Stolephorus sp.). Akan tetapi, berdasarkan penelitian lain, S. lemuru adalah ikan pemakan plankton yaitu zooplankton dan fitoplankton yang merupakan makhluk hidup berukuran mikroskopis. Oleh karena itu, tidak ditemukan materi tumbuhan pada seluruh organ lambung yang diperiksa. Ikan pemakan plankton termasuk kategori omnivora. Dengan demikian, diduga bahwa S. lemuru termasuk kategori omnivora (Madihah et al.,2016). Menurut Nafis et al. (2017), Sistem pencernaan berbagai jenis ikan memiliki perbedaan pada morfologi dan fungsinya. Saluran pencernaan pada ikan karnivora lebih pendek daripada ikan herbivora. Ikan herbivora memiliki usus yang lebih panjang yaitu sampai 3 kali panjang tubuhnya karena bahan makanan nabati lebih sukar untuk dicerna .Secara umum alat pencernaan pada ikan terdiri atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan ikan berturut-turut di mulai dari mulut, rongga mulut, faring, esofagus, lambung, usus, dan anus. Struktur histologi esofagus, lambung, dan usus ikan secara umum tersusun atas empat lapisan u tama yaitu mukosa, submukosa, muskularis, dan serosa 6) Sistem Pernapasan
Insang merupakan organ respirasi utama pada ikan, bekerja dengan mekanisme difusi permukaan dari gas-gas respirasi (oksigen dan karbondioksida) antara darah dan air. Oksigen yang terlarut dalam air akan diabsorbsi ke dalam kapiler-kapiler insang dan difiksasi oleh hemoglobin untuk selanjutnya didistribusikan keseluruh tubuh. Karbondio ksida dikeluarkan dari sel dan jaringan untuk dilepaskan ke air di sekitar insang (Saputra et al.,2013). Struktur histologi insang terdiri dari beberapa lamela primer dan satu lamela primer
terdiri dari beberapa lamela sekunder. Ukuran panjang dan lebar lamela sekunder cenderung hampir sama. Sel-sel pernapasan ikan hanya terdiri dari dua atau tiga lapis epitel yang terletak di membran basal. Sel-sel tersebut terbungkus oleh selaput epidermis yang tip is dan bersifat semipermeabel (Sukarni et al., 2012) 7) Sistem Syaraf
Ikan biasanya mempunyai otak kecil namun sebagian ada yang mempunyai otak yang besar seperti ikan hiu dan mormyrids. Otak ikan terbagi beberapa bagian Pada bagian depan adalah Olfactory lobes, yaitu struktur yang menerima dan memproses singnal dari nostrils melalui dua saraf olfactory. Olfactory lobes sangat besar di ikan yang terutama sebagai saraf penciuman seperti pada hiu, hagfish dan catfish. Pada Olfactory lobes terdapat dua telencephalon, strukturnya sama dengan cerebrum. Pada ikan telencephalon banyak terkait dengan olfaction dimana bersamasama membentuk otak bagian depan.Yang menghubungkan otak bagian depan dengan otak tengah adalah Diencephalon yang terletak dibawah optic lobes (Achyani,2011) Sistem saraf digambarkan dengan kehadiran jenis sel yang disebut neuron . Neuron dapat dibedakan dengan sel yang lain dengan beberapa cara, tapi mereka secara fundamental berkomunikasi dengan neuron yang lain melalui synapses, dimana simpangan antar membran berisi mesin molekuler yang memungkinkan transmisi atau signal dengan cepat, juga signal elektrik atau bahan kimia (Achyani,2011) 8) Sistem Urogenital
Kandungan bahan berbahaya dari polutan terutama dari jenis logam berat merkuri oleh aktivitas mikroorganisme diubah menjadi kompon en metil merkuri (CH3-Hg) melalui proses metilasi sehingga memiliki sifat racun dan daya ikat tinggi pada sistem cairan tubuh organisme serta memiliki tingkat kelarutan yang tinggi dalam p erairan. Senyawa ini dapat merusak jaringan tubuh organisme tersebut terutama yang berhubungan langsung dengan sistem sirkulasi dan sistem eksresi tubuh organisme seperti hati, hati, ginjal, insang dan saluran pencernaan ( Khalil,2013 )
Menurut Rahardjo et al.(2011), Sebagian besar sistem ekskresi menghasilkan urin dengan cara penyulingan suatu filtrat yang berasal dari cairan tubuh. Bagi ikan tulang sejati jelaslah bahwa sebagian besar air yang terabsorpsi masuk melalui insang. Air seni dikeluarkan melalui ginjal . Air seni yang dikeluarkan bervariasi menurut spesies, suhu dan lain lain tapi banyak penelitian menunjukan antara 50-150 ml/kg per hari 9) Sistem Peredaran Darah Menurut Rahardjo et al.(2011), sistem peredaran darah disebut juga seb agai sistem sirkulasi mempunyai peranan penting terutama dalam mengangkut oksigen hasil respirasi, pengangkutan nutrien hasil dari proses pencernaan, dan pengangkutan sisa metabolisme (CO2 dan NH3) yang untuk selanjutnya dibuang melalui insang, ginjal dan kulit. Ada tiga komponen dalam peredaran darah ikan yakni jantung,pembuluh darah dan darah.
Sistem peredaran darah ikan disebut sistem peredaran darah tunggal, yang berarti bahwa darah mengalir dari jantung ke insang kemudian ke seluruh tubuh dan akhirnya kembali ke jantung. Darah yang kaya akan oksigen memasok bagian kepala melalui arteri carotid dan memasok bagian badan melaui percabangan aorta dorsalis (Rahardjo et al., 2011). 10) Sistem Rangka Rangka ikan berfungsi untuk menegakkan tubuh, menunjang atau menyokong organorgan tubuh. Secara tidak langsung rangka menentukan bentuk tubuh ikan yang beraneka ragam. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tulang-tulang yang membentuk sistem rangka berkaitan dengan lingkungannya secara terus menerus (Rahardjo et al.,2011). Rangka ikan dibedakan menjadi tiga macam. Rangka pertama adalah rangka aksial yang merupakan poros yang memberikan bentuk dasar ikan. Rangka kedua adalah rangka viseral yang meliputi semua bagian tulang lengkung insang dan derivat-derivatnya. Rangka ketiga adalah rangka apendikular yaitu tulang yang menyongkong sirip dan pelekatnya (Rahardjo et al.,2011).
Daftar pustaka Dwiponggo, A. 1982 Beberapa aspek biologi ikan lemuru. Proseding Seminar Perikanan Lemuru, Banyuwangi 18 – 21 Januari 1982. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Departemen Pertanian, Jakarta.
Saanin, H.1968. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan I dan II. Binajipta. Bandung. Santoso, B.2001.
Marpaung, M.E.2013. PENGARUH PENAMBAHAN MINYAK IKAN DAN MINYAK IKAN TERENKAPSULASI TERHADAP KOLESTEROL DAN TRIGLISERIDA SERUM DARAH DOMBA.Skipsi.Fakultas Peternakan Universitas Andalas
Susilo, E.2015. VARIABILITAS FAKTOR LINGKUNGAN PADA HABITAT IKAN LEMURU DI SELAT BALI MENGGUNAKAN DATA SATELIT OSEANOGRAFI DAN PENGUKURAN INSITU. Omni-Aktuatika. 14(20):13-22).
Wudji, A.2013. BEBERAPA PARAMETER POPU LASI IKAN LEMURU (Sardinella lemuru) DI PERAIRAN SELAT BALI. Widyariset. 16(2): 211 – 218. Madihah, N. Ratningsih dan I.Sasmita.2016. Kebiasaan Makan Beberapa Spesies Ikan Komersial di Pantai Timur Pangandaran. Prosiding Seminar Nasional MIPA 2016.FMIPA Universitas Padjajaran Mahrus.2008. CIRI MOLEKULER PLASMA NUTFAH IKAN LEMURU YANG MENGANDUNGASAM LEMAK OMEGA-3 PALINGTINGGI. J. Pijar MIPA. 3(1) : 30 34. Nafis,M., Zainuddin dan D. Masyitha. 2017. GAMBARAN HISTOLOGI SALURAN PENCERNAAN IKAN GABUS (Channa striata). JIMVET. 01(2): 196-202.
Saputra, H. M., N. Marusin, dan P. Santoso. 2013. Struktur histologis insang dan kadar hemoglobin ikan Asang (Osteochilus hasseltii C.V) di danau Singk arak dan Maninjau, Sumatera Barat. Jurnal Biologi Universitas Andalas. 2(2):138-144
Sukarni, Maftuch dan H. Nursyam. 2012. Kajian penggunaan ciprofloxacin terhadap histologi insang dan hati ikan Botia (Botia macracanthus, bleeker) yang diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila. J.Exp. Life Sci. 2(1).
Achyani,R. 2011. MEKANISME PENGATURAN SISTIM SARAF PADA TUBUH IKAN DI LINGKUNGAN PERAIRAN YANG TERKONTAMINASI OLEH SIANIDA. Jurnal Harpodon Borneo . 4(2):51-61.
Khalil,M.2013. Pemaparan merkuri nitrat (Hg (No3)2) dengan konsentrasi b erbeda pada jaringan hati benih ikan kakap putih (Lates calcarifer Bloch): tinjauan histologi. Depik, 2(3): 133-140.
Rahardjo.M.F . D.S.S.R.Affandi dan Sulistiono. 2011. Ikhtiology, Lubuk Agung, Jakarta