IDENTIFIKASI GIGI
PENDAHULUAN
Semu Semua a
iden identi tifi fika kasi si
pada pada
manu manusi sia a
ata atau
bag bagian ian
dari ari
manu manus sia
merupakan merupakan suatu proses perbandingan antara data antemortem antemortem (sebelum mati) dengan data postmortem dari tubuh manusia tersebut. Identifikasi dapat dilakukan oleh polisi, dokter forensik atau oleh ahli odontologi forensik. Jasad yang diidentifikasi harus berada dalam kondisi yang baik dan relatif dapat dikenali atau dibandingkan dengan foto yang ada. Cara paling baik dalam melakuka melakukan n identifi identifikas kasii adalah adalah dengan dengan mengguna menggunakan kan sidik sidik jari. jari. Identif Identifikas ikasii dengan menggunakan sidik jari ini dapat dibandingkan dengan melakukan identifikasi secara odotologis (menggunakan gigi), identifikasi tersebut dapat dilihat dari gigi yang berlubang, mahkota gigi, ada tidaknya gigi yang hilang dan lain sebagainya. Identifikasi odontologi biasanya digunakan pada jasad tidak dikenal yang hancur atau mengalami pembusukan. Hal ini disebabkan karena gigi adalah jaringan tubuh yang keras dan merupakan bagian tubuh yang paling tahan terhadap berbagai kerusakan. Kemampua Kemampuan n gigi gigi untuk untuk dapat dapat bertaha bertahan n begitu begitu lama dan informas informasii antemortem gigi yang memadai akan dapat memberikan suatu identifikasi gigi gigi yang yang dapa dapatt digun digunak akan an dalam dalam melaku melakuka kan n pros proses es identi identifik fikas asii mayat. mayat. Sebagian besar masyarakat (terutama di negara maju) secara rutin datang ke
1
dokter dan memiliki foto gigi. Beberapa negara memiliki hukum yang mengatur penyimpanan data gigi tersebut. Sedang di negara yang tidak memiliki aturan tersebut, akan sulit untuk melakukan identifikasi gigi pada kasus-kasus forensik. Identifikasi bukan merupakan hal yang baru. Jika kita melihat kebelakang (66 Masehi), pada masa kaisar Nero. Ibu dari sang kaisar menyuruh tentaranya membunuh Lollia Paulina dan memberikan perintah untuk
membawa
kepalanya
sebagai
bukti.
Aggripina
tidak
dapat
mengidentifikasi kepala tersebut, tetapi dengan melihat gigi depan dan mendapatkan warna gigi yang tersebut sesuai dengan warna gigi Lollia, barulah ia dapat yakin bahwa kepala tersebut milik dari musuhnya tersebut. Selama perang saudara di Amerika Serikat, seorang dokter gigi muda yang bernama Paul Revere membantu dalam mengidentifikasi korban perang dengan melihat susunan dari gigi korban perang tersebut. Identifikasi gigi juga digunakan untuk mengidentifikasi Adolf Hitler dan Eva Braun pada akhir perang dunia II, pada kasus WTC, berbagai kecelakaan pesawat udara dan berbagai bencana alam lainnya. Maka tidaklah heran jika negara besar seperti Amerika Serikat membangun suatu sistem data gigi yang disebut sebagai sistem universal.
2
FORENSIK ODONTOLOGI
Odontologi forensik merupakan suatu cabang dari ilmu kedokteran forensik dan, berhubungan dengan penegakkan hukum, pemeriksaan, penanganan dan penyampaian bukti gigi di pengadilan. Wilayah kerja dari seorang ahli odontologi meliputi: -
Identifikasi bekas gigitan pada korban yang mengalami suatu kekerasan fisik
-
Membandingkan bekas gigitan dengan gigi dari tersangka dan memberikan kesaksian di pengadilan sebagai seorang saksi ahli.
-
Identifikasi bekas gigitan pada bahan lain seperti kayu, kulit dan makanan.
-
Melakukan identifikasi mayat dengan menggunakan data gigi.
-
Memperkirakan usia dari suatu tengkorak yang diperiksa
Dalam
melakukan
pekerjaannya
seorang
odontologis
harus
dapat
bekerjasama dengan ahli patologi forensik. Lingkup kerja yang lain dari ahli odontologi adalah membuat suatu visum dari suatu trauma pada jaringan mulut, dan untuk memeriksa adanya malpraktek dari dokter gigi.
IDENTIFIKASI MAYAT
Kasus mayat yang tidak teridentifikasi sering kali terjadi, seperti pada mayat mati tenggelam, terbakar, dibunuh, bunuh diri atau mati oleh penyebab
3
alamiah. Biasanya dilakukan identifikasi dengan melihat berbagai tandatanda yang didapatkan pada tubuh mayat, tetapi dari waktu kewaktu identifikasi semakin bergantung pada identifikasi gigi. Semua gigi manusia berbeda-beda meskipun pada kembar identik dan seorang ahli odontologi forensik yang terlatih akan dapat menggunakan gigi dalam mengideentifikasi mayat tersebut. Susunan gigi maupun tambalan gigi yang didapatkan pada mayat tersebut dibandingkan dengan data gigi dari orang yang hilang. Dan cara indentifikasi seperti ini sering kali memberikan hasil yang positif. Meskipun hanya tertinggal beberapa gigi, seorang ahli odontogi forensik masih dapat memperkirakan usia mayat, ada tidaknya kebiasaan merokok, keadaan dari kesehatan gigi, dan identifikasi dari gambaran simayat yang dicocokan dengan data antemortem. Meskipun sikorban tidak memiliki gigi, informasi yang berharga masih dapat diperoleh dengan melihat bentuk rahang dan dari foto mulut dan tengkorak.
TANDA GIGITAN
Tanda gigitan sering didapatkan pada korban yang mengalami kekerasan, khususnya pada kasus kekerasan seksual. Gigitan juga didapatkan pada kasus anak-anak yang mengalami kekerasan. Tanda-tanda ini sering tidak terlihat bagi orang yang tidak terlatih. Untuk itu perlu sesegera mungkin
memangil
seorang
ahli
odontologi
forensik
dalam
suatu
penyelidikan. Dia tidak hanya memberikan pendapat, tetapi juga dapat
4
mengawasi pemotretan tanda gigitan dengan menggunakan berbagai sumber cahaya yang berbeda untuk dapat memperjelas tanda gigitan tersebut. Juga mejadi tugas dari seorang ahli forensik odontologi untuk menyimpan gambaran dari gigitan, mengambil gambaran gigitan dari berbagai benda, membuat perbandingan dan jika perlu, menyampaikan bukti tersebut di pengadilan sebagai seorang saksi ahli. Seorang ahli odontologi harus sanggup mengenali dan menyimpan data dari tanda gigitan dari berbagai bahan seperti bahan makanan, kulit, dan kayu. Ukuran dan bentuk dari tanda gigitan tersebut dapat digunakan sebagai bukti dari orang yang melakukan tindakan kekerasan tersebut atau menyingkirkan orang yang sedang diselidiki. Karakteristik fisik antara tanda gigitan dengan gigi yang diduga menjadi penyebabnya: - jarak antara cuspid dengan cuspid -
bentuk dari lengkung mulut
-
adanya bukti gigi yang tidak teratur
-
lebar dan tebal gigi, jarak antara gigi
-
gigi yang tanggal
-
kurva dari pinggir gigitan
-
bentuk gigi yang khas
-
pemakaian kawat gigi atau pelapis gigi
5
IDENTIFIKASI ANTEMORTEM
Data antemortem terdiri dari foto rontgen gigi, catatn, bentuk dan foto. Dalam hal ini harus diusahakan untuk memperoleh gambar asli dari foto rontgen. Usaha untuk mendapatkan dan mengumpulkan data antemortem biasanya merupakan tanggung jawab dari penyelidik. Berikut ini adalah daftar dari tempat dimana data antemortem gigi dapat diperoleh: 1. Agen lokal -
rumah sakit, atau berbagai pusat kesehatan lainnya
-
sekolah kedokteran gigi
-
penyedia layanan kesehatan
-
pegawai asuransi bagian asuransi kesehatan gigi
-
petugas bantuan asuransi umum
2. Agen pemerintah pusat -
Badan atau agen pusat yang memiliki hubungan dengan agen daerah
3. Berbagai sumber lainnya -
keluarga/teman/atau rekan kerja
-
badan militer
-
rumah sakit penjara
-
data kesehatan selama opname di rumah sakit
6
IDENTIFIKASI POSTMORTEM
Peranan yang penting dari forensik odontologi adalah mengidentifikasi mayat yang telah membusuk. Identifikasi gigi pada manusia dilakukan dengan beberapa alasan dan dalam berbagai situasi yang berbeda. Jasad dari korban kejahatan, kebakaran, kecelakaan motor dan kecelakaan di tempat kerja seringkali sulit untuk dikenali lagi. Mayat yang telah membusuk pada saat ditemukan dan pada mayat di dalam air sering kali tidak menyenangkan lagi dan sangat sulit untuk diidentifikasi, disinilah identifikasi gigi memainkan peranannya. Pendapat umum yang selama ini dipegang adalah, identifikasi gigi pada
mayat dapat dibandingkan dengan data gigi, termasuk didalamnya
catatan, catatan medis atau foto gigi yang digunakan untuk konfirmasi identitas. Orang yang mendapatkan berbagai perawatan gigi akan lebih untuk diidentifikasi dibandingkan orang yang jarang merawat giginya. Gigi tidak hanya dapat memberikan gambaran susunan dan identifikasi gigi, tetapi juga dapat bertahan pada berbagai keadaan postmortem yang dapat menganggu atau mengakibatkan perubahan pada jaringan tubuh.
STRUKTUR GIGI
Gigi merupakan suatu struktur yang kompleks dan terdiri dari bahan yang hidup (living) ataupun yang mati pada otak.
7
Ahli forensik orology membuat suatu data psotmortem dengan melakukan secara hati-hati penyusunan dan penulisan gambaran dari struktur gigi dan dengan menggunakan sinar x. Jika data postmortem sudah lengkap, dapat dibuat perbandingan antara data ini dengan data gigi. Kesimpulan yang dapat dibuat dari identifikasi gigi mencakup wilayah yang cukup luas. Dewan Odontologi Forensik Amerika merekomendasikan batasan kesimpulan sebagai berikut: -
Identifikasi positif Data antemortem dan postmortem memiliki kesesuaian sedetail mungkin, tanpa adanya ketidak sesuaian yang tidak dapat dijelaskan, dalam menegakkan gigi tersebut milik dari individu yang sama.
-
Identifikasi yang mungkin
8
Data antemortem dan postmortem memiliki gambaran yang konsisten tetapi, karena kualitas dari mayat postmortem atau bukti antemortem, maka tidak mungkin menegakkan identifikasi secara positif. -
Bukti yang tidak memadai Informasi yang tersedia tidak mencukupi untuk membuat suatu kesimpulan
-
Diabaikan Data Antemortem dan postmortem jelas-jelas tidak konsisten.
GAMBARAN GIGI
Bila data gigi tidak tersedia dan cara lain dalam melakukan identifikasi tidak mungkin dilakukan, ahli forensik odontologi dapat membuat “gambaran” secara umum dari individu tersebut. Proses ini dikenal sebagai Gambaran gigi psotmortem. Gambaran gigi memberikan informasi meliputi lamanya pembusukan, latar belakang keturunan, jenis kelamin dan status sosial ekonomi. Pada tempat yang memiliki fasilitas yang canggih dapat diperoleh informasi lain seperti pekerjaan, kebiasan makan, sifat seseorang dan kadang-kadang penyakit gigi atau penyakit sistemik yang diderita. Ahli
forensik
odontologi
memerlukan
kerjasama
dengan
ahli
antropologi forensik untuk membantu melakukan identifikasi atau membentuk gambaran seseorang. Penentuan jenis kelamin dan keturunan dapat diperoleh dari ukuran tulang tengkorak dan bentuknya. Dari bentuk tulang
9
tengkorak seorang ahli forensik odontologi dapat menentukan ras dalam 3 kelompok besar yaitu: Kaukasoid, Mongoloid dan Negroid. Pemeriksaan mikroskopis dari gigi dapat menentukan jenis kelamin berdasarkan ada tidaknya kromatin –Y dan analisis DNA. Gambaran
struktur
gigi
dapat
digunakan
untuk
menentukkan
kronologis usia orang tersebut. Usia anak-anak dapat ditentukan dengan menganalisa perkembangan gigi dan membandingkannya dengan tingkat perumbuhan gigi manusia. Akurasi kesimpulan biasanya mencapai + 1,5 tahun. Dalam hal ini waktu erupsi dapat digunakan untuk menentukan usia pra-dewasa. Bayi yang baru lahir belum memiliki gigi, bentuknya masih berupa benih gigi yang terdapat di dalam rahang, selanjutnya gigi akan tumbuh dan keluar dari gusi. Proses ini disebut sebagai erupsi gigi. Gigi pertama yang keluar adalah gigi susu. Erupsi progresif dimulai pada usia 6 bulan dan berakhir pada usia sekitar 6 tahun. Karena proses ini terjadi secara bertingkat dan progresif, keberadaan gigi dalam rahang dapat membantu ahli forensik untuk memperkirakan usia seseorang sampai batas 25 tahun
10
Gambaran saat terjadinya erupsi gigi
Gambaran gigi yang dapat digunakan untuk identifikasi adalah 1. Gigi -
Keberadaan gigi
-
Erupsi
-
Tidak erupsi/impacted
-
Gigi yang lepas
-
-
Lepas kongenital
-
Hilang antemortem
-
Hilang postmortem/perimortem
Tipe gigi -
Permanen
-
Bercampur
11
-
-
Primer
-
Gigi dengan jumlah yang berlebih
Posisi gigi -
Kelainan posisi: fasial/linguoversi, rotasi, supra/infra posisi, diastema, dan berbagai ketidak serasian lainnya
-
Patologi mahkota -
Karies
- Atrisi/abrasi/erosi
-
-
-
Variasi atipikal
-
Dens in dente
-
Kista yang berbahaya
Morfologi akar -
Ukuran, bentuk, jumlah, dilaserasi, akar yang divergen
-
Patologi akar
-
Fraktur akar gigi
-
Hipersementosis
-
Resorbsi akar eksternal
-
Hemiseksi akar
Ruang pulpa dan morfologi kanal akar -
Ukuran, bentuk, jumlah
-
Dentin sekunder
-
Batu pulpa, kalsifikasi distrofik 12
-
Terapi pada akar
-
Resorpsi internal
-
Patologi periapikal
- Abses periapikal/granuloma/kista -
Sementoma
-
Osteitis kondesing
-
Restorasi gigi
-
Periodontium
-
Ligamen periodontal
-
Proses alveolar dan lamina dura
2. Maksila dan mandibula -
sinus maksilaris
-
spina nasal anterior
-
berbagai proses patologis pada tulang rahang
AKURASI DAN KEAMANAN DALAM INDENTIFIKASI ODONTOLOGI
Dengan semakin meningkatnya kesehatan gigi semakin banyak anakanak dan remaja yang memiliki gigi teratur. Dalam hal ini, data yang ada tidak cukup untuk menjadi dasar dari identifikasi. Radiografi harus digunakan untuk menggambarkan perbedaan anatomis (bentuk dan ukuran mahkota dan akar, posisi dalam lengkung gigi, jarak antara gigi) dapat dipergunakan. Usaha ideentifikasi pada bencana besar dengan korban berusia muda lebih banyak 13
menghabiskan waktu dan lebih sulit. Hal lainnya yang membuat identifikasi odontologi semakin sulit adalah estetika dan perkembangan mode yang banyak digunakan pada gigi. Jika ahli forensik tidak menyadari hal ini maka akan dapat salah dalam mengidentifikasi. Permasalahan lainnya adalah masih banyak negara yang belum memiliki data gigi yang baik dan terorganisir, seperti Indonesia contohnya.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Internet http ://www.ABFO.edu/ ABFO Body Identification Guidelines.html, 2002. 2. Bowers CM, Arguments on the Individuality of Human Teeth, internet: http://forensic.to/webhome/bitemarks ,2000. 3. NIFS, internet: http://www/FactFiles/fact_files.html,2001
4. Dorion R, FORENSIC ODONTOLOGY, internet: http:// faculty. ncwc.edu/ toconnor/425/425lects.htm, 2002 5. ODIS-rättsodontologi-9612, internet http://www. ODIS-rättsodontologi9612/ rattsodontologi.htm, 1998. 6. Hamdani N Ilmu Kedokteran Kehakiman, edisi 2, Penerbit Gramedia, Jakarta, 1992. 7. Amir, A. Autopsi, Edisi I, Universitas Sumatera Utara Press, Medan, 2001.
15
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. atas rahmat dan karunia Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan paper ini pada waktunya. Paper ini berjudul
” PERANAN PEMERIKSAAN DNA DALAM IDENTIFIKASI ”.
Paper
ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Forensik di RSU. Dr. Pirngadi Medan. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pembimbing Prof. Dr. Amri Amir, Sp. F, DFM, SH karena berkat bantuan dan bimbingannya penulis dapat menyelesaikan paper ini dengan sebaik-baiknya dan rasa terima kasih yang sebesar besarnya juga penulis ucapkan kepada supervisor dan staff di Bagian Forensik RSU. Dr. Pirngadi atas ilmu dan keterampilan yang penulis dapatkan selama 4 minggu mengikuti KKS di Bagian Forensik THT RSU. Pirngadi Medan. Penulis menyadari paper ini jauh dari kesempurnaan baik dari isi maupun tata bahasanya. Namun penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Medan,
Penulis
16
Januari 2003
DAFTAR ISI
hal KATA PENGANTAR
…………………………………………..
i
DAFTAR ISI
…………………………………………..
ii
PENDAHULUAN
…………………………………………..
1
PENGENALAN TERHADAP DNA
…………………………………………..
2
PENGGUNAAN DNA DALAM FORENSIK
…………………………………………..
4
MEMBUAT CETAKAN DNA
…………………………………………..
5
PEMBUATAN PROFIL DNA
…………………………………………..
6
PENGGUNAAN PEMBUKTIAN DNA
…………………………………………..
9
PROSEDUR PENANGANAN BUKTI DNA
…………………………………………..
10
PERMASALAHAN DLM IDENTIFIKASI DNA
…………………………………………..
11
KEMAJUAN DALAM PEMBUKTIAN DNA
…………………………………………..
12
KESIMPULAN
…………………………………………..
13
DAFTAR PUSTAKA
…………………………………………..
15
17