KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN KLIEN HIPERTENSI DENGAN PENATALAKSANAAN TERAPI DIET DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS LAPAI KECAMATAN NANGGALO PADANG TAHUN 2010
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan
Oleh : Syamsul Putra 07111278
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG 2010
1
PRODI D III KEPERAWATAN STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG Karya Tulis Ilmiah, Juli 2010 Syamsul Putra Hubungan Pendidikan dan Pekerjaan Klien Hipertensi dengan Penatalaksanaan terapi diet diwilayah kerja Puskesmas Lapai Kecamatan Nanggalo Padang 2010 x + 45 Halaman + 5 Tabel + Gambar + 8 Lampiran ABSTRAK Hipertensi disebut juga "The Sill ent Disease" karena tidak menunjukkan tanda-tanda yang dapat dilihat dari luar oleh karena itu salah satu cara mendeteksi adalah dengan memeriksakan diri secara teratur. Menurut WHO 59% dari penderita hipertensi yang terdeteksi hanya 25% yang mendapat pengobatan dan hanya 12,5% yang bisa diobati dengan baik. Di Sumatra Barat Hipertensi masih menjadi penyebab terbanyak terjadai nya serangan jantung dan berbagai penyakit lain yang di timbulkannya di Puskesmas lapai berdasarkan data yang diperoleh terdapat ± 640 orang penderita hipertensi dan penyakit ini masuk kedalam 5 besar penyakit terbanyak. Penelitian ini bertujuan untuk melihat distribusi frekuensi penderita hipertensi berdasrkan tingkat pendidikan, dan pekerjaan dan untuk mengetahui Hubungan antara Pendidikan dan Pekerjaan penderita Hipertensi dengan penatalaksanaan terapi diet diwilayah kerja Puskesmas lapai kecamatan nanggalo padang Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik. Penelitian ini dilakukan di puskesmas Nanggalo dilakukan pada tanggal 17 Mei s/d 5 Juni tahun 2010 dengan populasi 640 orang dan sampel dalam penelitian ini adalah klien Hipertensi yang datang ke puskesmas Lapai Kecamatan Nanggalo yakni 64 orang. Sebagian besar 84,4 % responden dikategorikan berpendidikan rendah dan sebagian besar 84.4 % responden tidak berkerja. Sebagian besar 79,7 % responden dikategorikan melakukan tindakan penatalaksanaan terapi diet hipertensi. Tidak terdapatnya hubungan bermakna antara pendidikan dengan tindakan penatalaksanaan terapi diet dan tidak terdapatnya hubungan bermakna anatara pekerjaan dengan tindakan penatalaksaaan terapi diet Dari hasil penelitian yang didapatkan diharapkan kepada petugas kesehatan khususnya pada bagian Pokja Lansia Pokja Gizi dan khusus untuk Pokja Promosi Kesehatan diharapkan dapat menguatkan lagi dalam memberikan penyuluhan tentang Kesehatan khususnya tentang hipertensi dan perlunya usaha dari berbagai pihak yaitu petugas kesehatan dan peran serta masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat itu sendiri yang dapat seoptimal mungkin. Daftar Pustaka : (15 : 2000-2010)
2
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini berjudul “Hubungan Pendidikan dan Pekerjaan Klien Hipertensi dengan Penatalaksanaan Terapi
Diet Diwilayah Kerja
Puskesmas Lapai Kecamatan Nanggalo Padang 2010” ini telah di periksa dan disetujui untuk dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi D III Keperawatan STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang.
Padang, 17 Juli 2010 PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
Ketua
Pembimbing
( Mitayani , SST, M.Biomed )
( Dra. Hj. Warnetty, SKM )
3
PERSETUJUAN PENGUJI
Karya Tulis Ilmiah ini berjudul “Hubungan Pendidikan dan Pekerjaan Klien Hipertensi dengan Penatalaksanaan Terapi
Diet Diwilayah Kerja
Puskesmas Lapai Kecamatan Nanggalo Padang 2010” Ini telah diterima atau disetujui oleh Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi D III Keperawatan STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang.
Padang, 1 Agustus 2010 PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG Anggota
Anggota
( Mitayani , SST, M.Biomed )
( Ns. Rima Haryani Verista. SKep )
Ketua
( Dra. Hj. Warnetty, SKM )
4
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia yang dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah penelitian tentang “Hubungan pendidikan dan Pekerjaan Klien Hipertensi dengan Penatalaksanaan Terapi Diet diwilayah Kerja Puskesmas Lapai Kecamatan Nanggalo Padang 2010”. Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini banyak hambatan yang penulis hadapi, namun berkat dorongan semua pihak, Karya Tulis Ilmiah ini dapat penulis selesaikan. Maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada : 1. Ibu Dra. Hj. Warnetty, SKM sebagai pembimbing yang telah mengarahkan dan memberikan masukan dengan penuh perhatian dan kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 2. Pimpinan Puskesmas Lapai yang telah memberikan izin dalam melakukan penelitian.dan Pengambilan data awal 3. Ibu Mitayani , SST, M. Biomed sebagai ketua Prodi DIII STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang. 4. Ibu
Hj.
Elmiyasna.
K,
Skp.
MERCUBAKTIJAYA Padang
5
MM
sebagai
ketua
STIKes
5. H. Muslim, SKM sebagai Ketua Yayasan STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 6. Staf Dosen dan Administrasi STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang yang telah membantu dalam kelancaran Pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini 7. Teristimewa buat kedua orang tua serta doa yang tidak henti-hentinya untuk penulis. 8. Rekan-rekan Mahasiswa STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang prodi D III Keperawatan angkatan 2007 yang senasib sepenanggungan, terima kasih atas dukungan dan bantuan serta kebersamaan kita selama ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.
Padang, 17 Juli 2010
Penulis
6
DAFTAR ISI
ABSTRAK.....................................................................................................i PERNYATAAN PERSETUJUAN..............................................................ii PERSETUJUAN PENGUJI.......................................................................iii KATA PENGANTAR.................................................................................iv DAFTAR ISI.................................................................................................v DAFTAR TABEL......................................................................................viii DAFTAR GAMBAR...................................................................................ix DAFTAR LAMPIRAN................................................................................x BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang.................................................................................1
1.2.
Rumusan Masalah............................................................................5
1.3.
Tujuan Penelitian 1.3.1........................................................................................Tujua n Umum..................................................................................5 1.3.2........................................................................................Tujua n Khusus.................................................................................5
1.4.
Manfaat Penelitian...........................................................................6
1.5.
Ruang Lingkup Penelitian................................................................6
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1.
Pengertian Pendidikan ....................................................................7 2.1.1...................................................Unsur-Unsur
Pendidikan
.................................................................................................7
7
2.1.2.........................................................Tingkat Pendidikan .................................................................................................8 2.2.
Pengertian Pekerjaan......................................................................8
2.3.
Pengertian Hipertensi.....................................................................8 2.3.1........................................................................................Fisiol ogi..........................................................................................9 2.3.2........................................................................................Penye bab Hipertensi........................................................................9 2.3.3........................................................................................Klasif ikasi Hipertesi........................................................................11 2.3.4........................................................................................Komp likasi.......................................................................................11 2.3.5........................................................................................Manif estasi Klinis............................................................................12 2.3.6........................................................................................Pemer iksaan Fisik............................................................................12 2.3.7........................................................................................Pemer iksaan Penunjang...................................................................13 2.3.8........................................................................................Penat alaksanaan Hipertensi............................................................13 2.3.9........................................................................................Penge rtian Pola Makan....................................................................14
8
2.3.10......................................................................................Pola Makan Pada Klien Hipertensi................................................14 2.3.11......................................................................................Diet Rendah Garam.......................................................................15 2.3.12......................................................................................Diet Rendah Kolesterol Dan Lemak..............................................16 2.3.13......................................................................................Diet Tinggi Serat............................................................................16 2.3.14......................................................................................Diet Kalori.....................................................................................17 2.3.15......................................................................................Daftar Diet Rendah Garam................................................................18 2.3.16......................................................................................Daftar Makanan Untuk Penderita Hipertensi....................................19 2.4.
Kerangka Konsep..........................................................................21
2.5.
Defenisi Operasional.....................................................................22
2.6.
Hipotesa........................................................................................23
BAB III METODE PENELITIAN 3.1.
Jenis Penelitian..............................................................................24
3.2.
Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................24
3.3.
Populasi dan Sampel.....................................................................24 3.3.1........................................................................................Popul asi Penelitian..........................................................................24 9
3.3.2........................................................................................Samp el Penelitian............................................................................24 3.4.
Sumber Data..................................................................................25
3.5.
Teknik Pengumpulan Data............................................................25
3.6.
Teknik Pengolahan dan Analisa Data...........................................26 3.6.1........................................................................................Tekni k Pengolahan Data.................................................................26 3.6.2........................................................................................Anali sa Data....................................................................................27 3.6.2.1. Analisa Univariat....................................................27 3.6.2.2. Analisa Bivariat......................................................28
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.
Gambaran Umum Tempat Penelitian............................................30
4.2.
Hasil Penelitian.............................................................................32
4.3.
Pembahasan...................................................................................35
BAB V PENUTUP 5.1.
Kesimpulan...................................................................................44
5.2.
Saran..............................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
10
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel 1
Tabel Klasifikasi hipertensi menurut WHO
Halaman 11
2
Tabel Daftar diet rendah garam pada klien hipertensi
18
3
Tabel Makanan yang dianjurkan pada klien hipertensi
19
4
Tabel Makanan yang dibatasi pada klien hipertensi
20
5
Tabel Defenisi Operasional Hubungan pendidikan
22
dan pekerjaan klien hipertensi dengan penatalaksanaa terapi diet di wilayah kerja puskesmas lapai Padang 2010
11
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Gambar
Kerangka
konsep
Hubungan
pendidikan
dan
pekerjaan klien hipertensi dengan penatalaksanaan terapi diet diwilayah kerja puskesmas lapai kecamatan Nanggalo Padang tahun 2010
12
Halaman 21
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Jadwal Kegiatan Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 2
: Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 3
: Format Persetujuan Responden
Lampiran 4
: Kisi-Kisi Kuesioner
Lampiran 5
: Kuesioner Penelitian
Lampiran 6
: Hasil Pengolahan Data
Lampiran 7
: Frekuensi Tabel
Lampiran 8
: Master Tabel
Lampiran 9
: Surat Izin Penelitian dari STIkes MERCUBAKTIJAYA Padang
Lampiran 10 : Surat Telah Selesai Melakukan Penelitian dari Puskesmas Lapai Lampiran 11 : Lembaran Konsultasi Lampiran 12 : Daftar Riwayat Hidup
13
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Dengan semakin meningkatnya pendapatan seseorang biasanya akan merubah gaya hidupnya menjadi kebarat-baratan. Pemandangan seperti ini banyak dijumpai di kota-kota seperti banyak dijumpai restoran cepat saji dan lain-lain yang dengan mudah menggeser pola makan masyarakat. Makanan yang disajikan direstoran umumnya memiliki kandungan tinggi lemak dan tinggi protein. Dan juga seseorang terlalu sering mengkonsumsi makanan tersebut dikhawatirkan lebih
mudah terserang penyakit hipertensi dan penyakit lainnya (Purwati,
Saliman, Rahayu, 2004). Begitu pula dengan masyarakat di daerah pedalaman atau pegunungan yang rata-rata berpendidikan rendah dan bermata pencaharian sebagai petani mempunyai peluang menderita hipertensi karena mempunyai kebiasaan makan yang dominan berasa asin dan senang makanan yang bersantan kental kemudian tidak di iringi pula dengan pengetahuan yang cukup terhadap penyakit hipertensi sehingga tidak menutup kemungkinan walaupun tinggal dikota ataupun di Pedesaan potensial menderita hipertensi hampir sama (Purwati, Saliman, Rahayu, 2004).
14
Stress pada pekerjaan cendrung menyebabkan terjadinya hipertensi berat. Pria mengalamai pekerjaan penuh tekanan , misalnya penyandang jabatan menuntut besar tanpa disertai wewenang pengambilan keputusan , akan mengalami tekanan darah lebih tinggi selama jam kerjanya, dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang jabatanya lebih ‘longgar’ tanggung jawabnya . Stress yang terlalu besar dapat memicu terjadinya berbagai penyakit misalnya sakit kepala, sulit tidur ,hipertensi , penyakit jantung, stroke. Dan dengan kesibukan pada pekerjaan secara tidak langsung mempengaruhi pengaturan terhadap pola makan dan gaya hidup seseorang (Muhammadun AS 2010) Di negara maju seperti Amerika Serikat diperkirakan 20% mengalami tekanan darah tinggi, dari 57 Juta penduduk Amerika sebanyak 90% kasus Hipertensi penyebabnya tidak diketahui secara pasti (Suyono,2001) Berdasarkan data Lancet (2008) jumlah penderita hipertensi di seluruh dunia terus meningkat . Di India misalnya jumlah penderita hipertensi mencapai 60,4 juta orang pada tahun 2002 . Di bagian lain di Asia tercatat 38,4 juta penderita hipertensi dan di Indonesia mencapai 17-21% dari populasi penduduk dan kebanyakan tidak terdeteksi. Menurut WHO 59% dari penderita hipertensi yang terdeteksi hanya 25% yang mendapat pengobatan dan hanya 12,5% yang bisa diobati dengan baik. Sementara itu Guru Basar Teknologi pangan IPB
I Made Astaman
menjelasakan bahwa hasil survei Kesehatan Rumah Tangga menunjukkan ratarata penyakit hipertensi di indonesia cukup tinggi , yaitu 83 per 1.000 anggota rumah tangga . Pada umunya perempuan lebih banyak menderita hipertensi
15
dibandingkan dengan pria. Umumnya di daerah luar Jawa dan Bali lebih besar dibandingkan di kedua pulau itu. Hal ini terkait erat dengan pola makan , terutama konsumsi garam , yang umumnya lebih tinggi di luar Pulau Jawa dan Bali. (Muhammadun AS 2010) Menurut Dr Hisyam Attamini (2008) , ahli jantung dan pembuluh darah RSU Keraton, Pekalongan menjelaskan bahwa 75% penderita hipertensi akan berujung pada penyakit jantung dan baru disadari pada lanjut usia, ketika jantung sudah lelah berkerja untuk memompa darah dengan tekanan yang berat. Dan pengobatan penyakit hipertensi yang mengarah pada penyakit jantung tergantung pada penyebab dan obat yang membantu kerja jantung.Serta dibarengi dengan pengaturan pola dan jenis makanan yang di konsumsi, olah raga teratur dan periksa tekanan darah dan kolesterol secara teratur. (Muhammadun AS 2010) Hipertensi merupakan penyakit yang sangat rawan bagi penderitanya. Ia harus dikontrol dengan ketat . Lengah sedikit maut mengintai. Setidaknya, hipertensi bisa menyebabkan Stroke ringan (Lumpuh) atau bahkan stroke berat (koma dan kematian). Gawatnya lagi hipertensi ternyata juga mengusik kondisi kejiwaaan penderitanya. Serta bisa menyebabkan penderitanya dililit Demensia atau lupa ingatan. (Muhammadun AS 2010) Dr. Hananto (2008) menjelasakan hipertensi yang tidak terkontol dapat menimbulkan berbagai komplikasi salah satunya dapat menyebabkan rusaknya pembuluh darah yang mengalirkan darah ke alat kelamin pria sehingga bisa terjadi impotensi seumur hidup pada penderitanya. (Muhammadun AS 2010)
16
Dengan demikian masyarakat
harus mengetahui apa yang disebut
hipertensi atau tekanan darah tinggi tersebut. Hipertensi atau tekanan darah merupakan tekanan darah yang melebihi normal atau mempunyai tekanan sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg (Rokhaeni H, 2002). Hipertensi disebut juga "The Sill ent Disease" karena tidak menunjukkan tanda-tanda yang dapat dilihat dari luar oleh karena itu salah satu cara mendeteksi adalah dengan memeriksakan diri secara teratur (Purwati, Saliman, Rahayu, 2004). Berdasarkan fenomena diatas upaya pencegahan dan penanggulangan hipertensi melalui pola makan sangat penting seperti dengan mengurangi konsumsi lemak, mengurangi garam mengurangi kalori bagi penderita yang obesitas, dan makan makanan yang tinggi serat. Seperti dengan diet rendah garam menurunkan tekanan darah yang bila seseorang mengkonsumsi garam yang berlebihan selama bertahun-tahun dapat meningkat tekanan darah karena meningkatkan kadar natrium dalam sel-sel otot halus pada dinding akteri. Kadar natrium yang tinggi memudahkan masuknya kalsium dalam sel dan hal ini menyebabkan kontraksi pembuluh darah menyempit sehingga tekanan meningkat dan timbul hipertensi. (Beevers.D.G. 2002). Berdasarkan hasil laporan Tahunan tahun 2009 hipertensi masih menjadi atau masuk kedalam 10 penyakit terbanyak di wilayah kerja puskesmas Lapai berdasarakan studi yang dilakukan saat melaksanakan praktek komunitas di puskesmas lapai Padang diketahui dari 10 klien hipertensi yang yang datang bekunjung dan dilakukan pemerikasaan tekanan darah lebih dari 50 % klien
17
tersebut tekanan darahnya mengalami kenaikan . dan belum diketahui gagaimana pola makannya , sehingga perlu dikaji pola makan yang selama ini telah dilakukan oleh klien. Serta hal yang mempengaruhi pola makan tersebut. Beradasarkan survei awal diatas , peneliti sangat tertarik melakukan penelitian tentang hubungan antara Pendidikan dan Pekerjaan klien Hipertensi dengan penatalaksanaan terapi diet di wilayah kerja Puskesmas Lapai Padang.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka dapat diambil suatu rumusan mengenai apakah ada hubungan antara Pendidikan dan Pekerjaan klien Hipertensi dengan penatalaksanaan terapi diet diwilayah kerja Puskesmas Lapai Kecamatan Nanggalo Padang 2010.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1
Tujuan Umum Mengetahui Hubungan antara Pendidikan dan Pekerjaan klien Hipertensi
dengan penatalaksanaan terapi diet diwilayah kerja Puskesmas lapai kecamatan Nanggalo Padang 2010. 1.3.2
Tujuan Khusus
1.3.2.1 Diketahuinya gambaran klien penyakit hipertensi
berdasarkan tingkat
Pendidikan klien 1.3.2.2 Untuk mengetahui distrubusi frekuensi klien hipertensi berdasarkan Pekerjaan klien
18
1.3.2.3 Untuk mengetahui distrubusi frekuensi penatalaksanaan diet pada klien hipertensi 1.3.2.4 Untuk
mengetahui
hubungan
tingkat
pendidikan
klilen
dengan
penatalaksanaan terapi diet hipertensi 1.3.2.5 Untuk mengetahui hubungan pekerjaan klien dengan penatalaksanaan terapi diet hipertensi
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1
Penulis dapat
memperoleh
pengalaman nyata dalam
melaksanakan aplikasi riset keperawatan tentang hubungan pendidikan dan pekerjaan klien hipertensi dengan penatalaksanaan terapi diet. 1.4.2
Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang
penyakit Hipertensi. 1.4.3
Data dan hasil yang diperoleh dapat menjadi acuan dasar
untuk peneliti menyangkut hipertensi selanjutnya. 1.4.4
Masyarakat dapat mengetahui pengelolaan secara mandiri
melalui pola makan yang benar penderita hipertensi dapat menurunkan tekanan darah dan memelihara kestabilan tekanan darah.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian Berdasarakan latar belakang maka penelitian akan dilaksanakan di Wilayah kerja Puskesmas Lapai Padang, terhadap para klien hipertensi yang
19
datang berkunjung ke Puskesmas Lapai . Adapun variabel yang akan diteliti yakni Pendidikan dan pekerjaan dengan penatalaksanaan terapi diet hipertensi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Pendidikan Pendidikan
merupakan
bagian
hakiki
dari
kehidupan. Pendidikan
merupakan usaha manusia dan masyarakat untuk menjawab tantangan kehidupan. Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Notoatmodjo, 2003). Menurut Syaifudin (2007), pengertian pendidikan adalah upaya yang dapat mempercepat pengembangan potensi manusia yang mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena hanya manusia yang dapat dididik dan mendidik. Pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan fisik, mental, emosional, moral, serta keimanan dan ketakwaan manusia. 2.1.1
Unsur-unsur Pendidikan
Unsur-unsur pendidikan menurut Notoatmodjo (2003) yaitu: 1) Input adalah sasaran pendidikan diantaranya individu, kelompok, dan masyarakat,sedangkan pendidikan merupakan pelaku pendidikan.
20
2) Proses adalah upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain. 3) Output adalah melakukan apa yang diharapkan atau perilaku.
2.1.2
Tingkat Pendidikan
Menurut Notoatmodjo (2003), tingkat atau jenjang pendidikan terdiri atas: 2.1.3.1 Pendidikan Tinggi Yang dilihat berdasarkan tingkat pendidikan tinggi adalah tamat/ tidak tamat Perguruan tinggi, tamat/ tidak tamat SMA dan sederajat. 2.1.3.2 Pendidikan Rendah Yang termasuk berpendidikan rendah adalah tidak sekolah, tamat/ tidak tamat SD, tamat/ tidak tamat SMP dan sederajat.
2.2
Pengertian Pekerjaan Pekerjaan adalah tugas atau rutinitas yang dilakukan setiap hari , dimana
tugas yang dilakukan juaga dijadikan sebagai penghidupan dan dilakukan untuk mendapatkan nafkah. jenis lapangan pekerjaan mempunyai hubungan erat dengan status ekonomi individu , keluarga dan masyarakat (Notoatmodjo.2003) Berkerja adalah kegiatan melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh penghasilan paling sedikit selama satu jam dalam seminggu.(Notoatmodjo.2003)
2.3
Pengertian Hipertensi
21
Hipertensi adalah tekanan sistolik lebih atau sama dengan 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih atau sama dengan 90 mmHg atau bila pasien memakai obat anti hipertensi (Mansjoer A, 1999). Menurut JNC VI hipertensi adalah kenaikan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (Rokhaeni H, 2002) Menurut WHO (1987) batas tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah yang sama dengan atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi (Suyono, 2001). 2.4
Fisiologi Hipertensi dapat terjadi jika kenaikan curah jantung dan tekanan perifer
total, dan disebabkan juga oleh meningkatnya kadar epineprin plasma, sehingga memberikan efek pada sistem kardiovaskuler, oleh karena itu akan terjadi perubahan fungsi pada sistem pengendalian darah karena tidak berfungsinya reflek baroreseptor atau reflek kemoreseptor, sehingga pusat vasomotor dibatang otak menjadi hiperaktif. Dan melalui saraf simpatis ke jantung dan di lain pihak pada pembuluh darah menyebabkan
perubahan diameter yang semakin
menyempit sehingga tekanan perifer meningkat. (Ibnu Mar’ud, 1992). 2.5
Penyebab Hipertensi Sampai saat ini penyebab hipertensi secara pasti belum diketahui dengan
jelas disebut dengan hipertensi primer dan terdapat 95% dari kasus hipertensi (Mansjoer A,1999). Namun beberapa ahli telah mengungkapkan ada 2 faktor yang mempermudah terkena hipertensi yaitu faktor yang dapat dikontrol dan faktor
22
yang tidak dapat dikontrol. Beberapa faktor yang tidak dapat dikontrol antara lain pertama adalah keturunan karena satunya menderita hipertensi mempunyai resiko lebih besar untuk menderita hipertensi. Kedua adalah jenis kelamin pada umumnya yang mudah diserang adalah kaum laki-laki dari pada wanita karena laki-laki mempunyai faktor resiko lebih banyak seperti stress, kelelahan, merokok dan lain-lain. Ketiga adalah umur pada umumnya terjadi pada pria terjadi diatas usia 31 tahun, sedang pada wanita terjadi setelah umur 45 tahun. (Purwati, Saliman, Rahayu, 2004). Sedangkan faktor yang dapat dikontrol pada umumnya berhubungan dengan gaya dan pola makan yaitu pertama kegemukan, dari hasil penelitian orang yang gemuk lebih mudah terkena hipertensi. Faktor yang kedua adalah kurang olah raga yang umumnya cenderung mengalami kegemukan, dan kegemukan dan dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah. Faktor yang ketiga yaitu merokok dan mengkonsumsi alkohol karena nikotin dalam rokok dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh dan pengapuran dalam dinding pembuluh darah, sehingga dapat meningkatkan tekanan darah. Sedangkan alkohol dapat
meningkatkan sinteris katekolamin dan
katekolamin dalam jumlah besar dapat memicu
tekanan darah. Faktor yang
keempat yaitu mengkonsumsi garam yang berlebihan karena selain dari garam dapur semua makanan mengandung garam dan diperkirakan ¼ sampai 1/3 dari garam yang dikonsumsi terdapat secara alamiah pada makanan itu sendiri. Selain konsumsi garam juga dapat diakibatkan dari konsumsi kolesterol dan lemak yang berlebihan (Purwati, Saliman, Rahayu, 2004).
23
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh adanya penyakit dan terjadi sekitar 5% kasus, hipertensi sekunder dapat diakibatkan oleh penggunaan
ekstrogen,
penyakit
ginjal,
hipertensi
vascular
renal,
hiperaldosteronisme, sindroma chusing, feokromasitoma koarctasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan (Manjoer A,1999). 2.6
Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO dalam buku ajar keperawatan kardiovaskuler seperti tabel
berikut : Tabel Klasifikasi Hipertensi menurut WHO Sistolik
Diastolik
Optimal
mmHg <120
mmHg <80
Normal
<130
<85
130-139
85-98
Derajat I
140-159
90-99
Derajat II
160-179
100-109
Katagori
High normal Hipertensi :
Derajat III >180 Sumber : Masjoer, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. 2.7
>110
Komplikasi Beberapa komplikasi atau efek samping dari hipertensi dapat terjadi
penyakit pembuluh darah atau stroke akibat tingginya tekanan darah yang membuat pergeseran dinding pembuluh darah otak kemudian pecah sehingga darah mengalir keluar dari pembuluh darah (Transient Ischaemic Atack/TIA). Penyakit jantung yaitu infart myocard, gagal jantung karena otot jantung dipaksa untuk bekerja berat untuk memompa darah, angina pectoris terjadi penyempitan
24
pembuluh darah akibat pengapuran sehingga aliran darah berkurang. Gagal ginjal yaitu kerusakan pembuluh darah ginjal akibat hipertensi menahun dan atherosclerosis. Sedangkan penyakit pada mata seperti adanya oedema pupil, penebalan retina dan pendarahan retina (Price A Sylvia, 1998). Tekanan darah pada kondisi tertentu dapat meningkat pada usia lanjut terutama pada usia 60 tahun keatas karena pada usia ini fungsi organ tubuh secara keseluruhan menurun terutama fungsi ginjal dan hati. Hipertensi pada kehamilan juga banyak terjadi yaitu menurut Eillen (1996) hipertensi mempengaruhi sekitar 10-25% pada wanita pertama kali hamil darahnya mencapai 140/110 termasuk ringan dan bila lebih dari 170/110 mmHg termasuk sedang dan bila lebih dari 170/110 mmHg termasuk berat. Hipertensi pada kehamilan perlu secepatnya diatasi untuk menghindari terjadinya komplikasi pada ibu dan janin (Purwati, Saliman, Rahayu, 2004). 2.8
Manifestasi Klinis Kebanyakan pasien yang menderita hipertensi tidak mempunyai keluhan,
tetapi beberapa pasien mengeluh sakit kepala, pusing, lemas, sesak nafas, kelelahan, kesadaran menurun, gelisah, mual, muntah, epistaxis, kelemahan otot, pandangan kabur dan perubahan mental (Rokhaeni, 2002). 2.9
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan secara cephalocaudal dimulai pengukuran berat
badan dan tinggi badan. Pemeriksaan mata yaitu pada retina dan pupil. Pemeriksaan pada leher meliputi pembendungan vena jugularis. Pemeriksaan paru-paru meliputi pernafasan yaitu irama, frekuensi, suara nafas, bunyi nafas
25
tambahan. Pemeriksaan jantung meliputi tekanan darah minimal diukur 2 kali dengan tenggang waktu 2 menit dalam posisi berbaring atau duduk dan posisi berdiri sekurang-kurangnya setelah 2 menit. Pengukuran sebaiknya dilakukan pada 2 sisi lengan dan jika nilainya berbeda maka nilai yang tertinggi yang diambil kemudian diperiksa juga mengenai denyut jantung, suara jantung, bising jantung. Pada abdomen diperiksa penunjang yang dilakukan pemeriksaan reflek dan adanya oedema (Rokhaeni, 2002). 2.10 Pemeriksaan Penunjang Pada pemeriksaan penunjang yaitu dilakukan pemeriksaan laboratorium dilakukan sebelum melakukan terapi bertujuan untuk menetukan adanya kerusakan organ dan faktor lain atau mencari penyebab hipertensi, biasanya urine analisa, pemeriksaan darah lengkap, kimia darah, klien kreatinin, protein urine 24 jam, asam urat, kolesterol LDL, TSH, ECG serta Eko Kardiografi (Mansjoer A. 1999). 2.11 Penatalaksanaan Hipertensi Tujuan pengobatan hipertensi adalah menurunkan tekanan darah dan secara langsung akan menurunkan morbilitas dan mortalitas. Pengobatan pada hipertensi ada 2 macam yaitu pengobatan farmakologis dan non farmakologis. Pengobatan non farmakologis antara lain perubahan gaya hidup meliputi perubahan pola makan seperti diet rendah garam, diet rendah kolesterol dan lemak terbatas diet tinggi garam (Purwati, Salinan Rahayu, 2004). Kemudian mengurangi konsumsi alkohol, berhenti merokok, mengurangi berat badan bagi penderita yang obesitas, meningkatkan aktivitas fisik, oleh raga
26
teratur, menghindari ketegangan, istirahat cukup, berdoa, selain dari segi nonfarmakologis pengobatan farmakologis juga dibutuhkan (Rokhaeni, 2002). 2.12
Pengertian Pola Makan Pola makan adalah cara-cara individu dan kelompok individu memilih,
mengkonsumsi dan menggunakan makanan yang tersedia, yang didasarkan faktorfaktor sosial dan budaya dimana mereka hidup. Pola makan tersebut akan dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain kebiasaan, kesenangan, agama, ekonomi, lingkungan sesuatu yang kompak yag dapat disebut sebagai pola konsumsi (Santoso, 1999). Dari pengertian tentang pola diet tersebut memerlukan landasan pengetahuan tentang makanan sehat bergizi dalam memenuhi konsumsi seharihari. khususnya bagi setiap individu pendidikan gizi sulit berhasil bila tidak disertai peningkatan pengetahuan mengenai sikap, kepercayaan, dan nilai dari masyarakat. Disamping itu makanan biasanya mempunyai hubungan dengan perasaan seseorang. Rasa suka akan suatu makanan terbentuk oleh rasa senang atau puas yang diperoleh pada saat makan makanan tersebut sebelumnya. Hal ini kemudian akan membentuk kebiasaan makan yaitu suatu pola perilaku konsumsi pangan yang terjadi berulang-ulang.
2.13 Pola Makan Pada Klien Hipertensi Upaya penanggulangan hipertensi melalui pengaturan makanan pada dasarnya dengan mengurangi konsumsi garam/diet garam rendah, diet rendah
27
lemak, dan diet rendah kalori bila obesitas serta diet tinggi serat (Purwati, Saliman, Rahayu, 2004).
2.11.1 Diet Rendah Garam Diet rendah garam mempunyai 2 tujuan yaitu pertama untuk menurunkan tekanan darah dan yang kedua untuk mencegah oedema dan penyakit jantung. Selain itu untuk menghilangkan retensi air atau garam dalam sehingga dapat menurunkan tekanan darah (Bagian Gizi RSCM dan persatuan ahli gizi Indonesia, 1999). Diet rendah garam dibagi dalam 3 kategori yaitu diet rendah garam I (200400 mg natrium), diet rendah garam II (600-900 mg natrium) dan diet rendah garam III (1000-1200 mg natrium). Dalam diet rendah garam, selain membatasi konsumsi garam dapur, juga harus membatasi sumber garam lainnya. Sumber garam lain antara lain makanan yang mengandung soda kue, baking powder, MSG (Mono Sodium Glutamat), pengawet makanan yang terdapat pada saos, kecap, jelly, selai serta makanan yang dibuat dari mentega, serta obat yang mengandung Natrium. Bagi penderita hipertensi biasakan dalam penggunaan obat dikonsultasikan dengan dokter terlebih dahulu. Secara umum penderita tekanan darah tinggi atau hipertensi yang sedang menjalani diet pantang garam harus memperhatikan beberapa hal antara lain jangan menggunakan garam dapur, baik untuk penyedap masakan atau dimakan langsung, hindari makanan yang diawetkan yang diolah menggunakan garam, hindari bahan makanan yang diolah dengan menggunakan bahan makanan atau
28
tambahan atau penyedap rasa seperti saos, batasi penggunaan penyedap rasa untuk menambah kelezatan makanan, hindari penggunaan baking soda atau obat-obatan yang mengandung sodium, batasi konsumsi bahan makanan hewani ataupun nabati yang tinggi kadar natriumnya, batasi minuman yang bersoda seperti cocacola, fanta, sprite (Purwati, Saliman, Rahayu, 2004).
2.11.2 Diet Rendah Kolesterol dan lemak Kolesterol merupakan bagian dari lemak dan didalam tubuh terdapat tiga bagian lemak yaitu kolesterol, trigliserida dan pospolipid. Tubuh memperoleh kolesterol dari makanan sehari dan hasil sintesis dalam hati. Sekitar 25-50% kolesterol yang dimakan dapat diabsorbsi oleh tubuh, selebihnya akan dibuang melalui faeces. Jika konsumsi kolesterol berlebihan penyerapan didalam tubuh juga meningkat. Dalam makanan lemak terdiri dari 2 macam lemak yaitu lemak jenuh dan tak jenuh. Lemak jenuh bersifat menaikan kadar kolesterol dan trigliserida darah. Lemah jenuh banyak terdapat pada makanan yang berasal dari hewan dan sebagian kecil tumbuh-tumbuhan. Lemak tak jenuh cenderung menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida darah dan banyak terdapat pada tumbuh-tumbuhan seperti minyak kedelai dan lain-lain . (Purwati, Saliman, Rahayu, 2004).
2.11.3 Diet Tinggi Serat
29
Serat dikenal ada 2 macam yaitu serat kasar dan serat makanan. Serat kasar terdapat pada buah dan sayuran, serat makanan terdapat pada selain buah dan sayuran serta umbi-umbian. Menurut Purwati, Saliman, Rahayu (2004) bahwa dokter ahli serat makanan, Dr. James A. dari Amerika Serikat mengungkapkan bahwa serat kasar dapat mencegah tekanan darah tinggi, serat ini akan mengikat kolesterol maupun asam empedu dan membuangnya melalui faeces, keadaan ini dapat dicapai jika makanan yang dikonsumsi mengandung serat cukup tinggi. Berdasarkan
hal diatas penderita hipertensi dianjurkan setiap hari
mengkonsumsi makanan tinggi serat antara lain golongan buah-buahan, golongan sayuran segar. Karena pemberian makan yang masih segar seperti buah dan sayuran segar dapat menganti kalium yang banyak keluar akibat pemberian diuretik (Courtney M 1997). Selain itu dapat juga diberikan golongan protein nabati, susu tanpa lemak dan makanan lain seperti agar-agar dan rumput (Purwati, Saliman,Rahayu, 2004).
2.11.4 Diet Kalori Untuk penderita hipertensi yang mempunyai berat 60 dan berat badan diatas normal dianjurkan untuk menurunkan berat badannya dengan pembatasan kalori dan perlu diperhatikan masukan kalori dikurangi 25% dari kebutuhan energi atau 500 kalori untuk penurunan 500 gram / ½ kg berat badan perminggu, menu makanan harus seimbang dan memenuhi zat gizi seperti protein, vitamin dan
30
mineral, selain itu perlu melakukan aktivitas olah raga ringan. (Purwati, Saliman,Rahayu, 2004)
`
2.11.5 Daftar diet rendah garam Daftar Diet Rendah Garam menurut bagian gizi RSCM dan Persatuan Ahli Gizi Indonesia, 1999. Tabel Daftar Diet Rendah Garam Daftar Diet Rendah Garam Keterangan 1. Diet rendah garam I Dalam masakan pada diet rendah garam (200-400 mg Natrium )
I tidak ditambahkan garam dapur, dan makanan tinggi natrium dihindarkan, makanan ini diberikan kepada penderita hipertensi berat, oedema, ascites
2.
Diet rendah garam
II (600-800 mg Natrium)
Dalam
pemasakan
diperbolehkan
menggunakan ¼ sendok teh/1 gram garam dapur, bahan makanan tinggi natrium di hindarkan, makanan ini diberikan kepada penderita hipertensi sedang.
3.
Diet rendah garam
III ( 1000-1200 mg Natrium )
Dalam
pemasakan
dibolehkan
menggunakan ½ sendok teh/2 garam dapur makanan ini diberikan kepada penderita hipertensi ringan.
31
Sumber: Penuntun Diet Menurut Bagian Gizi RSCM dan Persatuan Gizi Indonesia, 2006.
2.11.6 Daftar makanan untuk penderita hipertensi Makan yang tidak diperbolehkan dan dibatasi pada penderita hipertensi menurut bagian Gizi RSCM dan Persatuan Ahli Gizi Indonesia 1999. Tabel I Makanan yang Dianjurkan No Gol bahan makanan 1 Sumber karbohidrat
Dianjurkan Beras, kentang,singkong,terigu,tapioka, gula dan makanan yang diolah dari bahan makanan tersebutdiatas tanpa garam dapur dan soda seperti: mie Bihun
2
Sumber protein hewani
Daging dan ikan maksimal 100 gr sehari. Telur maksimal 1 butir sehari
3
Sumber protein Nabati
Semua kacang-kacangan yang hasilnya diolah dan dimasak tanpa garam dapur.
4
Sayuran
Semua syuran segar , dan sayur yang diawetkan tanpa garamdapur dan Natrium Benzoat
5
Buah-buahan
Semua buah-buahan yang segar dan yang diawetkan tanpa garam dapur dan natrium benzoat
6
Lemak
Minyak goreng, margarin dan mentega tanpa garam
7
Bumbu
Semua bumbu kering yang tidak mengandung
32
garam dapur dan natrium lainnya. Sumber : Penuntun Diit menurut bagian Gizi RSCM dan Persatuan Ahli Gizi Indonesia, 2006.
Tabel II Makanan yang Dibatasi No Gol bahan makanan 1 Sumber karbohidrat
Tidak dianjurkan Roti,biskuit dan kue-kue yang dimasak dengan garam dapur dan/atau baking powder dan soda
2
Sumber protein hewani
Otak, ginjal, lidah, sarden, susu dan telur yang diawetkan dengan garam dapur seperti : daging asap,dendeng, ikan asin.
3
Sumber protein nabati
Keju, kacang tanah dan semua kacan yang diolah dengan garam dapur
4
Sayuran
Sayuran yang dimasak dan diawetkan dengan garam dapur dan natrium benzoat.
5
Buah-buahan
Buah buahan yang diawetkandengan garam
6
Lemak
Margarin dan mentega biasa
7
Bumbu
Garam dapur, baking powder,soda kue, vetsin dan bumbu yang mengandung garamseperti :
kecap, terasi,petis, dan tauco Sumber : Penuntun Diit menurut bagian Gizi RSCM dan Persatuan Ahli Gizi Indonesia, 2006. 33
2.14 Kerangka Konsep Menurut Lawrence W. Green , prilaku kesehatan manusia dipengaruhi beberapa
faktor
diantaranya
faktor
predisposisi
yang
berwujud
dalam
pengetahuan, pendidikan , tingkat ekonomi keluarga umur dan pekerjaan , serta faktor pendukung yang berwujud dalam lingkungan fisik ( tersedia/tidaknya fasilitas kesehatan) serta terwujudnya dalam sikap dan prilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya ( Notoadmojo : 2003) Penelitian ini hanya terbatas pada dua faktor Predisposisi. Sesuai dengan tujuan penelitian maka hal yang menjadi perhatian dalam penelitian dapat di gambarkan dalam kerangka konsep di bawah ini :
Variabel Independen
Variabel Dependen
Pendidikan Penatalaksanaan Terapi Diet Hipertensi Pekerjaaan
34
2.15 Defenisi Operasional Variabel Pendidikan
Defenisi Operasional Jalur pendidikan
Cara ukur Dengan
Klien
formal yang
mengisi
terakhir diperoleh
angket
oleh para penderita
yang telah
hipertensi
disediakan
Alat Hasil Ukur Skala Ukur Ukur Kuesioner • Tinggi bila > Ordinal SMA • Rendah bila < SMP
diwilayah kerja Pekerjaan Klien
puskesmas lapai Kegiatan rutin
Dengan
yang dilakukan
•
Berkerja
mengisi
•
Tidak
oleh para klien
angket
berkerja
hipertensi
yang
diwilayah kerja
disediakan
Kuesioner
Nominal
puskesmas lapai untuk menambah penghasilan keluarga meliputi , pekerjaan kantor, petani dan wiraswasta. Penatalaksanaan Tindakan yang
Dengan
Kuesioner
•
Melaksan Nominal
terapi diet
dilkukan oleh klien mengisi
akan diet jika
hipertensi
hipertensi untuk
angket
=100%
mengontrol pola
yang
•
35
Tidak
makan sehingga
disediakan
melaksanakan
dapat mengotrol
diet
tekanan darahnya.
100%
jika
2.16 Hipotesa Ha = Ada hubungan pendidikan klien hipertensi dengan penatalaksanaan terapi diet hipertensi Ha = Ada hubungan pekerjaan klien hipertensi dengan penatalaksanaan terapi diet hipertensi
36
<
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan mengetahui hubungan pendidikan dan pekerjaan Klien hipertensi dalam penatalaksanaan terapi diet.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 17 Mei s/d 05 Juni 2010
di
wilayah kerja Puskesmas Lapai Kecamatan Nanggalo Padang.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Yaitu keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi penelitian ini adalah seluruh Klien Hipertensi yang berada di wilayah kerja Puskesmas Lapai padang yang berjumlah ± 640 orang 3.3.2 Sampel
37
Yaitu sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006), pengambilan sampel dilakukan secara concecutive sampling, yaitu cara pengambilan sampel yang memenuhi kriteria penelitian sampai kurun waktu tertentu (Saryono, 2009). Sampel dalam penelitian ini adalah Klien Hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Lapai yang Berjumlah
10-15% dari total populasi disini peneliti
mengambil 10% dari jumlah populasi yakni 64 orang. Adapun sampel tersebut harus berdasarkan pada kriteria inklusi yaitu : -
Klien hipertensi yang datang ke Puskesmas Lapai
-
Bersedia menjadi responden
-
Berada dalam keadaan sadar dan penuh kooperatif
3.4 Teknik Pengumpulan Data 3.4.1 Data primer Data yang diperoleh langsung dari responden melalui pengisian kuesioner oleh responden, sebelum pengisian peneliti menjelaskan dulu tujuan dari penelitian dan tata cara pengisian kuesioner tersebut, data yang didapat dari responden yakni data tentang Pendidikan, pekerjaan dan umur serta tindakan penatalaksanaan terapi diet. 3.4.2 Data sekunder Data sekunder merupakan data yang didapatkan peneliti dari Dinas Kesehatan, Puskesmas, Kecamatan dan buku sumber data tersebut berupa teori
38
tentang penatalaksanaan hipertensi, teori tentang pendidikan dan pekerjaan, serta dari puskesmas didapatkan jumlah populasi klien hipertensi yakni 640 orang
3.5 Teknik Pengolahan dan Analisa Data 3.5.1 Teknik Pengolahan Data Setelah data dikumpulkan, langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan data sehingga jelas sifat-sifat yang dimiliki. Langkah-langkah pengolahan data tersebut adalah: 3.5.1.1 Editing (Pengolahan Data) Melakukan pemeriksaan terhadap kuesioner yang telah diisi oleh reponden sebelum dimasukkan kedalam master tabel. 3.5.1.2 Coding (Pengkodean) Melakukan pengkodean terhadap data yang sudah dikumpulkan : - Pendidikan ; Tinggi > SMA (2) dan Rendah < SMA (1) - Klien yang berkerja diberi kode (2) dan yang tidak (1) - Klien yang melakukan tindakan Penatalaksanaan terapi diet diberi kode (2) dan yang tidak (1) 3.5.1.3 Entry (Pemasukan Data) Memasukkan data kedalam master tabel dan mengolahnya dengan Komputer. 3.5.1.4 Cleaning (Pembersihan Data)
39
Memastikan kebenaran data yang dimasukan ke komputer dengan mengoreksi kembali data yang telah ada di dalam komputer dengan data yang ada pada kuesioner penelitian , setelah data akurat kemudian data dapat dianalisa.
3.5.2Analisa Data 3.5.2.1 Analisa Univariat Melihat
distribusi frekuensi masing- masing variabel yaitu variabel
independen (Pendidikan Dan Pekerjaan), dan variabel dependen ( Penatalaksanaan Terapi Diet Hipertensi ). Untuk mengetahui persentasenya
digunakan rumus
menurut Arikunto, 2002 yaitu : P=
F x 100% N
Ket: P : Persentase F : Frekuensi sample N : Jumlah/ seluruh item (nilai) a. Tingkat Pendidikan Dari hasil penelitian didapatkan 10 orang berpendidikan tinggi dan 54 orang berpendidikan rendah P=
10 x100 64
P = 15,6 %
P=
54 x100 64
P = 84,4 %
40
Persentase responden berpendidikan tinggi adalah sebaayak 10 orang ( 15,6% ) dan rendah sebanyak 54 orang ( 84,4 % )
b. Kategori Pekerjaan Dari hasil penelitian didapatkan 10 orang reponden Berkerja dan 54 orang Tidak Berkerja P=
10 x100 64
P = 15,6 %
P=
54 x100 64
P = 84,4 %
Persentase Responden yang berkerja adalah sebaayak 10 orang ( 15,6% ) dan tidak berkerja sebanyak 54 orang ( 84,4 % ) c. Penatalaksanaan Terapi Diet Dari hasil penelitian didapatkan 51 orang reponden melaksanakan tindakan penatalaksanaan terapi diet dan 54 orang tidak melaksanakan tindakan penatalaksanaan terapi diet P=
54 x100 64
P = 79,7 %
P=
13 x100 64
P = 20,3 %
Persentase Responden yang berkerja adalah sebaayak 51 orang ( 79,7 % ) dan tidak berkerja sebanyak 13 orang ( 20,3 % )
41
3.5.2.2 Analisa Bivariat Melihat hubungan dua variabel antara variabel independen dan dependen. Pengolahan dilakukan dengan
Komputerisasi menggunakan SPSS 15 uji chi
square dengan batas kemaknaan a = 0,05 dan derajat kepercayaan 95%. Dari hasi pengolahan didapatkan nilai E kecil dari 5 sehingga dibaca fisher Exact. Dengan nilai P velue = 0,672 pada hubungan antara Pendidikan dengan penatalaksanaan terapi diet dan 0,10 pada Hubungan antara Pekerjaan dengan penatalaksanaan terapi diet sehingga tidak ada hubungan yang bermakna antara Variabel Independen dan Dependen
42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian Puskesmas lapai terletak terletak di kecamatan nanggalo dan wilayah kerja sebanyak 3 kelurahan yaitu: a. Kelurahan Kampung lapai b. Kelurahan kampung olo c. Kelurahan Tabiang Banda Gadang Luas wilayah kerja ini (3 kelurahan) kelurahan lebih kurang 2000 km2 dengan memiliki batas wilayah dimana: 1. Sebelah utara berbatas dengan Kelurahan Kurao Pagang an Kelurahan Surau Gadang Kecamatan Nanggalo 2. Sebelah Selatan berbatas dengan Kecamatan Padang Utara. 3. Sebelah Barat berbatas dengan Kelurahan Gurun Lawas dan Kelurahan Surau Gadang Kecamatan Nanggalo.
43
4. Sebelah Timur Berbatas dengan Kecamtan Padang Utara Data kependudukan Kecamatan nanggalo sebagai wilayah kerja puskesmas lapai sebagai berikut: 1. Jumlah penduduk
: 22.991 orang
2. Jumlah KK
: 4.580 KK
3. Jumlah bayi
: 490 orang
4. Jumlah Bumil
: 539 orang
5. Jumlah balita
: 2.391 orang
6. Jumlah Buteki
: 980 orang
7. Jumlah PUS
: 3.448 orang
8. Jumlah KK miskin
: 3.255 KK
Sarana kesehatan lainnya yang ada di wilayah kerja Puskesmas lapai yaitu: 1. Posyandu
: 17 buah
2. Posyandu lansia
: 8 buah
3. Praktek Dokter
: 3 orang
4. Bidan praktek swasta
: 5 orang
5. Klinik 24 jam
: 1 buah
6. PKB dan sub PKB
: 17 orang
7. Kader aktif
: 69 0rang
8. Tenaga Puskesmas
: 28 orang
44
4.2 Hasil Penelitian Dari pengumpulan data yang dilakukan mulai pada tanggal 17 Mei 2010 s/d 05 Juni 2010 dengan jumlah responden 64 orang di Wilayah Kerja Puskesmas Lapai Kecamatan Nanggalo Padang Tahun 2010. Data dikumpulkan melalui Angket dalam bentuk kuosioner tentang Hubungan pendidikan dan pekerjaan klien hipertensi dengan penatalaksanaan terapi diet, setelah data dikumpulkan kemudian diolah dan didapatkan hasil sebagai berikut.
4.2.1
Analisa Univariat 45
4.2.1.1 Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan Tabel 4.1 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikann di Wilayah Kerja Puskesmas Lapai Kecamatan Nanggalo Padang Tahun 2010 No 1 2
Kategori Pendidikan Tinggi Rendah Jumlah
F 10 54 64
% 15,6 84,4
100
Dari tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa dari 64 orang responden 54 (84,4%) berpendidikan rendah.
4.2.1.2 Karakteristik Responden Menurut Pekerjaan Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan di Wilayah kerja Puskesmas Lapai Kecamatan Naggalo Padang tahun 2010 No 1 2
Kategori Pekerjaan Berkerja Tidak Berkerja Jumlah
F 10 54 64
% 15,6 84,4
100
Dari tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa dari 64 orang responden 54 (84,4 %) responden tidak berkerja.
4.2.1.3 Karakteristik Responden Menurut Penatalaksanaan Terapi Diet
46
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasrakan Tindakan Penatalaksanaan Terapi Diet di wilayah kerja Puskesmas Lapai Kecamatan Naggalo Padang tahun 2010 No 1 2
Penatalaksanaan Terapi diet Melakukan Tidak Melakukan Jumlah
F 51 13 64
% 79,7 20,3 100
Dari tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa dari 64 orang responden 51 (79,7 %) orang responden melakukan tindakan penatalaksanaan diet.
4.2.2
Analisa Bivariat
4.2.2.1 Hubungan Pendidikan dengan Penatalaksanaan terapi diet Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Dengan Penatalaksanaan terapi diet Diwilayah kerja Puskesmas Lapai Kecamatan Nanggalo Padang Tahun 2010 No 1 2
Pendidikan Tinggi Rendah Jumlah
Penatalaksanaan terapi Diet Melakukan Tidak Melakukan F % F % 9 90 1 10 42 77,8 12 22,2 51 79,7 13 20,3
Jumlah F 10 54 64
% 100 100 100
Berdasarkan tabel 4.4 diatas didapatkan hasil penelitian bahwa tindakan penatalaksanaan terapi diet banyak dilakukan oleh responden yang tingkat pendidikanya tinggi yaitu 90 % dibandingkan dengan responden yang tingkat pendidikanya rendah yaitu 77,8 %
47
4.2.2.2 Hubungan Pekerjaan dengan Penatalaksanaan Terapi diet Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan dengan Penatalaksanaan Terapi diet diwilayah kerja Puskesmas Lapai Kecamatan Nanggalo Padang tahun 2010 No
Pekerjaan
1 2
Berkerja Tidak Berkerja Jumlah
Penatalaksanaan Terapi Diet Melakukan Tidak Melakukan F % F % 8 80 2 20 43 79,6 11 20,4
F 10 54
% 100 100
51
64
100
79,7
13
20,3
Jumlah
Berdasarkan tabel 4.5 diatas didapatkan hasil penelitian bahwa tindakan penatalaksanaan terapi diet banyak dilakukan oleh responden yang berkerja yaitu 80 % dibandingkan dengan responden yang tidak berkerja yaitu 79,6 %.
4.3 Pembahasan 4.3.1
Analisa Univariat
48
4.3.1.1 Tingkat Pendidikan Responden Dari tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa dari 64 orang responden (84,4 %) berpendidikan rendah. Tingkat pendidikan adalah suatu tahap dalam pendidikan berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan para peserta didik serta keluasan dan kedalaman bahan pengajaran. Menurut ketentuan umum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang (UU SPN No. 2 tahun 1989. Bab I Ps.I). Jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah dan Pendidikan Tinggi (UU No. 2 tahun 1989, Bab V Pasal 12 ayat 1). Pendidikan penduduk merupakan cerminan dari kualitas sumber daya manusia atau produktivitas penduduk suatu daerah. Tingkat pendidikan penduduk juga menjadi gambaran tingkat kesejahteraan rakyat dilihat dari tinggi rendahnya pendidikan yang ditamatkan.
Dari hasil penelitian, diketahui responden yang memiliki tingkat pendidikan rendah pada umumnya bekerja sebagai ibu rumah tangga. Mereka tidak melanjutkan pendidikannya karena dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti keadaan status ekonomi, sosial budaya, lingkungannya dan keadaan geografis dari daerahnya. Seseorang yang berpendidikan tinggi belum menjamin mempunyai pemahaman dan sikap yang benar karena seseorang berpendidikan tinggi pada umumnya bekerja, sedangkan seseorang yang berpendidikan rendah belum tentu
49
punya pemahaman dan sikap yang salah karena seseorang yang berpendidikan rendah mungkin saja mendapat informasi dari pendidikan formal dan informal. Begitu halnya yang dialami oleh
reponden dalam penelitian ini
kebanyakan dari mereka memperoleh pengetahuan dan pendidikan informal dari para petugas kesehatan yang melakukan penyuluhan. Dan dengan seiring berkembangnya teknologi informasi sebagian besar responden dalam penelitian ini mengatakan bahwa mereka banyak mengetahui masalah-masalah kesehatan dari televisi radio, majalah dan koran. Menurut Notoatmodjo (2003).Pendidikan merupakan bagian hakiki dari kehidupan. Pendidikan merupakan usaha manusia dan masyarakat untuk menjawab tantangan kehidupan. Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Notoatmodjo, 2003). Dari tabel 4.1 diatas juga dapat dilihat bahwa dari 64 orang responden 15,6 % berpendidikan tinggi. Umumnya reponden yang berpendidikan tinggi ini memiliki pekerjaaan dan bukan berarti mereka lebih tahu tentang penatalaksaan diet hipertensi karena dari wawancara yang peneliti lakukan terhadap responden yang memiliki pendidikan tinggi dan rendah di dapatkan bahwa rata-rata dari mereka sama-sama memiliki pengethuan yang sama dalam hal penatalakasanaan diet hipertensi. Menurut Syaifudin (2007),
pendidikan adalah upaya yang dapat
mempercepat pengembangan potensi manusia yang mampu mengemban tugas
50
yang dibebankan padanya, karena hanya manusia yang dapat dididik dan mendidik. Pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan fisik, mental, emosional, moral, serta keimanan dan ketakwaan manusia.
4.3.1.2 Pekerjaan Responden Dari tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa dari 64 orang responden (84,4 %) responden tidak berkerja. Berdasarkan analisa dari hasil penelitaian diadapatkan bahawa penyebab dari bayaknya responden yang tidak memiliki pekerjaan adalah karena faktor usia, karena kebanyakan dari responden sudah tergolong kedalam kelompok umur lansia. Dan dari penuturan beberapa orang responden mengatakan bahwa mereka tidak berkerja karena sibuk mengurus cucunya dan kelemahan fisik yang disebabkan karena bertambahnya usia. Menurut Notoatmodjo (2003) Pekerjaan adalah tugas atau rutinitas yang dilakukan setiap hari , dimana tugas yang dilakukan juaga dijadikan sebagai penghidupan dan dilakukan untuk mendapatkan nafkah. jenis lapangan pekerjaan mempunyai hubungan erat dengan status ekonomi individu , keluarga dan masyarakat.
51
Dari tabel 4.2 diatas juga dapat dilihat bahwa dari 64 orang responden 15,6 % responden berkerja. Dari pengamatan dan melihat hasil pengisian angket Kebanyakan dari reponden yang berkerja ini adalah responden yang masih memiliki fisik yang masih kuat dan responden yang masih mempunyai tanggungan seperti : anak yang masih sekolah atau kuliah. Umumnya pekerjaan responden yang berkerja tersebut adalah pedagang dan ada juga yang berwiraswasta. Berkerja
adalah
kegiatan
melakukan
pekerjaan
dengan
maksud
memperoleh penghasilan paling sedikit selama satu jam dalam seminggu. (Notoatmodjo.2003)
4.3.1.3 Penatalaksanaan Terapi diet hipertensi Dari tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa dari 64 orang responden 79,7 % responden melakukan tindakan penatalaksanaan diet Penatalaksanaan terapi diet merupakan tindakan yang dilkukan oleh klien hipertensi untuk mengontrol pola makan sehingga dapat mengotrol tekanan darahnya. Bayaknya responden yang melakukakan tindakan penatalaksanaan terapi diet hipertensi menurut peneliti tidak terlepas dari peran aktif yang dilakukan oleh puskesmas lapai terkhusus pada Pokja Lansia yang giat melakukan Posyandu Lansia, penyuluhan tentang hipertensi baik kelompok maupun individu, Tujuan pengobatan hipertensi adalah menurunkan tekanan darah dan secara langsung akan menurunkan morbilitas dan mortalitas. Pengobatan pada hipertensi
52
ada 2 macam yaitu pengobatan farmakologis dan non farmakologis. Pengobatan non farmakologis antara lain perubahan gaya hidup meliputi perubahan pola makan seperti diet rendah garam, diet rendah kolesterol dan lemak terbatas diet tinggi garam (Purwati, Salinan Rahayu, 2004). Kemudian mengurangi konsumsi alkohol, berhenti merokok, mengurangi berat badan bagi penderita yang obesitas, meningkatkan aktivitas fisik, oleh raga teratur, menghindari ketegangan, istirahat cukup, berdoa, selain dari segi nonfarmakologis pengobatan farmakologis juga dibutuhkan (Rokhaeni, 2002). Dari tabel 4.3 diatas kita juga dapat melihat bahwa dari 64 orang responden 20,3 % responden tidak melakukan tindakan penatalaksanaan diet. Dari analisa yang dilakukan penyebab 20, 3 % reponden tidak melakukan tindakan penatalaksanaan terapi diet adalah dikarenakan kebayakan dari responden yang tidak melaksanakan penatalaksanaan terapi ini adalah reponden yang masih mempunyai pekerjaan tetap, mereka berpendapat bahwa kalau mereka mealsanakan penatalaksanaan terpi misalnya mengurangi konsumsi garam, maka mereka merasa tidak bersemnagat dalam melaksanakan rutinitas mereka sehingga hal ini dapat berpengaruh pada penghasilan dan juga penyakit hipetensi yang dialaminya.
4.3.2
Analisa Bivariat
4.3.2.1 Hubungan Pendidikan dengan Penatalaksanaan terapi diet Berdasarkan tabel 4.4 diatas didapatkan hasil penelitian bahwa tindakan penatalaksanaan terapi diet banyak dilakukan oleh responden yang tingkat
53
pendidikanya tinggi yaitu 90 % dibandingkan dengan responden yang tingkat pendidikanya rendah yaitu 77,8 %. Setelah dilkukan Uji Statistic Chi-Square didapatkan hasil bahwa nilai p velue =0,672 ( > 0,05 ) sehingga tidak
terdapat hubungan bermakna antara
pendidikan klien hipertensi dengan Tindakan penatalaksanaan terapi diet hipertensi, Ha ditolak dan Ho diterima. Tidak terdapatnya hubungan bermakna antara pendidikan dengan tindakan penatalaksanaan terapi diet dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa pada tingkat pendidikan rendah ada responden yang melakukan tindakan penatalaksanaan terapi diet hipertensi. Seseorang yang berpendidikan tinggi belum menjamin mempunyai pemahaman dan sikap yang benar karena seseorang berpendidikan tinggi pada umumnya bekerja, sedangkan seseorang yang berpendidikan rendah belum tentu punya pemahaman dan sikap yang salah karena seseorang yang berpendidikan rendah mungkin saja mendapat informasi dari pendidikan formal dan informal Menurut peneliti tidak berpengaruhnya tingkat pendidikan formal responden terhadap tindakan penatalaksanaan terapi diet mungkin disebabkan karena Seseorang yang berpendidikan tinggi belum tentu mempunyai pemahaman dan sikap yang benar karena seseorang berpendidikan tinggi pada umumnya bekerja, sedangkan seseorang yang berpendidikan rendah belum tentu punya pemahaman dan sikap yang salah karena seseorang yang berpendidikan rendah mungkin saja mendapat informasi dari pendidikan formal dan informal di lingkungannya.
54
Dari wawancara yang dilakukan terhadap beberapa orang responden baik yang memiliki tingkat pendidikan tinggi ataupun rendah mereka sama-sama melaksanakan penatalaksanaan diet hipertensi. Para responden juga mengatakan bahwa mereka mematuhi semua yang danjurkan petugas kesehatan dalam mengontrol hipertensi karena mereka tidak mau hipertensinya menimbulkan komplikasi yang tidak diinginkan, karena kalau sudah timbul komplikasi misalnya penyakit jantung ini akan menambah beban materil maupun moril baik responden maupun keluarganya.
4.3.2.2 Hubungan Pekerjaan dengan Penatalaksanaan Terapi diet Berdasarkan tabel 4.5 diatas didapatkan hasil penelitian bahwa tindakan penatalaksanaan terapi diet banyak dilakukan oleh responden yang berkerja yaitu (80 %) dibandingkan dengan responden yang tidak berkerja yaitu 79,6 %. Setelah dilkukan Uji Statistic Chi-Square didapatkan hasil bahwa nilai p velue = 0,10 ( > 0,05 ) sehingga tidak terdapat hubungan bermakna antara pekerjaan klien hipertensi dengan tindakan penatalaksanaan terpi diet hipertensi. Tidak terdapatnya hubungan bermakna anatara pekerjaan dengan tindakan penatalaksaaan terapi diet dapat dilihat dari hasil penelitian bahawa pada klien yang berkerja dan tidak berkerja sama-sama melakukan tindakan penatalaksanaan terapi diet Menurut peneliti tidak terdapatnya hubungan yang bermakna antara pekerjaan dan tindakan penatalaksanaan terpai diet di karenakan faktor dari penyakit klien itu sendiri, penyait hipetensi merupakan penyakit yang butuh
55
pengontrolan terhadap konsumsi makanan sehingga mau tak mau klien hipertensi yang berkerja atau tidak harus mengikuti atau melaksanakan penatalaksanan terapi diet
sehingga hipertensinya dapat terkontrol dan terhindar dari berbagai
komplikasi yang biasa di timbulkan. Menurut Notoadmojo (2003) lingkungan pekerjaan juga memberi dampak terhadap tingkah laku kesehatan seseorang seorang yang berkerja bukan berati tidak memiliki pola hidup yang tidak seahat seperti banyak anggapan orang bahwa kesibukan rutinitas akan membuat orang lalai dalam memikirkan kesehatannya misalnya konsumsi makannan berpengawet dan cepat saji, serta konsumsi alkohol dan cafein
56
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan 1. Sebagian besar 84,4 % responden dikategorikan berpendidikan rendah dan 77,8 %
responden yang berpendidikan rendah melakukan tindakan
penatalaksanaan diet hipertensi. 2. Sebagian besar 84.4 % responden tidak berkerja dan 79,6 % dari responden yang tidak berkerja melakukan tindakan penatalaksanaan terapi diet hipertensi. 3. Sebagian besar 79,7 % responden dikategorikan melakukan tindakan penatalaksanaan terapi diet hipertensi 4. Tidak terdapatnya hubungan bermakna antara pendidikan dengan tindakan penatalaksanaan terapi diet 5. Tidak terdapatnya hubungan bermakna antara pekerjaan dengan tindakan penatalaksanaan terapi diet
57
5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan yang didapat maka penulis menganjurkan beberapa saran sebagai berikut : 1.
Kepada petugas kesehatan dipuskesmas Lapai Kecamatan Naggalo
Padang khususnya pada bagian Pokja Lansia, pokja gizi dan terutama pokja Promosi Kesehatan diharapkan dapat mempertahankan apa yang telah dicapai dan
menguatkan lagi dalam memberikan penyuluhan
tentang hipertensi kepada masyarakat. 2.
Perlunya usaha dari berbagai pihak yaitu petugas kesehatan dan
peran serta dari kader-kader posyandu untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang dapat seoptimal mungkin terutama tentang penatalaksanaan hipertensi. 3.
Mengingat keterbatasan penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi
peneliti selanjutnya tentang penatalaksanaan terapi diet hipertensi.
58
DAFTAR PUSTAKA
Adib, M. 2009. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi Jantung dan Stroke. Yogyakarta : Dianloka Pustaka Anugrah, P.1999. Penerjemah J. Price Sylvia A.. Pathofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 4. Arikunto, S. 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : PT Rineka Cipta. AS, Muhammadun.2010. Hidup Bersama Hipertensi. Yogyakarta : In Books Irianto, Kus,dk. 2004. Gizi Dan Pola Hidup Sehat. Bandung :CV Yrama Widya. Hastono,S,Y.2006. Basic Data Analisis for Health Research Training, Jakarta : FKM UI. Masjoer, A, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : FKUI. Notoatmojo, S. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta. Notoatmojo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.
59
Ratri. Dyah. A . 2005. Pengaruh Tingkat Pendidikan Dan Pendapatan Wanita Terhadap Peranan Wanita Dalam Memelihara Kelestarian Lingkungan Hidup Di Desa Mojopuro Kecamatan Sumberlawang Kabupaten Sragen. Semarang : Universitas Negeri Semarang Rusdi,dk. 2009. Awas Anda Bisa Mati Cepat Akibat Hipertensi dan Diabetes. Yogyakarta : Power Books (IHDINA) Saryono.2009.Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendikia Press. Santoso,S. 2006. Menggunakan SPSS Untuk Statistik Parametrik. Jakarta : Gramedia Bagian Gizi RSCM dan Persatuan Ahli Gizi Indonesia, 1999. Penuntun Diit. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. STIKes Mercubaktijaya Padang.2009.Pedoman Penyusunan Dan Penulisan Karya Tulis Ilmiah .Padang : STIKes Mercubaktijaya Padang
60
HASIL PENGOLAHAN DATA
Frequencies Statistics
N
Valid Missing
Pendidikan klien hipertensi 64 0
Pekerjaan klien hipertensi 64 0
Penatalaksan aan terapi diet hipertensi 64 0
Frequency Table Pendidikan klien hipertensi
Valid
Rendah Tinggi Total
Frequency 54 10 64
Percent 84,4 15,6 100,0
Valid Percent 84,4 15,6 100,0
Cumulative Percent 84,4 100,0
Pekerjaan klien hipertensi
Valid
Tidak Berkerja Berkerja Total
Frequency 54 10 64
Percent 84,4 15,6 100,0
61
Valid Percent 84,4 15,6 100,0
Cumulative Percent 84,4 100,0
Penatalaksanaan terapi diet hipertensi
Valid
Frequency 13 51 64
Tidak Melaksanakan Melaksanakan Total
Percent 20,3 79,7 100,0
Valid Percent 20,3 79,7 100,0
Cumulative Percent 20,3 100,0
Crosstabs
Case Processing Summary
N Pendidikan klien hipertensi * Penatalaksanaan terapi diet hipertensi Pekerjaan klien hipertensi * Penatalaksanaan terapi diet hipertensi
Cases Missing N Percent
Valid Percent
Total N
Percent
64
100,0%
0
,0%
64
100,0%
64
100,0%
0
,0%
64
100,0%
Pendidikan klien hipertensi * Penatalaksanaan terapi diet hipertensi
62
Crosstab
Pendidikan klien hipertensi
Rendah
Tinggi
Total
Count % within Pendidikan klien hipertensi Count % within Pendidikan klien hipertensi Count % within Pendidikan klien hipertensi
Penatalaksanaan terapi diet hipertensi Tidak Melaksan Melaksan akan akan 12 42
Total 54
22,2%
77,8%
100,0%
1
9
10
10,0%
90,0%
100,0%
13
51
64
20,3%
79,7%
100,0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value ,779b ,207 ,892 ,767
df 1 1 1 1
Asymp. Sig. (2-sided) ,378 ,649 ,345
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
,672
,345
,381
64
a. Computed only for a 2x2 table b. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,03.
63
Risk Estimate
Value Odds Ratio for Pendidikan klien hipertensi (Rendah / Tinggi) For cohort Penatalaksanaan terapi diet hipertensi = Tidak Melaksanakan For cohort Penatalaksanaan terapi diet hipertensi = Melaksanakan N of Valid Cases
95% Confidence Interval Lower Upper
2,571
,296
22,371
2,222
,324
15,236
,864
,672
1,111
64
Pekerjaan klien hipertensi * Penatalaksanaan terapi diet hipertensi
64
Crosstab
Pekerjaan klien hipertensi
Tidak Berkerja
Berkerja
Total
Count % within Pekerjaan klien hipertensi Count % within Pekerjaan klien hipertensi Count % within Pekerjaan klien hipertensi
Penatalaksanaan terapi diet hipertensi Tidak Melaksan Melaksan akan akan 11 43
Total 54
20,4%
79,6%
100,0%
2
8
10
20,0%
80,0%
100,0%
13
51
64
20,3%
79,7%
100,0%
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value ,001b ,000 ,001 ,001
df 1 1 1 1
Asymp. Sig. (2-sided) ,979 1,000 ,979
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
1,000
,673
,979
64
a. Computed only for a 2x2 table b. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,03.
65
Risk Estimate
Value Odds Ratio for Pekerjaan klien hipertensi (Tidak Berkerja / Berkerja) For cohort Penatalaksanaan terapi diet hipertensi = Tidak Melaksanakan For cohort Penatalaksanaan terapi diet hipertensi = Melaksanakan N of Valid Cases
95% Confidence Interval Lower Upper
1,023
,190
5,518
1,019
,265
3,917
,995
,710
1,396
64
66
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
BIODATA Nama
: Syamsul Putra
Tempat/Tgl. Lahir
: Ladang Panjang 11 Desember 1988
Negeri Asal
: Kp. Koto, Kec. Tigo Nagari Pasaman
Agama
: Islam
Suku
: Piliang
Alamat
: Kp Koto, Kec Tigo Nagari Pasaman
NAMA ORANG TUA Ayah
: Syamsir
Ibu
: Upik
Alamat
: Kp Koto, Kec Tigo Nagari Pasaman
RIWAYAT PENDIDIKAN 1. Sekolah Dasar Negeri 42 Kajai Kec Bonjol Tamat Tahun 2002 2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Bonjol Tamat Tahun 2004 3. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Tigo Nagari Tamat Tahun 2007 4. Program Studi D-III Keperawatan STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang 2010
67