Hipoglikemia pada Bayi Baru Lahir : Penyebab – Gejala dan Perawatan Hipoglikemia merupakan sebuah kondisi yang menyebabkan bayi memiliki kadar gula yang rendah sehingga itu termasuk sangat rendah dibandingkan pada bayi yang sehat. Jika pemeriksaan menunjukkan kadar gula dibawah 50 mg/dL maka bayi tersebut termasuk menderita hipoglikemia. Ini bukanlah kondisi yang aman untuk bayi karena ketika kadar gula darah bayi sangat rendah maka sel otak dan otot tubuh bayi tidak memiliki energi atau tenaga untuk berfungsi dengan baik. Tubuh bayi membutuhkan kadar gula yang normal untuk bisa bekerja dengan sehat dan baik. Masalah hipoglikemia pada bayi bisa berlangsung dalam waktu singkat atau lama tergantung dengan kondisi kesehatan bayi. Dibawah ini berbagai hal yang perlu Anda ketahui tentang hipoglikemia pada bayi baru lahir. Penyebab hipoglikemia pada bayi
1. Bayi lahir prematur atau prematur atau usia bayi kurang dari 37 minggu ketika dilahirkan. Prematur menyebabkan kondisi organ tubuh bayi belum bisa bekerja normal karena itu terkadang kadar gula darah bayi menjadi sangat rendah. (baca: ciri ciri bayi lahir prematur – – penyebab bayi lahir prematur ) 2. Bayi lahir dengan berat badan yang rendah. Bayi yang lahir dengan berat badan yang rendah memiliki resiko tinggi terkena hipoglikemia. Ada ban yak pemicu bayi lahir berat rendah termasuk kebiasaan ibu hamil merokok, konsumsi alkohol, penggunaan narkoba dan kondisi gangguan kehamilan sehingga kehamilan tidak sehat. (baca: merokok bagi ibu hamil – hamil – bahaya bahaya merokok bagi janin) janin) 3. Tubuh bayi memiliki banyak cadangan cadan gan insulin atau hiperinsuline. Insulin yang seharunya bisa menyerap kadar gula justru melakukan sistem ini secara berlebihan sehingga kadar gula darah bayi sangat rendah. Kondisi ini juga bisa muncul sebagai penyakit genetik yang diwariskan dari orang tua. (baca: penyebab (baca: penyebab janin cacat sejak dalam kandungan – kandungan – penyebab kelainan kongenital non genetik ) 4. Bayi yang lahir dari ibu yang menderita m enderita diabetes selama hamil. Kondisi ini sangat rentan untuk bayi karena kadar gula dalam tubuh bayi menjadi tidak seimbang. (baca: bahaya (baca: bahaya diabetes saat hamil) hamil) 5. Bayi yang lahir dari ibu yang menderita m enderita toksemia. Toksemia merupakan sebuah kond isi yang disebabkan karena ibu menderita tekanan darah tinggi, adanya protein dalam urin dan preklampsia dan preklampsia.. (baca: tekanan darah tinggi pada ibu hamil) hamil) 6. Bayi memiliki masalah pada sistem penggunaan hormon dan kadar gula dalam darah. 7. Bayi mengalami perubahan tekanan udara yang sangat besar sehingga suhu tubuh bayi menjadi sangat dingin dan tidak stabil. 8. Bayi yang lahir dari ibu hamil yang menerima berbagai jenis obat untuk perawatan penyakit tertentu seperti obat jenis terbutaline. 9. Bayi dilahirkan dari ibu hamil yang mengalami masalah gizi seperti ibu hamil kurang nutrisi selama kehamilan. Kondisi ini bisa dipicu oleh masalah morning sickness yang parah sehingga ibu tidak bisa makan dengan baik.
10. Bayi yang lahir dan menderita penyakit tertentu seperti penyakit hematolitik yang menyebabkan darah ibu dan bayi tidak cocok. 11. Bayi yang lahir dengan cacat bawaan tertentu yang bisa mempengaruhi kondisi kesehatan bayi. 12. Bayi yang lahir dengan gangguan asfiksia yang membutuhkan perawatan cepat dan segera setelah dilahirkan. (baca: penyebab asfiksia pada bayi baru lahir ) 13. Bayi yang mengalami masalah kelainan atau gangguan fungsi hati. 14. Bayi yang dilahirkan dengan penyakit infeksi yang disebabkan oleh penyakit infeksi selama ibu sedang hamil. (baca: bahaya bayi kuning – penyebab bayi kuning) Gejala hipoglikemia pada bayi
1. Bayi lahir tidak menangis dengan kondisi gelisah, menangis sangat kencang dan bayi terlihat tidak tenang. 2. Bayi lahir dengan gangguan sianosis atau tubuh bayi berwarna biru keunguan. Bisa dilihat pada semua bagian tubuh termasuk tangan, kaki, dan mulut bayi. (baca: pneumonia pada bayi) 3. Bayi mengalami apnea atau henti nafas sesaat. Ini kondisi yang sangat berbahaya karena bayi tidak bisa bernafas dengan baik sehingga sesaat tidak bisa bernafas. Jika tidak mendapatkan perawatan maka bayi bisa mengalami gangguan fungsi otak. (baca: penanganan bayi asfiksia) 4. Suhu tubuh bayi sangat rendah atau hipotermia. (baca: efek AC terhadap bayi) 5. Gerakan tubuh bayi tidak seperti bayi yang baru lahir atau terlihat tidak aktif. 6. Detak jantung bayi tidak normal terlalu lemah atau terlalu cepat. (baca: : kelainan jantung pada bayi baru lahir ) 7. Bayi tidak mau minum ASI atau kolostrum dari ibu. (baca: manfaat kolostrum bagi bayi baru lahir ) 8. Kemungkinan beberapa bayi juga bisa mengalami kejang sebagai tanda tidak ada kadar gula yang cukup. (baca: gejala epilepsi pada bayi) 9. Bayi selalu tertidur sepanjang waktu setelah dilahirkan. (baca: Pola tidur bayi 0-12 bulan – Pola tidur bayi 1 bulan) Diagnosis hipoglikemia pada bayi
1. Pemeriksaan kadar gula darah pada bayi sama seperti orang dewasa yaitu dengan memeriksa darah bayi. Segera setelah dokter atau perawat yang menangani bayi menemukan berbagai gejala hipoglikemia maka bayi harus segera diperiksa. Pemeriksaan terlambat berarti juga bisa menyebabkan perawatan terlambat dilakukan sehingga bisa membuat bayi menerima resiko buruk. 2. Pemeriksaan urin pada bayi juga bisa dilakukan untuk mengetahui kadar gula dalam tubuh bayi. 3. Tes darah bisa dilakukan saat puasa atau metode khusus untuk tidak memberikan makan pada bayi selama waktu tertentu dengan pengawasan dari dokter dan perawat. Mengapa hipoglikemia pada bayi harus diwaspadai?
Semua orang tua dan tenaga kesehatan harus memperhatikan kondisi hipoglikemia pada bayi yang baru lahir. Hal ini disebabkan karena kadar gula dalam darah menjadi sumber energi yang utama untuk tubuh bayi setelah bayi dilahirkan. Ketika kadar gula sangat sedikit dalam tubuh maka bisa menyebabkan otak dan berbagai organ berhenti untuk berfungsi. Saat kondisi ini terus terjadi maka bisa menyebabkan bayi mengalami kejang dan gangguan otak yang sangat serius. Perawatan hipoglikemia pada bayi
1. Berikan ASI atau susu formula Ibu bisa memberikan ASI atau susu formula secara terus menerus sehingga kadar gula darah dalam tubuh bayi bisa meningkat dengan baik. Ada beberapa tips yang bisa dilakukan untuk memberikan ASI atau susu formula pada bayi dengan kadar gula darah yang rendah, yaitu:
Cobalah untuk memberikan ASI atau susu formula secara sering meskipun itu dalam waktu yang singkat. (baca: manfaat susu formula untuk bayi) Cobalah berusaha untuk memberikan kolostrum pada bayi karena ini sangat baik untuk meningkatkan kadar gula darah. Jika bayi dirawat di NICU maka biasanya perawat yang akan memberikan lewat botol susu. Biasakan untuk menawarkan payudara pada bayi sehingga bayi bisa terdesak untuk minum dengan baik. Jika bayi memang tidak bisa menerima ASI maka bisa memberikan susu formula yang bisa dilakukan lebih rutin. Susu formula dianggap lebih baik dari ASI karena mengandung gula yang dibutuhkan oleh tubuh bayi.
2. Pemberian cairan IV untuk bayi Jika dalam kondisi tertentu bayi tidak bisa minum ASI dan susu formula dengan baik maka dokter biasanya memutuskan untuk memberikan cairan IV yang mengandung gula. Perawatan ini dilakukan selama beberapa hari hingga kadar gula darah dalam tubuh bayi bisa meningkat dengan baik. Perawatan ini juga paling sering dilakukan pada bayi yang lahir dengan berat badan yang rendah, termasuk bayi prematur. 3. Tindakan operasi mengeluarkan pankreas bayi Jika berbagai jenis perawatan sudah dilakukan dan kadar gula darah bayi menurun terus, maka dokter bisa melakukan tindakan operasi atau bedah untuk mengeluarkan bagian pankreas. Pankreas adalah organ dalam tubuh bayi yang berfungsi untuk menghasilkan insulin. Namun tindakan perawatan ini sangat jarang dilakukan karena bisa meningkatkan resiko kesehatan untuk tubuh bayi.
Cara mencegah hipoglikemia pada bayi
Tindakan untuk mencegah hipoglikemia pada bayi harus dilakukan semenjak ibu hamil. Berikut ini beberapa langkah pencegahan yang bisa dilakukan sejak hamil: 1. Ibu hamil menjaga kesehatan selama hamil termasuk menjaga asupan nutrisi yang dibutuhkan selama hamil.(baca: nutrisi ibu hamil – gizi ibu hamil berdasarkan trimester kehamilan) 2. Ibu hamil yang mengalami morning sickness parah harus melakukan perawatan agar tubuh mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan. (baca: cara mengatasi morning sickness) 3. Menjaga berat badan selama hamil yang bisa dilakukan dengan beberapa langkah seperti diet untuk ibu hamil, sering melakukan latihan seperti olahraga untuk ibu hamil, renang, jalan pagi dan senam hamil. (baca: cara menurunkan berat badan saat hamil – bahaya berenang bagi ibu hamil – manfaat berenang bagi ibu hamil) 4. Jika ibu mengalami diabetes atau memang sudah menderita diabetes semenjak sebelum hamil dan selama hamil maka ibu harus memeriksa kadar gula darah secara teratur. Pemeriksaan teratur bisa membantu ibu mengontrol kesehatan diri dan mengetahui apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. (baca: Bahaya obesitas bagi ibu hamil) 5. Ibu hamil bisa mencoba untuk membatasi asupan gula selama hamil termasuk tidak mengkonsumsi kafein, gula dan garam secara berlebihan. 6. Jika ibu sudah menderita penyakit tekanan darah tinggi atau mendapatkan gejala preklampsia selama hamil maka ibu harus mendapatkan perawatan yang tepat. Penyakit tekanan darah tinggi dan preklampsia selama hamil bisa meningkatkan resiko hipoglikemia pada bayi. 7. Selama menghadapi proses persalinan normal atau caesar maka ibu sebaiknya menghindari pemberikan cairan IV yang mengandung gula tinggi, kecuali dianjurkan oleh dokter yang merawat. Cairan IV dengan kandungan gula tinggi bisa memicu tingginya insulin dalam tubuh bayi sehingga kadar gula dalam tubuh bayi turun cepat. 8. Ibu hamil sebaiknya menghindari stres selama hamil dan proses persalinan. Ibu yang stres kemungkinan bisa memiliki bayi yang stres di rahim sehingga kadar gula darah akan turun dengan cepat. (baca: cara menghilangkan stres saat hamil) https://hamil.co.id/bayi/sakit/hipoglikemia-pada-bayi
Laporan Pendahuluan Hipoglikemia Pada Neonatus LAPORAN PENDAHULUAN HIPOGLIKEMIA
Pengertian Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah (glukosa) secara abnormal rendah. Istilah hipoglikemia digunakan bila kadar gula darah bayi secara bermakna dibawah kadar ratarata. Dikatakan hepoglikemia bila kadar glukosa darah kurang dari 30 mg/dl pada semua neonatus tanpa menilai masa gestasi atau ada tidaknya gejala hepoglikemia. Umumnya hepoglikemia terjadi pada neonatus umur 1 – 2 jam. Hal ini disebabkan oleh karena bayi tidak mendapatkan lagi glukosa dari ibu, sedangkan insulin plasma masih tinggi dengan kadar glukosa darah yang menurun. Hipoglikemia merupakan konsentrasi glukosa dalam darah berkurangnya secara abnormal yang dapat menimbulkan gemetaran, keringat dan sakit kepala apabila kronik dan berat, dapat menyebabkan manifestasi susunan saraf pusat (Kamus Kedokteran Dorland:2000). Hipoglikemia neonatorum adalah masalah pada bayi dengan kadar glukosa darah kurang dari 40 -45mg/dl (Sudarti dkk: 2010). Keadaan dimana bila kadar gula darah bayi di bawah kadar rata-rata bayi seusia dan berat badan aterm (2500 gr atau lebih) < 30mg/dl dalam 72 jam pertama, dan < 40mg/dl pada hari berikutnya. Sel otak tidak mampu hidup jika kekurangan glukose. Hypoglikemi dapat terjadi berkaitan dengan banyak penyakit, misalnya pada neonatus dengan ibu diabetes dan mengalami Hyperglikemi in utero, atau sebagai komplikasi cidera din gin. Selama masa menggigil simpanan glikogen tubuh tidak mencukupi, tetapi jika dihangatkan terjadi peningkatan kebutuhan glikogen. Simpanan glikogen menurun dan cadangan tidak dapat memenuhi kebutuhan pada pemanasan. Nilai kadar glukose darah/plasma atau serum untuk diagnosis Hipoglikemia pada berbagai kelompok umur anak : Kelompok Umur
Glokuse
Darah Plasma/serum
Bayi/anak
<40 mg/100 ml
<45 mg/100 ml
Neonatus
<20 mg/100 ml
<25 mg/100 ml
* BBLR
<30 mg/100 ml
<35 mg/100 ml
* BCB
<40 mg/100 ml
<45 mg/100 ml
0 – 3 hr 3 hr Hipoglikemia pada neonates : 1. Untuk setiap neonatus manapun, kadar glukosa <40-45mg/dL dianggap tidak normal. 2. Menurut WHO hipoglikemi adalah bila kadar glukosa/gula darah <47 mg/dL 3. Gejala sering tidak jelas/asimptomatik, semua tenaga kesehatan perlu mewaspadai kemungkinan adanya hipoglikemia. 4. Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat dapat mencegah konsekuensi yang serius
Etiologi Hipoglikemia
Secara garis besar hipoglikemia dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu: kelainan yang menyebabkan pemakaian glukosa berlebihan dan produksi glukosa kurang. 1. Kelainan yang menyebabkan pemakaian glukosa berlebihan. Hiperinsulinisme (bayi dari ibu penderita diabetes), hipoglikemia hiperinsulinisme menetap pada bayi, tumor yang memproduksi insulin dan child abuse. Hiperinsulinisme menyebabkan pemakaian glukosa yang berlebihan terutama akibat rangsangan penggunaan glukosa oleh otot akibat sekresi insulin yang menetap. Kelainan ini diketahui sebagai hipoglikemia hiperinsulin endogen menetap pada bayi yang sebelumnya disebut sebagai nesidioblastosis. Defek pada pelepasan glukosa (defek siklus Krebs, defek ”respiratory chain”). Kelainan ini sangat jarang, mengganggu pembentukan ATP dari oksidasi glukosa, disini kadar laktat sangat tinggi. Defek pada produksi energi alternatif (defisiensi Carnitine acyl transferase. Kelainan ini mengganggu penggunaan lemak sebagai energi, sehingga tubuh sangat tergantung hanya pada glukosa. Ini akan menyebabkan masalah bila puasa dalam jangka lama yang seringkali berhubungan dengan penyakit gastrointestinal. Sepsis atau penyakit dengan hipermetabolik, termasuk hipertiroidism. 2. Kelainan yang menyebabkan kurangnya produksi glukosa 3. Simpanan glukosa tidak adekuat (prematur, bayi SGA, malnutrisi, hipoglikemia ketotik). Kelainan ini sering sebagai penyebab hipoglikemia, disamping hipoglikemia akibat pemberian insulin pada diabetes. Hal ini dapat dibedakan dengan melihat keadaan klinis dan adanya hipoglikemia ketotik, biasanya terjadi pada anak yang kurus, usia antara 18 bulan sampai 6 tahun, biasanya terjadi akibat masukan makanan yang terganggu karena bermacam sebab
Penelitian terakhir mekanisme yang mendasari hipoglikemia ketotik adalah gagalnya glukoneogenesis. 1. Kelainan pada produksi glukosa hepar. Kelainan ini menurunkan produksi glukosa melalui berbagai defek, termasuk blokade pada pelepasan dan sintesis glukosa, atau blokade atau menghambat gluikoneogenesis. Anak yang menderita penyakit ini akan dapat beradaptasi terhadap hipoglikemia,karena penyakitnya bersifat kronik Kelainan hormonal (panhypopituitarisme, defisiensi hormon pertumbuhan) 1. Defisiensi kortisol dapat primer atau sekunder. Hal ini karena hormone pertumbuhan dan kortisol berperan penting pada pembentukan energi alternative dan merangsang produksi glukosa. Kelainan ini mudah diobati namun yang sangat penting adalah diagnosis dini.
Patofisiologi Hipoglikemia
Hipoglikemi sering terjadi pada berat lahir rendah (BBLR), karena cadangan glukosa rendah. Pada ibu diabetes mellitus (DM) terjadi transfer glukosa yang berlebihan pada janin sehingga respons insulin juga meningkat pada janin. Saat lahir dimana jalur plasenta terputus maka transfer glukosa berhenti sedangkan respon insulin masih tinggi (transient hiperinsulinism) sehingga terjadi hipoglikemi. Hipoglikemi adalah masalah serius pada bayi baru lahir, karena dapat menimbulkan kejang yang berakibat terjadinya hipoksi otak. Bila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan kerusakan pada susunan syaraf pusat bahkan sampai kematian. Kejadian hipoglikemi lebih sering didapat pada bayi dari ibu dengan diabetes mellitus. Glukosa merupakan sumber kalori yang penting untuk ketahanan hidup selama proses persalinan dan hari-hari pertama pasca lahir. Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang ada karena meningkatkan penggunaan cadangan glukosa, misalnya pada asfiksia, hipotermi, ganggua n pernafasan.
Tanda dan Gejala Hipoglikemia
Hipoglikemia bisa menunjukan gejala ataupun tidak. Kecurigaan tinggi harus selalu diterapkan dan selalu antisipasi hipoglikemia pada neonatus dengan faktor risiko : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Tremor Sianosis Apatis Kejang Apnea intermitten Tangisan lemah/melengking Letargi Kesulitan minum
9. Gerakan mata berputar/nistagmus 10. Keringat dingin 11. Pucat 12. Hipotermi 13. Refleks hisap kurang 14. Muntah Saat timbulnya gejala bervariasi dari beberapa hari sampai satu minggu setelah lahir. Berikut ini merupakan gejala klinis yang dimulai dengan frekuensi tersering, yaitu gemetar atau tremor, serangan sianosis, apati, kejang, serangan apnea i ntermiten atau takipnea, tangis yang melemah atau melengking, kelumpuhan atau letargi, kesulitan minum dan terdapat gerakan putar mata. Dapat pula timbul keringat dingin, pucat, hipotermia, gagal jantung dan henti jantung. Sering berbagai gejala timbul bersama-sama. Karena gejala klinis tersebut dapat disebabkan oleh bermacam-macam sebab, maka bila gejala tidak menghilang setelah pemberian glukosa yang adekuat, perlu dipikirkan penyebab lain.
Diagnosis Hipoglikemia
Presentasi klinis hipoglikemia mencerminkan penurunan ketersediaan glukosa un tuk SSP serta stimulasi adrenergik disebabkan oleh tingkat darah menurun atau rendah gula. Selama hari pertama atau kedua kehidupan, gejala bervariasi dari asimtomatik ke SSP dan gangguan cardiopulmonary. Kelompok berisiko tinggi yang membutuhkan skrining untuk hipoglikemia pada satu jam pertama kehidupan meliputi: 1. Bayi yang baru lahir yang beratnya lebih dari 4000 gr atau kurang dari 2000 gr 2. Besar usia kehamilan (LGA) bayi yang berada di atas persentil ke-90, kecil untuk usia kehamilan (SGA) bayi di bawah persentil ke-10, dan bayi dengan pembatasan pertumbuhan intrauterin 3. Bayi yang lahir dari ibu tergantung insulin (1:1000 wanita hamil) atau ibu dengan diabetes gestasional (terjadi pada 2% dari wanita hamil) 4. Usia kehamilan kurang dari 37 minggu 5. Bayi yang baru lahir diduga sepsis atau lahir d ari seorang ibu yang diduga menderita korioamnionitis 6. Bayi yang baru lahir dengan gejala sugestif hipoglikemia, termasuk jitteriness, tachypnea, hypotonia, makan yang buruk, apnea, ketidakstabilan temperatur, kejang, dan kelesuan 7. Selain itu, pertimbangkan skrining hipoglikemia pada bayi dengan hipoksia yang signifikan, gangguan perinatal, nilai Apgar 5 menit k urang dari 5, terisolasi hepatomegali (mungkin glikogen-penyimpanan penyakit), mikrosefali, cacat garis tengah anterior, gigantisme, Makroglosia atau hemihypertrophy (mungkin Beckwith-Wiedemann Syndrome), atau kemungkinan kesalahan metabolisme bawaan atau ibunya ada di terbutalin, beta blocker, atau agen hipoglikemik oral 8. Terjadinya hiperinsulinemia adalah dari lahir sampai usia 18 bulan. Konsentrasi insulin yang tidak tepat meningkat pada saat hipoglikemia didokumentasikan. Hiperinsulinisme neonatal Transient terjadi pada bayi makrosomia dari ibu diabetes (yang telah berkurang sekresi glukagon dan siapa produksi glukosa end ogen secara signifikan dihambat). Secara
klinis, bayi ini makrosomia dan memiliki tuntutan yang semakin meningkat untuk makan, lesu intermiten, jitteriness, dan kejang.
Penatalaksanaan Hipoglikemi
Semua neonatus berisiko tinggi harus ditapis: 1. Pada saat lahir 2. 30 menit setelah lahir 3. Kemudian setiap 2-4 jam selama 48 jam atau sampai pemberian minum berjalan baik dan kadar glukosa normal tercapai Kejadian hipoglikemia dapat dicegah dengan: 1. Menghindari faktor resiko yang dapat dicegah, contohnya hipotermia 2. Pemberian makan enteral merupakan tindakan preventif tunggal paling penting 3. Jika bayi tidak mungkin menyusu, mulailah pemberian minum dengan menggunakan sonde dalam waktu 1-3 jam setelah lahir 4. Neonatus yang berisiko tinggi harus dipantau nilai glukosanya sampai asupannya penuh dan 3x pengukuran normal sebelum pemberian minum berada diatas 45 mg/dL 5. Jika ini gagal, terapi intravena dengan glukosa 10% harus dimulai dan kadar glukosa dipantau Untuk penanganan bayi yang mengalami hiplogikemia dapat dilakukan dengan: 1. Monitor Pada bayi yang beresiko (BBLR, BMK, bayi dengan ibu DM) perlu dimonitor dalam 3 hari pertama : 1. Periksa kadar glukosa saat bayi datang/umur 3 jam 2. Ulangi tiap 6 jam selama 24 jam atau sampai pemeriksaan glukosa normal dalam 2 kali pemeriksaan 3. Kadar glukosa ≤ 45 mg/dl atau gejala positif tangani hipoglikemia 4. Pemeriksaan kadar glukosa baik, pulangkan setelah 3 hari penanganan hipoglikemia selesai 2. Penanganan hipoglikemia dengan gejala : 1. Bolus glukosa 10% 2 ml/kg pelan-pelan dengan kecepatan 1 ml/menit 2. Pasang dekstrosa 10% = 2 cc/kg dan diberikan melalui intravena selama 5 menit dan diulang sesuai kebutuhan (kebutuhan infus glukosa 6-8 mg/kg/menit). Contoh : BB 3 kg, kebutuhan glukosa 3 kg x 6 mg/kg/mnt = 18 mg/mnt = 25920 mg/hari. Bila dipakai D 10% artinya 10 g/100cc, bila perlu 25920 mg/hari atau 25,9 g/hari berarti perlu 25,9 g/ 10 g x 100 cc= 259 cc D 10% /hari.
Atau cara lain dengan GIR Konsentrasi glukosa tertinggi untuk infus perifer adalah 12,5%, bila lebih dari 12,5% digunakan vena sentral. 1. Periksa glukosa darah pada : 1 jam setelah bolus dan tiap 3 jam 2. Bila kadar glukosa masih < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala, ulangi seperti diatas 3. Bila kadar 25-45 mg/dl, tanpa gejala klinis :
Infus D10 diteruskan Periksa kadar glukosa tiap 3 jam ASI diberikan bila bayi dapat minum 1. Bila kadar glukosa ≥ 45 mg/dl dalam 2 kali pemeriksaan Ikuti petunjuk bila kadar glukosa sudah normal ASI diberikan bila bayi dapat minum dan jumlah infus diturunkan pelan-pelan Jangan menghentikan infus secara tiba-tiba
3. 4. 5. 6.
Kadar glukosa darah < 45 mg/dl tanpa gejala: ASI teruskan Pantau, bila ada gejala manajemen seperti diatas Periksa kadar glukosa tiap 3 jam atau sebelum minum, bila :
Kadar < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala tangani hipoglikemi Kadar 25-45 mg/dl naikkan frekwensi minum Kadar ≥ 45 mg/dl manajemen sebagai kadar glukosa normal
4. 5. 6. 7. 8.
Kadar glukosa normal IV teruskan Periksa kadar glukosa tiap 12 jam Bila kadar glukosa turun, atasi seperti diatas Bila bayi sudah tidak mendapat IV, periksa kad ar glukosa tiap 12 jam, bila 2 kali pemeriksaan dalam batas normal, pengukuran dihentikan. 9. Persisten hipoglikemia (hipoglikemia lebih dari 7 hari) 10. Konsultasi endokrin 11. Terapi: kortikosteroid hidrokortison 5 mg/kg/hari 2 x/hari iv atau prednison 2 mg/kg/hari per oral, mencari kausa hipoglikemia lebih dalam. 12. Bila masih hipoglikemia dapat ditambahkan obat lain: somatostatin, glukagon, diazoxide, human growth hormon, pembedahan. (jarang dilakukan) 13. Hipoglikemia refraktori Kebutuhan glukosa >12 mg/kg/menit menunjukan adanya hiperinsulinisme. Keadaan ini dapat diperbaiki dengan: 1. Hidrokortison 5 mg/kg IV atau IM setiap 12 jam 2. Glukagon 200 ug IV (segera atau infus berkesinambungan 10 ug/kg/jam) 3. Diazoxide 10 mg/kg/hari setiap 8 jam menghambat sekresi insulin pankreas
Pemantauan glukosa ditempat tidur (bed side) secara sering diperlukan untuk memastikan bahwa neonatus mendapatkan glukosa yang memadai. Ketika pemberian makan telah dapat ditoleransi dan nilai pemantauan glukosa di tempat tidur (bed side) sudah normal maka infus dapat diturunkan secara bertahap. Tindakan ini mungkin memerlukan waktu 24 -48 jam atau lebih untuk menghindari kambuhnya hipoglikemia
Prognosis Hipoglikemia
Jika tidak diobati, hipoglikemia yang berat dan berkepanjangan dapat menyebabkan kematian pada setiap golongan umur. Pada neonatus prognosis tergantung dari berat, lama, adanya gejalagejala klinik dan kelainan patologik yang menyertainya, demikian pula etiologi, diagnosis dini dan pengobatan yang adekuat. Berdasarkan tingkat beratnya hipoglikemia neonatus dapat digolongkan: 1. Hipoglikemia transisional Prognosisnya baik dan tergantung kepada kelainan yang mendasarinya misal : asfiksia perinatal. Tidak ada korelasi antara rendahnya kadar gula dengan mortalitas/morbiditas bayi. Kebanyakan bayi tetap hidup walaupun dengan kadar gula 20 mg/100 ml. 2. Hipoglikemia sekunder Mortalitas neonatus pada kelompok ini disebabkan oleh kelainan yang menyertainya. Bayi yang menderita Hipoglikemia tipe ini, sedikit menderita sekuele akibat Hipoglikemianya, tetapi lebih banyak akibat kelainan patologik yang menyertainya. 3. Hipoglikemia transien Bayi yang termasuk dalam kelompok ini bila tidak diobati akan mati. Bayi-bayi tersebut seringkali pada BBLR dan KMK yang bisa disertai dengan komplikasi akibat BBLR dan KMK sendiri, demikian pula masalah-masalah perinatal yang bisa menyebabkan ganggguan mental, perilaku dan kejang-kejang yang tidak ada hubungann ya dengan hipoglikemia. Pada penelitian prospektif dengan menggunakan kontrol, bayi-bayi kelompok ini yang diamati sampai umur 7 tahun ternyata terdapat gangguan intelektual yang minimal, tetapi tidak ada cacat nerologik yang berat. 4. Hipoglikemia berat (berulang) Kelompok ini bisa dibagi atas beberapa katagori yang masing-masing mempunyai masalah tersendiri yang mempengaruhi prognosisnya. 1. Defisiensi hormon multipel (hipopituitarisme bawaan).
Sering kali disertai Hipoglikemia berat bahkan fatal pada hari-hari pertama, nampaknya akibat defisiensi hormon hipofise anterior. Dari 26 kasus yang dilaporkan 2/3 meninggal (5 pada hari pertama, 4 pada masa neonatus dan 5 antara umur 2 bulan sampai 17 tahun). Beberapa di antaranya yang hidup menunjukkan gejala retardasi. Prognosis terhadap perkembangannya tergantung dari adanya defisiensi hormon-hormon lainnya dan berhasilnya pengobatan substitusi. 1. Kelebihan hormon (hiperinsulinisme) Pada sindroma Beckwith Wiedemann, retardasi mental kemungkinan disebabkan oleh H yang tidak diobati, meskipun dengan pengobatan adekuat prognosis masih meragukan, sebab adanya anomali multipel yang menyertainya. 1. Infant giants (Foetopathia Diabetica) : Biasanya memperlihatkan hipoglikemia berat dan tidak ada respon terhadap pengobatan medikamentosadan memerlukan pankreatektomi total. Mereka yang hidupo biasanya memperlihatkan retardasi perkembangan yang sedang atau berat. 1. Adenma sel beta : Pada penderita yang diamati, bayi-bayi yang hidup menunjukkan perawakan yang relatif pendek tetapi ada yang menderita diabetes dan beberapa diantaranya memperlihatkan gangguan neurologik sedang atau berat, gangguan mental dan sering kali dengan kejang-kejang. Maka, penting diagnosis dini dan tindakan bedah yang segera. 1. Gangguan metabolisme hidrat arang: Prognosis tergantung darimana masing-masing penyebabnya, misaln ya hipoglikemia bisa fatal pada hari pertama, untuk glycogen strorage disease. 1. Gangguan metabolisme asam amino yang disertai hipoglikemia, misalnya: Maple syrup urine disease, asidemiametilmalok. Masing-masing mempunyai pragnosis yang meragukan.
Komplikasi Hipoglikemi
1. Hipoksi otak/ kerusakan otak 2. Kerusakan sistem syaraf pusat/ koma 3. Kematian DAFTAR PUSTAKA http://growupclinic.com/2012/08/10/penanganan-terkini-hipoglikemia-pada-bayi/. Diakses tanggal 27 November 2013. Jam 20.00
http://www.nbci.ca/index.php?option=com_content&view=article&id=371:hypoglycaemia-ofthe-newborn-low-blood-sugar&catid=29:information-indonesian&Itemid=67. Diakses 27 November 2013. Jam 20.10