HIDUP SEHAT dan BAHAGIA DI USIA LANJUT Setiap manusia pasti memimpikan masa tua yang bahagia. Namun tidak sedikit orang yang mengatakan bahwa 1. Masa tua rentan dengan penyakit 2. Kalau sudah tua pasti sakit-sakitan 3. Kalau sudah tua tidak bisa olahraga lagi Lalu, apakah itu semua memang harus dan pasti dirasakan oleh kita semua? Tentu saja tidak.
Tua itu memang pasti, tapi sehat adalah pilihan.
Untuk itu, berikut ini adalah Tips Hidup Sehat di Usia Lanjut: 1. Menjaga pola makan Pola makan bisa kita ibaratkan sebagai investasi/ tabungan untuk masa depan. Makanlah makanan yang kaya dengan protein, sayuran hijau, gandum, buah-buahan.
2. Minum air putih Banyak sekali manfaat air putih yang bisa dinikmati antara lain:
Memperlancar pencernaan Mencegah batu ginjal Menghindari dan mencegah sembelit Mengeluarkan racun dari dalam tubuh Meningkatkan fungsi otak Memperlancar aliran darah
Tips: Minum air putih 6 – 6 – 10 10 gelas per hari
3. Olahraga teratur
Siapa bilang olahraga HANYA untuk yang masih muda-muda saja??. Meski sudah lansia, olahraga tetap bisa dilaksanakan tentunya disesuaikan dengan kondisi tubuh. Contoh olahraga yang cocok untuk para lansia:
Jalan sehat Senam Lansia Yoga Berkebun
4. Tetaplah mengasah otak Salah satu penyebab lansia menjadi pikun adalah tidak melakukan asah otak kembali setelah pensiun atau berhenti dari pekerjaan. Contoh cara mengasah otak antara lain:
Membaca Mengisi TTS Menyulam Mengikuti kegiatan RT, RW dll Pengajian/ acara keagamaan lainnya Dan lain-lain
5. Menjaga postur tubuh Menjaga postur tubuh baik saat berdiri, berjalan dan duduk sangat penting bagi lansia salah satunya agar terhindar dari nyeri punggung dan pinggang.
6. Tanpa rokok dan alkohol
7. Minum obat sesuai dengan anjuran dokter Sebagian lansia mengkonsumsi obat-obatan secara rutin untuk menjaga dan mengobati penyakitnya. Konsumsi obat sesuai dengan anjuran dokter memberikan hasil yang jauh lebih baik sehingga lansia bisa hidup dengan sehat.
8. Tidur yang cukup
Memang semakin bertambah usia, kualitas tidur semakin tidak baik. Namun sebetulnya jika lansia melakukan 7 hal diatas sebelumnya dengan benar maka kualitas tidur tidak akan menjadi buruk. Selain itu, tidur yang cukup juga sangat berpengaruh terhadap mood seseorang dan tentunya akan mempengaruhi kesehatan fisik yang bersangkutan. Beberapa manfaat tidur yang cukup antara lain:
Meningkatkan konsentrasi Meningkatkan kekebalan tubuh Membantu menurunkan tekanan darah Memulihkan jaringan otot.
TIPS UNTUK LANJUT USIA AGAR SELALU SEHAT JURUS-JURUS AMPUH UNTUK TETAP MANDIRI, PRODUKTIF, BAHAGIA DAN SEJAHTERA
PERILAKU-PERILAKU YANG DIANJURKAN :
1. MENDEKATKAN DIRI DENGAN TUHAN. 2. SABAR DAN OPTIMIS. 3. TUMBUHKAN PERCAYA DIRI. 4. TETAP BERAKTIFITAS YANG SESUAI DAN BERGUNA. 5. KEMBANGKAN HOBI. 6. RUTIN BEROLAHRAGA RINGAN. 7. MAKAN DAN MINUM SEDIKIT-SEDIKIT TETAPI SERING. 8. TETAP BERGAIRAH DALAM KEHIDUPAN SEKSUAL. 9. BERHENTI MEROKOK DAN MEMINUM MINUMAN KERAS. 10. MINUMLAH OBAT SESUAI ANJURAN DOKTER. 11. PERIKSAKAN KESEHATAN SECARA TERATUR. MANFAAT-MANFAAT YANG DIRAIH :
1. BERTAKWA. 2. LEBIH TENANG. 3. MENJAGA KESEHATAN. 4. TUBUH TETAP BUGAR. 5. JIWA TETAP SEGAR. 6. MENGURANGI STRESS. 7. TETAP DIAKUI MASYARAKAT. 8. TERHINDAR DARI PENYAKIT BERBAHAYA. 9. HUBUNGAN TETAP HARMONIS. 10. MENCEGAH EFEK SAMPING DAN KERACUNAN OBAT. 11. DETEKSI DINI GANGGUAN KESEHATAN. PERILAKU YANG DIHINDARI :
1. KURANG BERSERAH DIRI DAN CEPAT PUTUS ASA.
2. PEMARAH, EMOSI LABIL. 3. MANJA, SERBA DILAYANI. 4. SUKA MENYENDIRI. 5. MALAS BERGERAK. 6. MELAKUKAN KEGIATAN MELEBIHI KEMAMPUAN. 7. MAKAN TIDAK TERATUR DAN KURANG MINUM. 8. TIDAK MEMERLUKAN LAGI KEHIDUPAN SEKSUAL. 9. KEBIASAAN BURUK ; MEROKOK, MINUM MIRAS, KOPI DLL. 10. MEMINUM OBAT TANPA ATURAN. 11. TIDAK MEMERIKSAKAN KESEHATAN SECARA TERATUR.
********
Kebutuhan Nutrisi pada Lansia A. Pendahuluan
Setiap mahluk hidup membutuhkan makanan untuk mempertahankan kehidupannya, karena didalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk melakukan kegiatan metabolismenya. Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi yang diberikan dengan baik dapat membantu dalam proses beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang dialaminya selain itu dapat menjaga kelangsungan pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat memperpanjang usia. Kebutuhan kalori pada lansia berkurang karena berkurangnya kalori dasar dari kebutuhan fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk malakukan kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat, misalnya : untuk jantung, usus, pernafasan dan ginjal. Berdasarkan kegunaannya bagi tubuh, zat gizi dibagi ke dalam tiga kelompok besar, yaitu : 1. Kelompok zat energi, termasuk ke dalam kelompok ini adalah :
Bahan makanan yang mengandung karbohidrat seperti beras, jagung, gandum, ubi, roti, singkong dan lain-lain, selain itu dalam bentuk gula seperti gula, sirup, madu dan lainlain. Bahan makanan yang mengandung lemak seperti minyak, santan, mentega, margarine, susu dan hasil olahannya.
2. Kelompok zat pembangun Kelompok ini meliputi makanan – makanan yang banyak mengandung protein, baik protein hewani maupun nabati, seperti daging, ikan, susu, telur, kacangkacangan dan olahannya.
3. Kelompok zat pengatur Kelompok ini meliputi bahan-bahan yang banyak mengandung vitamin dan mineral, seperti buah-buahan dan sayuran.
B. Faktor yang mepengaruhi Kebutuhan Gizi pada Lansia
Berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau ompong. Berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa manis, asin, asam, dan pahit. Esophagus/kerongkongan mengalami pelebaran. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun. Gerakan usus atau gerak peristaltic lemah dan b iasanya menimbulkan konstipasi. Penyerapan makanan di usus menurun.
C. Masalah Gizi pada Lansia
1. Gizi berlebih Gizi berlebih pada lansia banyak terjadi di negara-negara barat dan kota-kota besar. Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan berlebih, apalai pada lansia penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya aktivitas fisik. Kebiasaan makan itu sulit untuk diubah walaupun disadari untuk mengurangi makan. Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya : penyakit jantung, kencing manis, dan darah tinggi. 2. Gizi kurang Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah social ekonomi dan juga karena gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan menyebabkan berat badan kurang dari normal. Apabila hal ini disertai dengan kekurangan protein menyebabkan kerusakankerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun, kemungkinan akan mudah terkena infeksi. 3. Kekurangan vitamin Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan ditambah dengan kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu makan berkurang, penglihatan menurun, kulit kering, penampilan menjadi lesu dan tidak bersemangat.
D. Pemantauan Status Nutrisi
1. Penimbangan Berat Badan a. Penimbangan BB dilakukan secara teratur minimal 1 minggu sekali, waspadai peningkatan BB atau penurunan BB lebih dari 0.5 Kg/minggu. Peningkatan BB lebih dari 0.5 Kg dalam 1 minggu
beresiko terhadap kelebihan berat badan dan penurunan berat badan lebih dari 0. 5 Kg /minggu menunjukkan kekurangan berat badan. b. Menghitung berat badan ideal pada dewasa : Rumus : Berat badan ideal = 0.9 x (TB dalam cm – 100) Catatan untuk wanita dengan TB kurang dari 150 cm dan pria dengan TB kurang dari 160 cm, digunakan rumus : Berat badan ideal = TB dalam cm – 100
Jika BB lebih dari ideal artinya gizi berlebih Jika BB kurang dari ideal artinya gizi kurang 2. Kekurangan kalori protein Waspadai lansia dengan riwayat : Pendapatan yang kurang, kurang bersosialisasi, hidup sendirian, kehilangan pasangan hidup atau teman, kesulitan mengunyah, pemasangan gigi palsu yang kurang tepat, sulit untuk menyiapkan makanan, sering mangkonsumsi obat-obatan yang mangganggu nafsu makan, nafsu makan berkurang, makanan yang ditawarkan tidak mengundang selera. Karena hal ini dapat menurunkan asupan protein bagi lansia, akibatnya lansia menjadi lebih mudah sakit dan tidak bersemangat. 3. Kekurangan vitamin D Biasanya terjadi pada lansia yang kurang mendapatkan paparan sinar matahari, jarang atau tidak pernah minum susu, dan kurang mengkonsumsi vitamin D yang banyak terkandung pada ikan, hati, susu dan produk olahannya.
E. Perencanaan Makanan untuk Lansia - Perencanaan makan secara umum
1. Makanan harus mengandung zat gizi dari makanan yang beraneka ragam, yang terdiri dari : zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur. 2. Perlu diperhatikan porsi makanan, jangan terlalu kenyang. Porsi makan hendaknya diatur merata dalam satu hari sehingga dapat makan lebih sering dengan porsi yang kecil. Contoh menu :
Pagi : Bubur ayam Jam 10.00 : Roti Siang : Nasi, pindang telur, sup, pepaya Jam 16.00 : Nagasari Malam : Nasi, sayur bayam, tempe goreng, pepes ikan, pisang
3. Banyak minum dan kurangi garam, dengan banyak minum dapat memperlancar pengeluaran sisa makanan, dan menghindari makanan yang terlalu asin akan memperingan kerja ginjal serta mencegah kemungkinan terjadinya darah tinggi. 4. Batasi makanan yang manis-manis atau gula, minyak dan makanan yang berlemak seperti santan, mentega dll. 5. Bagi pasien lansia yang prose penuaannya sudah lebih lanjut perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Makanlah makanan yang mudah dicerna Hindari makanan yang terlalu manis, gurih, dan goring-gorengan Bila kesulitan mengunyah karena gigirusak atau gigi palsu kurang baik, makanan harus lunak/lembek atau dicincang Makan dalam porsi kecil tetapi sering Makanan selingan atau snack, susu, buah, dan sari buah sebaiknya diberikan
6. Batasi minum kopi atau teh, boleh diberikan tetapi harus diencerkan sebab berguna pula untuk merangsang gerakan usus dan menambah nafsu makan. 7. Makanan mengandung zat besi seperti : kacang-kacangan, hati, telur, daging rendah lemak, bayam, dan sayuran hijau. 8. Lebih dianjurkan untuk mengolah makanan dengan cara dikukus, direbus, atau dipanggang kurangi makanan yang digoreng - Perencanaan makan untuk mengatasi perubahan saluran cerna
Untuk mengurangi resiko konstipasi dan hemoroid : 1. Sarankan untuk mengkonsumsi makanan berserat tinggi setiap hari, seperti sayuran dan buah-buahan segar, roti dan sereal. 2. Anjurkan pasien untuk minum paling sedikit 8 gelas cairan setiap hari untuk melembutkan feses. 3. Anjurkan untuk tidak menggunakan laksatif secara rutin , karena pasien akan menjadi tergantung pada laksatif.
F. Cara Memberi Makan Melalui Mulut (oral)
1. Siapkan makanan dan minuman yang akan diberikan 2. Posisikan pasien duduk atau setengah duduk. 3. Berikan sedikit minum air hangat sebelum makan.
4. Biarkan pasien untuk mengosongkan mulutnya setelah setiap sendokan. 5. Selaraskan kecepatan pemberian makan dengan kesiapan pasien, tanyakan pemberian makan terlalu cepat atau lambat. 6. Perbolehkan pasien untuk menunjukkan perintah tentang makanan pilihan pasien yang ingin dimakan. 7. Setelah selesai makan, posisi pasien tetap dipertahankan selama ± 30 menit.
G. Prinsip Pemberian Makan Melalui Sonde (NGT)
Pemberian makan melalui sonde ditujukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien yang memiliki masalah dalam menelan dan mengunyah makanan, seperti pada pasien-pasien stoke. Adapun prinsip pemberiannya adalah sebagai berikut : 1. Siapkan makanan cair dan minuman hangat 2. Naikkan bagian kepala tempat tidur 30 – 45 derajat pada saat memberi makan dan 30 menit setelah memberi makan. 3. Bilas selang sonde dengan air hangat terlebih dahulu. 4. Pastikan tidak ada udara yang masuk ke dalam sonde pada saat memberi makan atau air. Pastikan pula selang dalam keadaan tertutup selama tidak diberi makan. 5. Periksa kerekatan selang, jika selang longgar beritahu perawat. 6. Laporkan adanya mual dan muntah dengan segera. 7. Lakukan perawatan kebersihan mulut dengan sering.
H. Contoh Bahan Makanan untuk Setiap Kelompok Makanan
1. Bahan makanan sumber karbohidrat (zat energi) : nasi, bubur beras, nasi jagung, kentang, singkong, ubi, talas, biskuit, roti , crakers, maizena, tepung beras, tepung terigu, tepung hunkwe, mie, bihun. 2. Bahan makanan sumber lemak (zat energi) : Minyak goreng, minyak ikan, margarin, kelapa, kelapa parut, santan, lemak daging. 3. Bahan makanan sumber protein hewani : Daging sapi, daging ayam, hati, babat, usus, telur, ikan, udang. 4. Bahan makanan sumber protein nabati : Kacang ijo, kacang kedelai, kacang merah, kacang tanah, oncom, tahu, tempe.
I. Prinsip Lima benar Pemberian Obat Oral
1. Benar obat : obat yang diberikan harus sesuai dengan resep dokter. 2. Benar dosis : jumlah obat yang diberikan tidak dikurangi atau dilebihkan. Penting diingat jenis obat antibiotik harus diberikan sampai habis. 3. Benar pasien : Pastikan obat diminum oleh pasien yang bersangkutan.
4. Benar cara pemberian yaitu melalui oral : berikan obat melalui mulut atau sonde. 5. Benar waktu : Pastikan pemberian obat tepat pada jadwalnya, misalnya 3 x 1 berarti obat diberikan setiap 8 jam dalam 24 jam ; jika 2 x1 berarti obat diberikan setiap 12 jam sekali.
ada Lansia
Kebutuhan Gizi Pada Lansia dan Jadwal Makan Pada Lansia- Lanjut usia (lansia) adalah merupakan tahap akhir dalam kehidupan manusia. Manusia yang memasuki tahap ini ditandai dengan menurunnya kemampuan kerja tubuh akibat perubahan atau penurunan fungsi organ - organ tubuh (Arisman, 2004). Berdasarkan WHO (Setianto,2007), lansia dibagi menjadi tiga golongan:
1. Umur lanjut ( elderly ) : usia 60-75 tahun. 2. Umur tua ( old ) : usia 76-90 tahun. 3. Umur sangat tua ( very old ) : usia > 90 tahun.
Status Gizi Pada Lansia Status gizi merupakan keseimbangan antara asuapan zat gizi dan kebutuhan akan zat gizi tersebut. Status gizi juga didefenisikan sebagai keadaan kesehatan seseorang sebagai refleksi konsumsi pangan serta penggunaannya oleh tubuh (Supariasa, Bakri, & Fajar, 2002). Status Gizi pada lanjut usia dipengaruhi oleh berbagai hal. Perubahan fisiologis, komposisi tubuh, asupan nutrisi dan keadaan ekonomi merupakan hal-hal yang dapat memicu terjadinya berbagai masalah gizi pada lanjut usia (Potter&Pierry, 2005).
Faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi lansia 1. Berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau ompong. 2. Berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa manis, asin, asam, dan pahit. 3. Esophagus/kerongkongan mengalami pelebaran. 4. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun. 5. Gerakan usus atau gerak peristaltic lemah dan biasan ya menimbulkan konstipasi. 6. Penyerapan makanan di usus menurun.
Masalah Gizi Pada Lansia Penyakit Gizi Lebih Pada Lansia
Banyak di negara barat dan perkotaan. Akibat pola makan yang salah pada usia muda. Peningkatan massa lemak. Pada Lansia akan terjadi penurunan aktivitas sehingga penggunaan energi pun menurun. Gizi lebih akan memberikan faktor resiko berbagai penyakit, seperti: Penyakit gagal jantung, Diabetes Mellitus, Hipertensi.
Penyakit Gizi kurang Pada Lansia Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah social ekonomi dan juga karena gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan menyebabkan berat badan kurang dari normal. Apabila hal ini disertai dengan kekurangan protein menyebabkan kerusakankerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun, kemungkinan akan mudah terkenainfeksi. Kekurangan Vitamin Terutama Vitamin A , C, E, B, Zn, Calsium, Fe, Asam folat.
dan
Mineral
Nutrisi - Nutrisi Yang Di Butuhkan Pada Lansia Perlu diketahui bahwa pada kebutuhan nutrisi pada lansia itu berbeda dengan orang yang masih muda. sehingga pada lansia di berikan nutrisi dengan cara tertuntu yang bertujuan untuk :
1. Menjadikan lansia yang dapat terpenuhi akan kebutuhan gizinya 2. Terpenuhinya kebutuhan jasmani, rohani, sosial dan psikologis lanjut usia secara memadai serta teratasinya masalah - masalah akibat usia lanjut. 3. Terlindunginya lanjut usia dari perlakuan yang salah. 4. Terlaksananya kegiatan - kegiatan yang bermakna bagi lanjut usia.
Jenis – jenis Sumber Gizi 1. Karbohidrat, Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi tubuh yang akan berfungsi sebagai cadangan energi tubuh kita untuk beraktivitas. Contoh : nasi, roti, kentang, sagu, sereal, pasta, singkong, dll.
2. Protein, Protein sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan setiap sel dalam tubuh dan juga untuk menjaga kekebalan tubuh. Contohnya : daging, telur, ikan, sedangkan dari nabati bisa dari jenis kacang-kacangan. 3. Vitamin dan Mineral, Vitamin merupakan fungsi vital dalam metabolisme tubuh, yang tidak dapat dihasilkan oleh tubuh, sedangkan mineral sendiri merupakan unsur pelengkap yang membantu dalam proses pertumbuhan dan perkembangan di dalam tubuh. Contoh : sayur-sayuran, buah-buahan, air minearal, dll.
Cara Pemberian Makanan Pada Lansia Makanan pada lansia sehari diberikan dalam 6-8 X terdiri dari : 3 x makanan utama dan 3-5 x makanan selingan. Contoh :
05.00 : susu/juice. 07.00 : makanan utama. 09.00 : ma/min selingan. 12.00 : makanan utama. 15.00 : ma/min selingan. 18.00 : makanan utama. Sebelum tidur ma/min selingan. Waktu untuk minum bebas.
Makalah Nutrisi pada Lansia Kata Pengatar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah- Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Nutrisi pada Lansia“ dengan lancar meskipun terdapat banyak kekurangan di dalamnya. Kami juga menghaturkan terima kasih kepada Ibu Prima Daniyati Kusuma beserta Ibu Eva Nurlina Aprilia selaku Dosen mata kuliah Gizi & Diet Akper Notokusumo yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai kebutuhan dan pemenuhan nutrisi pada lansia. Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah ini, karena tidak ada hal yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah ini dapat dipahami dan dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini.
Yogyakarta, 17 September 2015
Penyusun
DAFTAR ISI JUDUL................................................................................................................i KATA PENGANTAR ....................................................................................... DAFTAR ISI iii BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2 1.3 Tujuan............................................................................................................3
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Lansia.............................................................................................................4 2.2 Proses Menua.................................................................................................5 2.3 Perubahan Sistem Pencernaan.......................................................................5 2.4 Kebutuhan Nutrisi Lansia..............................................................................6 2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi pada Lansia.................6 2.6 Masalah Gizi pada Lansia..............................................................................7 2.7 Pemantauan Status Gizi.................................................................................7 2.8 Asupan Makanan pada Lansia.......................................................................8 2.9 Gizi Tepat untuk Lansia.................................................................................8 2.10 Perencanaan Makanan untuk Lansia............................................................8
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................9 3.2 Saran...............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB 1 PENDAHULUAN
ii
1.1
Latar Belakang Masalah Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008:32). Dalam kehidupan ini, manusia mengalami penuaan. Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang dideritanya (Constantinides, 1994). Terdapat batasan pada lanjut usia. Batasan umur lansia menurut WHO meliputi usia pertengahan ialah kelompok usia 45-59 tahun, lanjut usia antara 60-74 tahun, lanjut usia tua antara 75-90 tahun, dan usia sangant tua ialah di atas 90 tahun. Selain itu, menurut Setyonegoro, dalam Padila (2013) ialah usia dewasa muda usia 18/20-25 tahun, usia dewasa penuh usia 25-60/65, lanjut usia >65/70.
Sesorang yang sudah memasuki masa lansia banyak mengalami masalah nutrisi maupun perubahan-perubahan
fisiknya.
Perubahan-perubahan
fisik
pada
lansia
menurut
(Maryam, 2008:55) ialah sel, jumlah sel berkurang dan cairan tubuh menurun. Kemudian, kardiovaskuler kemampuan memompa darah menurun. Respirasi, kekuatan otot-otot pernafasan menurun. Persarafan, fungsinya menurun. Muskuluskeletal, cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh. Gastrointestinal, asam lambung menurun. Pendengaran, terjadi gangguan pendengaran. Penglihatan, respon terhadap sinar berkurang. Kulit, keriput serta kulit kepala dan rambut menipis. Sedangkan masalah nutrisi yang terjadi paa lansia misalnya tenaga berkurang, energi menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dan sebagainya. Berdasarkan data di Komisi Nasional Lanjut Usia (Komnas Lansia) dan Departemen Sosial, pada tahun 2000 tercatat sekitar 7,18% penduduk Indonesia berlansia atau setara dengan 14,4 juta orang, hingga Mei 2009 jumlah lansia mencapai kurang lebih 20 juta orang atau terbesar keempat dunia setelah AS, China, dan India, dan diperkirakan pada tahun 2020 jumlah akan mencapai 11,34% dari seluruh penduduk Indonesia atau setara dengan 28,8 juta orang. Namun, ada sekitar 74%
dari lansia usia 60 tahun ke atas menderita penyakit kronis yang harus makan obat terusmenerus selama hidup mereka.
Berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah nutrisi pada lansia antara lain melalui monitoring BB (kartu lansia), pendidikan gizi. Lansia dengan penyakit degeneratif perlu diberikan konseling gizi. Konseling gizi misalnya posyandu lansia yang bertujuan untuk meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, pendidikan gizi yang bertujuan agar masyarakt dapat memilik dan mempertahankan pola makan, penyuluhan kesehatan dan konseling gizi yang bertujuan untuk mengembangkan pengertian yang benar dan sikap yang positif individu/pasien atau kelompok/keluarga pasien (receiver), keluarga sadar gizi (kadarzi) yang bertujuan agar suatu keluarga mampu mengenal, mencegah, dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya.
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1
Apa Pengertian Lansia?
1.2.2
Bagaimana Batasan Usia Lansia?
1.2.3
Bagaimana Proses Menua?
1.2.4
Bagaimana Perubahan pada Sistem Tubuh pada Lansia Akibat Gangguan Sistem Pencernaan?
1.2.5
Bagaimana Kebutuhan Nutrisi pada Lansia?
1.2.6 Bagaimana Kebutuhan Lansia dapat Terpenuhi dan Hidup dalam Kesejahteraan pada Masa Lansia?
1.3
Tujuan Masalah
1.3.1
Mengetahui pengertian lansia
1.3.2
Mengetahui batasan usia lansia
1.3.3
Mengetahui bagaimana proses menua
1.3.4
Mengetahui perubahan pada sistem tubuh pada lansia akibat gangguan sistem pencernaan
1.3.5
Mengetahui kebutuhan nutrisi pada lansia
1.3.6
Mengetahui pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan lansia
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1
Lansia
2.1.1
Pengertian Lansia
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008). Secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Usia 65 tahun merupakan batas minimal untuk kategori lansia. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual (Efendi, 2009).
2.1.2
Batasan Usia Lansia
Menurut Santoso (2010 ), lansia adalah orang dengan usia di atas 60 tahun. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), batasan umur lansia ada empat tahap, yang pertama usia pertengahan yang berkisar antara 45 sampai 59 tahun. Kedua lansia yang berkisar antaara 60 sampai 74 tahun. Ketiga lansia tua yang berkisar antara 75 sampai 90 tahun. Terakhir usia sangat tua yang berkisar lebih dari 90 tahun. Menurut Depkes (2011), batasan usia lansia meliputi, pra lansia kelompok usia antara 45 sampai 59 tahun, lansia antara 60 sampai 69 tahun dan lansia beresiko kelompok usia lebih dari 70 tahun.
Lima klasifikasi usia pada lansia (Maryam, 2008) yaitu, Pra lansia atau prasenilis adalah seorang yang berusia antara 45 sampai 59 tahun, kemudian lansia adalah seorang yang berusia 60 tahun atau lebih, lansia beresiko tinggi adalah seorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorang yang berusia 60 tahun lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003), selain itu lansia potensial tinggi adalah lansia yang masih mampu melakukan aktivitas, yang terakhir lansia tidak
potensial adalah lansia yang tidak berdaya dalam mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003).
2.2
Proses Menua
Proses menua adalah suatu tahapan hilangnya kemampuan jaringan secara perlahan-lahan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi yang normal. Proses menua merupakan proses yang terjadi secara terus-menerus dan alamiah dimulai sejak lahir dan setiap individu berbeda kecepatannya. Menua bukanlah status penyakit yang terdapat pada diri seseorang tetapi menua merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh.
Ada beberapa macam teori yang berkaitan dengan proses penuaan menurut Darmojdo, antara lain Teori Genetik Clock, menurut teori ini proses menua telah terprogram oleh waktu secara genetik untuk spesies atau jenis tertentu. Kemudian Teori Mutasi somatik, menurut teori ini telah terjadi mutasi progresif pada DNA sel somatik yang menyebabkan menurunnya kemampuan fungsional sel somatik. Lalu adanya Teori Rusaknya Sistem Imun Tubuh, menurut teori ini terjadinya mutasi yang berulang maupun perubahan protein setelah translasi mengakibatkan sistem imun tubuh berkurang kemampuannya untuk mengenali dirinya maka hal ini menyebabkan peristiwa autoimun. Selain itu terdapat Teori Radikal Bebas, menurut teori ini tidak stabilnya radikal bebas di alam bebas mengakibatkan oksidasi oksigen sehingga menyebabkan sel-sel tidak bisa regenerasi. Teori menurut Darmodjo yang terakhir adalah Teori Menua Akibat Metabolisme, menurut teori ini penurunan jumlah kalori disebabkan karena menurunnya salah satu proses metabolisme yang akan menghambat pertumbuhan dan perpanjangan usia.
2.3
Perubahan Sistem Pencernaan
Kehilangan gigi, penyebab utama adanya periodental disease yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi buruk. Indera pengecap menurun, adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi indera pengecap (±80%), hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap di lidah terutama rasa manis, asin, asam, dan pahit. Esofagus (kerongkongan) melebar. Rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun), asam
lambung menurun, peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi atau sembelit. Fungsi absorbsi melemah (daya absorbsi terganggu). Liver (hati) semakin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan serta berkurangnya aliran darah.
2.4
Kebutuhan Nutrisi pada Lansia
Semua makhluk hidup memerlukan sumber energi untuk kelangsungan hidupnya. Tubuh memerlukan makanan yang bergizi untuk proses metabolisme. Pemenuhan kebutuhan gizi dengan baik dapat membantu menyesuaikan proses perubahan yang dialami dan dapat menjaga kelangsungan pergantian sel tubuh sehingga dapat memperpanjang umur untuk para lansia. Berdasarkan kegunaan bagi tubuh, zat gizi dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu zat energi, zat pembangun dan zat pengatur.
Pertama, zat energi. Dalam bahan makanan, zat energi ini mengandung karbohidrat dan lemak. Bahan makanan yang mengandung karbohidrat seperti beras, jagung, ubi, roti dll. Sedangkan bahan makanan yang mengandung lemak seperti santan, mentega, minyak dll. Kedua, zat pembangun. Dalam bahan makanan, zat pembangun ini mengandung protein. Bahan makanan yang mengandung protein seperti tempe, tahu, ikan, daging dll. Ketiga, zat pengatur. Dalam bahan makanan, zat pengatur ini mengandung vitamin dan mineral. Bahan makanan yang mengandung vitamin dan mineral seperti buah, sayur dll.
2.5
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi pada Lansia
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi pada lansia antara lain kerusakan gigi (ompong) sehingga kemampuan mencerna makanan berkurang, menurunnya cita rasa terhadap makanan karena melemahnya indera pengecap, pelebaran yang terjadi pada kerongkongan (oesophagus), asam lambung dan rasa lapar menurun, gerakan usus yang lemah, dan menurunnya penyerapan makanan di usus.
2.6
Masalah Gizi pada Lansia
2.6.1
Gizi Berlebih
Banyak terjadi di negara bagian barat dan kota besar. Berat badan berlebih dapat diakibatkan karena kebiasaan makan yang banyak saat muda dan pada lansia kalori yang digunakan
berkurang karena aktivitas fisiknya berkurang kegemukan adalah salah satu penyebab terjadinya berbagai penyakit seperti jantung, darah tinggi dan kencing manis.
2.6.2
Gizi Kurang
Terjadinya kekurangan gizi disebabkan oleh masalah sosial ekonomi dan gangguan penyakit. Berat badan yang kurang dari normal dapat disebabkan karena rendahnya konsumsi kalori dalam tubuh, dan bila kekurangan protein dapat menyebabkan kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki. Hal tersebut mengakibatkan kerontokan rambut, penurunan daya tahan tubuh, dan mudah terkena infeksi. 2.6.3
Kekurangan Vitamin
Kurang mengkonsumsi buah, sayur serta protein dapat mengakibatkan kulit kering, lesu, tidak semangat, kurang nafsu makan, serta penurunan penglihatan. 2.7 2.7.1
Pemantauan Status Gizi Penimbangan Berat Badan
Penimbangan Berat Badan dilakukan secara teratur minimal satu minggu sekali. 2.7.2
Kekurangan Kalori Protein
Penurunan asupan protein pada lansia mengakibatkan tidak semangat dan mudah terserang penyakit. 2.7.3
Kekurangan Vitamin D
Terjadi bila kurang mendapat sinar matahari, jarang minum susu, kurang mengkonsumsi vitamin D yang terdapat pada ikan, hati, susu dll. 2.8
Asupan Makanan pada Lansia
Gangguan pengaturan nafsu makan dan asupan energi berhubungan juga dengan proses penuaan yang dapat menimbulkan anoreksia atau obesitas. Untuk anoreksia disarankan untuk mempertimbangkan tambahan energi dari minuman, sedangkan obesitas harus mengkonsumsi makanan berbentuk padat.
2.9
Gizi Tepat untuk Lansia
Gizi yang tepat bagi lansia antara lain memperhatikan prinsip kebutuhan gizi, gizi yang disajikan dalam menu harus seimbang, penyesuaian tekstur dan bentuk makanan, mengurangi makanan
berlemak tinggi, mengurangi atau menghindari mengkonsumsi makanan yang mengandung garam natrium tinggi, serta Memperbanyak makan buah, sayur, dan air putih.
2.10
Perencanaan Makanan Untuk Lansia
Dalam perencanaan makan bagi lansia, perlu diperhatikan beberapa hal, seperti makanan harus mengandung zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur. Kemudian memperhatikan porsi makanan, jangan terlalu kenyang. Lalu, mengurangi konsumsi garam dan memperbanyak minum. Selain itu, membatasi makanan manis, berlemak serta membatasi menum kopi atau teh, memperbanyak konsumsi makanan yang mengandung zat besi, serta disarankan pengolahan makanan yang dikukus, direbus, maupun dipanggang serta kurangi makanan yang digoreng.
BAB 3 PENUTUP 3.1
Kesimpulan
Manula memiliki kebutuhan nutrisi secara khusus karena sistem jaringan dan organ mereka mengalami penuaan. Kesehatan nutrisi membantu manula menjaga hidup yang lebih aktif dan menyenangkan, melindungi mereka dari penyakit, mengurangi keparahan penyakit, dan mempercepat pemulihan penyakit. Maka dari itu manula membutuhkan asupan nutrisi yang tepat. 3.2
Saran
3.2.1
Saran bagi lansia
Sebaiknya lansia tidak mengabaikan makanan yang dikonsumsi sehari-hari dan tidak melakukan aktivitas yang terlalu berat atau memaksakan diri. 3.2.2
Saran bagi keluarga lansia
Sebaiknya keluarga lansia lebih memperhatikan asupan nutrisi, kesehatan, dan mengontrol aktivitas lansia. 3.2.3
Saran bagi pemerintah
Sebaiknya pemerintah ikut serta memberikan bantuan tambahan asupan makanan yang bergizi kepada masyarakat kurang mampu khususnya lansia yang sangat rentan terhadap penyakit.
3.2.4
Saran bagi panti
Sebaiknya panti melakukan peningkatan kebutuhan nutrisi dengan cara makan makanan dengan gizi seimbang, yaitu diimbangi dengan keadaan hidup bersih untuk setiap individu dan telaten untuk mengontrol asupan nutrisi lansia. 3.2.5
Saran bagi dinas sosial
Sebaiknya dinas sosial melakukan penyuluhan pada masyarakat khususnya masyarakat desa yang kurang paham terhadap kebutuhan nutrisi pada lansia.
GIZI TEPAT UNTUK LANSIA TEMA
: GIZI TEPAT UNTUK LANSIA
Ya… benar, Lansia atau Lanjut Usia akan dialami oleh semua orang yang dikarunia usia panjang tentunya kalau Tuhan menghendaki, karena kita tidak tahu berapa usia kita….. Penyiar : Betul..,meski bukan cita-cita tetapi semua orang yang berumur panjang akan mengalami masa lansia dan tidak dapat menolaknya. Sebenarnya penuaan itu terjadinya bagaimana ya ? Ahli Gizi : Penuaan adalah proses yang alami dan spontan, dimana terjadi penurunan faali tubuh atau organ tubuh yang berjalan perlahan namun berangsur dan pasti. Tanda yang mudah kita lihat adalah kulit yang tadinya halus mulus berangsur-angsur akan berubah menjadi keriput, rambut yang tadinya hitam mulai berubah menjadi putih, gigi yang tadinya lengkap kemudian menjadi ompong dan sebagainya Penyiar : Ya, mungkin bagi kita yang masih muda tidak pernah membayangkan bagaimana bila memasuki masa lanjut usia nanti, bahkan ada yang takut menjadi tua dan maunya sih ….muda terus, namun itu jelas tidak mungkin. Tapi saya pernah menemui orang masih muda tapi rambutnya sudah ubanan semua dan giginya ompong apa itu termasuk lansia ya? Ahli Gizi : Ya, memang rambut beruban, gigi ompong merupakan salah satu tanda penuaan, namun belum tentu orang yang beruban dan ompong itu adalah lansia. Yang dimaksud dengan lansia adalah orang yang berusia 60 tahun keatas. Menurut Depkes, penggolongan lansia dibagi menjadi 3 kelompok yaitu : 1. Kelompok Lansia Dini (55-64 tahun), ini merupakan kelompok yang baru memasuki lansia 2. Kelompok Lansia (65 tahun ke atas) 3. Kelompok Lansia Resiko Tinggi, yaitu lansia yang berusai lebih dari 70 tahun
Pada Lansia akan mengalami perubahan biologis, kemunduran biologis dan kemunduran kemampuan kognitif Penyiar : Oh berarti kalau umur 40 tahun sudah memutih rambutnya dan ompong giginya berarti belum dikatakan lansia ya. Ibu tadi menyebutkan per ubahan biologis….. yang dimaksud itu apa ya ?
Ahli Gizi : Pada masa lansia, terjadi perubahan biologis yaitu : 1. Perubahan Hormon Yang dimaksud adalah perubahan hormon dimana produksi estrogen dan progesteron menurun sehingga mengakibatkan : –
Kemampuan reproduksi pada wanita menurun dan akhirnya tidak ada (menopouse)
–
Indung telur mengalami atrofi
–
Hormon tidak seimbang
–
Proses metabolisme tubuh terganggu
–
Perubahan psikis dan fisik 1. Perubahan Jaringan Tulang
Dimana lansia mengalami osteoporosis, diperkirakan karena Ca (Kalsium) kurang. 1. Perubahan Proporsi Jaringan Lemak, dimana pada lansia jaringan lemak lebih banyak daripada jaringan otot sehingga cenderung mengalami kegemukan 2. Perubahan Susunan Syaraf dan Penurunan Panca Indera, misalnya pendengaran dan penglihatan berkurang. 3. Penurunan Elastisitas Kulit dimana kulit menjadi ke riput 4. Perubahan Pembuluh Darah yakni elastisitas menurun dan terjadi penebalan dinding yang mengakibatkan lansia mudah menderita hipertensi 5. Perubahan Fungsi Gastrointestinal yang mempengaruhi proses pe nyerapan dan pencernaan. Contohnya adalah kehilangan kemampuan mendeteksi rasa, gangguan menelan, konstipasi atau sembelit (susah buang air besar) dll
Penyiar : Oh ya.. itu tadi tentang perubahan biologis yang dialami oleh lansia, kalau kemunduran biologis dan kognitif yang Ibu sebutkan tadi kira-kira apa saja ? Ahli Gizi : Kemunduran biologis ini nampak sebagai gejala fisik antara lain : 1. 2. 3. 4.
Kulit mengendur Wajah mulai keriput Rambut mulai beruban Gigi mulai ompong
5. 6. 7. 8.
Penglihatan dan pendengaran menurun Cepat dan mudah lelah Gerakan lamban dan kelincahan berkurang Tubuh tidak ramping lagi karena terjadi timbunan lemak, biasanya di bagian perut dan pinggul
Sedangkan kemunduran kemampuan kognitif biasanya dirasakan oleh orang yang bersangkutan maupun orang yang berhubungan dengannya. Pada beberapa lansia terkadang penampilan secara fisik belum terlalu tua, misalnya rambut masih hitam, gigi belum ompon g, kulit agak kencang namun terjadi kemunduran kemampuan kognitif seperti : 1. Ingatan kurang berfungsi dengan baik, pelupa 2. Tidak mudah menerima ide-ide baru 3. Orientasi umum dengan persepsi terhadap waktu dan tempat berkurang atau pelupa
Penyiar : Oh begitu.., lantas kalau lansia sudah mengalami perubahan dan kemunduran, bagaimana dengan kebutuhan gizinya ? Ahli Gizi : Secara umum, kebutuhan gizi para lansia sedikit lebih rendah dibandingkan kebutuhan gizi di usia dewasa. Kondisi ini merupakan konsekuensi terjadinya penurunan tingkat aktivitas dan metabolisme basal tubuh para lansia/proses dalam tubuh lansia. Namun kebutuhan unsur gizi tertentu pada lansia mengalami peningkatan, hal ini disebabkan oleh terjadinya proses degradasi (perusakan) yang berlangsung sangat cepat. Misalnya sebagian besar lansia wanita membutuhkan asupan mineral kalsium sedikit lebih tinggi. Tujuannya untuk memperlambat proses kerusakan tulang. Di lain pihak, kebutuhan kalori justru mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya usia. Penurunan ini berhubungan dengan re ndahnya aktivitas fisik dan metabolisme basal tubuh (Metabolisme : proses kimiawi dalam tubuh untuk melaksanakan berbagai fungsi pentingnya). Sehingga jika bertambahnya usia tidak diimbangi dengan penurunan asupan kalori maka terjadinya obesitas atau kegemukan, kemungkinan besar tidak dapat dihindari. Penyiar : Kalau begitu kebutuhan gizi seluruh lansia itu sama ya Bu… Ahli Gizi : Secara prinsip kebutuhan gizi setiap individu berbeda-beda. Hal ini tergantung pada kondisi kesehatan, berat badan aktual, dan tinggi rendahnya tingkat aktivitas fisik seseorang. Di samping itu, angka kecukupan gizi untuk pria dan wanita sedikit berbeda karena adanya perbedaan dalam ukuran dan komposisi tubuh.
Beberapa sumber yang saya baca menyebutkan faktor-faktor yang terkait dengan kebutuhan gizi lansia yaitu : 1. Aktivitas Fisik
Pada umumnya, para lansia akan mengalami penurunan aktivitas fisik. Salah satu faktor penyebabnya adalah pertambahan usia yang dapat men yebabkan terjadinya kemunduran biologis. Kondisi ini setidaknya akan membatasi aktivitas yang menuntut ketangkasan fisik. Penurunan aktivitas fisik pada lansia harus diimbangi dengan penurunan asupan kalori, hal tersebut dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit degeneratif. 1. Kemunduran Biologis
Seperti yang sudah saya uraikan tadi bahwa memasuki usia senja, sesorang akan mengalami beberapa perubahan, baik secara fisik maupun biologis, misalnya tanggalnya gigi, kulit keriput, penglihatan berkurang, keropos tulang, rambut beruban, pikun, depresi, sensitivitas indera berkurang, metabolisme basal tubuh berkurang, dan kurang lancarnya proses pencernaan. Oleh karena itu asupan gizi untuk lansia harus disesuaikan dengan perubahan kemampuan organorgan tubuh lansia sehingga dapat mencapai kecukupan gizi lansia yang optimal. 1. Pengobatan
Bertambahnya usia identik dengan ketergantungan obat. Pada dasarnya, pengobatan dapat memperbaiki kondisi kesehatan dan meningkatkan kualitas hidup, tetapi di lain pihak pengobatan pun dapat mempengaruhi asupan kebutuhan gizi lansia, efek ini timbul karena obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi proses penyerapan zat gizi. Oleh karena itu bagi lansia yang harus menggunakan beberapa jenis obat dianjurkan untuk selalu mengkonsultasikan kepada dokter mengenai kemungkinan terjadinya efek samping obat yang sedang dan akan digunakan selain itu pasien juga dianjurkan untuk meminta saran dari dokter atau ahli gizi tentang pilihan makanan yang sebaiknya dikonsumsi. 1. Depresi dan Kondisi Mental
Depresi hampir dialami 12 – 14% populasi lansia. Perubahan lingkungan sosial, kondisi yang terisolasi, kesepian, dan berkurangnya aktivitas menjadikan para lansia me ngalami rasa frustasi dan kurang bersemangat. Akibatnya, selera makan terganggu sehingga secara tidak langsung dapat memicu terjadinya status gizi buruk. 1. Penyakit
Meningkatnya usia menyebabkan seseorang menjadi rentan terserang penyakit. Penyakit penyakit tertentu sering menyebabkan keadaan gizi buruk misalnya penderita diabetes mellitus umumnya mempunyai berat badan dibawah normal, hal tersebut disebabkan karena karena defisiensi insulin kondisi ini akan menyebabkan sedikitnya glukosa yang dapat diserap tubuh untuk diubah menjadi glukogen (energi), dengan demikian untuk memenuhi kebutuhan energi, tubuh akan merombak lemak (lipolisis) dan protein (proteolisis) untuk dijadikan sumber energi.
Jika kondisi ini terjadi secara terus menerus akan menyebabkan cadangan lemak dan protein di dalam tubuh berkurang. Akibatnya berat badan akan menurun. Penyiar : Ternyata banyak faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi lansia ya.., kadang kita yang mempunyai orang tua yang lansia kurang memperhatikan. Jadi .. bagaimana mengatur makanan pada lansia Bu, agar tidak terjadi kekurangan gizi atau bahkan kelebihan gizi ? Ahli Gizi : Cara mengatur makanan bagi lansia adalah : 1. Dengan memperhatikan prinsip-prinsip kebutuhan gizinya yaitu kebutuhan energi memang lebih rendah dari pada usia dewasa muda (turun sekitar 5-10%), kebutuhan protein sebesar 1 gr/kg BB, kebutuhan lemak berkurang, kebutuhan karbohidrat cukup (sekitar 50%), kebutuhan vitamin dan mineral sama dengan usia dewasa muda. Atau dengan cara praktis melihat di DKG A (Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan) 2. Menu yang disajikan untuk lansia harus mengandung gizi yang seimbang yakni mengandung sumber zat energi, sumber zat pem bangun dan sumber zat pengatur. Dalam hal ini kita bisa mengacu pada makanan empat sehat lima sempurna. 3. Karena lansia mengalami kemunduran dan keterbatasan maka konsistensi dan tekstur atau bentuk makanan harus disesuaikan. Sebagai contoh : gangguan pada gigi (gigi tanggal/ompong), maka bentuk makanannya harus lunak, misal nasi ditim, lauk pauk dicincang (ayam disuwir, daging sapi dicincang/digiling) 4. Makanan yang kurang baik bagi lansia adalah makanan berlemak tinggi seperti seperti jerohan (usus, hati, ampela, otal dll), lemak hewan, kulit hewan (misal kulit ayam, kulit sapi, kulit babi dll), goreng-gorengan, santan kental. Karena seperti prinsip yang disebutkan tadi bahwa kebutuhan lemak lansia berkurang dan pada lansia mengalami perubahan proporsi jaringan lemak. Hal ini bukan berarti lansia tidak boleh mengkonsumsi lemak. Lansia harus mengkonsumsi lemak namun dengan catatan sesuai dengan kebutuhannya. Sebagai contoh misalnya bila menu hari ini lauknya sudah digoreng, maka sayurannya lebih baik sayur yang tidak bersantan seperti sayur bening, sayur asam atau tumis. Bila hari ini sayurnya bersantan maka lauknya dipanggang, dikukus, dibakar atau ditim. 5. Lansia harus diberi pengertian untuk mengurangi atau kalau bisa menghindari makanan yang mengandung garam natrium yang tinggi. Contoh bahan makanan yang mengandung garam natrium yang tinggi adalah garam dapur, vetsin, daging kambing, jerohan, atau makanan yang banyak mengandung garam dapur misalnya ikan asin, telur asin, ikan pindang. Mengapa lansia harus menghindari makanan yang mengandung garam natrium yang tinggi ? Hal ini dikarenakan pada lansia mudah mengalami hipertensi. Hal ini, seperti yang dijelaskan tadi bahwa elastisitas pembuluh darah telah menurun dan terjadi penebalan di dinding pembuluh darah yang mengakibatkan mudahnya terkena hipertensi. Selain itu indera pengecapan pada lansia mulai berkurang, terutama untuk rasa asin, sehingga rasa asin yang c ukup-pun terasa masih kurang bagi mereka, lalu makanan ditambah garam yang banyak, hal ini akan meningkatkan tekanan darah pada lansia. Jadi kita memang perlu sampaikan kepada lansia bahwa panduan rasa asinnya tidak bisa lagi dipakai sebagai ukuran, karena bila dengan panduan asin dari lansia, untuk kita yang belum lansia akan terasa asin sekali.
6. Lansia harus memperbanyak makan buah dan sayuran, k arena sayur dan buah banyak mengandung vitamin, mineral dan serat. Lansia sering mengeluhkan tentang konstipasi/susah buang air besar, nah dengan mengkonsumsi sayur dan buah yang kaya akan serat maka akan melancarkan buang air besar. Untuk buah, utamakan buah yang bisa dimakan dengan kulitnya karena seratnya lebih banyak. Dengan mengkonsumsi sayuran dan buah sebenarnya lansia tidak perlu lagi mengkonsumsi suplemen makanan. 7. Selain konsumsi sayur dan buah, Lansia harus banyak minun air putih. Kebutuhan air yakni 1500 – 2000 ml atau 6 -8 gelas perhari. Air ini sangat besar artinya karena air menjalankan fungsi tubuh, mencegah timbulnya penyakit di saluran kemih seperti kencing batu, batu ginjal dan lainlain. Air juga sebagi pelumas bagi fungsi tulang dan engselnya, jadi bila tubuh kekurangan cairan maka fungsi, daya tahan dan kelenturan tulang juga berkurang. Air juga be rguna untuk mencegah sembelit, karena untuk penyerapan makanan dalam usus memerlukan air.
Sekedar mengingatkan bahwa biasanya orang Jawa ini identik dengan minuman ”NASGITEL”, yakni Panas, Legi, Kentel atau dalam bahasa Indonesia adalah Panas, Manis dan Kental, seperti kopi kental. Nah untuk minuman ini harus dikurangi. Jika sebelum lansia biasa minum kopi 2-3 kali maka setelah masuk masa lansia cukup sekali saja. Apalagi bagi lansia yang menderita diabetes dan obesitas lebih baik menghindari minuman yang manis atau yang menggunakan gula pasir. Air putih memang lebih baik daripada kopi, teh kental, soft drink, minuman beralkohol, es maupun sirup. 1. Daya tampung makanan lansia sudah terbatas, sehingga porsi makan pun tak bisa sama dengan seperti sebelum lansia (misal usia 50 tahun kebawah). Jika lansia memerlukan makanan yang banyak oleh karena penyakitnya misal lansia menderita TBC Paru, maka tidak perlu berpegang pada konsep tiga kali makan dalam sehari, namun makan porsi kecil namun sering misalnya 4 -5 kali dalam sehari atau 3 kali makan utama, 2 sampai 3 kali selingan.
Penyiar : Berarti kalau bisa disingkat… lansia harus makan makanan yang bergizi seimbang, menghindari makanan yang berlemak, menghindari makanan yang mengandung garam yang tinggi atau asin, menghindari minuman beralkohol, banyak makan sayur dan buah serta minum air putih. Selain itu bentuk makanannya lunak dan dalam porsi kecil namun sering, begitu ya Bu? Ahli Gizi : Tepat sekali… Penyiar : Kira-kira gambaran menunya seperti apa Bu, supaya Sobat Harmoni lebih jelas dan gamblang…sehingga kalau mau mempraktekkannya di rumah tidak mengalami kesulit an.. Ahli Gizi : Contoh Menu Lansia Dalam 1 Hari
Waktu Makan
Pria (2200 kal)
Wanita (1850 kal)
Pagi
1 ½ gls nasi/ pengganti
1 gls nasi/ pengganti
1 butir telur (Telur Mata Sapi)
1 btr telur
100 gr sayuran (Cah Kangkung)
100 gr sayuran
1 gls susu skim
1 gls susu skim
Pukul 10.00
Snack/buah (Nagasari)
Snack/buah
Siang
1 ½ gls nasi
1 gls nasi
50 gr daging/ikan/unggas (Pepes Ikan)
50 gr daging/ikan/unggas 25 gr tempe/kacang-kacangan
25 gr tempe/kacang-kacangan (Tempe bb Tomat)
150 gr sayuran
150 gr sayuran (Sayur Asem)
1 ptg buah
1 ptg buah (Semangka) Pukul 17.00
Snack/ buah (Bubur Kacang Hijau)
Snack/ buah
Malam
1 ½ gls nasi
1 gls nasi
50 gr daging/ikan/unggas (Basho Daging)
50 gr daging/ikan/unggas 50 gr tahu
50 gr tahu (Hot Tahu) 150 gr sayuran 150 gr sayuran (Sup Sayur) 1 ptg buah 1 ptg buah (Pisang) Bagaimana, sudah jelas dan mudah bukan dalam menyusun menu Lansia? Penyiar : Ya saya sudah jelas dan saya berharap Sobat Harmoni pun demikian. Oh ya .. masih ada hal lain yang perlu diperhatikan tidak pada lansia selain makanan untuk menunjang kesehatan? Ahli Gizi :
Ya.., bagi para lansia memang mengalami banyak kemunduran namun…. tidak perlu berkecil hati, harus selalu optimis, ceria dan berusaha agar selalu tetap sehat di usia lanjut dengan menjaga kesehatan. Ada satu pepatah Mbak Yuan.. Penyiar : Apa itu Bu ? Ahli Gizi : Kesehatan tidak berarti segala-galanya, tetapi tanpa kesehatan segalanya tidak berarti, maksudnya orang yang sehat belum tentu hidupnya makmur, kaya raya, segala keinginannya dapat terpenuhi, namun orang sehat bisa saja adalah orang yang sederhana atau biasa saja. Akan tetapi kesehatan itu adalah milik kita yang paling berharga, karena bila kita sakit kita tidak dapat berbuat apa-apa dan tidak bisa menikmati dengan baik apa yang kita miliki. Oleh karena itu kita harus selalu menjaga, merawat, memelihara dan menyayangi kesehatan. Penyiar : Betul sekali Bu… Ahli Gizi : Nah selain dari makanan untuk menjaga kesehatan, lansia perlu : 1. Olah raga yang teratur dan sesuai
Olah raga usia lanjut tidak perlu berlebihan, patokan olah raga lansia yaitu beban ringan atau sedang, waktu relatif lama, bersifat aerobik dan at au kalistenik, tidak kompetitif atau bertanding. Beberapa contoh olah raga yang sesuai dengan batasan tadi adalah jalan kaki, dengan segala bentuk permainan yang ada unsur jalan kaki misalnya golf, lintas alam, mendaki bukut, senam dengan faktor kesulitan kecil dan olah raga yang bersifat rekreatif dapat diberikan. 1. Istirahat, tidur yang cukup
Tidur ini bermanfaat untuk menyimpan energi, meningkatkan immunitas atau kekebalan tubuh, mempercepat proses penyembuhan penyakit, juga pada saat tidur tubuh memperbaiki jaringan tubuh yang mengalami kerusakan. Oleh karena itu orang pada umumnya akan merasa segar setelah istirahat. 1. Menjaga kebersihan
Lansia harus menjaga kebersihan tubuh, kebersihan lingkungan, kebersihan ruangan dan juga pakaian dimana dia tinggal. Yang termasuk kebersihan tubuh adalah mandi dua kali sehari, mencuci tangan sebelum makan atau sesudah mengerjakan sesuatu, sikat gigi setelah selesai
makan, membersihkan kuku dan lubang-lubang (hidung, telinga, pusar, anus dan organ intim), memakai alas kaki jika keluar rumah dan menggunakan pakaian yang bersih. Sedangkan kebersihan lingkungan yakni di halaman rumah, jauh dari sampah dan genangan air. Di dalam ruangan atau rumah bersih dari debu dan kotoran setiap hari, tutupi selalu makanan di meja makan. Pakaian, sprei, gorden, karpet, seisi rumah termasuk kamar mandi dan WC harus dibersihkan secara periodik. Tentu saja hal ini memerlukan bantuan dari keluarga atau orang yang tinggal bersama Lansia 1. Memeriksakan kesehatan secara teratur
Pemeriksaan kesehatan berkala dan konsultasi kesehatan merupakan kunci keberhasilan dari upaya pemeliharaan kesehatan lansia. Walaupun tidak sedang sakit, lansia dianjurakan untuk memeriksakan kesehatannya secara berkala, agar bila ada penyakit dapat diketahui lebih dini sehingga pengobatannya lebih mudah dan cepat dan jika ada faktor beresiko yang menyebabkan penyakit dapat dicegah. 1. Mental dan batin tenang dan seimbang
Yakni dengan lebih dekat kepada Tuhan, menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan, hal ini akan membuat lebih tenang. Lalu hindari stress, hidup yang penuh dengan tekanan yang akan merusak kesehatan. Stress juga dapat menyebabkan stroke, penyakit jantung dan sebagainya. Lalu tersenyum dan tertawa….tapi bukan senyum dan ketawa sendiri lho… Senyum dan ketawa akan membuat penampilan lebih menarik dan disukai semua orang. Tertawa membantu memandang hidup dengan positif dan juga terbukti memiliki kemampuan untuk menyembuhkan…ingat lagu”Hati yang Gembira adalah Obat..”? Tertawa juga ampuh untuk mengendalikan emosi kita yang tinggi dan untuk melemaskan otak kita dari kelelahan. Tertawa dan senyum itu murah tidak perlu membayar namun menjadikan hidup ceria, bahagia dan sehat 1. Rekreasi
Rekreasi untu menghilangkan kelelahan setelah b eraktifitas selama seminggu, bisa di pantai, di taman, atau bersantai bersama keluarga, anak dan cucu, atau teman dan tetangga. 1. Yang terakhir pertahankan hubungan yang baik dengan keluarga dan teman-teman, karena hidup sehat itu bukan hanya sehat jasmani dan rohani tetapi juga sehat sosial.
Penyiar : Aduh terimakasih Bu, senang sekali hari ini telah bertambah pengetahuan kita tentang gizi tepat pada lansia serta hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menjaga kesehatan Ahli gizi : Saya pun senang dapat membagikan pengetahuan kepada kita semua, dan saya berharap Sobat Harmoni pun memperoleh manfaatnya……………
Penyiar :
Nah kalau mungkin ada Sobat H armoni yang belum jelas tentang tema hari ini atau mau konsultasi langsung harus kemana Bu ? Ahli Gizi : Yah..bagi pendengar yang masih memerlukan informasi lebih lanjut, silakan datang ke Poli Gizi Rumah Sakit Katolik Budi Rahayu Blitar jl. Ahmad Yani no 18 Blitar untuk berkonsultasi pada jam dinas yakni 08.00 – 16.00 WIB. Ahli gizi siap membantu anda.. PUSTAKA
Bagian Gizi Rumah Sakit dr Cipto Mangunkusumo dan Persatuan Ahli Gizi Indonesia, Penuntun Diit, Jakarta, PT Gramedia, 1997 Materi Penyuluhan Gizi Massal (Pastoral Care) Instalasi Gizi Rumah Sakit Katolik Budi Rahayu Blitar tahun 2007
Makanan dan Kesehatan Lansia Posted by dedimisbahatori on May 15, 2013 in Gizi, Lansia, Penyakit
Proses kehidupan manusia sejak lahir sampai meninggal me rupakan proses alami yang berjalan terus dan merupakan siklus kehidupan. Proses kehidupan ini meliputi proses pertumbuhan dan perkembangan. Selama proses tumbuh kembang ini terjadi banyak perubahan pada tubuh manusia. Pada salah satu tahapan proses ini ada yang disebut dengan masa tua atau lanjut usia. Istilah Lanjut Usia Di Indonesia, sebenarnya belum ada ketentuan yang pasti mengenai penggolongan siapa saja yang termasuk usia lanjut. Demikian juga dengan istilah usia lanjut. Orang sering menyebutnya berbeda-beda, misalnya manusia Usia Lanjut (manula), manusia lanjut usia (lansia), warga usia lanjut (wulan), golongan lanjut umur (glamur), usia lanjut (usila), sedangkan di Inggris disebut dengan istilah warga negara senior.
Umur atau usia dibedakan menjadi dua, yaitu umur kronologis dan umur biologis. Umur kronologis yaitu umur yang dicapai seseorang dalam kehidupannya dihitung dengan tahun kalender. Sedangkan umur biologis adalah umur atau usia yang sebenarnya di mana pematangan jaringan digunakan sebagai patokan atau indeks umur. Hal ini menjelaskan mengapa orang-orang yang secara kronologis berumur sama tetapi secara fisik dan mental berbeda. Proses biologis inilah yang dicegah agar tampak awet muda. Menurut WHO, batasan usia bisa dibedakan menj adi: 1) Usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45-59 tahun; 2) Lanjut usia (elderly) antara 60-74 tahun; 3) Lanjut usia tua (old) antara 75-90 tahun; dan 4) usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun. Batasan usia lanjut di Indonesia belum ada, tetapi menurut UU no 4 tahun 1965 pasal 1 menyatakan “seseorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain”. Saat ini berlaku adalah UU No 4 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia yang berbunyi: “Lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas”. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
Pada usia lanjut terjadi perubahan yang meliputi perubahan fisik, mental, psikososial, dan spiritual. Perubahan fisik meliputi perubahan yang terjadi pada tubuh dan fungsi-fungsi organ tubuh. Kekuatan fisik dan daya tahan tubuh secara umum pada wulan mengalami penurunan, serta mekanisme kerja organ tubuh mulai terganggu. Kemunduran tersebut disebabkan oleh perubahan yang secara alami terjadi pada lansia, antara lain : 1. 2. 3. 4.
Besar otot berkurang, karena jumlah dan besar serabut otot berkurang, Metabolisme tubuh menurun, Kemampuan bernafas menurun karena elastisitas paru-paru berkurang, Kepadatan tulang menurun karena berkurangnya mineral, sehingga lebih mudah mengalami cidera, 5. Sistem kekebalan tubuh menurun hingga peka terhadap penyakit dan alergi, 6. Sistem pencernaan terganggu yang disebabkan antara lain oleh tanggalnya gigi, kemampuan mencerna dan menyerap zat gizi yang kurang efisien dan ge rakan peristaltik usus menurun, 7. Indra pengecap dan pembau sudah kurang sensitif (kurang peka) yang menyebabkan selera makan menurun.
Nutrisi Untuk Lansia
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pada usia lanjut terjadi kemunduran pada organ tubuh. Oleh karena itu hidup di usia lanjut harus selalu tetap optimis, ceria, dan berusaha selalu hidup sehat. Beberapa hal yang perlu diperhatikan agar tetap sehat di usia lanjut adalah faktor gizi (makanan dan pola makan), olahraga, dan gaya hidup. Makanan dan pola makan yang sehat dapat menjamin wulan untuk hidup lebih sehat, tetap aktif dalam waktu yang lama, membantu melindungi diri dari penyakit, dan mempercepat
penyembuhan bila terkena sakit. Banyak wulan yang menjalani hidup yang aktif dengan beberapa masalah kesehatan, sehingga menjadi rentan dan mudah terkena sakit dan b eresiko kekurangan gizi. Pendidikan gizi bagi kaum usia lanjut, kelompok pra pensiun dan mereka yang merawat wulan merupakan salah satu hal yang penting untuk mencegah terjadinya salah nutrisi yang bisa menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. Masalah gizi yang dihadapi para lansia terkait dengan menurunnya aktifitas fisiologis tubuhnya. Selain itu status kesehatan yang tidak seragam menyulitkan menetapkan standar kebutuhan zat gizi lansia tersebut. Belum ada standar yang jelas di Indonesia, namun dari hasil Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (LIPI, 1989) ditetapkan angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk wulan dalam sehari. Tabel 1. Angka Kecukupan Energi Dan Zat Gizi Yang Dianjurkan Untuk Lansian Dalam Sehari Komposisi
Laki-laki Perempuan
Energi (Kal)
1960
1700
Protein (gram)
50
44
Vitamin A (RE)
600
500
Thiamin (B1) (mg)
0.8
0.7
Riboflavin (B2)(mg)
1.0
0.9
Niasin (B3) (mg)
8.6
7.5
Vitamin B12 (mg)
1.0
1.0
Asam folat (mikrogram) 170
150
Vitamin C (mg)
40
30
Kalsium (mg)
500
500
Fosfor (mg)
500
450
Besi (mg)
13
16
Seng (mg)
15
15
Iodium (mikrogram)
150
150
Sumber: Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (LIPI, 1989) Energi Kecepatan metabolisme pada lansia menurun sekitar 15-20%. Disebabkan karena berkurangnya massa otot. Selain itu, aktifitas (kerja dan olahraga) yang dilakukan oleh lanjut usia umumnya menurun. Agar metabolisme dalam tubuh wulan tetap berlanjut, dibutuhkan energi sebanyak 1960 kkal untuk pria dan 1700 kkal untuk wanita. Energi ini diperoleh dari karbohidrat, lemak dan protein. Komposisi energi yang baik untuk wulan yaitu 20-30% dari protein, 20% dari lemak dan 50-60% dari karbohidrat. Energi atau kalori yang berlebihan dapat menyebabkan overweight (kegemukan), yang dapat mempercepat timbulnya penyakit degeneratif. Sebaliknya bila terlalu sedikit, maka cadangan energi dalam tubuh akan digunakan, sehingga tubuh menjadi kurus. Protein Kebutuhan protein bagi orang dewasa rata-rata ditetapkan sebesar 0,8 g per kg berat tubuh per hari, dengan syarat kualitas proteinnya setara dengan telur. Untuk protein yang kualitasnya lebih rendah dari telur, diperlukan jumlah yang lebih banyak. Oleh sebab itu ditetapkan titik amannya kebutuhan protein orang dewasa adalah sekitar 1 g per kg berat badan.
Pada usia lanjut, meskipun massa ototnya berkurang tetapi kebutuhan akan protein tidak berkurang. Ini disebabkan efisiensi penggunaan protein oleh tubuh pada wulan berkurang dikarenakan pencernaan dan penyerapannya kurang efisien. Di samping itu adanya tekanan batin (stress), penyakit infeksi, patah tulang dan lain-lain, akan meningkatkan kebutuhan protein bagi lansia. Beberapa penelitian merekomendasikan agar sebaiknya konsumsi protein bagi wulan ditingkatkan sebesar 12-14% dari porsi orang dewasa. Sumber protein yang baik bisa berasal dari putih telur, susu rendah lemak, daging rendah lemak, kacang-kacangan, dan supplemen seperti whey atau soy protein. Lemak Konsumsi lemak yang dianjurkan adalah kurang dari 30% total kalori yang dibutuhkan. Konsumsi lemak total yang terlalu tinggi (lebih dari 40 persen dari konsumsi energi) dapat menimbulkan penyakit atherosklerosis (penyumbatan pembuluh darah ke arah jantung). Dianjurkan 20% dari konsumsi lemak tersebut adalah asam lemak tidak jenuh (PUFA = pol y unsaturated faty acid). Minyak nabati merupakan sumber asam lemak tidak jenuh yang baik, sedangkan lemak hewan banyak mengandung asam lemak jenuh.
Hal lain yang sangat perlu diperhatikan yaitu adanya kandungan trans fat (lemak trans). Jenis asam lemak ini lebih berbahaya dibandingkan dengan asam lemak jenuh. Lemak inilah yang berperan dalam pembentukan kolesterol berlebih dalam tubuh manusia. Lemak trans bisa muncul dalam sumber lemak yang baik jika tidak digunakan dengan cara yang benar. Minyak nabati yang baik seperti minyak zaitun, minyak canola jika digunakan untuk menggoreng dalam waktu yang lama bisa memunculkan lemak trans. Margarine yang diproses dengan cara hid rogenasi sebagian juga mengandung lemak trans dan lebih banyak lemak trans yang terbentuk jika digunakan dalam menggoreng.
Sumber lemak yang baik dapat berasal dari ikan dan minyak ikan, minyak zaitun, minyak bekatul, minyak canola, minyak kedele, lemak alami yang berasal dari buah-buahan. Karbohidrat dan Serat Makanan Karbohidrat tetap menjadi sumber kalori utama bagi lansia. Sumber karbohidrat untuk lansia bisa diperoleh dari sumber karbohidrat kompleks seperti serealia (biji-bijian) terutama dari serealia utuh (whole grain), umbi-umbian, dan kacang-kacangan. Lansia sebaiknya mengurangi konsumsi gula-gula sederhana seperti gula pasir dan sirup dan menggantinya dengan karbohidrat kompleks. Karbohidrat yang berasal dari biji-bijian dan kac ang-kacangan utuh selain berfungsi sebagai sumber energi juga berfungsi sebagai sumber serat dan protein.
Salah satu masalah yang banyak diderita oleh para lansia yaitu sembelit atau konstipasi (susah buah air besar) dan terbentuknya benjolan-benjolan pada usus. Serat makanan telah terbukti dapat menyembuhkan kesulitan tersebut. Serat terdiri dari dua jenis yaitu serat larut dan serat tidak larut. Serat larut pangan berfungsi membantu memperlancar BAB, serta mengikat lemak pada usus sehingga tidak terserap tubuh dan dikeluarkan bersama kotoran. Serat ini juga berperan dalam membantu menjaga kadar gula darah tetap normal, dan menjaga badan tetap ideal. Serat tidak larut pangan dapat membantu memperlancar BAB. Lansia tidak dianjurkan mengkonsumsi supplemen serat, karena d ikuatirkan konsumsi seratnya bisa berlebihan sehingga bisa menyebabkan mineral dan zat gizi lain terserap oleh serat sehingga tidak bisa digunakan oleh tubuh. Sumber serat yang baik bagi lansia bisa diperoleh dari sayuran, buah-buahan segar, dan biji bijian utuh seperti gandum utuh, beras merah dan beras coklat, oatmeal, dan bekatul. Banyak lansia yang mengalami kesulitan dalam konsumsi susu (mengalami diare). Hal ini disebabkan dalam ususnya tidak terdapat enzim pencerna laktosa (gula susu), sehingga laktosa dicerna oleh mikoba usus besar dan menimbulkan diare. Produk-produk susu yang sudah difermentasi misalnya yogurt dan keju tidak menimbulkan diare karena kandungan laktosanya telah digunakan olah bakteri untuk proses fermentasi. Akan tetapi selalu untuk memilih produk produk fermentasi susu yang dibuat dari susu yang rendah lemak. Produk fermentasi susu ini juga merupakan sumber protein, vitamin dan mineral. Vitamin dan Mineral Hasil penelitian menyimpulkan bahwa umumnya para lansia kurang mendapat asupan vitamin A, B1, B2, B6, niasin, asam folat, vitamin C, D, dan E. Umumnya disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang gizi, pembatasan konsumsi makanan bergizi karena alasan citarasa dan biaya, serta kurangnya konsumsi buah-buahan dan sayuran.
Sedangkan masalah kekurangan mineral yang paling banyak diderita wulan adalah kurang mineral kalsium yang menyebabkan kerapuhan tulang dan kekurangan zat besi yang dapat menyebabkan anemia. Kebutuhan vitamin dan meneral bagi lansia menjadi penting untuk membantu metabolisme zatzat gizi yang lain. Sayuran dan buah hendaknya dikonsumsi secara teratur sebagai sumber
vitamin, mineral dan serat. Jika dirasa kurang men dapat asupan vitamin dan mineral dari bahan makanan, maka penggunaan supplemen bisa membantu memenuhi kebutuhan tersebut. Air Air merupakan salah satu komponen yang penting bagi lansia. Cairan dalam bentuk air dalam minuman dan makanan sangat diperlukan tubuh untuk mengganti cairan tubuh yang hilang dalam bentuk keringat dan urin, membantu pencernaan makanan dan membersihkan ginjal (membantu fungsi kerja ginjal). Orang dewasa dianjurkan minum seban yak 2 sampai 2,5 liter per hari. Ketentuan ini berlaku pula pada wulan (minum lebih dari 6 – 8 gelas per hari). Tips Dalam Menyusun Menu Makanan Untuk Lansia
Para ahli gizi menganjurkan bahwa untuk wulan yang sehat, menu sehari-hari hendaknya : 1. Tidak berlebihan, tetapi cukup mengandung zat gizi sesuai dengan persyaratan kebutuhan wulan (50-60% karbohidrat, 20% lemak, dan 20-30% protein). 2. Bervariasi jenis makanan dan cara olahnya; 3. Membatasi konsumsi lemak yang tidak kelihatan (menempel pada bahan pangan, terutama pangan hewani); 4. Membatasi konsumsi gula, dan minuman yang banyak mengandung gula; 5. Menghindari merokok dan minuman alkohol; 6. Cukup mengkonsumsi makanan berserat (buah-buahan, sayuran dan serealia) untuk menghindari sembelit atau konstipasi, 7. Bahan makanan yang tinggi kalsium seperti susu non fat, yoghurt dan ikan. 8. Makanan yang mengandung zat besi seperti kacang-lacangan, daging rendah lemak, bayam dan sayuran hijau. 9. Membatasai penggunaan garam dan MSG. Gunakan garam diet. 10. Bahan makanan sebagai sumber zat gizi sebaiknya dari bahan makanan yang segar dan m udah dicerna serta mudah dikunyah. 11. Minum yang cukup.
Contoh Menu Makanan Untuk Lansia
Menu makanan sehari-hari untuk lansia dapat disusun berdasaran konsep 4 sehat 5 sempurna atau konsep gizi seimbang. Contoh susunan makanan untuk wulan dapat dilihat di tabel berikut. Tabel 1. Contoh susunan makanan lansia dalam sehari Jenis Pangan
Breakfast
Jumlah
Kelompok makanan
Oatmeal
1 porsi
Karbohidrat
Susu rendah lemak/tinggi kalsium
1 gelas
Susu
Jeruk
1 buah
Buahan
Mid-morning Biskuit rendah lemak/tinggi serat
Lunch
2-3 pcs
Makanan selingan
Melon
1 potong
Buahan
Nasi putih/nasi merah
1 mangkuk
Karbohidrat
Daging ayam
1 potong
Protein
Tahu
1 potong
Protein
1
Bayam
Mid afternoon
porsi/mangkuk
Sayuran
Melon
1 potong
Buahan
Pepaya
1 potong
Buahan
1 potong
Protein
Evening meal Ikan Sup krim jamur isi sayur dan potongan roti gandum kering Pepaya
1 mangkuk
1 potong
Karbohidrat & Sayuran Buahan
Agar tidak membosankan, variasikan menu sehari-hari dengan bahan-bahan makanan yang menyehatkan yang bisa diperoleh di sekitar kita. Selain itu bahan makanan yang bervariasi dapat saling melengkapi kandungan gizinya. Tabel berikut memperlihat jenis-jenis bahan makanan pengganti. Tabel 2. Berbagai kelompok makanan pengganti/penukar Kelompok Makanan
Sumber Karbohidrat
Sumber Protein Hewani
Sumber Protein Nabati
BahanMakanan
Beras merah, beras coklat, beras hitam, oatmeal, jagung, kentang, roti gandum, roti tawar, singkong, talas, ubi jalar, ubi ungu, m acaroni (pasta), mie. Daging ayam tanpa kulit, daging sapi, hati (ayam atau sapi), telur unggas, ikan mas, ikan kembung, ikan sarden, ikan tuna, bandeng, baso daging. Kacang tanah, kedelai, kacang hijau, kacang merah, kacang tolo, tahu, tempe, oncom.
Buah-buahan
Sayuran
Pepaya, jeruk, apel, melon, belimbing, alpukat, jambu biji, mangga, nangka, pisang, semangka, sirsak, strawberry, tomat. Bayam, buncis, daun pepaya, daun singkong, katuk, kapri, kacang panjang, pare, kecipir, sawi, wortel, selada, kol, terung, jagung manis.
Susu
Susu sapi rendah lemak dan tinggi kalsium, susu kedelai.
Makanan/minuman
Biskuit rendah kalori kaya serat, buah-buahan, teh hijau, agar-agar r endah
selingan
gula , jus buah tanpa gula, minuman bekatul, rujak buah, yogurt.
Olahraga Lansia
Tingkat kesegaran jasmani akan berkurang seiring dengan pertambahan usia. Penurunan kemampuan akan semakin terlihat setelah umur 40 tahun, sehingga saat usia lanjut kemampuan akan turun antara 30-50%. Lansia seharusnya berolahraga dan disesuaikan dengan kondisi fisik (adanya penyakit) dan umurnya. Untuk lansia, diberikan patokan untuk berolahraga antara lain yaitu dengan menggunakan beban ringan atau sedang, waktu bisa relatif lebih lama, bersifat aerobik dan atau kalistenik (gerakan yang dinamis, sederhana, dan berirama, serta sedikit menggunakan alat). Beberapa contoh olahraga yang sesuai dengan patokan diatas yaitu jalan kaki, bentuk permainan yang ada unsur jalan kaki, misalnya golf, lintas alam, mendaki bukit, senam dengan faktor kesulitan kecil, dan berolahraga yang bersifat rekreatif. Selain itu bisa juga dilakukan di fitness center dengan latihan-latihan seperti latihan beban yang ringan atau menggunakan treadmill. Latihan otot untuk wulan bisa menghambat laju perubahan degeneratif. Penyakit Yang Biasa Diderita Lansia
Usia lanjut memiliki banyak masalah dengan kesehatan yang terkait dengan menurunnya fungsi tubuh dan faktor-faktor sekitar seperti makanan dan lingkungan sekitar. Penyakit-penyakit yang biasa diderita oleh usia lanjut antara lain: Jantung dan serangan jantung Untuk mencegah dari serangah jantung, bisa dilakukan dengan cara-cara berikut yaitu makan makanan yang sehat untuk menurunkan tekanan darah tinggi dan kadar kolesterol dalam darah, kurangi berat badan jika kita termasuk memiliki berat yang berlebih (overweight), berhenti merokok, kurangi stress, cukup berolahraga (misalnya jogging dan jalan kaki) atau melakukan aktifitas fisik yang lain, kurangi konsumsi garam sampai 5 mg (atau sekitar 1 sendok teh dalam 24 jam) dan hindari makanan gorengan dan bergaram. Tekanan Darah Tinggi Untuk mencegah terjadi penyakit tekanan darah tinggi , lakukan aktifitas fisik seperti olahraga secara teratur, jalan kaki, yoga, atau aerobik yang ringan; jaga berat tubuh agar pada kondisi ideal, ikuti pola makan sehat seperti makan makanan yang berasal dari buah dan sayuran, susu
rendah kalori, minyak ikan, hindari minuman beralkohol dan soft drink, berhenti merokok dan kurangi konsumsi garam atau diganti dengan garam diet. Arthritis (reumatik) Untuk mencegah penyakit reumatik ini biar tidak kumat antara lain: lakukan latihan fisik dan berjalan kaki secara teratur, pola makan yang seimbang dan gaya hidup yang sehat dapat mencegah penyakit ini, minumlah suplemen berupa kalsium dan vitamin D secara teratur bila tidak tercukupi dari makanan yang dikonsumsi, lakukan olahraga angkat beban ringan secara teratur, hindari merokok dan alkohol, lakukan tes tulang untuk melihat kondisi tulang kita. Osteoporosis (tulang rapuh) Berikut adalah langkah-langkah untuk mencegah tulang menjadi cepat lemah dan rapuh, yaitu dengan cukup konsumsi kalsium setiap hari; cukup vitamin D setiap hari (dapat diperoleh d ari makanan/minuman atau sinar matahari); makan makanan yang sehat yang mengandung vitamin A, Vitamin C, magnesium, seng dan protein , yang dapat berasal dari susu, buah-buahan dan sayuran hijau dan berdaging; selalu aktif secara fisik dapat membantu kesehatan tulang; jangan merokok karena bisa merusak tulang dan menurunkan kadar estrogen dalam tubuh; dan hindari pekerjaan-pekerjaan atau aktifitas yang beresiko besar untuk terjatuh. Diabetes Untuk mengontrol diabetes, lakukan latihan setiap pagi misalnya berjalan pagi, jogging dengan intensitas kecil atau sedang, atau aerobik ringan; pilihlah makanan-makanan yang sehat (rendah lemak, rendah kalori dan rendah garam); hindari konsumsi gula dan sirup, pilihlah gula diet; konsumsi sayuran dan buah segar, ganti soft drink dengan jus buah tanpa gula atau air putih; makan makanan dan snack yang sesuai (rendah gula) pada waktu-waktu tertentu dalam sehari agar kadar gula darah bisa terjaga; dan yang terakhir yaitu selalu lakukan kontrol ke dokter. Kanker Untuk mencegah kanker: berhentilah merokok, konsumsi buah dan sayur secukupnya yang dapat mempunyai efek melindungi dari kanker (sebagai antioksidan), konsumsi teh hijau secangkir sehari secara teratur dapat mencegah kanker dan juga melindungi jantung, aktifitas fisik secara teratur dan menjaga berat badan, juga menghindari bahan-bahan makanan yang mempunyai efek karsinogenik dan menghindari dari bahan-bahan atau sumber radiasi. Ginjal Sakit ginjal dapat dicegah dengan menjaga tekanan darah di batas normal, menjaga berat badan, kurangi makanan berlemak, minum air yang cukup, kurangi minum kopi, hindari minuman beralkohol, tidak merokok atau menggunakan produk tembakau. Pembesaran prostat Untuk mencegahnya yaitu dengan teratur melakukan olahraga ringan, makan makanan yang bergizi seperti sayuran dan buahan (kubis-kubisan, alpukat, kacang-kacangan, labu, tomat, ikan dan minyak ikan), mengikuti pola makan sehat, tidak merokok, tidak begadang, kurangi makanan pedas yang berlebihan, dan memeriksakan ke dokter secara berkala.
TBC TBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh mikroba. Untuk pencegahannya yaitu hidup bersih dan sehat, mencuci tangan setelah berada di sekitar orang yang mengidap penyakit batuk kronik, konsumsi makanan yang ka ya akan vitamin, mineral, kalsium, protein dan serat, hindari berada cukup dekat dengan orang yang sedan g batuk, olahraga teratur di tempat yang berudara segar dan sejuk. Lakukan pemeriksaan jika menderita batuk agak lama. Penyakit mata Penyakit mata atau katarak adalah salah satu penyakit yang menyerang lansia. Pencegahannya yaitu dengan mengkonsumsi makanan yang kaya vitamin A, C dan E seperti buah-buahan, sayursayuran, dan ikan. Kandungan katekin dalam teh hijau juga membantu mencegah terjadinya katarak. Istirahatkan mata selama selama 5-30 menit jika kita sedang membaca (caranya: menutup mata atau menghadap ke suatu arah tertentu, bernapas dalam dan menutup mata dengan telapak tangan). Gunakan kacamata gelap jika sedang berada di luar di siang hari. Alzheimer (penyakit pikun) Agar tidak pikun, mulailah rajin berolahraga yang ringan, konsumsi makanan yang bergizi seperti serealia utuh (yang banyak kandungan vitamin B nya), ikan dan minyak ikan, teh, sayuran dan buahan (misalnya buah delima), makanan yang mengandung vitamin D (misalnya telur, susu), selalu aktif berpikir, tidur teratur dan cukup, serta melindungi otak dari ancaman cedera atau yang lainnya. Peranan Bakteri Baik Dalam Usus Bagi Lansia
Sebuah studi baru menemukan bahwa kunci panjang umur bagi lansia terletak pada triliunan ‘bakteri baik’ yang hidup di dalam usus orang-orang berusia 60 tahun ke atas tersebut. Keberagaman bakteri tersebut hanya bisa didapatkan dari variasi makanan yang dikonsumsi, terutama dari buah-buahan dan sayuran. Dengan keberagaman bakteri yang ada maka hal ini dapat membantu mencegah sejumlah besar penyakit serta gangguan kesehatan seiring dengan pertambahan usia seperti hilangnya daya ingat. “Studi ini pun memberikan motivasi bagi banyak orang agar tidak memberi makan kakek neneknya dengan makanan berkalori dan bervitamin saja, justru lebih baik jika Anda memvariasikan makanan mereka karena Anda juga memberi makan bakteri-bakteri baik di dalam ususnya,” ungkap peneliti. Kesimpulan ini didapatkan setelah peneliti menanyai 178 pria dan wanita berusia 64-72 tahun tentang pola makannya, kemudian menganalisis bakteri-bakteri di dalam ususnya dan menempatkan partisipan dalam sebuah tes kesehatan . Partisipan sendiri terbagi dalam dua kategori, partisipan yang tinggal di rumah dan p artisipan yang tinggal di rumah sakit. Hasilnya, lansia yang tinggal di rumah sakit selama lebih dari enam minggu memiliki variasi bakteri usus yang lebih sedikit dibandingkan lansia yang tinggal di rumah. Kondisi kesehatannya pun lebih buruk dan pola makannya tidak bervariasi.
Lansia yang tinggal di rumah sakit juga makan buah-buahan dan sayuran namun dalam porsi yang lebih kecil, bahkan sebagian besar pola makannya didominasi makanan berlemak, mengandung gula dan daging. Jumlah asupan roti gandum dan serealnya pun lebih kecil daripada partisipan yang tinggal di rumah saja. Menurut peneliti dari University College Cork tersebut, menu yang diberikan kepada para lansia ini sebenarnya sudah divariasi, namun kondisi para lansia-lah yang membuat pilihan makanannya menjadi kurang menarik. Biasanya hal ini disebabkan oleh masalah pada gigi, sistem pencernaan ataupun menurunnya ketertarikan lansia terhadap berbagai hal di sekitarnya sehingga mereka cenderung memilih makanan ringan seperti teh dan roti panggang saja. Peneliti Paul O’Toole mengatakan ada beberapa cara yang dilakukan bakteri-bakteri dalam usus untuk membantu lansia tetap fit. Sejumlah bakteri membantu melepaskan energi dari buah dan sayuran serta menjaga kesehatan usus. Bakteri lainn ya memperkuat otot dan menjaga otak lansia tetap bisa bekerja dengan cepat, termasuk mencegah lansia ini terjatuh atau terpeleset. “Perlu lebih banyak upaya untuk memastikan para lansia ini makan makanan yang bervariasi. Kalaupun lansia tak bisa memakan makanan yang ditawarkan, industri makanan seharusnya bisa mencari cara untuk membuat alternatif yang bisa menarik minat para lansia,” pungkasnya seperti dilansir medindia, Jumat (20/7/2012). Tips Makanan Sehat Bagi Lansia
Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menu makanan bagi lansia, sebagaimana ditulis dalam situs Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 1. Membuat masakan dengan bumbu yang tidak merangsang, seperti pedas atau asam, karena dapat mengganggu kesehatan lambung dan alat pencernaan. 2. Mengurangi pemakaian garam, yakni tidak lebih dari 4 gram per hari, untuk mengurangi risiko tekanan darah tinggi. 3. Mengurangi santan, daging yang berlemak, dan minyak agar kolesterol darah tidak tinggi. Memperbanyak makanan yang berkalsium tinggi, seperti susu dan ikan. Pada orang lanjut usia, khususnya ibu-ibu yang menopause, sangat perlu mengkonsumsi kalsium untuk mengurangi risiko keropos tulang. 4. Memperbanyak makanan berserat, seperti sayuran mentah, agar pencernaan lancar dan tidak sembelit. 5. Mengurangi konsumsi gula dan makanan yang mengandung karbohidrat tinggi agar gula darah normal, khususnya bagi penderita kencing manis agar tidak terjadi komplikasi lain. 6. Menggunakan sedikit minyak untuk menumis dan kurangi makanan yang digoreng. Perbanyak makanan yang diolah dengan dipanggang atau direbus karena makanan tersebut mudah dicerna.
7. Membuat masakan yang lunak dan mudah dikunyah sehingga kesehatan gigi terjaga. [Dari berbagai sumber]
Gejala Hipertensi Pada Lansia Gejala Hipertensi Pada Lansia – Saya akan membahas penyakit hipertensi dan gejala hipertensi pada lansia yang saat ini banyak di alami oleh penduduk di Indonesia. Hipertensi atau yang di kenal dengan tekanan darah tinggi merupakan jenis penyakit yang cukup berbahaya karena mempunyai risiko tinggi terhadap serangan stroke dan jantung, tentu anda semua juga sudah tidak asing lagi dengan penyakit hipertensi karena di Indonesia sudah banyak penduduk yang menderita hipertensi. Penyakit hipertensi sangat berisiko tinggi pada orang -orang yang sudah lanjut usia tetapi saat ini bukan hanya pada lansia banyak masyarakat yang usianya masih muda sudah mengalami penyakit hipertensi itu menandakan bahwa penyakit hipertensi bukan terjadi pada lansia saja tetapi bisa berisiko pada semua kalangan. Penyakit hipertensi sangat mudah menyerang orang-orang yang mempunyai berat badan berlebihan jadi bila saat ini anda mengalami masalah dalam berat badan sebaiknya anda mulai melakukan diet sehat untuk menurunkan berat badan yang berlebihan, gejala hipertensi pada lansia mudah dikenali karena gejala yang muncul sangat umum terjadi pada semua penderitanya. Penyakit hipertensi selalu menjadi ancaman bagi setiap orang dan jumlah penderita penyakit ini selalu meningkat tinggi dalam setiap tahun bahkan bukan hanya penduduk Indonesia yang mengalami penyakit tersebut banyak di negara-negara maju yang penduduknya menderita penyakit darah tinggi hipertensi, bahkan jumlah kematian yang di tunjukkan karena penyakit ini sangatlah tinggi dan kasus kematian karena hipertensi selalu naik dalam setiap tahun di seluruh negara. Hipertensi yang di alami oleh lansia sebenarnya bisa di atasi bila orang tersebut melakukan pola hidup yang sehat jadi bila anda ingin mengatasi penyakit tersebut anda harus melakukan pola hidup yang sehat dan menghindari faktor-faktor yang menyebabkan tekanan darah menjadi naik, saya akan memberitahu beberapa gejala hipertensi pada lansia dan bagaimana cara menurunkan tekanan darah yang tinggi secara alami dan aman untuk kesehatan tubuhnya.
Beberapa Gejala Hipertensi Pada Lansia Adalah Sebagai Berikut :
Sering merasa sakit kepala atau pusing. Penderita bisa mengalami pendarahan di hidung. Mengalami rasa mual dan muntah. Sering merasa mati rasa atau kesemutan di bagian tangan dan kaki terutama pada jari-jari. Sering mengalami gangguan mata seperti pandangan mata yang menjadi kurang jelas. Sering merasa mengantuk. Menjadi sensitif dan mudah sekali untuk marah. Cepat merasa lelah atau cape
Nah, beberapa gejala hipertensi pada lansia tersebut merupakan gejala yang banyak di alami oleh penderita hipertensi. Gejala-gejala diatas sering muncul dan terjadi saat penderitanya mengalami emosi yang tinggi, bahkan bila penderitanya tidak bisa mengontrol dirinya penderita bisa terkena
serangan stroke atau serangan jantung, dan pastinya anda sudah mengetahui bahwa serangan stroke dan jantung bisa mengakibatkan kematian pada seseorang jadi bila anda tidak ingin mengalami hal tersebut anda harus melakukan cara yang tepat untuk mengatasi penyakit hipertensi agar tidak kambuh dan tidak membahayakan diri anda sendiri.
Gejala Hipertensi Pada Lansia
Cara Mengatasi Hipertensi Yang Tepat Adalah :
Mengatur Pola Makan
Untuk mengatasi masalah hipertensi anda bisa mulai dengan mengatur pola makan sehari-hari dengan benar karena pola makan yang benar bisa membantu anda dalam menurunkan tekanan darah yang tinggi. Sayuran hijau dan kacang-kacangan sangat baik untuk kesehatan tubuh selain mempunyai kandungan gizi yang banyak sayuran hijau juga bisa menurunkan tekanan darah secara alami, jadi anda bisa komsumsi sayuran hijau, buah, kacang-kacangan dan makanan yang berserat serta memiliki kandungan gizi yang tinggi.
Lakukan Olahraga
Jika anda ingin mengatasi penyakit hipertensi anda jangan malas untuk melakukan gerakan pada tubuh seperti olahraga, pada penderita hipertensi yang berusia lanjut anda bisa lakukan olahraga yang ringan seperti bersepeda, senam, yoga, atau olahraga ringan lainnya. Olahraga yang rutin bisa membantu kesehatan tubuh serta membantu anda dalam mengatasi masalah tekanan darah yang tinggi.
Kontrol Jumlah Garam
Komsumsi garam yang berlebihan bisa membuat tekanan darah didalam tubuh menjadi meningkat lebih tinggi, jadi bila anda ingin mengatasi hipertensi anda bisa mengontrol jumlah garam yang masuk kedalam tubuh, garam yang masuk ke dalam tubuh minimal satu sendok makan setiap harinya jika berlebihan itu bisa membuat tekanan darah anda menjadi semakin tinggi dan bisa berbahaya bagi diri anda. Untuk mengontrol asupan garam kedalam tubuh anda bisa memasak sendiri makanan yang akan di makan sehari-hari karena makanan yang dibuat sendiri jauh lebih aman di bandingkan dengan makanan di luar, jadi anda harus menghindari berbagai macam makanan siap saji.
Hindari Stres
Orang yang sering mengalami stres di perkirakan akan mengalami penyakit hipertensi atau darah tinggi, karena pada saat anda stres tekanan darah di dalam tubuh bisa naik secara drastis. Jadi bila anda ingin mengatasi masalah hipertensi anda harus menghindari berbagai macam pikiran yang bisa membuat diri anda menjadi stres. Nah, gejala hipertensi pada lansia dan cara mengatasi masalah hipertensi di atas bisa menjadi informasi untuk anda semua, semoga informasi yang sa ya berikan bisa menjadi manfaat untuk anda dan lakukan pola hidup yang sehat untuk mencegah berbagai macam penyakit yang berbahaya.
================================== ===
Penyebab Hipertensi Pada Lansia Posted by Penyebab Hipertensi
Penyebab Hipertensi Pada Lansia – Penyakit hipertensi adalah penyakit yang berbahaya bagi setiap orang dan saya akan membahas tentang penyakit hipertensi pada lansia atau orang-orang yang sudah lanjut usia. Penyakit hipertensi pada lansia memang sering sekali terjadi dan membuat masalah, hipertensi atau darah tinggi merupakan penyakit yang beresiko tinggi terkena stroke bahkan bisa meningkatkan resiko kematian yang tinggi. Bukan hanya dinegara indonesia
yang penduduknya mengalami penyakit hipertensi tetapi banyak dinegara maju yang penduduknya mengalami penyakit hipertensi, meskipun begitu banyak penyebab pen yekit hipertensi yang belum diketahui pasti penyebabnya. Penyakit hipertensi pada lansia banyak sekali terjadi hampir sekitar 60% orang yang sudah lansia mengalami penyakit hipertensi dan rata-rata berusia diatas 70 tahun keatas, Terutama bagi ba gi lansia yang mengalami penyakit diabetes harus melakukan kontrol yang ketat pada tekanan darah untuk melakukan pencegahan penyakit hipertensi yang tidak terkendali. Kebanyakan dari lansia mengalami penyakit hipertensi sistolik, penyakit hipertensi pada lansia bisa dicirikan dengan meningkatnya tekanan darah diastolik dan sistolik yang menetap. Seiring bertambahnya usia tubuh akan mengalami penurunan elastisitas pada pembulu darah sehingga tekanan darah secara otomatis akan naik, bagi anda yang mengalami penyakit hipertensi saya akan membantu memberitahu cara menurunkan tekanan darah tinggi yang aman dan efektif untuk penyakit hipertensi pada lansia. Tetapi sebelumnya saya akan memberitahu terlebih dulu faktor-faktor penyebab seseorang terkena penyakit hipertensi atau darah tinggi.
Penyebab Hipertensi Pada Lansia
Faktor Penyebab Darah Tinggi Atau Hipertensi : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Bertambahnya usia Stres Faktor keturanan Sering merokok Pola makan yang tidak sehat Sering mengkomsumsi minuman beralkohol Terlalu sering mengkomsumsi garam yang berlebihan Tidak pernah gerah dan tidak pernah olahraga Kelebihan berat badan atau obesitas
Beberapa faktor diatas merupakan penyebab terjadinya penyakit hipertensi pada lansia, dimulai dari pol hidup yang tidak sehat akan menimbulkan berbagai penyakt yang berbahaya seperti
hipertensi. Jika anda sudah mengetahui faktor-faktor penyebab darah tinggi atau hipertensi saya akan memberitahu cara menurunkan berat badan yang alami dan tepat untuk anda gunakan.
Cara Menurunkan Penyakit Hipertensi Pada Lansia : Kesemek Dan Biji Teratai Bahan alami yang bisa anda pakai untuk menurunkan tekanan darah tinggi adalah buah kesemek dan biji teratai. Bahan alami tersebut sangat efektif untuk mengobati penyakit hipertensi pada lansia, caranya anda cuci bersih bahan tersebut kemudian anda rebus biji terarai dengan menggunakan 700 cc air bersih, rebus sampai mendidih kemudian buah kesemek anda potong potong lalu masukan kedalam air rebusan dan anda rebus lagi hingga airnya tersisa menjadi 400 cc. Setelah itu dinginkan ramuan tersebut dan anda minum selagi masih hagat, minum ramuan tersebut secara rutin dan teratur agar tekanan darah tinggi anda segera turun dan menjadi normal.
Daun Meniran Ada bisa menggunakan daun meniran sebagai cara yang alami untuk menurunkan tekanan darah tinggi. Cara membuat ramuan ini sangat mudah dan praktis anda cukup menyiapkan daun meniran kemudian anda cuci bersih lalu anda tumbuk sampai halus, tambahkan air secukupnya kemudian anda peras dan ambil airnya. Air tersebut bisa ana minum secara rutin dan teratur 3 kali dalam sehari untuk menurunkan tekanan darh tinggi.
Kelopa Bunga Rosella Kelopak bunga rosella bisa anda gunakan untuk menurunkan tekanan darah tinggi, caranya anda siapkan kelopak bunga rosella kemudian anda cuci hingga bersih lalu anda seduh dengan menggunakan air panas tapi jangan anda tambahkan gula. Minum ramuan ini secara rutin dan teratur agar penyakit tekanan darah tinggi anda bisa segera sembuh.
Daun Ciplukan Kering Bahan herbal yang lainnya adalah daun ciplukan kering, bahan herbal yang satu ini sangat membantu untuk menurunkan tekanan darah tinggi. Pertama-tama anda siapkan daun ciplukan kering kemudian anda cuci sampai bersih dan anda rebus dengan air sebanyak 110 ml dan rebus hingga airnya tinggal seperempat, angkat kemudian anda saring dan minum ramuan ini dengan rutin dan jangan gunakan ramuan ini lebih dari 24 jam. Beberapa bahan herbal diatas sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah tinggi, anda bisa mencobanya dan membuat sendiri ramuan tersebut. Pada intinya setiap penyakit datang karena kebiasaan buruk kita sendiri yang melakukan pola hidup yang sehat, jika anda ingin tubuh yang sehat dan bebas dari berbagai penyakit anda harus melakukan pola hidup yang sehat dengan mengkomsumsi makanan yang berserat dan kaya akan vitamin anda juga harus melakukan olahraga secara rutin dan teratur.
HIPERTENSI PADA LANSIA Selasa, 08 Desember 2015 HIPERTENSI LANSIA
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Dengan makin meningkatnya harapan hidup penduduk Indonesia, maka dapat diperkirakan bahwa insidensi penyakit degeneratif akan meningkat pula. Salah satu penyakit degeneratif yang mempunyai tingkat morbiditas dan mortalitas tinggi adalah hipertensi. Hipertensi pada usia lanjut menjadi lebih penting lagi mengingat bahwa patogenesis, perjalanan penyakit dan penatalaksanaannya tidak seluruhnya sama dengan hipertensi pada usia dewasa muda. Pada umumnya tekanan darah akan bertambah tinggi dengan bertambahnya usia pasien, dimana tekanan darah diastolik akan sedikit menurun sedangkan tekanan sistolik akan terus meningkat. Penyakit degeneratif dan penyakit tidak menular mengalami peningkatan resiko penyebab kematian. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab kematian dan kesakitan yang tinggi. Darah Dar ah tinggi sering diberi gelar ge lar The Silent Killer K iller karena hipertensi merupakan me rupakan pembunuh tersembunyi karena disamping karena prevalensinya yang tinggi dan cenderung meningkat di masa yang akan datang, juga karena tingkat keganasannya yang tinggi berupa kecacatan permanen dan kematian mendadak. Sehingga kehadiran hipertensi pada kelompok dewasa muda akan sangat membebani perekonomian keluarga, karena biaya pengobatan yang mahal dan membutuhkan waktu yang panjang, bahkan seumur hidup.
Beberapa organisasi dunia dan regional telah memproduksi, bahkan memperbaharui pedoman penanggulangan hipertensi. Dari berbagai strategi dapat disimpulkan bahwa penanggulangan hipertensi melibatkan banyak disiplin ilmu. Kunci pencegahan atau penanggulangan perorangan adalah gaya hidup sehat. Masyarakat juga perlu tahu risiko hipertensi agar dapat saling mendukung untuk mencegah atau menanggulangi agar tidak menyebabkan peningkatan yang signifikan sampai mencegah terjadinya komplikasi. Pada usia lanjut aspek diagnosis selain kearah hipertensi dan komplikasi, pengenalan berbagai penyakit yang juga diderita oleh orang tersebut perlu mendapatkan perhatian oleh karena berhubungan erat dengan penatalaksanaan secara keseluruhan. Dahulu hipertensi pada lanjut usia dianggap tidak selalu perlu diobati, bahkan dianggap berbahaya untuk diturunkan. Memang teori ini didukung oleh observasi yang menunjukkan turunnya tekanan darah sering kali diikuti pada jangka pendeknya oleh perburukan serangan iskemik yang transient (TIA). Tetapi akhir-akhir ini dari penyelidikan epidemiologi maupun trial klinik obat-obat antihipertensi pada lanjut usia menunjukan bahwa hipertensi pada lansia merupakan risiko yang paling penting untuk terjadinya penyakit kardiovaskuler, strok dan penyakit ginjal. Banyak data akhir-akhir ini menunjukan bahwa pengobatan hipertensi pada lanjut usia dapat mengurangi mortalitas dan morbiditas.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Apa itu hipertensi pada lansia?
Apa saja klasifikasi hipertensi pada lansia?
Bagaimana etiologi hipertensi pada lansia?
Seperti apa patofisiologi hipertensi pada lansia?
Bagaimana Tanda dan Gejala hipertensi pada lansia?
1.3.TUJUAN
Untuk mengetahui pengertian hipertensi pada lansia.
Untuk mengetahui klasifikasi hipertensi pada lansia.
Untuk mengetahui etiologi hipertensi pada lansia.
Untuk mengetahui patofisiologi hipertensi pada lansia.
Untuk mengetahui Tanda dan Gejala hipertensi pada lansia.
BAB II ISI
2.1. DEFINISI HIPERTENSI DAN LANSIA
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Commitee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC) sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah (TD) normal tinggi sampai hipertensi maligna. Keadaan ini dikategorikan sebagai primer/esensial (hampir 90 % dari semua kasus) atau sekunder, terjadi sebagai akibat dari kondisi patologi yang dapat dikenali, sering kali dapat diperbaiki. Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg. Hipertensi sering menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang dapat mengakibatkan semakin tingginya tekanan darah (Arif Muttaqin, 2009). Menurut Bruner dan Suddarth (2001) hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi didalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik
secara
biologis
maupun
psikologis.
Memasuki
usia
tua
berarti mengalami
kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, pengelihatan semakin memburuk, ge rakan lambat dan figur tubuh yang tidak proporsional.
Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik di atas 160 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah meningkatnya tekanan sistolik sedikitnya 140 mmHg dan diastolik sedikitnya 90 mmHg.
2.2. KLASIFIKASI HIPERTENSI PADA LANSIA
Berdasarkan klasifikasi dari JNC-VI maka hipertensi pada usia lanjut dapat dibedakan:
1. Hipertensi sistolik saja (Isolated systolic hypertension), terdapat pada 6-12% penderita di atas usia 60th, terutama pada wanita. Insioden meningkat seiring bertambahnya umur. 2.
Hipertensi diastolic saja (Diastolic hypertension), terdapat antara 12-14% penderita di atas usia 60th, terutama pada pria. Insidensi menurun seiring bertambahnya umur.
3.
Hipertensi sistolik-diastolik: terdapat pada 6-8% penderita usia di atas 60th, lebih banyak pada wanita. Menningkat dengan bertambahnya umur.
1.
Berdasarkan penyebab hipertensi di bagi menjadi dua golonagan yaitu : Hipertensi essensial dan hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik.terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhi nya se perti genetic, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis,system reninangiotensin,efek dalam ekskersi Na, peningkatan Na dan Ca ekstrseluler dan factor-faktor yang meningkatkan resiko eperti obesitas, alcohol, merokok serta polisitemia.
2.
Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab spesifikny dikietahui seperti gangguan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vascular renal, hiperaldosteronisme promer, dan sindrom cushing, feokromositoma, koarksasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan (mansjoer A dkk,2001).
1.
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Darmojo, 1999): Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
2.
Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
2.3. ETIOLOGI HIPERTENSI PADA LANSIA
Dengan perubahan fisiologis normal penuaan, faktor resiko hipertensi lain meliputi diabetes ras riwayat keluarga jenis kelamin faktor gaya hidup seperti obesitas asupan garam yang tinggi alkohol yang berlebihan. Faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi yang dapat atau tidak dapat dikontrol, antara lain:
Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol: Faktor risiko yang tidak dapat diubah, seperti riwayat keluarga (genetik kromosomal), umur (pria : > 55 tahun; wanita : > 65 tahun), jenis kelamin pria atau wanita pasca menopause.
a.
Jenis kelamin Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita.Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun. Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini se ring dikaitkan dengan perubahan hormon setelah m enopause.
b. Umur Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari orang yang berusia lebih muda. Hipertensi pada usia lanjut harus ditangani secara khusus. Hal ini disebabkan pada usia tersebut ginjal dan hati mulai menurun, karena itu dosis obat yang diberikan harus benar-benar tepat. Tetapi pada kebanyakan kasus , hipertensi banyak terjadi pada usia lanjut. hipertensi sering terjadi pada usia pria : > 55 tahun; wanita : > 65 tahun. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan hormon sesudah menopause. Hanns Peter (2009) mengemukakan bahwa kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah produk samping dari keausan arteriosklerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta, dan akibat dari berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian diri. c.
Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akanmenyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
a.
Faktor resiko yang dapat dikontrol: Obesitas Pada usia + 50 tahun dan dewasa lanjut asupan kalori mengimbangi penurunan kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas. Itu sebabnya berat badan meningkat. Obesitas dapat memperburuk kondisi lansia. Kelompok lansia dapat memicu timbulnya berbagai penyakit seperti artritis, jantung dan pembuluh darah, hipertensi. Indeks masa tubuh (IMT) berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang obes 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang berat badannya normal. Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30% memiliki berat badan lebih.
b. Kurang Olahraga. Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar pula kekuaan yang mendesak arteri. c.
Kebiasaan Merokok Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis.
d. Mengkonsumsi garam berlebih Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO) merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam) perhari. Konsumsi natrium yang
berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi. e.
Minum alkohol Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak jantung dan organ-organ lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan minum alkohol berlebihan termasuk salah satu faktor resiko hipertensi.
f.
Minum kopi Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi mengandung 75 – 200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir tersebut berpotensi meningkatkan tekanan darah 5 -10 mmHg.
g. Stress Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu). Stress yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota. Menurut Anggraini (2009) mengatakan stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stres ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal.
2.4. PATOFISIOLOGI HIPERTENSI PADA LANSIA
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula pada sistemsaraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons
pembuluh darah terhadap rangsangan vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epineprin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan streroid lainnya, yang dapat memperkuatrespons vasokonstriksi pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstrikstriktor kuat. Yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi. Pertimbangan gerontologis. Perubahan struktur dan fungsional pada sistem perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi arterosklerosis, hilangnya elastisistas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan parifer (Bruner dan Suddarth, 2001).
2.5. TANDA DAN GEJALA HIPERTENSI PADA LANSIA
Seperti penyakit degeneratif pada lanjut usia lainnya, hipertensi sering tidak memberikan gejala apapun atau gejala yang timbul tersamar (insidious) atau tersembunyi (occult). Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun
2.6. KOMPLIKASI HIPERTENSI PADA LANSIA
Pasien dengan hipertensi dapat meninggal dengan cepat; penyebab terserang kematian adalah penyakit jantung, sedangkan stroke dan gagal ginjal sering ditemukan, dan sebagian kecil pada pasien dengan
retinopati. Pada hipertensi berat yaitu apabila tekanan darah diastolic sama atau lebih besar dari 130mmHg,atau kenaikan tekanan darah yang terjadi secara mendadak, alat-alat tubuh yang sering terseang hipertensi antaraa lain:
Mata
: berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan.
Ginjal : berupa gagal ginjal
Jantung : berupa payah jantung, jantung koroner.
Otak
: berupa pendarahan akibat pecahnya mikro anerisma yang dapat menggakibatkan kematian,
iskemia dan proses emboli
a.
Komplikasi pada Sistem Kardiovaskuler Kompensasi akibat penambahan kerja jantung dengan peningkatan tekanan sistemik adalah hipertrofi ventrikel kiri, yang ditandai dengan penebalan dinding ventrikel. Hal ini menyebabkan fungsi ventrikel memburuk, kapasitasnya membesar dan timbul gejala-gejala dan tanda-tanda gagal jantung. Angina pektoris dapat timbul sebagai akibat dari kombinasi penyakit arteri koronaria dan peningkatan kebutuhan oksigen miokard karena penambahan massanya. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan pembesaran jantung dengan denyut ventrikel kiri yang menonjol. Suara penutupan aorta menonjol dan mungkin ditemukan murmur dari regurgitasi aorta. Bunyi jantung presistolik (atrial, keempat) sering terdengar pada penyakit jantung hipertensif, dan bunyi jantung protodiastolik (ventrikuler, ketiga) atau irama gallop mungkin saja ditemukan. Pada elektrokardiogram, ditemukan tanda-tanda hipertrofi ventrikel kiri. Bila penyakit berlanjut, dapat terjadi iskemi dan infark. Sebagian besar kematian dengan hipertensi disebabkan oleh infark miokard atau gagal jantung kongestif. Data-data terbaru menduga bahwa kerusakan miokardial mungkin lebih diperantarai oleh aldosteron pada asupan garam yang normal atau tinggi dibandingkan hanya oleh peningkatan tekanan darah atau kadar angiotensin II.
b. Efek Neurologik Efek neurologik pada hipertensi lanjut dibagi dalam perubahan pada retina dan sistem saraf pusat. Karena retina adalah satu-satunya jaringan dengan arteri dan arteriol yang dapat langsung diperiksa, maka dengan pemeriksaan optalmoskopik berulang memungkinkan pengamatan terhadap proses dampak hipertensi pada pembuluh darah ret ina.
Efek pada sistem saraf pusat juga sering terjadi pada pasien hipertensi. Sakit kepala di daerah oksipital, paling sering terjadi pada pagi hari, yang merupakan salah satu dari gejala-gejala awal hipertensi. Dapat juga ditemukan ’keleyengan’, kepala terasa ringan, vertigo, tini tus dan penglihatan
menurun atau sinkope, tapi manifestasi yang lebih serius adalah oklusi vaskuler, perdarahan atau ensefalopati. Patogenesa dari kedua hal pertama sedikit berbeda. Infark serebri terjadi secara sekunder akibat peningkatan aterosklerosis pada pasien hipertensi, dimana perdarahan serebri adalah akibat dari peningkatan tekanan darah dan perkembangan mikroaneurisma vaskuler serebri (aneurisma CharcotBouchard). Hanya umur dan tekanan arterial diketahui berpengaruh terhadap perkembangan mikroaneurisma. Ensefalopati hipertensi terdiri dari gejala-gejala : hipertensi berat, gangguan kesadaran, peningkatan tekanan intrakranial, retinopati dengan papiledem dan kejang. Patogenesisnya tidak jelas tapi kemungkinan tidak berkaitan dengan spasme arterioler atau udem serebri. Tanda-tanda fokal neurologik jarang ditemukan dan jikalau ada, lebih dipikirkan suatu infark / perdarahan serebri atau transient ischemic attack. Hipertensi atau tekanan darah tinggi memberikan kelainan pada retina berupa retinopati hipertensi, dengan arteri yang besarnya tidak beraturan, eksudat pada retina, edema retina dan perdarahan retina. Kelainan pembuluh darah dapat berupa penyempitan umum atau setempat, percabangan pembuluh darah yang tajam, fenomena crossing atau sklerosis pembuluh darah. c.
Efek pada Ginjal Lesi aterosklerosis pada arteriol aferen dan eferen serta kapiler glomerulus adalah lesi vaskuler renal yang paling umum pada hipertensi dan berakibat pada penurunan tingkat filtrasi glomerulus dan disfungsi tubuler. Proteinuria dan hematuria mikroskopik terjadi karena lesi pada glomerulus dan ± 10 % kematian disebabkan oleh hipertensi akibat gagal ginjal. Kehilangan darah pada hipertensi terjadi tidak hanya dari lesi pada ginjal; epitaksis, hemoptisis dan metroragi juga sering terjadi pada pasien-pasien ini.
2.7. PENATALAKSANAAN HIPERTENSI PADA LANSIA
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
Terapi tanpa Obat Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
Diet Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
- Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr - Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak je nuh - Penurunan berat badan - Penurunan asupan etanol - Menghentikan merokok
Latihan Fisik Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, ber enang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu
Edukasi Psikologis Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
- Tehnik Biofeedback Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
- Tehnik relaksasi Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Terapi dengan Obat Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.
BAB III PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Dengan meningkatnya populasi lanjut usia di Indonesia, kejadian hipertensi pada populasi ini meningkat pula. Meningkatnya tekanan darah sudah terbukti meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada usia lanjut. Salah satu karakteristik hipertensi pada usia lanjut adalah terdapatnya berbagai penyakit penyerta (komorbid) dan komplikasi organ target, seperti kejadian penyakit kardiovaskuler, ginjal, gangguan pada sistem saraf pusat dan mata. Dengan menurunkan tekanan darah sampai target 140/90 mmHg dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas.
Selain diagnosis yang sangat teliti, tatalaksana hipertensi pada usia lanjut harus juga memperhatikan kedua hal tersebut di atas. Penatalaksanaan hipertensi pada lansia tidak berbeda dengan penatalaksanaan hipertensi pada umumnya, yaitu merubah pola hidup dan pengobatan anti hipertensi. Dan saat ini berbagai pilihan obat-obat anti hipertensi telah beredar di pasaran. Pemakaian berbagai obat tersebut bisa disesuaikan dengan penyakit komorbid yang menyertai keadaan hipertensi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges., 2003. Rencana Asuhan Keperawatan .Jakarta : EGC. Fatimah.,2010.Merawat manusia Lanjut usia .Jakarta: Trans Info Media Geratosima, Salma 2004. Buku Ajar GERIATRI (ilmu kesehatan usia lanjut) edisi 3 . Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Ganiswarna S., et al. 1995. Farmakologi & Terapi Edisi 4 . Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Kowalski, Robert E. 2010. Terapi Hipertensi . Bandung : Mizan Pustaka. Martono, H. (2004). Penatalaksanaan Hipertensi pada Usia Lanjut, Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) Edisi Ke-3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Ma’rifatul Lilik Azizah.,2011.Keperawatan lanjut usia.Jogjakarta: Graha.
Nugroho, Wahjudi. 2000 . Keperawatan Gerontik . Jakarta : EGC. Stanley, Mickey. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta : EGC. Stocklager, Jaime L. 2008. Asuhan Keperawatan Geriatric Edisi 2. Jakarta : EGC.