BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses Proses menua (aging) adalah proses proses alami yang disertai disertai adanya penurunan penurunan kondisi fisik, fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus k husus pada lansia. Masalah kesehatan jiwa lansia termasuk juga dalam masalah kesehatan yang dibahas pada pasien-pasien eriatri dan Psikogeriatri yang merupakan bagian dari erontologi, yaitu ilmu yang mempelajari segala aspek dan masalah lansia, meliputi aspek fisiologis, psikologis, sosial, sosial, kultural, kultural, ekonomi ekonomi dan lain-lain. lain-lain. Menurut !etiawan ("#$%), timbulny timbulnyaa perhatian perhatian pada orang orang-o -ora rang ng usia usia lanj lanjut ut dikar dikaren enaka akan n adany adanyaa sifa sifatt-si sifa fatt atau atau fakt faktor or-f -fak akto torr khus khusus us yang yang mempengaruhi kehidupan pada usia lanjut. &ansia &ansia merupa merupakan kan salah salah satu satu fase fase kehidu kehidupan pan yang yang dialam dialamii oleh oleh indi'i indi'idu du yang yang berumu berumur r panjang. &ansia tidak hanya meliputi aspek biologis, tetapi juga psikologis dan sosial. Menurut Menu rut &aksamana &aksamana ("#%$$), ("#%$$), perubahan yang terjadi terjadi pada lansia dapat disebut sebagai perubahan perubahan *senesens* dan perubahan +senilitas. Perubahan *senesens adalah perubahan-perubahan normal dan fisiologik akibat usia lanjut. Perubalian +senilitas adalah perubahan-perubahan patologik permanent dan disertai dengan d engan makin memburuknya kondisi badan pada usia lanjut. !ementara itu, perubahan yang dihadapi lansia pada amumnya adalah pada bidang klinik, kesehatan jiwa dan problema bidang sosio ekonomi. leh karma itu lansia adalah kelompok dengan resiko tinggi terhadap problema fisik dan mental. Proses menua pada manusia merupakan fenomena yang tidak dapat dihindarkan. !einakin baik pelayanan kesehatan sebuah bangsa makin tinggi pula harapan hidup masyarakatnya dan padan gilirannya makin tinggi pula jumlah penduduknya yang berusia lanjut. emikian pula di /ndonesia. alam alam pendekat pendekatan an pelaya pelayanan nan kesehat kesehatan an pada kelomp kelompok ok lansia lansia sangat sangat perlu perlu ditekan ditekankan kan pendekatan yang dapat mencakup sehat fisik, psikologis, spiritual dan sosial. 0al tersebut karena pendekatan dari satu aspek saja tidak akan menunjang pelayanan kesehatan pada lansia yang membutuhkan suatu pelayanan yang komprehensif.
"
1sia lansia bukan hanya dihadapkan pada permasalahan kesehatan jasmaniah saja, tapi juga permasalahan gangguan mental dalam menghadapi usia senja. &ansia sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering diwarnai dengan kondisi hidup yang tidak sesuai dengan harapan. 2anyak faktor yang menyebabkan seorang mengalami gangguan mental seperti depresi. 3da beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa lansia. 4aktor-faktor tersebut hendaklah disikapi secara bijak sehingga para lansia dapat menikmati hari tua mereka dengan bahagia. 3dapun beberapa faktor yang dihadapi para lansia yang sangat mempengaruhi kesehatan jiwa mereka adalah sebagai berikut ". Penurunan kondisi fisik 5. Penurunan fungsi dan potensi seksual %. Perubahan aspek psikososial 6. Perubahan yang berkaitan dengan pekcrjaan 7. Perubahan dalam peran sosial di masyarakat !krining (screening) adalah deteksi dini dari suatu penyakit atau usaha untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan secara klinis belum jelas dengan menggunakan test, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara cepat untuk membedakan orang-orang yang kelihatannya sehat tetapi sesunguhnya menderita suatu kelainan. Penelitian epidemiologi ditujukan untuk faktor-faktor epidemiologis yang berkaitan dengan distribusi penyakit 8masalah kesehatan di masyarakat yang hasilnya dipergunakan untuk membuat perencanaan inter'ensi atau upaya pencegahan yang sesuai !alah satu jenis penelitian yang sering digunakan adalah screening. Mahasiswa perlu mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan penelitian skrining tersebut sebelum nantinya terjun ke masyarakat untuk mengadakan penelitian. leh sebab itu, dalam makalah ini akan dibahas lebih jauh mengenai penelitian screening.
B. Rumusan Masalah ". 3pa skrening kesehatan pada lansia9 5. 2agaimana pencegahan primer, sekunder dan tersier9 %. 3pa macam-macam skrening kesehatan9 6. 2agaimana penggolongan skrening kesehatan9 7. 3pa skrening pada keadaan khusus lansia9 C. Tujuan ". 1ntuk mengetahui pengertian skrening kesehatan. 5. 1ntuk mengetahui pencegahan primer, sekunder, dan tersier.
5
%. 1ntuk menjelaskan macam-macam skrening kesehatan. 6. 1ntuk mengetahui penggolongan skrening kesehatan. 7. 1ntuk mengetahui skrening pada keadaan khusus lansia .
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengantar kr!n!ng "a#a Lans!a
%
Mengingat kondisi usia lanjut seperti diuraikan terdahulu, mudah dipahami bahwa dari segi promotif dan pre'entif menduduki tempat penting dalam memberikan tindakan atau program inter'ensi bagi kelompok ini. leh irektorat keluarga 2inkesmas epartemen Kesehatan :/ sejak tahun "##;-an telah dikembangkan Program Pembinaan 1sila (1sia &anjut) pada sejumlah puskesmas percontohan di /ndonesia. alam program pembinaan tersebut tercakup antara lain kegiatan skrining kesehatan bagi kelompok usia lanjut di puskesmas yang secara praktis berbentuk pengisian KM! (Kartu Menuju !ehat) yang dirancang khusus bagi keperluan pembinaan kesehatan usia lanjut. Khusus mengenai bentuk dan tata cara pengisian KM! akan dijelaskan tersendiri pada bagian lampiran (3nne< "). 2erikut ini akan diuraikan definisi, tujuan, dan ciri-ciri skrining kesehatan bagi usia lanjut. !krining (penapisan) adalah mengidentifikasi ada tidaknya penyakit atau kelainan yang sebelumnya tidak diketahui dengan menggunakan berbagai tes pemeriksaan fisik dan prosedur lainnya, agar dapat memilah dari sekelompok indi'idu, mana yang tergolong mengalami kalainan. !krining tidak dapat diartikan secara diagnostic, tetapi bilamana hasilnya positif selanjutnya dapat di follw-up dengan pemeriksaan diagnostic, kalau perlu dengan tindakan pengobatan. !asaran skrining kesehatan memang ditujukan bagi setiap lansia, namun sasaran utamanya adalah mereka yang berada dalam kategori resiko tinggi (2roklehurst = 3llen dalam armojo, :. 2 eriatri, "###). olongan yang termasuk kategori resiko tinggi adalah ". &aki-laki, duda 5. &ansia jompo (diatas ; tahun) %. >inggal sendiri 6. 2aru keluar dari perawatan rumah sakit 7. 2aru saja mengalami duka cita yang mendalam. Kegiatan skrining perlu mempertimbangkan hal-hal berikut ". iarahkan untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas 5. 0arus cukup efektif dengan pengertian harus cukup akurat, baik dalam hal sensiti'itas maupun spesifitas %. 2ersifat cost-effecti'e. 6
Pilihan jenis skrining yang dilakukan adalah berbeda-beda untuk masing-masing indi'idu, yang penting bahwa tindakan skrining sebenarnya hanya perlu dilakukan bila terdapat kemungkinan untuk tindakan selanjutnya.
B. Pen$egahan Pr!mer% ekun#er% #an Ters!er
!ecara umum, aspek pencegahan dapat dibagi atas pencegahan primer dan pencegahan sekunder. ?ontoh pencegahan primer adalah hal-hal seperti ". 2erhenti merokok 5. Mengubah gaya hidup %. Memerhatikan diet 6. Melakukan e
!elanjutnya, pencegahan sekunder adalah untuk mencegah kecacatan melalui deteksi dini, yaitu terhadap penyakit-penyakit yang masih berada pada stadium subklinis. Pencegahan sekunder ini dilakukan melalui kegiatan skrining atau penemuan kasus (case finding). i Begara maju, skrining pada umumnya ditujukan pada penyakit kardio'askular, keganasan dan cerebro'ascular accident (?@3).
C. Ma$am&ma$am kr!n!ng 'esehatan (. Pen)ak!t h!"ertens!
>indakan skrining sangat bermanfaat, baik terhadap hipertensi sistolik maupun diastolic. Pencegahannya akan dapat mengurangi risiko timbulnya stroke, penyakit jantung atau bahkan kematian. ari hasil studi, ditemukan bahwa bila 6; orang diobati selama 7 tahun akan dapat mencegah " (satu) kejadian stroke.
*. 'eganasan
!krining terhadap keganasan terutama ditujukan terhadap penyakit kanker payudara, yaitu dengan cara 2!C. Duga penyakit kanker ser'iks dengan cara pap smear. !elanjutnya 7
skrining juga dilakukan terhadap kanker kolon dan rectum. 3dapun caranya adalah dengan pengujian laboratorium terhadap darah samar di dalam feses, selain dengan cara endoskopi untuk kelainan dalam sigmoid dan kolon terutama pada penderita yang menunjukkan adanya keluhan.
+. ,an!ta men-"ause
>indakan skrining ditujukan untuk memastikan apakah diperlukan terapi hormone pengganti estrogen. >erapi ini dapat mengurangi risiko kanker payudara. Duga fraktur akibat osteoporosis. Bamun, perlu diwaspadai kemungkinan timbulnya kanker endometrium, dimana untuk pencegahannya dapat dianjurkan agar diberikan secara bersamaan dengan hormone progesterone. >indakan skrining juga biasanya ditujukan bagi kelainan pada system indera, yaitu terutama pada pengkihatan dan pendengaran seperti berikut ini.
. kr!n!ng 'etajaman /!sus
!krining katajaman 'isus dengan tindakan sederhana, yaitu koreksi dengan ukuran kacamata yang sesuai. 2agi kasus katarak dengan tindakan ekstraksi lensa tidak saja akan memperbaiki penglihatan, tetapi juga akan meningkatkan status fungsional dan psikologis. !krining dengan alat funduskopi dapat mendeteksi penyakit glaucoma, degenerasi macula, dan retinopati diabetes. 3dapun factor resiko untuk degenerasi macula adalah adanya riwayat keluarga dan factor merokok.
0. kr!n!ng Pen#engaran
engan tes bisik membisikkan enam kata-kata dari jarak tertentu ke telinga pasien serta dari luar lapang pandang. !elanjutnya minta pasien untuk mengulanginya. ?ara ini cukup sensiti'e, dan menurut hasil penelitian dikatakan mencapai ;E dari hasil yang diperoleh melalui pemeriksaan dengan alat audioskop. Mengenai pemeriksaan dengan audioskop, yaitu dihasilkan nada murni pada frekuensi 7;;, ".;;;, 5.;;;, dan 6.;;; 0A, yaitu pada ambang 57-6; d2.
2entuk pencegahan ketiga adalah pencegahan tersier. i sini meliputi pencegahan terhadap morbiditas dan mortalitas yang timbul akibat penyakit yang telah ada. Denis pencegahan ini termasuk tindakan khusus dan tergolong dalam disiplin ilmu geriatric. !ebagai contoh adalah F
tindakan rehabilitasi terhadap penderita lansia, misalnya dengan fraktur panggul agar dapat mengurangi kecacatan serta kemampuan mereka untuk merawat diri sendiri. ?ontoh lainya adalah rehabilitasi pada pasien stroke. 3dapun pencegahan tersier ini lebih dimaksudkan selaku tindakan untuk peningkatan kesehatan dan bukan semata-mata ditujukan bagi penyakit tertentu.
D. Pengg-l-ngan kr!n!ng 'esehatan
>erdapat 5(dua) golongan skrining, yaitu (") sur'ey epidemiologi, dan (5) case finding(pencarian8penemuan kasus). 0al pertama yang dilakukan misalnya pada penelitian ilmiah ataupun untuk maksud perencanaan program-program inter'ensi kesehatan, selanjutnya tidak akan dibahas disini. !edangkan yang kedua dapat dilakukan bagi usia lanjut yang secara kebetulan dating berobat atau sengaja dating untuk keperluan pemeriksaan kesehatan rutin. >indakan skrining bertujuan agar sebisa mungkin dan selama mungkin tetap mempertahankan usia lanjut dalam keadaan yang optimal serta mencegah institusionalisasi (alias tetap mempertahankannya tinggal dirumah). ari segi pertimbangan praktis, dapat dibedakan bahwa untuk periode usia F7-$6 tahun, skrining brtujuan untuk dapat memperpanjang akti'itas fisik, mental social, serta untuk mengurangi kemungkinan cacat maupun kondisi penyakit yang berlangsung menahun. !edangkan untuk periode lebih dari $7 tahun, skrining bertujuan untuk memperpanjang kemandirian
(3&)
secara
optimal,
mencegah
institusionalisasi
dan
mengurangi
ketidaknyamanan maupun stress, terutama bagi kasus-kasus terminal, serta untuk member dukungan emosional bagi keluarga. ?iri-ciri skrining kesehatan usia lanjut berdasarkan pengalaman sebaiknya diselenggarakan selaku kegiatan kelompok, bersifat office-base (yaitu dilakukan di institusi misalnya di puskesmas) dan mengingat tingkatannya yang sederhana, cukup bila ditangani oleh kader terlatih (tidak mesti oleh petugas kesehatan profesional). Penilaian secara lengkap bagi lansia memang pada dasarnya haruslah bersifat analisis multidisiplin (dengan pendekatan kolaboratif), namun mengingat keberadaan lansia pada umumnya yang jarang memiliki akses kepada pengkajian yang menyeluruh seperti itu, maka perlu dipopulerkan skrining secara sederhana yang dapat dilakukan oleh perawat maupun petugas lainnya ditingkat lapangan. Denis-jenis skrining secara sederhana tersebut dapat digolongkan dalam $
". Pengkajian faktor lingkungan (dapat dilakukan oleh petugas sosiomedis). 5. !krining fisik (dapat dilakukan oleh dokter maupun perawat) %. !krining kejiwaan (dapat dilakukan oleh dokter8perawat) 6. !krining 3& (dapat dilakukan oleh dokter8perawat) !krining seperti ini pada dasarnya selain bertujuan untuk dapat menegakkan diagnosis, baik dari segi fisik maupun kejiwaan juga agar dimungkinkan untuk melakukan tindak lanjut atas temuan yang didapat. !elain itu, juga memungkinkan untuk dilakukannya tindakan rujukan secara tepat (kolaborasi). 1ntuk pengkajian secara komprehensif ditinjau dari sudut pandang medis dan keperawatan, pembaca dapat merujuk pada 3nne< 6,7, dan F. Bamun, disini akan disajikan pengkajian sederhana yang mencangkup "; poin seperti yang dianjurkan oleh &achs et al. (dalam eriatri armojo, :.2. dan Martono, "###) sebagai b erikut. ". Melakukan test baca koran sebagai modifikasi test snellen berturut-turut pada mata kiri dan kanan. 5. Melakukan test bisik untuk menilai kemampuan pendengaran berturut-turut pada telinga kiri dan kanan %. >est fungsi ekstermitas atas dan bawah antara lain dengan cara berjabat tangan serta meminta lansia untuk bangkit dari duduknya dan berjalan. 6. >est tentang fungsi 3& dan 3& instrumen 7. Mengecek ada tidaknya kontinensia (ngompol atau buang air besar tidak terasa) F. Mengecek status giAi melalui pengukran berat dan tinggi badan (/M>) $. Mengecek kemungkinan depresi dengan menanyakan apakah lansia sering merasa sedih ,tertekan,was-was, dan khawatir. . Mengecek dukungan sosial dengan menanyakan ada tidaknya penanggung biaya bila lansia memerlukan pengobatan atau keadaan darurat lainnya. #. Mengecek status kognitif dengan meminta lansia menyebutkan nama % objek tertentu dan mengulanginya sesudah 7 menit. ";. Mengecek kondisi lingkungan dimana lansia berada dengan menanyakan ada tidaknya bahaya yang dapat mengancam (anak tangga, , tinggi, penerangan kamar mandi, G?)
E. kr!n!ng "a#a 'ea#aan 'husus Lans!a
i
Begara maju, skrining pada umumnya ditujukan pada penyakit kardio'askuler,
keganasan dan cerebra'askular accident (?@3) seperti yang dijelaskan berikut
(. Pen)ak!t H!"ertens!
>indakan skrining sangat bermanfaat, baik terhadap hipertensi sistolik maupun diastolik. Pencegahan akan dapat mengurangi resiko timbulnya stroke, penyakit jantung, bahkan kematian. ari hasil studi, ditemukan bahwa bila 6; orang diobati dalam waktu 7 tahun akan dapat mencegah satu kejadian stroke, pada hipertensi dilakukan pengkajian secara lengkap (anamnesa dan pemeriksaan fisik) , skrining atau tes saringan. 0al yang perlu dilakukan disini adalah pengukuran tekanan darah. !ebagai patokan diambil batas normal tekanan darah bagi lansia adalah (") tekanan sistolik "5;-"F;mm0g, dan (5) tekanan diastolic sekitar #;mm0g. Pengukuran tekanan darah pada lansia sebaiknya dilakukan dalam keadaan berbaring, duduk, dan berdiri dengan selang beberapa waktu, yaitu untuk mengetahui kemungkinan adanya hipertensi ortostatik.
*. Pen)ak!t Jantung
!elain pengkajian secara lengkap (anamnesis dan pemeriksaan fisik), skrining yang perlu dilakukan pada lansia dengan dugaan kelainan jantung antara lain pemeriksaan CK, treadmill, dan foto thoraks.
+. Pen)ak!t 1!njal
!elain pengkajian secara lengkap (anamnesis dan pemeriksaan fisik), skrining yang perlu dilakukan pada lansia dengan dugaan kelainan ginjal adalah pemeriksaan laboratorium tes fungsi ginjal dan foto /@P.
. D!a2etes Mel!tus
#
!elain pengkajian secara lengkap (anamnesis dan pemeriksaan fisik), skrining yang perlu dilakukan pada lansia dengan dugaan diabetes antara lain pemeriksaan reduksi urine, pemeriksaan kadar gula darah, dan funduskopi.
0. 1angguan Mental
!elain pengkajian secara lengkap (anamnesis dan pemeriksaan fisik), skrining yang perlu dilakukan pada lansia dengan dugaan gangguan mental antara lain pemeriksaan status mental dan tes fungsi kognitif. 2iasanya telah dapat dibedakan apakah terdapat kelainan mental seperti depresi, delirium, atau demensia.
3. 'eganasan
!krining terhadap keganasan terutama ditujukan terhadap penyakit kanker payudara, yaitu dengan 2!C. 3da juga penyakit kanker ser'iks dengan cara pap smear. !elanjutnya skrining juga dilakukan terhadap kanker kolon dan rectum. 3dapun caranya adalah dengan melakukan pengujian laboratorium terhaanita Merdap darah samar di dalam feses, selain dengan cara endoskopi untuk kelainan dalam sigmoid dan kolon, terutama pada penderita yang menunjukkan adanya keluhan
4. ,an!ta Men-"ause
>indakan skrining ditunjukan untuk memastikan apakah diperlukan terapi hormone pengganti estrogen. >erapi ini dapat mengurangi risiko kanker payudara juga fraktur akibat osteoporosis. Bamun, perlu diwasdai kemungkinan timbulnya kanker endometrium, dimana untuk pencegahannya dapat dianjurkan agar diberikan secara bersamaan hormone progesterone. >indakan skriniong juga biasanya ditunjukan bagi kelainan pada system indra, terutama pada penglihatan dan pendengaran seperti sebagai berikut.
5. kr!n!ng 'etajaman /!sus
!krining ketajaman 'isus dilakukan dengan tindakan sederhana, yaitu koreksi dengan ukuran kacamata yang sesuai. 2agi kasus katarak dengan tindakan ekstraksi lensa tidak saja akan memperbaiki penglihatan tetapi juga akan meningkatkan status fungsional dan psikologis. !krining dengan alat funduskopi dapat mendetreksi glaucoma, degenerasi macula, dan retinopati ";
diabetic. 3dapun factor risiko untuk degenerasi macula adalah adanya riwayat keluarga dan faktor merokok.
6. k!n!ng Pen#engaran
!krining ini dilakukan dengan tes bisik, yaitu dengan membisikan enam kata-kata dari jarak tertentu ke telinga pasien serta dilakukan dari luar lapang pandang, Kemudian meminta pasien untuk mengulanginya. ?ara ini cukup sensiti'e dan menurut hasil penelitian dikatakan mencapai ;E dari hasil yang diperoleh melalui pemeriksaan dengan alat audioskop. Pemeriksaan dengan audioskop dapat menghasilkan nada murni pada frekuensi 7;;, ".;;;, 5.;;;, dan 6.;;; 0A, yaitu pada ambang 57-6;d2.
BAB III PENUTUP
""
A. 'es!m"ulan
!krining atau penyaringan kasus adalah cara untuk mengidentifikasi penyakit yang belum tampak melalui suatu tes atau pemeriksaan atau prosedur lain yang dapat dengan cepat memisahkan antara orang yang mungkin menderita penyakit dengan orang yang mungkin tidak menderita.
!ehingga skrining ini dilakukan yaitu karena hal berikut ini sebagai langkah pencegahan khususnya Carly diagnosis dan promotif treatment. 2anyaknya penyakit yang tanpa gejala klinis. Penderita mencari pengobatan setelah studi lanjut. Penderita tanpa gejala mempunyai potensi untuk menularkan penyakit.
DA7TAR PUTA'A
"5
https88books.google.co.id8books9idHm6?nly!/I?=pgHP3%6=lpgHP3%6=dJHskriningpadalansiasecaraumum=sourceHbl=otsHA!2"fCh hJ7=sigH6:&6suKmIL;7@6r#ir/ug#D1=hlHen=saHL=eiHFa0@&an3u!6m3L#p6Dg= redirNescHyO'Honepage=JHskriningE5;padaE5;lansiaE5;secaraE5;umum=fHtrue
"%