BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam melaksanakan proses belajar mengajar terlebih dahulu akan ditanyakan kenapa manusia itu melakukan proses pembelajaran? Hal ini berkaitan dengan tujuan dari orang atau manusia itu dalam mengikuti proses pembelajaran. Adapun dengan kata lain tujuan disini adalah sebuah kebutuhan manusia yang secara lahiriah maupun batiniah harus tercapai. Dalam proses pembelajaran, manusia juga memiliki kebutuhan agar dalam proses pembelajaran berjalan dengan baik dan sesuai dengan rencana.
Tujuan manusia belajar tentunya adalah untuk menjadi lebih baik, sehingga kelak ilmu yang mereka peroleh melalui proses belajar dan mengajar dapat diterapkan dalam kehidupannya. Demi mencapai tujuan tersebut, maka sebelum memulai proses belajar seoarng pendidik perlu menganalisis kemampuan awal pebelajar terlebih dahulu terhadap kebutuhan masing-masing peserta didiknya, baik itu secara individual ataupun kelompok, agar apa yang disampaikan oleh pendidik dalam proses pembelajaran dapat diterima dengan baik oleh peserta didiknya serta tercapai tujuan yang telah direncanakan.
Kebutuhan manusia memang tidak ada batasnya, akan tetapi tidak semua kebutuhan manusia itu selalu tercapai, hal ini terkait dengan kemampuan manusia itu sendiri dalam memenuhi kebutuhannya. Persoalan yang dihadapi sekarang ialah apakah kebutuhan awal pebelajar itu, apa saja fungsi dan jenis-jenis dari kemampuan awal pebelajar, serta bagaimana mengidentifikasinya.
Kebutuhan belajar pada dasarnya menggambarkan jarak antara tujuan belajar yang diinginkan dan kondisi atau keadaan belajar yang sebenarnya. Kebutuhan setiap manusia di dalam kondisi yang dialaminya bermacam-macam. Kebutuhan-kebutuhan itu perlu diidentifikasi untuk menentukan kebutuhan mana yang paling potensial dari segi kemanfaatan dan pemenuhannya.
Rumuasan masalah
Apakah pengertian Kemampuan Awal Pebelajar ?
Apa Fungsi dari kemampuan Awal Pebelajar ?
Apa saja jenis-jenis dari Kemampuan Awal Pebelajar ?
Klasifikasi mengenai Jenis Kemampuan Awal Pebelajar ?
Apa langkah-langkah identifikasi kemampuan awal pebelajar ?
Tujuan
Mengetahui pengertian kemampuan awal pebelajar.
Mengetahui fungsi dari kemampuan awal pebelajar.
Mengetahui jenis-jenis dari kemampuan awal pebelajar.
Mengetahui klasifikasi mengenai jenis kemampuan awal pebelajar.
Mengetahui langkah-langkah identifikasi kemampuan awal pebelajar.
BAB II
PEMABAHASAN
Pengertian Kemampuan Awal Pebelajar
Kegiatan menganalisis kemampuan awal siswa dalam pengembangan pembelajaran merupakan pendekatan yang menerima siswa apa adanya dan menyusun sistem pembelajaran atas dasar keadaan siswa tersebut. Karena itu, kegiatan menganalisis kemampuan awal siswa merupakan proses untuk mengetahui pengetahuan yang dikuasai siswa sebelum mengikuti proses pembelajaran, bukan untuk menentukan kemampuan pra-syarat dalam rangka menyeleksi siswa sebelum mengikuti proses pembelajaran. Konsekuensi digunakannya cara ini adalah titik mulai suatu kegiatan pelatihan tergantung kepada perilaku awal siswa.
Karakteristik siswa merupakan salah satu variabel dari kondisi pengajaran. Variabel ini didefenisikan sebagai aspek-aspek atau kualitas perseorangan siswa. Aspek-aspek ini bisa berupa bakat, minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berpikir dan kemampuan awal ( hasil belajar ) yang telah dimilikinya. Karakteristik siswa akan amat berpengaruh dalam pemilihan setrategi pengelolaan, yang berkaitan dengan bagaimana menata pengajaran, khususnya komponen-komponen strategi pengajaran, agar sesuai dengan karakteristik perseorangan siswa.
Fungsi Kemampuan Awal Pebelajar
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan untuk membelajarkan siswaartinya membuat siswa mau belajar. Untuk keberhasilan tersebut maka dalampembelajaran perlu memperhatikan empat hal, yakni :
mengidentifikasikebutuhan dan karakteristik siswa,
memilih pendekatan pembelajaran,
memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik, serta
menetapkan alatevaluasi.
Memperhatikan hal di atas, perencanaan pembelajaran sangat membutuhkan identifikasi kebutuhan dan karakteristik siswa sebagai analisis kemampuan awal siswa. Analisis kemampuan awal siswa dilakukan dengan memperhatikan kemampuan, dan pengalaman siswa, baik sebagai kelompok atau pribadi. Analisis kemampuan awal siswa merupakan kegiatan mengidentifika sisiswa dari segi kebutuhan dan karakteristik untuk menetapkan spesifikasi dankualifikasi perubahan perilaku yaitu menyangkut pencapaian tujuan dan penguasaan materi pelajaran.
Jenis-jenis Kemampuan Awal Pebelajar
Ada tujuh jenis kemampuan awal yang dapat digunakan untuk memudahkan perolehan, pengorganisasian, dan pengungkapan kembali pengetahuan baru. Ketujuh jenis pengetahuan awal itu adalah sebagai berikut.
Pengetahuan bermakna tak terorganisasi (arbitraly meaningful knowledge) sebagai tempat mengaitkan pengetahuan hapalan (yang tak bemakna) untuk memudahkan retensi. Pengetahuan ini merupakan pengetahuan yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan pengetahuan baru yang akan dipelajari Pengetahuan ini sangat berguna untuk mengingat hapalan dan pengetahuan yang tak bermakna, yang bertujuan mnemonic misalkan "MEJIKUHIBINIU" untuk menghapalkan warna pelangi.
Pengetahuan analogis (analogi knowledge), yang mengaitakan pengetahuan baru dengan pengetahuan lain yang amat serupa, yang berada di luar isi yang sedang dibiarakan/dipelajari. Pengetahuan analogis ini berada di luar konteksisi pengetahuan baru yang sedang dipelajari, namun terdapat kaitan berikut :
berada pada tingkat keumuman yang sama.
memiliki kesamaan dalam hal-hal pokok.
contoh-contoh pengetahuan analogis tidak temasuk dalam contoh-contohpengetahuan baru. Misalnya pengertahuan baru tentang prinsip penawaran dan permintaan, maka bisa dianalogikan dengan peminat masuk keperguruan tinggi dengan daya tamping perguruan tinggi.
Meskipun pengetahuan analogis ini tidak ada kaitan dengan pengetahuan baru, tetapi sangat bemanfaat untuk mempermudah mencapai pengetahuan baru yangsedang dipelajari.
Pengetahuan tingkat yang lebih tinggi (superordinte knowledge) yang dapat berfungsi sebagai kerangka kaitan lanjut bagi pengetahuan baru. Gagne menyebutnya sebagai kapabilitas belajar. Hubungan antar kapabilitas tersebut sebagai hubungan prasyarat dan syarat. Jadi kapabilitas konsepabstrak sebagai superordinat dari konsep konkrit, Kapabilitas belajar menurut Gagne dibedakan atas lima bagian yaitu ; diskriminasi, konsep konkrit, konsep abstrak, kaidah (rule), dan kaidah tingkat lebih tinggi lagi.
Pengetahuan setingkat (coordinate knowledge), yang dapat memenuhi fungsinya sebagai pengetahuan asosiatif dan/atau komparatif. Pengetahuansetingkat ini memiliki tingkat keumuman dan kekhususan yang sama dengan pengetahuan yang sedang dipelajri. Misalnya, konsep "hewan berkaki ruas"dan konsep "hewan bertulang belakang". Kedua hewan tersebut tidak sama, tetapi keduanya merupakan contoh "hewan". Jadi mengaitkan pengetahuan baru yang sedang dipelajari dengan pengetahuan coordinate yang telahdiketahui oleh pebelajar akan memudahkan perolehan pengetahuan barutersebut.
Pengetahuan tingkat yang lebih rendah (subordinate knowledge), yang berfungsi untuk mengkonkritkan pengetahuan baru atau juga penyediaan contoh-contoh. Ini kebalikan dari pengetahuan yang lebih tinggi. Ada kesamaan fungsi dengan pengetahuan pengalaman.
Pengetahuan pengalaman (experienitial knowledge) yang memiliki fungsi sama dengan pengetahuan tingkat yang lebih rendah, yaitu untuk mengkonkritkan dan menyediakan ontoh-contoh bagi pengetahuan baru. Pengetahuan pengalaman mengacu kepada ingatan seseorang pada peristiwa-peristiwa atau objek-objek khusus dan yang tersimpan di dalam experienitial data base (istilah yang digunakan Reigeluth).
Strategi kognitif, yang menyediakan cara-cara mengolah pengetahuan baru,mulai dari penyandian, penyimpanan, sampai dengan pengungkapan kembali pengetahuan yang telah tersimpan dalam ingatan. Hal ini berfungsi membantu mekanisme pembuatan hubungan-hubungan antara pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh siswa. Gagne mengemukakan bahwastrategi kognitif adalah keterampilan lepas-isi (content-free skill) yang dapatdigunakan oleh seseorang untuk memudahkan perolehan pengetahuan, atau memudahkan pengorganisasian dan pengungkapan pengetahuan yang telah dipelajari.
Klasifikasi Jenis Kemampuan Awal Pebelajar
Jenis kemampuan awal dapat di klasifikasikan menjadi 3 yaitu :
pengetahuan yang akan di ajarkan,
pengetahuan yang berada di luarpengetahuan yang akan di bicarakan,
pengetahuan mengenai ketrampilan generic (generic skills).
Klasifikasi pertama, yang berkaitan dengan pengetahuanyang akan diajarkan, meliputi pengetahuan yang lebih tinggi, pengetahuansetingkat, pengetahuan lebih rendah, dan pengetahuan pengalaman. Klasifikasikedua, yang berkaitan dengan pengetahuan yang berjadi luar pengetahuan yangdibicarakan, meliputi pengetahuan bermakna tak terorganisasi dan pengetahuananalogis. Klasifikasi ketiga, yang berkaitan dengan pengetahuan tentangketerampilan generik adalah strategi kognitif.
Bila dilihat dari tingkat penguasaannya kemampuan awal bias diklasifikasikan menjadi 3, yaitu:
Kemampuan awal siap pakai, mengacu pada kemampuan yang manapundari ketujuh kemapuan awal yang diidentifikasi oleh Reigeluth, yang benar-benar telah dikuasai oleh siswa (yaitu pengetahuan yang telah menjadimiliknya), dan dapat digunakan kapan saja dan dalam situasi apapun.
Kemampuan awal siap ulang, mengacu kepada kemampuan-kemampuanawal yang manapun dari ketujuh kemampuan awal yang diidentifikasiReigeluth yang sudah pernah dipelajari siswa, namun belum dikuasaisepenuhnya atau belum siap digunakan ketika diperlukan. Karena belum menjadi miliknya, maka siswa masih sangat tergantung pada adanyasumber-sumber yang sesuai (biasanya buku teks) untuk dapat menggunakankemampuan ini.
Kemampuan awal pengenalan, mengacu pada kemampuan-kemampuanawal yang manapun dari ketujuh kemampuan awal yang diidentifikasiReigeluth yang baru dikenal. Mungkin karena baru pertama kali dipelajarioleh siswa sehingga perlu diulangi beberapa kali agar menjadi siap guna.Kemampuan ini masih belum dikuasai dan masih sangat tergantung padatersedianya sumber-sumber, juga sering kali memang belum dikuasai.
Langkah-langkah Identifikasi Kemampuan Awal Pebelajar
Ada tiga langkah yang perlu dilakukan dalam menganalisis kemampuanawal siswa. Langkah-lagkah itu adalah :
Melakukan pengamatan (observation) kepada siswa secara perorangan.
Pengamatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan tes kemampuan awalyang digunakan untuk mengetahui konsep-konsep, prosedur-prosedur, atauprinsip-prinsip yang telah dikuasai oleh siswa yang terkait dengan konsep,prosedur, atau prinsip, yang akan diajarkan. Wawancara atau angket dapatdigunakan untuk menggali informasi mengenai kemampuan awal yang lain,seperti pengetahuan yang tidak terorganisasi, pengetahuan pengalamananalogi, dan strategi kognitif.
Tabulasi karakteristik pribadi siswa. Hasil pengemasan yang dilakukan pada langkah pertama ditabulasi untuk mendapatkan klasifikasi dan rinciannya. Hasil tabulasi akan digunakan untuk daftar klasifikasi karakteristik menonjol yang perlu diperhatikan dalam menetapkan strategi pengelolaan.
Pembuatan daftar strategi karakteristik siswa. Daftar ini perlu dibuat sebagai dasar menetukan strategi pengelolaan pembelajaran. Satu hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan daftar ini adalah daftar harus disesuaikan dengan kemajuan-kemajuan belajar yang dicapai siswa secara pribadi. Ada beberapa macam instrumen yang bisa digunakan untuk memperoleh data tentang karakteristik siswa, meliputi : observasi, wawancara, angket, daftar pertanyaan, dan melakukan tes.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kegiatan menganalisis kemampuan awal siswa dalam pengembangan pembelajaran merupakan pendekatan yang menerima siswa apa adanya dan menyusun sistem pembelajaran atas dasar keadaan siswa tersebut. Memperhatikan hal di atas, perencanaan pembelajaran sangat membutuhkan identifikasi kebutuhan dan karakteristik siswa sebagai analisis kemampuan awal siswa. Klasifikasi pertama, yang berkaitan dengan pengetahuan yang akan diajarkan, meliputi pengetahuan yang lebih tinggi, pengetahuan setingkat, pengetahuan lebih rendah, dan pengetahuan pengalaman. Klasifikasi kedua, yang berkaitan dengan pengetahuan yang terjadi luar pengetahuan yang dibicarakan, meliputi pengetahuan bermakna tak terorganisasi dan pengetahuan analogis. Klasifikasi ketiga, yang berkaitan dengan pengetahuan tentang keterampilan generik adalah strategi kognitif.
Kritik dan Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun. Kritik dan saran dari pembaca akan kami jadkan sebagai bahan pertimbangan agar makalah berikutnya bisa lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
http://moeviccloes.blogspot.com/2010/10/identifikasi-prilaku-dan-karakteristik.html Published by Moevi (Di unduh pada: Senin, 25 Februari 2013. Pkl: 17.05 WIB).
http://moh-zaen-fuadi.blogspot.com/2011/11/identifikasi-prilaku-dan-karakter-awal.html Published by Moh. Zaenal Fuadi (Di unduh pada: Selasa, 27 Februari 2013. Pkl: 16.55 WIB).
http://www.scribd.com/doc/50747553/Bab-3 Published by Emnoeh (Di unduh pada: Rabu, 27 Februari 2013. Pkl: 16.55 WIB).
Al-Barry, M.D.J., dkk., Kamus Ilmah Kontemporer, Pustaka Setia, Bandung: 2000.
Hamalik, Oemar, Psikologi Belajar Mengajar, Sinar Baru Algensindo, Bandung, 2009
Riyanto, Yatim, Paradigma Baru Pembelajaran, Prenada Media Group, Jakarta, 2009
Sanjaya, Wina, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2008
http://sman1karanganom.sch.id/index.php/en/manajemen-sekolah/bk/analisi-potensi
http://onnyrudianto.wordpress.com/2011/07/24/beberapa-karakter-peserta-didik/
Revisi
Pertanyaan:
Reski (kelompok 11)
Bagaimana cara menangani peserta didik yang belum mengerti suatu meteri, sedangkan guru harus pindah ke materi berikutnya yang telah dirancang sesuai konsep?
Wahyu Eka (kelompok 6)
Bagaimana cara untuk memahami karakteristik peserta didik yang berbeda-beda?
Adyani (kelompok3)
Bagaimana cara menganalisis kemampuan awal pebelajar yang lebih efisien?
Jawaban:
Apabola ada peserta didik yang belum bisa atau belum memahami suatu meteri, maka sebaiknya guru jangan dulu melanjutkan ke materi yang beikutnya. Sebaiknya guru mengajarkan terlebih dahulu kepada anak didik yang belum mengerti tersebut. Kemudian rencana pembelajaran yang tak sesuai dengan konsep awal bisa segera di perbaiki menyesuaikan dengan kondisi yang ada di lingkungan.
Dari sudut pandang siswa didik, pasti memiliki gaya belajar yang berbeda. Ada yang sangat aktif, ada juga yang hanya duduk diam (pasif) mendengarkan. Untuk itu, pendidik harus memiliki kemampuan untuk mengenali gaya belajar siswa yang umum dan kurang umum. Sehingga, pendidik mampu mengembangkan gaya pengajaran yang komprehensif dan efektif.
Ada beberapa pendekatan, untuk bisa menerapkan gaya pengajaran ini. Salah satunya pendekatan indrawi. Indrawi, merupakan metode belajar yang paling popular. Di sini, pendidik bisa dapat berinteraksi langsung, secara visual, gesture tubuh, juga audio. Sehingga, antara peserta didik dan pendidik, akan dapat terjalin koneksi yang erat. Hasilnya, motorik peserta didik pun dapat meningkat. Pengayaan literatur pendukung pembelajaran sangat diperlukan. Karena, peserta didik dengan karakter ini, akan lebih kritis dalam menanggapi pembelajaran yang ia terima. Jadi, fakta lisan saja, akan kurang memuaskan bagi peserta didik dengan karakter seperti ini.
Begitu banyak tipe kepribadian menurut para ilmuwan. Berikut ini adalah tipe-tpe kepibadian menurut masing-masing para ahli agar kita lebih memahami kepribadian peserta didik, sehingga saat proses kegiatan belajar dan mengajar berlangsung dengan maksimal.
Menurut Eysenck 1964 (Buchori 1982) menyatakan tipe kepribadian dibagi menjadi tiga, yaitu:
Kepribadian Ekstrovert: dicirikan dengan sifat sosiabilitas, bersahabat, menikmati kegembiraan, aktif bicara, impulsif, menyenangkan spontan, ramah, sering ambil bagian dalam aktivitas sosial.
Kepribadian Introvert: dicirikan dengan sifat pemalu, suka menyendiri, mempunyai kontrol diri yang baik.
Kepribadian Neurosis: dicirikan dengan pencemas, pemurung, tegang, bahkan kadang-kadang disertai dengan simptom fisik seperti keringat, pucat, dan gugup.
Menurut Mahmud 1990 (dalam Suadianto 2009) menyatakan kepribadian terbagi menjadi dua belas kepribadian, yang meliputi kepribadian sebagai berikut:
Mudah menyesuaikan diri, baik hati, ramah, hangat VS dingin.
Bebas, cerdas, dapat dipercaya VS bodoh, tidak sungguh-sungguh, tidak kreatif.
Emosi stabil, realistis, gigih VS emosi mudah berubah, suka menghindar (evasive), neurotik.
Dominat, menonjolkan diri VS suka mengalah, menyerah.
Riang, tenang, mudah bergaul, banyak bicara VS mudah berkobar, tertekan, menyendiri, sedih.
Sensitif, simpatik, lembut hati VS keras hati, kaku, tidak emosional.
Berbudaya, estetik VS kasar, tidak berbudaya.
Berhati-hati, tahan menderita, bertanggung jawab VS emosional, tergantung, impulsif, tidak bertanggung jawab.
Petualang, bebas, baik hati VS hati-hati, pendiam, menarik diri.
Penuh energi, tekun, cepat, bersemangat VS pelamun, lamban, malas, mudah lelah.
Tenang, toleran VS tidak tenang, mudah tersinggung.
Ramah, dapat dipercaya VS curiga, bermusuhan.
Menurut Hippocrates dan Galenus (dalam Kurnia 2007)
Tipologi kepribadian yang tertuang bersifat jasmaniah atau fisik. Mereka mengembangkan tipologi kepribadian berdasarkan cairan tubuh yang menentukan temperamen seseorang. Tepe kepribadian itu antara lain:
Tipe kepribadian choleric (empedu kuning), yang dicirikan dengan pemilikan temperamen cepat marah, mudah tersinggung, dan tidak sabar.
Tipe melancholic (empedu hitam), yang berkaitan dengan pemilikan temperamen pemurung, pesimis, mudah sedih dan mudah putus asa.
Tipe phlegmatic (lendir), yang bertemperamen yang serba lamban, pasif, malas, dan kadang apatis/ masa bodoh.
Tipe sanguinis (darah), yang memiliki temperamen dan sifat periang, aktif, dinamis, dan cekatan.
Menurut Kretchmer dan Sheldon (dalam Kurnia 2007) menyatakan bahwa tipologi kepribadian berdasarkan bentuk tubuh atau bersifat jasmaniah. Macam-macaam kepribadian ini adalah:
Tipe asthenicus atau ectomorpic pada orang-orang yang bertubuh tinggi kurus memiliki sifat dan kemampuan berpikir abstrak dan kritis, tetapi suka melamun dan sensitif.
Tipe pycknicus atau mesomorphic pada orang yang betubuh gemuk pendek, memiliki sifat periang, suka humor, popular dan mempunyai hubungan sosial luas, banyak teman, dan suka makan.
Tipe athleticus atau mesomorphic pada orang yang bertubuh sedang/atletis memiliki sifat senang pada pekerjaan yang membutukhkan kekuatan fisik, pemberani, agresif, dan mudah menyesuaikan diri.
Menurut Jung (dalam Sudianto 2009)
Tipologi kepribadian dikelompokan berdasarkan kecenderungan hubungan sosial seseorang, yaitu:
Tipe Ekstrovert yang perhatiannya lebih banyak tertuju di luar.
Tipe Introvert yang perhatiannya lebih tertuju ke dalam dirinya, dan dikuasai oleh nilai-nilai subjektif.
Namun demikian, dalam kenyataannya lebih banyak manusia dengan tipe campuran (dysplastic) atau kombinasi antara ekstrovert dan introvert yang disebut ambivert. Pada periode anak sekolah, kepribadian anak belum terbentuk sepenuhnya seperti orang dewasa. Kepribadian mereka masih dalam proses pengembangan. Wijaya (1988) menyatakan "karakteristik anak secara sederhana dapat dikelompokkan atas:
Kelompok anak yang mudah dan menyenangkan.
Anak yang biasa-biasa saja.
Anak yang sulit dalam penyesuaian diri dan sosial, khususnya dalam melakukan kegiatan pembelajaran di sekolah".
Setiap orang pasti mempunyai potensi tertentu dalam dirinya. Ada 3 ranah potensi sebagaimana gambar tersebut di bawah ini :
Potensi yang paling menonjol dari setiap orang berbeda-beda. Ada yang dominan di ranah kognitif saja tetapi lemah di ranah afektif dan psikomotor. Misalnya pintar (mudah dan cepat) mencerna materi pembelajaran, seakan-akan ia memiliki "photographic memory", tetapi mudah tersinggung jika ada yang meledeknya dan tulisannya sulit dibaca. Ada yang dominan pada ranah afektif, tetapi lemah pada ranah kognitif dan psikomotor.
Analisis Potensi Kognitif
Potensi kognitif peserta didik dapat diukur dengan cara sebagai berikut
Angket, yaitu formulir isian yang diisi oleh peserta didik
Data raport, yaitu data perkembangan prestasi belajar peserta didik pada semester-semester sebelumnya.
Observasi, yaitu pengamatan seberapa cepat seorang peserta didik menyelesaikan tugasnya dengan hasil jawaban yang tepat dan benar.
Achievement Test (Tes Hasil Belajar), yaitu tes yang digunakan untuk mengukur apa yang telah dipelajari di berbagai bidang studi. Ada tes yang khusus meneliti penguasaan materi bidang studi tertentu saja, ada pula tes yang meliputi materi beberapa bidang studi dalam lingkup yang agak luas, yang menghasilkan skor-skor terpisah (subtest) yang saling membandingkan.
Tes Kemampuan Intelektual, yaitu tes yang mengukur taraf kemampuan berpikir, terutama berkaitan dengan potensi untuk mencapai taraf prestasi tertentu dalam belajar di sekolah (Mental Ability Test; Intelligence Test; Academic Ability Test; Scholastic Aptitude Test). Tes Kemampuan Intelektual ini biasa dikenal dengan nama Tes Kecerdasan (IQ), yang dilakukan oleh Lembaga Psikologi dibawah naungan Psikolog.
Analisis Potensi Afektif
Potensi afektif peserta didik dapat diukur dengan cara sebagai berikut:
Angket, yaitu sebuah daftar isian yang mengungkap jenis organisasi yang pernah diikuti oleh peserta didik dan jabatan yang pernah dan sedang diembannya.
Interview, yaitu kegiatan tanya jawab untuk mengetahui sejauh mana kebenaran data yang dituliskan di dalam angket point a di atas, terutama untuk mengelaborasi sejauhmana perannya sebagai pengurus inti tersebut.
Observasi, yaitu hasil pengamatan sendiri atau orang lain terhadap pola interaksi peserta didik. Misalnya dalam kegiatan pemilihan pengurus kelas, seorang peserta didik mengatur jalannya pemilihan.
Tes kepribadian, adalah sebuah instrumen tes yang baku yang digunakan untuk mengetahui kepribadian seseorang dan dilaksanakan oleh Lembaga Psikologi dibawah naungan Psikolog.
Analisis Potensi Psikomotor
Potensi psikomotor peserta didik dapat diukur dengan cara sebagai berikut :
Angket, yaitu daftar isian yang memuat tentang kegiatan olah raga, ketrampilan atau seni yang diikuti peserta didik, misalnya klub sepak bola, basket, bulu tangkis, taekwondo, tari (tradisional atau modern), lukis, seni peran / teater dan lain-lain.
Observasi, yaitu pengamatan atas perilaku peserta didik, baik di kelas maupun di luar kelas.
Tes Sikap Kerja, yaitu sebuah alat yang digunakan oleh Psikolog untuk mengetahui kecepatan dan ketelitian kerja seseorang.