BAB I PENDAHULUAN
Fraktur adalah hilangnya atau putusnya kontinuitas jaringan keras tubuh. Fraktu Frakturr dinama dinamaii sesuai sesuai dengan dengan regio regio tubuh tubuh yang yang mengala mengalami mi diskon diskontin tinuit uitas. as. Fraktur yang terjadi pada tulang – tulang wajah yaitu tulang frontal, temporal, orbi orbito tozi zigo goma mati ticu cus, s,
nasal nasal,,
maks maksil ila, a,
dan dan
mand mandib ibul ula, a,fr frak aktu turr
maks maksil ilof ofasi asial al
diklasifikasikan menjadi fraktur kompleks nasal, kompleks zigoma, dentoalveolar, maksila, dan mandibula.1 Fraktur dentoalveolar didefinisikan sebagai fraktur yang meliputi avulsi, subluksasi, atau fraktur gigi yang berkaitan dengan fraktur tulang alveolar. Fraktur dentoalveolar dapat terjadi tanpa disertai dengan fraktur bagian tubuh lainnya, biaasanya terjadi akibat kecelakaan ringan, seperti jatuh, benturan, berolahraga, atau iatrogenik.2, !pidemiologi fraktur dentoalveolar serupa dengan epidemiologi fraktur maksilofasial. "enurut penelitian yang pernah dilakukan, dari 1## orang yang meng mengal alami ami frakt fraktur ur dida didapa patk tkan an $ oran orang g meng mengala alami mi frak fraktu turr dent dentoa oalv lveo eolar lar..% &enelitian lain menyebutkan dari 122 sampel pasien trauma terdapat '# pasien mengalami fraktur maksilofasial. (,) diantaranyan *$ orang+ mengalami fraktur dentoalveolar.$ &uncak insidensi terjadi pada anak usia 2 – tahun, sebagai akibat sekund sekunder er perkem perkemban bangan gan koordi koordinas nasii neurom neuromusk uskular ular.. &ada &ada gigi gigi tetap, tetap, puncak puncak insidensi terjadi pada anak usia 1# tahun saat dimulainya aktifitas atletik. !tiologi yang paling sering dilaporkan adalah kecelakaan lalu lintas dan perkelahian. alam alam lapor laporan an ini ini dilak dilakuk ukan an pemb pembah ahasa asan n meng mengen enai ai kasu kasuss frakt fraktur ur dentoalveol dentoalveolar ar dengan dengan tujuan untuk mengetahui mengetahui manifestasi manifestasi klinis, penegakan, penegakan, diagnosis dan tatalaksana untuk kasus tersebut yang menyesuaikan kompetensi dokter umum.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Fraktur Dentoaleolar Dentoaleolar
efinisi fraktur secara umum adalah pemecahan atau kerusakan suatu bagian terutam terutamaa tulang tulang *-amus *-amus -edokt -edoktera eran n orlan orland d edisi edisi 2', 2##2+. 2##2+. iterat iteratur ur lain menyebutka menyebutkan n bahwa fraktur atau patah tulang tulang adalah terputusnya terputusnya kontinuita kontinuitass jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh trauma *"an *"ansj sjoe oerr,
2### 2###+. +.
/erd /erdas asar arka kan n
defi defini nisi si0d 0def efin inis isii
ters terseb ebut ut
maka maka
frak fraktu tur r
dentoalveolar adalah kerusakan atau putusnya kontinuitas jaringan keras pada stuktur gigi dan alveolusnya disebabkan trauma.
2.2 Klasifikasi Fraktur Dentoaleolar
enis enis fraktur fraktur dentoa dentoalve lveola olarr pada pada anak anak diklasi diklasifik fikasik asikan an menjad menjadii beberap beberapaa kejadian. -lasifikasi ini membantu dokter gigi untuk memilih cara penanganan yang tepat untuk setiap kejadiannya sehingga pasien mendapatkan prognosis yang baik selama perawatan. -lasifikasi fraktur dentoalveolar juga dapat memberikan informasi yang komprehensif dan universal untuk mengkomunikasikan mengenai tujuan perawatan tersebut. tersebut. erdapa erdapatt banyak banyak klasifikasi klasifikasi yang mendeskripsi mendeskripsikan kan mengen mengenai ai fraktur fraktur dentoal dentoalveo veolar lar.. -lasifi -lasifikas kasii yang yang banyak banyak dijadi dijadikan kan pedoma pedoman n dalam penanganan fraktur dentoalveolar adalah klasifikasi menurut World Health Organization *345+. -lasifikasi -lasifikasi yang direkomendasika direkomendasikan n dari World Health Organization Organization *345+ diterapkan pada gigi sulung dan gigi tetap, yang meliputi jaringan keras gigi, jaringan pendukung gigi dan jaringan lunak rongga mulut. &ada pembahasan ini klasifi klasifikas kasii 345 yang yang diteran diterangka gkan n hanya hanya pada pada trauma trauma yang yang mengak mengakiba ibatka tkan n fraktur dentoalveolar, yaitu cedera pada jaringan keras gigi dan pulpa, jaringan periodontal, dan tulang pendukung pendukung *3elbury, *3elbury, 2##$+ 6
1. 7edera pada jaringan keras gigi dan pulpa *gambar 2.1+ •
Enamel infraction6 jenis fraktur tidak sempurna dan hanya berupa retakan tanpa hilangnya substansi gigi.
•
Fraktur email6 hilangnya substansi gigi berupa email saja.
•
Fraktur email0dentin6 hilangnya substansi gigi terbatas pada email dan dentin tanpa melibatkan pulpa gigi.
•
Fraktur mahkota kompleks *complicated crown fracture+6 fraktur email dan dentin dengan pulpa yang terpapar.
•
Fraktur mahkota0akar tidak kompleks *uncomplicated crown-root fracture+6 fraktur email, dentin, sementum, tetapi tidak melibatkan pulpa.
•
Fraktur mahkota0akar kompleks *complicated crown-root fracture+6 fraktur email, dentin, dan sementum dengan pulpa yang terpapar.
•
Fraktur akar6 fraktur yang melibatkan dentin, sementum, dan pulpa, dapat disubklasifikasikan lagi menjadi apikal, tengah, dan sepertiga koronal *gingiva+.
!a"#ar 2.1 7edera pada aringan -eras 8igi dan aringan &ulpa *Fonseca,
2##$+ 2. 7edera pada jaringan periodontal *gambar 2.2+ Concussion6 tidak ada perpindahan gigi, tetapi ada reaksi ketika
•
diperkusi. 9ubluksasi6 kegoyangan abnormal tetapi tidak ada perpindahan
•
gigi. uksasi ekstrusif * partial avulsion+6 perpindahan gigi sebagian dari
•
soket. uksasi lateral6 perpindahan ke arah aksial disertai fraktur soket
•
alveolar. •
uksasi intrusif6 perpindahan ke arah tulang alveolar disertai fraktur soket alveolar.
•
:vulsi6 gigi lepas dari soketnya.
!a"#ar 2.2 7edera pada aringan &eriodontal *Fonseca, 2##$+.
. 7edera pada tulang pendukung *gambar 2.+ 1+ &ecah dinding soket alveolar mandibula atau maksila 6 hancur dan tertekannya
soket alveolar, ditemukan pada cedera intrusif dan lateral luksasi. 2+ Fraktur dinding soket alveolar mandibula atau maksila 6 fraktur yang terbatas pada fasial atau lingual;palatal dinding soket. + Fraktur prosesus alveolar mandibula atau maksila 6 fraktur prosesus alveolar yang dapat melibatkan soket gigi. %+ Fraktur mandibula atau maksila 6 dapat atau tidak melibatkan soket alveolar.
!a"#ar 2.$ 7edera pada ulang &endukung *Fonseca, 2##$+.
2.$ Etiolo%i &an E'i&e"iolo%i
&enyebab trauma dibagi menjadi dua, langsung dan tidak langsung. rauma langsung jika benturannya itu langsung mengenai gigi, biasanya pada regio anterior. rauma tidak langsung terjadi ketika ada benturan rahang bawah ke rahang atas, gigi patah pada bagian mahkota atau mahkota0akar di gigi premolar dan molar, dan juga pada kondilus dan simfisis rahang. Faktor yang memengaruhi hasil trauma adalah kombinasi dari energi impaksi, resiliensi objek yang terkena impaksi, bentuk objek yang terkena impaksi, dan sudut arah gaya impaksi. *3elburry, 2##$+. &enyebab umum trauma adalah terjatuh dengan perbandingan antara 2<) dan (2) dari semua kasus cedera, tergantung pada subpopulasi yang diteliti. 5lahraga
merupakan penyebab kedua yang mengakibatkan cedera */er man, et al ., 2##=+. -asus trauma dentoalveolar pada anak dapat disebabkan kecelakaan lalu lintas, serangan hewan, perkelahian dan kekerasan dalam rumah tangga. 8igi yang terkena trauma biasanya hanya satu, kecuali pada kasus kecelakaan dan olahraga. *7ameron and 3idmer, 2##(+. "aloklusi dapat menjadi faktor pendukung terjadinya trauma dentoalveolar. /eberapa kondisi yang dapat menyebabkan terjadinya trauma adalah protrusi gigi anterior pada maloklusi kelas > tipe 2 atau kelas >> divisi 1. >nsidensi pada anak dengan kondisi tersebut dua kali dibandingkan anak dengan kondisi oklusi normal. :nak dengan overjet berlebih juga dapat memiliki faktor resiko lebih tinggi terjadi trauma dibandingkan dengan anak dengan overjet normal *4olan and "cigue, 2##$+. abel 2.1 menunjukkan probabilitas fraktur gigi incisif sentral maksila dengan perbedaan overjet.
Ta#el 2.1 &robabilitas -ejadian Fraktur 8igi >ncisif 9entral "aksila dengan &erbedaan
arak 5verjet *Finn, 2##+. (er)et
Laki*laki
Pere"'uan
Se"ua Anak
+ 1 ""
162$
16$$
16%
1*, ""
161
162=
161(
-* ""
16=
1611
16(
1/ 0 ""
16%
161#
16<
&revalensi trauma gigi anak berkisar dari 1#0#) di beberapa negara di dunia. *9hun0e 4uang, et al ., 2##$+. ata epidemiologi mengenai fraktur gigi anak di >ndonesia belum ditemukan secara pasti, namun ada beberapa laporan makalah ilmiah yang memperkirakan 2)0$) *9utadi, 2##+. &enelitian yang dilakukan 9asteria pada 1.%( anak usia 1012 tahun di -linik >lmu -edokteran 8igi :nak Fakultas -edokteran 8igi ?niversitas >ndonesia sela ma periode 1 anuari 1''$01 esember 1''$ menunjukkan bahwa '( anak *=,2=)+ mengalami fraktur pada
gigi anterior atas *9asteria, 1''=+. -ejadian terbanyak trauma dentoalveolar terjadi pada usia 20% tahun ketika koordinasi motorik anak sedang berkembang. rauma sering terjadi di rumah ketika anak sudah mulai mencoba banyak hal baru dan bergerak aktif, sedangkan pada usia =01# tahun anak biasanya mengalami trauma di sekolah ketika mereka sedang bermain, berlari, bersepeda, dan atau berolahraga. 8igi yang mengalami trauma pada usia ini biasanya gigi permanen. *3elbury, 2##$+. >nsidensi trauma dentoalveolar pada anak menurut usia adalah sebagai berikut6 pada usia $ tahun, 10%#) anak laki0laki dan 1<0#) anak perempuan mengalami trauma. &ada usia 12 tahun 120) anak laki0laki dan %01' ) anak perempuan mengalami trauma gigi. >nsidensi injuri pada laki0laki dua kali lebih banyak baik pada usia anak maupun dewasa *3elbury, 2##$+. iteratur lain menyebutkan rasio insidensi injuri pada anak hampir sama antara laki0laki dan perempuan */erman, et.al ., 2##=+. -asus trauma yang terjadi pada anak sebagian besar terjadi di daerah anterior terutama incisif sentral *3elbury, 2##$+, sedangkan pada bagian posterior biasanya terjadi karena trauma tidak langsung, seperti trauma pada bagian dagu yang mengakibatkan tekanan berlebih pada bagian maksila *Finn, 2##+. -ejadian yang paling sering terjadi pada anak0anak adalah concussion, subluksasi, dan luksasi, sedangkan pada gigi permanen adalah fraktur mahkota tidak kompleks *uncomplicated crown fracture+ *3elburry, 2##$+. 8ambar 2.% menunjukkan persentasi kejadian fraktur menurut klasifikasi cedera pada jaringan pendukung gigi.
!a"#ar 2. &ersentasi -ejadian Fraktur *-och and &oulsen, 2##1+.
Fraktur dentoalveolar pada anak dapat menyebabkan kerusakan gigi permanen yang berada di atas atau bawahnya. 4al ini dapat langsung terjadi dari luka atau infeksi residual yang disebabkan oleh trauma pada gigi anak. :ndreasen dan @avn menemukan bahwa usia anak pada waktu terjadinya trauma merupakan faktor yang paling memengaruhi perkembangan kerusakan gigi permanen. "ereka menemukan bahwa <#) anak di bawah usia % tahun dengan trauma pada gigi incisif menunjukkan anomali klinis pada radiografi gigi permanen pengganti *ummet, 2##<+.
2. Pene%a3an Fraktur Dentoaleolar
4al terbaik yang dilakukan pada fraktur dentoalveolar adalah melakukan tindakan pencegahan. &encegahan adalah orientasi utama seorang dokter gigi, terutama dalam perawatan gigi anak. erdapat beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah kejadian fraktur dentoalveolar, di antaranya adalah sebagai berikut *7ameron and 3idmer, 2##(+6 1.
&erawatan orthodontiA
2.
9abuk pengamanA
.
&emakaian helm saat bersepedaA
%.
&emakaian mouth protector A
$.
&engawasan terhadap binatang peliharaanA dan
<.
&enyuluhan kepada para orang tua
indakan pencegahan tersebut dilakukan sesuai dengan kondisi. &erawatan orthodonti dilakukan pada pasien yang memiliki kecenderungan mengalami fraktur gigi, seperti pada pasien kelas >> divisi 1 dengan overjet tinggi. &embahasan sebelumnya sudah dijelaskan bahwa pasien dengan overjet tinggi akan memiliki kecenderungan lebih rentan terjadi fraktur gigi daripada pasien dengan overjet normal. 4al tersebut memberikan gambaran kepada dokter gigi untuk menghimbau pasien dengan keadaan overjet tinggi ini untuk melakukan perawatan orthodonti, sehingga kondisi overjet pasien dapat dikoreksi dan kejadian fraktur dentoalveolar dapat dihindari.
&enyebab fraktur dentoalveolar berikutnya selain overjet adalah terjadinya kecelakaan, bukan hanya saat berkendara tetapi juga saat berolahraga. okter gigi dapat menghimbau kepada masyarakat untuk menggunakan sabuk pengaman saat berkendara dan memakai helm saat bersepeda. 4al ini dapat mengurangi resiko cedera saat terjadi kecelakaan lalu lintas. 7edera saat berolahraga dapat dicegah dengan mouth protector . 7ontoh olahraga yang biasanya membutuhkan alat ini adalah olahraga dinamis, seperti sepakbola, hoki, baseball, softball , dan lain sebagainya. :da beberapa jenis mouth protector yang dapat digunakan sebagai langkah pencegahan terhadap fraktur dentoalveolar, berikut adalah tipe dari mouth protector *Fonseca, 2##$+6 1. Stoc mouth protectors enis mouth protector ini merupakan tindakan pencegahan yang paling mudah dan murah. !outhguard ini dibuat dari lateks atau material silikon dan hanya menjaga secara minimal karena cukup longgar saat digunakan sehingga harus dalam kondisi rahang yang tertutup. enis ini kurang nyaman saat digunakan karena menyulitkan pengguna untuk berbicara dan bernafas, selain itu mouthguard ini mengiritasi gingiva dan vestibula di bagian bukal. enis ini kurang direkomendasikan. 8ambar 2.$ menunjukkan stoc mouth protector .
8ambar 2.$ 9tock "outh &rotector *Fonseca, 2##$+
2. !outh formed protectors !outh formed protector paling sering digunakan dan terdiri dari dua jenis, yaitu shell0liner mouthguard dan thermoplastic guard. "# Shell-liner mouthguard Shell-liner mouthguard terdiri dari karet lateks atau plastik yang menutup gigi maksila. enis ini cukup halus dan permukaannya lembut beradaptasi dengan gigi. -ekurangannya adalah pemakaiannya terbatas, jika sering digigit material yang mendasarinya akan berkurang dan mengilangkan ikatan dengan gigi. apisannya dapat mengeras jika terkena cairan mulut. &elindung ini tidak direkomendasikan untuk atlet yang menggunakan braket ortho. $# %hermoplastic mouthguard enis pelindung ini paling banyak digunakan karena keunggulannya yang murah, tahan lama, dan dapat dilembutkan kembali serta diadaptasikan jika retensinya mulai berkurang. -ekurangan dari pelindung ini adalah distorsi dan pengerasan ketika kontak dengan cairan mulut. 8ambar 2.< menunjukkan pelindung mulut jenis thermoplastik.
8ambar 2.< %hermoplastic !outhguard *Fonseca, 2##$+
. &ima'illar( mouthguard &enggunaan pelindung mulut ini terfiksasi di mandibula dan cukup nyaman untuk bernafas secara maksimal. !fektif mencegah cedera karena concussion dan trauma yang menyebabkan jejas pada kondilus mandibula. 8igi anterior mandibula juga terproteksi dari trauma yang cukup frontal. 8ambar 2.= menunjukkan pelindung mulut jenis bimaksila.
8ambar 2.= &ima'illar( !outhguard
%. Custom-made mouth protectors enis pelindung mulut ini adalah yang terbaik jika dibandingkan dengan jenis lainnya dilihat dari retensi, proteksi, rasa, bau, kenyamanan saat berbicara, dan kebersihannya. -eunggulan tersebut tidak sepenuhnya menjadi bukti bahwa alat pelindung ini paling baik mencegah dampak buruk dari trauma. &elindung ini difabrikasi menggunakan alginat menyesuaikan dengan maksila pasien tersebut. 8ambar 2.( menunjukkan pelindung mulut jenis custom-made.
8ambar 2.( Custom-made !outh )rotector *Bito, 2#12+ indakan yang sudah disebutkan di atas akan berjalan optimal ketika para orang tua sudah teredukasi dengan baik tentang pencegahan trauma gigi pada anak0anak. angkah darurat yang bisa dilakukan ketika terjadi trauma gigi pada anak juga akan mengurangi keparahan trauma yang mengenai intraoral.
BAB III LAP(4AN KASUS
$.1 I&entitas Pasien
Cama
6 n. 9
?mur
6 # tahun
enis kelamin
6 aki0laki
9tatus perkawinan
6 /elum "enikah
:lamat
6 -endal
&ekerjaan
6 3iraswasta
"@9
6 1 uni 2#1$
Co. 7"
6 7$=$<
$.2 Ana"nesis
:utoanamnesis pada 1 uni 2#1$ pukul #'.## di &oli 8igi dan "ulut @9?& r. -ariadi 9emarang. -eluhan ?tama
6
@ahang patah *rujukan dari @9 9oewondo -endal+
@iwayat &enyakit 9ekarang D % hari 9"@9 pasien mengalami kecelakaan motor, mekanisme kecelakaan tidak diketahui. &asien tidak menggunakan helm. &ingsan setelah kecelakaan *E+ "ual *0+ "untah *0+. &asien kemudian dibawa ke >8 @9 9oewondo, dilakukan penjaitan di bagian mulut dan dirawat inap selama % hari. 9elama rawat inap, pasien diberikan infus dan obat0obatan lewat infus. 9elain itu, pasien melakukan foto gigi. &asien tidak dapat makan makanan padat, selama ini hanya minum saja, tetapi tidak dipasang jalur makanan melalui hidung. Cyeri gigi belakang rahang atas bawah *E+ hilang timbul, gusi berdarah *0+, nyeri gusi *0+. &asien tidak dapat mengatupkan gigi maupun membuka mulutnya secara maksimal. @iwayat &enyakit ahulu •
@iwayat penyakit jantung disangkal
•
@iwayat diabetes melitus disangkal
•
@iwayat hipertensi disangkal
•
@iwayat operasi sebelumnya disangkal
•
@iwayat alergi obat disangkal
•
@iwayat asthma disangkal
•
@iwayat trauma daerah wajah sebelumnya disangkal
•
@iwayat sakit gigi disangkal
@iwayat &enyakit -eluarga •
@iwayat hipertensi disangkal
•
@iwayat diabetes melitus disangkal
•
idak ada anggota keluarga yang menderita keluhan seperti ini @iwayat 9osial !konomi &asien bekerja sebagai wiraswasta. /elum menikah, tinggal bersama kedua orang tuanya. &embiayaan mandiri.
$.$ Pe"eriksaan Fisik
ilakukan pada 1 uni 2#1$ pukul #'.# di &oli 8igi dan "ulut @9?& r. -ariadi 9emarang. a. Status !eneralis o
o
o
Kea&aan u"u"
-esadaran
6 compos mentis
-eadaan gizi
6 cukup
Tan&a*tan&a ital
6 11#;=# mm4g
Cadi
6 =(; menit
@@
6 2#; menit
9uhu
6 <,$ o7
B:9
6
!a"#aran U"u" lainn5a 6
inggi /adan
6 1<% cm
/erat /adan
6 $# kg
!dema
6 0
&ucat
6 0
7lubbing finger
6 0
aundice
6 0
Pe"eriksaan Ekstraoral o
o
7a)a3
>nspeksi
6 asimetri
&alpasi
6 nyeri tekan *E+
"ata
6 perdarahan subconjungtiva *E;0+ memar *E;0+
4idung
6 deviasi *0+, discharge *0+
elinga
6 discharge *0+
Le3er
>nspeksi
6 pembesaran nnll *0+, detra *0+
&alpasi
6 nyeri *0+
Pe"eriksaan Intraoral
"ukosa pipi
6
edema *0;0+, hiperemis *0;0+
"ukosa palatum
6
edema *0;0+, hiperemis *0;0+
"ukosa dasar mulut; lidah 6
edema *0;0+, hiperemis *0;0+
"ukosa pharyn
6
edema *0;0+, hiperemis *0;0+
8inggiva atas
6
edema *0;0+, hiperemis *0;0+
8inggiva bawah
6
edema *0;0+, hiperemis *0;0+
-arang gigi
6
*0+
&ocket
6
*0+
5klusi
6
maloklusi, open bite *E+
&alatum
6
idak ada kelainan
9upernumerary teeth
6
idak ada
iastema
6
idak ada
8igi anomali
6
idak ada
Keteran%an
8igi 11, 12, 21, 1, 2, , 1, %1, %2, % 8igi 2.2
intrusi, avulsi
missing tooth
#. Status Lokalis Pe"eriksaan Ekstraoral
>nspeksi
6
wajah asimetris, tampak jahitan di daerah mulut
&alpasi
6
tidak ada pembesaran kelenjar betah bening *0+, bengkak *0+
Pe"eriksaan Intraoral
8igi 1.1
gigi tampak masuk ke dalam, mahkota tampak lebih panjang
8igi 1.2
8igi 2.1
8igi 2.2
8igi .1
8igi .2
8igi .
8igi %.1
8igi %.2
8igi %.
gigi tampak masuk ke dalam, mahkota tampak lebih panjang gigi tampak masuk ke dalam,, mahkota tampak lebih panjang gigi tampak menghilang gigi tampak masuk ke dalam, mahkota tampak lebih panjang gigi tampak masuk ke dalam, mahkota tampak lebih panjang gigi tampak masuk ke dalam, mahkota tampak lebih panjang gigi tampak masuk ke dalam, mahkota tampak lebih panjang gigi tampak masuk ke dalam, mahkota tampak lebih panjang gigi tampak masuk ke dalam, mahkota tampak lebih panjang
. Status Dental !i%i 118 128 218 $18 $28 $$8 $18 18 28 $
>nspeksi
6 tidak sejajar dengan lengkung gigi
&alpasi
6 *0+
9ondasi
6 *0+
&erkusi
6 *0+
Bitalitas
6 *0+
"obilitas
6 *E+, intrusi
!i%i 2.2
>nspeksi
6 sulit dinilai
&alpasi
6 sulit dinilai
9ondasi
6 sulit dinilai
&erkusi
6 sulit dinilai
Bitalitas
6 sulit dinilai
"obilitas
6 sulit dinilai
$. Pe"eriksaan Penun)an%
&anoramic G0@ay
$., Dia%nosis Ker)a
Fraktur entoalveolar mailla dan mandibula
$.- Initial Plan
6 9
6 0
5 6 &anoramic 0ray @
6 rujuk ke spesialis bedah mulut
"
6 tanda nyeri, tanda vital
!
6"enjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien mengenai diagnosis dan
menerangkan bahwa keluhan rahang yang patah harus ditatalaksana lebih lanjut dengan cara operasi dan rujuk ke spesialis bedah mulut.
BAB III PE9BAHASAN
Fraktur dentoalveolar didefinisikan sebagai fraktur yang meliputi avulsi, subluksasi, atau fraktur gigi yang berkaitan dengan fraktur tulang alveolar. Fraktur dentoalveolar dapat terjadi tanpa disertai dengan fraktur bagian tubuh lainnya, biaasanya terjadi akibat kecelakaan ringan, seperti jatuh, benturan, berolahraga, atau iatrogenik. Fraktur dentoalveolar diklasifikasikan menjadi tiga yaitu cedera pada tulang pendukung, cedera pada jaringan periodontal, dan cedera pada jaringan keras gigi dan pulpa. 9eorang laki0laki # tahun datang ke &oli 8igi "ulut @9- dengan keluhan rahang bengkak atas rujukan @9 9oewondo -endal. D % hari 9"@9 pasien mengalami kecelakaan motor, mekanisme kecelakaan tidak diketahui. &asien tidak menggunakan helm. &ingsan setelah kecelakaan *E+ "ual *0+ "untah *0+. &asien kemudian dibawa ke >8 @9 9oewondo, dilakukan penjaitan di bagian mulut dan dirawat inap selama % hari. 9elama rawat inap, pasien diberikan infus dan obat0obatan lewat infus. 9elain itu, pasien melakukan foto gigi. &asien tidak dapat makan makanan padat, selama ini hanya minum saja, tetapi tidak dipasang jalur makanan melalui hidung. Cyeri gigi belakang rahang atas bawah *E+ hilang timbul, gusi berdarah *0+, nyeri gusi *0+. &asien tidak dapat mengatupkan gigi maupun membuka mulutnya secara maksimal. @iwayat penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellitus, dan alergi obat disangkal. @iwayat keluarga menderita penyakit seperti ini disangkal. &ada pemeriksaan ekstraoral didapatkan asimetri wajah, tampak jahitan di daerah mulut. &ada palpasi tidak ada pembesaran kelenjar betah bening dan tidak bengkak. &ada periksaan intraoral tampak mahkota lebih panjang dan luksasi derajat pada gigi 11, 12, 21, 1, 2, %1, dan %2. &ada gigi 22 tampak gigi menghilang *avulsi+. &ada pemeriksaan juga didapatkan oklusi gigi yang abnormal.
&ada pemeriksaan status dentalH ari anamnesis, pemeriksaan status lokalis, dan pemeriksaan penunjang berupa panoramic 0ray yang telah dilakukan didapatkan diagnosis fraktur dentoalveolar rahang atas dan rahang bawah serta fraktur angulus mandibula. &enatalaksanaan yang dilakukan adalah melakukan konsul ke bagian bedah mulut untuk kemudian dilakukan operasi. !dukasi yang diberikan kepada pasien dan keluarga adalah memberitahukan kepada pasien dan keluarga mengenai keadaan dan
diagnosis
pasien
dan
juga
pentingnya
dilakukan
operasi
untuk
penatalaksanaan lanjut untuk menghindari komplikasi dan mengembalikan fungsi. ?ntuk menegakkan diagnosis fraktur dentoalveolar diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. &ada anamnesis didapatkan adanya riwayat trauma pada bagian mulut. &ada pemeriksaan status lokalis didapatkan tanda0tanda klinis fraktur alveolaris yaitu gigi goyang, pergeseran beberapa gigi dalam satu segmen, laserasi pada ginggiva, serta adanya luka atau bengkak pada dagu. anda klinis lainnya adalah luka pada ginggiva dan hematom diatasnya, serta adanya nyeri tekan pada garis fraktur. Fraktur alveolar bisa terjadi karena adanya trauma tidak langsung pada gigi atau tulang pendukung yang dihasilkan dari pukulan atau tekanan pada dagu. 4al ini bisa terlihat dengan adanya pembengkakan dan hematom pada dagu serta luka pada bibir. &ada pasien ini didapatkan gelaja klinis yang sesuai dengan teori mengenani fraktur dentoalveolar, maka didapatkan diagnosis fraktur dentoalveolar. &enatalaksanaan yang seharusnya dilakukan pada saat mendapat pasien dengan trauma maksilofasial yang harus dilakukan pertama kali adalah penatalaksanaan trauma secara umum. &enatalaksanaan yang harus dilakukan meliputi pembersihan jalan napas, baik dari serpihan gigi, darah, ataupun hematom sublingual yang dapat menyumbat jalan napas. 4al lain yang harus dilakukan adalah menghentikan perdarahan, memberikan terapi antibiotik profilaksis, dan kontrol rasa nyeri. &ada pasien trauma maksilofasial yang tidak dapat makan secara normal perlu diperhatikan mengenai intake nutrisinya.
&ada pasien ini kagawatdaruratan telah tertangani @9 -endal dan sekarang pasien dalam keadaan stabil oleh karena itu penatalaksanaan kegawat daruratan sudah tidak perlu dilakukan. &enatalaksanaan lanjut yang dilakukan adalah konsultasi kepada bagian bedah mulut mengenai operasi untuk memperbaiki fungsi dan mencegah komplikasi.
BAB I: KESI9PULAN
Fraktur dentoalveolar didefinisikan sebagai fraktur yang meliputi avulsi, subluksasi, atau fraktur gigi yang berkaitan dengan fraktur tulang alveolar. Fraktur dentoalveolar diklasifikasikan menjadi tiga yaitu cedera pada tulang pendukung, cedera pada jaringan periodontal, dan cedera pada jaringan keras gigi dan pulpa. &ada pasien ini didapatkan anamnesis, gejala klinis, dan gambaran radiologis yang sesuai dengan teori mengenai fraktur dentolaveolar sehingga didapatkan diagnosis
fraktur
dentolaveolar.
&enatalaksanaan
kegawatdaruratan
telah
dilakukan, sehingga pasien sekarang dalam keadaan stabil. &enatalaksanaan yang akan dilakukan selanjutnya adalah konsultasi kepada bagian bedah mulut untuk operasi yang bertujuan menghindari komplikasi dan memperbaiki fungsi.
DAFTA4 PUSTAKA
1. ?9? ' 2. /anks &, /rown : Fractures of he Facial 9keleton. 3rightA 2##1. &. %# – 2, =2 – ' . -illey 47. Fractures of he "iddle hird of he Facial 9keleton, hird !dition. /ristol 6 ohhn 3right and sons td, 1'== %. 9elvi, Iakiah, >ntan. Fraktur entoalveolar. 2#1%. atinangor 6 F-8 ?niversitas &adjajaran. $. Camirah, Curul. &revalensi Fraktur "aksilofasial pada -asus -ecelakaan alu intas di @9? :ndi "akasau -ota &are – &are tahun 2#1. 2#1%. "akassar 6 F-8 ?niversitas 4assanudin.