STRATEGI PENANGGULANGA PENANGGULANGAN N
SEJAK DINI
SRI SUDARTINI Ka Bida Bidang ng Kese Keseha hatan tan Masya syara rakat kat Dina inas s Ke Kese seha hata tan n Ja Jawa wa Ba Bara ratt Disampaikan pada PertemuanPERSAGI
DEMOGRAFI BONUS DEMOGRA FI
Tahun 2020 2020--2035
Ledakan penduduk USIA U SIA PRODUKTIF/potensial/kerja : 70 % dari total jumlah penduduk
menentukan peluang Indonesia menjadi NEGARA MAJU Bonus Demografi Berkah? >
Kesempata Kesem patan n menyi menyiapka apkan n SDM Berku Berkualit alitas as
Indeks Indeks Pembangu Pembangunan nan Manusia Man usia meningka meningkatt
PROYEKSI PENDUDUK JAWA BARAT Berdasarkan Sensus Penduduk 2010 2035
2015
20 tahun kemudia n
Pada us Pada usia ia Ba Bali lita ta : 1. Sering sakit 3 kurang kur ang giz gizi, i, pen pendek dek dan kur kurus us 2. Menderita 3. Lingkungan tidak Higiens
Tingginya Tinggin ya Usia Produ Produktif ktif:: 1. Intelektual rendah 2. Genera Generasi si lemah lemah 3. Generasi yang tidak berberdaya saing 4. Produktifitas rendah 5. Peng Penganggu angguran ran
Beba Beban n Ga Gand ndaa Ekon Ekonom omii : 1. Lambat Lambatnya nya Pertum Pertumbuh buhan an Ekonomi Ekonomi Daerah Daerah 2. Men Mening ingkat katnya nya Kemisk Kemiskina inan n
Karakteristik kematian Karakteristik kematian ibu ibu di di Indonesia Penyebab kematian kematian:: Hipertensi dalam kehamilan Perdarahan pasca persalinan Periode:: Periode ) Masa Nifas (48 jam setelah llahir Tempat kematian kematian:: Di rumah Usia ibu ibu:: <20 tahun >35 tahun Catatan, dari kematian ibu >35 tahun Catatan, tahun:: 20,3% menikah pada usia 10 - 16 tahun 17--19 tahun 35,1% menikah pada usia 17
32,4% 20.3% Kondisi ibu saat hamil
61.6% 29.4% 6.9% 25.6%
Hipe Hipert rten ensi si 6,3% 6,3% Anemia 37,1% Meni Menika kahh terl terlal aluu muda muda <20 <20 thn thn 48,2% Hami Hamill pert pertam amaa kali kali <20 <20 thn thn 38,2 38,2% % Perser Per serta ta KB 59,3% 59,3% Peserta Peserta KB dg MKJP 10,2%
GIZI IBU YANG TIDAK OPTIMUM MENJADI PENYEBAB UTAMA TERJADINYA MASALAH KURANG GIZI PADA ANAK
STUNTING
7
a.
Penurunan AKI & AKB (Kesehatan Ibu & Anak termasuk Imunisasi)
b.
Perbaikan Gizi khususnya Stunting
c.
Pengendalian Penyakit Menular : HIV/ AIDS, Tuberkulosis & Malaria
d.
Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Hipertensi, Diabetes Melitus, Obesitas & Kanker)
PENDEKATAN KELUARGA
GERMAS
PERBAIKAN GIZI ADALAH PROGRAM NASIONAL
GIZI INVESTASI BANGSA “ Jangan sampai ada lagi yang namanya gizi buruk. Tidak ada anak yang sepantasnya kekurangan gizi di negara berpendapatan menengah seperti sekarang ini” (Presiden Joko Widodo, 2017)
CEGAH STUNTING, ITU PENTING
STUNTING merupakan masalah gizi kronis yang disebabkan oleh multifaktorial dan bersifat antar generasi
STUNTING Stunting disebabkan oleh factor Multidimensi sehingga penanganannya perlu dilakukan oleh Multisektor 1. Praktek pengasuhan yang tidak baik 2. Terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC-Ante Natal Care, Post Natal dan pembelajaran dini yang berkualitas 3. Kurangnya akses ke makanan bergizi
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak lebih pendek untuk usianya. (kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal kehidupan setelah lahir, tetapi baru Nampak setelah anak berusia 2 tahun) Stunting berdampak pada tingkat kecerdasan, kerentanan terhadap penyakit, menurunkan produktifitas, dampak kedepannya menghambat pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan kemiskinan serta kesenjangan. Menghambat Pertumbuhan Ekonomi dan Produktivit asPasark erja
Hilangnya 11%GDP
2
Singapura 17
Tingkat ‘Kecerdasan’ Anak Ind ones ia di urutan 64 terendah dari 65 negara*
Vietnam 50
Malaysia 64
Indonesia
*Asesmen yang dilakukan pada tahun 2012 oleh OECD PISA (Organisation for
4. Kurangnya akses ke air
Memperburuk kesenjangan/inequality Mengurangi 10% dari total pendapatan seumur hidup
Thailand 52
Mengurangi pendapatan pekerja dewasa hingga 20%
Economic Co- operation and Development - Programme for International Student
Kemiskina n antargenerasi
KESEHATAN MASYARAKAT dan PENURUNAN STUNTING
Faktor Lingkungan : (Sanitasi dan Air Bersih)
Faktor Perilaku (Pola As uh, Pola Makan)
DERAJAT KESEHATAN
Faktor Genetika (Keturunan)
Faktor Pelayanan Kesehatan (TTD, PMT, ANC, Imunisasi, Tatalaksana Kecacingan dan Diare)
PRINSIP TUMBUH DAN KEMBANG PADA AWAL KEHIDUPAN UKUR BB/U • •
Gizi Buruk Gizi Kurang
UKUR TB/U • •
Anak Kelas 4 SD
Skrining awal
Undernutrisi kronik
Sangat Pendek Pendek
UKUR BB/TB
TERLAMBAT: GAGAL TUMBUH-GANGGUAN KOQNITTIF-GANGGUAN METABOLISME • •
Sangat Kurus Kurus
Undernutrisi Akut
•
PMT Pemulihan
MASALAH GIZI INTER GENERASI
MENGAPA PANJANG LAHIR PENDEK
Faktor ibu selama masa kehamilan dan sebelum hamil, ikut menentukan panjang lahir bayi. ❑ Pert am bah an b er at bad an s el am a k eh am il an b er pen gar uh p ad a p an jan g lahir bayi. ❑
Stunting dapat mulai di awal kehidupan, saat dalam kandungan, dan umumnya berlangsung selama 2 tahun pertama 20% sudah terjadi saat lahir, 20% bertambah dalam 6 bulan pertama, 50% terjadi pada 6 24 bulan dan 10% sisanya di tahun ke 3 –
Mayoritas penurunan panjang untuk u mur terjadi saat periode pemberian MP ASI antara 6 24 bulan (Dewey & Huffman 2009; Victora et al. 2010). –
PERKEMBANGAN STATUS GIZI INDONESIA DAN PROVINSI JAWA BARAT
PETA EMPAT KATEGORI PREVALENSI STUNTING (TB/U) BALITA USIA 0-59 BULAN PER PROVINSI TAHUN 2017 (PEMANTAUAN STATUS GIZI 2017)
KETERANGAN :
RENDAH (<20%): 2 Provinsi, yaitu DI YOGYAKARTA DAN BALI MEDIUM (20-29%): 13 Provinsi
• •
EMPAT KATEGORI PREVALENSI STUNTING DI INDONESIA MENURUT WHO TAHUN 2010
Rendah (R)
Medium (M)
Tinggi (T)
Prevalensi <20%
Prevalensi antara 2029%
Prevalensi antara 3039%
30 Kab/kota
192 Kab/Kota
231 Kab/Kota
Sangat Tinggi (ST) Prevalensi ≥40%
61 Kab/Kota
EMPAT KATEGORI PREVALENSI STUNTING DI JAWA BARAT MENURUT WHO TAHUN 2010
Rendah (R)
Medium (M)
Tinggi (T)
Prevalensi <20%
Prevalensi antara 2029%
Prevalensi antara 3039%
2 Kab/kota
16 Kab/Kota
8 Kab/Kota
Sangat Tinggi (ST) Prevalensi ≥40%
1 Kab/Kota
PETA STUNTING PROVINSI JAWA BARAT
HASIL PSG TAHUN 2017 Jumlah Puskesmas Prioritas 9 4 9 8 8 6 7 6 9 7
Gizi Buruk
Bumil Anemia Bumil KEK
Balita K ur us
Bogor Sukabumi Cianjur Bandung Garut Tasikmalaya Kuningan Cirebon Sumedang Indramayu
Jumlah Desa Prioritas 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
58 50 171 22 87 31 30 23 46 45
7,043 3,923 2,199 895 5,621 4,240 4,055 6,429 1,799 4,876
7,699 4,841 4,086 2,203 3,296 2,562 2,030 5,483 1,675 5,344
Subang K
10 10
9 8
51 189
3,100 6 658
2,170 3 224
No
Kabupaten
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kema Tian Ibu
Kematian B ayi
9,288 460 9,360 110 3,763 2,326 11,544
Prevalensi Stunting 28.4 37.6 35.7 38.7 43.2 33.3 28.5 25.6 28.1 29.9
59 41 26 44 51 37 24 39 19 45
105 254 160 199 286 247 84 15 137 253
5,277 17 472
25.5 26 1
27 59
126 173
10.8% Bayi di Jawa Barat lahir dengan berat badan rendah (< 2.500 gram)
15.7% Balita di Jawa Barat memiliki berat badan yang tidak sesuai dengan usianya (gizi kurang)
35.3% Balita di Jawa Barat memiliki tinggi badan yang tidak sesuai dengan usianya (pendek)
Malaria 5%
2/3 kematian terkait kurang gizi 2/3 kurang gizi disebabkan karena praktik pemberian makan bayi & batita kurang tepat
ISPA 19% Diare 19% Kurang Gizi 54% Campak 7%
Lainnya 32% Perinatal 18% Sumber: WHO, 2002
Penting Penerapan OPTIMAL FEEDING pada bayi dan anak
JUMLAH KEMATIAN IBU TAHUN 2017 Jumlah Kematian Ibu Per Kab/Kota Kab. Karawang Kab. Bogor Kab. Garut Kab. Indramayu Kab. Bandung Kab. Sukabumi Kab. Cirebon Kab. Bandung Barat Kab. Tasikmalaya Kab. Bekasi Kab. Subang Kab. Cianjur Kab. Kuningan Kab. Purwakarta Kota Depok Kota Bandung Kab. Sumedang Kab. Majalengka Kota Bekasi Kota Tasikmalaya Kab. Ciamis Kota Cimahi Kota Sukabumi Kota Bogor Kab. Pangandaran Kota Cirebon Kota Banjar
Penyebab Kematian Ibu 59 59 51
45 44 41 39 38 37
LAIN2, 159 GANGGUAN METABOLIK, 6 GGN SISTEM PEREDARAN DARAH (JANTUNG, STROKE, DLL) , 100
31 27 26 24 21 19 19 19 17 15 14 13 12 7 6 5 4 3
PERDARAHAN, 192
HDK, 204
PARTUS LAMA, 3 ABORTUS, 3 INFEKSI, 28
•
• •
• •
Jumlah kematian ibu 695, menurun 13% dibandingkan dengan tahun 2016 Ratio Kematian Ibu : 77,83/100.000 KH Kematian Tertinggi 59 kasus (Kab. Karawang, Kab. Bogor) Kematian Terendah 2 kasus (kota Banjar) 10 Kab dengan Kematian Ibu tertinggi : Kab. Karawang, Bogor, Garut, Indramayu, Bandung, Sukabumi, Cirebon, Bandung Barat, Tasikmalaya, Bekasi
JUMLAH KEMATIAN NEONATAL TAHUN 2017 Jumlah Kematian Neonatal Per Kab/Kota Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 Kab. Garut
Lain-lain, 440
262
Kab. Indramayu
233
Kab. Sukabumi
198 190 186
Kab. Bandung Kab. Tasikmalaya Kab. Cirebon
BBLR, 1132
Sepsis, 93
159 153 152
Kab. Karawang Kab. Cianjur Kab. Bandung Barat Kab. Ciamis
98 97 97 94 85
Kab. Sumedang Kab. Bogor Kota Bandung Kab. Purwakarta Kab. Majalengka
71 69 64 61 58
Kab. Kuningan Kota Bogor Kota Depok Kota Cimahi Kota Bekasi
46 44 37 27 26
Kab. Bekasi Kab. Pangandaran Kota Sukabumi Kota Banjar Kota Cirebon
14 8
Kelainan Bawaan, 302
Tetanus Neonatrum, 4
121 114
Kab. Subang
Kota Tasikmalaya
Penyebab Kematian Neonatal Tahun 2017
ASFIKSIA, 799
• • • • •
•
Jumlah kematian neonatal tahun 2017 : 2.764 Kasus Kematian Tertinggi 262 kasus (Kab. Garut) Kematian Terendah 8 kasus (kota Tasik) Kematian Neonatal 0-6 hari : 2.244 kasus (81%) Kematian Neonatal 7-28 hari : 481 kasus (19%) 10 Kab dengan Kematian Neonatal tertinggi : Kab. Garut, Indramayu, Sukabumi, Bandung, Tasikmalaya, Cirebon, Karawang, Cianjur, Bandung Barat, dan Subang
PERSENTASE PENDUDUK YANG MEMILIKI AKSES AIR MINUM (LAYAK) YANG BERKUALITAS DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017
Prosentase penduduk yg memiliki akses terhadap air minum yg layak (berkualitas) di Jawa Barat pada tahun 2017 mencapai 64,84 % (masih dibawah target Nasional yaitu 75 %). Sementara yang terendah adalah Kota Cimahi (18,61 %), Pangandaran (20,21 %) dan Karawang (22,28 %). Hal ini ada beberapa penyebab, antara lain progress yang masih rendah dan kemungkinan laporan yang belum masuk.
PERSENTASE PENDUDUK DENGAN AKSES TERHADAP SANITASI YANG LAYAK (JAMBAN SEHAT) DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017
Prosentase penduduk dengan akses terhadap sanitasi yg layak (jamban sehat) di Jawa Barat pada tahun 2017 mencapai 67,95 % (masih di bawah target nasional yaitu 80 %). Sementara yang terendah adalah Kota Tasikmalaya (35,60 %), Cianjur (45,36 %) dan Kota Sukabumi (46,16 %).
JUMLAH DESA ODF PER KAB/KOTA DI PROVINSI JAWA BARAT S/D APRIL 2018 500
442
450 400
428
424 376 372
360 351
343
350
316
309 283
300
280 261
253 250 200
165
148 156
150
0
187 151 92
100 50
192
171
71 25 18
63
54
54 27
34
69
63 35 4
20
16 22
1
5
6
1
56 6
0
0
0
68 0
15
0
33 0
0
0
Nama Kabupaten
Jumlah Akses Air Minum yg Berkualitas (Pengguna)
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Garut
1.766.064
2.548.723
Tasikmalaya
1.134.624
1.735.998
Kuningan
895.288
1.055.417
Cianjur
778.551
2.243.904
Bogor
3.283.518
5.459.668
Indramayu
1.258.674
1.691.386
Bandung Barat
1.340.467
1.629.423
Subang
1.260.845
1.529.388
Sumedang
975.256
1.137.273
Sukabumi
1.337.953
2.434.221
Cirebon
1.337.679
2.126.179
Karawang
506.637
2.273.579
Bandung
2.426.518
3.534.114
KERANGKA PENANGGULANGAN
PENCEGAHAN
PENANGANAN
1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN (HPK)
STIMULASI – PENGASUHAN dan PENDIDIKAN BERKELANJUTAN
Stunting dapat dicegah dengan memastikan kesehatan yang baik dan gizi yang cukup Pada 1000 Hari Pertama Kehidupan
MENTERIKESEHATAN
KEGIATANPENANGGULANGANSTUNTING
INTERVENSI
REMAJA IBU HAMIL
PENCEGAHAN
IBU HAMIL IBU MENYUSUI BAYI-ANAK DUA TAHUN
PELIBATAN PIMPINAN DAERAH SPM PP No. 2, Th 2018 LINTAS SEKTOR GERMAS INPRES No.1 Th 2017
MANDATORY
KETETAPAN PIMPINAN NASIONAL 5 PILAR STRATEGI PENANGANAN STUNTING Komitmen dan Visi Pimpinan Tertinggi Negara Kampanye Nasional Berfokus Pada Pemahaman, Perubahan Perilaku, Komitmen Politik dan Akuntabilitas Konvergensi, Koordinasi dan Konsolidasi Program Nasional, Daerah dan Masyarakat
Mendorong Kebijakan Nutritional Food Security Pemantauan dan Evaluasi
KERANGKA RENCANA AKSI DAERAH PENANGGULANGAN STUNTING ▪ ▪ ▪ ▪ ▪ ▪ ▪
DisTP, BPOM, DKPP
1
▪ Pemanfaatan pekarangan/ KRPL Desa Mandiri Pangan • Optimalisasi Reproduksi Hewan • Desa Pangan Aman • Pemasaran Hasil Kelautan & Perikanan
Pendidikan Kesehatan dan Gizi
Kelas Ibu Hamil Penyelenggaraan PAUD Kelas Parenting Pelatihan Guru dan Tenaga Kependidikan Bina Keluarga Baduta Bina Keluarga Remaja KIE Gizi
2
5 Peningkatan Akses Pangan
RENCANA AKSI DAERAH MULTI SEKTOR PENANGGULANGAN STUNTING
DINKES ,DISPERKIM
▪ Penyediaan sarana & prasarana STBM sanitarian kit, kit kesling, cetakan jamban) • Pembangunan SPAM di kawasan MBR • Pembangunan IPAL kawasan, IPLT, TPA/TPS, sarana SANIMAS,
Penguatan Surveilans Kesehatan, Gizi, & Pangan
4 Penyediaan Air bersih dan Sanitasi
3 Pelayanan kesehatan dasar, Pemberian Suplementasi
DINKES, DISDIK, DP3AKB, BKKBN, KEMENAG, DPMPD
DINKES ▪ Sosialisasi, orientasi dan advokasi surveilans kesehatan, gizi, dan pangan ▪ Pemantauan pertumbuhan DIS TP di Posyandu
▪ Pemeriksaan Kehamilan, persalinan nakes ▪ Imunisasi dasar lengkap ▪ Tablet Tambah Darah bagi Ibu DINKES Hamil & Remaja Putri • Vitamin A bagi Ibu Nifas, Anak 6-11 bln, dan Anak 11-59 bln • PMT bagi Balita Kurus & Bumil KEK
Strategi Utama Penurunan Stunting: Pendekatan Multisektor dan Intervensi Terintegrasi Intervensi Gizi Spesifik (Kemkes) •
Intervensi Gizi Sensit if
Suplementasi gizi makro dan mikro (TTD, Vitamin A, taburia)
•
ASI Eksklusif, MP-ASI
•
Fortifikasi
•
Kampanye gizi seimbang
•
Kelas ibu hamil
•
Obat cacing
•
Penanganan kekurangan gizi
•
JKN
Enabling Factors •
Kemdagri (NIK, akta lahir, APBD)
•
Kemendes PDTT (Dana Desa)
•
Kemenkeu (Dana Insentif Daerah)
Bappenas: Koordinator Pelaksana Tekni
PAUD
Kemperin
Fortifikasi
Bantuan pangan non tunai, PKH
Kem PU&PR
Kemdikbud
Kemsos
Kesehatan reproduksi, Bina Keluarga Balita
Kemtan
BPOM
BKKBN
Air bersih dan sanitasi
Ketahanan pangan
Keamanan pangan
Kemenag
Kursus pranikah, pendidikan gizi, pemuka agama
UPAYA PERCEPATAN PENURUNAN
Makanan Tambahan untuk mengatasi KEK pd bumil Tablet Tambah Darah untuk mengatasi anemia pada bumil •
•
•
Konsumsi Garam Beriodium ASI Ekslusif Imunisasi Cuci tangan dengan benar •
Pemberian Obat Cacing Pemberian Makanan Tambahan Pemberian Vitamin A Tata Laksanan Gizi Buruk Penanggulangan Malaria Pencegahan dan Pengobatan diare •
•
•
•
•
•
•
•
•
Pemberian ASI sampai usia 2 tahun didampingi dengan MP ASI adekuat
• •
•
•
•
•
•
•
Bantuan Rastra Ketahanan pangan (pertanian, warung hidup) Pembangunan Perumahan Akses air bersih dan sanitasi Pendidikan kesehatan Bantuan sosial lainnya JKN Program Padat Karya Tunai
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga dan Ge p Sehat (GERMAS)
3 KOMPONEN PENANGGULANGAN STUNTING -
POLA
POLA
AIR BERSIH
ASUH
MAKAN
SANITASI
Cegah Stunting, Itu Penting
HULU • • •
•
• • • •
Penjaringan kes. peserta didik BIAS, UKS PMT-AS
•
Penjaringan kes. Peserta didik Kespro remaja Konseling: Gizi HIV/AIDS,NAPZA dll Pemberian Tablet tambah darah
PUS & WUS Konseling Kespro Pelayanan KB KIE Kespro Catin PKRT
HILIR
• •
Anak SD Balita
Anak SMP/A & remaja •
Bayi
•
Persalinan, nifas & neonatal
Lansia berkualitas
•
•
•
•
•
Pelayanan Kes.preventif dan promotif di kelompok Lansia Pelayanan Kes. Santun Lansia di puskesmas dan RS Peningkatan kualitas Hidup Mandiri (Home care/long term care) Perlambatan proses Degeneratif (fisik, kognitif) 44
Pemantauan pertumbuhan & perkembangan PMT
Pemeriksaan Kehamilan • • •
• • •
P4K Buku KIA ANC terpadu Kelas Ibu Hamil Fe & asam folat PMT ibu hamil
•
Mendorong persalinan di Fasyankes APN (MAK III) dan KF IMD, Vit K 1 inj, Imm Hep B Rumah Tunggu Kemitraan Bidan Dukun KB pasca persalinan • • • • •
•
• • •
ASI eksklusif Imunisasi dasar lengkap MP-ASI Penimbangan Vit A MTBS, MTBM
INTERVENSI STUNTING
GIZI SPESIFIK (berkontribusi 30%)
INTERVENSI STUNTING GIZI SENSITIF (berkontribusi 70%)
-Kegiatan dilakukan oleh sektor kesehatan. -Ditujukan khusus untuk 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) -Bersifat jangka pendek -Hasilnya didapat dalam waktu relatif pendek
-Kegiatan pembangunan diluar sektor kesehatan. -Sasaran masyarakat umum -Bersifat jangka panjang
Bagaimana orang tua memperlakukan anak, mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak dalam mencapai proses kedewasaan, hingga kepada upaya pembentukan norma-norma yang diharapkan oleh masyarakat pada umumnya
Suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan informasi gambaran dengan meliputi mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit (Depkes RI, 2009)
HAK ASASI EKONOMI
LINGKUNGAN
DASAR TUMBUH KEMBANG
PMBA
KEMATIAN IBU
KESAKITAN & KEMATIAN BAYI / BALITA
KUALITAS PENDIDIKAN
KEMISKINAN
KELAPARAN KUALITAS MANUSIA
Birth to 6 months Bayi sehat mengalami laju pertumbuhan maksimal antara usia 0
–
6 bulan
Menyusui eksklusif untuk 6 bulan pertama telah direkomendasi oleh WHO sejak 2001 Walau manfaat ASI eklusif untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas dan meningkatkan kognitif jelas, bukti terhadap efek pada pertumbuhan linier lemah Data survey nasional India, bayi yang mendapat ASI eksklusif terjadi prevalensi stunting 21% di usia 6 bulan
6 –24 months of age Periode paling kritis untuk pertumbuhan linier Masa prevalensi stunting mencapai puncaknya di negara berkembang karena meningkatnya kebutuhan dan keterbatasan MP ASI yang berkualitas MP ASI yang bergizi dan aman diberikan sementara menyusui dilanjutkan Mayoritas intervensi mencegah/menangani stunting seyogyanya ditujukan pada perbaikan praktek pemberian makan bayi & anak muda, yang diketahui kurang baik pelaksanaannya di banyak daerah Pemberian makan adalah tanggung jawab keluarga, intervensi difokuskan pada edukasi dan ko nseling gizi Kemampuan petugas kesehatan khu susn ya ahli g izi di puskesmas dalam melaksanakan asuhan gizi yang efektif dalam juml ah yang cu kup d an mempunyai
MP-ASI harus…... Tepat waktu
• MP-ASI
Adekwat
• MP-ASI
Aman Tepat cara pemberian
mulai diberikan saat kebutuhan Energi dan nutrien melebihi yg didapat dari ASI
harus mengandung cukup Energi, Protein dan mikronutrien
• Penyimpanan,
penyiapan dan sewaktu diberikan MP-ASI harus higienis
• MP-ASI
diberikan sejalan dgn tanda lapar dan nafsu makan serta frekuensi dan cara pemberiannya sesuai dengan usia bayi
Mengapa diperlukan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP ASI) ? Sejak usia 6 bulan , ASI saja tidak dapat mencukupi kebutuhan gizi bayi Mulai Diberikan Makanan Keluarga
Mulai Diberikan MPASI Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan
0
6
ASI Eksklusif
12
16
20
Pemberian ASI diteruskan sampai 24 bulan atau
24
Umur (Bulan)
PENTING PRAKTISI GIZI MEMAHAMI & MENGIMPLEMENTASIKAN METODA YANG SISTEMATIS DAL AM MEMBERIKA N ASUHAN GIZI UNTUK MENDAPATKAN KEBERHASILAN YANG OPTIMAL
Memahami makanan ibu hamil dan dapat mengenali ibu hamil kurang gizi untuk segera memberi edukasi dan kon seling agar masalah gizi teratasi dan janin mendapat asupan gizi adekuat selama kehamilan; Memahami makanan yang terbaik bagi bayi 0 6 bulan yaitu ASI eksklusif dan bagi ibunya yang sedang menyusui dan dalam kondisi bayi diberi susu formula memahami pemberian susu formula yang sesuai dan mampu mendeteksi bayi bila terjadi gangguan tumbuh / gangguan gizi pada periode ini untuk segera memberi edukasi dan kon seling agar masalah gizi teratasi; –
Memahami praktek pemberian makan pendamping ASI bagi bayi 6 24 bulan yang berkualitas saat ASI masih dilanjutkan pemberiannya, mampu mendeteksi bila terjadi gangguan tumbuh/gizi pada periode ini –
POLA ASUH IBU : = ➔ POLA MAKAN (ASPEK ASUPAN PANGAN SESUAI STANDAR )
PERAN AHLI GIZI
Kemandirian & kreatifitas Ibu dalam menyiapkan makanan keluarga
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN & KELUARGA SECARA UMUM
PAHAM
MAU
•
•
•
•
•
MAMPU
Multifaktorial Masalah Bersama
Mendalami tugas Profesi Menetapkan Peran Menjalankan tugas profesi secara profesional