TUGAS AKHIR ANALISIS KERUSAKAN PADA KETEL UAP DENGAN MENGGUNAKAN METODE F I S HBO HBONE NE DI AGRAM DAN SY ST STE E M E TI C CAUS CA USE E AN A L Y SI S TE C H N I QUE (SCAT) DI 5 PABRIK GULA PTPN X
Ghali Burhan NRP.6512040082 Dosen Pembimbing I Galih Anindita, S.T., M.T. NIP. 198107272005012001 Dosen Pembimbing II Lukman Handoko, S.KM., M.T. NIP. 197703252003121002 PROGRAM STUDI TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 2017
TUGAS AKHIR ANALISIS KERUSAKAN PADA KETEL UAP DENGAN MENGGUNAKAN METODE FISHBONE METODE FISHBONE DIAGRAM DAN SYSTEMATIC CAUSE ANALYSIS TECHNIQUE (SCAT) DI 5 PABRIK GULA PTPN X Ghali Burhan NRP.6512040082
Dosen Pembimbing I Galih Anindita, S.T., M.T. NIP. 198107272005012001
Dosen Pembimbing II Lukman Handoko, S.KM., M.T. NIP. 197703252003121002
PROGRAM STUDI TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 2017
ii
iii
ABSTRAK
PTPN X dibangun bertujuan untuk turut melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan pada umumnya dan disektor pertanian khususnya. Untuk mencapai tujuan seperti diatas, Persero menjalankan usaha-usaha dibidang pertanian, perkebunan dan Industri (khususnya industri Gula) dalam arti yang seluas - luasnya. PTPN X menaungi beberapa pabrik gula yang tersebar di Jawa Timur. Dalam D alam sejarah pengoperasian pabrik gula tersebut terdapat beberapa insiden berupa kecelakaan kerja yang menyebabkan kerugian berupa materi maupun jam kerja dari proses produksi itu sendiri. Penyebab dari insiden dapat terjadi kembali jika tidak dilakukan pencegahan. Dalam proses pencegahan dimulai dari analisis kecelakaan yang telah terjadi guna mengetahui penyebab terjadinya insiden kecelakaan kerja tersebut yang akan diteruskan dengan pemberian rekomendasi untuk control action. Analisis ini menggunakan metode Fishbone diagram diagram untuk mengetahui root cause yang selanjutnya akan diintegrasikan dengan Systematic dengan Systematic Cause Analysis Technique untuk mendapatkan rekomendasi yang sesuai d engan root cause tersebut. cause tersebut. Hasil dari analisis kecelakaan tersebut menunjukkan pada PG. Djombang Baru telah terjadi kebakaran di stasiun ketel penyebab utamanya dikarenakan ketika pengerjaan las berlangsung tidak adanya pengamanan terhadap bahan mudah terbakar. Rekomendasinya memberikan pengaman untuk tempat penyimpanan bahan mudah terbakar. Pada PG. Ngadirejo tangki Daerator rusak dikarenakan umur tangki sudah terlalu tua. Rekomendasi yang diberikan adalah dengan cara mengidentifikasi dan menganalisis tangki sebelum maupun sesudahnya. Pada PG. Watoetolis kebocoran pipa Superheater pada Ketel Uap dikarenakan pipa yang digunakan kualitasnya kurang memenuhi standart. Rekomendasi yang diberikan menggantinya dengan pipa baru dengan kualitas baik. Pada PG. Toelangan telah terjadi kebakaran ampas pada stasiun ketel uap dikarenakan pekerja tidak menjalankan sesuai prosedur yang telah tersedia.Rekomendasi yang diberikan adalah memberikan pelatihan terbaru terhadap pekerjanya dan memberikan pengamanan terhadap bahan mudah terbakar. Pada PG. Pesantren Baru terjadi kerusakan Pipa Ketel Uap Takuma dikarenakan air yang digunakan masih terdapat kandungan oksigennya. Sehingga rekomendasi yang diberikan adalah pihak manajemen membelikan air yang sudah tidak mengandung mineral dan oksigen. Kata Kunci : Fishbone : Fishbone Diagram, Systematic Cause Analysis Technique
iv
AB A B STR A CT PTPN X builed to conduct a nd support the policy in general and the agricultural sector in particular. To achieve the objectives as above, Persero run business in agriculture, farming and industry (especially the sugar industry) in the broadest sense. PTPN X overshadowed some sugar factories spread across East Java. In the history of the operation of the sugar factory there were several incidents such as accidents that caused loss of material and working hours of the production process itself. The cause of the incident could happen again if it does not do prevention. In the prevention process starts from the analysis of accidents that have occurred in order to determine the cause of incidents of workplace accidents, which will be forwarded to the provision of advice on control action. This analysis used Fishbone diagram method to determine the root cause which would then be integrated with Systematic Cause Analysis Technique to obtain an appropriate recommendation to the root cause. The results of the accident analysis shows On PG. New Djombang have a fire in the boiler station main cause is because when the welding workmanship in progress and lack of security against combustible materials. The recommendations provide security for the storage of combustible materials terbakar.Pada PG. Ngadirejo Daerator tank damaged due to the age of the tank is too old. The recommendation given is to identify and analyze the tank before and after. At PG. Watoetolis pipeline leak at Boiler superheater pipes used because the quality is not met the standard. Recommendations are given to replace it with a new pipe with good quality. At PG. Toelangan have a fire station boiler dregs because workers do not run according to the procedure that has been available. The recommendation given is to provide the latest training to its employees and providing security to combustible materials. At PG. Pesantren Baru Boiler Pipe damage occurs due to the water used Takuma still contained oxygen content. So the recommendation is to buy water management has not contain minerals and oxygen.
Key Word : Fishbone Diagram, Systematic Cause Analysis Analysis Technique
v
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur terpanjat kepada Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat, rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul Analisis Kerusakan pada Ketel Uap dengan menggunakan metode Fishbone metode Fishbone dan dan Systematic Cause Analisys Technique (SCAT) sebagai syarat menyelesaikan studi Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan. Halangan dan rintangan dapat terlewati atas bantuan dan semangat dan doa orang-orang sekitar secara materi dan moril. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih sebesar-besarnya kepada : 1. Orang tua saya tercinta yang selalu memberikan do’ do’a serta ridhonya terhadap saya, memahami segala kondisi anaknya ini, selalu memberikan semangat untuk tetap selalu maju dan maju agar tegar dalam menghadapi segala masalah ke depannya. Tidak cukup jika saya menuliskan semua hal yang berhubungan dengan orang tua saya karena terlalu banyak bentuk kasih sayang, perhatian, dan cinta yang telah beliau-beliau berikan terhadap diri saya yang bandel ini. Saya mengucapkan matursuwun sanget yang sebesar-besarnya nggeh Ayah Mama Papa. Bagaimanapun keadaannya akhirnya saya dapat menyelesaikan tugas akhir saya ini (walaupun agak terlambat tidak apa-apa nggeh). hehehehe Saya juga ingin mengucapkan terima kasih yang tak ternilai harganya secara khusus untuk Mama tercinta saya dan yang paling cantik sedunia. 2. Adik-adikku tersayang Dik Bana dan Dik Dira terima kasih banyak ya untuk do’anya, do’anya, selalu supportnya yang tidak pernah kurang-kurang, perhatian khusus buat aku. Intinya aku sangat berterima kasih ya. Sampeyan jangan sampai bandel kayak aku ya. Harus lulus l ulus tepat waktu biar Ayah Mama Papa bangga sama sampeyan. 3. Resti Rahayu Amalia terima kasih banyak ya untuk perhatiannya, semangatnya, selalu nemenin sama nyerewetin aku terus tanpa bosen, dan betah sama keluh kesahku selama ini. 4. Bapak Ir. Eko Julianto M.Sc., M.RINA. selaku Direktur Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
vi
5. Bapak Arief Subekti., ST.,MT. selaku sela ku Ketua Program Studi Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya. 6. Ibu Galih Anindita selaku dosen pembimbing I yang telah sabar dan rela meluangkan waktu dan pikiran dalam membimbing penyusunan Tugas Akhir ini. 7. Bapak Lukman Handoko sebagai dosen pembimbing II yang telah memberikan banyak masukan yang berguna demi kemajuan Tugas Akhir ini. 8. Keluarga K3C yang sudah selalu saling membantu selama 4 tahun bersama. Terima kasih kasih juga buat temen-temen yang dulu membantu mengerjakan tugas, membantu titip absen, latihan militer, dihukum bareng, ngerjain anak anak yang ultah. Thanks lah semuanya. Khususnya untuk Fiki Raga Siwi teman tidur, teman seperjuangan, & selalu memberikan dukungan untuk aku. 9. Terima kasih juga buat teman-teman PWK Ivan, Ganda, Kreesna, Dawam, Etwin, Simon, Ekik, Andra, Andit, Endrik, Nganjuk, Ipang, Kancil, Arya dan masih banyak lagi. 10. Terima kasih juga buat orang-orang yang terlibat dalam kehidupan saya tetapi belum tersebut namanya satu-persatu. Yang penting lemah teles ya rek, Gusti Alloh sing bales.
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................. ...................................................................... ............................................... ............................. ...... i LEMBAR PENGESAHAN .......................................... ............................................ ..Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ............................................. ..................................................................... ............................................... ........................................... .................... iv ABSTRACT ............................................... ....................................................................... ............................................... ........................................ ................. v DAFTAR ISI .............................................. ...................................................................... ............................................... .................................... ............. . viii DAFTAR TABEL .............................................. ...................................................................... ............................................... ................................ ......... x DAFTAR GAMBAR ............................................. ..................................................................... ............................................... ........................... .... xi BAB I PENDAHULUAN .............................................. ...................................................................... ............................................ .................... 1 1.1 Latar Belakang .............................................. ...................................................................... ........................................ ................ 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................. ..................................................................... .................................... ............ 3 1.3 Tujuan........................ Tujuan................................................ ................................................ ............................................... ............................ ..... 3 1.4 Manfaat Penelitian..................... Penelitian............................................. ................................................ .................................... ............ 4 1.5 Ruang Lingkup . ............................................. ..................................................................... ........................................ ................ 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................ ...................................................................... ................................ ......... 5 2.1 Proses Pembuatan Gula ............................................. .................................................................... ............................ .... 5 2.2 Boiler ............................................. .................................................................... ............................................... ................................ ......... 9 2.3 Definisi Fishbone Fishbone Diagram ............................................... ................................................................. .................. 11 2.4 SCAT … ................................................ ....................................................................... ............................................. ..................... .16 BAB III II I METODE PENELITIAN . ............................................ .................................................................... .............................. ...... 21 3.1 Tahapan Identifikasi Masalah ............................................................. 21 3.2 Tahap Pengumpulan Data ............................................. ................................................................... ...................... 22 3.3 Tahap Pengolahan Data ............................................. .................................................................... .......................... .. 22 3.4 Tahap Analisis dan Kesimpulan .......................................................... 23 BAB IV .............................................. ...................................................................... ............................................... .............................................. ....................... 25 4.1 Runtutan Peristiwa Kerusakan Ketel................................................... Ketel................................................... 25 4.2 Fishbone Diagram Pada PG Djombang Baru ..................................... 28 4.3 Fishbone Diagram Pada PG Ngadirejo…... Ngadirejo…........………………………30 4.4 Fishbone Diagram pada Diagram pada PG Watutulis ............................................... 31 4.5 Fishbone Diagram pada Diagram pada PG Toelangan .............................................. 33
viii
4.6 Fishbone Diagram pada Diagram pada PG Pesantren ............................................... 34 4.7 Analisis Metode SCAT ............................................. ..................................................................... .......................... .. 35 BAB V PENUTUP . ............................................ .................................................................... ............................................... .............................. ....... 46 5.1 Kesimpulan........................ Kesimpulan................................................ ................................................ .......................................... .................. 46 5.2 Saran .............................................. ..................................................................... ............................................... .............................. ....... 48 DAFTAR PUSTAKA ............................................ .................................................................... ............................................... .......................... ... 49
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Runtutan Peristiwa Kebakaran di PG Djombang Baru ......................... 25 Tabel 4.2 Runtutan Peristiwa Kerusakan Pipa di PG Pesantren Baru…………...26 Tabel 4.3 Runtutan Peristiwa Kebakaran di Stasiun Ketel Uap PG. Toelangan…27
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin 1 Pengambilan Data Pada Pabrik Gula PTPN X Lampiran 2 Surat Ijin 2 Pengambilan Data Pada Pabrik Gula PTPN X Lampiran 3 Data Tim Fishbone Diagram Dari Perusahaan Lampiran 4 Data Peristiwa Kebakaran di PG. Djombang Baru Baru Lampiran 5 Data Peristiwa Kerusakan Unit Daerator Ketel Takuma di PG. Ngadirejo Lampiran 6 Data Peristiwa Kebakaran Pipa Superheater di PG. Watoetoelis Lampiran 7 Data Peristiwa Kebakaran di ST. Ketel PG. Toelangan Lampiran 8 Data Peristiwa Kerusakan Pipa Boiler Takuma Kapasitas 75 T/J di PG. Pesantren
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Boiler Pipa Superheater .............................................. .................................................................... ....................... 10 Gambar 2.2 Proses Pembentukan Uap di Dalam Boiler ....................................... 10 Gambar 2.3 Fishbone 2.3 Fishbone Diagram Diagram ............................................... ....................................................................... .............................. ...... 11 Gambar 2.4 Pengembangan Fishbone Pengembangan Fishbone Diagram ......................................... 12 ............................................................ ...................12 Gambar 2.5 Langkah Fishbone Langkah Fishbone Diagram ........................................... ............................................................... ............................. .........14 Gambar 2.6 SCAT Chart ............................................. .................................................................... .......................................... .................. 17 Gambar 3.1 Metode Penelitian Pene litian ................................................ ...................................................................... .............................. ....... 24 Gambar 4.1 Fishbone 4.1 Fishbone Diagram Diagram Pada PG. Djombang Baru .........................................28 28 Gambar 4.2 Fishbone 4.2 Fishbone Diagram Diagram PG. Ngadirejo ........................................ 30 ............................................................ ...................... ..30 Gambar 4.3 Fishbone 4.3 Fishbone Diagram Diagram PG. Watutulis ........................................ 31 ............................................................ ...................... ..31 Gambar 4.4 Fishbone 4.4 Fishbone Diagram Diagram PG. Toelangan .......................................... 33 ............................................................. ...................33 Gambar 4.5 Fishbone 4.5 Fishbone Diagram Diagram PG. Pesantren ........................................ ............................................................ ...................... ..34
xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Pabrik Gula Djombang baru berdiri sejak tahun 1895. Dalam sejarahnya PG. Djombang Baru ini mempunyai dua periode yaitu periode sebelum diambil alih dan sesudah diambil alih pemerintahan Indonesia. Pada periode sebelum diambil alih PG. Djombang Baru dimiliki oleh Belanda atas ata s nama ANEMAET & CO. Setelah itu tahun 1957 diambil alih pemerintahan indonesia, maka PG. Djombang Baru digolongkan dalam pengawasan PPN (Perusahaan Perkebunan Negara) baru pusat dengan cabang-cabang di Jawa Timur yaitu unit gula ditiap daerah bekas karesidenan.
Pada tahun 1963 terjadi reorganisasi PPN dengan peraturan pemerintah no 1 dan 2 tahun 1963 yaitu dipusat di bentuk BPU-PPN gula di Jawa Timur diubah menjadi penasehat BPN-PPN Jawa Timur, dibekas karisidenan diubah menjadi kantor Direksi, di pabrik gula menjadi Badan Hukum yang dipimpin oleh Direktur Pimpinan Pabrik Gula. Pada periode tahun 1968 sampai 1963 dengan Peraturan Pemerintah no 14 tahun 1968, BPU-PPN gula dibubarkan dan didaerah-daerah dibentuk Direksi PN Perkebunan XXI untuk pabrik gula bekas karisidenan Kediri dan PN perkebunan XXI-XXII pabrik bekas keresidenan Surabaya. Berdasarkan akta notaris Lumban Tobing no 48 pada tanggal 31 Desember 1973 nomer 68 pada 30 Januari 1974 PT. Perkebunan XXI-XXII (Persero) didirikan 7 Persero ini bertujuan untuk turut melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan pada umumnya dan disektor pertanian khususnya. Untuk mencapai tujuan seperti diatas, Persero menjalankan usaha-usaha dibidang pertanian, perkebunan dan Industri (khususnya industri Gula) dalam arti yang seluas-luasnya.Dalam rangka menyederhanakan manajemen perusahaan, maka pada pa da tahun ta hun 90-an PTP. XXI-XXII berubah menjadi PTPN X yang saat ini berkantor pusat di jalan Jembata n Merah no. 3-5 Surabaya.
1
Pada proses proses produksi gula menggunakan ketel uap yang berguna sebagai pemanas atau pengkristalan nira menjadi gula. Boiler sangat penting dalam proses pembuatan gula karena merupakan salah satu komponen yang sangat terkait. Jika terjadi kerusakan pada ketel uap proses produksi gula akan terganggu dan dapat menyebabkan kerugian yang sangat besar. Untuk kecelakaan boiler pernah terjadi pada PT. Djombang Baru Selasa, 09 Juni 2015 ± pukul 22.40 WIB telah terjadi kebakaran diconveyor baru dari Bagasse Reclemer ke Ketel SDB titik api diujung atas conveyor conveyor baru istimasi panjang conveyor ± 44 meter titik api tersebut diketahui oleh Saudara Endras (securety) saat patroli shift malam. Kebakaran tersebut diindikasikan terjadi pada pengelasan roll samping penahan Belt conveyor oleh pihak III ( CV. Jaya Putra Mas ) Surabaya. Pekerjaan tersebut dikerjakan pada tanggal 09 Juni 2015 selesai pada pukul 20.00 WIB. WIB. Kejadian tersebut mengakibatkan beberapa kerugian Barang-barang/peralatan yang terbakar antara lain : 1.Belt conveyor baru uk. 5 ply x 90 x 44 m, 2.Belt conveyor bagasse returen ketel SDB uk 5 ply x 65 Cm x 40 M. 3.Belt conveyor sisi atas uk 5 ply x 90Cm x 20 M. 4.Kabel power Ketel SDB dan Ketel JTA terdapat dalam kabel try dibawah conveyor ( item 1, 2 dan 3 ) dengan jenis kabel antara lain NYY 1 x 240 mm x 4; 4 x 50 mm dan 4 x 70 mm. dan panel star delta elmo IDF. Sehingga juga mengakibatkan giling tertunda ± 2 hari dari rencana 11 Juni 2015 menjadi 13 Juni 2015. Pada PG. Watoetoelis terjadi jam berhenti yang dikarenakan adanya kebocoran pipa heater 1(satu) coil, Ketel Uap Stork. Pada saat itu mesin sedang dalam keadaan menyala dan salah seorang pekerja mengetahui adanya kebocoran pipa. Hal tersebut menyebabkan pekerjaan menjadi terhambat.
Pada PG. Pesantren terjadi kerusakan pipa Boiler Takuma kapasitas 75 T/J sehingga menyebabkan produksi pabrik jadi tertunda. PG. Ngadirejo kerusakan unit daerator Ketel Takuma. Sehingga menyebabkan jam berhenti pada proses produksi. PG. PG. Toelangan telah terjadi peristiwa kebakaran yang
2
menyebabkan giling jadi tertunda. Dari kelima pabrik gula tersebut diketahui jika terjadi masalah yang hubungannya dengan Ketel maka akan terjadi tertundanya proses produksi sehingga menyebabkan kerugian secara materi dan waktu. Hal ini perlu dianalisis untuk mengetahui penyebab terjadinya kecelakaan serta memberikan rekomendasi pencegahan agar tidak terulang kembali.
Metode
yang
digunakan
adalah Fishbone
Diagram Diagram dan
diintegrasikan dengan Systematic Cause Analysis Technique (SCAT). Fishbone Diagram adalah suatu alat visual untuk mengidentifikasi, mengeksplorasi dan secara grafik menggambarkan secara detail semua penyebab yang berhubungan dengan suatu permasalahan. Kelebihan dari metode ini yaitu memudahkan dalam mengilustrasikan gambaran singkat permasalahan tim/organisasi. Fishbone Diagram Diagram dapat mengilustrasikan permasalahan utama secara ringkas sehingga tim akan mudah menangkap permasalahan utama. Adapun metode SCAT itu itu adalah untuk menguatkan dan mendukung sistem lain agar dapat memberikan rekomendasi secara khusus dan sesuai dengan dasarnya. Oleh karena itu penulis mengambil judul ―Analisis Kecelakaan Pada Ketel SDB Weltest menggunakan metode Fishbone Diagram dengan dengan Systematic Cause Analysis Technique‖ Technique ‖ untuk mengetahui penyebab terjadinya kecelakaan agar kecelakaan tersebut tidak terjadi lagi. 1.2 Rumusan Masalah
1. Apa akar penyebab kecelakaan berdasarkan hasil analisis kecelakaan menggunakan metode Fishbone metode Fishbone dengan dengan SCAT 2. Bagaimana rekomendasi yang dapat diberikan berdasarkan hasil analisis kecelakaan 1.3
Tujuan
1. Identifikasi akar penyebab kecelakaan berdasarkan hasil analisis kecelakaan metode Fishbone metode Fishbone dengan dengan SCAT. 2. Memberikan rekomendasi berdasarkan hasil analisis kecelakaan.
3
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Perusahaan A. Mengetahui penyebab dasar kerusakan atau kecelakaan agar hal tersebut tidak terulang kembali karena menimbulkan kerugian pada perusahaan 2. Bagi Mahasiswa A. Meningkatkan pengetahuan dasar tentang analisis bahaya proses dan implementasinya. B. Memiliki pengetahuan menganalisis kecelakaan pada suatu alat tenaga uap atau boiler. 1.5
Ruang Lingkup
A. Unit yang menjadi objek penelitian tugas akhir ini adalah pada pada unit produksi di 5 Pabrik Gula Gula pada PTPN X B. Data yang digunakan dari tahun 2014 - 2015 C. Biaya penelitian tidak diperhitungkan karena hanya sampai rekomendasi
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Proses Pembuatan Gula
Gula merupakan salah satu bahan makanan pokok di Indonesia.Rata rata manusia di Indonesia mengkonsumsi me ngkonsumsi gula sebanyak 12 – 12 – 15 15 kg per tahun. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, tentu kebutuhan akan gula akan semakin meningkat pula. Di Indonesia gula kristal yang konsumsi sehari – hari didominasi oleh gula tebu. Gula kristal ini dibuat dan diproses dari tanaman tebu. Bagi penduduk di daerah pedesaan Jawa tentu sudah sangat kenal dengan Tebu ini.Tanaman ini merupakan jenis tanaman semusim yang dipanen atau ditebang satu tahun sekali. Proses pembuatan gula dari tebu memerlukan beberapa tahapan dan proses kimia serta mekanis. Kalau beras yang kita makan hanya dilakukan proses penggilingan dari gabah menjadi beras beda dengan pembuatan gula dari tebu yang harus dilakukan dalam skala pabrik. Pada umumnya pemrosesan tebu di pabrik gula dibagi menjadi 6 tahap t ahap yang dikenal dengan proses pemerahan (gilingan), pemurnian, penguapan, kristalisasi, pemisahan dan penyelesaian (sugar handling). Proses yang pertama dijelaskan dengan tahap : 1. Gilingan Langkah pertama dalam proses pembuatan gula adalah pemerahan tebu di gilingan. Pada proses ini tebu yang ditebang dari kebun dicacah menggunakan alat pencacah tebu. Biasanya terdiri dari cane cutter, hammer shredder atau kombinasi dari keduanya. Tebu diperah menghasilkan ―nira‖ dan ―ampas‖. Nira inilah yang mengandung gula dan akan di proses lebih lanjut di pemurnian. Ampas yang dihasilkan pada proses pemerahan ini digunakan untuk berbagai macam mac am keperluan. Kegunaan utama dari ampas adalah sebagai bahan bakar ketel (boiler) dan apabil berlebih bisa digunakan sebagai bahan partikel board , furfural , xylitol , dan produk lain.
5
2. Pemurnian Setelah tebu diperah dan diperoleh ―nira mentah‖ ( raw juice), juice), lalu dimurnikan. Dalam nira mentah mengandung gula, terdiri dari sukrosa, gula invert (glukosa+fruktosa) ; zat bukan gula, terdiri dari atom-atom (Ca,Fe,Mg,Al) yang terikat pada asam-asam, asam organik dan an organik, zat warna, lilin, asam-asam kieselgur yang mudah mengikat besi, aluminium, dan sebagainya. Pada proses pemurnian zat-zat bukan gula akan dipisahkan dengan zat yang mengandung gula. Proses pemurnian ini dapat dilakukan secara fisis maupun kimiawi. Secara fisis dengan cara penyaringan sedangkan secara kimia melalui pemanasan, pemberian bahan pengendap. Pada proses pemurnian nira terdapat tiga buah jenis proses, yaitu: 1. Defekasi 2. Sulfitasi 3. Karbonatasi Pada saat ini sebagian besar pabrik gula di Indonesia menggunakan proses sulfitasi dalam memurnikan nira. Pada proses sulfitasi sulfita si nira mentah terlebih dahulu dipanaskan melalui heat exchanger sehingga suhunya naik menjadi 700 C. Kemudian nira dialirkan ke dalam defekator dicampur dengan susu kapur. Fungsi dari susu kapur ini adalah untuk membentuk inti endapan sehingga dapat mengadsorp bahan bukan gula yang terdapat dalam nira dan terbentuk endapan yang lebih besar. Pada proses defekasi defe kasi ini dilakukan secara bertahap (3 kali) sehingga diperoleh pH akhir sekitar 8.5 – 8.5 – 10. 10. Reaksi antara kapur dan phospat yang terdapat dalam nira : CaCO3
—
CaO + CO2
CaO + H2O
—
Ca(OH)2 + 15.9 Kcal
Ca(OH)2
—
Ca2+ + 2 OH-
3Ca2+ +2PO4
—
Ca3(PO4)2
Setelah itu nira akan dialirkan ke dalam sulfitator dalam sulfitator , dan direaksikan dengan gas SO 2. Reaksi antara nira dan gas SO 2 akan membentuk
6
endapan CaSO3, yang berfungsi untuk memperkuat endapan yang telah terjadi sehingga tidak mudah terpecah, pH akhir dari reaksi ini adalah 7. Tahap akhir dari proses pemurnian nira dialirkan ke bejana pengendap (clarifier ) sehingga diperoleh nira jernih dan bagian yang terendapkan adalah nira kotor. Nira jernih dialirkan ke proses selanjutnya (penguapan), sedangkan nira kotor diolah dengan rotary vacuum filter menghasilkan nira tapis dan blotong. 3. Penguapan Hasil dari proses pemurnian pemurnian adalah ―nira jernih‖ (clear ( clear juice). juice). Langkah selanjutnya dalam proses pengolahan gula adalah proses penguapan. Penguapan dilakukan dalam bejana evaporator .Tujuan .Tujuan dari penguapan nira jernih adalah untuk menaikkan konsentrasi dari nira mendekati konsentrasi jenuhnya. Pada proses penguapan menggunakan multiple effect evaporator dengan kondisi vakum. Penggunaan multiple effect evaporator dengan pertimbangan untuk menghemat penggunaan uap. Sistem multiple effect evaporator terdiri dari 3 buah evaporator buah evaporator atau lebih yang dipasang secara seri. Di pabrik gula biasanya menggunakan 4 ( quadrupple) quadrupple) atau 5 (quintuple) quintuple) buah evaporator . Pada proses penguapan air yang terkandung dalam nira akan diuapkan. Uap baru digunakan pada evaporator badan badan I sedangkan untuk penguapan pada evaporator badan selanjutnya menggunakan uap yang dihasilkan evaporator badan badan I. Penguapan dilakukan pada kondisi vakum dengan pertimbangan untuk menurunkan titik didih dari nira. Karena nira pada suhu tertentu (> 1250 C) akan mengalamai karamelisasi atau kerusakan. Dengan kondisi vakum maka titik didih nira akan terjadi pada suhu 700 C. Produk yang dihasilkan dalam proses penguapan adalah ‖nira kental‖. kental‖. 4. Kristalisasi Proses kristalisasi adalah proses pembentukan kristal gula. Sebelum dilakukan kristaliasi dalam pan masak (crystallizer ( crystallizer ) nira kental terlebih dahulu direaksikan dengan gas SO 2 sebagai bleaching dan untuk
7
menurunkan viskositas viskositas masakan (nira). Dalam proses kristalisasi gula dikenal sistem masak ACD, ABCD, ataupun ABC. Tingkat masakan (kristalisasi) tergantung pada kemurnian nira kental. Apabila HK nira kental > 85 % maka dapat dilakukan empat tingkat masakan (ABCD). Dan apabila HK nira kental < 85 % dilakukan tiga tingkat masakan (ACD). Pada saat ini dengan kondisi bahan baku yang rendah pabrik gula menggunakan sistem masakan ACD, dengan masakan A sebagai produk utama. Langkah pertama dari proses kristalisasi adalah menarik masakan (nira pekat) untuk diuapkan airnya sehingga mendekati kondisi jenuhnya. Dengan pemekatan secara terus menerus koefisien kejenuhannya akan meningkat. Pada keadaan lewat jenuh maka akan terbentuk suatu pola kristal sukrosa. Setelah itu langkah membuat bibit, yaitu dengan memasukkan bibit gula kedalam pan masak kemudian melakukan proses pembesaran kristal. Pada proses masak ini kondisi kristal harus dijaga jangan sampai larut kembali ataupun terbentuk tidak beraturan. Setelah diperkirakan proses masak cukup, selanjutnya larutan dialirkan ke palung pendingin (receiver ( receiver ) untuk proses Na – Kristalisasi. Tujuan dari palung pendingin ialah : melanjutkan proses kristalisasi yang telah terbentuk dalam pan masak, dengan adanya pendinginan di palung pendingin dapat menyebabkan penurunan suhu masakan dan nilai kejenuhan naik sehingga dapat mendorong menempelnya sukrosa pada kristal yang telah terbentuk. Untuk lebih menyempurnakan dalam proses kristalisasi maka palung pendingin dilengkapi pengaduk agar dapat sirkulasi 5. Pemisahan (Centrifugal Process) Setelah masakan didinginkan proses selanjutnya adalah pemisahan. Proses pemisahan kristal gula dari larutannya menggunakan alat centrifuge atau puteran. Pada alat puteran ini terdapat saringan, sistem kerjanya yaitu dengan menggunakan gaya sentrifugal sehingga masakan diputar dan strop atau larutan akan tersaring dan kristal gula tertinggal dalam puteran. Pada proses ini dihasilkan gula kristal dan tetes. Gula
8
kristal didinginkan dan dikeringakan untuk menurunkan kadar airnya. Tetes di transfer ke Tangki tetes untuk di jual. 6. Proses Packing Gula Produk dikeringkan di talang goyang dan juga diberikan hembusan
uap
kering.
Produk
gula
setelah
mengalami
proses
pengeringan dalam talang goyang, ditampung terlebih dahulu ke dalam sugar bin, selanjutnya dilakukan pengemasan atau pengepakan. Berat gula dalam pengemasan untuk masing-masing pabrik gula tidak sama, ada yang per sak plastiknya 25 kg atau 50 kg. Setelah itu gula yang berada di sak plastik tidak boleh langsung dijahit, harus dibuka dulu supaya temperatur gula dalam sak plastik mengalami penurunan suhu/temperatur.Suhu gula dalam karung tidak boleh lebih dari 30 oC/suhu kamar, setelah gula dalam plastik dinyatakan dingin maka boleh dijahit.Jika gula dalam sak plastik dalam keadaan panas dijahit maka berakibat penurunan kualitas gula. 2.2 Boiler
Prinsip kerja boiler sebenarnya cukup sederhana sama seperti pada saat kita sedang mendidihkan air menggunakan panci. Proses pendidihan air tersebut akan selalu diiringi proses perpindahan panas yang melibatkan bahan bakar, udara, material wadah air, serta air itu sendiri. Proses perpindahan panas ini mencakup tiga jenis perpindahan panas yang sudah sangat kita kenal yakni konduksi, konveksi, dan radiasi.Pada boiler pipa air di atas misalnya, sumber panas didapatkan dari pembakaran bahan bakar di dalam furnace. Energi panas ini sebagian akan terpancar secara radiasi ke pipa-pipa evaporator sehingga memanaskan pipa-pipa tersebut. Panas yang terserap oleh permukaan pipa akan secara konduksi berpindah ke sisi permukaan dalam pipa. Di dalam pipa, mengalir air yang terus-menerus menyerap panas tersebut. Proses penyebaran panas antar molekul air di dalam aliran ini terjadi secara konveksi. Perpindahan panas konveksi antar molekul air, seakan-akan menciptakan aliran fluida tersendiri terlepas dengan aliran air di dalam pipa pipa boiler.
9
Gambar 2.1 Boiler Pipa Superheater (Sumber : Data PTPN X) Diketahui gambar di atas adalah susunan dari pipa superheater yang yang ada dalam bagian Boiler.
Gambar 2.2 Proses Pembentukan Uap di Dalam Boiler (Sumber: Data PTPN X) Pada gambar di atas telah diterangkan bagaimana cara proses terjadinya uap pada bagian Boiler.
10
Gas hasil pembakaran yang mengandung energi panas akan terus mengalir mengikuti bentuk boiler hingga ke sisi keluaran. Di sepanjang perjalanan, panas yang terkandung di dalam gas buang akan diserap oleh permukaan tubing boiler dan diteruskan secara konduksi ke air a ir di dalam dala m pipa. Secara bertahap, air akan berubah fase menjadi uap basah ( saturated ( saturated steam) steam) dan dapat berlanjut hingga menjadi uap kering ( superheated ( superheated steam). steam). 2.3 Definisi Fishbone Diagram
Fishbone diagram (diagram tulang ikan karena memiliki bentuk seperti tulang ikan). Fishbone diagram diagram biasanya disebut dengan Ishikawa atau cause and effect diagram yang diperkenalkan oleh Dr. Kaoru Diagram atau Ishikawa, yang merupakan seorang ahli dalam pengendalian kualitas atau manajemen dari Jepang. Sebagai salah satu metode kualitas dari tujuh dasar tools
(7 Basic
Quality
Tools). Tools). Fishbone
diagram diagram digunakan
untuk
mengidentifikasi suatu penyebab permasalahan yang dilakukan dengan suatu team. Menurut Dahlgaard et al (2007), diagram Fishbone dapat Fishbone dapat digambarkan dengan
kategori
6M
seperti
Man, Machines,
Methods,
Materials,
Management, Milieu Mi lieu dan inti permasalahan atau problem. atau problem. Berikut ini gambar cause and effect diagram: diagram :
Gambar 2.3 Fishbone 2.3 Fishbone Diagram Diagram (Sumber: Dahlgaard et al., 2007)
Diagram Fishbone Fishbone dapat digunakan untuk mengidentifikasi berbagai sebab potensial dari suatu efek masalah yang sudah ditemukan. Fishbone juga Fishbone juga bias digunakan untuk menemukan menemukan akar penyebab masalah secara user
11
friendly. friendly. Dalam proses pengerjaannya, Fishbone pengerjaannya, Fishbone diagram dapat dicabangkan berdasarkan
akar penyebabnya menjadi
beberapa
sub cabang
yang
dikembangkan. Berikut gambar hasil pengembangan menurut Dahlgaard et al., (2007).
Gambar 2.4 Pengembangan Fishbone Pengembangan Fishbone Diagram (Sumber: Dahlgaard et al., 2007)
2.3.1 Manfaat Diagram Fishbone Diagram
Fishbone Fishbone
dapat
digunakan
untuk
menganalisis
permasalahan baik pada level individu, tim, maupun organisasi. Terdapat banyak kegunaan atau manfaat dari pemakaian.Diagram Fishbone ini dalam analisis masalah. Manfaat penggunaan diagram Fishbone diagram Fishbone tersebut tersebut antara lain : 1. Memfokuskan individu, tim, atau organisasi pada permasalahan utama. Penggunaan Diagram Fishbone Fishbone dalam tim/organisasi untuk menganalisis permasalahan akan membantu anggota tim dalam menfokuskan permasalahan pada masalah prioritas. 2. Memudahkandalammengilustrasikangambaransingkat permasalahantim/organisasi.Diagram Fishbonedapat mengilustrasikan permasalahan utama secara ringkas sehingga tim akan mudah menangkap permasalahan utama. 3. Menentukan kesepakatan mengenai penyebab suatu masalah. Dengan menggunakan memberikan
teknik sumbang
brainstorming saran
para
mengenai
anggota penyebab
tim
akan
munculnya
masalah. Berbagai sumbang saran ini akan didiskusikan untuk menentukan mana dari penyebab tersebut yang berhubungan
12
dengan masalah utama termasuk te rmasuk menentukan penyebab yang dominan. 4. Membangun dukungan anggota tim untuk menghasilkan solusi. Setelah
ditentukan
penyebab
dari
masalah,
langkah
untuk
menghasilkan solusi akan lebih mudah mendapat dukungan dari anggota tim. 5. Memfokuskan tim pada penyebab masalah. Diagram Fishbone akan Fishbone akan memudahkan anggota tim pada penyebab masalah. Juga dapat dikembangkan lebih lanjut dari setiap penyebab yang telah ditentukan. 6. Memudahkan
visualisasi
hubungan
antara
penyebab
dengan
masalah.Hubungan ini akan terlihat dengan mudah pada Diagram Fishbone yang telah dibuat. 7. Memudahkan tim beserta anggota tim untuk melakukan diskusi dan menjadikan diskusi lebih terarah pada masalah dan penyebabnya
2.3.2 Langkah-langkah dalam Penyusunan Diagram Fishbone Langkahlangkah dalam penyusunan Diagram Fishbone Diagram Fishbone dapat dapat dijelaskan sebagai berikut :
13
Measurement
Materials
Methods
Lab. Error
Raw Materials Supplier
Calculation
Truck
Improper
Calibration
City Plant
DBT
Analyst
Analytical procedure
Supplier 1 Supplier 2 Calibration Not Followed
System AKW-2
Water
Solvent Contamination
Sampling
Lab. Solvent contamination Dirty boties Iron Tools
In Lab Supplier
Supplier
In Lab
Iron in Product Rusty pipes
Rust near sample point
Inexperienced
In Materials of construction
Analyst
E583
Out
E470
At reactor
Maintanance
Exposed pipe
At sample point pipe
Exchsnger Tools
Heat exchanger leak
Iron tools Reactors Opening lines
E470 E583 Pumps
Environment
Machines
Manpower
Gambar 2.5 Langkah Fishbone Langkah Fishbone (Sumber: Nancy, 2005)
1. Membuat kerangka Diagram Fishbone Diagram Fishbone.. Kerangka Diagram Fishbone Fishbone meliputi kepala ikan yang diletakkan pada bagian kanan diagram. Kepala ikan ini nantinya akan digunakan untuk menyatakan masalah utama. Bagian kedua merupakan sirip, yang akan digunakan untuk menuliskan kelompok penyebab permasalahan. Bagian ketiga merupakan duri yang akan digunakan untuk menyatakan penyebab masalah. 2. Merumuskan Masalah Utama. Masalah merupakan perbedaan antara kondisi yang ada dengan kondisi yang diinginkan (W. Pounds, 1969 dalam Robbins dan Coulter, 2012). Masalah juga dapat didefinisikan sebagai adanya kesenjangan atau gap antara kinerja sekarang dengan kinerja yang ditargetkan. Masalah utama ini akan ditempatkan pada bagian kanan dari Diagram Fishbone Diagram Fishbone atau atau ditempatkan pada kepala ikan. 3. Langkah berikutnya adalah mencari faktor-faktor utama yang berpengaruh atau berakibat pada permasalahan. Langkah ini dapat dilakukan dengan teknik brainstorming. Menurut
Scarvada
(2004),
penyebab
permasalahan
dapat
dikelompokkan dalam enam kelompok yaitu materials (bahan materials (bahan baku), machines and equipment (mesin (mesin dan peralatan), manpower
14
(sumber daya manusia), methods methods (metode), Mother Nature / environment (lingkungan), (lingkungan), dan measurement dan measurement (pengukuran). Gaspersz dan Fontana (2011) mengelompokkan penyebab masalah menjadi tujuh yaitu manpower (SDM), machines machines (mesin dan peralatan), methods (metode), (metode), materials (bahan baku), media, media, motivation (motivasi), dan money (keuangan). money (keuangan). Kelompok penyebab masalah ini kita tempatkan di Diagram Fishbone Diagram Fishbone pada pada sirip ikan. 4. Menemukan penyebab untuk masing-masing kelompok penyebab masalah. Penyebab ini ditempatkan pada duri ikan. Berikut disajikan contoh penyebab masalah rendahnya kualitas lulusan diklat. a. Kelompok SDM Misalnya
masalah
pengajar.Penyebab dari rendahnya
kompetensi
SDM
terkait
dengan
unsur tenaga pengajar tenaga
pengajar.
ini
Terdapat
tenaga adalah beberap
pengajar yang tidak sesuai dengan bidangnya. bidangnya. b. Kelompok Material Terkait dengan diklat, penyebab bahan baku yang kurang baik adalah pertama kualitas kurikulum yang kurang baik. Kedua, bahan ajar banyak yang kurang update dengan perkembangan organisasi. Ketiga, tidak ada rencana pembelajaran dalam bentuk program pengajaran dan Satuan Acara Pembelajaran. c. Kelompok mesin dan peralatan. Penyebab masalah dari sisi mesin dan peralatan ada tiga yaitu kurang nyamannya ruangan kelas, tidak adanya ruangan untuk praktik, dan banyak komputer dan proyektor yang rusak. d. Kelompok method. Penyebab masalah dari sisi metode adalah kurangnya inovasi dalam model pembelajaran. Penyebab masalah ini dapat dirinci lebih lanjut dengan mencari penyebab dari penyebab masalah tersebut. Pendalaman lebih lanjut dari penyebab masalah ini dapat dilakukan sampai dengan lima level. Dapat digunakan metode Five metode Five Why s untuk s untuk pendalaman penyebab masalah ini. ’
15
Langkah selanjutnya setelah masalah dan penyebab masalah diketahui, kita dapat menggambarkannya dalam Diagram Fishbone Diagram Fishbone..
2.4 SCAT
The International Loss Control Institute (ILCI) mengembangkan SCAT untuk mendukung investigasi kecelakaan kerja. Model penyebab kecelakaan ILCI ( ILCI Loss Causation Model ) adalah suatu kerangka untuk sistem SCAT. Teknik SCAT adalah alat untuk membantu investigasi dan evaluasi kecelakaan atau insiden dengan menerapkan grafik SCAT (SCAT chart). chart). Grafik tersebut bertindak sebagai checklist atau referensi untuk memastikan bahwa penyelidikan telah melihat semua aspek dari sebuah kecelakaan (Sklet, 2002). 2002). Dalam ― Incident Management: Investigation Methodology Guide‖ Guide‖ Hydro Tasmania (2010) menyatakan terdapat lima langkah dalam melakukan SCAT, yaitu: a. Langkah Pertama
Dalam tahap ini, penyidik perlu mengumpulkan bukti yang terdiri dari lima kategori, yaitu bukti saksi, posisi/ lokasi, dokumen, parts evidence dan reka ulang kecelakaan. Setelah bukti-bukti telah terkumpul, langkah ini membutuhkan penyelidik untuk mengevaluasi potensi kerugian jika kecelakaan tidak dapat dikendalikan. Ini adalah salah satu model investigasi kecelakaan yang mencoba memperkenalkan prinsip-prinsip penilaian resiko ke penyelidikan. b. Langkah Kedua Langkah kedua memerlukan penyidik untuk mengidentifikasi perangkat dari daftar seperti peralatan, mesin, listrik atau bahan peledak.
c. Langkah Ketiga Pada langkah ketiga penyidik diperlukan untuk mengidentifikasi penyebab langsung la ngsung dari dua daftar yaitu tindakan sub-standar dan kondisi sub-standar, misalnya mengoperasikan alat tanpa izin dan sistem peringatan tidak memadai. d. Langkah Keempat
16
Pada langkah ini mengharuskan penyidik untuk mengidentifikasi penyebab dasar kecelakaan. Pada langkah ini, sistem membagai me mbagai penyebab dasar menjadi tiga kategori yaitu faktor pribadi, faktor pekerjaan dan alam. e.
Langkah Kelima Dalam langkah ini, penyidik perlu mengidentifikasi tindakan kontrol
yang diperlukan. Pertanyaan-pertanyaan panduan akan mengajak penyidik kembali
ke
unsur-unsur
sistem
manajemen
keselamatan
kerja
dan
mengharuskan penyidik untuk membuat rekomendasi atas kecelakaan/insiden yang terjadi.
Gambar 2.6 SCAT Chart (Sumber: Nancy, 2005) Dari model diatas, akibat dari kecelakaan adalah kerugian dari manusia, properti perusahaan, berkurangnya produktifitas dan kerugian lingkungan. Penyebab langsung terdiri dari yaitu substandart condition condition dan substandart action yang bisanya pada teori safety yang lain disebut unsafe action dan unsafe dan unsafe condition. Dalam teori invstigasi yang dikemukakan oleh ILCI, setiap faktor penyebab kecelakaan dibuat ceklis sebagai panduan untuk memudahkan rootcause-nya, rootcause-nya, seperti dibawah ini: 1. Kondisi Berbahaya 2. Pelindung/pembatas tidak layak 3. APD kurang/tidak layak 4. Peralatan rusak 5. Ruang kerja sempit/terbatas 6. Bahaya kebakaran / ledakan
17
7. Kebersihan dan kerapihan kurang 8. Paparan gas/cairan kimia berbahaya di lingkungan kerja 9. Kebisingan 10. Paparan radiasi 11. Paparan suhu panas / dingin 12. Kurang pencahayaan 13. Kurang ventilasi 14. Perilaku berbahaya 15. Operasi tanpa otorisasi 16. Gagal memperingatkan 17. Gagal mengamankan 18. Mengoperasikan peralatan pada kecepatan yang tidak l ayak 19. Membuat alat pengaman tidak berfungsi 20. Menggunakan alat yang rusak 21. Memakai APD yang tidak layak / tidak memakai APD 22. Pemuatan yang tidak layak 23. Penempatan yang tidak layak 24. Pengangkatan yang tidak layak 25. Posisi kerja tidak aman 26. Memperbaiki peralatan ketika beroperasi 27. Bercanda 28. Mabuk 29. Tidak mengikuti prosedur 30. Faktor Pribadi / personal 31. Kemampuan fisik dan psikologis tidak alayak 32. Kurang kemampuan 33. Kurang keahlian 34. Stress fisik dan spikologi 35. Kurang motivasi 36. Faktor Pekerjaan : 37. Kurang pengawasan / kepemimpinan 38. Kurang rekayasa / engineering
18
39. Kurang perencanaan pengadaan 40. Kurang perawatan 41. Kurang standar kerja 42. Salah pakai / salah menggunakan 43. Faktor Manajemen / Lemahnya kontrol: 44. Program tidak sesuai 45. Standar tidak sesuai 46. Kurang kepatuhan terhadap standar 47. Faktor lemahnya kontrol ini dari hasil penelitan serta pengalaman beberapa perusahaan menunjukkan kurangnya elemen program K3 seperti: 48. Kepemimpinan dan administrasi 49. Rencana Pelatihan 50. Rencana inspeksi 51. Analisis pekerjaan dan prosedur 52. Observasi pekerjaan 53. Rencana Tanggap darurat 54. Peraturan Perusahaan 55. Analisis investigasi kecelakaan 56. Kompetensi pekerja 57. Alat Pelindung Diri 58. Monitoring Kesehatan 59. Program evaluasi 60. Rekayasa kontrol
Beberapa hal penting yang harus dilakukan dalam melakukan investigasi kecelakaan: a. Membentuk tim investigasi, yang terdiri dari ketua, sekretasi dan anggota. Agar investigasi berjalan dengan efektif usahakan ketua investigasi dari bagian yang mengalami mengalam i kecelakaan, sekretaris bisa dari departemen HSE dan anggota dari tim ahli pada bidangnya.
19
b. Melakukan investigasi secara berurutan sesuai model dari ILCI dimulai dari Kerugiannya manusia, kersuakan alat, dll. Tipe kecelakaannya (terbentur, tertabrak terjatuh, kontak bahan kimia, dll), penyebab langsung, penyebab dasar dan lemahnya kontrol. kontrol. c. Setelah ditemukan masing-masing faktor penyebab jadikan sebagai dasar tindak lanjut/countermeassure lanjut/countermeassure dengan dengan tujuan kecelakaan yang serupa tidak t idak terjadi lagi dikemudian hari. Hindari untuk menyalahkan korban karena pada dasarnya kecelakaan terjadi karena multiple cause, cause, tidak hanya dari faktor perilaku orang tapi juga dipengaruhi kondisi berbahaya, faktor pekerjaan, faktor personal serta lemahnya kontrol. d. Membuat laporan yang terstruktur diawali dari tanggal, tempat, kejadian, data korban, keadaan korban, kronologi peristiwa, tindakan darurat, analisis kecelakaan serta tindak lanjut yang dilakukan. e. Memastikan tindak lanjut yang dilakukan diimplementasikan. HSE departemen bertanggung jawab untuk memastikan follow up telah dilakukan oleh departemen terkait. f. Dokumentasikan dengan baik dan lakukan analisis faktor penyebab celaka untuk mengukur performance dari K3 dalam perusahaan.
20
BAB III METODE PENELITIAN
Untuk menyelesaikan topik permasalahan dengan tepat maka dibutuhkan langkah-langkah analisis yang disusun secara benar dan teratur. Penelitian ini bertujuan agar kecelakaan kebakaran ketel tidak terjadi kembali sehingga proses produksi gula dapat berjalan lancar serta tidak menimbulkan incident maupun accident. maupun accident. Penelitian ini terdiri dari atas beberapa tahapan yaitu sebagai berikut : 3.1 Tahapan Identifikasi Masalah
3.1.1 Identifikas Masalah dan Perumusan Masalah Pada bagian ini upaya pengidentifikasian terhadap permasalahan yang terjadi. Identifikasi permasalahan tersebut meliputi kegiatan mengelas di dekat ketel yang mengakibatkan kebakaran serta peledakan ketel sedangkan ketel memiliki peranan penting dalam proses produksi. Ketika terjadi kerusakan maupun kecelakaan pada ketel akan memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap perusahaan baik dari aspek keselamatan dan kesehatan, lingkungan, komersial, hingga reputasi dari perusahaan tersebut. Hasil dari identifikasi masalah akan dituangkan pada latar belakang serta suatu rumusan masalah yang jelas dan terstruktur.Kemudian ditetapkan tujuan yang ingin dicapai dari penelititan serta batasan masalah yang ingin diterapkan oleh penulis. 3.1.2 Studi Pustaka Pada tahap ini digunakan kajian-kajian ataupun referensi yang relevan yang dapat digunakan untuk mengatasi perma salahan yang telah dirumuskan. Teori yang akan dikaji adalah mengenai tentang pengolahan data kecelakaan dengan menggunakan metode analisis kecelakaan berupa SCAT (Systematic ( Systematic Cause Analysis Technique) Technique ) yang sebelumnya
telah
dilakukannya
analisis
kecelakaan
dengan
menggunakan metode Fishbone. Fishbone. Penggunaan metode ini dimaksudkan untuk mengetahui penyebab dasar dan menemukan penyebab untuk masing masing kelompok penyebab masalah. Sehingga faktor penyebab terkecil dalam kecelakaan yang terjadi tidak akan terlewatkan.
21
3.1.3 Studi Lapangan Studi lapangan dilakukan untuk mengenali serta mengamati objek yang akan diteliti. Dari hasil observasi lapangan akan diketahui tempat, waktu, dan dampak sesuai dengan data kronologi kecelakaan di setiap Pabrik Gula pada PTPN X. 3.2 Tahap Pengumpulan Data
Untuk mendukung penelitian ini maka digunakan beberapa data-data primer dan sekunder antara lain data kronologi kecelakaan dan wawancara. 3.3 Tahap Pengolahan Data
Pada tahap ini, dilakukan beberapa tahapan yakni: 3.3.1 Pembuatan Timeline Pembuatan timeline adalah upaya dari penjelasan kronologi kejadian dari kecelakaan yang terjadi dengan membentuk timeline berupa flowchart dan dan menunjukkan kejadian-kejadian yang merupakan event dan condition dan condition.. 3.3.2 Pengerjaan Fishbone Pengerjaan Fishbone Diagram Diagram Diawali dengan melakukan penentuan masalah utama yang bertujuan untuk mempermudah melakukan analisis kecelakaan dengan menggunakan metode Fishbone. metode Fishbone. Pada pengerjaan Fishbone pengerjaan Fishbone akan akan membuat sebuah kerangka ikan, menentukan masalah utama untuk diletakkan pada bagian kepala ikan, mencari faktor-faktor utama dan di kelompokkan dalam enam kelompok (materials (materials,, mesin maupun peralatan, sumber daya manusia, lingkungan). Menentukan penyebab untuk masing-masing kelompok penyebab
masalah,
memfokuskan
penyebab penyebab
masalah,
sehingga
memudahkan untuk di analisis bersama. 3.3.3 Integrasi Metode SCAT Tahap
selanjutnya
dari
pengerjaan
Fishbone Fishbone
adalah
mendapatkan masalah yang terperinci dari metode Fishbone Fishbone dengan begitu dapat dapa t dilanjutkan dengan metode SCAT ( System Cause Analysa Technique) Technique) yang agar penyidikan telah melihat semua aspek tanpa tertinggal sedikit pun dari sebuah kecelakaan.
22
Oleh karena itu melakukan analisis kecelakaan dapat dijadikan sebagai masukan pada pihak perusahaan perusahaan agar kecelakaan kebakaran kebakaran tidak terulang kembali dan untuk kelancaran suatu proses produksi. 3.4 Tahap Analisis dan Kesimpulan
Pada tahapan ini akan dilaksanakan analisis dari hasil pengolahan data. Analisis ini meliputi hasil penyebab utama dari metode Fishbone Fishbone dan rekomendasi aman dari metode SCAT (Systematic Cause Analysis Technique). Technique).
23
Mulai
Identifikasi Identifikasi Permasalahan Permasalahan
Penetapan Tujuan Permasalahan
Studi Literature - Konsep Fishbone - Konsep SCAT
Studi Lapangan -Observasi Lapangan
Pengumpulan Data -Kronologi -Kronologi Kecelakaan -Wawancara -Wawancara Kejadian
Pembuatan Timeline Kejadian
Pengerjaan FIshbone
Integrasi SCAT
Analisa Data
Kesimpulan Kesimpulan dan Saran
Selesai
G amb ar 3 .1 Metode Penelitian
24
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Runtutan Peristiwa Kerusakan Ketel
Berdasarkan data dan informasi yang didapat ketika pengambilan data di 5 Pabrik Gula pada PTPN X dapat diolah sebagai beri kut: 4.1.1 Peristiwa Kebakaran Pada PG. Djombang Baru, Selasa 09 Juni 2015 Tabel 4.1 Runtutan Peristiwa Kebakaran di PG Djombang Baru Tahun 2015 NO
KEGIATAN
JAM
1.
Pekerjaan las pada roll samping penahan belt conveyor selesai
20.00 WIB
2.
Munculnya api pada baggase reclemer
22.10 WIB
3.
2 Pekerja Ketel berusaha memadamkan api dengan menggunakan APAR
22.30 WIB
4.
Api tidak padam dan semakin menyebar ke Ketel SDB
22.40 WIB
5.
Dilakukan pemadaman dengan menggunakan DAMKAR milik Pabrik dan dibantu dengan pompa emergency
22.50 WIB
6.
Api padam dan dilakukan pembahasan masalah kebakaran
02.00 WIB
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat kejanggalan ketika waktu pekerjaan las selesai pukul 20.00 WIB dan secara tiba-tiba pukul 22.10 WIB muncul api di baggase reclamer . Sehingga dapat disimpulkan terdapat dampak yang belum diketahui penyebabnya setelah adanya pekerjaan las yang terakhir.
4.1.2 Peristiwa Kebocoran Pipa Superheater pada PG. Watoetoelis, Rabu 12 Agustus 2015. Berdasarkan data yang didapat diketahui bahwa terjadi jam berhenti yang dikarenakan adanya kebocoran pipa heater 1(satu) coil, Ketel Uap Stork. Pada saat itu mesin sedang dalam keadaan menyala dan
25
salah seorang pekerja mengetahui adanya kebocoran pipa. Hal tersebut menyebabkan pekerjaan menjadi terhambat.
4.1.3. Peristiwa Kerusakan Pipa Boiler Takuma Kapasitas 75 T/J Table 4.2 Runtutan Peristiwa Kerusakan Pipa di PG. Pesantren Baru Tahun 2015 No. 1.
Hari / Tanggal Sabtu, 12 September 2015
Jam
Uraian
08. 00 WIB
Terjadi pipa bocor
08.00 – 08.00 – 12.00 12.00 WIB
Pendinginan dapur ketel
12.00 – 12.00 – 18.00 18.00 WIB
Dilakukan
identifikasi
dan
pemasangan andang 18.00 – 18.00 – 06.00 06.00 WIB
Pembongkaran pipa
rear,
tebokan sisi
Pembongkaran
side,
cassing,
cassing, tembokan side, dan bending pipa 2.
Minggu, 13 September 2015
06.00 – 06.00 – 02.00 02.00 WIB
Pasang, penyetelan, joint, roll pipa, dan pemasangan tembokan
3.
Senin, 14 September 2015
02.00 – 02.00 – 06.00 06.00 WIB
Pasang manhole dan hand hole
06.00 – 06.00 – 09.00 09.00 WIB
Pemadatan dan pengamatan
09.00 – 09.00 – 11.00 11.00 WIB
Pasang
sparator
dan
bongkar
kandang 11.00 WIB
Pemanasan dan dilanjut start ketel
Berdasarkan data yang diperoleh selama masa perbaikan produksi pabrik jadi tertunda. Sehingga memilki dampak kerugian secara materi.
26
4.1.4 Peristiwa Kerusakan Unit Daerator Ketel Takuma di PG. Ngadirejo. Berdasarkan data yang didapat diketahui bahwa adanya penggantian alat pada unit daerator Ketel Takuma. Hal tersebut dilakukan karena alat pada unit daerator mengalami kerusakan dan tidak bisa diperbaiki lagi. Hal tersebut menyebabkan jam berhenti giling.
4.1.5 Peristiwa Kebakaran di ST. Ketel PG. Toelangan, Senin 1 Juni 2015 Tabel 4.3 Runtutan Peristiwa Kebakaran di ST. Ketel PG. Toelangan No
Kegiatan
Jam
1
Terjadi kebakaran dan langsung berupaya memadamkan api dengan menggunakan APAR
03.30 WIB
2
Memadamkan dengan menggunakan pompa air emergency
03.40 WIB
3.
Menghubungi PMK Pemkab dan Pemkot Sidoarjo melalui Polsek Toelangan
03.45 WIB
4.
Menghubungi petugas PMK PG. Krembong dan PG. Watoetoelis secara internal
03.50 WIB
5.
Petugas Pemkab dan Pemkot Sidoarjo datang beserta 3 unit armada PMK
04.15 WIB
6.
Petugas PMK PG. Krembong dan PG. Watoetoelis dating membawa perlengkapan PMK
04.30 WIB
7.
Api dapat dipadamkan
06.00 WIB
8.
Proses pembahasan area yang terbakar
09.00 WIB
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa banyak barang dan peralatan yang terbakar dan menyebabkan giling tertunda sampai 4 hari.
27
4.2 F i shbo shbone Diagram Pada PG. Djombang Baru Manusia Terlambat Makan Kurang Istirahat
Mesin Kurangnya konsentrasi ketika melakukan pengelasan
Api las yang dikeluarkan tidak sesuai standart
Alat lasnya tidak layak pakai
Pekerja tidak melaksanakan sesuai dengan intrusi kerja
Kebakaran Ketel Pada PG. Djombang Baru
Kurangnya pelatihan terhadap proses pengelasan Terdapat bahan mudah terbakar ketika melakukan pekerjaan las
Manajemen Belum tersedia SOP untuk pekerjaan las yang berada di atas Metode
Ampas Tebu Kering
Lingkungan
Gambar 4.1 Fishbone 4.1 Fishbone Diagram Diagram Pada PG. Djombang Baru
4.2.1 Analisis Fishbone Analisis Fishbone Diagram Diagram PG. Djombang Baru PG Djombang Baru selasa 09 juni 2015, pada jam 20.00 WIB CV. Jaya Putra Mas telah selesai melaksanakan proses pengelasan pada roll samping penahan belt conveyor . Setelah pukul 22.10 WIB terdapat munculnya api pada baggase reclemer yang ditimbulkan dari proses pengelasan, percikan api tersebut langsung mengenai bahan bakar (ampas tebu) dibawah pekerja las. Hasil dari analisis Fishbone analisis Fishbone diagram diagram pada PG. Djombang Baru mempunyai 4 kategori penyebab dari kebakaran. Faktor yang pertama yaitu manusia, dimana pekerja dari CV. Jaya Putra Mas belum pernah mengikuti pelatihan pengelasan yang mengakibatkan pekerja pengelasan kurang memahami apa yang harus dilakukan. Faktor manusia kedua yaitu, pekerja tidak melaksanakan sesuai dengan instruksi kerja dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Faktor manusia yang ketiga yaitu, pekerja dalam keadaan yang lelah dan pekerja kehilangan kosentrasi yang disebabkan pekerja belum makan dan minum. Faktor yang pertama pada mesin, alat yang digunakan untuk mengelas sudah tidak layak pakai atau alat pengelasan butuh peremajaan. Seharusnya alat yang digunakan harus sesuai dengan prosedur yang ada dan alat untuk pengelasan pengelasan yang akan digunakan 28
harus layak pakai. Faktor yang kedua pada mesin, api yang dikeluarkan oleh mesin las tidak sesuai untuk proses pengelasan di belt conveyor . Faktor yang pertama pada lingkungan, terdapat bahan bakar berupa ampas tebu kering yang diletakkan dibawah pekerja yang sedang melakukan proses pengelasan diatasnya. Faktor pada metode yaitu belum dibuat SOP pada proses pengelasan di bagian belt conveyor . Rincian Fishbone Rincian Fishbone : : A. Manusia
: Kurangnya konsentrasi ketika melakukan
pengelasan yang mungkin disebabkan karena kurangnya kurangnya istirahat dan terlambat makan, kurangnya pelathan terhadap proses pengelasan, pekerja tidak melaksankan sesuai dengan intruksi kerja. B. Mesin
: Alat yang dipakai tidak layak sehingga api
las yang ditimbulkan tidak sesuai dengan standart. C. Lingkungan
: Terdapat bahan mudah (ampas tebu kering)
terbakar ketika dilakukannya proses pengelasan. D. Metode
: Belum tersedia SOP untuk pekerjaan las
yang berada di atas. E. Manajemen
: Kurangnya pelatihan terhadap proses
pekerjaan pengelasan Setelah dilakukannya musyawarah bersama disepakati bahwa kejadian tersebut terjadi dikarenakan tidak adanya perlindungan terhadap ampas tebu ketika adanya pekerjaan las.
29
4.3 Fishbone Diagram pada PG Ngadirejo Bahan
Manusia
Teralalu banyak kandungan Karbondiosida sehingga bersifat asam
Pekerja tidak ada di tempat
ketika daerator mengalai overheating
Korosi
Minimnya pekerja
Tangki daerator ketel uap rusak di PG. Ngadirejo Keandalan alat
Kurangnya monitoring
Korosi
Inspeksi
Alat sudah berumur tua Hanya secara visual
Daerator overheating
Pipa penyalur bocor
Terdapat kotoran di dalam pipa penyalur
Manajemen
Metode
Valve macet Suply air terhambat
Mesin
Gambar 4.2 Fishbone 4.2 Fishbone diagram diagram PG Ngadirejo
4.3.1 Analisis Fishbone Diagram PG. Ngadirejo Pada tanggal 29 Mei 2014 PG Ngadirejo telah terjadi kerusakan alat pada unit deaerator ketel takuma, kerusakan ini menyebabkan berhentinya proses penggilingan. Untuk memperbaiki kerusakan tersebut PG Ngadirejo menunjuk PT Djon Adiputra sebagai pelaksana perbaikan unit deaerator. Hasil analisis Fishbone Fishbone diagram pada PG Ngadirejo mempunyai 4 kategori penyebab dari kebakaran. Faktor yang pertama yaitu manusia, dengan rincian kurangnya monitoring yang dilakukan oleh pekerja, minimnya pekerja, dan pekerja tidak ada di tempat ketika daerator mengalami overheating. Faktor yang kedua adalah faktor mesin, dengan rincian daerator overheating yang disebabkan karena terdapat kotoran sehingga supplay air terhambat dan valve macet, korosi yang menyebabkan pipa penyalur bocor dan keandalan alat yang berkurang dikarenakan alat sudah berumur tua. Faktor yang ketiga adalah bahan dengan rincian terlalu banyak kandungan oksigen sehingga mengakibatkan korosi. Faktor yang ke empat adalah metode, dengan rincian inspeksi hanya dilakukan secara visual atau hanya dilakukan setelah adanya kerusakan.
30
Rincian Fishbone Rincian Fishbone:: A. Manusia
: Minimnya pekerja sehingga tidak ada komunikasi
ketika daerator mengalami overheating B. Bahan
: Terjadi korosi karena terlalu banyak kandungan
oksigen C. Mesin
: Alat mungkin sudah berumur tua sehingga mudah
terjadi korosi
dan membuat pipa penyalur bocor serta daerator
sampai overheating mungkin disebabkan karena valve rusak atau supply air terhambat oleh kotoran D. Metode
: Inspeksi yang dilakukan hanya secara visual
E. Manajemen
: Kurangnya monitoring
Setelah dilakukan musyawarah bersama maka disepakati bahwa kerusakan tangki daerator disebabkan karena umur tangki yang sudah tua. 4.4 Fishbone Diagram pada PG Watutulis Metode
Manusia
Tidak menjalankan sesuai dengan SOP
Prosedurnya tidak sesuai
Kurang pelatihan
Kebocoran pipa superheater PG. Watoetoelis Tidak ada tanda bahaya Bahan pipa tidak memenuhi standart
Keandalan alat
Alarm tidak ada
Terdapat korosi Tidak ada alarm
Bahan
Maintenance tidak menyeluruh
Mesin
Gambar 4.3 Fishbone 4.3 Fishbone Diagram Diagram PG Watutulis 4.4.1 Analisis Fishbone Diagram PG. Watutulis Pada hari rabu 12 Agustus 2015 PG Watutulis telah terjadi kebocoran pada pipa superheater 1 (satu) coil ketel uap stork, kerusakan ini menyebabkan berhentinya proses penggilingan. Untuk memperbaiki kerusakan tersebut PG Watutulis melakukan pemotongan pipa superheater yang bocor dan menyumbat pada potongan pipa di drum
31
atas ketel uap stork. Hasil analisis Fishbone analisis Fishbone diagram diagram pada PG Watutulis mempunyai 4 kategori penyebab dari kebocoran. Faktor yang pertama yaitu manusia, dengan rincian pekerja tidak menjalankan SOP yang telah ada, ini disebabkan karena kurangnya pelatihan yang diberikan kepada pekerja sehingga pekerja kurang mengetahui pentingnya mematuhi dan menjalankan SOP yang telah ada. faktor kedua adalah mesin, dengan rincian diantaranya keandalan alat yang berkurang dikarenakan maintenance yang maintenance yang tidak menyeluruh dan terdapat korosi, tidak adanya tanda bahaya seperti alarm. Faktor ketiga adalah metode, dengan rincian prosedur pengoprasian tidak sesuai.Faktor ke empat adalah bahan dengan rincian bahan pipa tidak memenuhi standart. Rincian Fishbone Rincian Fishbone:: A. Manusia : Tidak menjalankan kerja sesuai dengan SOP dan kurangnya pelatihan B. Metode : Prosedur yang dipakai tidak sesuai C. Mesin
: Inspeksi alat tidak menyeluruh, terdapat korosi, d an
tidak ada tanda peringatan D. Bahan
: Bahan pipa yang digunakan tidak sesuai
Setelah dilakukan musyawarah bersama didapatkan penyebab utama dalam kebocoran pipa yaitu dikarenakan pipa yang digunakan tidak sesuai dengan yang digunakan dalam menggunakan prosesnya.
32
4.5 F i shbo shbone Diagram pada PG Toelangan Metode
Manusia
Tidak ada pembatas antara sumber api dengan bahan bakar
Kurangnya berhati-hati ketika memasukkan bahan bakar ke dalam Boiler
Tidak terdapat pelindung bahan bakar
Prosedur pekerja memasukkan ampas tebu ke dalam Boiler
Terlalu kuat ketika melempar bahan bakar
Kebakaran ST. Ketel PG. Toelangan
Bahan bakar terletak di dekat sumber api
Suhu di tempat kerja sangat tinggi
Membuat konsentrasi jadi kurang fokus
Bahan
Lingkungan
Gambar 4.4 Fishbone 4.4 Fishbone diagram diagram PG Toelangan
4.5.1 Analisis Fishbone Diagram PG. Toelangan Pada hari senin tanggal 01 Juni 2015 pukul 03.30 wib telah terjadi kebakaran saat melakukan pemanasan 10 unit ketel. Ketika itu pengisian bahan bakar ampasdi dapur ketel, terlihat ada percikanapi bersama udara keluar akhirnya menyambar tumpukan bahan bakar ampas di depan pintu dapur sehingga terjadilah kebakaran. Adapun sumber api berasal dari pintu dapur ketel no 6. Akibat dari accident tersebut peralatan juga terbakar antara lain, ampas, perkabelan bagasse carier, elmot, paralon (PVC bagacillo fan dan sirkulasi udara MU), dan alat-alat ukur (thermometer (thermometer dan manometer ) di stasiun ketel, kemudian masa giling tertunda selama 4 hari meskipun saat accident tersebut tidak ada korban jiwa setelah dilakukan analisis mendalam akibat dari kejadian tersebut disebabkan oleh 4 faktor, yaitu Manusia, Lingkungan, Metode dan Bahan. Dengan perincian sebagai berikut: A. Man Power : Kurangnya berhati-hati ketika memasukan bahan bakar ketel bakar ketel yaitu ampas serta terlalu kuat ketika melempar bahan bakar
33
B. Mother Nature : Suhu ditempat kerja sangat tinggi sehingga membuat konsentrasi pekerja berkurang. C. Method : Prosedur kerja saat memasukkan bahan bakar kurang sesuai serta tidak terdapat pelindung bahan bakar antara sumber api dengan bahan bakar D. Material : Bahan bakar ketel terletak terlalu dekat dengan sumber api sehingga sangat rentan tersambar bahan bakar ketel yaitu ampas tebu.
Setelah dimusyawarahkan secara bersama-sama maka didapatkan penyebab utama dalam kasus terbakarnya ketel pada PG. Toelangan yaitu pekerja tidak menjalankan pekerjaannya sesuai dengan prosedur kerja yang telah tersedia.
shbone Diagram pada PG Pesantren 4.6 F i shbo Metode
Manusia
Salah pengoperasian sistem pipa
Prosedur yang dipakai tidak sesuai
Manajemen yang tidak sesuai
Kerusakan Pipa Boiler Takuma di PG. Pesantren
Kandungan air yang digunakan kurang sesuai Tidak ada tanda peringatan Bahan pipa yang tidak sesuai
Keandalan alat
Belum tersedia alarm Terdapat korosi
Bahan
Mesin
Gambar 4.5 Fishbone 4.5 Fishbone diagram diagram PG Pesantren
4.6.1 Analisis Fishbone Analisis Fishbone Diagram Diagram PG. Pesantren Baru Pada hari kamis tanggal 10 September 2015 pukul 12.10 WIB telah terjadi kerusakan pipa Boiler pipa Boiler Takuma dan Takuma dan pada hari sabtu tanggal 12 September 2015 terjadi kembali kebocoran pipa rear yang mengakibatkan
tembok
pada
sisi
side
mengalami
kerusakan.
Dipertimbangkan pipa rear telah mengalami deformasi plastis (diameter pipa > 76,2 mm).
34
Rincian Fishbone: A. Manusia: Salah pengoperasian ketika ketel dinyalakan B. Metode: Prosedur yang tidak sesuai C. Bahan: Kandungan air dan bahan pipa yang digunakan kurang sesuai D. Mesin: Tidak tersedia alat peringatan dan keandalan alatnya terjadi korosi Setelah dilakukannya analisis data dengan mengunakan Fishbone Diagram disepakati serta didapatkan permasalahan dasar yang disepakati bahwa kebocoran tersebut disebabka n oleh kandungan air yang digunakan pada ketel. Air tersebut masih terdapat kandungan oksigennya. Karena oksigen yang berada di dalam pipa dapat menimbulkan korosi sehingga menimbulkan kebocoran. 4.7 Analisis Metode SCAT
Setelah dilakukannya analisis Fishbone analisis Fishbone dengan dengan diketahui akar penyebabnya maka akan dilakukan integrasi integrasi ke dalam metode SCAT
35
4.7.1 Analisis SCAT di PG. Djombang Baru D escrip scri ption of of A cci cci dent or or I ncident ncident Terjadi kebakaran pada stasiun ketel SDB Weltest di PG Djombang Baru
Categories of contact that could have led to the incident (Kategori kontak yang bisa menyebabkan
insiden terjadi) Dampak yang ditimbulkan tergolong serius sehingga mengakibatkan kerugian yang besar karena menghentikan proses produksi gula tapi tidak sampai ada korban dalam kejadian tersebut. Oleh karena itu pada fase ini kejadian t ersebut termasuk dalam Loss Severity Potential yang yang tergolong t ergolong Serious. Dalam kejadian tersebut telah terjadi kebakaran sehingga jenis kontak yang langsung dialami adalah jenis kontak secara panas. Kategori yang lain tidak termasuk dikarenakan tipe tipe yang lain membahas tentang masalah jatuh dari ketinggian, tersangkut, terkena benturan.
Immadiate Cause (Penyebab Langsung)
Kelalaian tindakan pekerja las yang t idak memperhatikan sekitar area kerjanya termasuk dalam kategori tidak benar dalam mengambil posisi kerja dan untuk kondisi tidak aman pada saat pekerjaan itu berlangsung dikarenakan dikarenakan tidak memadainya memadainya pelindung untuk melindungi ampas ampas tebu.
Basic Cause (Penyebab Dasar) Diketahui bahwa penyebab dasar dalam kejadian kebakaran tersebut tersebut dikarena d ikarenakan kan tidak adanya pengamanan terhadap terhadap bahan mudah terbakar seperti seperti ampas tebu tebu ketika ada pekerjaan panas panas yang berlangsung. Dalam penyebab dasar tersebut dapat dapat dikatakan jika terdapat beberapa faktor faktor yang menyebabkan kebakaran tersebut terjadi yaitu kurangnya pengetahuan tentang pekerjaan las atau bisa dikatakan kurangnya pelatihan dan u ntuk faktor pekerjaannya sendiri bisa d ikatakan bahwa kurangnya pengawasan ketika pekerjaan pekerjaan itu berlangsung. Faktor Faktor lain tidak sesuai dikarenakan dikarenakan faktor-faktor tersebut tersebut membahas tentang masalah fisik pekerja, psikilogi, psikilogi, ketidaksesuai ket idaksesuaian an pembelian alat, dan perbaikan.
Activities for a successful loss control program (Tindakan yang dilakukan untuk mengkontrol kerugian)
Dengan diketahuinya penyebab dasar dalam kebakaran tersebut maka tindakan kontrol yang diambil adalah dengan menganalisa suatu pekerjaan secara kritis dan sesuai prosedur dengan membuatkan sebuah SOP untuk satu pekerjaan serta meningkatkan komunikasi antar pekerja lain ketika melakukan suatu pekerjaan meskipun tidak tertulis dalam prosedurnya.
36
Hasil dari pengerjaan Diagram Fishbone Fishbone didapatkan beberapa penyebab yang melatar belakangi terjadinya insiden berupa terbakarnya ampas tebu yang terletak pada conveyor sehingga disepakati bahwa penyebab utama dari insiden tersebut yaitu ketika pengerjaan las berlangsung tidak adanya pengamanan terhadap bahan mudah terbakar dan jika tidak dikendalikan maka dampak yang akan terjadi jika terulang kembali yaitu hilangnya waktu produksi yang disebabkan oleh kerusakan alat pada tingkat serious dikarenakan serious dikarenakan kontak langsung dengan panas ataupun api dari kebakaran tersebut. Penyebab langsung dari insiden ini yaitu berupa kurangnya pengaman saat melakaukan pengelasan sehingga percikan api menimbulkan kebakaran. Basic cause cause pada insiden ini dimulai dari kurangnya pelatihan hingga kurangnya pengetahuan tentang bahan berbahaya ataupun mudah terbakar. Control Action yang Action yang dibutuhkan yaitu berupa pemberian penjelasan yang lebih detail tentang pekerjaan yang akan dilakukan serta kondisi dari tempat kerja. Tindakan lain yang dapat dilakukan yaitu pembuatan standart program untuk komunikasi antar pekerja sehingga tidak terjadi lagi salah komunikasi yang menyebabkan terbakarnya ampas tahu akibat terkena percikan api dari mesin las.
37
4.7.2 Analisis SCAT di PG. Ngadirejo
D escri scr i pti pti on of of accid accident or or i ncid nci dent Terjadi kerusakan alat pada unit daerator ketel kete l Takuma di PG. Ngadirejo Categories of contact that could have led to the incident (Kategori kontak yang bisa menyebabkan insiden terjadi) Dalam evaluasi kejadian tersebut dikategorikan dalam kategori yang Serious sebab Serious sebab akibat yang ditimbulkan berdampak pada kehilangan jam kerja dalam waktu yang lama, menyebabkan kerugian yang besar. Alat pada unit daerator Ketel Takuma rusak hingga menimbulkan keluarnya air panas dari pipa ketel sehingga tipe kontak pada fase ini tergolong dengan berhubungan panas. Immadiate Cause (Penyebab Langsung) Kerusakan yang terjadi diketahui penyebabnya dikarenakan adanya alat yang digunakan tidak memadai. Alasan lain tidak digunakan dikarenakan kerusakan alat berhubungan dengan pengaruh umur alat tersebut. tersebut.
Basic Cause (Penyebab Dasar) Penyebab dasar kerusakan alat pada unit daerator ketel Takuma dikarenakan faktor usia oleh sebab itu permasalahan tersebut dapat dikaterogikan terdapatnya masalah pada komponenkomponennya atau bisa dikatakan bahwa tidak memadainya spesifikasi alat yang digunakan sehingga menyebabkan kerusakan. kerusakan. Pada masalah ini diketahui bahwa masalah dasarnya dasarnya disebabkan karena faktor usia alat sehingga faktor-faktor yang tidak digunakan.
Activities for a successful loss control program (Tindakan yang dilakukan untuk mengkontrol untuk mengkontrol kerugian) Tindakan yang dibutuhkan untuk menanggulangi masalah kerusakan alat pada unit daerator ketel Takuma yaitu dengan mengidentifikasi dan menganalisa masalah yang terjadi ketika proses ketel tersebut hidup dan dilakukannya ulasan manejemen tentang project tersebut tersebut agar tidak terulang kembali kerusakan alat pada unit daerator Ketel Takuma.
38
Hasil dari pengerjaan Fishbone Diagram Diagram didapatkan beberapa penyebab dan disepakati bahwa penyebab utamanya dikarenakan umur daerator tangki sudah sudah terlalu tua. Sehingga jika tidak segera ditanggulangi akan berakibat serious dengan hilangnya jam kerja, menghambat proses produksi, dan berakibat mengalami kerugian perusahaan dikarenakan terjadi kontak langsung tekanan panas secara terus-menerus. Immadiate Cause Cause dan Basic Cause Cause yang timbul dikarenakan alat yang digunakan tidak memadai serta kurangnya perhitungan estimasi alat tersebut. Untuk cara pengendaliannya diperlukan program standart yang memiliki dasar aturannya dengan cara mengidentikasi alat, memperhatikan kondisi alat, dan melihat riwayat alat tersebut.
39
4.7.3 Analisis SCAT di PG. Watoetoelis Watoetoelis
Description of accident or incident Kebocoran Pipa Superheater pada Ketel Uap di PG. Watoetoelis
Categories of contact that could have led to the incident (Kategori kontak yang bisa menyebabkan insiden terjadi) Dalam kasus kebocoran pipa superheater pada ketel uap termasuk dalam kategori Moderate dikarenakan seringnya terjadi kasus pipa bocor. Pada pipa superheater di dalamnya dilewati air panas yang mengalir sehingga jika ji ka terjadi kebocoran maka air ai r panasnya akan keluar. Jadi J adi pada fase ini pipa bocor dikaterogikan dalam kontak yang bertpe panas.
Immadiate Cause (Penyebab Langsung) Ketika pipa superheater ada yang bocor maka dapat dikatakan bahwa pipa tersebut sedang mengalami gangguan. Kualitas pipa yang dipakai sangat berpengaruh penting. Sedangkan jika pipa yang dipakai tidak memenuhi standart maka dikategorikan pada penggunaan alat yang tidak memadai.
Basic Cause (Penyebab Dasar) Kebocoran pipa superheater pada Ketel Uap diketahui penyebab dasarnya dikarenakan kualitas pipa yang digunakan kurang memenuhi standart. Sehingga pekerja yang mengoperasikan tidak memperhatika isi air di dalam pipa dapat menyebabkan tidak memadainya wadah pipa untuk dialiri dan untuk faktor pekerjaannya diketahui tidak memadainya alat dan bahan pipa sehingga perlu untuk mengulas ulang tentang masalah pipa tersebut.
Activities for a successful loss control program (Tindakan yang dilakukan untuk mengkontrol kerugian) Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukannya mengidentfikasi dan menganalisa kejadian tersebut dengan memperhatikan dampak kerusakan serta kerugian yang ditanggung. Sehingga dapat mengulas ulang manajemen yang telah dilakukan. Untuk mengetahui ada kesalahan manajamen ataukah tidak.
40
Dari hasil pengerjakan Diagram Fishbone Fishbone secara bersama tentang kebocoran pipa superheater pipa superheater pada pada Ketel didapatkan penyebab utamanya yaitu tentang kualitas pipa yang digunakan di gunakan kurang memenuhi standart. Hal tersebut dapat dikategorikan sebagai potensi yang akan dapat kambuh lagi dan hampir setiap tahun selalu mengalami kebocoran dikarenakan kontak langsung dengan tekanan panas secara berkala. Penyebab langsung yang ditimbulkan dikarenakan pipa yang digunakan tidak memadai ketika proses produksi sedang berjalan. Sedangkan penyebab dasarnya ada 2 (dua) macam yaitu pipa yang digunakan tidak pantas dan tidak memadainya alat tersebut karena pipa tersebut tidak memenuhi standart ketentuan. Hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut dengan cara mengidentfikasi dan menganalisis pipa sebelum maupun ketika difungsikan serta mengecek riwayat pipa tersebut digunakan dan memakai standart yang sedang berlaku.
41
4.7.4 Analisis SCAT di PG. Toelangan
Description of accident or incident Kebakaran ampas pada stasiun ketel uap di PG. Toelangan.
Categories of contact that could have led to the incident (Kategori kontak yang bisa menyebabkan insiden terjadi) Pada kasus kebakaran ampas diketahui menyebabkan terhambatnya proses produksi sehingga menimbulkan kerugian yang besar dan menyebabkan hilangnya jam kerja. Oleh karena itu hal ini bisa digolongkan pada tingkat potensi yang serious. Kebakaran serious. Kebakaran ampas menimbulkan dampak tentang lingkungan yang panas sehingga tipe kontak yang terjadi adalah kontak dengan panas.
Immadiate Cause Diketahui kebakaran ampas tersebut t ersebut membawa akibat yang buruk untuk lingkungan sekitar. Akibat itu menyebabkan berbagai efek panas sehingga menimbulkan kondisi
Basic Cause (Penyebab Dasar) Kebakaran ampas tebu diketahui penyebab dasarnya dikarenakan pekerja tidak melaksanakan pekerjaannya sesuai prosedur. Kebakaran tersebut menimbulkan temperatur yang tinggi sehingga menyebabkan paparan panas di sekitar area. Pada pekerja kurangnya kurangnya pengetahuan tentang tata cara memasukkan ampas tebu ke dalam dapur ketel uap. Sehingga ketika terjadi kesalahan seperti yang telah diterangkan tidak adanya penanganan tentang masalah ampas tebu yang terbakar tidak terkendali.
Activities for a successful loss control program (Tindakan yang dilakukan untuk mengkontrol untuk mengkontrol kerugian) Dampak dari kebakaran ketel tersebut sangat mempengaruhi lingkungan sekitar dikarenakan kehilangan proses atau kehilangan kegiatan kerja. Sehingga diperlukannya suatu identifikasi dan analisis masalah yang yang ditimbulkan. Pihak manajemen juga harus lebih memperhatikan proses kerja pada operasional ketel.
42
Dari hasil keputusan bersama dalam menganalisis kecelakaan dengan Diagram Fishbone Fishbone yang mengenai tentang kebakaran ampas stasiun ketel penyebab
utamanya
disebabkan
oleh
pekerja
yang tidak
melaksanakan
pekerjaannya sesuai prosedur. Akibat yang ditimbulkan bisa membuat aktifitas produksi berhenti sehingga menimbulkan kehilangan jam kerja dan kerugian secara
materi.
Kontak
panas
secara
langsung
pada
pekerjaan
tersebut
menimbulkan kebakaran.Untuk penyebab langsungnya terdiri dari 2 (dua) macam yaitu peralatan yang digunakan tidak memadai dan kondisi pada lingkungan pekerjaan berkaitan dengan bahan mudah terbakar. Serta untuk penyebab dasarnya timbul dikarenakan pekerja mengalami depresi karena terlalu lama terkena suhu panas secara terus-menerus sehingga mengabaikan apa yang akan terjadi (membuat pekerjaan menjadi tidak ambil pusing/lalai) dan dalam pekerjaan itu sendiri masih kurangnya pengamanan untuk bahan mudah terbakar. Cara untuk mengontrol masalah tersebut agar tidak terulang kembali dengan mengidentifikasi dan
menganalisis
pekerjaan
yang
akan
dilakukan
serta
lingkungannya.
Selanjutnya melakukan pengontrolan terhadap pekerjaan itu dengan membuat program secara standart yang diakui.
43
4.7.5 Analisis SCAT di PG. Pesantren Baru
Description of accident or incident Kerusakan pipa Boiler Takuma kapasitas 75 T/J pada PG. Pesantren. Pipa rear mengalami kebocoran yang berakibat tembok dinding sisi side mengalami side mengalami kerusakan.
Categories of contact that could have led to the incident (Kategori kontak yang bisa menyebabkan insiden terjadi) Diketahui bahwa terjadi kebocoran pipa maka hal itu akan sering terjadi jika tidak diperhatikan dalam proses berjalannya aliran air pada pipa ketel. Oleh karena itu hal ini tergolong pada potensi menengah untuk terulangnya kembali kebocoran pipa. Kebocoran pipa tergolong dalam kategori tipe yang bersangkutan langsung dengan panas karena kandungn air yang yang mendidih pada ketel.
Immadiate Cause Kebocoran pipa bisa disebabkan karena terjadinya perawatan atau pengoperasian yang salah dan juga disebabkan oleh kandungan material yang ada dalam pipa.
Basic Cause (Penyebab Dasar) Diketahui penyebab dasar dari kebocoran pipa dikarenakan munculnya kerak pada dinding-dinding pipa yang menyebabkan pipa menjadi korosi. Hal itu disebabkan karena kandungan air yang dipakai masih terkontaminasi dengan kandungan oksigen.
Activities for a successful loss control program (Tindakan yang dilakukan untuk mengkontrol kerugian) Tindakan yang dilakukan untuk mengendalikan korosi yang disebabkan oleh air yang masih terkandung kadar oksigen dengan cara mengecek kandungan airnya sebelum dimasukkan ke dalam ketel. Oleh karena itu manajemen harus memperhatikan material yang akan dibeli agar hal tersebut tidak terulang kembali.
44
Hasil
keputusan
bersama
dari
analisis
kecelakaan
tentang
kebocoran pipa rear pada ketel dengan menggunakan metode Fishbone Diagram yaitu dikarenakan air yang digunakan pada waktu pengoperasian ketel masih terdapat kandungan oksigennya sehingga jika dibiarkan lamakelamaan akan membuat korosi pada dinding pipa. Sehingga membuat pipa akan mengalami kebocoran. Oleh karena itu setelah dianalisa melalui analisis data dengan menggunakan metode SCAT di dapatkan rekomendasi bahwa manajemen harus memperhatikan material yang akan dibeli.
45
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan
1. PG. DJOMBANG BARU : A. Terdapat kejanggalan ketika waktu pekerjaan las selesai pukul 20.00 WIB dan secara tiba-tiba pukul 22.10 WIB muncul api di baggase reclamer. Sehingga dapat disimpulkan terdapat effect setelah adanya pekerjaan las yang terakhir Pada PG. Djombang Baru B. Tidak terdapatnya media pelindung untuk mengatasi percikan api pada ampas tebu yang mudah terbakar. C. Melakukan langkah pengamananan terhadap barang-barang mudah terbakar sebelum melakukan pekerjaan las dengan cara memindahkan barang atau melindunginya melindunginya dengan menggunakan blanket. 2. PG. NGADIREJO : A. Pada tanggal 29 Mei 2014 ketika melakukan proses giling secara tibatiba alat pada unit daerator ketel takuma rusak. B. Faktor usia menjadi penyebab utamanya alat pada unit daerator ketel takuma. C. Melakukan inspeksi rutin terhadap Ketel Takuma agar perawatan dan kontrol terhadap tangki tersebut tetap terjaga dengan baik. 3. PG. WATOETOELIS : A. Pada hari rabu, 12 Agustus 2015 terjadi jam berhenti yang dikarenakan adanya kebocoran pipa heater 1(satu) coil Ketel Uap Stork di PG. Watoetolis B. Pipa yang yang digunakan tidak sesuai dengan standart international C. Sebelum memasang pipa seharusnya diinspeksi terlebih dahulu untuk standart pipa yang akan digunakan dan melakukan inspeksi secara berkala.
46
4. PG. TOELANGAN : A. Pada hari senin tanggal 01 J uni 2015 pukul 03.30 telah terjadi kebakaran pada saat melakukan pemanasan 10 unit ketel. kete l. Hal tersebut diketahui oleh salah satu pekerja. B. Pekerja tidak mematuhi prosedur kerja ketika memasukan ampas tebu ke dalam dapur ketel. C. Perusahaan sebaiknya memberikan pelatihan dan alat atau perlengkapan yang lebih modern serta yang keselamatan pada diri pekerja juga terjaga. 5. PG PESANTREN BARU A. Pada hari kamis 10 September 2015 pukul 12.10 WIB dan pada hari sabtu tanggal 12 September 2015 pukul 08.05 WIB telah terjadi kebocoran pipa pada Ketel Takuma. B. Kandungan air yang digunakan untuk mengisi Tangki Ketel masih mengandung oksigen yang dapat menyebabkan korosi pada pipa. C. Pada PG. Pesantren Baru direkomendasikan bahwa sebaiknya pihak manajemen membelikan air untuk Boiler yang sudah tidak mengandung mineral dan oksigen agar tidak selalu terulang tentang masalah pipa bocor.
47
5.2 Saran 1. Perusahaan diharapkan dapat menerima masukan dari kami para mahasiswa demi kemajuan Pabrik Gula di PTPN X
48
DAFTAR PUSTAKA
Nancy R. Tague’s Tague’s The Quality Toolbox, Second Edition, ASQ Quality Press, 2005, pages 247 – 249. 249. Gupta,K.,Sleezer,C.M.,&RussEft,D.F.(2007).APracticalGuidetoNeedsAssessme nt.Pfeiffer
Hindri, A. (2006).
TEKNIK
ILUSTRASI
MASALAH – FISHBONE
DIAGRAMS, Magelang.
Jens J. Dahlgaard, Kai Kristensen and K. Kanji.(2007). F undame undamenta ntals ls of T ota otal .Taylor and Quality Quali ty M anag anagement, ment, Pr P r oce ocess Analysi A nalysiss and and I mpr mpr ovem ovement .Taylor Francis Group.London and New York. Tague, N. R. (2005). The Quality Toolbox . (2th ed). Milwaukee, Wisconsin : ASQ Quality Press. Scavarda, A. J. (2004). A Review of the Causal Mapping Practice and Research Literature . Department of Industrial Engineering, Pontifical
Catholic University of Rio de Janeiro http://asq.org/learn-about-quality/cause-analysistools/overview/ Fishbone.html Fishbone.html (diakses pada Rabu, 11 Januari 2016 pukul 03.02 p.m). Sklet, S. 2002. Methods for Accident Investigation . Trondheim : Norwegian University of Science and Technology
49
LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin 1 Pengambilan Data Pada Pabrik Gula PTPN X
50
Lampiran 2 Surat Ijin 2 Pengambilan Data Pada Pabrik Gula PTPN X
51
Lampiran 3 Data Tim Fishbone Diagram Dari Perusahaan HASIL KAJIAN DAN IDENTIFIKASI IDENTI FIKASI TERJADINYA KERUSAKAN PESAWAT KETEL UAP DENGAN METODE FISHBONE DI PABRIK GULA WILAYAH KERJA DI PTPN X
1. Diagram Fishbone Fishbone PG. Djombang Baru: Manusia Terlambat Makan Makan Kurang Istirahat
Mesin Kurangnya konsentrasi ketika melakukan pengelasan
Api las yang dikeluarkan tidak sesuai standart
Kurangnya pelatihan terhadap proses pengelasan
Pekerja tidak melaksanakan sesuai dengan intrusi kerja
Alat lasnya tidak layak pakai
Kebakaran Ketel Pada PG. Djombang Baru Belum tersedia SOP untuk pekerjaan las yang berada di atas
Terdapat bahan mudah terbakar ketika melakukan pekerjaan las
Ampas Tebu Kering
Metode
Lingkungan
2. Diagram Fishbone Fishbone PG. Ngadirejo Bahan
Manusia Kurangnya monitoring
Teralalu banyak kandungan Karbondiosida osida sehingga bersifat asam
Pekerja tidak ada di tempat ketika daerator mengalai overheating
Korosi
Minimnya pekerja
Tangki daerator ketel uap rusak di PG. Ngadirejo Keandalan alat Korosi
Inspeksi
Alat sudah berumur tua
Hanya secara visual
Pipa penyalur bocor
Daerator overheating Terdapat kotoran di dalam pipa penyalur
Metode
Valve macet Suply air terhambat
es n
52
3. Diagram Fishbone PG. Pesantren Baru
Metode
Manusia
Salah pengoperasian sistem pipa
Prosedur yang dipakai tidak sesuai
Manajemen yang tidak sesuai
Kerusakan Pipa Boiler Takuma di PG. Pesantren Kandungan air yang digunakan kurang sesuai Tidak ada tanda peringatan Bahan pipa yang tidak sesuai
Keandalan alat
Belum tersedia alarm Terdapat korosi
Bahan
Mesin
4. Diagram Fishbone PG. Toelangan Manusia
Metode Tidak ada pembatas antara sumber api dengan bahan bakar
Kurangnya berhati-hati ketika memasukkan bahan bakar ke dalam Boiler
Tidak terdapat pelindung bahan bakar
Prosedur pekerja memasukkan ampas tebu ke dalam Boiler
Terlalu kuat ketika melempar bahan bakar
Kebakaran ST. Ketel PG. Toelangan T oelangan
Bahan bakar terletak di dekat sumber api
Suhu di tempat kerja sangat tinggi
Membuat konsentrasi jadi kurang fokus
Bahan
Lingkungan
53
5. Diagram Fishbone PG. Watoetoelis
Metode
Manusia
Tidak menjalankan sesuai dengan SOP
Prosedurnya tidak sesuai
Kurang pelatihan
Kebocoran pipa superheater PG. Watoetoelis Tidak ada tanda bahaya Bahan pipa tidak memenuhi standart
Keandalan alat
Alarm tidak ada
Terdapat korosi Tidak ada alarm
Bahan
Maintenance tidak menyeluruh
Mesin
Tim Brainstorming dari setiap Pabrik Gula: 1. PG. Djombang Baru: Ir. M. Arif Efendi (GM) Ir. Arison Sianipar (Manajer) Arif Fadhilah (Asmen) 2. PG. Ngadirejo: Ir. Glenn Sorongan (GM) Ir. M. Kholik (Manajer) Mutholib (Asmen) 3. PG. Pesantren Baru: Ir. Eko Budi Junianto (GM) Ramelan S. Sinaga ST. (Manajer) Raji Ahmadi ST (Asmen) 4. PG. Toelangan Ir. Gatot S. (GM) Evan mulyawan amd (Manajer) Firman Maulana ST (Asmen) 5. PG. Watoe Toelis: Beny S (GM) Anton A (Manajer) Subhan ST (Asmen)
54
55
Lampiran 4 Data Peristiwa Kebakara n di PG. Djombang Baru Baru
56
57
58
Lampiran 5 Data Data Peristiwa Kerusakan Unit Daerator Ketel Takuma di PG. PG. Ngadirejo
59
Lampiran 6 Data Peristiwa Kebakaran Pipa Superheater di PG. Watoetoelis
60
Lampiran 7 Data Peristiwa Kebakaran di ST. Ketel PG. Toelangan
61
62
63
64
65
66
Lampiran 8 Data Peristiwa Kerusakan Pipa Boiler Takuma Kapasitas 75 T/J di PG. Pesantren
67
68