ESTETIKA
PEMBAHASAN TEORI ESTETIKA
Disusun oleh:
Rahadian Ario Baroto Seno
Fakultas Seni Rupa
Institut Kesenian Jakarta
2009
Pengantar
Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat yang telah di berikan kepada kita semua.
Saya ucapka terima kasih kepada Dosen pada mata kuliah Estetika yang telah memberikan pelajaran dan materi kepada saya yang berguna untuk menyelesaikan tugas ini.
Pada beberapa kali pertemuan perkuliahan banyak yang yang saya dapat tentang Estetika, yaitu beberapa teori Estetika dimulai dari Plato hingga Susanne K Lenger.
Saya telah menambahkan berbagai informasi yang saya dapat dari luar perkuliahan guna menyempurnakan makalah ini, dan semiga apa yang telah saya hasilkan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Apabila ada kesalah mohon dimaklumi, sekian dan terima kasih.
Pendahuluan
Apakah keindahan itu ?
Banyak teori yang diungkapkan oleh manusia dari sejak manusia dapat menciptakan bahasa dan hingga manusia rancuh akan keindahan karena telah banyak pergeseran budaya dalam masyarakat yang telah menciptakan banyak teori tentang keindahan.
Dari masa Plato hingga masa Susanne K Lenger, penalaran tentang keindahan tidak dapat dipishakan karena suamanya saling terkait dengan akar pemikiran yang hampir sama karena periode budaya yang terus mengalir dan tak hentinya hingga sekarang.
Dari semua teori tersebut tentu tidak ada yang benar sempurna ataupun salah sempurna karena relativitas dan sejarah manusia terus berjalan seiring dengan berkembangya kebudayaan manusia.
Maka dari sebab itulah saya akan membahas masalah diatas dengan teori-teori tentang keindahan yang telah saya dapat dari perkuliahan Estetika.
Pembahasan
Pemahaman seni yang dipaparkan Plato merupakan aliran pemahaman yang sama dengan filsafat seni rupa timur. Filsafat seni timur berkembang di Mesir, India, Yunani, Yunani mengalami perkembangan yang baik dalam filsafat seni dengan banyak menyerap filsafat dari wilayah timur seperti Filsafat seni dari Mesir (Mesir Kuno, Hermes).
Filsafat seni menurut Plato merupakan Nimesis ( Peniruan ), bahwa karya seni itu tidak ada yang baru, semua yang sudah tercipta sebelumnya sudah ada dahulu. Seniman merupakan peniru bentuk yang sudah ada.
Plato mengajarkan tentang Idea, bahwa filsafat berkesenian terdiri dari dua dunia, yaitu: dunia atas (idea), dan dunia bawah (dunia nyata).
Segala yang ada di dunia nyata itu bukanlah sesuatu yang baru, semuanya telah ada dan tercipta dalam dunia atas atau idea.
Contohnya adalah: "mengapa ada kursi". Ini merupakan tali penyambung antara idea dengan dunia nyata dan kursi tercipta bukan sesuatu yang baru karena telah lebih dulu tercipta dalam ide seseorang. Lalu apa yang tercipta dalam ide kursi ? Yang tercipta dalam ide kursi adalah "capek berdiri, maka membuat alat bantu untuk menghilangkan kecapekan tersebut".
Idea itu bersifat rohani, tak terlihat, hanya bisa dirasakan tanpa rabaan. Berbeda dengan dunia bawah yang lebih bersifat duniawi, bentuknya ada bisa dirasakan dengan indra-indra yang ada pada tubuh.
Yunani Kuno – Modern
Yunani kuno mempelajari filsafat seni dalam suatu kerangka kosmosentris (makrokosmos dan mikrokosmos). Yang menjadi pusat acuannya adalah alam sebagai makrokosmos dan manusia sebagai mikrokosmos. Ini juga sesuai dengan ajaran Hermes (Mesir kuno). As above, so below.
Abad pertengahan lebih berpusat pada Tuhan sebagai objek seni. Segala kegiatan berkesenian harus ditujukan pada Tuhan. Karena itu reflrksi tersebut lebih bersifat teosentris.
Masa modern bermula dengan munculnya Renaissance yang dimana dalam berkesenian tidak lagi berpusat pada Tuhan atau teosentri, tapi lebih pada antropos yaitu manusia. Manusia menjadi titik tolak dan pergerakan filsafat dan seni. Untuk memahami ajaran Plato mengenai dua dunia, haruslah memahami realitas. Realitas yang dimaksud bukanlah indrawi karena realitas indrawi merupakan perwujudan dari dunia idea yang bersifat kekal dan tak berubah.
Dunia realitas adalah merupkan tiruan dari dunia atas atau idea.
Dunia atas adalah roh, sejati, pengetahuan sejati, dan kebenaran absolute. Sedangkan dunia bawah adalah relative, sehari-hari, fana, relative, pendapat (doxa). Dinyatakan bahwa yang indah dan merupakan sumber keindahan adalah kesederhanaan. Keindahan sesungguhnya hanya ada di dunia Idea.
Hubungan antara dunia atas dan bawah memiliki timbale balik, seperti penguraiannya dibawah ini:
Paradigma : dunia atas menjadi contoh bagi dunia bawah.
Hadir pada : dunia atas selalu hadir pada dunia bawah.
Partisipasi : dunia bawah mengambil bagian di dunia atas.
Pandangan seni oleh Aristoteles berbeda dengan pandangan Plato gurunya. Plato memandang seni tidak dapat dianggap sebagai sumber ilmu pengetahuan karena didalam seni terdapat emosi, emosi tersebut dapat berdampak negative bagi yang menikmati seni tersebut (seni drama). Pandangan yang kontradiktif dengan Aristoteles yang menganggap seni itu merupakan ilmu pengetahuan.
Menurut Aristoteles, Plato dengan dunia ideanya merupakan kesalahan interpretasi terhadap kenyataan bahwa manusi dapat membentuk konsep universal tentang hal-hal yang empiris. Dalam artian, Aristoteles lebih bertolak dengan realitas indrawi. Dapat dilihat bahwa Aristoteles mementingkan penelitian di alam.
Metafisika Aristoteles
Dalam ajaran metafisiska Aristoteles berkata bahwa hakekat suatu benda, berada pada benda itu sendiri bukan seperti ajaran Plato mengenai dunia ideanya yang bastrak.
Aristoteles menciptkan pemahaman sebagai berikut:
Penyebab formal (causa formalis) : ini adalah bentuk yang menyusun bahan seperti kayu menjadi sebuah kursi.
Penyebab final ( causa finalis) : ini adalah tujuan yang menjadi arah seluruh kejadian. Misalnya kursi dibuat agar manusia dapat duduk / istirahat diatas kursi tersebut.
Penyebab efisien (causa efficiens) : ini adalah motor yang menjalankan kejadian dalam artian tentang kursi adalah tukang yang membuat kursi dari sebuah kayu.
Penyebab material (causa materialis) : ini adalah bahan dari mana benda tersebut dibuat.Misalnya bahan pembuat kursi adalah kayu, paku dan lain-lain. Penyebab material adalah factor yang menimbulkan adanya ketidakmantapan dalam suatu benda.
Sumber Estetika adalah sebagai berikut:
Tuhan menciptakan keindahan (Plato).
Seniman menemukan keindahan (Aristoteles).
Karya Seni memancarkan keindahan.
Penikmat Seni merasakan keindahan.
Dasar Pemikiran Susanne K Lenger
Menurut ia seni memiliki logikannya sendiri, yakni logika simbolis yang mampu menampilkan maslah-masalah etis secara khas. Estetika dapat menjadi jalan masuk ke bidang etika.
Pemahaman Lenger tentang Filsafat
Lenger menjauhakan filsafat dari proses ilmiah. Baginya filsafat merupakan sebuah proses untuk mendapatkan pengertian diluar pengalaman, bukan untuk mendapatkan pengalaman.
Filasafat mengambil ide dari orang yang mengekspresikan fakta dan hukum, kepercayaan hipotesis, dan bertanya apakah itu salah atau benar.
Langer menyatakan bahwa tugas dari filsafat adalah untuk merefleksikan maksud dari kata yang kita maksud untuk mengaplikasikannya pada pernyataan yang kita jelaskan. Yang secara harafiah ini berarti bahwa fokus penyelidikan filsafat yang berupa kata-kata tersebut lebih baik dari pada benda, perbuatan dan kepercayaan.
Secara keseluruhan, filsafat berusaha untuk tidak menutupi atau menyingkapkan realitas. Filsafat membuat urutan, sebuah proses dalam membangun pengertian diluar pengalaman.
Teori Simbol dan Estetika
S. Langer membedakan antar tanda dan simbol.
1. Tanda (sign)
Dipakai untuk menyatakan suatu hal, peristiwa atau keadaan. Tanda merujuk pada obyeknya, artinya antara tanda dan obyeknya terjalin suatu hubungan. Dan biasanya tanda merangsang subyek, si pengangkap tanda untuk bertindak. Ada dua macam tanda, yakni tanda alamiah dan tanda buatan. Coantoh: asap (tanda alamiah) ; peluit (tanda buatan).
2. Simbol
Lebih merujuk pada konsep. Sifatnya tidak terlalu merangsang subyek untuk bertindak, namun membuat kita untuk memahaminya. Simbol merupakan wahana khas bagi konsepsi manusia tentang obyek. Simbol lebih merupakan suatu representasi mental dari subyek.
Dua Macam Simbol
Simbol Diskursif
Simbol yang rasional atau yang dapat dimengerti secara nalar. Hal ini terungkap jelas dalam bahasa. Juga dalam analisis pernyataan-pernyataan dalam logika. Simbol ini pengungkapannya secara bertahap dan dapat ditangkap oleh kemampuan akal budi.
Simbol Representasional
Simbol ini penangkapannya tidak lewat intelek, tetapi spontan, dan intuitif langsung. Contoh dalam karya seni. Sebuah lukisan hanya dapat kita tangkap melalui arti keseluruhan, yaitu melalui hubungan antara-antara elemen-elemen simbol dalam struktur keseluruhan.
Clive Bell
Didalam estetika ada dua pendekatan untuk pemahaman karya seni. Yang pertama, yaitu langsung melihat tau meneliti keindahan dalam karya seni itu sendiri. Jadi, apabila seorang mengatakan suatu karya seni itu indah, artinya ia memang benar indah dari bendanya (karya seni) itu sendiri.
Yang kedua adalah melihat situasi rasa indah yang dialami oleh si subyek (pengalaman keindahan dari diri seseorang), sering dikenal dengan istilah pendekatan subyektif. Seorang seniman yang sudah bertahun-tahun menekuni seni lukis, ketika melihat sebuah lukisan akan merasakan dan mengatakan bagus. Berbeda dengan seorang montir mobil yang tidak mngerti apa-apa, ketika melihat lukisan yang sama mungkin reaksinya akan biasa-biasa saja. Karena si montir tidak memiliki pengalaman estetis seperti seniman tadi. Atau yang terjadi juga dapat sebaliknya, karena si seniman sudah terbiasa menekuni lukisan maka dia bila melihat lukisan yang sama mungkin reaksinya akan biasa-bias saja.
Dari penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa karya seni mampu memberi pengalaman keindahan dari zaman ke zaman.
Kita sebagai subyek yang mengamati karya seni yang sebagai obyek yang diamati. Maka didalam diri kita akan muncul reaksi-reaksi yang berpusat pada rasa, yang kemudian terfokus dalam pengalaman-pengalaman.
Jadi pengalaman estetis seseorang dengan yang lain tidaklah sama. Maka pengalaman seni adalah pengalaman yang sangat pribadi.
Keindahan menurut Clive Bell, hanya dapat ditemukan oleh orang yang dalam dirinya sendiri punya pengalaman estetis yang bisa mengenali wujud bermakna dalam suatu karya seni tertentu dengan getaran tau rangsangan keindahan.
Kesimpulan
Kata estetika diturunkan dari akar kata Yunani aisthetikos, yang berarti mengamati dengan indera (aisthanomai). Kata estetika terkait dengan kata aesthesis yang berarti pengamatan.
Beberapa definisi estetika
Estetika merupakan ilmu pengetahuan pengamatan ayau pengamatan indrawi.
Estetika adalaha renungan filosofi tentang seni atau filsafat seni.
Estetika adalah pengetahuan tentang yang indah.
Estetika hanya berurusan dengan keindahan seni.
Estetika adalah bagian dari ilmu nilai tetapi hanya berurusan dengan ilmu keindahan dan seni.
Estetika tidak hanya membicarakan karya-karya seni yang indah, tetapi juga membicarakan masalah cita rasa dan patokan dalam membuat pertimbangan atau penilaian tentang nilai seni.
Estetika tidak hanya menyelidiki yang baik tapi juaga yang buruk.
Estetika adalah teori tentang unsur apriori pada setiap pengalamana inderawi.
Estetika adalah penyelidikan tentang yang indah, penyelidikan tentang prinsip-prinsiplandasan seni, dan pengalaman yang berkaitan dengan seni, penciptaan seni, penilaian atau refleksi terhadap karya seni.
Daftar Pustaka
Ali, Matius., Estetika, Jakarta: Sanggar Luxor, 2004.