Bab I Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan Lanjut Usia (Lansia) di Indonesia, Lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih. Sedangkan menurut Departemen Kesehatan Indonesia tahun 2008 yang digunakan untuk pencatatan Kartu Menuju Sehat (KMS) Lansia di Puskesmas yaitu usia pra lansia 45-59 tahun; lansia 6069 tahun; dan lansia risiko tinggi 70 tahun atau lebih. 1 Menurut World Health Organization Organization (WHO), dalam lima tahun jumlah populasi di atas 65 tahun lebih banyak dibandingkan dengan anak usia kurang dari 5 tahun. Jumlah penduduk dunia di ata s 65 tahun diperkirakan sekitar 524 juta pada tahun 2010 (8% populasi dunia), dan diperkirakan akan menjadi 1,5 miliar pada tahun 2050, dengan jumlah yang paling banyak dari negara berkembang. Hal ini diperkirakan karena menurunnya angka kelahiran dan meningkatnya usia harapan hidup. 2 Hasil sensus penduduk pada tahun 2010, menunjukkan bahwa Indonesia termasuk lima besar negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di dunia yaitu 18,1 juta jiwa (7,6% dari total penduduk), dan terbanyak keempat di Asia setelah China, India, dan Jepang. Pada tahun 2014, jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia menjadi 20,24 juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2025, jumlahnya akan mencapai 36 juta jiwa. 3 Seiring
meningkatnya
derajat
kesehatan
dan
kesejahteraan
penduduk
akan
berpengaruh pada peningkatan usia harapan hidup (UHH) di Indonesia. Berdasarkan laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa 2011, pada tahun 2000-2005 UHH adalah 66,4 tahun (dengan persentase populasi lansia tahun 2000 adalah 7,74%). Begitu pula dengan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) terjadi peningkatan UHH. Pada tahun 2000 UHH di Indonesia adalah 64,5 tahun (dengan persentase populasi lansia adalah 7,18%). Angka ini meningkat menjadi 69,43 tahun pada tahun 2010 (dengan persentase populasi lansia adalah 7,58%). Usia harapan hidup penduduk Indonesia diproyeksikan akan terus meningkat, sehingga persentase penduduk Lansia terhadap total penduduk penduduk diproyeksikan terus meningkat.4 Berdasarkan data Susenas 2014, jumlah lansia di Indonesia mencapai 20,24 juta jiwa, setara dengan 8,03% dari seluruh penduduk Indonesia tahun 2014. Jumlah lansia perempuan lebih besar daripada laki-laki, yaitu 10,77 juta lansia perempuan dibandingkan 9,47 juta lansia laki-laki. Adapun lansia yang tinggal di pedesaan sebanyak 10,87 juta jiwa, lebih
1
banyak daripada lansia yang tinggal di perkotaan sebanyak 9,37 juta jiwa. Data tersebut menunjukkan peningkatan bila dibandingkan dengan hasil Sensus Penduduk tahun 2010. 5 Provinsi dengan usia harapan hidup yang lebih tinggi juga mempunyai jumlah penduduk lanjut usia yang lebih banyak. Suatu Suatu wilayah disebut berstruktur tua jika persentase lanjut usianya lebih dari 7 persen. Menurut data Susenas tahun 2016, didapatkan 11 provinsi dengan jumlah proporsi lansia di atas 7%. Empat provinsi dengan proporsi lansia terbesar adalah DI Yogyakarta (13,05%), Jawa Tengah (11,11%), Jawa Timur (10,96%), dan Bali (10,05%). Diikuti oleh Sulawesi Utara (9,11%), Sulawesi Selatan (8,55%), Sumatera Barat (8,40%), Jawa Barat (7,58%), Lampung (7,48%), Nusa Tenggara Barat (7,39%), Nusa Tenggara Timur (7,37%). 5 Jumlah lanjut usia yang terus meningkat dapat menjadi aset bangsa bila sehat dan produktif. Namun Lansia yang tidak ti dak sehat dan tidak mandiri akan berdampak besar terhadap kondisi sosial dan ekonomi bangsa. Pada Lansia, makin besar kemungkinan mengalami permasalahan fisik, jiwa, spiritual, ekonomi dan sosial. Masalah kesehatan pada lanjut usia berawal dari kemunduran sel-sel tubuh, sehingga fungsi dan daya tahan tubuh menurun serta faktor risiko terhadap penyakit pun meningkat. Berdasarkan riset kesehatan dasar (riskesdas) tahun 2016, penyakit terbanyak pada lanjut usia terutama adalah penyakit tidak menular antara lain hipertensi, osteoartritis, masalah gigi-mulut, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) dan Diabetes Mellitus (DM). 6 Masalah utama bagi para lanjut usia adalah pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan, oleh karena itu perlu dikembangkan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan upaya peningkatan, pencegahan, dan pemeliharaan kesehatan di samping upaya penyembuhan dan pemulihan. Berdasarkan UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia harus ditujukan untuk menjaga agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial maupun ekonomis. Selain itu, pemerintah wajib menjamin ketersediaan pelayanan kesehatan dan memfasilitasi kelompok lanjut usia untuk dapat tetap hidup mandiri dan produktif. 6 Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kutawaluya pada tahun 2016 yaitu sebesar 32.778 jiwa. Data jumlah penduduk yang yang termasuk Pralansia dan Lansia adalah sebanyak 7.895 7.895 jiwa (24,08%). (24,08%). Dari jumlah tersebut, hanya hanya 1216
jiwa (15,40%) yang yang
mendapat pelayanan kesehatan usia lanjut dari target pencapaian 70%. Oleh karena itu, diperlukan evaluasi Program Upaya Kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas Kecamatan Kutawaluya periode April 2016 sampai dengan Maret 2017 untuk mengetahui masalah dan penyelesaian masalah dalam program ini.7 2
1.2
Rumusan masalah
1.2.1
Menurut World Health Organization (WHO), jumlah penduduk dunia di atas 65 tahun sekitar 524 juta pada tahun 2010 (8% populasi dunia), dan diperkirakan akan menjadi 1,5 miliar pada tahun 2050.
1.2.2
Hasil sensus penduduk pada tahun 2010, Indonesia termasuk lima besar negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di dunia yaitu 18,1 juta jiwa.
1.2.3
Usia harapan hidup di Indonesia meningkat menjadi 69,43 tahun pada tahun 2010, dan diproyeksikan akan terus meningkat, sehingga persentase penduduk Lansia terhadap total penduduk diproyeksikan meningkat pula.
1.2.4
Berdasarkan data Susenas 2014, jumlah lansia di Indonesia mencapai 20,24 juta jiwa, setara dengan 8,03% dari seluruh penduduk Indonesia tahun 2014.
1.2.5
Jawa Barat menduduki peringkat ke-8 dengan jumlah Lansia terbanyak di Indonesia, yaitu sekitar 7,58%.
1.2.6
Dari jumlah Pralansia dan Lansia sebanyak 7.895 jiwa pada tahun 2016, hanya 1216 jiwa (15,40%) yang mendapat pelayanan kesehatan usia lanjut dari target pencapaian 70%.
1.2.7
Belum diketahuinya tingkat keberhasilan, masalah, penyebab masalah dan penyelesaian masalah mengenai program upaya kesehatan usia lanjut di wilayah kerja Puskesmas Kutawaluya, Kabupaten Karawang periode April 2016 sampai dengan Maret 2017.
1.3
Tujuan 1.3.1
Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan, masalah, penyebab masalah dan penyelesaian masalah mengenai program upaya kesehatan usia lanjut di wilayah kerja Puskesmas Kutawaluya, Kabupaten Karawang periode April 2016 sampai dengan Maret 2017 dengan menggunakan pendekatan sistem. 1.3.2
Tujuan Khusus
1.3.2.1 Diketahuinya frekuensi pelaksanaan kegiatan selama satu periode di wilayah kerja Puskesmas Kutawaluya periode April 2016 sampai dengan Maret 2017. 1.3.2.2 Diketahuinya jumlah kehadiran kader pada saat pelaksanaan kegiatan di wilayah kerja Puskesmas Kutawaluya periode April 2016 sampai dengan Maret 2017.
3
1.3.2.3 Diketahuinya cakupan penimbangan dan pengukuran tinggi badan Lansia di wilayah kerja Puskesmas Kutawaluya periode April 2016 sampai dengan Maret 2017. 1.3.2.4 Diketahuinya cakupan pemeriksaan kesehatan pada Lansia di wilayah kerja Puskesmas Kutawaluya periode April 2016 sampai dengan Maret 2017. 1.3.2.5 Diketahuinya cakupan pemeriksaan laboratorium sederhana (protein urin, Hb, dan gula darah) pada Lansia di wilayah kerja Kutawaluya periode April 2016 sampai dengan Maret 2017. 1.3.2.6 Diketahuinya cakupan penyuluhan pada Lansia di wilayah kerja Puskesmas Kutawaluya periode April 2016 sampai dengan Maret 2017. 1.3.2.7 Diketahuinya jenis kegiatan sektor terkait di wilayah kerja Puskesmas Kutawaluya periode April 2016 sampai dengan Maret 2017.
1.4
Manfaat Evaluasi 1.4.1
Bagi Evaluator
1.4.1.1 Menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama kuliah. 1.4.1.2 Mengetahui kendala yang dihadapi dalam mengambil langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, antara lain perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. 1.4.1.3 Mengetahui sedikit banyaknya kendala yang dihadapi dalam menjalankan program Puskesmas khususnya pada upaya kesehatan usia lanjut. 1.4.2
Bagi Puskesmas
1.4.2.1 Mengetahui masalah-masalah yang terdapat pada program upaya kesehatan usia lanjut di Puskesmas Kutawaluya disertai dengan usulan atau saran sebagai pemecahan masalahnya. 1.4.3
Bagi Masyarakat
1.4.3.1 Meningkatnya derajat kesehatan khususnya pada lanjut usia di Kutawaluya. 1.4.3.2 Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat dalam memahami dan mengatasi masalah kesehatan pada Lansia. 1.4.4
Bagi Fakultas Kedokteran Ukrida
1.4.4.1 Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang kesehatan.
4
1.5
Sasaran
Seluruh penduduk laki-laki dan perempuan yang berusia 45-59 tahun (praLansia), berusia 60-69 tahun (Lansia), Lansia risiko tinggi yang berusia ≥ 70 tahun atau ≥ 60 tahun dengan masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Kutawaluya periode April 2016 sampai dengan Maret 2017.
5
Bab II Materi dan Metoda
2.1 Materi
Materi yang digunakan untuk evaluasi dalam program ini terdiri dari catatan hasil kegiatan bulanan Puskesmas mengenai program Upaya Pelayanan Kesehatan Lansia di wilayah kerja Puskesmas Kutawaluya, Kabupaten Karawang periode April 2016 sampai dengan Maret 2017, yang berisikan mengenai: 1. Frekuensi pertemuan 2. Jumlah kehadiran kader saat pertemuan 3. Jumlah lansia yang mendapat penimbangan berat badan dan tinggi badan 4. Jumlah lansia yang mendapat pemeriksaan kesehatan 5. Jumlah lansia yang mendapat pemeriksaan laboratorium sederhana 6. Jumlah lansia yang mendapat penyuluhan 7. Jenis kegiatan sektor terkait
2.2 Metoda
Evaluasi program ini dilaksanakan dengan cara mengumpulkan data cakupan kegiatan pada “Puskesmas Santun Lanjut Usia” di Puskesmas Kutawaluya, Kabupaten Karawang periode April 2016 sampai dengan Maret 2017. Data tersebut diolah, dianalisis, dan diinterpretasikan dengan menggunakan pendekatan sistem. Hasil cakupan kegiatan yang didapat dibandingkan dengan tolok ukur yang telah ditetapkan sehingga dapat ditemukan masalah yang ada dari pelaksanaan program “Puskesmas Santun Lanjut Usia” di Puskesmas Kecamatan Kutwaluya. Lalu dibuat usulan dan saran sebagai pemecahan masalah tersebut berdasarkan penyebab masalah yang ditemukan dari unsur-unsur sistem.
6
Bab III Kerangka Teoritis 3.1 Bagan Teori
Gambar 1. Pendekatan Sistem
Telah disebutkan bahwa sistem terbentuk dari bagian atau elemen yang saling berhubungan dan mempengaruhi. Adapun yang dimaksud dengan bagian atau elemen tersebut ialah sesuatu yang mutlak harus ditemukan, yang jika tidak demikian, maka tidak ada yang disebut dengan sistem tersebut. Bagian atau elemen tersebut banyak macamnya, yang jika disederhanakan dapat dikelompokkan dalam enam unsur saja yakni: 1. Masukan (input ), adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut, terdiri dari tenaga, sarana, dana dan metode. 2. Proses ( process), adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang sudah direncanakan. 3. Keluaran (output ), adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam sistem. 4. Lingkungan (environment ), adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem, terdiri dari lingkungan fisik dan non fisik. 5. Umpan balik ( feedback ), adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut. 6. Dampak (impact ), adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu siste m.
3.2 Tolok Ukur
Tolok ukur terdiri dari variabel masukan, proses, keluaran, lingkungan, dan umpan balik. Digunakan sebagai pembanding atau target yang harus dicapai dalam program Upaya Kesehatan Lanjut Usia. 7
Bab IV Penyajian Data
4.1 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam evaluasi ini diambil dari data sekunder yang berasal dari: 1. Laporan bulanan kegiatan Lansia di wilayah kerja Puskesmas Kutawaluya, Kabupaten Karawang periode April 2016 sampai dengan Maret 2017. 2. Data demografi Puskesmas Kutawaluya tahun 2016.
4.2 Data Umum 4.2.1 Data Geografis A. Lokasi Puskesmas
Lokasi gedung Puskesmas Kutawaluya
terletak di
Jl. Raya sampalan,
Kecamatan Kutawaluya, Kabupaten Karawang yaitu terletak di tepi jalan utama yang menghubungkan beberapa kecamatan khususnya Rengasdengklok – Rawamerta. B. Luas dan Batas wilayah kerja
Wilayah kerja Puskesmas Kutawaluya meliputi lahan pertanian 1.638 ha dan tanah darat 702 ha, atau keseluruhannya 2.340 ha. Lokasi Puskesmas termasuk wilayah desa Sampalan, dengan batas-batas sebagai berikut:
-
Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah kerja PKM Kutamukti
-
Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah kerja PKM Rawamerta
-
Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah kerja PKM Rengasdengklok
-
Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah kerja PKM Kertamukti
Wilayah Administrasi Puskesmas Kutawaluya mencakup 7 desa sebagai berikut (Lampiran 2): 1. Desa Waluya 2. Desa Sampalan 3. Desa Sindangsari 4. Desa Sindangkarya 5. Desa Sindangmulya 6. Desa Sindangmukti 7. Desa Mulyajaya
8
4.2.2 Iklim
Sesuai dengan bentuk morfologinya, Kutawaluya merupakan dataran rendah dengan temperatur udara rata-rata 27-29 ºC. 4.2.3 Data Demografi
Jumlah penduduk Wilayah Kelurahan Kutawaluya adalah 32.778 jiwa, yang terdiri dari :
-
Jumlah RW
: 31 RW
-
Jumlah RT
: 96 RT
-
Jumlah penduduk laki-laki
: 15.007 orang
-
Jumlah penduduk perempuan
: 15.754 orang
-
Jumlah KK
: 10.007 KK
-
Jumlah rumah
: 8.122 rumah
Penduduk berpendidikan SD sebesar 37,48 %
Penduduk mempunyai mata pencaharian sebagai petani sebesar 29,34%
Sebagian besar penduduk di Kutawaluya adalah penduduk miskin yaitu sebesar 65,20%.
4.2.4
Data Fasilitas Kesehatan
Jenis sarana kesehatan yang tersedia di wilayah kerja Puskesmas Kutawaluya antara lain (Lampiran 1):
-
Posyandu
: 40
-
Poskesdes
:7
-
Desa yang melaksanakan P4K
:7
-
Jenis Puskesmas: a. Puskesmas Rawat Inap
:1
b. Puskesmas PONED
:1
c. Puskesmas melaksanakan penyeklaaan fasilitatif
:1
-
Ruang bersalin di puskesmas
:1
-
Praktek perorangan: a. Dokter Umum
:3
b. Dokter Gigi
:1
9
4.3 Data Khusus 4.3.1
Masukan
1. Tenaga (man) -
Dokter Umum
: 1 orang
-
Bidan Desa
: 7 orang
-
Kader
: 7 orang/posbindu
-
Koordinator Lansia
: 1 orang
2. Dana (money)
APBD
: Ada
Bantuan Operasional Kesehatan
: Ada
3.
Sarana (material ) a. Medis
Stetoskop Dalam gedung
: 1 buah
Luar gedung
: 1 buah
Tensimeter Dalam gedung
: 1 buah
Luar gedung
: 1 buah
Alat Timbangan Berdiri Dalam gedung
: 1 buah
Luar gedung
: 1 buah
Pengukur Tinggi Badan Dalam gedung
: 1 buah
Luar gedung
: Ada
Termometer Dalam gedung
: 1 buah
Luar gedung
: 1 buah
KMS Lansia Dalam gedung
: Tidak ada
Luar gedung
: Tidak ada
Laboratorium sederhana Dalam gedung
: Ada
Luar gedung
: Tidak ada 10
b. Non medis
Alat Tulis
: Ada
Meja
: Ada
Kursi
: Ada
Leaflet
: Tidak ada
Poster
: Tidak ada
Loket pendaftaran khusus Lansia
: Tidak ada
Poliklinik khusus Lansia
: Tidak ada
Apotik khusus Lansia
: Tidak ada
Ruang konseling khusus Lansia
: Tidak ada
Buku pemantauan kesehatan pribadi: Ada
Buku pencatatan kegiatan
: Ada
4. Metode / method (Lampiran 1)
Frekuensi pertemuan atau pelaksanaan kegiatan Frekuensi pertemuan dijadwalkan secara teratur minimal 1x perbulan untuk setiap desa.
Jumlah kehadiran kader Jumlah kader yang hadir pada setiap pertemuan kegiatan lansia dihitung.
Penimbangan dan pengukuran tinggi badan Penimbangan dilakukan dengan cara lansia berdiri tegak tanpa alas kaki kemudian tinggi badan diukur dengan menggunakan alat pengukur tinggi badan. Hasil pengukuran berat dan tinggi badan dicantumkan ke dalam KMS Lansia.
Pemeriksaan kesehatan berkala Pemeriksaan
kesehatan
berkala
dilakukan
dengan
cara
melakukan
pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan status mental dan mencatat keluhan Lansia pada saat datang ke puskesmas atau pada saat hadir pada kegiatan Posbindu yang dilakukan sebulan sekali di tiap desa kemudian dicantumkan ke dalam buku pemantauan kesehatan pribadi pribadi Lansia.
Pemeriksaan laboratorium Dilakukan atas indikasi pada pasien yang berobat, atau ada rujukan dari balai pengobatan umum Puskesmas ataupun Posbindu yang dilakukan di tiap desa.
11
Penyuluhan Penyuluhan dilakukan baik secara perorangan dan kelompok di dalam maupun di luar gedung. Penyuluhan secara perorangan di dalam gedung dilakukan pada setiap pasien yang datang berobat ke balai pengobatan puskesmas atau pada saat adanya pertemuan dengan petugas kesehatan dari Puskesmas di hari pelaksanaan Posbindu. Sedangkan untuk penyuluhan kelompok dilakukan saat Posbindu yang diadakan tiap bulan, dengan topiktopik mengenai penyakit-penyakit yang sering pada Lansia dan bagaimana cara Lansia dalam memperbaiki kualitas hidup supaya terhindar dari penyakit tersebut.
Pencatatan dan pelaporan Pencatatan dilakukan di register pasien Lansia yang datang berobat, KMS Lansia, formulir Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP), kartu berobat Lansia yang datang ke Balai Pengobatan Puskesmas, dan dilakukan setiap hari kerja pada jam kerja petugas. Sedangkan untuk pelaporan dilakukan setiap satu bulan sekali ke Dinas Kesehatan Karawang.
Senam Lansia Kegiatan olahraga antara lain senam, gerak jalan santai, dan lain sebagainya untuk meningkatkan kebugaran.
Pelaksanaan kegiatan lintas sektoral Kegiatan lintas sektoral dalam upaya kesehatan lanjut usia dilakukan dengan pengajian dan ceramah agama yang diberikan oleh tokoh-tokoh agama setempat di luar puskesmas.
4.3.2
Proses
a.
Perencanaan / plannin (Lampiran 1)
1. Frekuensi pertemuan atau pelaksanaan kegiatan Dilakukan kegiatan posbindu menggunakan sistem 5 meja di masing-masing desa yang dilakukan oleh kader didampingi petugas program Lansia dari Puskesmas Kutawaluya. Penjadwalan kegiatan di luar gedung yaitu Posbindu yang dilakukan pada pukul 08.00-11.00 WIB. 2. Jumlah kehadiran kader Jumlah kader yang hadir pada setiap kegiatan Posbindu adalah 5 orang di setiap desa. 12
3. Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan Di dalam gedung dilakukan setiap hari kerja oleh dokter atau perawat di Puskesmas Kutawaluya pada pukul 08.00-14.30. Di luar gedung dilakukan 1 bulan sekali dengan mengukur berat badan Lansia menggunakan alat timbangan berat badan oleh bidan desa atau kader di masing-masing posbindu pada pukul 08.00-11.00. 4. Pemeriksaan kesehatan berkala Di dalam gedung dilakukan setiap hari kerja oleh dokter atau perawat di Puskesmas Kutawaluya pada pukul 08.00-14.30 WIB. Di luar gedung dilakukan 1 kali setiap bulan saat kegiatan Posbindu Lansia di setiap desa oleh bidan desa dan kader ataupun perawat/bidan dari Puskesmas Kecamatan Kutawaluya pukul 08.00-11.00. 5. Pemeriksaan laboratorium Akan dilakukan pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan gula darah, kadar hemoglobin dan pemeriksaan protein urine setiap hari kerja oleh petugas laboratorium di Puskesmas Kutawaluya pukul 09.00-14.30. Kegiatan ini rutin dilaksanakan setiap 3 bulan sekali. 6. Penyuluhan Di dalam gedung: Penyuluhan secara perorangan dilakukan oleh petugas kesehatan, baik dokter maupun perawat, pada setiap pasien yang datang berobat ke BP puskesmas Senin-Sabtu pukul 08.00-14.30 WIB setelah selesai dilakukan pemeriksaan. Penyuluhan kelompok dilakukan 1 bulan sekali, melalui acara program pengelolaan penyakit kronis (PROLANIS) setiap hari Kamis minggu ke-4. Di luar gedung: Penyuluhan akan dilakukan 1 kali setiap bulan di setiap desa saat kegiatan posbindu atau pertemuan lain oleh dokter, bidan desa, kader, ataupun staf dari Puskesmas Kecamatan Kutawaluya, pukul 08.00-11.00 WIB. Materi penyuluhan yang disampaikan oleh petugas kesehatan meliputi penyakit penyakit yang sering diderita oleh Lansia, makanan sehat yang dianjurkan, makanan yang perlu dibatasi/dipantang, PHBS, dan masalah kesehatan lainnya.
13
7. Pencatatan dan pelaporan Pencatatan akan dilakukan oleh bidan atau petugas pada formulir SP2TP, KMS Lansia dan register pasien setiap hari kerja pukul 08.00 – 14.30 WIB. Dan akan dilaporkan pada akhir bulan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang oleh bidan atau petugas program Upaya Kesehatan Lansia di Puskesmas Kutawaluya.
b. Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian tertulis dalam melaksanakan program Upaya Kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas Kutawaluya, Karawang, tahun 2017. Kepala puskesmas Wawan Gunawan, MKM Tata Usaha
Koordinator Upaya Kesehatan Usia Lanjut Nana Surjana, AMK
Kader terlatih
Bagan 1. Pengorganisasian bagian Upaya Kesehatan Lanjut Usia Puskesmas Kecamatan Kutawaluya
c. Penggerak Pelaksanaan ( actuating)
Frekuensi pertemuan Pertemuan dilaksanakan sesuai jadwal yang sudah ditentukan, yaitu Posbindu dilakukan 1 bulan sekali untuk setiap desa.
Jumlah kehadiran kader Jumlah kader yang hadir pada setiap kegiatan Posbindu adalah 5 orang.
Penimbangan dan pengukuran tinggi badan. Di dalam gedung : Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dilakukan pada Lansia baru yang berobat ke balai pengobatan puskesmas.
14
Di luar gedung : Dilakukan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan pada semua Lansia yang datang ke Posbindu oleh bidan desa bersama dengan kader pada pukul 08.00 – 11.00 WIB.
Pemeriksaan kesehatan berkala Di dalam gedung : Dilakukan setiap hari kerja oleh dokter umum dibantu oleh perawat di balai pengobatan di Puskesmas Kutawaluya pada pukul 08.00 – 14.30 WIB. Di luar gedung: Adanya jadwal yang pasti untuk dilakukannya kegiatan ini, selalu dilakukan 1 bulan sekali oleh dokter, bidan desa, atau perawat yang bertugas bersama dengan kader di masing-masing Posbindu pada pukul 09.00 – 11.00 WIB.
Pemeriksaan laboratorium Di dalam gedung: Dilakukan setiap hari kerja oleh petugas laboratorium Puskesmas Kutawaluya pada pukul 08.00 – 14.30 WIB. Di luar gedung: Dilakukan pemeriksaan kadar gula darah sewaktu (GDS) dan asam urat dengan menggunakan stick indikator GDS dan asam urat oleh dokter, bidan desa, atau perawat yang bertugas bersama dengan kader di masingmasing Posbindu setiap 1 bulan sekali pada pukul 09.00 – 11.00.
Penyuluhan tentang kesehatan Di dalam gedung: Penyuluhan secara perorangan dilakukan oleh petugas kesehatan, baik dokter maupun perawat, pada setiap pasien yang datang berobat ke BP puskesmas Senin-Sabtu pukul 08.00-14.30 WIB setelah selesai dilakukan pemeriksaan. Penyuluhan kelompok dilakukan 1 bulan sekali, melalui acara program pengelolaan penyakit kronis (PROLANIS) setiap hari Kamis minggu ke-4.
15
Di luar gedung : Penyuluhan dilakukan 1 kali setiap bulan di setiap desa saat kegiatan posbindu atau pertemuan lain oleh dokter, bidan desa, kader, ataupun staf dari Puskesmas Kecamatan Kutawaluya, pukul 08.00-11.00 WIB. Materi penyuluhan yang disampaikan oleh petugas kesehatan meliputi penyakit penyakit yang sering diderita oleh Lansia, makanan sehat yang dianjurkan, makanan yang perlu dibatasi/dipantang, PHBS, dan masalah kesehatan lainnya.
Senam pada Lansia Dilakukan 1 bulan sekali oleh kader Puskesmas yang telah dibimbing di masing-masing posbindu.
Pelaksanaan kegiatan lintas sektoral Dilakukan pengajian agama rutin 1 kali setiap bulan oleh tokoh masyarakat di setiap desa.
d. Pengawasan (Monitoring)
Pencatatan dan pelaporan -
Bulanan dan triwulanan.
Rapat -
Rapat evaluasi bulanan dilakukan pada akhir tiap bulan pada hari kamis.
4.3.3 Keluaran
a. Frekuensi Pertemuan: pada setiap Posbindu dilakukan 12 kali pertemuan dalam setahun. b. Kehadiran kader saat pertemuan: >3 orang
16
c. Cakupan Pelayanan Kesehatan : 1. Cakupan Lansia yang mendapat penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan
Cara hitung : CB =
A
x 100%
B Keterangan :
CB = Cakupan penimbangan
A = Jumlah Lansia yang ditimbang BB dan diukur TB dalam setahun (periode April 2016 sampai dengan Maret 2017)
B = Jumlah anggota Lansia
Jumlah Lansia yang ditimbang dari Periode April 2016 sampai dengan Maret 2017 = 3.783 jiwa Jumlah anggota Lansia= 7.895 jiwa CB = 3,783 x 100% 7.895 = 47.91 % Cakupan penimbangan BB dan pengukuran TB pada Lansia 47.91 % 2. Cakupan Lansia yang mendapat pemeriksaan kesehatan
Cara hitung : CK =A x 100% B Keterangan :
CK = Cakupan Lansia yang mendapat pemeriksaan kesehatan
A = Jumlah lanjut usia yang diperiksa kesehatan dalam setahun (periode April 2016 sampai dengan Maret 2017)
B = Jumlah anggota Lansia.
Jumlah Lansia yang diperiksa kesehatan periode April 2016 sampai dengan Maret 2017 = 4.596 jiwa Jumlah anggota Lansia = 7.895 jiwa CK = 4.596 x100% 7.895 = 58,21 % Cakupan Lansia yang mendapat pemeriksaan kesehatan sebesar = 58,21 %
17
3. Cakupan pemeriksaan laboratorium sederhana
Cara hitung : CL =A x 100% B Keterangan :
CL = Cakupan pemeriksaan laboratorium sederhana
A = Jumlah lanjut usia yang diperiksa laboratorium minimal 1 kali setahun (periode April 2016 sampai dengan Maret 2017)
B = Jumlah anggota Lansia.
Jumlah Lansia yang diperiksa laboratorium dalam periode April 2016 sampai dengan Maret 2017 = 229 orang Jumlah anggota Lansia = 7.895 orang CL = 229 x 100% 7.895 = 2,90 % Cakupan Lansia yang diperiksa laboratorium sebesar 2,90 %. 4. Cakupan penyuluhan
Cara hitung : CP =
A
x 100%
B Keterangan :
CP = Cakupan Lansia yang mendapat penyuluhan.
A = Jumlah Lansia yang mendapat penyuluhan dalam setahun (periode April 2016 sampai dengan Maret 2017)
B = Jumlah anggota kelompok
Jumlah Lansia yang mendapat penyuluhan dalam periode April 2016 sampai dengan Maret 2017 = 3.878 orang Jumlah anggota Lansia = 7.895 orang CP = 3.878 x 100% 7.895 = 49,11 % Cakupan Lansia yang mendapat penyuluhan sebesar 49,11 %. 5. Senam Lanjut Usia
Dilakukan sekali dalam sebulan di setiap posbindu.
18
6. Kegiatan Lintas Sektoral
Dilakukan pengajian agama rutin 1 kali setiap bulan oleh tokoh masyarakat di setiap desa.
4.3.4 Lingkungan 1. Lingkungan Fisik
-
Lokasi : Terdapat beberapa lokasi yang memiliki daerah akses yang jauh dan sulit terutama saat musim penghujan
-
Transportasi : Sarana transportasi umum hanya ojeg, tidak semua jalan dapat dilalui dengan kendaraan roda empat.
-
Fasilitas kesehatan : Terdapat fasilitas kesehatan lain seperti klinik dan praktik dokter/bidan dan bekerja sama dengan baik.
2. Lingkungan non Fisik
-
Sosial budaya : Tidak menghambat program.
-
Sosial ekonomi : Menghambat program karena mayoritas memiliki tingkat sosial ekonomi rendah.
-
Status pendidikan : Rata-rata penduduk di wilayah Kutawaluya berstatus pendidikan rendah.
4.3.5 Umpan balik
- Adanya pencatatan dan pelaporan tiap bulan sebagai masukan dalam perencanaan program Upaya Kesehatan Lanjut Usia selanjutnya.
- Adanya rapat kerja bulanan yang membahas laporan kegiatan setiap bulannya untuk monitoring dan mengevaluasi program yang telah dijalankan.
4.3.6 Dampak a. Dampak langsung
Diharapkan menurunnya angka morbiditas dan mortalitas Lansia. b. Dampak tidak langsung
Diharapkan meningkatnya usia harapan hidup (UHH) di Indonesia.
19
Bab V Pembahasan
5.1
Masalah Menurut Variabel Keluaran
No.
Variabel
Cakupan frekuensi
1.
Tolok Ukur
Pencapaian
Masalah
70%
47,91 %
(+) 31,55%
70%
58,21 %
(+) 16,84%
70%
2,90 %
(+) 95,85%
70%
49,11 %
(+) 29,84%
penimbangan Cakupan pemeriksaan
2.
kesehatan Cakupan pemeriksaan
3.
laboratorium Cakupan penyuluhan
4.
5.2
Masalah Menurut Variabel Masukan
No 1.
Variabel
Pencapaian
Masalah
Sarana (Non Medis)
Leaflet
Ada
Tidak ada
(+)
Poster
Ada
Tidak ada
(+)
Loket pendaftaran khusus Lansia
Ada
Tidak ada
(+)
Apotik khusus Lansia
Ada
Tidak ada
(+)
Poliklinik khusus Lansia
Ada
Tidak ada
(+)
Ruang konseling khusus Ada
Tidak ada
(+)
Ada
Tidak ada
(+)
Ada
Tidak ada
(+)
Lansia 2.
Tolok Ukur
Sarana Medis
KMS
Laboratorium sederhana luar gedung
20
5.3 No.
1
Masalah Menurut Variabel Proses Variabel
Tolok Ukur
Pencapaian
Penimbangan dan
Dilakukan 1 kali setiap
Tidak semua lansia di
pengukuran tinggi
bulan saat kegiatan
timbang dan diukur
badan
Posbindu di setiap desa
tinggi badannya yang
oleh bidan desa dan
berobat ke Puskesmas
kader ataupun
dan Posbindu.
Masalah
(+)
perawat/bidan dari Puskesmas.
2
Pemeriksaan
Dilakukan pemeriksaan
Tidak ada laboratorium
laboratorium
laboratorium berkala
sederhana luar gedung,
setiap 1 tahun pada
dan tidak terdapat
Lansia.
rujukan dari
(+)
kader/bidan desa. Pemeriksaan hanya atas indikasi penyakit saja.
3.
4.
Penyuluhan
Pengorganisasian
Dilakukan kunjungan
Tidak ada kegiatan
ke rumah untuk Lansia
penyuluhan ke rumah
yang tidak datang ke
bagi Lansia yang tidak
pertemuan.
hadir.
Terdapat pengaturan,
Tidak terdapat
pembagian tugas yang
pembagian tugas
teratur.
secara tertulis pada
(+)
(+)
struktur dalam melaksanakan tugasnya dan petugas Lansia hanya 1 orang.
21
Bab VI Perumusan Masalah
Masalah-masalah yang ditemukan pada evaluasi program Upaya Kesehatan Usia Lanjut di Puskesmas Kecamatan Kutawaluya periode April 2016 sampai dengan Maret 2017 adalah sebagai berikut: Masalah menurut keluaran (masalah sebenarnya) : A. Cakupan frekuensi penimbangan dan pengukuran tinggi badan sebesar 47,91% dari target 70 % (masalah sebesar 31,55%). B. Cakupan pemeriksaan kesehatan sebesar 58,21% dari target 70% (masalah sebesar 16,84 %). C. Cakupan Lansia yang melakukan pemeriksaan laboratorium sebesar 2,90% dari target 70 % (masalah sebesar 95,85%). D. Cakupan penyuluhan sebesar 49,11% dari target 70% (masalah sebesar 29,84%).
Masalah menurut unsur lain (penyebab lain): 1. Dari Masukan :
- Kurangnya sarana dan prasarana yang sesuai dengan strate gi puskesmas santun Lansia yang dibutuhkan dalam pelayanan Lansia seperti leaflet, poster, KMS, laboratorium luar gedung, kemudian loket, poliklinik, ruang konseling, dan apotik khusus Lansia. 2. Dari Proses :
- Tidak semua lansia ditimbang dan diukur tinggi badannya yang berobat ke Puskesmas dan Posbindu.
- Pemberitahuan adanya posyandu lansia yang kurang sehingga tidak semua Lansia mengetahui hari pelaksanaan posbindu di desa masing-masing, kemudian tidak ada kegiatan penyuluhan ke rumah bagi Lansia yang tidak hadir.
- Tidak terdapat pembagian tugas secara tertulis pada struktur dalam melaksanakan tugasnya dan petugas Lansia hanya 1 orang. 3. Dari Lingkungan: - Adanya keterbatasan sarana transportasi yang tersedia dari tempat tinggal lansia ke
Puskesmas, baik kendaraan umum ataupun pribadi, walaupun letak Puskesmas di jalan ring road kecamatan.
22
Bab VII Prioritas Masalah
Masalah menurut keluaran (masalah sebenarnya) : A. Cakupan frekuensi penimbangan dan pengukuran tinggi badan sebesar 47,91% dari target 70 % (masalah sebesar 31,55%). B. Cakupan pemeriksaan kesehatan sebesar 58,21% dari target 70% (masalah sebesar 16,84%). C. Cakupan Lansia yang melakukan pemeriksaan laboratorium sebesar 2,90% dari target 70 % (masalah sebesar 95,85%). D. Cakupan penyuluhan sebesar 49,11% dari target 70% (masalah sebesar 29,84%).
Prioritas Masalah No
Parameter
Masalah A
B
C
D
1
Besarnya masalah
2
1
5
3
2.
Berat ringannya akibat yang ditimbulkan
5
5
3
4
3.
Keuntungan sosial bila masalah selesai
4
4
3
4
4.
Teknologi yang tersedia
4
4
3
5
5.
Sumber daya yang tersedia
5
4
4
5
20
18
18
21
Jumlah
Keterangan derajat masalah : 5 = Sangat penting
2 = Kurang penting
4 = Penting
1 = Sangat kurang penting
3 = Cukup penting
Yang menjadi prioritas masalah adalah: a. Cakupan frekuensi penimbangan dan pengukuran tinggi badan sebesar 47,91% dari target 70 % (masalah sebesar 31,55%). b. Cakupan penyuluhan sebesar 49,11% dari target 70% (masalah sebesar 29,84%).
23
Bab VIII Penyelesaian Masalah
8.1
Kurangnya Cakupan Penimbangan Berat Badan dan Pengukuran Tinggi Badan
Cakupan frekuensi penimbangan dan pengukuran tinggi badan sebesar 47,91% dari target 70 % (masalah sebesar 31,55%). Penyebab:
Kurangnya pengadaan sarana medis dan non-medis dalam pemeriksaan kesehatan Lansia, yaitu leaflet, poster, KMS Lansia, laboratorium s ederhana luar gedung, loket khusus, poliklinik khusus, apotik khusus, dan ruang konseling khusus Lansia.
Tidak semua lansia ditimbang dan diukur tinggi badannya yang berobat ke Puskesmas dan Posbindu.
Pemberitahuan adanya posyandu lansia yang kurang sehingga kebanyakan lansia tidak mengetahui hari pelaksanaan posbindu di desa masing-masing.
Penyelesaian masalah:
Pengadaan sarana medis dan non medis untuk memaksimalkan pelayanan kesehatan kepada Lansia dan memberikan kemudahan bagi lansia untuk mendapatkan pelayanan.
Mengoptimalkan penggunaan sarana untuk menimbang berat dan mengukur tinggi badan lansia di balai pengobatan Puskesmas dan Posbindu.
Melakukan sosialisasi jadwal tetap Posbindu dari penanggung jawab program kepada
kader-kader,
sehingga
kader
dapat
mempersiapkan
diri
dan
menginformasikan dan mengingatkan kepada masyarakat untuk datang ke Posbindu.
24
8.2
Kurangnya Cakupan Penyuluhan
Cakupan penyuluhan sebesar 49,11% dari target 70% (masalah sebesar 29,84%). Penyebab:
Pelaksanaan penyuluhan luar gedung belum teratur setiap bulan seperti penjadwalan dan tidak setiap bulannya dilakukan penyuluhan.
Penyuluhan hanya dilakukan oleh petugas kesehatan, sementara kader terlatih belum ikut serta dalam memberikan penyuluhan.
Pelaksanaan program bersifat pasif, yaitu hanya menunggu Lansia untuk datang dan tidak dilakukan pencarian dan pendekatan aktif kepada Lansia yang belum datang.
Penyelesaian masalah:
Menyusun kembali perencanaan untuk waktu penyuluhan luar gedung secara teratur sesuai dengan jadwal Posbindu yang telah direncanakan di atas, termasuk pembagian tugas untuk menyuluh dibantu oleh kader terlatih.
Melakukan pelatihan kader, terutama dalam hal untuk menyuluh masyarakat, sehingga pelaksanaan penyuluhan dapat dibantu juga oleh kader terlatih.
Menyusun perencanaan mengenai topik dan materi penyuluhan yang menarik, sekaligus meningkatkan pemanfaatan alat peraga, flipchart , maupun tampilan gambar yang menarik.
Membagi tugas kepada sesama petugas kesehatan dan kader untuk bersama-sama melakukan kunjungan rumah dan pendekatan aktif kepada Lansia yang belum datang.
25
Bab IX Penutup 9.1 Kesimpulan
Dari hasil evaluasi program upaya kesehatan lansia yang dilakukan dengan cara pendekatan sistem di Puskesmas Puskesmas Kecamatan Kutawaluya periode April 2016 sampai dengan Maret 2017 didapatkan data bahwa: Frekuensi pertemuan atau pelaksanaan kegiatan program upaya kesehatan usia lanjut
yaitu sebanyak 12 kali per tahun dari target 8-9 kali per tahun. Jumlah kehadiran kader pada setiap pelaksanaan kegiatan program upaya kesehatan
usia lanjut yaitu sebanyak lima orang dari target lebih dari 3 orang. Cakupan frekuensi penimbangan dan pengukuran tinggi badan sebesar 47,91% dari
target 70 % (masalah sebesar 31,55%). Cakupan pemeriksaan kesehatan sebesar 58,21% dari target 70% (masalah sebesar
16,84 %). Cakupan Lansia yang melakukan pemeriksaan laboratorium sebesar 2,90% dari target
70 % (masalah sebesar 95,85%).
Cakupan penyuluhan sebesar 49,11% dari target 70% (masalah sebesar 29,84%).
Jenis kegiatan lintas sektor 1 jenis dari target 1 jenis kegiatan yaitu pengajian agama oleh tokoh-tokoh agama setempat.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil pencapaian program upaya kesehatan Lanjut Usia di Puskesmas Kutawaluya belum mencapai target yang telah ditentukan. Dari data tersebut, yang menjadi prioritas masalah adalah: c. Cakupan frekuensi penimbangan dan pengukuran tinggi badan sebesar 47,91% dari target 70 % (masalah sebesar 31,55%). d. Cakupan penyuluhan sebesar 49,11% dari target 70% (masalah sebesar 29,84%). Hal-hal yang dapat menyebabkan masalah di atas, adalah:
Kurangnya pengadaan sarana medis dan non-medis dalam pemeriksaan kesehatan Lansia, yaitu leaflet, poster, KMS Lansia, laboratorium luar gedung, loket khusus, poliklinik khusus, apotik khusus, dan ruang konseling khusus Lansia.
Tidak semua lansia ditimbang dan diukur tinggi badannya yang berobat ke Puskesmas dan Posbindu.
Pemberitahuan adanya posyandu lansia yang kurang sehingga kebanyakan lansia tidak mengetahui hari pelaksanaan posbindu di desa masing-masing.
26
Pelaksanaan penyuluhan luar gedung belum teratur setiap bulan seperti penjadwalan dan tidak setiap bulannya dilakukan penyuluhan.
Penyuluhan hanya dilakukan oleh petugas kesehatan, sementara kader terlatih belum ikut serta dalam memberikan penyuluhan.
Pelaksanaan program bersifat pasif, yaitu hanya menunggu Lansia untuk datang dan tidak dilakukan pencarian dan pendekatan aktif kepada Lansia yang belum datang.
9.2 Saran
Berdasarkan hasil evaluasi program upaya kesehatan usia lanjut yang telah dilakukan, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan cakupan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan cakupan penyuluhan pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Kutawaluya, yaitu:
Pengadaan sarana medis dan non medis yaitu leaflet, poster, KMS Lansia, laboratorium luar gedung, loket khusus, poliklinik khusus, apotik khusus, dan ruang konseling khusus Lansia.
Mengoptimalkan penggunaan sarana untuk menimbang berat dan mengukur tinggi badan lansia di balai pengobatan Puskesmas dan Posbindu.
Melakukan sosialisasi jadwal tetap Posbindu dari penanggung jawab program kepada kader-kader, sehingga kader dapat mempersiapkan diri dan menginformasikan dan mengingatkan kepada masyarakat untuk datang ke Posbindu.
Menyusun kembali perencanaan untuk waktu penyuluhan luar gedung secara teratur sesuai dengan jadwal Posbindu yang telah direncanakan di atas, termasuk pembagian tugas untuk menyuluh dibantu oleh kader terlatih.
Melakukan pelatihan kader, terutama dalam hal untuk menyuluh masyarakat.
Menyusun perencanaan mengenai topik dan materi penyuluhan yang menarik, sekaligus meningkatkan pemanfaatan alat peraga, flipchart , maupun tampilan gambar yang menarik.
Membagi tugas kepada sesama petugas kesehatan dan kader untuk bersama-sama melakukan kunjungan rumah dan pendekatan aktif kepada Lansia yang belum datang.
Diharapkan dengan dilaksanakan saran-saran tersebut di atas masalah tersebut dapat teratasi dan tidak akan terulang kembali pada pelaksanaan program Upaya Kesehatan Usia Lanjut melalui strategi Puskesmas Santun Lansia di wilayah kerja Puskesmas Kutawaluya pada periode mendatang.
27
Daftar Pustaka
1. Pedoman Puskesmas Santun Lanjut Usia bagi petugas Kesehatan. Direktorat bina kesehatan komunitas ditjen bina kesehatan masyarakat kementrian kesehatan RI. Jakarta:Departemen Kesehatan RI. 2010. 2. World health organization. Global health and aging. Diunduh dari www.who.int 27 April 2017. 3. Pelayanan dan peningkatan kesehatan usia lanjut. Kementerian kesehatan RI. Diunduh dari www.depkes.go.id 27 April 2017. 4. Buletin lansia. Kementerian kesehatan RI. 2014. 5. Statistik penduduk lanjut usia indonesia 2014. Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional. Jakarta: Badan Pusat Statistik Indonesia.2014. 6. Permenkes RI nomor 25 tahun 2016. Kementerian kesehatan RI.2016. 7. Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang. Laporan Bulanan Kegiatan Lanjut Usia Puskesmas Kutawaluya. 2016.
28