Nama
: Sri Kartiko Panji Negoro
NIM
: 142150132
Kelas
: EA- A
Kode Etik Profesi Akuntan Menuju Era Global TANTANGAN PROFESI AKUNTAN GLOBAL Dua persoalaan di bidang audit dan akuntansi yang belum sepenuhnya dapat mendukung kearah kesatuan ekonomi global yaitu: 1. Setiap negara masih mempunyai prinsip akuntansi dan standar audit sendiri-sendiri, yang terkadang berbeda antara negara satu dengan negara lainnya. 2. Profesi akuntan di dunia belum sepenuhnya serius dalam mengembangkan standar perilaku etis profesi akuntansi.
Pada abad ke-20, dapat dikatakan ada tiga aliran a kuntansi dan audit yang dominan diterapkan oleh perusahaan atau organisasi, yaitu: a. Sistem Anglo-Saxon yang dimotori oleh AS, b. Sistem Kontinental yang berlaku di Belanda, Jerman, dan beberapa Negara Eropa lainnya, c. Sistem yang berlaku di Inggris dan Negara-negara persemakmuran.
Pihak-pihak, badan, atau lembaga yang selama ini berkaitan langsung dengan profesi akuntansi, antara lain: a. Pemerintah dan Lembaga Legeslatif melalui melal ui produk peraturan dan perundang-undangan b. Badan pengatur/otoritas pasar modal (Bapepam LK, BEI, SEC, NYSE, dan lain-lain) c. Organisasi profesi akuntan di masing-masing negara (IAI, IAPI, AICPA, AAA, CICA, IMA, dan lain-lain) d. Badan atau Organisasi mandiri Internasional (IFAC dan IASB) e. Para pemakai/pengguna laporan keuangan dan sebagainya.
KODE ETIK PROFESI AKUNTAN DI AS
Sebagaimana dikatakan oleh Duska dan Duska (2005), sedikitnya ada enam manfaat dari kode etik profesi, yaitu: 1. Dapat memberikan motivasi melalui penggunaan tekanan dari rakan sejawat (peer pressure) 2. Dapat memberikan pedoman yang lebih stabil tentang benar atau salah dari pada mengandalkan kepribadian manuasiawi atau keputusan yang selalu bersifat ad hoc. 3. Dapat memberikan tuntunan, terutama dalam menghadapi situasi yang abu-abu (ambiguous situations). 4. Kode etik tidak saja dapat menuntun perilaku karyawan (employees), namun dapat juga mengawasi kekuasaan otokrasi atasan (employers) 5. Kode etik dapat merinci tanggung jawab sosial perusahaan itu sendiri 6. Kode etik sebenarnya untuk kepentingan bisnis itu sendiri, kalau bisnis tidak mau mengawasi perilaku dirinya sendiri, maka pihak lain yang akan bertindak mengawasinya.
KODE ETIK PROFESI AKUNTAN DI BEBERAPA NEGARA DILUAR AS SARBANES-OXLEY ACT Badan skandal keuangan yang mempertontonkan pelanggaran etika secara nyata yang dilakukkan oleh para eksekutif puncak perusahaan-perusahaan publik multinasional yang berkantor pusat
di AS yang juga melibatkan profesi akuntan publik ternama, sempat
mengguncang saham dan dunia perekonomian AS.
KODE ETIK PROFESI AKUNTAN : INTERNATIONAL FEDERATION OF ACCOUNTANT S (IFAC) Struktur dan Kerangka Dasar Kode Etik IFAC Untuk lebih memahami kode etik yang diterapkan oleh IFAC ini, maka Brooks (2007) memberikan pendekatan cara memahami filosofi Kode Etik IFAC sebagai berikut: 1. Memahami Struktur Kode etik. 2. Memahami Kerangka Dasar Kode etik untuk melakukan penilaian yang bijak. 3. Proses menjamin indenpendensi pikiran dan indenpendensi penampilan. 4. Pengamanan untuk mengurangi resiko situasi konflik kepentingan.
Kerangka dasar Kode Etik IFAC sebagaimana dilukiskan pada Gambar 8.1 dan Gambar 8.2 dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Melayani kepentingan publik. 2. Melayani kepentingan publik dari arti luas. 3. Profesionalisme,kinerja dan kepentingan publik. 4. Kredibilitas, profesionalisme , kualitas jangka tinggi, kerahasiaan. 5. Integritas, obyektif, integritas, objektifitas, kompetensi profesional dan kehati-hatian, kerahasiaan, perilaku profesional, dan standar teknis. Sikap indenpenden. Pengamanan untuk mengurangi risiko situasi konflik kepentingan: 1. Pengamanan melalui profesi, legislasi, dan regulasi. 2. Pengamanan di dalam klien. 3. Pengamanan yang menyangkut sistem dan prosedur di dalam firma.
Prinsip-prinsip Fundamental Etika Prinsip-prinsip Fundamental Etika terdiri atas: a. Integritas (integrity) b. Objektivitas (objectivity) c. Kompetensi profesional kehati-hatian. d. Kerahasiaan (confidentiality) e. Perilaku profesional (professional behavior)
Independensi I ndependensi dalam pikiran adalah suatu keadaan pikiran yang memungkinkan pengungkapan suatu kesimpulan tanpa terkena pengaruh yang dapat mengompromikan penilaian profesional, memungkinkan seorang individu bertindak berdasarkan integritas, serta menerapkan objektivitas dan skeptisme profesional. I ndependensi dalam penampilan adalah penghindaran fakta dan kondisi yang sedemikian signifikan sehingga pihak ketiga yang paham dan berfikir rasional — dengan memiliki pengetahuan akan semua informasi yang relevan, termasuk pencegahan yang diterapkan — akan tetap dapat menarik kesimpulan bahwa skeptisme profesional, objektivitas, dan integritas anggota firma, atau tim penjaminan (assurance team) telah dikompromikan.
Ancaman terhadap Independensi Seperti telah diungkapkan sebelumnya, ancaman terhadap independensi dapat berbentuk: a. Kepentingan diri (self-interest) b. Review diri (self-review) c. Advokasi (advocacy) d. Kekerabatan (familiarity) e. Intimidasi (intimidation)
Ancaman Independensi Akuntan Publik Contoh langsung ancaman kepentingan diri untuk akuntan publik, antara lain, namun tidak terbatas pada:
Kepentingan keuangan dalam perusahaan klien, atau kepentingan keuangan bersama pada suatu perusahaan klien.
Ketergantungan yang tidak wajar pada total fee dari suatu klien.
Memiliki hubungan bisnis yang sangat erat dengan klien. Kekhawatiran berlebihan bila kehilangan suatu klien. Potensi akan dipekerjakan oleh suatu klien. Fee kontinjensi sehubungan dengan perikatan penjaminan (assurance engagement). Ada penjamin dari/atau kepada klien penjaminan, atau kepada/dari direktur atau pejabat dari klien (IFAC, 200.4).
Pengamanan terhadap Ancaman Ada dua kategori pokok pengamanan terhadap Ancaman Independensi, yaitu: a. Pengamanan melalui profesi, legislasi, atau regulasi. b. Pengamanan lingkungan kerja (IFAC, 100.11).
Pengamanan di temapt kerja untuk akuntan bisnis, antara lain, namun tidak terbatas pada:
Penerapan struktur pengawasan korporasi (corporate oversight or oversight structure). Pedoman kode etik perilaku organisasi. Pedoman perekrutan yang menekankan pentingnya merekrut tenaga dengan kompetensi tinggi.
Pengendalian internal yang kuat. Proses pendisiplinan yang memadai. Kepemimpinan yang berbasis etika. Kebijakan dan prosedur pelaksanaan dan pemantauan kinerja karyawan. Komunikasi tepat waktu tentang berbagai kebijakan dan prosedur termasuk perubahannya ke seluruh karyawan disertai pelatihan dan pendidikan yang memadai tentang kebijakan dan prosedur yang ada (IFAC, 300.16).
Bagian B: Kode Etik Akuntan Publik Daftar isi dan kode Bagian B adalah: 200 Pendahuluan 210 Penunjukan Profesional dan Penerimaan Klien 220 Konflik Kepentingan 230 Pendapat Kedua (Second Opinion) 240 Fee dan Jenis Imbalan Lainnya 250 Pemasaran Jasa Profesional
260 Hadiah dan Keramahtamahan 270 Penyimpanan Aset Klien (Custody of Client Assets) 280 Objektivitas Semua Jasa 290 Independensi Perikatan Penjaminan (Assurance Engagement)
Bagian C: Kode Etik Akuntan Bisnis Daftar isi dan kode Bagian C ini adalah: 300 Pendahuluan 310 Potensi Konflik 320 Penyusunan dan Pelaporan Informasi 330 Bertindak dengan Keahlian yang Memadai
PROFESI AKUNTAN INDONESIA DAN IFAC Saat ini profesi akuntan di Indonesia, baik akuntan publik maupun akuntan manajemen, mengikuti standar kompetensi yang berlaku di AS. Namun dengan kecenderungan terjadinya penyatuan sistem perekonomian dunia, mau tidak mau seluruh profesi akuntan di dunia juga harus mendukung ke arah penyatuan sistem ekonomi global tersebut. Kabar terakhir pengurus IAI bertekad untuk sesegera mungkin agar profesi akuntan Indonesia mengadopsi standar teknis dan perilaku yang dikeluarkan oleh International Federation of Accountants (IFAC).