5
NAMA : INTAN YULIANA
NIM : 511201211
FAKULTAS/JURUSAN : SYARIAH/MUAMALAH
SEMESTER/UNIT : 6 /3
MATA KULIAH : EKONOMI MAKRO ISLAM
Tugas resume buku!
Sumber Resume:
EKONOMI MAKRO ISLAMI
(edisi kedua)
Oleh:
Ir. Adiwarman A. Karim, S. E., M.B.A., M.A.E.P
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Tahun 2007
328 hlm, 23 cm
BAB I
EKONOMI MIKRO DAN EKONOMI MAKRO
A. Pengertian Ekonomi Makro dan Ekonomi Mikro
Dalam ilmu ekonomi, terdapat dua cabang yaitu ekonomi makro dan ekonomi mikro. Yang dimaksud dengan ekonomi makro adalah kajian tentang aktivitas ekonomi suatu negara, sedangkan ekonomi mikro adalah kajian tentang tingkah laku individu dalam ekonomi. Perbedaan yang esensial dlam kajian ekonomi mikro dan ekonomi mikro mencakup dua hal, yaitu:
Adanya uang dalam ekonomi makro, sehingga nominal price menjadi faktor kajian penting. Dalam kajian ekonomi mikro, yang terpenting adalah harga relatif (relative price, Px/Py), atau harga relatif pendapatan (income relative price, I/Px, I/Py). Adanya uang inilah yang nantinya akan menghasilkan cabang ilmu ekonomi moneter.
Adanya pembeli dan penjual raksasa dalam ekonomi makro yaitu pemerintah. Kemampuan dan perilaku pemerintah membelanjakan dan menabung uangnya dalam jumlah yang sangat besar menjadi kajian tersendiri yang nantinya akan menghasilkan cabang ilmu ekonomi fiskal.
B. Uang Dalam Ekonomi Makro
Ahmad hasan menjelaskan bahwa kata nuqud (uang) tidak terdapat dalam Al-Qur'an maupun Hadits Nabi Saw., karena bangsa arab umumnya tidak menggunakan kata nuqud untuk menunjukkan harga. Mereka menggunakan kata dinar untuk menunjukkan mata uang yang terbuat dari emas, kata dirham untuk menunjukkan alat tukar yang terbuat dari perak. Mereka juga menggunakan kata wariq untuk menunjukkan dirham perak, kata 'Ain untuk menunjukkan dinar emas. Sedangkan fulus (uang tembaga) adalah alat tukar tambahan yang digunakan untuk membeli barang-barang murah.
Telah dijelaskan bahwa perbedaan antara konsep Islam dengan konsep konvesional terletak pada perbedaan konsep utilitas pada sisi permintaan dan konsep produksi pada sisi penawaran. Dengan dimasukkannya unsur uang dalam ekonomi makro, maka perbedaan antara ekonomi makro Islam dengan ekonomi konvensional, bertambah satu lagi yaitu perbedaan konsep uang. Dalam masyarakat Islam, uang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan, bahkan keberadaan uang dapat menghadiri terjadinya riba fadhl.
Fungsi utama uang dalam konsep Islam adalah memperlancar transaksi sektor riil sehingga tidak diperlukan adanya double coincidence needs. Fungsi ini secara konsisten dipertahankan dalam konsep Islam, sehingga transaksi di pasar uang selalu terkait dengan transaksi di pasar barang.
C. Dampak Uang pada Sisi Permintaan: Money Illusion dan Pola Konsumsi (Materi Intermediate)
Dalam ekonomi makro Islami, perbedaan pada sisi permintaan terasa dampak dimasukkannya unsur uang pada teori optimalisasi, khususnya pada budget line (minimumkan budget line untuk mencapai tingkat utilitas tertentu, atau maksimalkan tingkat utilitas dengan budget line tertentu). Efek akhir perubahan budget line (net effect) merupakan kombinasi dari efek subtitusi (subtitution effect) dan efek perubahan pendapatan (income effect) efek subtitusi terjadi akibat perubahan harga relatif (relative price) ini akan mengubah kemiringan (slope) budget line, sehingga titik singgung dengan kurva utilitas juga berubah. Sedangkan efek pendapatan terjadi akibat pergeseran budget line secara paralel.
Efek subtitusi (subtitution effect) dan efek perubahan pendapatan (income effect) akan berbeda untuk tiap jenis barang: normal goods, inferior goods, dan giffen goods. Berikut adalah uraian efek subtitusi dan efek pendapatan dari masing-masing jenis barang:
Normal Goods
Normal goods adalah jenis barang yang apabila pendapatan bertambah, maka jumlah barang yang dikonsumsi juga bertambah.
Inferior goods
Inferior goods adalah kebalikan dari normal goods di mana jumlah barang yang dikonsumsi akan berkurang bila pendapatan bertambah.
Giffen Goods
Giffen goods adalah inferior goods yang efek pendapatannya lebih besar daripada efek subtitusi.
E. Dampak Uang pada Sisi Penawaran: Money Illusion dan Pilihan Teknologi (Materi Inter Mediate)
Sedangkan pada sisi penawaran dampak dimasukkannya unsur uang terasa pada teori biaya khususnya ketika optimalisasi penggunaan input, untuk mudahnya, katakan saja fungsi produksi hanya terdiri dari dua jenis input yaitu tenaga kerja (labor, L) dan modal (kapital, K). Harga tenaga kerja L adalah w, dan harga modal K adalah r. Marjinal productivity tenaga kerja adalah MPL, dan marginal productivity modal adalah MPK.
Selama MPL > w, maka penggunaan tenaga kerja masih menguntungkan untuk terus ditambah 1 unit tenaga kerja menghasilkan nilai output yang lebih besar daripada harga input w. Begitu pula selama MPK > r, maka penggunaan modal masih menguntungkan untuk terus ditambah karena tambahan 1 unit modal menghasilkan nilai output yang lebih besar daripada harga input r. Alokasi optimal ini disebut Marginal Rate of Technical Substitution (MRTS).
F. Dampak Pemerintah pada Sisi Permintaan dan sisi penawaran: Keynesian Economics dan Supply Economics (Materi Intermediate)
Pentingnya peranan pemerintah dalam perekonomian sebenarnya telah diungkapkan oleh ibn khaldun beratus tahun yang lalu (732 H/1332 M – 808 H/1406 M). Ibn khaldun mengatakan bahwa pemerintah adalah pasar terbesar, ibu dari semua pasar, dalam hal besarnya pendapatan dan penerimaannya. Jika pasar pemerintah mengalami penurunan, wajar bila pasar yang lain pun akan ikut menurun, bahkan dalam agraret yang lebih besar. Negara adalah faktor produksi terpenting di mana produksi bergantung pada penawaran dan permintaan terhadap produk.
G. Teori Permintaan dan Penawaran
Teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah permintaan dan harga. Hukum pemintaan berbunyi pada harga yang lebih tinggi, jumlah barang yang diminta akan semakin berkurang, atau sebaliknya pada harga yang lebih rendah, jumlah barang yang semakin diminta akan semakin bertambah. Ini dapat disimpulkan bahwa jumlah yang diminta berhubungan terbalik dengan harga barang tersebut dengan anggapan bahwa hal-hal lain konstan pada kemungkinan harga. Ada hal lain penting yang mempengaruhi permintaan, yaitu pendapatan, permintaan seseorang atau masyarakat ditentukan leh banyak faktor, diantara fakto – faktor tersebut adalah: Harga barang itu sendiri, Harga barang lain yang berkaitan erat dengan barang tersebut, Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat, Corak distribusi pendapatan dalam masyarakat, Cita rasa masyarakat, Jumlah penduduk, Ramalan mengenai keadaan dimasa akan datang.
Pendapatnya permintaan belum merupakan syarat cukup untuk mewujudkan transaksi dalam pasar, tentunya harus ada tingkah laku penjual dalam menawarkan barang/jasa dapat yang disebut dengan penawaran.
Faktor – faktor penentu penawaran adalah:
Harga barang itu sendiri.
Harga barang – barang lain.
Biaya produksi.
Tujuan operasi perusahaan tersebut.
Tingkat teknologi yang digunakan.
Sebuah kesepakat harga dapat terjadi apabila permintaan dan penawaran bertemu. Ada kemungkinan perubahan serentak permintaan dan penawaran yang dapat berlaku. Perubahan mungkin berlaku kearah sama, yaitu sama-sama mengalami kenaikan atau sama-sama menurun. Tapi mungkin pula ia berlaku kearah bertentangan, misalnya permintaan turun tetapi penawaran bertambah, atau permintaan bertambah tetapi penawaran turun.
Tiap-tiap perubahan tersebut akan menimbulkan akibat yang berbeda kepada perubahan harag dan jumlah barang yang diperjualbelikan.
Permintaan Dalam Ekonomi Islam
Dalam pandangan Islam sebenarnya Islam telah mengatur segenap perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam perilaku konsumsi Islam terlah mengaturnya lewat Alqur'an dan Hadist supaya manusia dijauhkan sifat-sifat yang hina karena perilaku konsumsinya. Seorang muslim berkonsumsi didasarkan atas pertimbangan:
Manusia tidak kuasa sepenuhnya mengatur detail permasalahan ekinomi masyarakat atau negara.
Dalam konsep Islam kebutuhan yang membentuk pola konsumsi seorang muslim, dan dalam memenuhi kebutuhan seorang muslim tidak akan melakukan konsumsi secara berlebih-lebihan.
Perilaku konsumsi seorang muslim diatur perannya sebagai makhluk sosial. Maka ada sikap menghormati dan menghargai.
Untuk mengetahui tingkat kepuasan seorang muslim dapat diilustrasikan dalm bentuk nilai guna, yaitu nilai guna total (total utility) dan nilai guna marginal (marginal utility). Nilai guna total adalah jumlah kepuasan yang diperoleh dalam mengkonsumsi sejumlah barang tertentu, nilai guna marginal pertambahan atau pengurangan kepuasan akibat dari pertambahan atau pengurangan penggunaan suatu unit barang.
Hal yang ada diatas mengenai perilaku konsultan akan membentuk permintaan seorang muslim terhadap suatu barang. Dalam mengkonsumsi barang telah ada batasan-batasan yang ditentukan dalam konsep ekonomi Islam.
Penawaran dalam Ekonomi Islam
Secara umum tidak banyak perbedaan antara teori permintaan konvensional dengan Islami sejauh hal itu dikaitkan dengan variabel atau faktor yang turut berpengaruh terhadap posisi penawaran. Bahkan bentuk kurva secara umum pada hakekatnya sama. Satu aspek penting yang memberikan suatu perbedaan dalam pespektyif ini kemungkinan besara berasal dari landasan filosofi dan moralitas yang didasarkan pada premis nilai-nilai Islam.
Pertama adalah bahwa Islam memandang manusia secara umum, apakah sebagai konsumen atau produsen, sebagai suatu objek yang terkait dengan nilai-nilai. Nilai-nilai yang paling pokok yang didorong oleh Islam dalam kehidupan perekonomian adalah kesederhanaan, tidak silau dengan gemerlapnya kenikmatan duniawi (zuhud) dan ekonomis (iqtishad). Inilah nilai-nilai yang seharusnya menjadi trend gaya hidup Islamic man.
Kedua adalah norma-norma Islam yang selalu menemani kehidupan manusia yaitu halal dan haram. Produk-produk dan transaksi pertukaran barang dan jasa tunduk kepada norma ini. Hal-hal yang diharamkan atas manusia itu pada hakekatnya adalah barang-narang atau transaksi-transaksi yang berbahaya bagi diri mereka dan kemaslahatannya. Namun demikian, bahaya yang ditimbulkan itu tidak selalu dapat diketahui dan dideteksi oleh kemampuan indrawi atau akal manusia dalam jangka pendek. Sikap yang benar dalam menghadapi persoalan ini adalah kepatuhan kepada diktum disertai pencarian hikmah di balik itu.
BAB II
EKONOMI MAKRO SEDERHANA
Bab ini menjelaskan model ekonomi makro dari bentuk yang paling sederhana sampai pada bentuk yang kompleks.
A. Ekonomi Satu Pulau Satu Orang
Bayangkan perekonomian yang hanya terdiri dari satu orang yang tinggal di satu pulau. Setiap hari ia memancing ikan untuk dimakan hari itu juga. Sehingga sampai pada suatu hari, ia berpikir alangkah enaknya bila ia hari ini memancing berselang hari: sehari memancing, sehari libur. Untuk itu ia harus memancing lebih banyak ikan dalam satu hari agar ia dapat menyimpan ikan untuk keesokan harinya. Secara formal, kita dapat merumuskan keadaan ini sebagai berikut:
f (Nt) adalah fungsi produksi yang menggambarkan banyaknya output (ikan yang dipancing) ditentukan oleh tenaga kerja N (usaha yang dikerahkan untuk memancing ikan). Karena ia tidak mempunyai sumber pendapatan lain, maka jumlah output (ikan yang didapat) sama dengan jumlah pendapatannya yaitu Yt. Karena setiap hari ikan yang didapatnya (Yt) habis dimakan hari itu juga, maka Yt sama dengan konsumsinya yaitu Ct.
Bila ia menyimpan sebagian ikan tangkapannya:
Tidak seluruh tangkapannya ia makan hari itu juga, sebagian ia simpan sebesar St. Simpanan ini yang akan ia makan keesokan harinya sebesar Ct+1.
Bila ia makan ikan simpanan itu keesokan harinya:
Semakin banyak ia bekerja, semakin banyak ikan yang ia tangkap, akan semakin besar simpanannya; tentu saja dengan asumsi bahwa ikan yang dinakan hari itu sama banyaknya yaitu Ct. Di sisi lain, semakin banyak ia bekerja berarti semakin sedikit waktu istirahatnya pada hari itu. Dengan adanya simpanan, ini juga berarti semakin banyak waktu istirahatnya di keesokan harinya (atau bahkan di hari-hari mendatang)
B. Ekonomi Satu Pulau Lima Orang
Sekarang bayangkanlah ada satu kapal tenggelam di tengah laut, semua penumpangnya meninggal atau hilang, kecuali empat orang yang terdampar di pulau tersebut. Jadi di pulau itu sekarang ada lima orang. Orang pertama memiliki ikan hasil tangkapannya, orang kedua memiliki beras yang dibawanya dari kapal, orang ketiga memiliki kantong tidur (sleeping bag) yang selalu dibawanya, orang keempat memiliki pisau kesayangannya, dan orang kelima memiliki radio kecil.
Untuk bertahan hidup, masing-masing orang memancing ikannya sendiri-sendiri. Tentu saja orang pertama yang telah berpengalaman memancing ikan, selalu mendapat ikan yang lebih banyak, dan beristirahat keesokan harinya. Bila ia ingin makan ikan bakar tanpa harus susah payah menyalakan api, maka ia meminjam pisau orang keempat dengan imbalan memberi sebagian ikan simpanannya. Bila ia ingin makan ikan bakar sambil mendengarkan radio, ia meminjam radio dengan memberi imbalan ikan simpanannya kepada orang kelima. Begitu seterusnya. Tidak selamanya pertukaran itu berlangsung mulus, ada kalanya ia tidak ingin meminjam pisau sedangkan orang keempat sangat memerlukan ikan. Atau ia sangat ingin beras, padahal orang kedua ingin berasnya ditukar dengan radio agar dapat berhubungan dengan dunia luar. Bukan saja tidak mulus, bahkan juga diperlukan waktu yang cukup lama untuk mencari kecocokan apa yang akan ditukar dengan siapa. Keadaan ini dalam ilmu ekonomi disebut double coincidence needs yaitu pertukaran hanya dapat terjadi bila ada keinginan yang cocok antara kedua pihak.
C. Ekonomi Satu Pulau Lima Orang dan Uang dari Langit
Sekarang bayangkanlah, ada sebuah helicopter yang baru saja merampok bank. Untuk jejak, uang hasil rampokan tersebut dijatuhkan ke beberapa pulau sebagai tempat penyimpanan harta rampokan. Uang yang dijatuhkan dari helicopter tersebut (helicopter money) diantaranya jatuh di pulau tempat kelima orang tadi, lebih tepatnya, jatuh tepat didepan orang pertama. Katakan saja jumlah uangnya adalah M1 yaitu sebesar 1 juta rupiah. Jadi sekarang telah terjadi perubahan jadi ekonomi tanpa uang (moneyless economy) menjadi ekonomi uang (money economy).
Orang pertama menawarkan kepada orang kedua, inginkah ia menukar berasnya dengan uang tersebut. Orang kedua setuju asalkan seluruh uang tersebut untuknya. Beralihlah uang tersebut kepada orang kedua.
Orang kedua menawarkan kepada orang ketiga, inginkah ia menukar sleeping bag nya dengan uang tersebut. Orang ketiga juga setuju asalkan seluruh uang tersebut untuknya. Beralih pula uang tersebut kepada orang ketiga.
Orang ketiga menawarkan kepada orang keempat, inginkah ia menukar pisau miliknya dengan uang tersebut. Orang keempat setuju asalkan seluruh uang tersebut untuknya. Beralih lagi uang tersebut kepada orang keempat.
Orang keempat menawarkan kepada orang kelima, inginkah ia menukar radio miliknya dengan uang tersebut. Orang kelima setuju asalkan seluruh uang tersebut untuknya. Beralih lagi uang itu kepada orang kelima.
Orang kelima menawarkan kepada orang pertama, inginkah ia menukar ikan tangkapannya dengan uang tersebut. Orang pertama setuju asalkan seluruh uang tersebut untuknya. Beralih kembali uang itu kepada orang pertama.
Secara formal dikatakan bahwa jumlah uang yang beredar dalam ekonomi adalah M1 (money at time 1), berapa kali uang tersebut berpindah tangan adalah V1 (velocity of money at time 1), harga masing-masing barang yang dipertukarkan adalah P1 (price at time 1), dan jumlah barang yang dipertukarkan adalah T1 (goods being traded at time 1). Dalam contoh ini:
M1 = Rp 1 juta
V1 = 5 kali
P1 = Rp 1 juta
T1 = 5 (ikan, beras, sleeping bag, pisau, radio)
Bila transaksi ini dirumuskan dalam rumus matematik:
M1 x V1 = P1 x T1
Rp 1 juta x 5 = Rp 1 juta x 5
Sekarang katakanlah, helicopter ini menjatuhkan lagi uang sejumlah Rp 2 juta, dan jatuh lagi tepat didepan orang pertama. Proses yang sama terjadi, orang pertama menawarkan uang tersebut kepada orang kedua untuk ditukar dengan beras. Orang pertama setuju asalkan seluruh uang tersebut untuknya yaitu sejumlah Rp 3 juta (Rp 1 juta pertama dan Rp 2 juta kedua). Uang tersebut beralih kepada orang kedua. Dan begitu seterusnya sebagaimana telah terjadi sebelumnya. Perbedaannya adalah jumlah uang beredar sekarang M2 jumlahnya Rp 3 juta. Harga masing-masing barang pun sekarang berubah menjadi P2 yaitu Rp 3 juta. Secara formal dapat ditulis:
M2 = Rp 3 juta
V2 = 5 kali
P2 = Rp 3 juta
T2 = 5 (ikan, beras, sleeping bag, pisau, radio)
Bila transaksi ini dirumuskan dalam rumus matematik:
M2 x V2 = P2 x T2
Rp 3 juta x 5 = Rp 3 juta x 5
Jadi kenaikan jumlah uang beredar ternyata telah meningkatkan harga masing-masing barang. Kenaikan harga-harga secara umum ini disebut inflasi.
D. Ekonomi Satu Pulau Lima Orang, Uang dari dari Langit, dan Raja
Sekarang bayangkanlah, orang pertama sebagai orang yang pertama kali ada dipulau itu dan paling berpengalaman menangkap ikan serta selalu saja uang dari helicopter jatuh di depan orang pertama, menjadi orang yang paling dominan dalam perekonomian pulau itu. Demikian dominannya sehingga keempat orang lain sepakat menunjuk orang pertama menjadi pemimpin mereka. Ini diperlukan untuk mengatur lokasi pemancingan masing-masing orang.
Jadi sekarang telah terjadi perubahan dari perekonomian tanpa pemerintah menjadi perekonomian dengan pemerintah dimana orang pertama menjadi rajanya.
Ada dua perubahan penting dalam perekonomian pulau itu dengan ditunjuknya orang pertama sebagai raja, yaitu:
Adanya Kepemimpinan
Adanya efektifitas kepemimpinan
E. Ekonomi Banyak Pulau, Banyak Orang, Banyak Uang, Banyak Raja
Bayangkanlah pulau pertama mendapat devisa SR 100 (contoh paling mudahnya diberi hibah berupa uang) oleh pulau lainnya. Dengan uang tersebut, raja pertama dapat mengeluarkan sejumlah uang simpanannya senilai SR 100 yaitu Rp 30300 (100 x Rp 303). Namun bila hal ini dilakukannya, maka nilai tukar uangnya akan terdepresiasi.. Itu sebabnya hibah SR 100 itu disimpan saja oleh raja pulau pertama. Jadi dampak perubahan nilai tukar uang akibat naiknya devisa negara di sterilisasi.
BAB III
KESEIMBANGAN PASAR DALAM EKONOMI MAKRO
Keseimbangan Pasar Ekonomi Mikro: Individu
Dalam bentuk yang paling sederhana, keseimbangan pasar digambarkan dengan kurva demand dari satu individu yang berpotongan dengan kurva supply dari individu lain. Bentuk kurva demand yang negatif (dari kiri atas ke kanan bawah) dan bentuk kurva supply yang positif (dari kanan atas ke kiri bawah).
Keseimbangan Pasar Ekonomi Makro: Industri
Keseimbangan ini sama saja dengan keseimbangan pada ekonomi makro, yaitu dengan menjumlahkan kurva demand individu secara horizontal yang akan menjadi permintaan industri dan menjumlahkan kurva-kurva supply yang akan menjadi penawaran industri. Dan adanya pasar sebagai pembeli besar tidak merubah bentuk kurva demand ataupun supply.
Keseimbangan Pasar Ekonomi Makro: Agregat
Bila seluruh individu dikumlahkan secara horizontal menjadi industri sehingga didapat kuantitas barang A yang ditawarkan dalam suatu perekonomian (ΣQs), dan jumlah kuantitas barang A yang diminta dalam suatu perekonomian (ΣQd), maka didapat kurva demand agregat dan kurva supply agreagat dari industri A.
Selanjutnya, bila kuantitas barang dan jasa masing-masing industri di konversikan dalam satuan yang sama, katakan saja output nasional Y, maka didapatkan Aggregate Demand (AD) dan Aggregate Supply (AS) nasional. Secara garis sumbu vertical menggambarkan harga-harga umum P, sedangkan sumbu horizontal menggambarkan output nasional Y.
Patut diingat bahwa sampai saat ini, kita masih mengasumsikan bahwa belum ada uang dalam perekonomian.
Keseimbangan Pasar Ekonomi Makro : Adanya Uang Dalam Perekonomian
Masuknya uang dalam perekonomian mengakibatkan pembentukan keseimbangan umum bertambah kompleks, meskipun pada akhirnya keseimbangan umum tetap terjadi pada saat AD=AS.
Dalam pembentukan Aggregate Demand, ada dua keseimbangan pasar yang menentukan, yaitu:
Keseimbangan pasar uang
Keseimbangan pasar barang dan jasa
Keseimbangan Pasar Ekonomi Mikro: Masuknya Peran Pemerintah
Dengan wewenangnya pemerintah dapat menarik pajak dan menjadikanya sebagai tabungan pemerintah. Selain itu, Dengan tabunganya yang besar pemerintah mempunyai kemampuan yang besar sebagai pembeli. Katakanlah pemerintah menaikan tabungannya (Sg), dan pada saat yang sama, menaikan belanjanya yang masuk ke dalam perekonomian.
Y = C + S
Y = (Cg+Ch) + (Sg + Sh)
dimana:
Y adalah pendapatan nasional.
Cg adalah konsumsi pemerintah
Ch adalah konsumsi rumah tangga
Sg adalah tabungan pemerintah
Sh adalah tabungan rumah tangga
Keseimbangan Pasar Ekonomi Mikro pada Macam-macam Aggregate Supply (Materi Intermediate)
Kurva AS ber-slope positif: tanpa rigiditas dan rigiditas gaji
Pendapat Keynes yang dibangun dalam hal asumsi yang digunakan dalam kurva AS yang ber-slope positif dalam kenyataannya adalah:
Pasar barang kompetitif, dan harga-harga fleksibel
Gaji-gaji tidak fleksibel, dengan kata lain ada rigiditas (kekakuan) gaji nominal.
Kurva AS ber-slope horizontal: rigiditas harga
Alternative lain dari asumsi Keynes adalah dengan mengasumsikan rigiditas terjadi pada harga, bukan pada gaji. Secara lengkap, asumsi alternative ini adalah sebagai berikut:
Harga-harga tidak fleksibel
Pasar tenaga kerja kompetitif, dan gaji-gaji fleksibel. Dengan kata lain tidak ada rigiditas gaji (kekakuan gaji).
Kurva AS ber-slope vertikal: rigiditas output
Alternative lain adalah dengan mengasumsikan rigiditas pada output, bukan pada gaji atau pada harga. Kurva AS mempunyai slope yang vertical pada saat seluruh kapasitas produksi perekonomian telah terpakai. Asumsi yang digunakan dalam kurva AS yang berslope vertical adalah:
Perekonomian berada pada keadaan kapasitas penuh. Dengan kata lain, ada rigiditas output.
Harga-harga fleksibel, dapat turun naik. Dengan kata lain, tidak ada rigiditas harga (kekuatan harga).
Keseimbangan AS-AD
Dampak dari kenaikan AD berbeda-beda pada jenis AS yang berbeda. Dengan AS yang mempunyai slope horizontal, maka pergeseran AD hanya bedampak pada Y. Bila AD naik maka pendapatan nasional naik, sebaliknya bila AD turun, maka pendapatan turun. Harga tetap P. Dengan AS yang mempunyai slope positif maka pergeseran AD berdampak pada P dan Y. Bila AD naik maka harga naik dan pendapatan nasional naik. Sebaliknya, bila AD turun maka harga turun dan pendapatan turun.
Dengan AS yang mempunyai slope vertical maka AD hanya berdampak pada P. bila AD Naik, maka harga naik sebaliknya, bila AD turun, maka harga turun. Pendapatan nasional tetap Y.
BAB IV
UANG DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM
A. Konsep uang dalam Islam
Konsep uang dalam ekonomi Islam berbeda dengan konsep uang dalam ekonomi konvensional. Dalam ekonomi Islam, konsep uang sangat jelas dan tegas bahwa uang adalah uang, uang bukan capital. Sebaliknya, konsep uang yang dikemukakan dalam ekonomi konvensional tidak jelas. Sering kali istilah uang dalam perspektif ekonomi konvensional diartikan secara bolak-balik (interchangeability), yaitu uang sebagai uang dan uang sebagai capital.
Perbedaan lain adalah bahwa dalam ekonomi Islam, uang adalah sesuatu yang bersifat flow concept dan capital adalah sesuatu yang bersifat stock concept, sedangkan dalam ekonomi konvensional terdapat beberapa pengertian. Frederic s. Mishkin, misalnya, mengemukakan konsep Irving fisher yang menyatakan bahwa:
MV=PT
Keterangan:
M = Jumlah uang
V = Tingkat perputaran uang
P = Tingkat harga barang
T = Jumlah barang yang diperdangkan
Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa semakin cepat perputaran uang (V), maka semakin besar income yang diperoleh. Persamaan ini juga berarti juga bahwa uang adalah flow concept. Fisher juga mengatakan bahwa sama sekali tidak ada kolerasi antara kebutuhan memegang uang (demand for holding money) dengan tingkat suku bunga. Konsep fisher ini hampir sama dengan konsep yang ada dalam ekonomi Islam, bahwa uang adalah flow concept, bukan stock concept.
Dalam Islam, capital is private goods, sedangkan money is public goods. Uang yang ketika mengalir adalah publid goods (flow concept), lalu mengendap ke dalam kepemilikan seseorang (stock concept), uang tersebut menjadi milik pribadi (private good).
Untuk lebih jelasnya, konsep private dan public goods masing-masing dapat diilustrasikan dengan mobil dan jalan tol. Mobil adalah private good (capital) dan jalan tol adalah public good (money). Apabila mobil tersebut menggunakan jalan tol, baru kita dapat menikmati jalan tol. Namun, apabila mobil tersebut tidak menggunakan jalan tol, maka kita tidak akan menikmati jalan tol tersebut. Dengan kata lain, jika uang diinvestasikan dalam proses produksi, maka kita baru akan mendapatkan lebih banyak uang. Sedangkan dalam konsep konvensional uang dan capital dapat menjadi private goods, maka bagi mereka jika mobil diparkir di gerasi ataupun digunakan di jalan tol, mereka tetap akan menikmati manfaat dari jalan tol tersebut. Apakah uang diinvestasikan pada proses produksi aau tidak, mereka tetap harus mendapat lebih banyak uang. Di sinilah letak keanehan teori bunga (interest theory) yang dikemukakan oleh para ekonom konvensional.
B. Ekonomi Makro dengan Uang
Menurut Al-ghazali dan ibn Khaldun, definisi uang adalah apa yang digunakan manusia sebagai standar ukuran nilai harga, media transaksi pertukaran, dan media simpanan.
Uang Sebagai Ukuran Harga
Abu Ubaid (w. 224 H) menyatakan bahwa dirham dan dinar adalah nilai harga sesuatu, sedangkan segala sesuatu tidak bisa menjadi nilai harga keduanya.
Imam Ghazali (w. 505 H) menegaskan bahwa Allah menciptakan dinar dan dirham sebagai hakim penengah diantara seluruh harta agar seluruh harta bisa diukur dengan keduanya. Dikatakan, unta ini menyamai 100 dinar, sekian ukuran minyak za'faran ini menyamai 100. Keduanya kira-kira sama dengan satu ukuran, maka keduanya bernilai sama.
Ibn Rusyd (w. 595 H) menyatakan bahwa, ketika seseorang susah menemukan nilai persamaan antara barang-barang yang berbeda, jadikan dinar dan dirham untuk mengukurnya. Apabila seseorang menjual kuda dengan beberapa baju, nilai harga kuda itu terhadap beberaba kuda adalah nilai harga baju itu terhadap beberapa baju. Maka jika kuda itu bernilai 50, tentunya baju-baju itu juga harus bernilai 50.
Uang Sebagai Media Transaksi
Uang menjadi media transaksi yang sah yang harus diterima oleh siapa pun bila ia ditetapkan oleh negara. Inilah perbedaan uang dengan media transaksi lain seperti cek. Berlaku juga cek sebagai alat pembayaran karena penjual dan pembeli sepakat menerima cek sebagai alat bayar. Begitu pula dengan kartu debet, kartu kredit dan alat bayar lainnya. Pihak yang dibayar dapat saja menolak penggunaan cek atau kartu kredit sebagai alat bayar sedangkan uang berlaku sebagai alat pembayaran karena Negara mensahkannya.
Uang Media Penyimpanan Nilai
Al-Ghazali berkata : "kemudian disebabkan jual beli, muncul kebutuhan terhadap dua mata uang. Seseorang yang ingin membeli makanan dengan baju, dari mana dia mengetahui ukuran makanan dari nilai baju tersebut. Berapa? Jual beli terjadi pada jenis barang yang berbeda-beda seperti dijual baju dengan makanan dan hewan dengan baju. Barang-barang ini tidak sama, maka diperlukan "hakim yang adil" sebagai penengah antara kedua orang yang ingin bertransaksi dan berbuat adil satu dengan yang lain. Keadilan itu dituntut dari jenis harta. Kemudian diperlukan jenis harta yang bertahan lama karena kebutuhan yang terus-menerus. Jenis harta yang paling bertahan lama adalah barang tambang. Maka dibuatlah uang dari emas, perak, dan logam.
Ibnu khaldun juga mengisyaratkan uang sebagai alat simpanan. Ia menyatakan, kemudian Allah Ta'ala menciptakan dari dua barang tambang, emas dan perak sebagai nilai untuk setiap harta. Dua jenis ini merupakan simpanan dan perolehan orang-orang di dunia kebanyakannya.
Dari ketiga fungsi tersebut jelaslah bahwa yang terpenting adalah stabilitas uang, bukan bentuk uang itu sendiri, uang dinar yang terbuat dari emas dan diterbitkan oleh raja Dinarius dari Kerajaan Romawi memenuhi criteria uang yang nilainya stabil. Begitu pula uang dirham yang terbuat dari perak dan diterbitkan oleh Ratu dari Kerajaan Sasanid Persia juga memenuhi criteria uang stabil. Sehingga, meskipun dinar dan dirham diterbitkan oleh bukan Negara islam, keduanya dipergunakan dizaman Rasulullah Saw.
C. Perubahan Fungsi Uang
Fungsi uang sebagai medium of exchange dapat digunakan dan diterima sebagai alat pembayaran. Sebelum ditemukannya koin, komoditi seperti hewan ternak berfungsi sebagai uang, begitu juga dengan logam seperti emas dan perak yang digunakan pada masa lampau. Koin Eropa yang dikenal modern saat itu sebenarnya berasal dari Bizantium dan Negara Muslim yang diperkirakan ditemukan pada abad ke-17. Pada masa islam, Abdul Malik bin Marwan (65-86 H/685-705 M), seoran Khalifah dari Dinasti Umayyah, mengganti koin emas (dinar) Bizantium dan perak (dirham) Persia yang mempunyai berat yang berbeda dengan koin Islam yang bernilai sama dengan unit of account.
Uang Dalam Fungsi Utilitas
Bagaimana konsep Islam tentang utilitas? Seperti yang sudah diuraikan bahwa uang diakui hanya sebagai intermediary form, hanya diakui sebagai medium of exchange dan unit of account tidak lebih dari ini. Artinya fungsi uang hanya sekedar sebagai medium dari barang yang satu berubah menjadi barang yang lain, tidak perlu adanya double coincidence needs. jadi dalam konsep Islam, uang tidak masuk dalam fungsi utility kita, karena sebenarnya manfaat yang kita dapatkan bukan dari uang itu sendiri, tetapi dari fungsi uang.
Time Value of Money
Dalam Islam tidak dikenal adanya time value of money, yang dikenal adalah economic value of time. teori time of money adalah sebuah kekeliruan beasar karena mengambil dari ilmu teori pertumbuhan populasi dan tidak ada di ilmu finance.
Economic Value of Time
Seperti yang sudah diuraikan dalam Islam tidak dikenal adanya time value of money, yang dikenal adalah economic value of time. Contohnya dalam menghitung nisbah bagi hasil dibank syariah, dalam penentuan nisbah ini, return on capital harus diperhitungkan. dan return on capital ini berbeda dengan return on money. return on capital tergantung keapada jenis bisnisnya dan berkaitan dengan sektor riil, sedangkan return on money berkaitan dengan inters rate. penentuan nisbah bagi hasil ditentukan di awal, dan untuk itu digunakan projected return, jika kemudian ternyata actual return dari bisnis yang dibiayai tidak sam dengan angka proyeksinya, maka yang digunakan adalah angka aktual, bukan angka proyeksi. Hal ini menunjukan bahwa Islam tidak mengenal time value money.
Uang Sebagai Flow Concept
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa Islam, Uang adalah flow concept dan capital adalah stock concept. semakin cepat perputaran uang, akan semakin baik, seperti aliran air masuk dan aliran air keluar, seaktu air mengalir disebut uang, sedangkan apabila air tersebut mengendap, maka disebut sebagai capital. wadah tempat mengendapnya adalah private goods, sedangkan air adalah public goods., Uang seperti air, apabila air (uang) dialirkan maka air (uang) tersebut akan bersih dan sehat (bagi ekonomi). Apabila air (uang) dibiarkan menggenang dalam suatu tempat (menimbun uang), maka air tersebut akan keruh/kotor, Saving harus di investitasikan ke sektor riil. Apabila tidak, maka saving bukan saja tidak mendapat return, tetapi juga dikenakan zakat.
Uang Sebagai Public Goods
Ciri dari public goods adalah barang tersebut dapat digunakan oleh masyarakat tanpa menghalangi orang lain untuk menggunakannya, sebagai contoh : jalan raya, karena jalan raya dapat digunakan siapa saja tanpa terkecuali, akan tetapi masyarakat yang mempunya kendaraan akan lebih besar dalam pemanfaatan dijalan raya dibandingkan masyarakat yang tidak mempunyai kendaraan. begitu juga dengan uang, sebagai Public goods, uang dimanfaatkan lebih bagi masyarakat yang kaya, bukan karena simpanan mereka di bank, melainkan aset mereka, seperti rumah, mobil, saham, dan lain2, sehingga digunakan dalam sektor produksi sehingga akan menambah lebih banyak uang, jadi semakin tinggi tingkat produksi, maka akan semakin besar kesempatan untuk dapat memperoleh keuntungan dari Public goods (uang) tersebut. Oleh sebab itu penimbunan dilarang karena dapat menghalangi orang lain untuk menggunakan public goods tersebut.
BAB V
STABILITAS EKONOMI DALAM BERBAGAI SISTEM
Pandangan Aliran Monetaris Tentang Uang
Aliran monetarist berpendapat bahwa perubahan money supply tidak hanya mempengaruhi tingkat harga, tetapi lebih luas lagi, bahwa dalam jangka pendek money supply juga merupakan determinan penting yang dapat mempengaruhi aktivitas perekonomian. Menurut kaum monetarist, antara money supply dan GNP terdapat hubungan langsung dan meyakinkan. Hubungan itu tak lain adalah monetary velocity yang dapat ditaksir. Oleh karena itu, suatu perubahan money supply akan mengakibatkan perubahan dalam aggregat spending dan GNP dengan jumlah yang dapat diramalkan. Jika money supply ditingkatkan selama periode resesi, maka kenaikan spending pertama-tama akan meningkatkan kesempatan kerja dan output rill. Sedangkan bila perekonomian sudah mendekati full employment, maka kenaikan GNP akan disertai kenaikan harga-harga.
Dalam pembahasan tentang permintaan uang, monetarist sangat menitikberatkan perhatian pada permintaan uang untuk tujuan transaksi.
Pandangan Aliran Keynesian Tentang Uang
Berbeda dengan kaum monetarist, kaum Keynesian berpendapat bahwa money supply mempengaruhi GNP melalui jalur yang tidak langsung dan tidak meyakinkan, terutama karna anggapan bahwa velocity tidak stabil dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Jadi kesimpulan pandangan Keynesian adalah perubahan money supply hanya dapat mempengaruhi aggregate spending dan GNP, apabila pertama-tama tingkat bunga berubah, dan kemudian hanya jika business spending atau consumers spending sensitive terhadap tingkat bunga tersebut.
Pandangan Ekonom Austria Tentang Uang
Terhadap kenyataan adanya inflasi, krisis perbankan dan krisis ekonomi, para pemikir ekonom dari Austria menyalahkan penggunaan flat money sebagai penyebab utama terjadinya berbagai macam krisis tersebut. Mereka mengusulkan diterapkannya 100% reserve gold standard. Para ekonom Austria beranggapan bahwa sistem ini lebih superior dibandingkan dengan sistem flat money yang ada. Karena dapat mencegah terjadinya inflasi dan memelihara kestabilan harga-harga secara umum. Para ekonom Austria berpendapat bahwa dengan menggunakan flat money pemerintah akan dengan bebas dapat mencetak uang tanpa mempertimbangkan kebutuhan dari transaksi sector rill.
BAB VI
ECONOMIC VALUE OF TIME
Kritik Atas Time Value of Money
Dalam ekonomi konvensional time value of moneydidefinisikan sebagai:
A dollar today is worth more than a dollar in the future because a dollar today can be invested to get a return.
Definisi ini tidak akurat karena setiap investasi selalu mempunyai kemungkinan untuk mendapat positive, negative, atau no return. Itu sebabnya dalam teori finance, selalu dikenal risk-return relationship. Bagi ekonom konvensional ada dua hal yang menjadi alasan intuisi mereka akan konsep time value of money:
Presence of inflation
Katakanlah tingkat inflasi 10% per tahun. Seseorang dapat membeli sepuluh potong goreng pisang hari ini dengan membayar sejumlah Rp10.000,-. Namun bila ia membelinya tahun depan, dengan sejumlah uang yang sama yaitu Rp10.000,-, ia hanya dapat membeli sembilan pisang goreng. Oleh karena itu, ia akan meminta kompensasi untuk hilangnya daya beli uangnya akibat inflasi.
Preference present consumption to future consumption.
Bagi umumnya individu, present consumption lebih disukai daripada future consumption. Katakanlah tingkat inflasi nihil, sehingga dengan uang Rp10.000,- seseorang tetap dapat membeli sepuluh pisang goring hari ini maupun tahun depan. Bagi kebanyakan orang, mengkonsumsi sepuluh pisang goreng hari ini lebih disukai daripada mengkonsumsi sepuluh pisang goreng tahun depan. Dengan argumentasi ini, meskipun suatu perekonomian tingkat inflasinya nihil, seseorang lebih menyukai Rp10.000,- hari ini dan mengkonsumsi hari ini. Oleh karena itu untuk menunda konsumsi, ia meminta kompensasi.
Argumen yang pertama tidak dapat diterima karena tidak lengkap kondisinya (non exhausted condition). Dalam setiap perekonomian selalu ada keadaan inflasi dan keadaan deflasi. Bila keberadaan inflasi menjadi alasan adanya time value of money, seharusnya keberadaan deflasi menjadi alasan adanya negative time value of money. Katakanlah tingkat deflasi 10% per tahun.
Seseorang dapat membeli sepuluh potong goreng pisang hari ini dengan membayar sejumlah Rp10.000,-. Namun bila ia membelinya tahun depan, dengan sejumlah uang yang sama yaitu Rp10.000,-, ia dapat membeli sebelas pisang goreng. Oleh karena itu, ia akan memberi kompensasi untuk naiknya daya beli uangnya akibat deflasi. Inikah yang berlaku? Ternyata tidak. Hanya satu kondisi saja yang diakomodir oleh konsep time value of money, yaitu kondisi inflasi; sedangkan kondisi deflasi diabaikan.
Argumen yang kedua akan dijelaskan dalam bagian berikutnya bab ini, dengan berbagai skenarionya:
Ketidak-pastian Return
Sebenarnya dalam ekonomi konvensional, penerapan time value of money tidak senaif yang dibayangkan, misalnya dengan mengabaikan ketidak-pastian return yang akan diterima. Bila unsur ketidak-pastian return ini dimasukkan, ekonom konvensional menyebut kompensasinya sebagai discount rate. Jadi istilah discount rate lebih bersifat umum dibandingkan istilah interest rate.
Dalam ekonomi syariah, penggunaan sejenis discount rate dalam menentukan harga mu'ajjal (bayar tangguh) dapat digunakan. Hal ini dapat dibenarkan karena:
Jual beli dan sewa menyewa adalah sektor riil yang menimbulkan economic value added (nilai tambah ekonomis).
Tertahannya hak si penjual (uang pembayaran) yang telah melaksanakan kewajibannya (menyerahkan barang atau jasa), sehingga ia tidak dapat melaksanakan kewajibannya kepada pihak lain
Current Good and Future Good
Perilaku orang untuk melakukan konsumsi saat ini dipengaruhi oleh harapannya di masa depan. Meminjam akan memungkinkan seseorang untuk meningkatkan konsumsi saat ini dengan harga-harga yang harus dibayar di kemudian hari.
Intemporal budget line
Perilaku konsumsi seseorang dengan melibaykan lebih satu periode waktu disebut dengan intertemporal consumption pattern.
Deriving demand for current consumption
Yakni permintaan seseorang atas suatu barang konsumsi yang akan di konsumsi pada saat sekarang.
Deriving demand for future consumption
Yakni permintaan seseorang atas suatu barang konsumsi yang akan di konsumsi pada saat yang akan datang.
Perubahan Pada Endowment Point Dan Dampaknya Terhadap Permintaan
Endowment point ditentukan oleh beberapa besar current income dan beberapa besar future income. Oleh karena itu, setiap perubahan pada current income atau setiap perubahan pada future income atau setiap perubahan pada current dan future income akan megubah endowment point.
Kita telah menjelaskan bahwa dari endowment point inilah kita dapat menentukan budget line. Pada budget line itu kita akan mendapatkan titik konsumsi optimal. Nah, karena kurva permintaan diturunkan dari titik-titik optimal pda budged line, maka setiap perubahan pada endowment point akan mengubah kurva permintaan.
Perubahan dalam Current Income
Bayangkan endowment point Hafizh sebesar 1000 Kg beras saat ini dan 1000 kg beras tahun depan. Secara garis besar, ini digrafikan oleh titik Y (1000,1000). Satu-satunya pedagang beras di daerah itu adalah Barri. Berdasarkan pengalamannya berdagang beras, Barri menawarkan beras kepada Hafizh dengan rasio Pt/Po = 1,25. Dengan rasio ini kita daat menggambarkan budged line Hafizh.
Pada budget line, ini titik optimal bagi Hafizh terjadi pada titik O (800, 1250) yaitu pola konsumsi optimal baginya adalah mengkonsumsi 800 kg beras tahun ini, dan mengkonsumsi 1250 kg beras tahun depan.
Perubahan dalam Future Income
Bayangkan endowment point mutia sebesar 1000 kg jagung saat ini, dan 1000 kg jagung tahun depan. Secara garis besar, ini diperlihatkan oleh titik Y (1000, 1000). Satu-satunya pedagang jagung di daerah itu adalah Barri.
Berdasarkan pengalamannya berdagang jagung, Barri menawarkan jagung kepada Mutia dengan rasio Pt/Po = 1,25. Dengan ratio ini, kita dapat menggambar budged line Mutia.
Pada budged line ini, titik optimal bagi mutia terjadi pada titik O (1100, 875) yaitu pola konsumsi optimal baginya adalah mengkonsumsi 1100 kg jagung tahun ini dan mengkonsumsi 875 kg jagung di tahun depan.
BAB VII
INFLASI: STABILITAS NILAI UANG DOMESTIK
Sejarah Inflasi
Semuanya mengalami apa yang dinamakan inflasi. Awal inflasi mata uang dinar dimulai bahkan pada saat Irak sedang dalam masa puncak jayanya dan inflasi ikut mendahului perkembangan yang cepat dari peminjaman uang (pertumbuhan kredit) serta perbankan khususnya di Itali, yang merupakan motor pertubuhan lebih lanjut dari perekonomian. Inflasi acap kali berbentuk kenaikan tingkat harga secara gradual daripada ledakan kekacauan ekonomi.
Lalu mengapa inflasi terjadi? Pada saat tingkat harga secara umum naik, pembeli harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk jumlah barang dan jasa yang sama. Dengan kata lain, inflasi tidak akan berlanjut jika tidak dibiayai dengan berbagai cara. Jika konsumen tidak dapat menemukan uang lebih untuk membeli barang demi mempertahankan tingkat pembelanjaannya, mereka akan membatasi pembelian dengan membeli lebih sedikit yang kemudian pada akhirnya akan membatasi kemampuan penjual untuk menaikkan harga.
Kaum monetaris berpendapat bahwa revolusi harga tidak akan terjadi jika tidak dibantu oleh kenaikan penawaran uang yang berasal dari bullion emas dan perak yang diproduksi oleh new wold yang walaupun banyak juga emas dan perak tersebut akhirnya ditumpuk oleh pribadi sehingga keluar sirkulasi, ataupun jadi perhiasan dan ornamen-ornamen untuk bangunan istana dan katedral serta banyak juga dari emas tersebut akhirnya dikapalkan ke Asia dan tidak pernah kembali lagi. Bisa dikatakan bahwa inflasi terjadi dimana pun, terhadap mata uang apa pun dan pada periode kapanpun.
Teori Inflasi Dalam Konvensional
Secara umum inflasi berarti kenaikan tingkat harga secara umum dari barang/komoditas dan jasa selama suatu periode waktu tertentu. Inflasi dapat dianggap sebagai fenomena moneter karena terjadinya penurunan nilai unit perhitungan moneter terhadapa suatu komoditas. Inflasi diukur dengan tingkat inflasi (rate of inflation) yaitu tingkat perubahan dari tingkat harga secara umum. Persamaanya adalah sebagai berikut:
Tingkat hargat – tingkat hargat-1 X 100 = Rate of Inflation
Tingkat hargat-1
Umumnya, otoritas yang bertanggung jawab dalam mencatat statistik perekonomian suatu negara menggunakan 'Consumer Price Index' atau CPI dan 'Producer Price Index' atau PPI sebagai pengukur tingkat inflasi. Hanya saja, kedua metode pengukuran tersebut mempunyai kelemahan-kelemahan, yang salah satunya adalah karena menggunakan kumpulan yang mewakili sebuah subset dari seluruh barang dan jasa yang diproduksi oleh keseluruhan perekonomian, sehingga index harga tersebut tidak merefleksikan secara akurat seluruh perubahan harga yang terjadi.
Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan likuiditas/uang/alat tukar) dan yang kedua adalah desakan(tekanan) produksi dan/atau distribusi (kurangnya produksi (product or service) dan/atau juga termasuk kurangnya distribusi).
Untuk sebab pertama lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral), sedangkan untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah (Government) seperti fiskal (perpajakan/pungutan/insentif/disinsentif), kebijakan pembangunan infrastruktur, regulasi, dll.
Teori Inflasi Islam
Menurut para ekonom Islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi perekonomian karena:
Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap fungsi tabungan, fungsi dari pembayaran di muka, dan fungsi dari unit perhitungan.
Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari masyarakat.
Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama untuk non-primer dan barang-barang mewah.
Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif, yaitu penumpukkan kekayaan seperti: tanah, bangunan, logam mulia, mata uang asing dengan mengorbankan investasi kearah produktif seperti : pertanian, industrial, perdagangan, transportasi, dan lainnya.
Ekonom Islam Taqiuddin Ahmad ibn al-Maqrizi (1364 M – 1441 M), menggolongkan inflasi dalam dua golongan, yaitu:
Natural Inflation
Natural Inflation dapat diartikan sebagai :
Gangguan terhadap jumlah barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu perekonomian (T).
Naiknya daya beli masyarakat secara riil.
Human Error Inflation
Human Error Inflation dikatakan sebagai inflasi yang diakibatkan oleh kesalahan dari manusia itu sendiri. Human Error Inflation dapat dikelompokkan menurut penyebab-penyebabnya sebagai berikut:
Korupsi dan administrasi yang buruk (corruption and Bad Administration)
Pajak yang berlebihan (Excessive Tax);
Pencetakan uang dengan maksud menarik keuntungan yang berlebihan (Excessive Seignorage)
BAB VIII
NILAI TUKAR UANG: STABILITAS NILAI UANG INTERNASIONAL
Teori Nilai Tukar Konvensional
Exchange rates (nilai tukar uang) atau yang lebih popular di kenal dengan sebutan kurs mata uang adalah catatan (quotation) harga pasar dari mata uang asing (foreign currency) dalam harga mata uang domestik (domestic currency) atau resiprokalnya, yaitu harga mata uang domestic dalam mata uang asing. Nilai tukar uang merepresentasikan tingkat harga pertukaran dari satu mata uang ke mata uang yang lainnya dan di gunakan dalam berbagai transaksi, antara lain transaksi perdagangan internasional, turisme, investasi internasional ataupun aliran uang jangka pendek antarnegara, yang melewati batas-batas geografis ataupun batas-batas hukum.
Nilai tukar suatu mata uang dapat di tentukan oleh pemerintah (otoritas moneter), seperti pada Negara-negara yang memakai system fixed exchange rates ataupun di tentukan oleh kombinasi antara kekuatan-kekuatan pasar yang saling berinteraksi serta kebijakan pemerintah seperti pada Negara-negara yang memakai rezim system 'flexible exchange rates.
Karena setiap negara memiliki hubungan dalam investasi dan perdagangan dengan negara lain, tidak ada satu pun nilai tukar yang dapat mengukur secara memadai daya beli (purchasing power) mata uang domestik atas mata uang asing secara umum. Oleh karena itu sejumlah konsep nilai tukar uang yang efektif telah dikembangkan untuk mengukur rata-rata tertimbang (weighted average) harga mata uang asing dalam mata uang domestik.
Purchasing Power Parity
Definisi dari purchasing power parity (paritas daya beli) atau PPP adalah suatu kondisi dimana harga dari suatu barang yang dapat di perdagangkan (tradable goods) dalam suatu mata uang seharusnya sama di manapun barang itu di beli.
Kebijakan Nilai Tukar Uang
Setiap Bank Sentral dapat memilih antara dua rezim kebijakan nilai tukar yang berbeda, yakni:
Rezim Nilai Tukar Dipagu (fixed Exchange Rate Ragime) : yaitu bila otoritas keuangan suatu Negara menetapkan suatu nilai tukar uang tertentu untuk mata uangnya.
Rezim Nilai Tukar Fleksibel (Flexibel Exchange Rate Regime) : yaitu apabila nilai tukar mata uang suatu Negara adalah di tentukan oleh keseimbangan yang terjadi di pasar pertukaran uang nya.
Fixed Exchange Rate Regime
Dalam sistem kebijakan ini bank sentral suatu Negara cukup mengumumkan suatu nilai tukar tertentu untuk mata uangnya terhadap mata uang asing tertentu dimana Bank Sentral bersedia membeli dan menjual mata uang asing dengan kuantitas berapapun.
Flexible Exchange Rate Regime
Rezim sistem nilai tukar mengambang ini adalah sistem yang dipakai oleh hampir sebahagian Negara pada saat ini. Jika Bank Sentral ingin menambah penawaran uang, Bank Sentral dapat mencetak uang dan kemudian membeli sesuatu asset (biasanya obligasi pemerintah). Jika Bank Sentral ingin mengurangi penawaran uang, maka Bank Sentral dapat menjual suatu asset (biasanya obligasi pemerintah juga) dan memusnahkan uang yang didapatnya dari penjualan tersebut.
Teori Nilai Tukar Islam
Dalam pembahasan nilai tukar menurut Islam digolongkan dalam dua skenario yaitu :
Skenario 1: terjadi perubahan-perubahan harga di dalam negeri yang mempengaruhi nilai tukar uang (faktor luar negeri dianggap tidak berubah/berpengaruh)
Skenario 2: terjadi perubahan-perubahan harga di luar negeri (faktor di dalam negeri dianggap tidak berubah/berpengaruh.
Selain itu, kebijakan nilai tukar uang dalam Islam dapat dikatakan menganut sistem managed floating. Dimana nilai tukar adalah hasil dari kebijakan-kebijakan pemerintah dan karena pemerintah tidak mencampuri keseimbangan yang terjadi di pasar kecuali jika terjadi hal-hal yang mengganggu keseimbangan itu sendiri.
BAB IX
KEBIJAKAN MONETER
Pendahuluan
Sejarah Kebijakan Moneter Islam
Sistem moneter sepanjang zaman telah mengalami banyak perkembangan, sistem keuangan inilah yang paling banyak di lakukan studi empiris maupun historis bila di bandingkan dengan disiplin ilmu ekonomi lainnya.sistem keuangan pada zaman Rosulullah di gunakan bimatalic standard yaitu emas dan perak (dirham dan dinar) karena keduanya merupakan alat pembayaran yang sah dan beredar di masyarakat. Nilai tukar emas dan perak pada masa Rosulallah ini relative stabil dengan nilai kurs dirham-dinar 1:10, namun demikian, setabilitas nilai kurs pernah mengalami gangguan karena adanya disequilibrium antara supply dan demand. Misalkan pada masa bani umayyah (41/662-132/750) rasio kurs antara dinar-dirham 1:12, sedangkan pada masa abbasiyah (132/750-656/1258) berada pada kisaran 1:15.
Pada masa yang lain nilai tukar dirham-dinar mengalami fluktuasi dengan nilai oaling rendah pada level 1:35 sampai dengan 1:50. Instabilitas dalam nilai tukar yang ini akan mengakibatkan terjadinya bad coins to drive good coins out of circulations atau kualitas buruk akan menggantikan uang kualitas baik, dalam literature konvensional peristiwa ini di sebut hukum Gresham. Seperi yang pernah terjadi pada masa pemerintahan bany mamluk (1263-1328), dimana mata uang yang beredar tersebut dari fulus (tembaga) mendesak keberadaan uang logam emas dan perak . oleh ibnu taimiyah di katakana bahwa uang dengan kualitas rendah akan menendang keluar uang kualitas baik.
Perkembangan emas sebagai standar dari uang beredar mengalami tiga kali evolusi yaitu:
The gold cins standard : di mana logam emas mulia sebagai uang yang aktif dalam peredaran
The gold bullion standard : di mana logam emas sebagai para meter dalam menentukan nilai tukar uang yang beredar.
The gold exchange standard (bretton woods system): di mana otoritas moneter menentukan nilai tukar domestic currency dengan foreign currency yang mampu di back-up secara penuh oleh cadangan emas yang di miliki. Dengan perkembangan sistem keuangan yang demikian pesat telah memunculkan uang fiducier (kredit money) yaitu uang yang keberadaannya tidak diback-up oleh emas dan perak.
Manajemen Moneter Islam
Dalam Al-Quran maupun Sunnah tidak ditemukan secara spesifik keharusan untuk menggunakan dinar (emas) dan dirham (perak) sebagai standar nilai tukar uang. Khalifah Umar bin Khattab (23/644) telah mencoba untuk memperkenalkan jenis uang dari kulit binatang. Beberapa fuqaha diantaranya Ahmad Ibn Hanbal, Ibn Hazm dan Ibn Taimiyah mendukung keberadaan uang fiducier ini, namun Ibn Taimiyah mengingatkan bahwa penggunaan uang ini akan mengakibatkan hilangnya uang dinar dan dirham dari peredaran. Sementara Imam Al-Ghazali memperbolehkan penggunaan uang yang tidak dikaitkan dengan emas dan perak selama pemerintah mampu menjaga nilainya.
Hal ini membawa kita kepada dua pertanyaan yang saling berkaitan, mengenai siapa yang berhak mengeluarkan uang fiducier dan bagaimana stabilitas nilai uang tersebut dapat dicapai dalam sistem keuangan tanpa bunga. Secara umum, para fuqaha telah menyepakati bahwa hanya otoritas yang berkuasa saja yang berhak untuk mengeluarkan uang, dan pemerintah wajib menjamin terciptanya kestabilan nilai uang tersebut. Dalam hal ini, Al-Ghazali mensyaratkan pemerintah untuk :
Menyatakan uang fiducier yang dicetak sebagai alat pembayaran resmi
Wajib menjaga nilainya dengan mengatur jumlah uang yang beredar sesuai dengan kebutuhan
Memastikan tidak adanya perdagangan uang.
Keberadaan uang dalam sebuah perekonomian memberikan arti yang sangat penting. Ketidakadilan dari alat ukur yang diakibatkan adanya instabilitas nilai tukar uang, akan mengakibatkan perekonomian tidak berjalan pada titik keseimbangan. Hal ini akan semakin mempersulit untuk merealisasikan keadilan dalam sosial ekonomi dan kesejahteraan sosial. Ibnu Khaldun menyatakan bahwa suatu negeri tidak akan mungkin mampu melakukan pembangunan secara berkesinambungan tanpa adanya keadilan dalam sistem yang dianutnya.
Stabilitas harga berarti terjaminnya keadilan uang dalam fungsinya, sehingga perekonomian akan relatif berada dalam kondisi yang memungkinkan sumber daya teralokasi secara merata, pendapatan terdistribusi dengan baik,optimum growth, full employment, dan stabilitas perekonomian.
Permintaan Uang
Teori Permintaan Uang Klasik
Teori permintaan uang klasik, tercerminkan dalam teori kuantitas uang. Padanya teori ini diperuntukan untuk menerangkan peranan uang dalam perekonomian. Dalam teori kuantitas uang ini Irving Fisher mengasumsikan bahwa keberadaan uang pada hakikatnya adalah Flow Concept.
Teori Permintaan Uang Keyness
Penjabaran Keynes tentang individual choise Marshall-Pigou adalah keinginan seseorang untuk mengatur uang atau asetnya yang dipengauhi oleh tiga hal:
Money demand for transactions
Money demand for precautionary
Money demand for speculation
Bagi Keynes, money demand for transactions ditentukan oleh tingkat pendapatan; Money demand for precautionary ditentukan oleh tingkat pendapatan; Money demand for speculation ditentukan oleh tingkat suku bunga.
Teori Permintaan Uang Dalam Islam
Menurut Mazhab Iqtishaduna
Permintaan uang hanya ditunjukan untuk dua tujuan pokok, yaitu transaksi dan berjaga-jaga atau investasi.
Menurut Madzhab Mainstream
Menurut madzhab ini permintaan uang juga dikategorikan menjadi dalam dua hal yakni permintaan uang untuk transaksi dan permintaaan uang untuk berjaga-jaga. Landasan filosofis dari teori dasar ini adalah, bahwa Islam mengarahkan sumber-sumber daya yang ada untuk alokasi secara maksimum dan efisien. Pelarangan penimbunan uang merupakan 'kejahatan' penggunaan yang harus diperangi. Pengenaan pajakaterhadap asetproduktif yang menganggur merupakan strategi utama yang digunakan oleh madzhab ini.
Menurut Mazhab Alternatif
Permintaan uang menurut madzhab ini, sangat erat kaitannya dengan konsep endogenous uang dalam Islam. Teori endogenous dalam Islam secara sederhana dapat diartikan sebagai keberadaan uang pada hakikatnya adalah representasi dari volume transaksi yang ada dalam sektor riil. Teori inilah yang kemudian menjembatani dan tidak mendikotomikan antara pertumbuhan uang di sektor moneter dan pertumbuhan nilai tambah uang di sektor riil.
Manajemen Moneter Konvensional Dan Islam
Secara Konvensional
Adanya ketidakteraturan dan hubungan antar veriabel dalam perekonomian sering kali menjadikan kita sulit untuk mengidentifikasi. Alur statu kebijakan moneter mencapai tujuannya. Ada 2 paradigma dalam memahami mekanisme transmisi moneter:
Uang Pasif
Paradigma uang pasif percaya bahwa kesenjangan output merupakan kausal utama dalam mekanisme transmisi. Dalam paradigma ini suku bunga jangka panjang pendek dan nilai tukar dijadikan sebagai sasaran antara (intermediak objective) yang pada gilirannya akan mempengaruhi perkembangan besaran pemerintahan, kesenjangan output dan ekspetasi inflasi. Dalam paradigma uang pasif ini uang dinyatakan sebagai variable endogen yang mana otoritas moneter tidak mempunyai kemempuan secara penuh untuk mengatur jumlah uang beredar.
Uang Aktif
Paradigma uang aktif percaya bahwa likuiditas merupakan kausal utama dalam mekanisme transmisi moneter. Suku bunga dianggap sebagai mekanisme moneter.
Jumlah uang beredar merupakan sarana yang aktif dijadikan oleh pemerintah sebagai instruyen moneter dalam mengendalikan tingkat inflasi. Sasaran pokok yang ingin dicapai dari kebijakan dengan paradigma ini adalah terkendalinya tingkat inflasi dengan menggunakan besaran moneter (jumlah uang beredar) sebagai sasaran operasionalnya.
Secara Islam
Dasar pemikiran dari manajemen moneter dalam konsep Islam adalah terciptanya stabilitas permintaan uang tersebut kepada tujuan yang penting dan produktif.
Dalam teori Keynes telah dikenal bahwa adanya permintaan spekulasi akan uang pada dasarnya dipengaruhi oleh keberadaan suku bunga (The theory of liquidity preference). Pergerakan suku bunga merupakan refleksi pergerakan permintaan uang untuk spekulatif. Semakin tinggi permintaan uang untuk spekulasi, maka semakin rendah tingkat bunga yang berlaku dipasar. Begitu juga sebaliknya apabila permintaan uang spekulatif menurun, maka suku bunga akan relatif meningkat. Penghapusan suku bunga dan adanya kewajiban pembayaran pajak atas biaya produktif yang menganggur, menghilangkan insentif orang untuk memegang uang idle sehingga mendorong orang untuk melakukan:
Qard (meminjamkan harta lepada orang lain)
Penjualan marginal
Mudharabah
Para pemilik dana akan menginvestasikan dananya pada kegiatan yang memberikan keuntungan terbesar (actual return), jadi semakin tinggi permintaan uang untuk investasi disector rill atau kebutuhan akan persediaan dana untuk investasi disector rill atau kebutuhan akan persediaan dana investasi semakin besar, maka tingkat keuntungan harapan yang akan diberikan akan relatif menurun. Karena besarnya tingkat actual return ini tidak berfluktuatif seperti halnya suku bunga maka akan menjadikan permintaan uang akan lebih stabil.
BAB X
INSTRUMEN MONETER
Instrumen Moneter Konvensional
Suatu otoritas mempunyai pengaruh yang penting, walaupun secara tak langsung terhadap arah tingkat harga, output dan nilai tukar uang suatu Negara. Otoritas moneter atau bank sentral melakukan hal tersebut melalui kemampuannya dalam mengendalikan penawaran uang dan kredit bank serta melalui pengaruhnya terhadap tingkat suku bunga, arus kredit dan perkembangan sektor financial pada sebuah perekonomian. Pengaruh spesifik yang lain adalah kemampuan bank sentral untuk mengendalikan jumlah maksimum suku bunga yang dapat dibayarkan terhadap jumlah simpanan tersebut terhadap jumlah simpanan tertentu kepada bank-bank dan menentukan proporsi saham yang dapat dibeli melalui kredit. Dalam hal-hal tertentu, bank sentral dapat mempunyai kekuasaan temporer untuk mengendalikan kredit komersil, kredit perumahan, dan kredit konstruksi lainnya. Bank sentral tersebut dalam melakukan implementasi kebijakannya mempunyai empat macam instrumen utama yaitu:
Operasi pasar terbuka (open market operation) atau OMO yang mempengaruhi urang yang beredar
Tikat diskonto (discount rate) atau fasilitas diskonto yang mempengaruhi biaya
Ketentuan cadangan minimum (reserve requirement) atau RR yang mempengaruhi jumlah kewajiban minimum dan dana pihak ketiga yang harus disipan (tidak boleh disalurkan sebagai kredit) oleh bank
Himbauan moral (moral suasion) yang mempengaruhi tindak-tanduk para banker dan manager senior institusi-institusi financial dalam kegiatan operasinal keseharian bisnisnnya searah dengan kepentingan public/pemerintah.
Dikarenakan adanya jeda waktu (time lag) antara penerapan (implementasi) kebijakan moneter dengan akibat pada tujuan akhir yang ingin dicapai di dalam menerapkan kebijakan moneter yang tepat untuk tujuan ekonomi tertentu, maka harus digunakan suatu sasaran antara sasaran-sasaran antara dan indikator-indikator yang tepat adalah masalah yang mendasar dalam implementasi kebijakan moneter sebagaimana hal tersebut juga adalah tuntunan dan panduan bagi pembuat kebijakan dalam mencapai tujuan akhir.
Instrumen Moneter Islam
Mazhab Pertama (istishaduna)
Pada awal islam dapat dikatakan bahwa tidak diperlukan suatu kebijakan moneter dikarenakan hampir tidak adanya sistem perbankan dan minimnya penggunaan uang. Jadi tidak ada alasan yang memadai untuk melakukan perubahan-perubahan terhadap penawaran uang (Ms) melalui kebijakan diskresioner. Selain itu, kredit tidak memiliki peran dalam penciptaan uang, karena kredit hanya digunakan diantara para pedagang saja serta peraturan pemerintah tentang surat peminjaman (promisorry notes) dan instrumen negoisasi (negotiable instruments) dirancang sedemikian rupa sehingga tidak memungkinkan sistem kredit tersebut mencipatakan uang. Instrumen lain yang dapat digunakan pada saat ini untuk mengatur jumlah peredaran uang serta mengatur tingkat suku bunga jangak pendek yaitu OMO(Melalui jula-beli surat berharga pemerintah) jles belum ada pada masa awal perkembangan Islam. Selain itu, jelas tindakan menaikkan atau menurunkan tingkat suku bunga tersebut bertentangan dengan ajaran Islam karen adanya larangan yang berkenaan dengan riba dalam Islam itu sendiri.
Mazhab Kedua (Mainstream)
Tujuan kebijakan moneter yang diberlakukan oleh pemerintah adalah maksimisasi sumber daya (resources) yang ada agar dapat dialokasikan pada kegiatan perkenomian yang produkstif. Didalam Alqu'an suah jelas bahwa kita dilarang untuk melakukan penumpukan uang (money hoarding) yang pada akhirnya akan menjadikan uang tersebut tidak memberikan manfaat terhadap peningkatan kesejahteraan mayarakat secara keseluruhan. Kekayaan yang iddle tersebut akan menjadikan sumber dana yang pada awalnya bersifat produktif menjadi tidak produktif. Oleh sebab itu, mazhab kedua ini merancang sebuah instrumen kebijakan yang ditujiukan untuk memengaruhi besar kecilnya permintaan uang(MD) agar dapat dialokasikan pada peningkatan produktivitas perekonomian secara keseluruhan.
Mazhab Ketiga (Alternatif)
Mazhab ketiga ini sangat banyak diperngaruhi oleh pemikiran-pemikiran ilmiah dari Dr.M.A chouldhury. Sistem yang kebijakan moneter yang dianjurkan oleh mazhab ini adalah syuratiq process yaitu dimana suatu kebijakan yang diambil oleh otoritas moneter adalah berdasarkan musyawarah sebelumnya dengan otoritas sektor riil. Jadi keputusan-keputusan kebijakan moneter yang kemudian dituangkan dalam bentuk instrumen moneter biasanya adalah harmonmisasi dengan kebijakan-kebijakan disektor riil.
Aplikasi Instrumen Moneter Islam
Sudan
Pada masa sebelum dibelakukannya syariah Islam pada sistem perbankan di sudan. Bank Sentral Sudan (BOS) sangat tergantung pada isntrumen-instrumen langsung seperti tingkat suku bunga, plafon kredit (kredit ceiling), ketentuan rasio likuiditas(statutory liquidity ratio), dan tingkat diskonto. Pada awalnya instrumen-instrumen tersebut sangat efektif karena perekonomian Sudan yang mempunyai karakteristik yaitu sistem finansial yang non-kompetitif, pasar model primer dan sekunder yang belum berkembang, serta kelangkaan modal. Namun karena istrumen-instrumen langsung tersebut mengakibatkan distorsi dari alokasi sumber daya bank, interferensi terhadap mekanisme harga, pembatasan kredit, serta misalokasi dan distorsi dari kompetisi akibat penerapan batasan-batasan pada manajemen aset bank. Pada akhirnya, BOS lebih memilih untuk memakai instrumen-instrumen tidak langsung.
Berikut adalah instrument-instrument moneter yang digunakan oleh BOS dalam operasionalnya:
Reserve Requirement.
Bank-bank komersial harus mencapai dan memelihara rasio likuiditas sebesar 10% dari dana giro dan tabungan dalam bentuk mata uang lokal.
Plafon kredit untuk sektor-sektor prioritas tertentu.
Marjin keuntungan minimum untuk perjanjian Murabaha (berkisar antara 10%-15% tergantung pada sektor dan mata uang yang digunakan).
Penyertaan minimum nasabah untuk perjanjian Musyarakah sebagai alat untuk mengatur jumlah ketersediaan sumber daya untuk kredit (sampai dengan 1998).
Jendela pembiayaan sebagai fasilitas siaga yang dapat digunakan oleh bank-bank jika mereka memintanya baik untuk keperluan karena kekurangan likuiditas maupun pembiayaan investasi.
Foreign Exchange Operation sebagai alat BOS untuk menjaga stabilitas nilai tukar uang(bukan untuk fungsi kontrol likuiditas).
OMO dengan menggunakan instrument:
Central Bank Musharaka Certifikat(CMC).
Goverment Musharaka Certifikat(GMC)
Ijara Certificate (Sukuk)
Iran
Iran adalah satu-satunya negara Islam yang menerapkan sistem perekonomian dengan mengacu pada pemikiran teori ekonomi Islam Mazhab I. Pada dasarnya, instrumen-instrumen moneter yang ada haruslah unsur yang dapat menjauhi riba dan hal-hal yang mengandung ketidakpastian.
Berikut adalah instrumen moneter yang dipakai oleh otoritas moneter di Iran:
Reserve requirement ratio.
Adjusted Open Market Operations.
Disciount Rates.
Credit ceiling.
Minimum expected profit ratio of bank dan Bank's Share of Profit in Various Contracts.
Indonesia
Peraturan perbankan syariah yang dikeluarkan pada tahun 1998 yang menggantikan peraturan perbankan syariah tahun 1992 telah memungkinkan perkembangan perbankan syariah dengan sangat cepat. Berkembangnya jumlah cabang dari bank syariah baik dari bank umum yang berdasarkan syariah maupun divisi syariah dari bank umum konvensional, sertan meningkatkan kemampuan dalm menyerap dana masyarakat yang terlihat dari dana simpanan pihak ketiga yang tertera dineraca bank-bank syariah tersebut. BI menjalankan fungsi-fungsi bank sentralnya terhadap bank-bank yang berdasarkan syariah mempunyai instrumen-instrumen sebagai berikut:
Giro Wajib Minimum(GMW).
Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank Syariah(sertifikat IMA).
Sertifikat Wadiah Bank Indonesia(SWBI)
BAB XI
PEMERINTAH SEBAGAI IBU SEGALA PASAR
Pasar dan Pemerintah
Barang dan Pasar
Jika kita menelaah teori ekonomi konvesional, kebijakan fiskal dibuat karena terjadinya kegagalan mekanisme pasar. Jika terus berlanjut maka akan memicu timbulnya distorsi (gangguan terhadap permintaan dan penawaran) yang dapat mengganggu keseimbanagan dari permintaan Agregatif (AS), Penawaran Agregatif (AD) pada perekonomian tersebut. Ilmu ekonomi dibedakan berdasarkan sifatnya yaitu:
Private goods adalah barang yang dapat di produksi secara lebih efisien (mobil, rumah, pakaian, dan lain-lain)
Public goods adalah barang yang cenderung tidak dapat diproduksi secara efisien. Public goods dibagi menjadi dua kategori yaitu :
Non-Excludable Goods adalah barang dimana orang lain tidak dilarang dari melihat atau menikmatinya. Contoh ketika ada pertunjukan konser, bukan hanya yang membeli tiket yang dapat menyaksikan, yang tidak membelipun bisa menyaksikan dari luar gedung dan pihak penyelenggara tidak dapat melarangnya.
Non-Rivalrous Goods adalah barang yang dapat dinikmati tanpa menganggu orang lain. Contoh ketika kita menonton TV.
Distribusi
Equity adalah keadilan dalam mendistribusikan sumber daya (resource). Pemerintah dapat membantu masyarakat yang kurang beruntung dari masyarakat yang beruntung melalui pajak, hibah, sumbangan, dan lain-lain.
Transfer Tunai Barang dan Jasa
Pemerintah dapat melakukan dengan dua cara yaitu, dengan melakukan transfer tunai dan melalui bantuan secara langsung.
Kegagalan Pemerintah
Terjadi karena adanya:
Inefisiensi dalam proses produksi
Buruk atau kurangnya informasi
Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
Adalah gambaran terhadap kegiatan pemerintah dengan anggaran pendapatan pengeluaran serta pemasukan.
Budget Deficit
Setiap perubahan terhadap pendapatan maupun penerimaan maka akan berdampak terhadap anggaran pemerintah seperti pada rumus:
G T
Keterangan:
G = Belanja Negara
T = Pendapatan pajak
Jika pendapatan negara lebih besar dari pada penerimaan maka akan terjadi budget surplus. Jika sebaliknya akan terjadi Bugdet Deficit. Untuk memenuhi kebutuhan negara jika dalam keadaan budget deficit maka harus dipastikan untuk pengembalian akan hutang tersebut. Berikut rumusnya:
T – G D
Keterangan:
G = Belanja Negara
T = Pendapatan pajak
D = Utang
Kebijakan dan Instrumen Fiskal Pemerintah Islam
Kebijakan Instrumen Fiskal Pemerintahan Islam Yang dikenal pada zaman pertengahan (pada zaman Rasulullah SAW) yang memberikan dampak pada tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Ciri kebijakan fiskal Baitul Mall pada zaman Nabi SAW adalah sebagai berikut:
Sangat Jarang Terjadi Anggaran Defisit
Anggaran defisit akan menimbulkan persoalan yaitu melemahnya nilai uang yang beredar pada zaman Rasulullah SAW, yang hanya sekali terjadi yaitu ketika jatuhnya kota Mekkah.
Sistem Pajak Proposional (Propotional Tax)
Merupakan salah satu kontribusi Islam dalam instrumen fiskal. Keunggulannya adalah terbentuknya aotomatoc stabilizer yang digambarkan dengan amplitudo diperkecil, artinya jika kondisi ekonomi memuncak (booming) maka tidak terjadi bubble, jika turun maka tidak terjadi crash.
Besarnya Rate Kharaj Ditentukan Berdasarkan Produktivitas Lahan, bukan Berdasarakan Zona
Produktivitas lahan diukur berdasar kesuburan tanah, jumlah produk, marketability produk pertanaian yang ditanam di lahan tersebut dan metode irigasinya, sangatlah mungkin lahan yang bersebelahan di kenakan kharaj yang berbeda yang menyebabkan pengusaha kecil yang kurang produktif dapat tetap berusaha di lokasi yang baik dan tidak terpinggirkan menjadi pedagang kaki lima.
Berlakunya Regressive Rate untuk Zakat Peternakan
Adalah penurunan rate karena jumlah hewan ternak yang dipelihara semakin banyak yang mendorong peternak untuk memperbesar skala usahanya dengan biaya produksi rendah yang mengakibatkan supply hewan ternak dengan harga yang relatif murah.
Perhitungan Zakat Perdagangan Berdasarkan Besarnya Keuntungan, Bukan atas Harga jual.
Sistem ini berdasarkan keuntungan (profit atau quasi-rent) tidak berpengaruh terhadap kurva penawaran sehingga barang yang ditawarkan tidak berkurang dan tidak terjadi kenaikan harga jual. Yang menjadi insentif bagi pedagang untuk mencari keuntungan sejalan dengan kewajiban membayar zakat. Jumlah zakat yang diterima akan meningkat seiring meningkatnya keuntungan pedagang.
Porsi Besar untuk Pembangunan Infrastruktur
Pada zaman Rasulullah SAW pembangunan infrastruktur berupa sumur umum, pos, jalan raya, jembatan, dan lain-lain.
Managemen Yang Baik Untuk Hasil yang Baik
Managemen yang baik akan berdampak baik. Ini terlihat pada zaman Umar bin Khattab dimana penerimaan di Baitul Mall mencapai 180 juta dirham sehingga mampu mengatur pemerintahan dengan baik, hingga tiap kota memberikan pajaknya ke pemerintah
Jaringan Kerja antar Baitul Mall Daerah
Dengan semakin meluasnya wilayah Islam maka pada zaman Khalifah Ali r.a dibuatlah struktur anggaran pendapatan yaitu :
Peningkatan Pendapatan nasional dan Prtisipasi Kerja Nabi SAW menerapakn kebijakan sbb:
Mempersaudarakan kaum muhajirin dan anshar
Mendorong terjalinnya kerjasama kaum muhajirin dan anshar
Membagikan tanah dan membangun perumahan untuk kaum muhajirin
Membagikan 80% Harta rampasan perang
Pemungutan Pajak
Pada saat stagnasi dan menurunnya permintaan agregatif (AD) dan penawaran agregatif(AS), pajak (khususnya khums) mendorong stabilitas pendapatan dan produksi total. Kebijakan ini juga tidak menyebabkan penurunan harga maupun jumlah produk.
Pengaturan Anggaran Dengan mengatur keseimbanagan sehingga tidak terjadi budget deficit
Penerapan Kebijakan Fiskal khusus
Pada masa Rasulullah SAW kebijakan fiskal khusus yaitu:
Meminta bantuan kaum muslimin secara sukarela atas permintaan Rasulullah SAW
Meminjam peralatan dari kalangan non-muslim dengan jaminan pengembalian dan ganti rugi apabila terdapat cacat atau rusak
Meminjam uang kepada orang tertentu dan memberikannya kepada orang yang baru masuk Islam
Menerapkan kebijakan pemberian insentif.
Efektivitas Kebijakan Fiskal
Efektifitas Kebijakan Fiskal Harus diketahui terlebih dahulu efektivitas kebijakan dengan menggunakan kurva IS-LM, dalam teori Keynesian. Kurva ini adalah alat ukur untuk mengetahui kombinasi agregat output dan tingkat suku bunga. Seperti juga dalam kebijakan moneter sangat bergantung pada kemiringan kurva.
BAB XII
PEMERINTAH SEBAGAI PENABUNG BESAR
Anggaran Pendapatan Pemerintah
Dalam struktur APBN terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk menghimpun dana guna menjalankan pemerintahan, antara lain:
Melakukan bisnis
Pemerintah dapat melakukan bisnis seperti perusahaan lainnya, misalnya dengan mendirikan BUMN.
Pajak
Penghimpunan dana yang umum dilakukan adalah dengan cara menarik pajak dari masyarakat. Pajak dikenakan dalam berbagai bentuk seperti, pajak pendapatan, pajak penjualan, pajak bumi dan bangunan, dll.
Meminjam Uang
Pemerintah dapat meminjam uang dari masyarakat atau sumber-sumber yang lainnya dengan syarat harus dikembalikan di kemudian hari.
Anggaran Pendapatan Pemerintahan Islam
Sumber-sumber pendapatan Negara di zaman Rasulullah SAW tidaklah terbatas pada zakat semata, karena zakat sendiri baru diperkenalkan pada tahun ke-8 H. Di zaman Rasulullah SAW sisi penerimaan APBN terdiri dari:
Kharaj
Kharaj adalah pajak terhadap tanah, atau di Indonesia setara dengan pajak bumi dan bangunan (PBB). Perbedaan yang mendasar antara sistem PBB dengan sistem Kharaj adalah; bahwa Kharaj ditentukan berdasarkan tingkat produktivitas dari tanah bukan berdasarkan zoning.
Zakat
Terdiri dari:
Zakat Pendapatan
Zakat Peternakan
Zakat pertanian
Khums
Jizyah
Adalah pajak yang dibayar oleh orang-orang non-Muslim sebagai pengganti fasilitas social-ekonomi dan layanan kesejahteraan lainnya, serta untuk mendapatkan perlindungan keamanan dari Negara Islam.
Penerimaan lain
Ada yang disebut Kafarah yaitu denda, misalnya denda yang dikenakan pada suami istri yang berhubungan di siang hari pada bulan puasa. Mereka harus membayar denda dan denda tersebut masuk dalam pendapatan Negara.
BAB XIII
PEMERINTAH SEBAGAI PEMBELI BESAR
Pendahuluan
Pemerintah sebagai pembeli besar dan prinsip-prinsip pembelajaan public dalam khazanah Islam klasik selama ini tampaknya kurang mendapat perhatian dan pembahasan khusus. Akan tetapi dalam dunia modern sekarang ini, diskusi-diskusi mengenai pembelajaan publik dalam dunia Islam telah banyak dibicarakan. Posisi pemerintah dalam alur sirkulasi ekonomi makro terlihat dalam persamaan berikut ini:
Y = C + S
(Yh + Yg) = (Ch + Sh) + (Cg + Sg)
S = I, asumsi Keynesian
(Yh + Yg) = (Ch + Ih) + (Cg + Ig)
(Yh + Yg) = Ch + (Ih + Ig) + Cg
Y = C + I + G
Keterangan:
Y = Pendapatan Nasional
C = Konsumsi
I = Investasi
g = government
h = household
G = Pengeluaran Pemerintah
Klasifikasi Belanja Pemerintah
Berdasarkan jenisnya, belanja pemerintah dapat dibedakan menjadi:
Wasteful Spending
Kondisi dimana belanja pemerintah memberikan manfaat yang lebih kecil dibandingkan dengan manfaat yang dikeluarkan. Contoh: apabila pemerintah mengeluarkan biaya sebesar Rp. 1 Milyar untuk transportasi umum ternyata kemudian manfaatnya hanya sebesar Rp 700 juta, maka dikatakan telah terjadi Wasteful Spending sebesar Rp 300 juta.
Transfer Payment
Yaitu apabila jumlah manfaat yang diterima dan biaya yang dikeluarkan sama besarnya.
Sedangkan menurut sifatnya, belanja Negara dapat dibedakan menjadi:
Temporary Spending
Yaitu pembiayaan yang dilakukan untuk satu kali waktu saja.
Permanent Spending
Yaitu pembiayaan yang dilakukan pemerintah secara terus menerus dalam periode tertentu.
Jenis Pengeluaran Baitul Mal
Penyebaran Islam
Dana yang digunakan untuk kepentingan dakwah ini jika dilihat dari sisi ekonomi sebetulnya tidak begitu banyak pengaruhnya. Dampak ekonomi dari penyebaran Islam ini adalah meningkatkan AD sekaligus juga AS. AD meningkat dalam artian bahwa negeri-negeri yang ditaklukkan itu populasinya akan masuk ke daerah Islam. Dampak lain adalah dengan ditaklukkannya Negara-negara disekitarnya sehingga mempengaruhi meningkatnya pendapatan Baitul Mal (sebagai keuangan publik).
Pendidikan dan Kebudayaan
Dalam masa pemerintahan Rasulullah SAW dan Khulafaur Rasyidin, pendidikan dan kebudayaan mendapat perhatian yang penting sekali. Hal ini tetap dilakukan selama masa pemerintahan islam selanjutnya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Pada masa sekarang ini, peningkatan kemampuan dari penduduk yang miskin untuk mengusahakan pendapatan lebih tinggi melalui akses yang lebih besar dan mudah kepada fasilitas-fasilitas pendidikan dan pelatihan yang lebih baik serta akses pembiayaan. Hal ini menuntut adanya prioritas dalam program pembelanjaan Negara pada pembangunan lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan keterampilan kerja di daerah pedesaan sehingga setiap orang yang memenuhi syarat memiliki akses yang sama untuk berpartisipasi.
Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Di antara ilmu pengetahuan yang menyentuh kehidupan dunia Islam pada masa pemerintahan Umar bin Khattab adalah ilmu manajemen yang mengatur masalah akuntansi dan fiscal Baitul Mal. Penerimaan kaum muslimin terhadap ilmu ini berikut aplikasinya menyebabkan dikembangkan metode modern untuk menyusun anggaran serta perhitungan pendapatan dan pengeluaran sector-sektor publik.
Pembangunan Armada Perang dan Keamanan
Untuk membangun armada perang dan keamanan diperlukan dana yang cukup besar. Seperlima harta rampasan perang yang diambil dari setiap peperangan merupakan sumber daya Baitul Mal terpenting yang digunakan untuk memperkuat pengembangan pasukan kaum Muslimin.
Penyediaan Layanan Kesejahteraan Sosial
Subsidi Negara untuk fakir miskin bukan sekedar dibagi rata dan diberikan dalam jumlah yang kecil, tetapi juga mereka dijamin oleh pemerintah selama satu tahun agar tidak sampai kekurangan.
BAB XIV
PEMERINTAH SEBAGAI INVESTOR PASAR
Pertumbuhan Ekonomi, Investasi dan Infrastruktur
Pertumbuhan ekonomi membutuhkan lingkungan politis yang dapat menciptakan intensif untuk investasi, sistem hukum yang melindungi hak-hak milik, dan perlindungan masyarakat umum terhadap korupsi, penyuapan, dan pengambilan alih hasil dari investasi mereka. Bahkan dalam lingkungan kondusif dan tidak ada kejahatan pun keputusan politis dapat mempengaruhi intensif untuk berinvestasi dan produktivitas dari investasi-investasi tersebut. Pertumbuhan juga membutuhkan investasi dalam infrastruktur.
Infrastruktur adalah seluruh jenis modal yang bukan dimiliki oleh perusahaan bisnis perorangan yang membuat produksi perusahaan menjadi lebih efisien. Di beberapa Negara miskin, nilai dari sebuah investasi bisnis akibat jalan dan Bandar udara yang buruk, tidak adanya jalur kereta, jaringan telepon yang membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk memasangnya. Seperti juga halnya keputusan-keputusan politis, infrastruktur fisik penting untuk pertumbuhan dan jumlahnya dapat dipengaruhi oleh keputusan pemerintah.
Pengeluaran Agrerat
Pengeluaran Agrerat menunjukkan hubungan antara pengeluaran agrerat yang direncanakan dan PDB rill. Pengeluaran agrerat yang direncanakan adalah jumlah dari pengeluaran konsumsi yang telah direncanakan, investasi, belanja barang dan jasa pemerintah seta ekspor dikurangi impor.
Ekspansi Fiskal dan PDB Potensial
Misalnya PDB rill sama dengan PDB potensial yang berarti bahwa pengangguran sama dengan tingkat alaminya. Misalnya juga tingkat pengangguran dan tingkat alaminya tinggi dan misalnya pemerintah salah memperkirakan bahwa pengangguran berada di atas tingkat alaminya dan mencoba untuk mengurangi pengangguran dan meningkatkan belanjanya.
Keterbatasan Kebijakan Fiskal
Didasari oleh dua hal:
Lambannya proses legislatif yang berarti adalah sulit untuk mengambil tindakan kebijakan fiscal secara cepat.
Perubahan di dalam permintaan agrerat.
Fungsi Investasi Dalam Perekonomian Islami
Dalam perekonomian Islami, tingkat bunga tidak termasuk dalam perhitungan investasi, maka biaya kesempatan dari meminjamkan dana yang digunakan untuk kepentingan investasi adalah zakat yang dibayarkan pada dana-dana ini. Dengan kata lain, dana atau tabungan yang tidak dimanfaatkan pada investasi rill akan dikenakan zakat pada tingkat tertentu. Jelaslah bahwa investasi di dalam perekonomian Islami adalah fungsi dari tingkat keuntungan yang diharapkan.