Tek nik P Pen yemenan TUJUAN
Pendahuluan Peralatan Penyemenan
Material Semen Peralatan Permukaan Peralatan Bawah Permukaan Persiapan Penyemenan
Analisa Masalah Seleksi Suspensi Semen Cara Penempatan Suspensi Semen KOntrol dan Keamanan Sumur Simulator
Teknik Penyemenan Awal
Klasifikasi Casing Prosedur Penempatan Semen Liner Teknik Penyemenan di Offshore Batasan Operasional
Teknik Penyemenan Perbaikan
Teori Squeeze Cementing Teknik Penempatan Squeeze Cementing Test Injeksi Disain dan Persiapan Suspensi Semen Prosedur Pelaksanaan Squeeze Aplikasi Squeeze CementingEvaluasi Squeeze Cementing Penyebab Kegagalan Teknik Penempatan Perekat
Dril-021-Teknik Penyemenan
1
1. Pendahuluan Keberhasilah suatu pekerjaan penyemenan merupakan fungsi dari kemampuan suatu team dalam pendesaian peralatan penyemenan, persiapan-persiapan yang harus dilakukan sebelum penyemenan. Selain masalah di atas at as teknik penyemenan (primary cementing) harus dilaksanakan secara tepat dan teknik penyemenan tersebut gagal maka penyemenan perbaikan (squeeze cementing) harus dilaksanakan, sehingga tercapai tujuan dari penyemenan tersebut.
2
Dril-021-Teknik Penyemenan
2. Peralatan Penyemenan 2.1. Material Semen Material yang digunakan dalam kegiatan penyemenan terdiri dari :
Semen Portland semen digunakan selama kegiatan sementing berlangsung. Bahan tersebut halus dan merupakan bubuk yang sangat reaktif. Portland semen biasanya disimpan dalam silo pada lokasi dimana akan dilakukan kegiatan penyemenan. Air Fresh water dipakai untuk menyemen sumur di darat, sedangkan sea water untuk sumur di lepas pantai. Kadang- kadang fresh water sering tidak berada dalam kondisi yang benar-benar fresh/murni, yang hal ini bisa juga mempengaruhi kemampuan dari sistem semen. Dry cement additives Jenis serta sifat-sifatnya ada pada tabel 1.
Tabel 1. Sifat Fisik Dari Berbagai Material
Di lepas pantai liquid additive biasanya digunakan. Material-material akan lebih kompatibel, karena peralatan pencampurnya memerlukan ruang yang lebih kecil.
2.2. Peralatan Permukaan Peralatan di permukaan terdiri dari :
Mixer Alat ini pada prinsipnya adalah mempertemukan cement slurry dan air dengan kecepatan yang sangat tinggi (sistem jet) melalui suatu venturi sehingga timbul aliran turbulensi yang menjadikan proses pencampuran menjadi sempurna.(gambar 1)
Dril-021-Teknik Penyemenan
3
⇪
Gambar 1. Jet-Mixer Untuk Mencampur Semen dan Air Menjadi Suspensi Semen
Pompa Semen Pompa semen dipakai untuk pemompaan bubur semen ke dalam sumur. Pompa yang biasa dipakai adalah pompa duplex double acting piston atau single acting triplex plunger pump. Plunger pump adalah biasa dipakai karena rate slurry yang keluar lebih seragam dengan tekanan yang cukup besar. Kadang-kadang pumping dengan recirculating mixer dijadikan satu dalam satu kesatuan tempat yang mudah dipindah-pindahkan. Ini disebut sebagai mobile cementing equipment. (gambar 2)
4
Dril-021-Teknik Penyemenan
⇪
Gambar 2. P mpa Plun er Yang Bi a Didapati Pada Peny menan Plu Container s
Plu container sebagai tempat top dan bott m cemen ing plug yang dile akkan di at s dan di ba ah cement slurry. (gambar 3)
⇪
Gamba 3. Cementing Head Untuk Menyimpan Cement Waper Plug Sebel m Dilepas
Casing Cementing Head Alat ini berfungsi sebagai edia penghubung antara pipa penyemenan dari pompa se en ke casi g dan seb gai tempa untuk me empatkan plug (top dan bottom plug). Dengan danya casi g cementing head ini maka lumpur d pat disirkulasikan oleh desakan b ttom plug sampai ke dasar casing lal diisikan bubur seme di atasnya sebelum pendesakan oleh top plug di ulai. (gam ar 4)
⇪
Ga bar 4. Ce enting He d/Head Plug Conditi ner Untuk Menyimpa Cement Wiper Plug Sebelum Dilepas
2.3. Peral tan Bawa Permukaan Peralatan p nyemenan di bawah p rmukaan terdiri dari :
Floating quipment Alat ini t rdiri dari g ide shoe an float collar. Guide hoe adalah peralatan yang dip sang pad ujung casing agar casing tid k tersangkut selama diturunka . Guide sh e yang dile gkapi den an penahan tekanan b lik disebut float shoe.(gambar 5)
⇪
Gambar 5. Berbagai Float-Shoe dan Float Collar Unt k Menceg h Aliran B lik Wiper Plug Wiper plu adalah plug yang dip kai untuk embersihk n dinding alam casin dari lumpur p mboran. Plug ini dibagi menjadi dua yaitu op plug d n bottom plug. (gambar 6) Bottom plug berfungsi mendorong lumpur d lam casing sedangkan top plug di akai untuk mendesak kol m semen alam casing agar semen dapat ke tempat l kasi penyeme an.
Gamb r 6. Wiper Plug Untuk Menyekat Tercampurnya Semen dan Lump r
Scratcher Adalah p ralatan pe bersih din ing lubang sumur dari mud cake sehingga s men dapat melekat langsu g pada dinding forma i dan dapa menghind rkan channeling (lubang s luran diant ra semen an formasi). Cara pem kaian alat ini ada beb rapa macam yaitu dengan cara di utar (rotating) atau dengan m narik turunkan (reciproca ing). (gambar 7)
⇪
Gambar 7. Scratch r Untuk M mbersihkan Dinding ubang Su ur Centraliz r Centralizer adalah al t untuk menempatka casing te at di ten ah-tengah lubang sumur agar diperoleh jarak yang sa a antara dinding casi g dengan dinding lubang sumu . Pemasan an alat ini ada casing biasanya d ngan cara dilas (wel ing).(gamb r 8) Penempatan casing dalam luban sumur se apat mung in terletak di tengahtengah untuk menghi dari terjadinya channeling.
Gambar 8. Centralizer Untuk
embuat Casing di Te ngah-Teng h
Landing collar. Berfungsi untuk menyekat dan m nangkap li er wiper plug, mencegahnya naik kembali ke atas lub ng, menyekat tekana dari baw h dan mencegahnya berputar sewaktu pemboran kelu r (drill-out). (gambar 9)
⇪
Ga bar 9. Lan ing Collar
Ce enting Bas et Cementing basket digunak n bersama-sama dengan casing at u liner pad titik dim na terdapat formasi y ng porous atau lema . Guna ala ini adalah agar cement slurry tidak berca pur denga batuan formasi yang gugur. (ga bar 10)
Liner Hanger Dig nakan unt k mengga tung liner dan dipasang pada b gian atas liner. (ga bar 11)
Liner Packer Dip sang pada bagian ata liner seba ai penyekat antara lin r dan selu ung sela a atau set lah penem atan seme .(gambar 1 )
Gambar 10. Ceme t Basket U tuk Menc gah Suspe si Semen Kebawah
elorot Jat h
⇪
Gambar 11. Liner Hanger
Gambar 12. Liner Pac er
Packer Bore Receptacle Biasa disebut polished bore receptacle yang merupakan tabung yang berdinding tebal dengan gerigi dan diameter dalam yang licin dimana bagian dalamnya biasanya dilapisi dengan TFE untuk mencegah menempelnya semen ataupun material lainnya, sehingga mengurangi friksi dan korosi. (gambar 13)
⇪
Gambar 13. Packer Bore Receptackle
Pack-off Bushing Biasa dimasukkan diantara setting tool dan bagian atas liner hanger sebagai penyekat antara setting tool dengan liner. Pack-off bushing ada yang drillable dan yang retrievable. Jenis drillable harus dibor kembali dengan bit atau mill. Retrievable biasa dipakai pada pemboran dalam, dapat merupakan bagian dari setting tool dan diambil kembali pada waktu setting tool dipindahkan dari liner, sehingga dapat menghemat waktu pemboran ke luar. (gambar 14)
⇪ Dril-021-Teknik Penyemenan
Gambar 14. Pack-off Bushing
11
Pump Do n Plug Dr pping Head Dan Cementing Ma ifold Dihubungkan pada b gian atas pipa bor. Ma ifold digun kan untuk embantu pada wak u pemomp an lumpur dan semen ke dalam ipa bor da menahan pump do n plug sa pai pump down plu dilepaska di belaka g semen. (gambar 15)
Gambar 1 . Pump Down Plug Dropping He d
Liner Wiper Plug Ditempat an pada ba ian bawah setting tool. Pump down plug akan mengikuti semen sambil membersihkan semen pada liner wiper plug yang kemudian lepas dari setting t ol karena tekanan p mpa. Kedua pug ini lalu turun mengikuti semen sa bil membersihkan line sampai akhirnya tersangkut dan menempel pada landi g collar. (gambar 16)
⇪
Gambar 16. Liner Wiper Plug
Liner Setting Tool Berfungsi untuk menghubungkan pipa bor dengan liner. Setting collar dan tie-back receptacle atau sleeve Biasa digabungkan menjadi satu alat. (gambar 17)
⇪
Gambar 17. Liner Setting Tool
Liner Swivel Merupakan alat yang digunakan untuk liner yang tersangkut dalam lubang terbuka atau dalam lubang yang tidak lurus dimana hanger barrel sukar berputar. Dengan memakai alat ini liner tidak akan ikut berputar, hanya liner hanger dan setting tool saja yang berputar. (gambar 18)
Dril-021-Teknik Penyemenan
13
⇪
Gambar 18. Liner Swivel
14
Dril-021-Teknik Penyemenan
3. Persiapan Penyemenan 3.1 Analisa Masalah Faktor-faktor yang perlu diperhatikan sebelum dilakukannya cementing adalah :
Data kedalaman/konfigurasi Keadaan lubang sumur Data temperature
Data Kedalaman/konfigurasi Data yang diperlukan adalah kedalaman vertikal, measured depth, ukuran casing (dan berat), ukuran open hole, jenis string (liner dsb). Data kedalaman sangat penting karena berhubungan dengan temperatur, volume fluida, tekanan hidrostatik dan tekanan gesekan.
Keadaan Lubang Sumur Keadaan lubang seperti formasi yang over pressure, atau dengan gradien rekah yang rendah, gas, zone garam yang massive perlu diketahui.
Data Temperatur Peralatan bottom hole circulating temperatur (BHCT) dan Bottom hole static temperature (BHST) diperlukan untuk memperkirakan perbedaan serta distribusi temperatur di sepanjang lubang bor.
3.2. Seleksi Suspensi Semen Dalam mendesain suspensi semen perlu dipertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik semen tersebut. Faktor-faktor tersebut antara lain :
Kedalaman, Temperatur Dan Tekanan Kolom Semen Dua hal yang sangat mempengaruhi karakteristik dari cement slurry pada dasar sumur adalah tekanan dan temperatur. Keduanya mempengaruhi penempatan dan thickening time bubur semen. Makin besar tekanan dan temperatur akan mengakibatkan tickening timenya semakin turun atau semen lebih cepat mengeras, juga akan menaikkan compressive strength dari semen. Tetapi pada 230 C atau lebih, compressive strength akan menurun. Penurunan compressive strength ini disebut dengan strength retrogression. Penyebabnya selain temperatur adalah WCR (water cement ratio) yang tinggi. (gambar 19)
Dril-021-Teknik Penyemenan
15
⇪
Gambar 19. Perubahan Compressive Strength Akibat Penambahann Air
Viskositas Dan Kandungan Air Semen Pada primary cementing slurry harus mempunyai viskositas atau konsistensi yang cukup agar pendesakan lumpur oleh semen lebih efisien sehingga menjadikan ikatan antara casing dengan formasi lebih baik. Pengaturan jumlah air yang akan dicampurkan tergantung dari ukuran partikel, luas permukaan partikel dan zat additive yang dipakai.
Thickening Time Tickening time adalah waktu yang diperlukan agar slurry mempunyai konsistensi 100 poise. Seratus poise ini adalah batas dimana slurry masih bisa dipompakan oleh sebab itu disebut pumpability. Dengan mengetahui pump ability suatu cement slurry maka kemungkinan terjadinya pengerasan semen dalam perjalanan dapat dihindari. Penambahan tekanan menyebabkan penurunan tichening time lebih cepat. (tabel 8.19)
Tabel 2. Efek tekanan Terhadap Thickening Time Tekanan (psi) 2850 7100 11500
Penurunan thi ckeni ng time 5 – 20% 25 – 40% . – 50%
Compressive strength Strength semen harus memenuhi syarat-syarat teknis antara lain :
mampu menahan casing di lubang sumur mengisolasi zona permeabel tidak pecah karena perforasi tidak berubah karena terkontaminasi dengan lumpur pemboran.
Bila kandungan air kurang dari 37%, maka semen dalam keadaan tidak dapat dipompakan (not pumpable) tetapi akan memberikan strength yang maksimum. Bila kandungan air lebih dari 37% maka semen akan berubah sifat dari not pumpable menjadi pumpable tetapi dengan compressive strength yang menurun. (gambar 20)
16
Dril-021-Teknik Penyemenan
⇪
Gambar 20. Perubahan Thickening Time Akibat Temperatur dan Tekanan Densitas Semen Densitas semen dipengaruhi oleh kandungan air dan jumlah additive yang dipakai. Densitas semen selalu dibuat lebih besar dari densitas lumpur pemboran agar semen dapat mendorong lumpur dan juga mencegah terjadinya kontaminasinya semen oleh lumpur.
Permeabilitas Semen Permeabilitas semen harus dibuat sekecil mungkin sebab semen dipakai juga sebagai penyekat (isolasi) zona-zona dibelakang casing agar tidak terjadi hubungan langsung antar zona. Air yang berlebihan pada campuran semen akan menyebabkan kantong-kantong air dalam campuran sehingga permeabilitas meningkat.
Dril-021-Teknik Penyemenan
17
Filtration Control Pada sumur dalam kemungkinan dijumpainya zone permeable lebih besar daripada sumur dangkal sehingga kemungkinan kehilangan filtratnya adalah lebih besar. Beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya filtration loss antara lain: tekanan, waktu dan permeabilitas.
3.3. Cara Penempatan Suspensi Semen Pergerakan yang baik dari lumpur sangat penting agar cementing bisa berjalan dengan baik. Ada beberapa bagian dari semen yang tidak kompatibel dengan fluida pemboran, sehingga menyebabkan terbentuknya gel pada lumpur/ permukaan semen dan mengurangi effisiensi dari pergerakan. Untuk itu fluida spacer dipompakan diantara lumpur dan semen. Pada beberapa kondisi, dimungkinkan menggunakan air. Untuk kondisi lain, dimana diperlukan keamanan sumur maka fluida spacer yang berat digunakan untuk memperbaiki tekanan hidrostatic ketika menembus suatu formasi.
Spacers normalnya mempunyai densitas diantara densitas lumpur dan semen, karena gaya apung (buoyancy) memungkinkan masuknya lumpur pada proses pergerakan. Jenis dari spacer tergantung dari jenis lumpur, karakteristik aliran (plug, laminer atau turbulen), jenis formasi dan juga sifat dari cement slurry yang akan dialirkan. Fresh water base muds spacers digunakan untuk memindahkan fresh water base mud, juga salt tolerant spacers dipersiapkan untuk jenis salt saturated muds. Oil base mud dipindahkan dengan spacer yang mengandung surfactan dan atau larutan organik. 3.4. Kontrol dan Keamanan Sumur Untuk keamanan sumur dan perlengkapan yangberada di dalamnya maka kondisi-kondisi di lubang sumur seperti tekanan formasi harus diperhatikan karena hal ini berhubungan dengan perkiraan tekanan burst dan collapse yang akan diterima oleh tubular product seperti casing atai liner.
3.5. Simulator Algoritma telah dikembangkan untuk membuat simulasi secara akurat dari kegiatan sementing seperti kecepatan fluida di annular, tekanan yang aman dan kondisi lainnya. Manipulasi numerik diperlukan agar dimulasi secara akurat dari fisik sumur selama pergerakan semen dapat diperoleh. Diperlukan komputer dengan kemampuan yang tinggi sehingga bisa diperoleh peningkatan efisiensi dari disain sementing.
18
Dril-021-Teknik Penyemenan
4. Teknik Penyemenan Awal 4.1. Klasifikasi Casing Setelah suatu operasi pemboran minyak/gas mencapai kedalaman tertentu, maka segera dipasang casing guna memberi dinding yang kuat pada lubang bor, mengisolasi suatu zona dengan zona lain, menghindari terkontaminasinya air tanah oleh lumpur pemboran, mencegah keguguran dinding, membuat diameter lubang pemboran konstan serta menutup zona lost dan abnormal pressure. Berdasarkan fungsinya, maka casing dibagi menjadi empat jenis, yaitu : (gambar 21)
⇪
Gamabr 21. Berbagai Jenis Casing
Conductor Casing Conductor casing adalah casing yang pertama kali dipasang pada operasi pemboran. Ukuran casing berkisar antara 16" sampai 30" dengan letak kedalaman maksimum sekitar 150 ft. Fungsi conductor casing antara lain: 1. Untuk melindungi lubang dari gugurnya formasi yang lunak di dekat permukaan karena akan tererosi oleh lumpur, jika tanah disekitar cukup kuat dan keras maka tidak perlu dipasang. 2. Untuk melindungi drill pipe dari air laut yang korosive dan sebagai tempat sirkulasi lumpur bor pada pemboran di lepas pantai.
Surface Casing Surface casing adalah casing yang dipasang setelah conductor casing dan disemen hingga ke permukaan.
Dril-021-Teknik Penyemenan
19
Fungsi dari surface casing adalah : 1. Mencegah kontaminasi air tanah oleh lumpur pemboran. 2. Sebagai tempat pegangan (fondasi) bagi BOP. 3. Menahan berat casing string yang berikutnya.
Intermediate Casing Suatu sumur bisa mempunyai lebih dari satu intermediate casing tergantung dari kondisi geologis dan kedalamnnya. Pemasangan intermediate casing bertujuan untuk menutupi zona-zona yang mengganggu selama berlangsungnya operasi pemboran, seperti sloughing shale, lost circulation, abnormal pressure, kontaminasi dan sebagainya.
Production Casing Production casing adalah casing terakhir yang dipasang pada formasi produktif. Kadang-kadang production casing tidak dipasang sampai ke permukaan karena alasan biaya agar lebih murah. Hal ini menggunakan liner production casing. Fungsi dari production casing adalah : 1. Memisahkan zona gas, zona minyak dan zona air, pada formasi produktif. 2. Memelihara agar lubang tetap bersih. 3. Melindungi alat-alat produksi di bawah permukaan misalnya pompa, packer dan lain-lain.
4.2. Prosedur Penempatan Semen Prinsip operasi penyemenan ini adalah menempatkan adonan semen (cement slurry) ke dalam annulus antara selubung dan lubang sumur, dengan cara mensirkulasikan adonan semen tersebut melalui selubung kemudian melalui casing shoe dengan menggunakan dua buah plug (top dan bottom plug). Oleh karena itu primary cementing ini disebut juga casing cementing.(gambar 22) Agar diperoleh hasil yang maksimal dalam primary cementing maka beberapa prosedur dibawah ini sebaiknya dilakukan yaitu : 1. Mengkondisikan lubang sumur, antara lain dengan reaming yaitu pemboran kecil pada lubang yang telah ada untuk memperlebar sedikit lubang atau meratakan dinding lubang pemboran. 2. Mengkondisikan lumpur dengan cara mengalirkan lumpur pada saringan agar terlepas semua cuttingnya. Selain itu viskositas dan gel strength dijaga supaya rendah, juga water lossnya harus rendah. 3. Memasang guide shoe dan float collar. loat collar sebaiknya dipasang 30 ft diatas guide shoe untuk mencegah pendorongan yang berlebihan (over displacement) pada cement slurry dan agar diperoleh cement slurry yang baik disekitar casing shoe. 4. Memasang scratcher terutama untuk zona-zona permeabel guna menghilangkan mud cake.
20
Dril-021-Teknik Penyemenan
. Memasang centralizer agar casing terletak di tengah- tengah lu ang. Lokasi emasangan ditentuka dengan log dan s acingnya iatur sekitar 60 - 90 ft. . Memakai adonan emen den an densit s sedikit lebih besar dari densitas lumpur m la-mula. Hal ini untu mencega blow out, lost circulati n dan over displacement. Seme yang dipilih harus s suai dengan ekanan dan temperatu formasi. . Memakai caliper lo untuk me gukur diameter lubang pemboran agar volume cement slu ry bisa dihitung dengan tepat, l lu ditambahkan sekitar 15-25% volu e untuk k amanan (s fety). Bila dalam pene tuan diamete lubang tidak dipakai aliper log, maka untuk safety biasanya lebih be ar yaitu sekitar 50-100 .
⇪
Gambar 22. Teknik Primary Cem nting
1. M nggunakan top plug d n bottom plug. 2. M mutar dan mengger k-gerakkan casing selama pen esakan ad nan be langsung, l njutkan sa pai top plug menyentuh float c llar yaitu s lesai pe desakan b bur semen.
3. Setelah penempatan semen selesai, periksa permukaan fluida di annulus. Annulus harus selalu penuh dengan fluida. 4. Casing dijaga dalam keadaan tension pada saat penyemenan. Setting time dapat diatur sesuai dengan kondisi yang ada. 5. Melakukan pressure test pada penyemenan tersebut sebelum pemboran dilanjutkan kembali. Ada beberapa macam teknik penempatan adonan semen ke dalam annulus di belakang casing pada primary cementing, antara lain :
Cementing Through Casing Stage Cementing Inner String Cementing Outside or Annulus Cementing Multiple String Cementing
Cementing Through Casing Cementing through casing disebut juga penyemenan normal, yang biasa dilakukan pada conductor, surface, intermediate dan production casing. Penyemenan ini dilakukan dengan metode satu tingkat (single stage method) yang dilakukan dengan memompakan adonan semen melalui casing shoe dan memakai top dan bottom plugs (gambar 23). Ketika top plug mencapai bottom plug terlihat kenaikan tekanan pompa yang tiba-tiba di permukaan. Kenaikan tekanan yang tiba-tiba ini bisa dipakai sebagai indikator bahwa pendesakan adonan semen telah selesai.
⇪
Gambar 23. Proses Top-Plug Sampai Pada Bottom Plug
Stage Cementing Stage cementing atau penyemenan bertingkat adalah penyemenan yang dilakukan dalam dua atau tiga bagian. Teknik ini terutama dilakukan pada production casing dari sumur-sumur yang dalam atau dilakukan bila formasinya lemah sehingga dikhawatirkan tidak mampu menahan tekanan kolom semen, sehingga terjadinya lost circulation dapat dihindari.
22
Dril-021-Teknik Penyemenan
Pada stage cementing ini dipakai peralatan tambahan yang disebut collar" (gambar 24), yaitu alat yang bisa membuka pada saat semen pertama ditempatkan di dalam sumur dan menutup pada saat semen kedua akan ditempatkan di atas slurry pertama. Mekanisme pendesakan dilihat pada gambar 25.
⇪
⇪
"float slurry slurry dapat
Gambar 24. Float Collar
Gambar 25. Proses Stage Cementing
Inner String Cementing Bila diameter casing yang akan disemen berukuran besar, maka penyemenan dapat dilakukan dengan memakai tubing atau drill pipe. Prosedur ini dapat memperkecil waktu penyemenan dan volume adonan semen yang dibutuhkan. Cara penyemenannya adalah dengan menggantung selubung beberapa feet dari dasar sumur kemudian adonan semen dimasukkan melalui tubing yang
Dril-021-Teknik Penyemenan
23
ujungnya sampai ke level casing shoe dengan fluida pendorong air. Annulus antara tubing dan selubung dipasang packer. (gambar 26) Ada dua metode dalam pemasangan packer ini yaitu bottom packer method bila packer dipasang pada annulus tubing- casing pada bagian bawah dan top packer method bila packer dipasang pada annulus tubing casing bagian atas dan diisi air.
⇪
Gambar 26. Inner String Cementing
Outside or Annulus Cementing Outside atau Annulus Cementing adalah metode penyemenan dengan menggunakan pipa ukuran kecil (tubing) melalui ruang annulus antara casing dan lubang sumur. Cara ini biasa dilakukan pada conductor casing atau surface casing. Kadang-kadang annulus cementing ini dipakai juga untuk pekerjaan perbaikan casing yang rusak. Casing akan mengalami kerusakan bila gas tekanan tinggi bersama-sama pasir dari lingkungan di sekitarnya bersentuhan langsung dengan selubung sehingga selubung harus diperbaiki dengan penyem,enan melalui annulus. Metode ini bisa juga dipakai untuk mencegah lost circulation (kehilangan semen) lebih lanjut ke dalam formasi yang lemah. Metode ini dilakukan bila penyemenan pada zona lemah telah selesai dan ditunggu sampai mengeras setelah itu baru melakukan operasi penyemenan melalui annulus di atasnya.(gambar 27).
24
Dril-021-Teknik Penyemenan
⇪
Gambar 27. Outside Cementing
Cementing Multiple String Cementing Multiple String adalah penyemenan banyak string pada formasi produktif dimana masing-masing string dilubangi (perforation) untuk mengalirkan fluida produktif ker permukaan. Hal ini dilakukan karena metode single atau konvensional komplesi secara ekonomis tidak bisa dilakukan. Proses penyemenan masing-masing string biasanya dilakukan satu demi satu dimana string yang pertama kali dipasang adalah yang paling panjang. (gambar 28)
⇪
Dril-021-Teknik Penyemenan
Gambar 28. Multiple String Cementing
25
Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan multiple string cementing adalah :
Mengkondisikan lubang sumur dan mengkondisikan lumpur pemboran. Merancang semen slurry seperti pada pekerjaan primary cementing.
String atau pipa yang akan disemen harus dapat dipakai untuk komplesi dimasa yang akan datang. Selama penyemenan string harus digerak-gerakkan naik turun (reciprocating).
Semen slurry harus mampu melewati ruang terkecil diantara string-string yang ada dalam lubang sumur. Tiap-tiap string dipasang plug-landing collar pada 15 sampai 25 ft di bawah interval zona produksi. 4.3. Liner Untuk mengurangi biaya pada oprasi pemboran dalam, maka dipakai liner untuk mengganti rangkaian selubung penuh. Liner ini sendiri sama seperti selubung akan tetapi pendek dan digantung pada selubung atau liner diatasnya. Sebagaimana selubung, liner ini juga harus disemen. Kesulitan pada penyemenan ini terutama karena kecilnya annulus disekitar liner, sehingga perpindahan lumpur pemboran menjadi kurang baik. Untuk memperbaikinya digunakan beberapa metode menggerakkan liner, seperti menggerakkan naik turun (reciprocating) dan memutar (rotation) liner pada waktu menyemen.(gambar 29) Prosedur penurunan dan penyemenan liner secara umum adalah sebagai berikut: 1. Sebelum diturunkan ke dalam sumur, batang-batang liner terlebih dahulu disambung di meja putar. 2. Liner hanger dipasang di atas liner. 3. Liner diturunkan ke dalam sumur dengan memakai pipa bor yang diikat dengan liner. 4. Batang-batang pipa bor ditambah di permukaan dan liner yang lengkap diturunkan ke dalam sumur. Kecepatan penurunan liner bila berada di dalam selubung dapat dilakukan sekitar 1 - 2 menit per batang dan 2 3 menit per batang bila berada di dalam lubang terbuka. 5. Kalau liner sudah berada pada kedalaman yang diinginkan, tetapi sebelum penggantung diset, terlebih dahulu lumpur pemboran disirkulasikan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya sirkulasi sebelum liner digantung. 6. Penggantung diset kalau operasi penyemenan telah memungkinkan. 7. Semen dipompakan ke dalam sumur. 8. Penurunan pada indikator berat permukaan akan menunjukkan bahwa operasi penyemenan telah selesai. 9. Pipa bor dicabut 8-10 batang atau di atas semen, dan untuk mencegah migrasi gas maka tekanan di atas semen ditahan sampai semen mengeras. 10. Pipa bor dikeluarkan dari sumur. 11. Setelah waiting on Cement telah tercapai kemudian semen yang berlebih dibor keluar.
26
Dril-021-Teknik Penyemenan
⇪
Gambar 29. Liner Cementing
4.4. Teknik Penyemenan di Offshore Prinsip penyemenan di offshore sama pada penyemenan sumur di darat hanya saja diperlukan modifikasi dari peralatan yang dipakai untuk penyesuaian dengan pekerjaan yang harus dilakukan pada tempat yang terbatas di tengah laut. Misalnya Pneumatic Bulk Handling System yang merupakan satu unit peralatan terdiri dari bulk material, alat pencampur (mixer) dan pompa yang bisa dipindah-pindahkan dengan mudah(gambar 30)
Dril-021-Teknik Penyemenan
27
⇪
G mbar 30. Penyemena di Laut
4.5. Batas n Operasional Perencanaan adalah d sar dari kes uksesan su tu penyemenan awal. ula-mula harus harus diketa ui secara a urat kondisi lubang su ur sebelum dilakukan ementing.
Pe hitungan Volume dari l bang bor arus diketahui dengan pasti, yang hal ini bis diketahui de gan meng unakan caliper log. Jik tidak ters dia data caliper log m ka volume se en yang dipersiapkan dalah leih esar dari 5 -100% dari volume lubang sumur ya g telah dik tahui sebel mnya. Jika data volum didapatka dari caliper log maka volume seme yang disia kan lebih ecil daripa a jika tnpa mengguna an caliper lo (15-25% lebih besar d ri volume l bang sumur).
Kondisi Luba g Ke daan dari lubang sumur seperti l st circulati n, hole washouts haru diketahui ag r bisa did sain seme yang ses ai dengan kondisi lub ng terseb t. Lumpur pe bortan ha us didesain agar kegiatan sementi g bisa berja lan dengan baik.
Te peratur M ngetahui B ttomhole Circulating T mperature (BHCT) adalah sangat vital. Waktu pe ompaan cement slurr adalah fungsi dari temperatur lub ng sumur.Temperatur ju a bisa merubah sifat rheology s men dan lumpur, seperti rejim liran, efek ta ung U, d n juga te anan gese annya. Te peratur bisa diketah i dengan lo ging, circulating temperature pr bes atau engan sim lasi mate atika dari sir ulasi temp ratur.
Te anan Pe lu diketah inya tekan n dasar s mur adala untuk ko trol sumur dan juga su sesnya ke iatan pen emenan a al. Densit s dari slurry ditentu an untuk
mengontrol sumur dan juga menset kekuatan semen. Densitas yang terlalu tinggi akan mengakibatkan formasi menjadi retak dan juga akan terjadi lost circulation.
Quality Control Program quality control dilakukan dengan cara melakukan pengetasan materialmaterial yang akan digunakan dalam kegiatan sementing. Kegiatan ini bisa dilakukan di laboratorium dengan kondisi-kondisi yang sama dengan sumur yang akan disemen.
Pergerakan Casing Pergerakan casing seperti reciprocating (naik turun), rotation (memutar), atau keduanya akan meningkatkan kualitas dari proses sementing. Pergerakan casing akan memecahkan daerah kosong di lumpur yang akan mengakibatkan timbulnya cement channeling.
Cement Job Monitoring Merekam parameter-parameter kritik selama sementing adalah sangat penting. Mengetahui secara tepat tekanan, rate slurry, dan juga densitas selama kegiatan sementing akan berguna untuk evaluasi ataupun mengoptimalkan disain sementing untuk waktu yang akan datang.
Dril-021-Teknik Penyemenan
29
5. Teknik Penyemenan Perbaikan 5.1. Teori Squeeze Cementing Squeeze cementing secara umum dapat dikatakan sebagai suatu proses dimana bubur semen (cement slurry) didorong dibawah tekanan sampai pada titik tertentu di dalam sumur untuk maksud-maksud perbaikan. Salah satu persoalan yang paling utama pada sumur minyak adalah mengisolasi air dibawah lubang sumur. Persoalan diselesaikan dengan mempergunakan bubur semen dan tekanan squeeze. Sekarang yang paling umum pemakaian dari pada squeeze cementing adalah memisahkan zone penghasil hidrokarbon dari zone yang menghasilkan fluida lainnya.
5.2. Teknik Penempatan Squeeze Cementing Untuk menyelesaikan tujuan dilakukannya squeeze cementing diatas hanya dibutuhkan volume semen yang relatif kecil, tetapi harus ditempatkan pada titik yang tepat didalam sumur. Kadang-kadang kesulitan utama adalah membatasi semen terhadap lubang bor. Untuk itu diperlukan perencanaan yang baik terutama perencanaan bubur semen (cement slurry) dan pemilihan tekanan dan penggunaan metode/teknik yang digunakan untuk berhasilnya pekerjaan. Dua cara yang umum dikenal untuk penyelesaian penyemenan untuk perbaikan yaitu : 1. Teknik tekanan tinggi. Teknik ini mencakup perekahan formasi dan pemompaan bubur semen kedalam rekahan hingga tekanan tertentu tercapai dan terlaksana tanpa kebocoran (bleed off). Biasanya digunakan semen bersih (dengan fluid loss yang sangat tinggi). Teknik ini mempunyai beberapa kerugian, hal mana diatasi dengan teknik tekanan rendah. 2. Teknik tekanan rendah atau lebih dikenal dengan nama teknik "semen fluid loss rendah". Teknik ini mencakup penempatan semen diatas interval perforasi dan memberikan tekanan yang cukup membentuk filter cake dari semen yang didehidrasi didalam perforasi dan didalam saluran-saluran atau rekahan- rekahan yang mungkin terbuka pada perforasi tersebut. Semen dengan fluid loss rendah (50 - 200 cc API) dan fluida 'clean work over" harus digunakan. Tingginya tekanan squeeze pada teknik tekanan tinggi menyebabkan rekahnya formasi, ini perlu diperhitungkan terutama pada saat mana rekahnya formasi tidak diinginkan. Oleh karena itu teknik tekanan tinggi kurang menguntungkan dan sering digunakan teknik tekanan rendah, dengan mengontrol kehilangan filtrasi sangat rendah.Tekanan squueze yang tingi, yang mula-mula dianggap perlu untuk squeeze, sekarang ini tidak dilakukan lagi karena telah digunakan semen dengan pengontrolan laju filtrasi (controlled filtration rate cement). 3. Bradenhead Placement Technique (No Packer). Dalam metode ini semen dipompakan ke dalam casing melalui tubing atau drillpipe dengan tidak memakai packer, mendesak fluida sumur masuk ke annulus. (gambar 31)
30
Dril-021-Teknik Penyemenan
Gambar 31. Penempatan Semen Langsung (Bradenhead Method) Metode ini dipakai secara luas pada squeezing sumur- sumur dangkal, untuk penyumbatan sumur dan kadang-kadang dipakai pula dalam menutup zona lost circulation selama operasi pemboran. 1. Squeeze Tool Placement Technique. Teknik ini dibagi dalam dua bagian yaitu metode retriaveble squeeze packer dan drillable cement retainer. Pada metode retriaveble squeeze packer, digunakan packer yang bisa diangkat kembali, sedangkan pada driiable cement retainer digunakan packer yang tetap. Packer ini dipasang pada tubing sedikit diatas puncak zone yang akan disqueeze. Metode ini lebih baik daripada metode bradenhead karena metode ini membatasi tekanan pada suatu titik tertentu dari sumur. 2. Running Squeeze Pumping Methods. Selama dilakukannya running squeeze, cement slurry dipompakan secara kontinyu sampai tercapai tekanan squeeze yang diinginkan (bisa dibawah atau diatas tekanan rekah) tercapai. Sesudah pemopaan dihentikan, tekanan dimonitor, jika tekanan masih dibawah yang dikehendaki maka perlu dipompakan lagi cement slurry untuk menaikkan tekanan. 3. Hesitation Methods. Metode ini mencakup penempatan semen dalam tahapan tunggal, tetapi membagi-bagi penempatan semen alternatif pemompaan/periode menunggu bergantian. Keuntungan memakai metode hesitasi adalah bahwa cara ini cenderung meningkatkan pengontrolan pengumpulan padatan semen terhadap formasi. Kecepatan pengumpulan ini diperoleh sebagai aturan umum untuk segera menyelesaikan pekerjaan squeeze secara menyeluruh dengan berhasil.(gambar 32)
Dril-021-Teknik Penyemenan
31
⇪
Gambar 32
5.3. Test Injeksi Tes injeksi dilakukan dengan alasan :
Untuk memastikan bahwa perforasi telah terbuka dan siap untuk dimasuki fluida. Untuk mendapatkan perkiraan rate injeksi cement slurry. Untuk memperkirakan tekanan ketika dilakukannya squeeze. Memperkirakan banyaknya slurry yang digunakan.
Tes injeksi dilakukan dengan cara memompakan fluida (air atau mud flush) ke dalam sumur. Asam harus diinjeksikan jika terdapat matriks.
5.4. Disain dan Persiapan Suspensi Semen
Compressive Strength (kekuatan tekan). Compressive strength dari semen tidak selalu merupakan faktor penting pada perencanaan bubur semen. Semen dengan kekuatan tekan 24 jam dari 500 sampai 1000 psi akan menyumbat perforasi dengan baik. Dari segi teknis, strength semen harus memenuhi syarat-syarat : menahan pipa di lubang, mengisolasi zone permeabel, menahan rekahan-rekahan permukaan pada zone yang diinginkan.
WOC time (waiting on cement). Waktu menunggu pengerasan semen (WOC) ditentukan oleh faktor temperatur sumur, tekanan, ratio air-semen (WCR), compressive strength, retarder dan lainnya. Dalam pengalaman di lapangan, waktu yang dibutuhkan adalah 4 - 12 jam umumnya terlaksana antara perawatan (treatment) squeeze atau setelah tekanan squeeze akhir dicapai.
32
Dril-021-Teknik Penyemenan
Water Cement Ratio (WCR). Jika air yang diberikan kurang dari minimum maka friksi diantara annulus bertambah dan ini jika ditambah dengan tekanan hidrostatik semen akan dapat menyebabkan formasi rekah. Juga dengan sedikitnya air, maka kehilangan air walaupun sedikit di tubing collar sewaktu squeeze dapat menyebabkan semen terhenti pada formasi permeabel yang lebih dekat ke sumur. Tetapi pekerjaan plug back diperlukan WCR minimum agar strength maksimal atau dalam menutup formasi-formasi bertekanan tinggi, dimana SG dengan WCR rendah akan dapat meningkat.
Densitas. Umumnya densitas semen dibuat hampir sama dengan densitas lumpur.
Fluid Loss Control. Fluid loss pada semen murni sangat besar, jika semen slurry murni bertemu dengan zone permeabel dimana mud cake telah hilang. Umumnya fluid loss menurut API adalah :
200 ml/30 min untuk formasi yang sangat permeabel 100 - 200 ml/30 min untuk formasi low permeable 35 - 100 ml/30 min untuk formasi high permeability
Volume Slurry. Volume dari cement slurry tergantung dari panjang interval yang akan disemen dan juga teknik penyemenan yang akan digunakan.Pada low pressure squeeze hanya diperlukan slurry untuk membentuk filter cake semen pada setiap saluran perforasi. Untuk high pressure squeeze, yang dilakukan pada formasi yang rekah diperlukan volume slurry yang lebih besar. Smith menyebutkan beberapa rule of thumb :
Volume tidak boleh melebihi kapasitas running string Dua sacks semen digunakan untuk interval perforasi sepanjang satu feet. Minimum volume adalah 100 sacks jika rate injeksi adalah 2 bbl/min yang dapat dicapai sesudah break down, sebaliknya harus 50 sacks.
Viskositas Slurry. Slurry dengan viskositas yang rendah akan bisa menembus lubang/rekahan yang kecil.
Spacers dan Washes. Ada dua faktor yang akan membuat berhasilnya proses cementing yaitu :
Pembersihan dari perforasi dan ruang disekitarnya dari padatan yang dibawa oleh fluida atau lumpur pemboran. Menghindari kontaminasi pada cement slurry, yang akan mengakibatkan berubahnya sifat slurry seperti fluid loss, tickening time dan juga viskositasnya.
Biasanya kontaminasi cement slurry dihindari dengan cara memompakan spacer air diatas dan dibawah semen. Bisa juga dengan menggunakan chemical wash atau larutan asam lemah yang diletakkan diatas slurry, dimana dipisahkan oleh fluida yang kompatibel.
Dril-021-Teknik Penyemenan
33
5.5. Prosedur Pelaksanaan Squeeze Prosedur pelaksanaan squeeze yang umum dilakukan adalah : 1. Zone yang akan disemen diisolasi dengan menggunakan retrievable packer atau dengan drillable bridge plug. 2. Perforasi dibersihkan dengan menggunakan perlengkapan pencuci perforasi, atau dibuka kembali dengan teknik "back surging". 3. Peralatan pencuci perforasi diangkat dan jika metode drillable squeeze packer dipilih maka dipasang peralatan circulating valve. 4. Menempatkan peralatan ke dalam sumur sampai pada kedalaman yang diinginkan. 5. Semua pipa atau casing ditest dan formation breakdown ditentukan. 6. Dengan membiarkan circulating valve terbuka di atas retainer, fluida spacer dimasukkan ke dalam pipa yang diikuti oleh slurry kemudian spacer yang kedua, dan akhirnya oleh lumpur yang cukup untuk memasukkan setengah dari fluida spacer yang pertama ke dalam annulus. 7. Circulating valve ditutup dan formasi disqueeze. 8. Bila tekanan squeeze telah dicapai, maka tekanan tetap ditahan beberapa menit. Bila formasi tidak pecah atau valve tidak bocor, tekanan dapat dihentikan, circulating valve dibuka dan kelebihan slurry dikeluarkan. 9. Jika kelebihan slurry tidak dapat dikeluarkan, maka semua peralatan sebaiknya dicabut keluar.
Operasi dengan retrievable packer hampir sama dengan drillable packer hanya alat yang dipasang dapat dilepas kembali untuk digunakan pada operasi lainnya.
5.6. Aplikasi Squeeze Cementing Proses squeeze cementing telah digunakan secara luas untuk maksud-maksud : 1. Mengisi saluran perforasi atau saluran dibelakang casing dengan semen untuk memperolwh kerapatan antara casing dan formasi. 2. Untuk mengontrol GOR yang tinggi. 3. Untuk mengontrol air atau gas yang berlebihan. 4. Untuk memperbaiki kerusakan casing. 5. Menutup zona lost circulation. 6. Untuk melindungi zone produksi dari migrasi fluida. 7. Mengisolasi zone produksi secara menyeluruh dan permanen. 8. Memperbaiki pekerjaan primary cementing yang rusak. 9. Mencegah migrasi fluida dari zone-zone atau sumur- sumur yang ditinggalkan (abandoned).
5.7. Evaluasi Squeeze Cementing Dua gejala yang sering menyebabkan hasil penyemenan menjadi tidak sempurna adalah timbulnya "channeling" dan "micro annulus". Channeling adalah gejala yang
34
Dril-021-Teknik Penyemenan
timbul bila semen berhasil menempati ruang annulus tetapi tidak seluruhnya mengelilingi selubung dan mengisi penuh ruang annulus. Sedangkan micro annulus merupakan rongga kecil yang terbentuk antara selubung dengan semen atau antara semen dengan dinding formasi. Gejala tersebut menyebabkan kualitas ikatan (bounding) semen menjadi jelek. Jenis-jenis tes yang dilakukan untuk mengevaluasi squeeze cementing adalah :
Acoustic Log Jika tujuan squeeze untuk memperbaiki primary cementing maka normal cement log dirun untuk mengevaluasi hasil dengan cara membandingkan hasil log sebelum dan sesudah dilakukan squeeze.
Radioactive Tracers Material radioaktif ditambahkan ke dalam cement slurry dan dengan survey tracer (penjejak) bisa diindikasikan apakah semen berada di tempat yang diinginkan.
Kekerasan Semen Suman dan Ellis(1977) menyatakan bahwa didalam kegiatan squeeze dimana semen dibor, merupakan indikasi berhasil atau tidaknya penyemenan dengan mengamati cutting semen tersebut. Jika cutting semen tersebut keras maka menandakan bahwa hasil squeeze baik, jika tidak keras atau ada ruangan maka mengindikasikan bahwa squeeze gagal.
Profile Temperatur Goolsby(1969) mengevaluasi hasil squeeze pada sumur injektor air dengan cara membandingkan antara profile temperatur sebelum dan sesudah dilakukannya squeeze.
5.8. Penyebab Kegagalan
Cement Slurry Menembus Pori Batuan Hanya campuran air dan substansi yang terlarut menembus pori, ketika padatan terakumulasi di permukaan formasi dan membentuk filter cake. Dibutuhkan permeabilitas yang lebih besar dari 100 Darsi agar butiran semen bisa menembus matrik batuan pasir. Hanya ada satu jalan slurry menmbus formasi yaitu melalui rekahan atau melalui lubang yang besar.
Tekanan tinggi yang diperlukan untuk mendapatkan squeeze yang baik. Jika tekanan rekah formasi diperbesar, akan terjadi kehilangan kontrol dari penempatan slurry, dan slurry akan memasuki daerah yang tidak diinginkan. Tekanan tidak akan menolong menempatkan slurry pada semua lokasi yang diinginkan.
Plugged Perforations Adanya mud cake, debris, scale paraffin, pasir formasi dan lain sebagainya dapat terakumulasi di lubang perforasi sehingga menyebabkan lubang perforasi tertutup. Goodwin (1984) menyatakan bahwa pada sumur produksi, perforasi pada bagian atas selalu terbuka sedangkan pada bagian bawah tertutup. Squeezing dengan kondisi seperti itu akan mengakibatkan kegagalan, karena fluida formasi masih tetap mengalir melalui formasi yang tertutup tadi (plugged perforations).
Dril-021-Teknik Penyemenan
35
Lokasi Packer Yang Tidak Tepat Packer diset terlalu tinggi diatas perforasi, cement slurry menjadi terkontaminasi seperti fluida komplesi. Sifat slurry seperti fluid loss, thickening time dan viskositas akan berubah oleh kontaminasi tersebut dan penempatan slurry akan berubah. Shryock dan Slagle (1968) merekomendasi bahwa squeeze packer diset tidak lebih dari 75 ft(23 m) diatas perforasi. Suman dan Ellis (1977) mere-komendasi bahwa packer diset diantara 30 dan 60 ft dari perforasi.
High Final Squeeze Pressure Tekanan akhir yang tinggi tidak akan menaikkan tingkat keberhasilan; akan tetapi sebaliknya akan meningkatkan kemungkinan merekahnya formasi, dan hal ini akan menghilangkan kontrol pada waktu penempatan semen.
5.9. Teknik Penempatan Penyekat (plug) Cement Plug adalah menempatkan cement slurry dengan volume yang relatif kecil di dalam lubang sumur yang bertujuan untuk : Menutup sumur Mencegah lost circulation selama operasi pemboran Untuk sidetrack (tempat pembelokan) pada permulaan dilakukannya pemboran berarah. Menyediakan tempat untuk tes openhole Ada tiga teknik untuk penempatan cement plugs : Balanced plug Dump bailer Two-plug method
Balanced Plug Umumnya teknik penempatan plug menggunakan metode ini. Tubing atau drillpipe diturunkan ke dalam lubang sumur pada kedalaman yang telah ditentukan untuk dilakukannya penyekatan. Spacer atau bahan kimia dipompakan didepan dan dibelakang dari semen untuk melakukan pembersihan lubang agar tidak terjadi kontaminasi semen oleh lumpur. Cement slurry tadi dipompakan sampai ketinggiannya sama antara diluar dan didalam string. Kemudian tubing atau string tadi ditarik dengan pelan ke atas, meninggalkan cement slurry pada lokasi yang ditentukan. Metode ini sangat sederhana denagn tidak membutuhkan peralatan yang khusus, hanya menggunakan unit cementing services. (gambar 33)
36
Dril-021-Teknik Penyemenan
⇪
Gambar 33. Metoda Penempatan Semen Dengan Cara Balanced Plug
Dump Bailer Method Metode ini biasanya digunakan untuk kedalaman yang dangkal; tetapi jika komposisi semen ditambah dengan retarder maka bisa digunakan sampai kedalaman 12000 ft.
Dump bailer memuat sejumlah semen, yang diturunkan dengan menggunakan wire line. Limit plug, cement basket, permanent bridge plug atau gravel pack biasanya ditempatkan dibawah lokasi plugging yang ditentukan.Bailer dibuka oleh sentuhan dari bridge plug, kemudian semen dialirkan. Metode ini mempunyai keuntungan dimana perlengkapan dijalankan de ngan wireline dan kedalaman dari cement plug dengan mudah bisa dikontrol. Biaya dengan metode ini juga relatif lebih murah karena hanya menggunakan satu peralatan pumping yang konvensional. Kerugiannya adalah jumlah semen yang terbatas karena volume daump bailer yang tertentu.(gambar 34)
Dril-021-Teknik Penyemenan
37
⇪
Gambar 34. Penempatan Semen Dengan Bantuan Dump Driver
Two Plug Method Pada metode ini top dan bottom tubing plugs dirun untuk mengisolasi cement slurry dari fluida sumur dan juga fluida pendorong. Bridge plug biasanya di run pada kedalaman cement plugging. Sebuah baffle tool di run diatas dasar string dan ditempatkan pada kedalaman tertentu untuk dasar dari cement plug. Peralatan ii memungkinkan bottom tubing plug masuk dan keluar dari tubing atau drillpipe. Semen kemudian dipompakan keluar dari string pada kedalaman plugginbg dan mulai mengisi annulus. (gambar 35)
38
Dril-021-Teknik Penyemenan
⇪
Gambar 35. Penempatan Semen Dengan Metoda Two-Plug
Keuntungan dari metode two plug adalah :
Meminimalkan kemungkinan pergerakan yang berlebihan. Bentuknya yang ketat, dengan struktur semen yang keras. Memungkinkan ditentukannya top dari plug.
Dril-021-Teknik Penyemenan
39
DAFTAR PUSTAKA
1.
"Zement Taschenbuch" , 48. Ausgabe, Verein Deutscher Zementwerkee.V. (VDZ), Bauverlag Gmbh., Duellesdorf, Germany, 1984 2. Nelson E.B., "Well Cementing" , Schlumberger Educational Series, Houston-Texas, 1990. 15. Smith D.K., "Worldwide Cementing Practices" , First Edition, American Petroleum Institute (API), Johston Printing Company, 1991. 3. nn., " Cementing Tables" , Halliburton Servives, 1981. 4. Paxson J., "Casing and cementing" , Second Edition, Petroleum ExtensionService, Texas, 1982. 5. Smith D.K., "Cementing" , SPE of AIME, New York, 1976. 6. nn., " Cementing Technolog y" , Dowel Schlumberger, London, 1984.
40
Wischers,
G.,
Dril-021-Teknik Penyemenan