1
I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Banyak pihak yang menilai kontribusi sektor perikanan Indonesia terhadap
pembangunan ekonomi rakyat maupun negara masih sangat kecil, sepertiga dari devisa yang diperoleh dari sektor perikanan adalah dari ekspor udang. Produksi udang di Indonesia pada tahun 2015 yaitu sebesar 785.900 ton (BPS). Melimpahnya produksi udang ini akan menghasilkan limbah yang banyak juga mengingat hasil samping produksi yang berupa kepala, kulit, ekor dan kaki adalah sekitar 35% - 50% dari berat awal. Limbah yang dihasilkan dari proses pembekuan udang, pengalengan udang, dan pengolahan kerupuk udang berkisar antara 30% - 75% dari berat udang. Limbah udang mempunyai kandungan kitin yang berkisar antara 20 - 30 % dari berat kering limbah udang dan keberadaan kitin dalam limbah udang masih berikatan dengan unsur lain seperti protein, kalsium karbonat dan magnesium. Limbah udang sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak namun karena dibatasi oleh adanya kitin yang mengikat protein dan mineral dalam limbah udang sehingga perlu diupayakan untuk mengolah limbah udang dahulu sebelum di jadikan sumber pakan ternak. Degradasi ikatan kitin dan protein serta mineral yang terkandung dalam limbah udang dapat dilakukan melalui proses fermentasi secara bertahap dengan menggunakan bantuan mikroba. Proses fermentasi secara bertahap pada limbah udang bertujuan untuk melepaskan protein dan glukosa yang terikat pada kitin. Pengolahan limbah udang sebagai pakan dapat dilakukan secara fisik, kimia dan biologis. Pengolahan dengan cara biologis adalah pengolahan dengan cara memanfaatkan mikroorganisme, seperti bakteri, jamur dan ragi. Pemilihan
2
mikroorganisme yang digunakan sangat menentukan produk yang dihasilkan. Mikroorganisme yang digunakan dalam bioproses limbah udang harus memiliki sifat proteolitik dan dapat menciptakan suasana asam agar kitin didegradasi menjadi protein dan mineral. Sifat Lactobacillus Sp mampu meningkatkan nilai cerna pada bahan terfermentasi karena dapat melakukan pemotongan pada bahan yang sulit dicerna,sehingga langsung diserap oleh tubuh, misalnya protein diubah menjadi asam-asam amino (Guerra, 2006). Bakteri Lactobacillus Sp dapat menghasilkan enzim protease, adanya enzim protease dan khitinase diharapkan dapat membantu memisahkan protein dengan khitin pada limbah udang (Ulfa, 2003). Nurhidayat (2002) menjelaskan bahwa enzim protease dapat digunakan untuk memisahkan nitrogen (N) pada ikatan khitin cangkang udang. Sedangkan Saccharomyces cereviseae adalah khamir yang dapat menghasilkan enzim khitinase, amilase, lipase, protease, dan enzim lain yang dapat membantu proses pencernaan zat-zat makanan dalam organ pencernaan. Khamir penghasil enzim ekstraseluler dan khamir ini telah digunakan dalam jangka waktu yang lama untuk proses fermentasi dan tidak menghasilkan produk samping berbahaya atau bahan lain yang bersifat toksik. Khamir ini memiliki kemampuan menghidrolisis pati menjadi glukosa. Berkenaan pada latar belakang, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Lama Fermentasi Limbah Udang oleh Lactobacillus sp yang Dilanjutkan dengan Saccharomyces cereviseae terhadap Kandungan Protein dan Glukosa”.
3
1.2.
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Berapa besar pengaruh waktu kombinasi fermentasi oleh Lactobacillus sp yang dilanjutkan Saccharomyces cereviseae terhadap kandungan protein murni dan kandungan glukosa limbah udang produk fermentasi. 2. Waktu kombinasi fermentasi berapa oleh Lactobacillus sp yang dilanjutkan Saccharomyces yang menghasilkan kandungan protein murni dan kandungan glukosa limbah udang produk fermentasi tertinggi. 1.3.
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut maka maksud
dan tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui pengaruh waktu kombinasi fermentasi pada tahapan fermentasi oleh Lactobacillus sp yang dilanjutkan Saccharomyces cereviseae terhadap kandungan protein dan glukosa limbah udang produk fermentasi. 2. Mendapatkan kombinasi waktu fermentasi oleh Lactobacillus sp yang dilanjutkan oleh Saccharomyces yang menghasilkan kandungan protein dan glukosa limbah udang produk fermentasi tertinggi. 1.4.
Kegunaan Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan
tentang waktu yang optimal pada fermentasi bertahap oleh Lactobacillus sp yang dilanjutkan oleh Saccharomyces cereviseae terhadap kandungan glukosa dan protein dalam limbah udang produk fermentasi.
4
1.5.
Kerangka Penelitian Kulit udang sebagian besar terdiri dari kitin, protein dan kalsium karbonat,
kitin merupakan ko-polimer N-acetyl D-glucosamin dan D-glucosamin. Turunan kitin yaitu kitosan dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang diantaranya yaitu bidang kedokteran, industri tekstil, industri kosmetika, industri membran (film), industri pengolahan pangan, dan penanganan limbah (Aye dan Stevens, 2004; Synowiecki dan Al-Khateeb, 2003). Untuk meningkatkan kualitas dan memaksimalkan pemanfaatan limbah udang ini, maka sebelum diberikan pada ternak perlu dilakukan pengolahan, yaitu dengan meningkatkan kualitas gizi produk fermentasi.
Penggunaan
teknologi pengolahan pakan yang tepat guna, untuk tujuan meningkatkan kualitas nutrisi limbah udang sangat diperlukan agar pemanfaatan proteinnya maksimal. Berbagai perlakuan pengolahan dapat dilakukan antara lain perlakuan fisik, kimia dan biologis serta kombinasinya. Degradasi komplek senyawa protein-khitin-kalsium karbonat dengan sempurna baru akan terjadi bila limbah udang diperlakukan dengan enzim yang dihasilkan oleh mikroba melalui proses fermentasi. Salah satu caranya adalah menggunakan jasa kapang dari mikroorganisme penghasil enzim khitinase. Menurut hasil penelitian (Nwanna, 2003), untuk pengolahan limbah udang secara fermentasi dapat menggunakan inokulum Lactobacillus sp sebagai fermentor untuk pembuatan silase limbah udang, yaitu dalam waktu 3 hari. Nilai gizinya (protein kasar) cukup tinggi, yaitu 58,96 %. Selain Lactobacillus sp, juga dapat digunakan inokulum EM-4, yaitu bakteri fermentasi yang berisi kultur campuran dari mikroorganisme yang menguntungkan bagi pertumbuhan dan pruduksi ternak, sebagian besar terdiri dari genus Lactobacillus sp, bakteri fotosintetik,
5
Actinomycetes sp, Sreptomyces sp, jamur pengurai selulosa dan ragi yang berfungsi menguraikan selulosa atau khitin pada limbah udang (Kyusey Nature Farming Societies, 1995; Indriani, 2003). Fermentasi adalah suatu proses perubahan kimiawi dari senyawa-senyawa organik (karbohidrat, lemak, protein, dan bahan organik lainnya) baik dalam keadaaan aerob maupun anaerob melalui kerja enzim yang dihasilkan oleh mikroba. Proses fermentasi dipengaruhi dosis dan waktu. Tingkat dosis berkaitan dengan besaran populasi mikroba yang berpeluang menentukan cepat tidaknya perkembangan mikroba dalam menghasilkan enzim untuk merombak substrat sehingga pada gilirannya berpengaruh terhadap produk akhir. Lama inkubasi berkaitan dengan waktu yang akan digunakan bakteri untuk tumbuh dan berkembang biak. Selama masa tersebut, bakteri terus menggunakan komponekomponen substrat untuk kelangsungan hidupnya. Makin singkat waktu inkubasi makin sedikit kesempatan inokulum untuk tumbuh dan berkembang biak sehingga jumlah komponen susbtrat yang dapat diubah juga makin sedikit (Abun, 2003). Beberapa peneliti melaporkan adanya perubahan substrat melalui fermentasi dengan bakteri. Kecepatan tumbuh yang optimum untuk bakteri Lactobacillus Sp pada media agar dengan suhu 30 - 37 C dan tumbuh baik pada NaCl fisiologis 3 - 7%. (Holt et al, 1994) Bakteri ini bersifat proteolitik, yaitu merombak protein menjadi ikatan peptida dan akhirnya menjadi asam amino. Protein limbah udang diuraikan oleh enzim proteolitik menjadi asam amino sehingga N terlarutnya akan mengalami peningkatan. Pemberian dosis inokulum lactobacillus sp 5% dengan waktu fermentasi 48 jam pada limbah udang dapat memberikan pengaruh terhadap nilai glukosa, protein dan pH sebesar ( Keiko Shirai, 2000). Pada penelitian ini juga di tetapkan
6
waktu fermentasi yaitu 0, 24 jam dan 48 jam. Sedangkan pada fermentasi terasi udang waktu fermentasi yang optimal yaitu 7 hari, fermentasi limbah udang oleh lactobacillus sp dengan waktu 2 hari menghasilkan protein kasar sebesar 58,51% (mirzah). Waktu fermentasi yang terbaik untuk lactobacillus sp pada fermentasi cincalok (udang kecil) yaitu selama 48 jam (Dwi isyana Ahmad). Fermentasi limbah udang menggunakan lactobacillus sp 2% dengan waktu fermentasi 2 hari pada suhu 35C (Abun, 2006). Fermentasi limbah udang juga menggunakan
khamir Saccharomyces
cerevisea yang dapat berkembang biak dalam gula sederhana seperti glukosa, maupun gula kompleks dikarenakan khamir ini merupakan khamir penghasil enzim ekstraseluler dan bersifat amilolitik. Enzim yang dihasilkan diantaranya amilase, glukosidase, glukoamilase, kitinase, fosfolipase, katalase, invertase, protease (Lampen, 1968; Lodder, 1970). Penelitian mengenai fermentasi menggunakan khamir telah dilakukan, seperti penelitian Wulandari, dkk. (2012) yang menyatakan bahwa mikroorganisme yang memiliki tingkat efektifitas dalam memanfaatkan limbah molas sebagai sumber glukosa adalah Saccharomyces cerevisiae dengan tingkat efektifitas 126,4 mL/mg. Hal tersebut menunjukkan bahwa khamir memiliki kemampuan memanfaatkan karbohidrat (monosakarida ataupun polisakarida) sebagai sumber energi untuk pertumbuhannya. Pada fermentasi
limbah
udang
diharapkan
Saccharomyces
cerevisiae
dapat
mendegradasi kitin yang merupakan biopolimer yang tersusun oleh unit-unit Nasetil-D-glukosamin dan termasuk golongan polisakarida, dengan nama lain β-(14)-2-asetamida-2-dioksi-D-glukosa menjadi molekul yang lebih sederhana yaitu glukosa sebagai nutrien sumber energi yang dapat lebih mudah dicerna dan diserap oleh tubuh ternak monogastrik. Untuk waktu fermentasi limbah udang
7
menggunakan khamir Saccharomyces cerevisiae yaitu 3 hari dengan dosis 3% pada suhu ruang. Berdasarkan kerangka pemikiran dapat diperoleh hipotesis bahwa waktu fermentasi oleh Lactobacillus sp selama 2 hari dan dilanjutkan oleh Saccharomyces cereviseae selama 3 hari menghasilkan kandungan protein murni dan glukosa tertinggi. 1.6.
Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2016 di Laboratorium
Nutrisi Ternak Unggas Non Ruminansia dan Industri Makanan Ternak dan Laboratorium
Kimia
Makanan
Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang.
Ternak
Fakultas
Peternakan
Universitas
8
II BAHAN DAN METODE
2.1
Bahan dan Alat Penelitian
2.1.1
Bahan Penelitian Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Subtrat Substrat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah limbah udang segar yang diperoleh dari indramayu. 2. Mikroba Mikroba yang digunakan adalah bakteri Lactobacillus sp dan khamir Saccharomyces cereviseae yang akan diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Institut Teknologi Bandung. 3. Aquades 4. Alkohol 70 % 5. Agar-agar 6. NaCl fisiologis, NH4Cl, NaCl, K2HPO4, KH2PO4, MgCl, dan H2O 7. Buffer pH 4,7 dan 10 8. Bovine Serum Albumin (larutan standar untuk mengukur protein) 2.1.2
Peralatan Penelitian
a) Alat Persiapan Fermentasi 1. Neraca analitik digital atau timbangan elektrik dengan ketelitian 1 gram, digunakan untuk menimbang sampel yang dipergunakan dalam penelitian. 2. Hammer Mill, digunakan untuk menghaluskan sampel. 3. Autoclave, berfungsi untuk mensterilkam alat dan bahan fermentasi
9
4. Tabung reaksi, digunakan untuk membuat pengenceran serta rak untuk penyimpanan nya. 5. Beaker glass, digunakan untuk pembuatan media agar. 6. Cawan petri, digunakan untuk pembiakan mikroba dalam substrat. 7. Labu erlenmeyer, digunakan untuk homogenisasi media agar. 8. Jarum ose, digunakan untuk mengambil indukan bakteri dan khamir murni pada tabung reaksi. 9. Pembakar Bunsen, digunakan untuk mensterilkan jarum ose. 10. Kapas dan Aluminum foil, digunakan utuk menutup alat-alat pada saat akan dilakukan sterilisasi b) Alat Fermentasi 1. Stoples, digunakan untuk menyimpan substrat (limbah udang) selama proses fermentasi. 2. Oven, digunakan untuk pengeringan bahan dan hasil fermentasi. 3. Auto shaker bath, digunakan sebagai tempat penyimpanan unit percobaan. 4. pH meter,berfungsi untuk mengukur kadar pH. 5. Pippet, digunakan untuk mengambil sampel yang akan dianalisis. 6. Perangkat analisis proksimat, untuk menganalisis hasil penelitian. 7. Sendok pengaduk, digunakan untuk proses homogenisasi substrat dan inokulum.
10
2.2
Metode Penelitian
2.3.1
Persiapan Penyediaan Bakteri Lactobacillus sp
1. Pembuatan Media Berbasis Kaldu Limbah Udang (Nutrient Broth Agar). Sebanyak 250 gram limbah udang segar akan digunakan dalam penelitian ini, limbah udang dicuci bersih, kemudian direbus dalam 1000 ml aquadest selama 30 menit. Selanjutnya
air rebusan disaring dengan kain kasa
bersih, ambil 500 ml kemudian ditambahkan 15 gram NaCl 0,9% dan 7 gram agar batang. Setelah itu disterilkan dengan menggunakan autoclave pada suhu 121C selama 20 menit tekanan 1 atmdan didinginkan. Media ini digunakan untuk perbanyakan Lactobacillus sp. (Dwidjoseputro, 1964) 2. Pembuatan Larutan Mineral Standar Campuran CONH2 0,5% (b/v), NaCl 0,5% (b/v), KH2PO4 0,4% (b/v), MgCl 0,1% (b/v) dan aquadest sampai volume campuran 1000 ml. (Abun, 2008). Setelah itu disterilkan dengan menggunakan autoclave dengan suhu 121C selama 15 menit dengan tekanan 1 atm. Larutan mineral digunakan untuk perbanyakan bakteri dan pembuatan inokulum Lactobacillus sp. 3. Perbanyakan bakteri Lactobacillus sp Biakan murni Lactobacillus sp diinokulasikan kedalam tabung reaksi yang berisi media berbasis kaldu limbah udang-agar steril, diencerkan 10 kali dengan larutan mineral kemudian di inkubasi pada suhu 40C selama 48 jam (inokulum standar) 4. Pembuatan Inokulum a) Menambahkan 1 gram nutrient broth pada 90 ml media kaldu dan larutan mineral. Selanjutnya tambahkan 10 ml inokulum primer. b) Menginkubasikan pada suhu 40C selama 48 jam.
11
c) Menghitung jumlah koloni mikroba minimal
109 CFU/ml dari
inokulum yang sudah jadi menggunakan metode Total Plate Count (TPC). 2.2.2
Persiapan Penyediaan Khamir Saccharomyces cereviseae
1. Pembuatan Media Esktrak Toge Agar (ETA) Sebanyak 250 gram toge yang sudah dicuci bersih dimasak dalam 1000 ml aquades selama 2,5 jam, kemudian disaring dengan kain kasa dan ekstraknya diambil 500 ml. Ekstrak toge (500 ml) kemudian ditambah 15 gram sukrosa pada suhu 121C selama 15 menit tekanan 1 atm dan didinginkan.
Media
ini
digunakan
untuk
perbanyakan
khamir
diinokulasikan
(dengan
Saccharomyces cereviseae (Abun, 2006). 2. Perbanyakan Khamir Saccharomyces cereviseae Biakan
murni
Saccharomyces
cereviseae
menggunakan jarum ose) ke dalam tabung reaksi yang berisi media ekstrak toge agar (ETA) steril, kemudian diinkubasikan pada suhu 35C selama 48 jam. 3. Pembuatan Inokulum padat Saccharomyces cereviseae 4. Beras sebanyak 300 gram ditambahkan 200 gram tepung limbah udang diaduk dengan air sebanyak 500 ml, kemudian disterilkan pada suhu 121C selama 30 menit. Substrat yang telah disterilkan kemudian didinginkan (suhu 30-35C) dan dimasukan kedalam kantong plastik. Setelah itu memasukan biakan atau inokulum Saccharomyces cereviseae yang sudah diberi aquadest steril sebanyak 0,1 ml. Media dalam kantong plastik diaduk sehingga biakan tercampur rata atau terjadi homogenisasi.
12
Selanjutnya substrat diinkubasikan pada suhu 30 - 35C selama 48 jam dalam inkubator. Setelah substrat ditumbuhi oleh khamir, dikeringkan kemudian digiling sampai halus. Selanjutnya substrat yang telah dihaluskan digunakan sebagai inokulan. Selanjutnya dilakukan uji aktivitas dari inokulan dengan menghitung koloni (Colony Forming Unit) per gram inokulum dengan menggunakan metode Total Plate Count (TPC). 2.2.3
Fermentasi Limbah Udang
1. Menstrerilkan tepung limbah udang dengan menggunakan Autoclave selama 15 menit pada suhu 121C dengan tekanan 1 atm. 2. Meniriskan limbah udang hingga mencapai suhu 30 - 35C selama 5 - 15 menit. 3. Mengambil 100 gram limbah udang yang akan digunakan sebagai substrat fermentasi, masing-masing dimasukan kedalam stoples lalu ditambahkan air dengan perbandingan padatan dan air. 4. Diinokulasikan dengan inokulum Lactobacillus sp dosis 2% dan Saccharomyces cereviseae 3% (dari jumlah bahan kering substrat) yang disesuaikan dengan perlakuan percobaan yaitu waktu pemberiaan secara bertahap, kemudian diaduk hingga homogen. (Abun, 2007). 5. Menghitung pH dan jumlah koloni sebelum fermentasi. 6. Menutup stoples sehingga menjadi kondisi anaerob. 7. Masing-masing perlakuan dimasukan kedalam auto-shakerbath pada suhu 30C disesuaikan dengan perlakuan percobaan dari waktu pemberiaan kedua mikroba yang digunakan, setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali. 8. Menghitung pH dan jumlah koloni setelah fermentasi.
13
9. Mensterilisasi produk fermentasi dengan autoclave selama 15 menit pada suhu 121C dengan tekanan 1 atm. 10. Mengeringkan limbah udang produk fermentasi dengan menggunakan oven pada suhu 40 - 45C selama 3 hari (sampai beratnya konstan). 11. Selanjutnya dilakukan analisi kandungan protein murni, glukosa produk fermentasi limbah udang tersebut. 2.3
Peubah yang Diamati
2.3.1
Pengukuran Kandungan Protein Murni Metode Lowry Reaksi Cu dengan ikatan peptida oleh tirosin dan tripotan yang membentuk fosfotungstat-fosfomolibdat pada suasana alkalis akan memberikan warna biru yang intensitasnya bergantung pada konsentrasi yang ditera. Kosentrasi protein diukur berdasarkan optik density pada panjang gelombang 600 nm. Metode Spektrofotometer UV Kebanyakan protein mengabsorpsi sinar ultraviolet maximum pada 280 nm. Hal ini terutama oleh adanya asam amino tirosin triptofan dan fenilalanin yang ada pada protein tersebut.
2.3.2
Pengukuran Kandungan Glukosa Penentuan glukosa dilakukan dengan menggunakan spektrofometri.
2.3.3
Pengukuran Nilai Derajat Keasaman (pH) Pengukuran pH produk fermentasi limbah udang ini dilakukan pada akhir
penelitian dengan menggunakan alat pH meter. Metode Dairy One (2007). Prosedur pengukuran pH adalah sebagai berikut : 1. Sampel sebanyak 15 gram dimasukan kedalam labu Erlenmeyer.
14
2. Tambahkan 200 ml aquades lalu digiling menggunakan blender selama 1 menit. 3. Dimasukan elektroda kedalam larutan buffer 4 kemudian dibiarkan hingg stabil. 4. Elektroda dibilas dengan aquades kemudian dikeringkan. 5. Dimasukan elektroda kedalam larutan buffer 7 dan dibiarkan hingga stabil. 6. Elektroda dibilas dengan aquades kemudian dikeringkan. 7. Dimasukan elekroda kedalam larutan sampel dan dibiarkan hingga stabil. 8. Dicatat nilai pH yang ditunjukan oleh layar. 2.4
Rancangan Percobaan dan Analisi Statistik Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental. Rancangan yang
digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan masing-masing perlakuan diulang 4 kali sehingga didapat 20 unit percobaan. Perlakuan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : W1 = Waktu kombinasi fermentasi Lactobacillus sp 5 hari dan Saccharomyces cereviseae 1 hari W2 = Waktu kombinasi fermentasi Lactobacillus sp 4 hari dan Saccharomyces cereviseae 2 hari W3 = Waktu kombinasi fermentasi Lactobacillus sp 3 hari dan Saccharomyces cereviseae 3 hari W4 = Waktu kombinasi fermentasi Lactobacillus sp 2 hari dan Saccharomyces cereviseae 4 hari W5 = Waktu kombinsi fermentasi Lactobacillus sp 1 hari dan Saccharomyces cereviseae 5 hari
15
Data yang diperoleh diuji menggunakan sidik ragam (Gaspersz, 1995) dengan model matematika sebagai berikut : Yij=μ+ eij Keterangan : Yij : Nilai pengamatan dari perlakuan ke-I ulangan ke-j µ : Nilai tengah populasi eij : Galat percobaan dari perlakuan ke-I ulangan ke –j i : Perlakuan ke-I (1,2,3,4,5,) j : Ulangan ke-j (1,2,3,4) Hipotesis yang diuji : H0: W1 = W2 = W3 = W4 = W5 Berarti tidak ada pengaruh antar perlakuan H1: W1 ≠ W2 ≠ W3 ≠ W4 ≠ W5 Atau paling sedikit ada satu perlakuan yang berbeda.
Tabel 1. Sidik Ragam Sumber Keragaman Perlakuan Galat Total Keterangan: db : Derajat bebas JK : Jumlah kuadrat KT : Kuadrat tengah
Db
JK
KT
F hit
P-1
JKP
KTP
KTP/KTG
P (U-1)
JKG
KTG
PU-1
JKT
F tabel
Kaidah keputusan : Jika Fhitung ≤ Ftabel 0,05 artinya tidak berbeda nyata (non significant), terima H0 dan tolak H1. Jika Fhitung > Ftabel 0,05 artinya berbeda nyata (significant), tolak H0 dan terima H1.
16
Apabila hasil yang diperoleh berbeda, maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji jarak berganda duncan dengan rumus : LSR = SSR x Keterangan : LSR : Least Significant Range SSR : Studentized Significant Range KTg : Kuadrat Tengah Galat r : Ulangan
√
KTg r
Selisih antar perlakuan (d) kemudian dibandingkan dengan perlakuan, dengan kaidah keputusan : 1. Apabila d ≤ LSR maka tidak berbeda nyata (terima H0) 2. Apabila d > LSR maka berbeda nyata atau sangat nyata (tolak H0).
17
DAFTAR PUSTAKA
Aang, R., Abun., TjitjaH, A. 2012. Pengaruh Dosis Dan Lama Fermentasi Buah Ketapang (Ficus Lyrata) Oleh Bacillus Licheniformis Terhadap Kandungan Protein Kasar Dan Serat Kasar. Jurnal Unpad Vol 1 No 1 (2012). URL: http:// jurnal.unpad.ac.id/ejournal/article/view/1379. ____. 2003. Pengaruh Dosis Inokulum Aspergillus niger dan Lama Fermentasi Terhadap Perubahan Kandungan Protein Kasar dan Serat Kasar Ampas Umbi Garut. Thesis, Program Pascasarjana, Universitas Padjadjaran, Bandung. Abun. 2008. Biokonversi Limbah Udang Windu (Pnaeusmonodon) oleh Bacillus Licheniformis dan Aspergillus niger Serta Implementasinya Terhadap Performan Broiler. Disertasi, Universitas Padjadjaran, Bandung. ____. 2009. Pengolahan Limbah Udang Windu Secara Kimiawi Dengan NaOH dan H2SO4 Terhadap Protein dan Mineral Terlarut. Universitas Padjadjaran. Jatinangor. Dwidjoseputro. 1964. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Malang. Isyana, Dwi A., Risa Nofiani., Puji A. 2015. Karakterisasi Bakteri Asam Laktat Lactobacillus sp. Red1 dari Cincalok Formulasi . Universitas Tanjungpura Johnson, E.L & Q.P. Peniston. 1982. Utilization of shellfish wastes for producting of chitin and chitosan production. In chemistry and biochemistry of marine food product. AVI Publ., Westport connecticut. Purwantiningsih. 1993. Isolasi Khitin dan Senyawaan Kimia dari Limbah Udang Windu (Panaeus monodon). Buletin Kimia Bulan Juni No. 8. Jurusan Kimia. FMIPA. IPB. Bogor. Purwaningsih, S, 2000. Teknologi Pembekuan Udang. Penebar Swadaya, Jakarta. Shirai, Keiko., Isabel Guerrero., Sergio Huerta., Gerardo Saucedo., Alberto Castillo. 2000. Effect Of Initial Glucose Concentration And Incolulation Level Of Lactic Acid Bacteria In Shrimp Waste Ensilation. In enzyme and microbial technology. Loughborough University, Departemen Of Chemical Engineering. United Kingdom Swastawati, F, Wijayanti, l., Susanto, F., 2008. Pemanfaatan Limbah Kulit Udang Menjadi Edible Coating Untuk Mengurangi Pencemaran Lingkungan. Jurusan Perikanan Universitas Diponegoro. Volume 4 No.4, Desember 2008. Semarang.
18
Lampiran 1. Rencana Jadwal Penelitian No
Bulan Uraian
MAR
APR
MEI
JUN
AGU
Kegiatan
2016
2016
2016
2016
2016
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
Administrasi
2
Bimbingan UP
3
Seminar UP
4
Perbaikan UP
5
Penelitian
6
Analisis data
7
Bimbingan skripsi
8
Sidang sarjana
9
Perbaikan skripsi
10
Wisuda
19
Lampiran 2. Rencana Biaya Penelitian
Nomor 1.
Rincian
Harga (Rp)
Pra Penelitian a. Study literatur b. Pengetikan dan print c. Perbanyak proposal usulan penelitian d. Seminar Usulan Penelitian (Persiapan
50.000 100.000 84.000 100.000
dan akomodasi) 2.
Penelitian a. Biaya akomodasi
100.000
b. Limbah udang per Kg 7.500 (10 kg)
75.000
c. Lactobacillus sp
100.000
d. Saccharomyces cereviseae
100.000
e. Bahan untuk fermentasi (Aquadest,
150.000
Alkohol, Agar, Alumunium Foil) f. Analisis Protein Murni dan glukosa
2.000.000
(Spektofotometer) (20 sampel x Rp 100.000 3.
Pasca Penelitian a. Pengetikan skripsi
100.000
b. Perbanyakan skripsi (Print dan cover)
300.000
TOTAL
3.259.000
20
Lampiran 3. Diagram alur penelitian
LIMBAH UDANG
PENGECILAN UKURAN
STERILISASI
SUHU 121C, TEKANAN 1 ATM
PENDINGINAN
SUHU 40C
AUTOSHAKERBATH
BIOPROSES
DEGRADASI PROTEIN OLEH Lactobacillus sp DOSIS 3%, waktu 1,2,3,4,5 dan 5 hari, 40C
FERMENTASI oleh Saccharomyces c DOSIS 3%,waktu 1,2,3,4 dan 5 hari Suhu 25C
ANALISIS PRODUK PROTEIN GLUKOSA
21
Lampiran 4. Perbanyakan dan Perhitungan Total Plate Count (TPC) Bakteri Lactobacillus sp Pada Media 10-1 9 ml NaCl + 1ml
10-2 9 ml NaCl + 1ml 10-1
10-3 9 ml NaCl + 1ml 10-2
10-4 9 ml NaCl + 1ml 10-3
10-5 9 ml NaCl + 1ml 10-4
10-10 9 ml NaCl + 1ml 10-9
10-9 9 ml NaCl + 1ml 10-8
10-8 9 ml NaCl + 1ml 10-7
10-7 9 ml NaCl + 1ml 10-6
10-6 9 ml NaCl + 1ml 10-5
NBA+1 ml 10-10
NBA+1 ml 10-9
(Diinkubasi selama 48 jam)
Perhitungan : CFU/g = Jumlah koloni per cawan X
1 faktor pengenceran
22
Lampiran 5. Perbanyakan dan Perhitungan Total Plate Count (TPC) Khamir Saccharomyces cerevisiae Pada Media ETA
1 ml
10-1 9 ml NaCl+1 gram khamir
10-2 9 ml NaCl+1 ml 10-1
1 ml
10-4 9 ml NaCl+1 ml 10-3
1 ml
1 ml
10-5 10-6 -4 9 ml NaCl+1 ml 10 9 ml NaCl+1 ml 10-5
ETA+1 ml 10-7 10-7 9 ml NaCl+1 ml 10-6
10-3 9 ml NaCl+1 ml 10-2
ETA+1 ml 10-6
(Diinkubasi selama 48 jam)
Perhitungan : CFU/g = Jumlah koloni per cawan X
faktor pengenceran ¿ ¿ 1 ¿
23
Lampiran 6. Langkah Kerja Pengujian Protein Dengan Metode Lowry Langkah Kerja Pengujian Protein Dengan Metode Lowry Pembuatan Larutan Standar
Menimbang padatan murni sebanyak 0,0292 gram Melarutkan dengan aquades pada gelas kimia Memasukan pada labu ukur 250 ml lalu menandabatasi Mengambil 0,1 ml; 0,2 ml; 0,4 ml; 0,6 ml; 0,8 ml; 1 ml dan memasukan kedalam tabung reaksi
Menambah aquadest hingga volume total 4,0 ml Menambah 5,5 ml pereaksi lowry A, kocok dan didiamkan 15 menit Menambah 0,5 ml pereaksi lowry B, kocok dengan cepat
Didiamkan 30 menit hingga berubah warna menjadi biru
24
Pelarutan Sampel Menimbang sampel limbah udang sebanyakan 3,0248 gram
Melarutkan dengan 50 ml aquadest pada gelas kimia Menyaring dan mengambil filtratnya
Memipet 0,5 ml larutan sampel (filtrat)
Menambah aquadest hingga volume total 4,0 ml Menambah 5,5 ml pereaksi campuran, kocok dan didiamkan 15 menit
Menambahkan 0,5 ml pereaksi fenol, kocok dengan cepat
Didiamkan 30 menit hingga berubah warna menjadi biru
25
Pengukuran Larutan Standar Protein dan Sampel Memasukan blanko dan larutan standar tengah
Melakukan uji panjang gelombang maksimum, didapat pada = 670 nm
Mengukur blanko dan “auto-zero” –kan pada alat
Mengukur dan mencatat absorbansi setiap konsentrasi standar
Membuat kurva standar dari hasil pengukuran tersebut
Mengukur dan mencatat absorbansi sampel limbah udang