LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
UJI PREFERENSI PAKAN KECOAK JERMAN Blattella germanica L. (Dictyoptera: Blattellidae) SEBAGAI DASAR PEMBUATAN UMPAN BERACUN UNTUK PENGENDALIAN
BIDANG KEGIATAN: PKM PENELITIAN
Diusulkan Oleh :
HIRZAN RIYANDI
1110422056
(2011)
IRDA RAHMA YENI
1110421020
(2011)
REINI
1210423042
(2012)
NOFA YOLANDA
1310421007
(2013)
UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2014
PENGESAHAN LAPORAN AKHIR PKM-PENELITIAN
1. Judul Kegiatan
2. Bidang Kegiatan 3. Ketua Pelaksana Kegiatan a. Nama Lengkap b. NIM c. Jurusan d. Universitas/Institut/Politeknik e. Alamat Rumah dan No. Telp/HP f. Alamat E-mail 4. Anggota Pelaksana Kegiatan 5. Dosen Pendamping a. Nama Lengkap dan Gelar b. NIDN c. Alamat Rumah dan No. Telp/HP
6. Biaya Kegiatan Total a. Dikti b. Sumber lain 7. Jangka Waktu Pelaksanaan
: Uji Preferensi Pakan Kecoak Jerman Blattella germanica L. (Dictyoptera: Blattellidae) Sebagai Dasar Pembuatan Umpan Beracun Untuk Pengendalian : PKM-P : : : : : : :
Hirzan Riyandi 1110422056 Biologi Andalas Padang/085376177554
[email protected] 3 Orang
: Dr. Resti Rahayu : 0021027404 : Komp. Cimpago Permai Blok F No. 13 Koto Lua Limau Manis Padang, No HP/Telp. 08126169565/ 085861356522 : Rp 11.401.750 : : 5 Bulan
Padang, 25 Juni 2014 Menyetujui Ketua Jurusan Biologi FMIPA Universitas Andalas
Ketua Pelaksana Kegiatan
(Dr. Jabang Nurdin) NIP. 19700705 199903 1 001
(Hirzan Riyandi) NIM. 1110422056
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Universitas Andalas
Dosen Pendamping
(Dr. Ir. Aprisal,MP) NIP. 19630421 1992002 1 001
(Dr. Resti Rahayu) NIP.19740221 200501 2 001
i
DAFTAR ISI
PENGESAHAN LAPORAN AKHIR PKM-PENELITIAN...............................i DAFTAR ISI...........................................................................................................ii ABSTRAK.............................................................................................................iii BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................................1 1.1 Latar Belakang.............................................................................................1 1.2 Perumusan Masalah......................................................................................2 1.3 Tujuan Penelitian...........................................................................................2 1.4 Luaran Yang Diharapkan.............................................................................2 1.5 Kegunaan Penelitian.....................................................................................2 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3 2.1 Hama..............................................................................................................3 2.2 Kecoa Jerman Blattella germanica L. ..........................................................3 2.3 Umpan...........................................................................................................4 BAB 3. METODE PENELTIAN..........................................................................5 3.1 Waktu dan Tempat........................................................................................5 3.2 Alat dan Bahan ..............................................................................................5 3.3 Prosedur Kerja ..............................................................................................5 3.4 Luaran yang diharapkan................................................................................6 3.5 Parameter Pengamatan ..................................................................................6 3.6 Analisis Data.................................................................................................6 BAB 4. HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS ...........................7 BAB 5. KESIMPULAN ......................................................................................10 DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11 LAMPIRAN..........................................................................................................13 -
Analisa Data
-
Penggunaan Dana.
-
Bukti-bukti penunjang kegiatan.
ii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis pakan yang paling disukai oleh kecoak jerman Blattella germanica L. yang di dapatkan dari beberapa strain meliputi strain murni sebagai standar (VCRU-WHO) dan tiga Blattella germanica strain lapangan (PLZ-PDG, PLZ-SMRD dan GFA-JKT) sebagai dasar pembuatan umpan beracun untuk pengendalian kecoak. Penelitian ini menggunakan beberapa jenis pakan yaitu selai blueberry, susu bubuk, selai sarikaya, dan sisa ampasnya. Metoda penelitian ini menggunakan alat olfaktometri. Data yang akan diamati adalah frekuensi kecoak jerman setiap 24 jam selama 96 jam perlakuan dan bobot dari jenis pakan yang dikonsumsi selama perlakuan 96 jam dengan cara menghitung berat kering awal dikurang berat kering akhir. Dari penelitian didapatkan hasil yaitu jenis pakan yang banyak dikunjungi kecoak jerman secara umum adalah selai blueberry. Terutama dari strain PLZ-PDG (14,75 kali) dan PLZ-SMRD (17 kali). Sedangkan strain VCRU-WHO memilih sisa ampas dengan 11,5 kali kunjungan walaupun secara statistik pada taraf α = 0,5 tidak berbeda nyata dengan selai blueberry. Namun pada strain GFA-JKT lebih memilih jenis pakan berupa selai sarikaya. Jumlah konsumsi pakan yang paling banyak dari setiap strain umumnya adalah selai blueberry. Walaupun dari strain GFA-JKT menunjukkan hasil yang berbeda yaitu cendrung memilih selai sarikaya. Hasil uji regresi menunjukkan adanya korelasi positif yang sangat signifikan antara frekuensi kunjungan dengan bobot konsumsi terhadap pakan dengan persamaan y = 0,1336x + 4,8263 dan nilai R2 = 0,682 atau r = 0,659 (nilai P<0,5). Kata kunci : Blattella germanica, kunjungan, konsumsi pakan.
iii
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecoak merupakan salah satu dari kelompok hama serangga. Kecoak merupakan organisme yang dapat tinggal di dalam rumah, hotel, restoran, dia dapat berkembang dengan cepat karena adanya ketersediaan makanan dan kondisi lingkungan yang sesuai. Kecoak dapat hidup pada celah-celah di sekitar pembuangan limbah, dapur, tempat pembuangan sampah, gudang makanan dan lemari pakaian serta toilet (Nafis, 2009). Kecoak sebagai hama pemukiman kini sudah tersebar di seluruh dunia dan dapat beradaptasi pada lingkungan pemukiman manusia serta mampu berkembangbiak dengan waktu yang singkat. Biasanya di tempat pemukiman, ditemukan di tempat-tempat yang hangat, lembab dan gelap. Ada beberapa jenis kecoa yang sering ditemukan, salah satunya adalah kecoak jerman Blattella germanica L. (Blattodea : Blattellidae) (Cornwell, 1968). Kebiasaan dari kecoa jerman ini adalah hidup di tempat-tempat yang lembab dan dekat dengan makanan. Mereka dapat ditemukan disekitar dapur dan kamar mandi. Karena takut dengan ruang terbuka mereka dapat ditemukan beristirahat di celah dan retakan dinding. Seekor kecoak hanya akan melakukan perjalanan 10-12 meter dari area bersarang mereka untuk mencari makanan (Kantor Kesehatan Pelabuhan, 2011). Beberapa penelitian ditemukan bahwa kecoak sebagai vektor penyakit seperti penyakit diare, disentri, tifus dan lain-lain (Sulaiman et al., 2003). Menurut Enviromental Health Watch (2005) menyatakan bahwa pengendalian kecoak telah banyak dilakukan dengan berbagai cara, seperti secara kimiawi, sanitasi, biologis, atau mekanis. Pada umumnya cara kimiawi lebih sering digunakan oleh masyarakat seperti penyemprotan, karena inilah yang paling praktis. Selain itu metoda ini dapat meninggalkan residu yang berbahaya bagi manusia. Karena seringnya dilakukan pemberian insektisida secara terus-menerus secara berkelanjutan, akibatnya dalam waktu jangka panjang akan menyebabkan terjadinya resistensi. Dimana serangga tersebut dapat beradaptasi dan bertahan hidup dalam menghadapi berbagai tekanan seleksi (Ahmad, 2011). Oleh karena itu perlu dilakukan pengendalian lain yang lebih aman terhadap lingkungan dan manusia, salah satu solusinya adalah menggunakan formalasi umpan beracun. Langkah awal yang dilakukan untuk membuat formulasi umpan tersebut adalah mencari jenis pakan yang paling disukai oleh kecoak yang sering ditemukan di pemukiman Indonesia (Cooper & Schal, 1992). Setiap jenis kecoak memiliki preferensi umpan yang berbeda maka dari itu perlu dilakukan peneliitian tentang jenis-jenis pakan yang sangat disukai oleh kecoak jerman Blattella germanica L. sebagai dasar pembuatan umpan beracun untuk pengendalian hama di kota Padang.
1
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah dari penelitian ini adalah jenis umpan manakah yang paling disukai oleh kecoak dari setiap lokasi ? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis umpan yang paling disukai oleh kecoak jerman Blattella germanica L. dari beberapa strain agar dapat dijadikan sebagai dasar pembuatan umpan gel beracun untuk pengendalian hama di kota Padang. 1.4 Luaran Yang Diharapkan Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data ilmiah dan bahan informasi bagi masyarakat, instansi, pemerintah, swasta atau pihak terkait untuk memanfaatkan pakan dalam pembuatan umpan gel insektisida dalam pengedalian kecoak jerman Blattella germanica L. serta sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa yang melakukan penelitian. 1.5 Kegunaan Penelitian Hasil dan data dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan dijadikan artikel di media cetak serta diterbitkan di jurnal ilmiah baik nasional maupun internasional.
2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hama Hama pemukiman (urban pest) merupakan suatu organisme yang yang di kehendaki keberadaannya pada waktu dan tempat, karena secara langsung dapat menimbulkan ancaman baik pada kesehatan, harta-benda atau hanya sekedar gangguan kenyamanan dan estetika (Chalidraputra, 2007). Oleh karena itu dibutuhkan suatu cara atau strategi agar dapat menghadapi hama, namun tetap memperhatikan tujuan utama dari pengendalian yaitu bukan untuk memusnakan jenis-jenis hama yang hadir, tetapi menjaga keseimbangan ekologi sehingga interaksi antar komponen mampu menghasilkan kestabilan kondisi internal (Martono, 2003). Ada beberapa jenis hama yang sering ditemukan di daerah pemukiman di antaranya kecoak, lalat, nyamuk, dan tikus yang banyak ditemui didaerah tropis dan tersebar secara luas dan banyak sebagai hama pembawa penyakit pada manusia. Kecoa, lalat, dan tikus lebih menyenangi ruangan atau suasana yang statis, namun dengan adanya perubahan suasana secara periodik akan membuat hama menjadi tidak menyukai tempat tersebut sehingga akan mengurangi bertambahnya pertumbuhan populasi. Banyak sekali upaya yang telah dilakukan dalam beberapa tahun untuk pengendalian hama kecoa, tikus dan rayap pada lingkungan perumahan (residential) maupun komersial (commercial), seperti kantor, gedung, rumah sakit, restoran, hotel, swalayan, museum, maupun lingkungan tempat aktivitas industri. Namun, pengendalian yang telah dilakukan tersebut lebih banyak menggunakan senyawa kimia sintetik saja dan sangat jarang dilakukan secara komprehensif (Nafis, 2009). 2.2 Kecoa Jerman Blattella germanica L. Kecoak adalah serangga dari ordo Blattodea yang mempunyai anggota mencapai 3.500 spesies dalam 6 famili. Salah satu spesies kecoa yang terkenal adalah kecoa jerman Blattella germanica L., yang memiliki panjang lebih kurang 11/2 cm. Selain itu terdapat juga Blatta orientalis dan Blattella asahinai (Aryatie, 2008). Daur hidup kecoak terdiri dari tiga fase yaitu telur, nimfa, dan imago. Untuk menyelesaikan satu siklus hidupnya (5-13 instar), kecoak memerlukan waktu kurang lebih tujuh bulan. Untuk fase telur, kecoa membutuhkan waktu 30 – 40 hari sampai telur menetas. Telur kecoa dilindungi oleh selaput keras yang disebut kapsul telur atau ootheca. Kecoak memiliki telur (ooteka) yang berisi 1650 butir telur. Ooteka diletakkan pada sudut barang/perabotan yang gelap dan lembab. Pada beberapa spesies, ooteka menempel di bagian ujung abdomen induknya sampai menetas (Hadi, 2006). Kecoak jerman dalam proses reproduksinya memerlukan paling sedikit 12 % karbohidrat. Jika karbohidratnya rendah maka kecoak membutuhkan 15-30 % protein dan 3 % lemak. Dalam keadaan optimal, kandungan karbohidrat yang dibutuhkan dalam masa pertumbuhannya adalah 84,5 % dan lemak paling sedikit 3
2 %. Pada kecoak betina dibutuhkan protein 15-40 % untuk dapat meletakkan telur pertamanya. Jika kandungan protein <10 % maka ukuran ooteka akan mengecil dan reproduksinya akan menurun (Kells et al, 1998). 2.3 Umpan Umpan merupakan suatu formula yang telah populer digunakan di negera-negara maju dalam pengendalian kecoak, terutama Amerika. Umpan ini digunakan karena tidak mengkontaminasi lingkungan, baik lingkungan biasa maupun lingkungan yang sensitif. Umpan tersebut diletakkan pada tempat yang tidak ada pengaruh sumber makanan lain disekitarnya (Mallis, 2004). Umpan biasanya diletakkan di daerah persembunyian kecoa, pada lokasi pusat berkembangbiaknya, dan tempat kecoak berkumpul serta yang dilaluinya. Perangkap umpan ini biasanya terdidri dari umpan dan perekat, umpan diletakkan di tengah perekat. Penggunaan umpan ini dilakukan pada populasi kecoak yang tidak terlalu banyak (Salbiah, 2007). Pada umpan beracun, ditambahkan insektisida untuk memaksimalkan pengendalian hama kecoak. Permetrin merupakan salah satu senyawa kimia yang paling banyak digunakan dalam pembuatan gel beracun. Senyawa kimia sipermetrin, imidaklopid, abamektin, avermektin, dan fipronil juga banyak digunakan (Nasirian, 2008; Benson and Appel, 1993; Chapman et al., 1993; Shahi et al., 2008; Ahmad et al., 2011; Wang and Bannet, 2006).
4
BAB 3. METODE PENELTIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan selama lima bulan (Tabel 2). Pengambilan sampel dilakukan di beberapa strain lapangan dan pengamatan dilakukan di Laboratorium Fisiologi Hewan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang. 3.2 Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah selang air ukuran 3,8 cm, karet gelang, toples plastik ukuran 16 L, kotak plastik ukuran 36 x 36 x 12cm, kotak plastik ukuran 10 x 10 x 15 cm, wadah umpan gel, sarung tangan, masker, tisu gulung, kertas label, kain kasa, kapas, tutup botol air mineral. Bahan yang digunakan adalah B. germanica strain rentan sebagai standar (VCRU-WHO), B. germanica dari 3 strain lapangan, vaselin, pelet, susu bubuk, selai blueberry, selai sarikaya, biskuit pedigree dan air. 3.3 Prosedur Kerja 3.3.1 Pengadaan dan Pemeliharaan Blattella germanica Penelitian ini menggunakan kecoak jerman B. germanica strain rentan sebagai standar (VCRU-WHO), dan B. Germanica L. dari 3 strain lapangan yang akan dibiakkan di Laboratorium Fisiologi Hewan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang. Dalam pengadaan dan pemeliharaanya mengacu pada Ahmad dan Suliyat (2011). Dilakukan penyeleksian terhadap kecoak betina dari setiap strain sebanyak 50 ekor yang membawa ooteka agar dapat memperoleh strain uji yang sama. Kemudian kecoak tersebut dimasukkan ke dalam wadah toples 16 L secara terpisah untuk dipelihara. Kecoak diberi makan dan air secara ad libitum. Pakan yang digunakan dalam pemeliharaan ini adalah pedigree. Suhu ruang digunakan berkisar antara 26-28oC. 3.3.2 Uji Preferensi Pakan Uji preferensi pakan ini dilakukan bertujuan untuk mendapatkan jenis pakan yang paling banyak disukai oleh kecoa untuk dijadikan umpan beracun dalam pengendalian kecoak. Pakan yang digunakan dalam penelitian ini ada 4 jenis yaitu susu bubuk, selai blueberry, selai sarikaya dan sisa ampas kecoak jerman dengan menggunakan 2 kali ulangan. Kemudian siapkan kecoak jantan dewasa dari strain murni VCRU sebanyak 10 ekor yang diletakkan pada wadah ukuran 10 x 10 x 15 cm yang dihubungkan dengan selang air bening dengan ukuran diameter 3,5 cm. Selang ini merupakan penghubung antara wadah tempat kecoa (start) dengan keempat wadah berisi pakan yang akan diujikan. Wadah start diletakkan di tengah dan disediakan kapas yang dibasahi dengan air sebagai sumber air bagi kecoa. Kemudian sebanyak 1 gram dari masing- masing pakan (susu bubuk, selai
5
blueberry, selai sarikaya dan sisa ampas kecoak) ditimbang sebelum diperlakukan. Lalu diletakkan pada wadah dengan ukuran volume 10 x 10 x 15 cm untuk masing-masing pakan. Umpan diletakkan secara acak, kemudian amati jumlah kecoa yang hadir pada masing-masing umpan setiap 24 jam selama 96 jam pengamatan. Setelah itu dihitung jumlah pakan yang dikonsumsi setelah 96 jam dengan cara menghitung berat kering awal-berat kering akhir. 3.4 Luaran yang diharapkan Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi sebuah langkah yang kongkrit untuk memanfaatkan pakan dalam pembuatan umpan gel beracun dalam pengedalian kecoak jerman Blattella germanica L. 3.5 Parameter Pengamatan a. Frekuensi kunjungan kecoak pada pakan. b. Frekuensi bobot umpan yang dikonsumsi kecoak jerman. 3.6 Analisis Data Data hasil uji preferensi pakan (kunjungan dan konsumsi kecoak) terhadap beberapa strain kecoak jerman di laboratorium dianalisis dengan menggunakan ANOVA. Jika hasilnya berbeda nyata antar perlakuan atau F tabel lebih kecil daripada F hitung maka dilakukan uji lanjutan dengan uji wilayah berganda Duncan (Hanafiah, 2010). Perhitungan statistik dilakukan dengan menggunakan software SPSS 16. Untuk mengetahui jenis pakan mana yang memiliki frekuensi kunjungan kecoak yang paling tinggi dan frekuensi bobot umpan yang dikonsumsi kecoak.
6
BAB 4. HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS Penelitian uji preferensi pakan kecoak jerman untuk dijadikan sebagai dasar pembuatan umpan gel beracun untuk pengendalian telah dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis pakan yang paling banyak dikunjungi oleh kecoak dari strain PLZ-PDG dan PLZ-SMRD adalah selai blueberry, dengan ratarata kunjungan 14,75 kali dan 17 kali (Gambar 4.1). Hasil menunjukkan bahwa rata-rata kunjungan kecoak pada selai blueberry dengan pakan lain dari kedua strain tersebut berbeda nyata secara statistik pada taraf α = 0,5 (Lampiran 5.a). Pada strain VCRU menunjukkan hasil yang berbeda dimana jenis pakan yang paling banyak dikunjungi adalah sisa ampas dengan 11,5 kali kunjungan. Jika dilihat secara statistik pada taraf α = 0,5 jenis pakan ini tidak berbeda nyata dengan pakan jenis selai blueberry, sedangkan dengan dua jenis pakan lainnya terlihat berbeda nyata. Begitu juga dengan strain kecoak GFA-JKT yang paling banyak dikunjungi adalah selai sarikaya dengan 12,25 kali. Jika dilihat secara statistik tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata dengan selai blueberry. Namun, dengan dua jenis pakan lainnya terlihat berbeda nyata pada taraf α = 0,5 (Lampiran 5.a).
Ket : Nilai rata-rata yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf α = 0,5 antar perlakuan pada strain yang sama.
Gambar 4.1. Rata-rata frekuensi kunjungan kecoak jerman jantan dewasa pada umpan pakan selama 96 jam. Secara umum terlihat yang paling banyak dikunjungi adalah selai blueberry. Hal ini dikarenakan selai blueberry mengandung banyak gula , aroma dan kadar air tinggi sehingga diduga dapat memikat kecoak jerman dengan baik daripada pakan yang lainnya. Sesuai dengan pendapat Winarno (2001), kecoak menyukai makanan yang mengandung gula, protein, dan kadar air tinggi, serta memiliki bau yang menyengat seperti hasil fermentasi. Hal ini memiliki kesamaan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lauprasert et al (2006) menyatakan bahwa kecoak jerman lebih menyukai pakan yang mengandung
7
banyak glukosa (karbohidrat) dan memiliki aroma yang kuat seperti pisang dibandingkan dengan pakan berupa kentang, keju, roti dan makanan kucing. Berdasarkan bobot pakan yang paling banyak dikonsumsi secara umum adalah selai blueberry dengan rata-rata konsumsi masing-masing strain yaitu VCRU-WHO (46,1 mg) dan PLZ-SMRD (73,2 mg), sedangkan untuk strain PLZPDG yang paling banyak dikonsumsi adalah sisa ampas sebesar 38,5 mg, walaupun hampir sama dengan jenis pakan selai blueberry sebanyak 38,1 mg. Namun yang terlihat berbeda adalah pada strain kecoak GFA-JKT dengan ratarata konsumsi 76,8 mg pada selai sarikaya (Gambar 4.2).
Gambar 4.2. Rata-rata jumlah pakan yang dikonsumsi oleh masing-masing Strain kecoak jerman jantan dewasa selama 96 jam. Berdasarkan hasil penelitian, terlihat bahwa rata-rata kunjungan dan konsumsi masing-masing strain pada susu bubuk merupakan yang paling sedikit daripada jenis pakan lain yang digunakan. Hal ini diduga karena kandungan air, warna serta aroma pada pakan memberikan pengaruh untuk memikat kecoak jerman jantan dalam memilih pakan. Warna sisa ampas, selai blueberry dan selai sarikaya yang cendrung lebih terang dibandingkan dengan warna tekstur dari susu bubuk. Selain itu tekstur dari selai yang lebih luncak dan berbentuk cair juga memberikan daya pikat yang lebih pada kecoak jerman. Hal ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan Lauprasert et al (2006), ketika dalam kondisi kelaparan kecoak memilih memcari sumber energi praktis yang sangat penting dalam menjaga kelangsungan hidupnya. Sehingga kecoak jantan lebih memilih pakan yang banyak menyediakan sumber energi utama berupa karbohidrat daripada lemak dan protein. Berbeda dengan kecoak betina yang lebih membutuhkan protein untuk pembetukan telur dan ootekanya. Penelitian mengenai uji preferensi pakan telah banyak dilakukan oleh para peneliti sejak lama. Hal ini dikarenakan uji preferensi pakan sangat penting untuk mengetahui jenis pakan yang disukai dan diminati oleh kecoak jerman, sehingga
8
dapat membantu dalam mengedalikan populasi hama kecoak jerman yang kian meresahkan baik secara langsung maupun menggunakan perangkap serta caracara yang lebih efisien seperti penggunaan pakan dalam pembuatan umpan beracun. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Hongko et al (2013), melaporkan bahwa strain Bandung, Padang dan VCRU-WHO lebih menyukai selai nanas dari pada selai stroberi, selai coklat dan selai pisang. Amalia dan Harahap (2010) juga melaporkan bahwa nimfa kecoak jenis Periplaneta americana lebih menyukai selai stroberi dan kombinasi pakan antara selai stroberi dan telur daripada kacang tanah dan telur maupun kombinasi keduanya. Berdasarkan hasil analisis regresi antara frekuensi kunjungan kecoak dengan rata-rata konsumsi pakan menghasilkan persamaan y = 0,1336x + 4,8263 dan nilai R2 = 0,682 atau r = 0,659 (nilai P<0,5) (Gambar 4.3). Dari persamaan tersebut dapat dilihat bahwa ada korelasi positif antara frekuensi kunjungan dengan jumlah konsumsi pakan yang sangat kuat. Hal ini berarti bahwa frekuensi kunjungan yang tinggi pada pakan juga akan diikuti dengan jumlah konsumsi pakan kecoak yang tinggi pula.
Gambar 4.3. Hubungan antara jumlah kunjungan kecoak dengan jumlah konsumsi pada pakan Menurut Lauprasert et al (2006), dalam memilih makanan kecoak memiliki tingkah laku yang unik dimana menggunakan antenanya untuk mendeteksinya, kemudian mulai mendekati dan mengkonsumsinya. Setelah sudah dalam keadaan kenyang, kecoak akan bersembunyi di tempat yang sempit atau yang memiliki celah sehingga tidak dapat dilihat. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari uji preferensi pakan ini, maka pakan yang baik digunakan sebagai dasar pembuatan umpan gel beracun adalah selai blueberry. Hal ini dikarenakan selai blueberry lebih banyak dikunjungi dan dikonsumsi oleh kecoak jerman yang sudah diujikan daripada pakan lainnya. Sehingga selai blueberry ini memiliki potensi yang lebih baik dan efisien digunakan sebagai dasar pembuatan umpan gel beracun untuk pengendalian.
9
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil diatas dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Jenis pakan yang banyak dikunjungi kecoak jerman secara umum adalah selai blueberry. Terutama dari strain PLZ-PDG (14,75 kali) dan PLZ-SMRD (17 kali). Sedangkan strain VCRU-WHO memilih sisa ampas dengan 11,5 kali kunjungan walaupun secara statistik tidak berbeda nyata dengan selai blueberry. Namun pada strain GFA-JKT lebih memilih jenis pakan berupa selai sarikaya. 2. Jumlah konsumsi pakan yang paling banyak dari setiap strain umumnya adalah selai blueberry. Walaupun dari strain GFA-JKT menunjukkan hasil yang berbeda yaitu cendrung memilih selai sarikaya. 3. Hasil uji regresi menunjukkan adanya korelasi positif yang sangat kuat antara frekuensi kunjungan dengan bobot konsumsi terhadap pakan dengan persamaan y = 0,1336x + 4,8263 dan nilai R2 = 0,682 atau r = 0,659 (nilai P<0,5). 5.2 Saran Penelitian lebih lanjut mengenai hal yang melatarbelakangi kesukaan kecoa terhadap berbagai jenis pakan perlu dilakukan dan pakan terbaik yang didapatkan bisa digunakan sebagai bahan dasar atraktan pembuatan umpan gel beracun untuk penelitian lanjutannya.
10
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, I. 2011. Adaptasi Serangga dan Dampaknya Terhadap Kehidupan Manusia. Pidato Ilmiah Guru Besar ITB. Institut Teknologi Bandung, 21 Oktober 2011. Amalia, H dan Harahap, S. 2010. Preferensi Kecoak Amerika Periplaneta americana (L.) (Blattaria: Battidae) Terhadap Berbagai Kombinasi umpan. Jurnal Entomologi Indonesia 7(2): 67-77. Aryatie M.D. 2008. Pentingnya pemeliharaan kebersihan dan kesehatan di atas kapal dari vektor kecoa. www.she-cdivision.pdf (11 Oktober 2013). Benson, E.P., And A.G. Appel. 1993. Performance of Avermectin Baits Formulations Against The German Cockroach (Dictyopter: Blattellidae). Proceedings of The First International Conference on Urban Pests. 285290. Chalidaputra, M. 2007. Pengenalan dan Pengendalian Hama Pemukiman. www.hama-pemukiman.mht (12 Oktober 2013). Chapman, P.A., J. Learmount, and D.B. Pinniger. 1993. Insecticide Resistence in Blattela germanica (L.) In The United Kingdom. Proceedings of The First International Conference on Urban Pests. 125-133. Cooper, A and Schal, C. 1992. Differential Devekopment And Reproduction oh The German Cockroach (Dictyoptera; Blattellidae) on Three Laboratory Diets. Econ Entomol 85(3):838-844. Cornwell, P.B. 1968. The Cockroach Vol 1, A Laboratory Insect and an Industrial Pest. London : Hutchinson. Enviromental Health Watch. 2005. Factsheet Cockroach Control Guide. Enviromental Health Watch. Hadi U.K. 2006. Lipas. Di dalam: Singgih HS dan Upik KH, editor. Hama Permukiman Indonesia: Pengenalan, Biologi, dan Pengendalian. Bogor : Unit Kajian Pengendalian Hama Permukiman, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. hlm 73-98. Hanafiah, K.A. 2010. Rancangan Percobaan: Teori dan Aplikasi Edisi Ketiga. Rajawali Pers : Jakarta. Kantor Kesehatan Pelabuhan. 2011. Buletin Info KesPel Volume VI Edisi 3. Putriwulan : Tanjung Priok. Kells, S.A et al.1998. Estimating Nutritional Status of German Cockroaches, Blattella germanica L. (Dictyoptera: Blattellidae), in the field. Journal of Insect Physiology 1999; 45:709-717. Lauprasert, P., D, Sitthicharoenchai, K. Tirakhupt, and A.O. Pradatsudarasar. 2006. Food Preference and Feeding Behavior of the German Cockroach,
11
Blattella germanica. Journal Science Res. Chula University, 31(2):121125. Mallis, A. 2004. Handbook of Pest Control (the Behavior, Life History, and Control of Household Pest). Department of Entomology, The Pennsylvania State University Park. Martono. E. 2003. Pemahaman Tentang Hama : Batasan dan Arti. Kuliah DasarDasar Perlindungan Tanaman.http:/home/edmart/public_html/include/ smarty/smarty _Compiler.class.php. Nafis, F. 2009. Persepsi Masyarakat Perkotaan Terhadap Hama Permukiman serta Pengujian Perangkap dan Pestisida Untuk Mengendalikan Tikus dan Kecoa. Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor : Bogor. Nasirian, H. 2008. Rapid Elimination of German Cockroach, Blattella germanica, by Fipronil and Imidacloprid Gel Baits. Iranian Journal ArthropodBorne Disease, 1(2): 37-43. Shahi, M., A.A. Hanafi-Bojd, and H. Vatandoost. 2008. Evaluation of Five Local Formulated Insecticides Againts German Cockroach (Blattella germanica L.) in Southern Iran. Iranian Journal Arthropod-Borne Diseas, 2(1): 2127. Salbiah. 2007. Preferensi Kecoa Amerika Periplaneta americana L. (Blattodea: Blattellidae) Terhadap Berbagai Jenis Umpan. Fakultas Pertanian : Institut Pertanian Bogor. Sulaiman, S., A.H. Muhammad., and H, Othman. 2007. Efficacy of Hydro methylnon and Fipronil Gel Baits with Laboratory and Field Strains of Pcriplancta americana (Dictyoptera:Blattelidae) in Malaysia. The Journal ofTropical Medicine and Parasitology, 30 (2): 64-67. Wang, C. And G.W. Bennet. 2006. Efficacy of Noviiflumuron Gel Bait for Control of the German Cockroach Blatella germanica (Dictyoptera: Blattellidae) Laboratory Studies. Pest Management Science. 434-439 Winarno, F.G. 2001. Hama Gudang dan Teknik Pemberantasannya. Bogor : M Brio Press.
12
Lampiran 1. Analisa Data a. Frekuensi Kunjungan Kecoak Jerman Terhadap Pakan Setelah 96 Jam Pengamatan Strain Kecoak
VCRU-WHO
PLZ-PDG
GFA-JKT
PLZ-SMRD
Jenis Pakan
Selai Blueberry Selai Sarikaya Susu Bubuk Sisa Ampas Selai Blueberry Selai Sarikaya Susu Bubuk Sisa Ampas Selai Blueberry Selai Sarikaya Susu Bubuk Sisa Ampas Selai Blueberry Selai Sarikaya Susu Bubuk Sisa Ampas
Frekuensi kunjungan untuk setiap ulangan (kali) 1 2 3 6 18 12 4 13 8 12 3 4 13 11 10 13 19 15 8 7 9 3 4 5 9 7 7 13 17 10 14 11 17 8 9 11 10 11 12 21 19 22 10 15 10 6 6 5 10 9 13
Total Rata-rata (kali) (kali) 4 9 5 4 12 12 7 4 10 7 7 5 13 6 4 13 12
45 30 23 46 59 31 16 33 47 49 33 46 68 39 30 44
11,25 7,50 5.75 11,50 14,75 7,75 4,00 8,25 11,75 12,25 8,25 11,50 17,00 9,75 7,50 11,00
13
b. Bobot Pakan yang Dikonsumsi Kecoak Jerman Jantan Dewasa Strain Kecoak
Jenis Pakan
VCRU-WHO
Selai Blueberry Selai Sarikaya Susu Bubuk Sisa Ampas Selai Blueberry Selai Sarikaya Susu Bubuk Sisa Ampas Selai Blueberry Selai Sarikaya Susu Bubuk Sisa Ampas Selai Blueberry Selai Sarikaya Susu Bubuk Sisa Ampas
PLZ-PDG
GFA-JKT
PLZ-SMRD
Frekuensi kunjungan untuk setiap ulangan (mg) 1 2 3 4 9,5 99,4 50,6 24,9 1,3 60,4 16,7 29,3 52,8 3,2 3,8 5,9 60,2 51,7 51,7 31,4 53,4 79,5 12,9 6,5 22,6 33,5 34,9 8,5 7,0 5,7 5,9 2,1 48,1 52,7 30,0 23,3 89,8 86,5 44,2 16,7 84,4 56,6 90,3 75,9 27,7 21,2 65,5 13,4 46,5 49,7 63,6 12,2 92,8 97,6 99,6 2,7 33,3 80,4 31,2 26,2 7,8 9,6 2,4 4,4 39,0 39,0 40,2 40,4
Total Rata-rata (mg) (mg) 184,4 106,7 65,7 177,3 152,3 99,5 20,7 154,1 237,2 307,2 127,9 172,0 292,7 171,1 24,2 158,6
46,1 26,7 16,4 44,3 38,1 24,9 5,2 38,5 59,3 76,8 32,0 43,0 73,2 42,8 6,1 39,7
c. Hasil Uji Statistik Frekuensi Kunjungan Keempat Strain Kecoak Pada Pakan Jenis Pakan
Rata-rata frekuensi kunjungan kecoak (kali) VCRU-WHO
PLZ-PDG
GFA-JKT
PLZ-SMRD
Selai Blueberry
11,25 b
14,75 c
11,75 a
17,00 b
Selai Sarikaya
7,50 ab
7,75 ab
12,25 a
9,75 a
Susu Bubuk
5,75 a
4,00 a
8,25 a
7,50 a
Sisa Ampas
11,50 b
8,25 b
11,5 a
11,00 a
14
d. Hasil Uji Stratistik Frekuensi Kunjungan Masing-Masing Strain Kecoak Jerman 1. Uji ANOVA dan Uji Lanjut Duncan Terhadap Frekuensi Kunjungan Strain PLZ-PDG Pada Pakan Uji Anova Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Jumlah Kunjungan Source Corrected Model Intercept Pakan Kelompok Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares 14,628 a 60,378 11,959 2,669 3,556 78,563 18,184
df 7 1 3 4 12 20 19
Mean Square 2,090 60,378 3,986 ,667 ,296
F 7,051 203,736 13,452 2,251
Sig. ,002 ,000 ,000 ,124
a. R Squared = ,804 (Adjusted R Squared = ,690)
Uji Lanjut Duncan Jum lah Kunjungan a,b
Duncan
Pakan Susu Bubuk Selai Sarikaya Sisa Ampas Selai Blueberry Sig.
N 5 5 5 5
1 ,8000 1,5500
,050
Subset 2
3
1,5500 1,6500 ,776
2,9500 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = ,296. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000. b. Alpha = ,05.
15
2. Uji ANOVA dan Uji Lanjut Duncan Terhadap Frekuensi Kunjungan Strain PLZ-SMRD Pada Pakan Uji Anova Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Jumlah Kunjungan Source Corrected Model Intercept Pakan Kelompok Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares 10,681 a 101,250 10,275 ,406 4,194 116,125 14,875
df 7 1 3 4 12 20 19
Mean Square 1,526 101,250 3,425 ,102 ,349
F 4,366 289,717 9,800 ,291
Sig. ,013 ,000 ,002 ,878
a. R Squared = ,718 (Adjusted R Squared = ,554)
Uji Lanjut Duncan Jumlah Kunjungan a,b
Duncan
Subset Pakan Susu Bubuk Selai Sarikaya Sisa Ampas Selai Blueberry Sig.
N 5 5 5 5
1 1,4500 1,9500 2,2000 ,080
2
3,4000 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = ,349. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000. b. Alpha = ,05.
16
3. Uji ANOVA dan Uji Lanjut Duncan Terhadap Frekuensi Kunjungan Strain VCRU-WHO Pada Pakan Uji Anova Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Jumlah Kunjungan Source Corrected Model Intercept Pakan Kelompok Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares 5,509a 65,703 4,509 1,000 4,100 75,313 9,609
df 7 1 3 4 12 20 19
Mean Square ,787 65,703 1,503 ,250 ,342
F 2,304 192,302 4,399 ,732
Sig. ,098 ,000 ,026 ,588
a. R Squared = ,573 (Adjusted R Squared = ,324)
Uji Lanjut Duncan Jumlah Kunjungan a,b
Duncan
Subset Pakan Susu Bubuk Selai Sarikaya Selai Blueberry Sisa Ampas Sig.
N 5 5 5 5
1 1,2000 1,5000
,433
2 1,5000 2,2500 2,3000 ,061
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = ,342. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000. b. Alpha = ,05.
17
4. Uji ANOVA dan Uji Lanjut Duncan Terhadap Frekuensi Kunjungan Strain GFA-JKT Pada Pakan Uji Anova Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Jumlah Kunjungan Source Corrected Model Intercept Pakan Kelompok Error Total Corrected Total
Type III Sum of Squares 2,547a 95,703 1,984 ,563 5,312 103,563 7,859
df 7 1 3 4 12 20 19
Mean Square ,364 95,703 ,661 ,141 ,443
F ,822 216,176 1,494 ,318
Sig. ,588 ,000 ,266 ,861
a. R Squared = ,324 (Adjusted R Squared = -,070)
Uji Lanjut Duncan Jumlah Kunjungan a,b
Duncan
Pakan Susu Bubuk Sisa Ampas Selai Blueberry Selai Sarikaya Sig.
N 5 5 5 5
Subset 1 1,6500 2,3000 2,3500 2,4500 ,103
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean Square(Error) = ,443. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000. b. Alpha = ,05.
18
Lampiran 2. Penggunaan Dana No I
Hal Peralatan Penunjang
Tanggal 25/02/2014
Pengeluaran
Volume
Harga Satuan
Buku Folio
1
18.000
18.000
5 5 2 2 8 2 2 5 24
6.500 4.000 3.000 5.000 20.000 8.000 16.000 50.000 28.500
32.500 20.000 6.000 10.000 160.000 16.000 32.000 250.000 684.000
12
36.500
438.000
22/04/2014
Spidol Pena Penggaris Buku Isi 40 Pincet Selang Cutter L-500 Kotak 16 L (Silwer B) Kotak 1Kg (10x10x10) Kotak Plastik ukuran 36x36x12 cm Selang
12
13.000
156.000 1.822.500
02/03/2014
Handscoon
12
1.500
18.000
Masker Kentang Pedigree (Makanan Anjing 1,5 Kg) Masker Detol SkinCare Kapas Kentang Dancow Selai Blueberry Selai Sarikaya Baby Oil Kertas Label Tisu Gulung Pelet Pedigree (Makanan Kucing 0,5 Kg) Gloves (1 Pack) Masker Pedigree (Makanan Anjing 1,5 Kg) Pelet Kapas SARI AYU
12 2
1.500 30.000
18.000 60.000
8
98.000
784.000
8 3 11 5 5 5 5 7 5 10 15
1.500 24.600 3.000 30.000 55.000 27.500 27.500 24.500 3.500 5.000 12.000
12.000 73.800 33.000 150.000 275.000 137.500 137.500 171.500 17.500 50.000 180.000
15
45.000
675.000
2 2
65.000 65.000
130.000 130.000
5
98.000
490.000
8 5
12000 14500
96.000 72.500
02/03/2014 01/04/2014 08/04/2014
Sub Total II
Bahan Habis Pakai
Jumlah
17/03/2014
19/03/2014 01/04/2014
13/04/2014 18/04/2014 14/05/2014 18/05/2014 05/06/2014 18/06/2014
19
Sub Total III
Perjalanan
20/04/2014 23/04/2014 02/05/2014 04/05/2014 22/05/2014 21/05/2014 27/05/2014 03/06/2014 05/06/2014 23/06/2014 24/06/2014
Makan (konsumsi) Premium (Sepeda Motor) Premium (Sepeda Motor) Premium (Sepeda Motor) Premium (Sepeda Motor) Premium (Mobil) Premium (Sepeda Motor) Makan (konsumsi) Premium (Sepeda Motor) Makan (konsumsi) Premium (Sepeda Motor)
26/02/2014
Jilid Proposal Print Proposal Print Hasil Sementara Print Foto Print Foto Print Poster Print Hasil
3,86 2,52 1,93 2,44 7,69 2,8 2,54 2,57
81.950 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 6.500 125.400 6500 181.500 6500
Sub Total
IV Lain-lain
29/06/2014 29/06/2014 02/07/2014 11/07/2014 20/07/2014
Sub Total Total (Rp)
1
3
4.000 9.500 18.500 58.500 55.000 150.000 27.500
3.711.300 81.950 25.000 16.500 12.500 16.000 50.000 18.200 125.400 16.500 181.500 17000 560.550 4.000 9.500 18.500 58.500 55.000 450.000 27.500 623.000 6.717.350
20
Lampiran 3. Bukti-bukti pendukung kegiatan
Gambar 1 dan 2. (Kotak Pembiakkan dan Pemeliharaan Kecoak)
21
Gambar 3-12 (Proses Pembiakkan Kecoak di Kotak Baru)
Gambar 13-18 (Hasil Pembiakkan dan Pemeliharaan Kecoak + 3 Bulan
Gambar 19. Alat Olfaktrometer
22
Gambar 20-25 (Proses Pemasangan Umpan dan Uji Pakan)
Gambar 26-32 (Kecoak yang di Uji dengan beberapa jenis Pakan)
23