MAKALAH BAHASA ARAB
TENTANG ISIM DAN PEMBAGIANNYA
(Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Arab)
O
L
E
H
KELOMPOK 3
AL-HAFIZ FAUZAN
AMELIANTA SEMBIRING
BELLA PUTRI NAMIRA
EGA ANANDA
NOVA ARMAYA
SEMESTER : I A Perbankan Syariah
DOSEN PEMBIMBING : H.MUHAMMAD TOHIR
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
JAM'IYAH MAHMUDIYAH
TANJUNG PURA T.A 2017
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan
makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongannya mungkin penyusun
tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik. Makalah ini disusun agar
pembaca dapat mengetahui tentang pengertian isim, ciri-ciri dan
pembagiannya yang penulis sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai
sumber. Makalah ini di susun oleh penulis dengan berbagai rintangan. Baik
itu yang datang dari diri penulis maupun yang datang dari luar. Namun
dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah SWT akhirnya
makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang "Isim dan Pembagiannya" dan sengaja dipilih
karena menarik perhatian penulis untuk dicermati. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah banyak membantu serta teman-
teman disekitar penulis yang telah memberikan dukungan agar dapat
menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penulis
mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.
Tanjung Pura, 24 Oktober 2017
Penulis
Kelompok 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 1
BAB II PEMBAHASAN 2
A. Pengertian Isim 2
B. Ciri-Ciri Isim 2
C. Pembagian Isim 4
BAB III PENUTUP 11
A. Kesimpulan 11
DAFTAR PUSTAKA 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Quran turun dengan bahasa Arab dikarenakan Rasulullah Saw dan para
Mukhatab pertamanya menggunakan bahasa tersebut. "Dan Jikalau kami jadikan
Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka
mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?" apakah (patut Al
Quran) dalam bahasa asing sedang (rasul adalah orang Arab )" ? Dalam
pembelajaran Bahasa Arab, kata terbagi menjadi tiga yaitu Isim, Fi'il, dan
Huruf. Namun pada makalah ini akan dibahas tentang isim. Isim adalah kata
yang bermakna namun tidak terikat dengan waktu. Fi'il adalah kata kerja.
Dan Huruf adalah kata penghubung.
B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam proses penyusunan makalah
ini adalah "Isim dan Pembagiannya". Untuk memberikan kejelasan makna serta
menghindari meluasnya pembahasan, maka dalam makalah ini masalahnya
dibatasi pada :
1. Apakah pengertian dari Isim?
2. Apakah ciri-ciri dari Isim?
3. Apa saja pembagian dari Isim?
C. Tujuan Penulisan
Pada dasarnya tujuan penulisan karya tulis ini terbagi menjadi dua
bagian, yaitu tujuan umum dan khusus. Tujuan umum dalam penyusunan makalah
ini adalah untuk menyelesaikan tugas mata kulian Bahasa Arab.
Adapun Tujuan khusus penyusunan makalah ini adalah :
1. Mengetahui pengertian dari Isim.
2. Mengetahui ciri-ciri dari Isim.
3. Mengetahui pembagian dari Isim.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Isim
كَلِمَةٌ دَلَّتْ عَلىَ مَعْنًى وَ لَمْ يَقْتَرِنْ بِزَمَنٍ .
Artinya : "Jenis kata yang mengandung makna yang tidak terikat dengan
waktu."
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa ISIM adalah semua jenis kata
benda atau segala sesuatu yang dikategorikan benda; baik benda mati maupun
benda hidup, tanpa berkaitan dengan masalah waktu. Di sisi lain, ISIM (kata
benda) ada yang bersifat konkrit (dapat dijangkau indera) dan ada pula yang
bersifat abstrak (tidak dijangkau diindera).[1]
B. Ciri-Ciri Isim
Isim memiliki beberapa ciri, yaitu sebagai berikut:
1.Berharokat kasroh atau kasrohtain : Jika suatu kata mempunyai akhiran
kasroh, maka bisa dikatakan ia adalah isim.
Contoh :
رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا وَبِالإِْسْلاَمِ دِيْنًا
Kata yang di garis bawah (للهِ dan لإِْسْلاَمِ) di atas termasuk isim,
dikarenakan akhiran katanya berupa harokat kasroh.
Tanwin : Jika suatu kata berakhiran tanwin, maka ia adalah isim.
Contoh :
ضَرَبَ اللهُ مَثَلاً كَلِمَةً طَيِِّبَةً
Kata bergarisbawah (مَثَلاً كَلِمَةً طَيِِّبَةً) di atas merupakan isim, terlihat dari
adanya tanwin pada akhirannya.
Terdapat لا pada awal kata
Contoh :
المَلِكُ القُدُّوْسُ السَّلاَمُ
2. Kata yang bergaris bawah (keseluruhan kata) di atas merupakan isim,
karena bergandengan dengan لا.
Perlu diketahui, jika suatu isim bergandengan dengan لا, maka isim
tersebut tidak boleh di tanwin, begitu pula sebaliknya, sehingga isim tidak
boleh kemasukan tanda لا dan tanwin pada satu kata, namun isim harus
mempunyai salah satu dari kedua tanda di atas, baik itu لا saja atau tanwin
saja.[2]
Terletak setelah huruf jer
Diantara huruf-huruf jer adalah : (مِنْ – إِلَى – عَنْ – عَلَى – فِي – رُبَّ – بِـ – كَا
– لِـ.. )
مِنْ : Dari
عَنْ : Dari
بِـ : Dengan
إِلَى : Ke
لِـ : Milik, Kepunyaan
كَا : Seperti
عَلَى : Di atas
رُبَّ : Betapa banyak,acapkali
فِي : Di dalam
Contoh :
فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوْتِ اللهِ
Dari contoh di atas, kata بَيْتٍ dan بُيُوْتِ , termasuk isim karena terletak
setelah huruf jer.
Idhofah (penyandaran) = Mudhof mudhof 'ilaih : Jika terdapat dua kata
yang bergandengan, dengan kata yang kedua mempunyai akhiran kasroh, maka
kedua kata tersebut kemungkinan besar adalah isim.
Contoh :
كِتَابُ مُحَمَّدٍ : Kitabnya Muhammad
دِيْنُ الإِسْلاَمِ : Agama Islam
Kata pertama sebagai mudhof (yg disandarkan) dan kata kedua sebagai
mudhof ilaih (yang menyandarkan). Kata yang kedua di atas adalah isim,
karena idhofah, dan terlihat pada kata kedua mempunyai akhiran kasroh.
C. Pembagian Isim
Isim terbagi oleh beberapa macam. Yaitu berdasarkan jenisnya,
berdasarkan jumlah benda, berdasarkan terdefinisi (khusus) atau tidak
terdefinisi (umum) dan berdasarkan huruf akhir dan sakal (tanda) akhirnya.
a. Isim Berdasarkan Jenisnya
Isim berdasarkan jenisnya dibagi menjadi dua bagian yaitu isim
mudzakkar (laki-laki) dan isim muannats (perempuan), masing-masing bagian
tersebut ada yang faktanya berjenis kelamin laki-laki (hakiki) dan
perempuan (hakiki) dan ada yang hanya lafadznya saja, sedangkan faktanya
sama sekali tidak diketahui jenis kelaminnya (benda). Mudzakkar hakiki dan
muannats hakiki sangat mudah dibedakan dan tidak memerlukan ciri-ciri
khusus, sedangkan yang lafdzi untuk membedakannya diperlukan ciri-ciri
serta cakupannya.[3]
Ciri Muannats Lafdzi: diakhiri dengan ta' marbuthoh (ة)
Contoh : النَّافِذَةُ ، المَدْرَسَةُ
Cakupan Muannats Lafdzi meliputi :
Alat tubuh yang berpasangan
Contoh : عَيْنٌ ، يَدٌّ ، أُذُنٌ ، رِجْلٌ
Benda yang tidak dapat dihitung
Contoh: سَحَابٌ ، رِيْحٌ ، النَّارُ
Oleh orang Arab digolongkan muannats (sima'i)
Contoh: النَّفْسُ ، السَّمَاءُ ، سُوْقٌ ، طَرِيْقٌ ، دَارٌ ، قَمَرٌ ، سَمْشٌ ، اَرْضٌ
Seluruh benda yang jumlahnya lebih dari dua satuan (jamak).
Kaidahnya: كُلُّ جَمْعٍ مُؤَنَّثٌ (setiap jamak adalah muannats)
Contoh: اَبْوَابٌ (pintu-pintu) نَوَافِذُ (jendela-jendela)
Apabila tidak terdapat ciri muannats dan tidak tercakup dalam isim
muannats seperti di atas, maka isim tersebut adalah Mudzakkar.
b. Isim Berdasarkan Jumlah Benda
Berdasarkan jumlah bendanya isim dibagi menjadi tiga, yaitu isim
mufrod, isim mutsanna dan isim jamak. Isim mufrod adalah isim yang jumlah
bendanya satu satuan (satu biji, satu helai, satu pohon dan sebagainya),
biasanya ditandai dengan dhommah, fathah, kasroh. Isim mutsanna adalah isim
yang jumlah bendanya dua satuan. Tanda khas yang mudah diketahui dari isim
ini adalah akhirannya …َانِatau …َيْنِ untuk mudzakkar dan تَانِ atau تَيْنِ untuk
muannats. Isim jamak adalah isim yang jumlah bendanya lebih dari dua
satuan. Isim jamak ini dibagi tiga bagian, yaitu jamak mudzakkar salim (جَمْعُ
الْمُذَكَّرِ السَّلِمِ), jamak muannats salim (جَمْعُ الْمُؤَنَّثِ السَّلِمِ) dan jamak taksir
(جَمْعُ التَّكْسِيْرِ).
Isim jamak mudzakkar salim berasal dari isim mudzakkar mufrod dan
rangkaian hurufnya tidak ada yang diubah hanya ditambah (ـُوْنَ) atau (ـِيْنَ) di
akhirnya.
Contoh : مُسْلِمُوْنَ atau مُسْلِمِيْنَ berasal dari مُسْلِمٌ
Isim jamak muannats salim berasal dari isim muannats mufrod dan
rangkaian hurufnya tidak ada yang dirubah hanya ta' marbuthoh di akhir kata
yang menjadi ciri isim muannats dipisahkan dulu dengan menambah alif mati
menjadi ـَاتٌ atau ـَاتٍ.
Isim jamak taksir dapat berasal dari isim mudzakkar mufrod atau isim
muannats mufrodah, akan tetapi rangkaian hurufnya terjadi pemecahan baik
ditambah atau dikurangi. Isim ini tidak memiliki aturan dan tanda khas,
sehingga harus dihafal.[4]
Contoh : اَبْوَابٌ berasal dari بَابٌ , نَوَافِذُ berasal dari نَافِذَةٌ
c. Berdasarkan Terdefinisi (Khusus) atau Tidak Terdefinisi (Umum)
Berdasarkan umum dan khususnya isim dibagi menjadi dua, yaitu isim
nakiroh (umum) dan isim ma'rifat (khusus).
a. Isim nakiroh ditandai dengan adanya tanwin ( ـًـ ، ــٍ ، ــٌ )
Contoh : هُدٌى ، كِتَابٌ
b. Isim ma'rifat mencakup tujuh jenis, yaitu :
Isim yang diawali dengan Al (لا)
Contoh : الهُدَى ، الكِتَابُ
Isim dhomir (kata ganti)
Isim isyaroh (kata tunjuk)
Isim maushul (kata sambung)
Isim alam (nama)
Isim munada (yang dipanggil)
Isim idhofat (yang disandarkan)
Masing-masing jenis isim tersebut, akan dibahas berikut ini.
1. Isim Dhomir
Kata ganti ini digolongkan ke dalam isim ma'rifat karena fungsinya
untuk menggantikan isim tertentu.
Berdasarkan penampakkannya dalam tulisan, isim dhomir dibagi dua, yaitu
isim dhomir bariz (tampak dalam tulisan) dan isim dhomir mustatir (tidak
tampak dalam tulisan). Pada bab ini hanya dibahas isim dhomir bariz,
sedangkan isim dhomir mustatir dibahas setelah membahas kalimat sempurna.
Isim dhomir bariz dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu isim dhomir
bariz muttashil (tersambung dengan kata lain) seperti : لَكُمْ = كُمْ + لَ dan
isim dhomir bariz munfashil (berdiri sendiri) seperti : اَنْتَ ، هُوَ
2. Isim isyaroh ( اِسْمُ الاِشَارَةِ )
Kata tunjuk digolongkan ke dalam isim ma'rifat karena fungsinya untuk
menunjuk isim-isim tertentu.
Kata tunjuk ini berbeda sesuai dengan Ietak isim yang ditunjuk serta jenis
dan jumlahnya. Perbedaan kata tunjuk ini antara isim dekat (qorib) dengan
jauh (ba'id) yaitu ha tanbih ( هَـ ) di awal untuk qorib dan adanya dhomir
mukhotob di akhir untuk isim ba'id ( كُمَا ، كَ atau كُمْ ). Selain isim isyaroh
ada yang dikaitkan dengan letak, jenis dan jumlahnya, ada juga isim isyaroh
yang dikaitkan dengan letaknya saja.
Seperti : هُنَا ، هُنَاكَ ، هُنَالِكَ
3. Isim Maushul ( اِسْمُ الْمَوْصُوْلِ )
Isim maushul ini digolongkan ke dalam isim ma'rifat karena fungsinya
untuk mengkhususkan suatu isim tertentu dengan kalimat yang ada sesudahnya.
Selain isim maushul yang digunakan untuk menghubungkan isim berdasarkan
jenis dan jumlahnya, ada pula isim maushul yang sifatnya umum (tidak
dilihat mudzakkar atau muannats-nya) yang digunakan untuk yang berakal atau
yang tidak. [5]Yaitu مَا (apa-apa, apa saja) digunakan untuk isim yang tidak
berakal (اِسْمُ المَوْصُوْلِ لِغَيْرِ اِلْعَاقِلِ ) dan مَنْ (siapa saja/barang siapa)
digunakan untuk isim yang berakal ( اِسْمُ المَوْصُوْلِ لِِلْعَاقِلِ ).
4. Isim Alam ( اِسْمُ الْعَلَمِ )
Isim alam adalah isim yang digunakan untuk nama tertentu tanpa
membutuhkan penjelasan. Isim ini ma'rifat karena setiap nama menunjukkan
isim tertentu. Pada bagian ini akan dikhususkan pada kata yang digunakan
untuk nama manusia. yang dibagi menjadi 3 golongan, yaitu :
Isim khos (nama asli)
Contoh : عَائِشَةُ ، عُمَرُ
Kunyah ( كُنْيَةٌ ) : julukan
Adalah nama yang diawali dengan kata : اِبْنٌ ، اُمٌّ ، اَبٌdan بِنْتٌ
Contoh : اُمُّ الْمؤمنين ، اِبْنُ الْخَطَّابِ ، اَبُوْ حَفْصٍ dan lain-lain.
Laqob ( لَقَبٌ ) : gelar
Diberikan khusus kepada orang-orang yang mempunyai kelebihan dalam
suatu perkara.
Contoh : الصِّدِّيْقُ ، الرَّشِيْدُ ، الفَارُوْقُ dan lain-lain.
5. Isim Munada ( اِسْمُ الْمُنَادَى )
Adalah isim yang berada setelah huruf nida. Isim ini menjadi ma'rifat
karena setiap objek yang diseru. pasti telah tertentu dan diketahui oleh si
penyeru. Huruf nida terdiri dari huruf nida untuk dekat, untuk jauh dan
untuk dekat dan jauh.
Isim munada dibagi lima, yaitu : mufrod alam, nakiroh maqsudah, mudhofan,
sibhul mudhof, nakiroh ghoiru maqsudah dan khusus lafdzul jalalah. Pada
bagian ini hanya dibahas tiga jenis isim munada yang banyak dijumpai dalam
Al-Qur'an atau bacaan sehari-hari, yaitu isim munada mufrod (satu kata),
munada mudhofan dan isim munada khusus lafdzul jalalah.[6]
Isim munada mufrod
Yaitu isim munada yang terdiri dari satu kata bentuknya nakiroh, akan
tetapi tidak boleh pakai tanwin setelah diawali huruf nida. Tanda akhirnya
tetap rofa (salah satu tandanya dhommah).
Contoh : يَا مُسْلِمُ
Isim munada mudhofan
Isim munada yang berbentuk idhofah (disandarkan). Tanda akhir untuk
kata yang disandarkan adalah nashob (salah satunya fathah).
Contoh : يَا رَسُوْلَ اللهِ
Kadang-kadang huruf nida dapat dibuang jika berbentuk do'a
seperti : يَا رَبَّنَا menjadi رَبَّنَا
Isim munada khusus lafdzul jalalah (اَللهُ)
Sebenarnya termasuk isim munada mufrod, akan tetapi isim munada ini ada
pengkhususan yaitu : bentuknya ma'rifat يَا اَللهُ dan huruf nida bisa diganti
dengan huruf mim yang bertasydid ditarik di akhirnya yaitu : اَللّهُمَّ
Catatan :
Apabila isim munada mufrod dalam bentuk ma'rifat baik dengan " لا " ataupun
isim maushul, maka setelah يا tidak dapat langsung tersambung dengan isim
tersebut, tetapi harus diselingi dengan lafadz اَيُّهَا (untuk isim mudzakkar)
dan اَيَّتُهَا (untuk isim muannats).
Contoh : يَااَيَّتُهَا النَّفْسُ ، يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ
6. Isim Idhofat (kata yang disandarkan) ( اِسْمُ اْلإِضَافَةِ )
Penyandaran (idhofat) ini hanya terjadi antara dua isim (tidak fiil dan
tidak juga huruf) Isim yang pertama yang disandarkan disebut mudhof ( مُضَافٌ
) sedangkan isim yang disandari disebut mudhof ilaihi (مُضَافٌ إِلَيْهِ ), yang
merupakan isim ma'rifat adalah isim yang menjadi mudhof, sedangkan yang
menjadi mudhof ilaihi dapat ma'rifat dapat pula nakiroh tergantung
bentuknya. Yang perlu dipahami bahwa mudhof ilaihi itu tidak boleh kata
sifat, dan bentuknya tetap majrur (salah satu tandanya kasroh).[7]
Sedang ketentuan untuk mudhof adalah :
Tidak boleh ada " لا "
Tidak boleh tanwin
Apabila isim mutsanna dan jamak mudzakkar salim, nun yang berada di
akhirnya dibuang.
Contoh :
رَسُوْلُ اللهِ = اللهُ + رَسُوْلٌ
وَالِدَيْهِ = ـهِ + وَالِدَيْنِ
بَنِيْ اِسْرَائِيْلَ = اِسْرَائِيْلَ + بَنِيْنَ
d. Berdasarkan Huruf Akhir dan Sakal (tanda) Akhirnya
Berdasarkan huruf akhir dan sakal akhirnya isim dibagi 4 jenis, yaitu
isim shohih akhir, isim mu'tal akhir, asmaul khomsah dan isim ghoiru
munshorif.
Isim shohih akhir ini sudah dibahas pada bab-bab sebelumnya, terdiri
dari isim mufrod, mutsanna, jamak taksir, jamak mudzakkar salim dan
jamak muannats salim.
Isim mu'tal akhir artinya isim yang huruf akhirnya berupa huruf illat
yaitu alif mati atau ya' mati ( ىْ atau يْ ). Jika akhirnya alif mati
disebut isim maqshur ( الاِسْمُ المَقْصُوْرُ ) seperti : مُوْسَى ، هُدَى , dan jika
akhirnya ya' mati disebut isim manqus ( الاِسْمُ المَنْقُوْصُ ) seperti :
الهَادِيْ ، القَاضِيْ
Asmaul khomsah (isim yang lima) adalah isim yang jumlahnya lima buah, yaitu
: اَبٌ ، اَخٌ ، حَمٌ ، فُ ، ذُ .
Kelimanya memiliki kesamaan bentuk yaitu diakhiri dengan wawu jika rofa'
seperti : اَبُوْكَ ، اَخُوْكَ ، حَمُوْكَ ، فُوْكَ ، ذُوْ مَالٍ
Diakhiri dengan alif jika nashob, seperti : اَبَاكَ ، اَخَاكَ ، حَمَاكَ ، فَاكَ ، ذَا
مَالٍ
Diakhiri dengan ya' jika majrur, seperti : اَبِيْكَ ، اَخِيْكَ ، حَمِيْكَ ، فِيْكَ ، ذِيْمَالٍ
Isim ghoiru munshorif (isim yang tidak menerima tanwin).
Ada beberapa isim yang tidak ber " لا " dan bukan sebagai mudhof, akan
tetapi tidak dapat menerima tanwin. Isim semacam ini disebut isim ghoiru
munshorif. Yang termasuk isim ghoiru munshorif adalah :
Sebagian besar nama orang yang bukan bentukan dari kata lain, seperti :
فَاطِمَةُ ، عُثْمَانُ ، عُمَرُ dll.
Shighot muntahal jumuk ( صغة منتهى الجموع ), bentuk jamak yang sama dengan
مَفَاعِلُ dan مَفَاعِيْلُ, seperti : مَسَاجِدُ
Mengandung alif ta'nits mamdudah ( الف التأنيث الممدودة ) seperti : صَحْرَاءُ ،
سَوْدَائُ ، حَمْرَاءُ.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Isim adalah semua jenis kata benda atau segala sesuatu yang
dikategorikan benda; baik benda mati maupun benda hidup, tanpa berkaitan
dengan masalah waktu.
Isim memiliki ciri-ciri yaitu berharakat kasroh, bertanwin (fathahtain,
kasrohtain dan dhommahtain), terdapat لا pada awal kata, terletak setelah
huruf jer dan idhofah atau penyandaran.
Isim terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu berdasarkan jenisnya,
berdasarkan jumlah benda, berdasarkan terdefinisi (khusus) atau tidak
terdefinisi (umum) dan berdasarkan huruf akhir dan sakal (tanda) akhirnya.
Isim berdasarkan jenisnya terbagi dua, yaitu Muannats dan Mudzakar.
Isim berdasarkan jumlah benda terbagi tiga, yaitu Isim Mufrod, Isim
Mutsanna dan Isim Jamak. Isim berdasarkan terdefinisi (khusus) atau tidak
terdefinisi (umum) terbagi dua, yaitu Isim Nakiroh dan Isim Ma'rifat. Isim
berdasarkan huruf akhir dan sakal (tanda) terbagi empat, yaitu isim shohih
akhir, isim mu'tal akhir, asmaul khomsah dan isim ghoiru munshorif.
DAFTAR PUSTAKA
Ibrah."PembagianIsim".padahttp://ibrah78gorut.blogdetik.com/category/nahwu-
i pembagian-isim.html, diakses pada 27Oktober2017
Ryper."PengenalanIsimdanTanda-
Tandanya".padahttp://ryper.blogspot.com/2009/11/pelajaran-2-
pengenalan-isim-dan-tanda. html. diakses pada 27 Oktober 2017
Nurhasanah, 2013, "makalah isim dan fa'il". Book in "Anwar, Moch. 2009.
Ilmu Nahwu. Bandung. Sinar Baru Algensindo." Ciamis : Blogger.
K. H Muchammad Anwar. Al Kailani dan nazham Al Maqsud. Ilmu Shorof
terjemahan Matan.. Bandung Sinar Baru Algensindo
-----------------------
1Ibrah."PembagianIsim".padahttp://ibrah78gorut.blogdetik.com/category/nahwu-
i pembagian-isim.html, diakses pada 27Oktober2017
[1] K. H Mochammad Anwar. Ilmu Nahwu dan Terjemahan Matan Al
Jurumiyyah dan Imrithy ( Sinar Baru Algensindo : Bandung ) Hal. 72
[2] Ibid hal. 73
[3]Ryper."PengenalanisimdanTanda-
tandanya".padahttp://ryper.blogspot.com/2009/11/pelajaran-2- pengenalan-
isim-dan-tanda.html. diakses pada27oktober2017
[4] Nurhasanah. "makalah isim dan fa'il". Book in "Anwar, Moch. 2009.
Ilmu Nahwu. (Bandung. Sinar Baru Algensindo." Ciamis : Blogger).hal 145
[5] Ibid hal. 146
[6] Ibdi hal.147