SIMULASI DIAGNOSIS KOMUNITAS TENTANG PERILAKU BUANG AIR BESAR PADA KELUARGA BINAANRT/RW 01/02 DESA TANJUNG PASIR, KECAMATAN TELUK NAGA, KABUPATEN TANGERANG, PROVINSI BANTEN
Disusunoleh :
Aditya Arya Putra 1102008008 Irfan Nadiyansyah Putra 1102008123 Novita Anggun Permata Sari 1102008347 Ressy Octriana 1102008207 Pembimbing : dr. Citra Dewi, Mkes
KEPANITERAAN KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
2 DESEMBER 2013 – 7 7 FEBRUARI 2014 BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah “sehat“sehat-sakit” atau kesehatan tersebut. Menurut Hendrik L.Bloom ada 4 faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat, yaitu keturunan, lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan. Status kesehatan akan tercapai secara optimal, bilamana keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal pula. (Notoatmodjo, 2003) Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini in i disebut teori “S-O“S-O-R” R” atau Stimulus – Organisme – Respon. Respon. Menurut Becker (1987, Notoatmodjo 2007) Praktek buang air besar adalah
perilaku-perilaku
seseorang
yang
berkaitan
dengan
kegiatan
pembuangan tinja meliputi, tempat pembuangan tinja dan pengelolaan tinja yang memenuhi syarat- syarat kesehatan dan bagaimana cara buang air besar yang sehat sehingga tidak menimbulkan dampak yang merugikan bagi kesehatan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Praktek Buang Air Besar adalah Pengetahuan, Pendidikan, Sarana dan Dukungan keluarga.
1
2 DESEMBER 2013 – 7 7 FEBRUARI 2014 BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah “sehat“sehat-sakit” atau kesehatan tersebut. Menurut Hendrik L.Bloom ada 4 faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat, yaitu keturunan, lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan. Status kesehatan akan tercapai secara optimal, bilamana keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal pula. (Notoatmodjo, 2003) Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini in i disebut teori “S-O“S-O-R” R” atau Stimulus – Organisme – Respon. Respon. Menurut Becker (1987, Notoatmodjo 2007) Praktek buang air besar adalah
perilaku-perilaku
seseorang
yang
berkaitan
dengan
kegiatan
pembuangan tinja meliputi, tempat pembuangan tinja dan pengelolaan tinja yang memenuhi syarat- syarat kesehatan dan bagaimana cara buang air besar yang sehat sehingga tidak menimbulkan dampak yang merugikan bagi kesehatan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Praktek Buang Air Besar adalah Pengetahuan, Pendidikan, Sarana dan Dukungan keluarga.
1
1.2. Area Masalah 1.2.1. Data Puskesmas Puskesmas 1. Diare
Berdasarkan data Puskesmas mengenai kasus Diare didapatkan:
Jumlah perkiraan kasus:
Laki-laki
: 1.000 orang dari 25.000 orang
Perempuan
: 1.200 orang dari 26.000 orang
Total
: 2.200 orang dari 51.000 orang
Jumlah kasus yang ditangani
Laki-laki
: 400 orang (35 %)
Perempuan
: 600 orang (50 %)
Total
: 1000 orang (52 %)
Sumber : Program Diare Puskesmas TanjungPasir 2013
2. Sumber Air
Presentasi keluarga menurut jenis sarana air bersih yang digunakan menurut Kecamatan dan Puskesmas
Jumlah keluarga : 12.000
Keluarga yang diperiksa : 600
Jenis sarana air bersih:
Sungai : 300 keluarga
Sumur : 150 keluarga
SPT : 100 keluarga
PAH : 50 keluarga
Sumber: Program Kesehatan Lingkungan, P2PL Puskesmas Tanjung Pasir 2013
3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Presentasi rumah tangga berprilaku hidup bersih dan sehat menurut Kecamatan dan Puskesmas
Jumlah keluarga : 12.000
Keluarga yang diperiksa : 600
2
Jumlah yang sesuai kriteria PHBS : 250
Jumlah yang sesuai dengan perilaku buang air besar : 300
Sumber: Program Promosi Kesehatan Puskesmas Tanjung Pasir 2013
4.Kriteria Jamban Sehat
Presentasi rumah sehat menurut Kecamatan dan Puskesmas
Jumlah keluarga : 12.000
Keluarga yang diperiksa : 600
Jumlah jamban yang sehat : 300
1.2.2. Data Keluarga Binaan Keluarga 1 (Peneliti Aditya)
Tabel 1.Data Dasar Keluarga Tn.Aditya
No
Nama
1
Tn. Arya
2
Ny. Radiah
3
Irfan
4
Ressy
5
Anggun
Status
Jenis
Keluarga
Kelamin
Usia
Pendidikan
Pekerjaan
Laki-laki
37th
Tamat SD
Nelayan
Perempuan
25th
Tidak tamat
Ibu rumah
SD
tangga
Laki-laki
7th
SD
-
-
Perempuan
5th
-
-
Perempuan
2th
-
-
Kepala Keluarga Istri Anak pertama Anak kedua Anak ketiga
Belum Sekolah Belum sekolah
Penghasilan
Rp.1.200.000 /bulan -
Keluarga Tn. Arya bertempat tinggal di Desa Tanjung Pasir RT. 01 RW.02,
Kecamatan
Teluk
Naga,
Kabupaten
Tangerang,
Banten.
Keluargatersebut terdiri dari Tn. Arya sebagai kepala keluarga dengan seorang istri yang bernama Ny. Radiah dan tiga orang anak, anak pertama
3
bernama Irfan, anak kedua bernama Ressy, dan anak ketiga bernama Anggun. Tn. Arya berusia 37 tahun pendidikan terakhir SD dan bekerja sebagai nelayan dengan penghasilan Rp 25.000 - Rp 50.000 perhari. Namun dalam satu bulan biasanya keluarga Tn. Aditya menghabiskan ± Rp 1.200.000,00. Uang tersebut digunakan untuk membeli sembilan bahan pokok dan untuk membayar listrik rumah. Tn. Arya tidak pernah menabung. Tn. Arya memiliki 3 orang anak, dua perempuan dan satu laki-laki. Anak tertua bernama Irfan masih berusia 7 tahun dan masuk sekolah SD, anak kedua Ressy berusia 5 tahun dan anak ketiga bernama Anggunberusia 2 tahun. Istri Tn. Arya yang bernama Ny. Radiah, yang saat ini berumur 25 tahun, dengan latar belakang pendidikan SD namun tidak tamat, hanya seorang ibu rumah tangga. Keluarga Tn. Arya tinggal disebuah bangunan rumah diatas tanah seluas 5 x 10 m 2 dan mempunyai pekarangan seluas 2x3 m 2.Ventilasi ruang tamu tersebut cukup baik, karena pintunya langsung mengarah keluar. Rumah ini terdiri dari dua kamar tidur yang masing-masing berukuran 2 m x 2 m, ruang tamu, ruang makan bergabung dengan dapur berukuran 4 m x 4 m, dengan ventilasi dan pencahayaan yang kurang, tidak memiliki kamar mandi di dalam rumah. Di belakang rumah terdapat sungai kecil yang digunakan untuk keperluan memasak air maupun makan serta untuk keperluan mandi. Di bagian belakang rumah tersedia jamban WC buatan yang kotorannya tertampung di bagian bawahnya, yang letaknya 2 meter dari sungai. Jarak antara sungai dengan rumah 4 m. Rumah ini mempunyai 1 pintu depan, 1 pintu belakang, 2 jendela di ruang tamu (bagian depan rumah) dengan ukuran 50 cm x 100 cm dengan jarak 80 cm dari tanah. Di atas jendela terdapat ventilasi dengan ukuran 30 cm x 20 cm. Di dalam kamar pertama yang terletak di depan terdapat 1 jendela berukuran 30 cm x 100 cm dengan ventilasi di atasnya berukuran 30 cm x 15 cm, pencahayaan sangat kurang sehingga saat siang hari pun harus menyalakan lampu. Demikian pula dapur hanya terdapat pintu belakang menuju bagian belakang rumah, yakni sungai yang langsung mereka jadikan sebagai tempat untuk keperluan sehari-hari seperti mencuci baju, mencuci piring,
4
mandi, dan untuk keperluan memasak. Sebagian lantai rumah beralaskan tanah dan sebagian lain terbuat dari semen. Atap rumah terbuat dari seng. Rumah keluarga Tn. Arya berada di lingkungan perumahan padat, dimana kanan, kiri dan depan terdapat rumah tetangga. Di lingkungan rumah tidak terdapat saluran untuk aliran limbah cair rumah tangga. Tidak terdapat WC umum di lingkungan RT rumah Tn. Aditya sehingga mereka BAB di sungai belakang rumah. Biasanya juga setelah BAB keluarga Tn. Aditya jarang mencuci tangan dengan sabun dikarenakan tempat jamban yang jauh dari rumah dan keluarga. Terdapat warung sembako di sebelah rumah Tn. Aditya sehingga mudah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ny. Radiah memasak makanan sendiri untuk keluarganya. Ny. Radiah memasak makanan dengan menu seadanya, contoh menu yang disajikan sehari-hari ialah tahu, tempe, telor dan sayur terkadang juga memasak ikan dan udang. Keluarga Tn. Aditya rutin makan sayur 3 kali dalam seminggu dan sesekali mengkonsumsi buah-buahan. Keluarga Tn. Aditya juga biasanya sebelum makan jarang mencuci tangan. Akibat dari tidak mencuci tangan, anak Tn. Aditya menderita diare yang berulang. Selama
kehamilan
Ny.
Radiah
mengaku
rutin
memeriksakan
kehamilannya ke bidan. Anak pertama Tn. Aditya lahir di bidan dengan persalinan normal dengan berat badan 3200 g. Anak kedua lahir dengan bantuan bidan dan dukun dengan persalinan normal namun ibu lupa berat badannya. Anak ketiga lahir dengan bantuan bidan dengan persalinan normal. Keluarga Tn. Aditya mengaku pernah melakukan imunisasi pada anak pertama tapi hanya sekali saat usia 2 bulan yaitu BCG dan tidak melengkapi imunisasi yang lain, mereka mempunyai alasan bahwa setelah imunisasi akan terkena penyakit juga dan sehabis imunisasi anaknya akan panas tinggi sehingga membuat anaknya rewel, karena itu mereka menganggap bahwa imunisasi tidak penting. Mereka juga tidak pernah membawa rutin anak-anaknya ke posyandu untuk dilakukan penimbangan dan pemberian makanan tambahan. Dalam segi kesehatan, jika keluarga Tn. Aditya sakit mereka cukup membeli obat warung dan jika tidak kunjung membaik, maka mereka akan langsung memeriksakan diri ke bidan dan jarang berobat ke dokter puskesmas karena jarak yang jauh. Keluarga ini tidak memiliki asuransi
5
jaminan kesehatan atau Jamkesmas. Dalam segi kesehatan, keluarga Tn. Aditya belum pernah mengalami sakit yang serius. Gangguan kesehatan yang sering dialami anggota keluarganya antara lain infeksi cacing, tifoid, diare dan terkadang kulit gatal-gatal. Pokok Permasalahan dari keluarga 1 :
1.3
Hipotesis Penelitian
Dalam pengambilan sebuah masalah, kelompok kami menggunakan metode Delphi. Metode Delphi merupakan suatu teknik membuat keputusan yang dibuat oleh suatu kelompok, dimana anggotanya terdiri dar i para ahli atas masalah yang akan diputuskan. Proses penetapan Metode Delphi
dimulai
dengan
identifikasi
masalah
yang
akan
dicari
penyelesaiannya. (Harold dkk, 1975 : 40-55) Dari sekian masalah yang ada pada keluarga binaan tersebut, melalui proses musyawarah antara kelompok kami dengan para tenaga kesehatan di PUSKESMAS Tanjung pasir kami memutuskan untuk mengangkat permasalahan “Perilaku Buang Air Besar Pada Keluarga Binaan RT/RW 01/02 Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten”. Pemilihan area masalah ini didasarkan atas berbagai pertimbangan yaitu: a. Berdasarkan data di puskesmas tanjung pasir didapatkan peninggkatan kasus diare dengan total 2.200 orang dari 51.000 orang. b. Dari pengamatan secara langsung yang kami lakukan pada keluarga binaan didapatkan terbatasnya pengetahuan tentang perilaku buang air besar yang baik dan benar. c. Fasilitas air bersih yang kurang memadai dan jumlahnya yang terbatas. d. Kurangnya pengetahuan terhadap penyakit yang ditimbul akibat buang air besar tidak pada tempat yang sesuai.
1.4 Tujuan Penelitian
Tanpa kita sadari perilaku Buang Air Besar
6
Khusus 1.5 Manfaat penelitian Mahasiswa Perguruan Tinggi Masyarakat
Bab II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DIAGNOSIS DAN INTERVENSI KOMUNITAS
Diagnosis komunitas adalah suatu kegiatan untuk menentukan adanya suatu masalah dengan cara pengumpulan data di masyarakat (lapangan). Dengan demikian diagnosis komunitas merupakan kegiatan survey. Dengan melakukan diagnosis komunitas ini maka masalah kesehatan di komunitas akan dapat diidentifikasi dan dibuat intervensi pemecahannya. Dengan adanya diagnosis komunitas diharapkan dapat menerapkan prinsip kedokteran pencegahan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Berdasarkan latar belakang, profil keluarga binaan, penentuan area masalah dan hasil jawaban kuesioner maka kami mengangkat diagnosis komunitas mengenai perilaku pencarian pengobatan pada keluarga binaan di desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang Provinsi Banten. 2.2 TEORI PERILAKU
2.2.1.Pengertian Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis,
7
tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon. 2.2.2. Klasifikasi Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2003) adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok : 1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance). Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. 2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau sering disebut perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior ). Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. 3. Perilaku kesehatan lingkungan Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya. 2.2.3. Domain Perilaku
Menurut Bloom, seperti dikutip Notoatmodjo (2003), membagi perilaku itu didalam 3 domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk
8
kepentingan tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut, yang terdiri dari ranah kognitif ( kognitif domain), ranah affektif (affectife domain), dan ranah psikomotor ( psicomotor domain). Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari : 1. Pengetahuan (knowlegde) Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Tanpa pengetahuan seseorang
tidak
mempunyai
dasar
untuk
mengambil
keputusan
dan
menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang : a. Faktor Internal Merupakan faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat dan kondisi fisik. b. Faktor Eksternal Merupakan faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, atausarana.
c. Faktor pendekatan belajar Merupakan faktor yang berhubungan dengan upaya belajar, misalnya strategi dan metode dalam pembelajaran. Ada enam tingkatan domain pengetahuan yaitu : 1) Tahu ( Know) Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall ) terhadap suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. 2) Memahami (Comprehension) Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
9
3) Aplikasi Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. 4) Analisis Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan ada kaitannya dengan yang lain. 5) Sintesa Sintesa
menunjukkan
suatu
kemampuan
untuk
meletakkan
atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan baru. 6) Evaluasi Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi / objek.
2. Sikap (attitude) Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok : 1) Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek 2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek 3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave) Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan : 1) Menerima (receiving ) Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek). 2) Merespon (responding ) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. 3) Menghargai (valuing ) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
10
4) Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. 3. Praktik atau tindakan ( practice) Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior ). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan ( support ) praktik ini mempunyai beberapa tingkatan : 1) Persepsi ( perception) Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
2) Respon terpimpin ( guide response) Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua. 3) Mekanisme (mecanism) Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mancapai praktik tingkat tiga. 4) Adopsi (adoption) Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (recall ). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden. Menurut penelitian Rogers (1974) seperti dikutip Notoatmodjo (2003), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni :
11
1) Kesadaran (awareness) Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek ) 2) Tertarik (interest) Dimana orang mulai tertarik pada stimulus 3) Evaluasi (evaluation) Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. 4) Mencoba (trial ) Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru. 5) Menerima ( Adoption) Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. 2.2.4. Asumsi Determinan Perilaku
Menurut Spranger, membagi kepribadian manusia menjadi 6 macam nilai kebudayaan. Kepribadian seseorang ditentukan oleh salah satu nilai budaya yang dominan pada diri orang tersebut.Secara rinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya. Namun demikian realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan tersebut dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya adalah pengalaman, keyakinan, sarana/fasilitas, sosial budaya dan sebagainya. Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkap faktor penentu yang dapat mempengaruhi perilaku khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain : 1. Teori Lawrence Green (1980) Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior causes). Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :
12
1) Faktor predisposisi ( predisposing factor ), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya. 2) Faktor pendorong (enabling factor ), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan sebagainya. 3) Faktor pendukung (reinforcing factor ) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
2. Teori Snehandu B. Kar (1983) Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa perilaku merupakan fungsi dari : 1) Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan kesehatannya (behavior itention). 2) Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya ( social support ). 3) Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan (accesebility of information). 4) Otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan atau keputusan ( personal autonomy). 5) Situasi yang memungkinkan untuk bertindak ( action situation). 3. Teori WHO (1984) WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu adalah : 1) Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling ), yaitu dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap objek (objek kesehatan). (a) Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. (b) Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.
13
(c) Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap tindakantindakan kesehatan tidak selalu terwujud didalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh tindakan mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang. 2) Tokoh penting sebagai Panutan. Apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh. 3) Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga dan sebagainya. 4) Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber didalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama dan selalu berubah, baik lambat ataupun cepat sesuai dengan peradapan umat manusia (Notoatmodjo, 2003). 2.3 Praktek Buang Air Besar
1. Pengertian Praktek menurut Bartsmet (1994) di pengaruhi oleh kehendak sedangkan kehendak dipengaruhi oleh sikap dan norma subyektif. Sikap sendiri dipengaruhi oleh keyakinan akan hasil dari tindakan yang telah lalu. Norma subyektif dipengaruhi oleh keyakinan akan pendapat orang lain serta motivasi untuk mentaati pendapat tersebut. Terbentuknya praktik terutama pada orang dewasa dimulai pada domain kognitif (pengetahuan) dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa objek diluarnya, sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada subjek tersebut dan selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap subjek terhadap objek yang diketahui. Secara lebih operasional praktik dapat diartiakan sebagai suatu respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulasi) dari luar objek tersebut.Respons manusia tersebut dapat bersifat pasif yang meliputi pengetahuan,
14
persepsi dan sikap, sedangkan yang bersifat aktif merupakan tindakan yang nyata atau practice.Stimulus atau rangsangan terdiri dari 4 unsur pokok yakni sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan dan lingkungan (Notoatmodjo, 2003). Menurut Becker (1987, Notoatmodjo 2007) Praktek buang air besar adalah perilaku perilaku seseorang yang berkaitan dengan kegiatan pembuangan tinja meliputi, tempat pembuangan tinja dan pengelolaan tinja yang memenuhi syarat- syarat kesehatan dan bagaimana cara buang air besar yang sehat sehingga tidak menimbulkan dampak yang merugikan bagi kesehatan
Menurut Notoadmodjo (2007), Praktik memiliki beberapa tingkatan, yaitu a. Persepsi Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yangakan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama. b. Respon terpimpin Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah merupakan indicator praktik tingkat dua. c. Mekanisme Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka dia sudah mencapai praktik pada tingkat tiga. d. Adaptasi Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi
15
kebenaran tingkatannya tersebut. Adaptasi praktek (tindakan) memiliki beberapa indikator, antara lain: a. Tindakan (praktek) sehubungan dengan penyakit Tindakan ini mencakup antara lain: 1)Pencegahanpenyakit,misalnyamengimunisasikananak. 2) Penyembuhanpenyakit,misalnyaminumobatsesuaipetunjukdokter. b. Tindakan (praktek) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Tindakan atau perilaku ini mencakup antara lain: mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang, melakukan olahraga secara teratur, dan praktek perawatan kesehatan sebagainya. c. Tindakan (praktek) Kesehatan Lingkungan. Perilaku ini mencakup buang air besar di jamban, membuang sampah pada tempatnya. Secara lebih terperinci praktik manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gajala kajiwaan, seperti pengetahuan, dukungan, fasilitas, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya. 2. Mekanisme Buang Air Besar Semua makanan yang masuk ke dalam tubuh, akan di cerna oleh organ pencernaan. Selama proses pencernaan makanan di hancurkan menjadi zat-zat sederhaa yang dapat diserap dan di gunakan oleh sel dan jaringan tubuh kemudian sisa-sisa pembuangan akan dikeluarkan oleh tubuh berupa tinja , urine atau gaskarbondioksida. Akhir dari proses pencernaan yang di keluarkan berupa tinja di sebut buang air besar ( Notoatmodjo, 2003 ) Seseorang yang mempunyai kebiasaan teratur, akan merasa kebutuhan membuang air besar pada kira-kira waktu yang sama setiap hari. Hal ini di sebabka oleh reflek gastro kolika yang biasanya bekerja sesudah sarapan pagi. Makanan yang sudah sampai lambung akan merangsang peristaltic di dalam usus, merambat ke kolon sisa makanan yang dari hari sebelumnya, yang waktu malam mencapai sekum, mulai bergerak isi kolon dan terjadi persaan di daerah perineum. Tekanan intra abdominal bertambah
16
dengan penutupan glottis, kontraksi diafragma dan otot abdominal, spinter anus mengendor, dan kerjanya berakhir. Kerja defekasi dipengaruhi oleh factor kebiasaan ( Notoatmodjo, 2003 ) Seseorang hendaknya berlatih untuk buang air besar tiap pagi, sebelum kesibukan hari tertunda menyebabkan konstipasi (sembelit).Beberapa orang buang air besar sebelum sarapan pagi, atau ada juga yang sesudahnya.Ada yang harus keluar rumah pagi-pagi buang air besar setelah pulang kerja, ada pula yang pada malam hari karena mmebutuhkan waktu yang tenang untuk memenuhi kebutuhannya. Ada yang satu kali sehari, ada yang lebih sering, yang lain lagi dua hari sekali atau dengan jangka waktu lebih panjang. Jadi frekuen buang air besar tiap orang berbeda-beda. Seorang yang normal diperkirakan menghasilkan tinja rata-rata 330 gram sehari. Tinja ini berisi bakteri, lepasan epithelium usus, nitrogen, gram, zat besi, selulosa dan sisa zat makanan lain yang tidak larut dalam air ( Notoatmodjo, 2007 ) .
3. Permasalahan Praktek Buang Air Besar dan Akibat yang ditimbulkan Sejak dahulu sampai kapan pun, masalah pembuangan ktoran manusia selalu menjadi perhatian kesehatan lingkungan.Dengan pertambahan penduduk yang tidak sebanding dengan area pemukiman.Masalah pembuangan tinja semkin meningkat tinja merupakan sumber penyebaran penyakit yang multi kompleks yang harus sedini mungkin diatas. Pembuangan tinja yang tidak sanitasi dapat menyebabkan berbagai penyakit, karenanya perilaku buang air besar sembarangan, sebaiknya segera dihentikan. Keluarga masih banyak yang berperilaku tidak sehat dengan buang air besar di sungai.Pekarangan rumah atau tempat-tempat yang tidak selayaknya. Selain mengganggu udara segar karena bau yang tidak sedap juga menjadi peluang awal tempat berkembangnya vektor penyebab penyakit akibat kebiasaan perilaku manusia sendiri ( Notoatmodjo, 2003 ) Kurangnya perhatian terhadap pengelolaan pembuangan tinja dengan disertai cepatnya pertambahan penduduk, jelas akan mempercepat penyebaran penyakit penyakit yang di tularkan melalui tinja. Untuk mencegah sekurang- kurangya mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka pembuangan kotoran
17
manusia harus disuatu tempat tertentu atau jamban yang sehat ( Notoatmodjo, 2003 ) 4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Praktek Buang Air Besar a. Pengetahuan
1). Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orangmelakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman, juga dapat diperoleh dari informasi yang disampaikan orang lain, didapat dari buku, atau media massa dan elektronik Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, penciuman, rasa dan raba.Sebagian besar pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Over Behavior). Pada dasarnya pengetahuan terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang dapat memahami sesuatu gejala dan memecahkan masalah yang dihadapi ( Notoatmodjo, 2003 ). Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung ataupun melalui pengalaman orang lain. Pengetahaun dapat ditingkatkan melalui penyuluhan, baik secara individu maupun kelompok, untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan yang bertujuan untuk tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan optimal. 2). Tingkat Pengetahuan di dalam Domain Kognitif Menurut Notoatmodjo (1993), pengetahuan mempunyai 6 (enam) tingkatan, yaitu: a. Tahu (Know) Diartikan sebagai pengingat sesuatu materi yang telah dipelajarisebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bagian yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tabu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, mendefinisikan dan mengatakan.
18
b. Pemahaman (Comprehension) Diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentangobjek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.Orang telah memahami terhadap objek atau materi atau harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyampaikan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materiyang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan buku, rumus, metode, prinsip dlam konteks atau situasi lain. Misalnya adalah dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan perhitungan hasil penelitian dan dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah kesehatan dari kasus- kasus yang diberikan.
d. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatuobjek dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, yaitu : dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. e. Sintesis (Synthesis) Sintesis merujuk kepada suatu kemampuan untuk menghubungkanbagian-bagian kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi-formulasi yang ada. Misalnya : dapat menyususun, merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan-kemampuan untukmelakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.Penilaian-penilaian ini berdasarkan
19
kriteria yang telah ditentkan sendiri atau menggunakan kriteria-krit eria yang ada. 3) Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo(2003) yaitu: .
Tingkat Pendidikan Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka dia akan lebih mudah dalam menerima hal – hal baru sehingga akan lebih mudah pula untuk menyelesaikan hal – hal baru tersebut.
.
Informasi Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan memberikan pengetahuan yang jelas.
.
Budaya Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang, karena informasi – informasi baru akan di saring kira – kira sesuai dengan tidaknya dengan kebudayaan yang ada dan agama yang dianut.
.
Pengalaman
Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu,
maksudnya pendidikan yang tinggi pengalaman akan luas sedang umur semakin banyak (bertambah tua). .
Sosial Ekonomi Tingkatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup disesuaikan dengan penghasilan yang ada, sehingga menuntut pengetahuan yang dimiliki harus dipergunakan semaksimal mungkin. Begitupun dalam mencari bantuan ke sarana kesehatan yang ada. Mereka sesuaikan dengan pendapatan keluarga.
b. Pendidikan
1). Pengertian Merupakan hasil atau prestasi yang dicapai oleh perkembangan manusiadan usaha lembaga-lembaga tersebut dalam mencapai tujuan untuk tingkat kemajuan masyarakat dan kebudayaan sebagai suatu kesatuan ( Budiono, 1998 ). Disamping itu pendidikan juga dikatakan sebagai pengembangan diri dari individu dan kepribadian yang dilaksanakan secara sadar dan penuh tanggung jawab. Untuk
20
meningkatkan pengetahuan sikap dan ketrampilan serta nilai-nilai sehingga mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan ( yusuf, 1992 ). Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin baik pula tingkat pengetahuannya, bahwa ibu yang berpendidikan relatife tinggi cenderung memiliki kemampuan untuk menggunakan sumberdaya keluarga. Yang lebih baik dibandingkan ibu yang berpendidikan rendah.Karena pengetahuan buang air besar yang sering kurang dipahami oleh keluarga yang tingkat pendidikannya rendah. Sehingga memberi dampak dalam mengakses pengetahuan khususnya di bidang kesehatan untuk penerapan dalam kehidupan keluarga terutama pada keluarga yang berperilaku buang air besar di sembarang tempat (Notoatmojo, 2003). 2) Ruang lingkup pendidikan Ruang lingkup pendidikan terdiri dari pendidikan informal, non formal, dan formal. Pendidikan informal adalah pendidikan yang diperoleh seseorang dirumah dalam lingkungan keluarga. Pendidikan informal berlangsung tanpa organisasi, yakni tanpa orang tertentu yang diangkat atau ditunjuk sebagaipendidik tanpa suatu progam yang harus disesuaikan dalam jangka waktu tertentu dan tanpa evaluasi yang formal berbentuk ujian, sementara itu pendidikan non formal meliputi berbagai usaha khusus yang diselenggarakan secara terorganisasi terutama generasi muda dan orang dewasa, yang tidak dapat sepenuhnya atau sama sekali tidak berkesempatan mengikuti pendidikan sekolah dapat memiliki pengetahuan praktis dan ketrampilan dasar yang mereka perkirakan sebagai warga masyarakat yang produktif. Sedangkan pendidikan formal adalah pendidikan yang mempunyai bentuk atau organisasi tertentu seperti terdapat disekolah atau universitas (Notoatmojo, 2003) 3) Jenjang Pendidikan formal Menurut Undang-Undang Republik Indonesia tentang pendidikan No.20 Tahun 2003, jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi. Pendidikan dasar yaitu jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah seperti SD,MI, SMP, dan MTS atau bentuk lain yang sederajat. Sementara itu pendidikan menengah yaitu lanjutan pendidikan dasar yang terdiri dari pendidikan menengah kejurusan seperti SMA, MA, SMK, dan MAK atau bentuk lain yang sederajat. Sedangkan pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah
21
pendidikan menengah yang mencakup progam pendidikan Diploma, Sarjana, Magister dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi ( Kartono, 1992 ). 4). Faktor-faktor yang mempengaruhi Tingkat pendidikan Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendidikan terbagi menjadi 3yaitu : a. faktor umur, b. faktor tingkat social ekonomi dan c. faktor lingkungan, faktor umur merupakan indikator kedewasaan seseorang. Semakin bertambah umur pendidikan yang didapat akan lebih banyak. Baik itu pendidikan formal maupun pendidikan non formal yang diinginkan adalah terjadinya perubahan kemampuan, penampilan atau perilaku. Selanjutnya perubahan perilaku didasari adanya perubahan atau penambahan pengetahuan, sikap atau ketrampilannya (Notoatmojo,2003). Faktor tingkat sosial ekonomi ini sangat mempengaruhi perbaikan pendidikan dan perbaikan pelayanan kesehatan yang inginkan oleh masyarakat. Rata-rata keluar ga dengan sosial ekonomi yang cukup baik akan memilih tingkat pendidikan dan sarana kesehatan yang bagus dan bermutu (Effendy, 1998). Sedangkan faktor lingkungan mempunyai pengaruh yang besar dalam pendidikan seseorang seperti contoh orang yang berada dalam lingkungan keluarga yang mendukung serta mengutamakan pendidikan mereka akan lebih termotivasi untuk belajar sehingga pengetahuan yang mereka peroleh akan lebih baik dibandingkan dengan seseorang yang keluarganya tidak mendukung untuk merasakan bangku sekolah (Effendy,1998). c. Sarana
1). Pengertian Sarana adalah adalah segala jenis peralatan, perlengkapan kerja danfasilitas yang berfungsi sebagai alat utama/pembantu dalam pelaksanaanpekerjaan, dan juga dalam rangka kepentingan yang sedang berhubungan dengan organisasi kerja. Jamban keluarga atau tempat pembuangan kotoran adalah suatu bangunan yang dipergunakan untuk membuang tinja atau kotoran manusia yang lazim disebut
22
kakus/WC dan memenuhi syarat jamban sehat atau baik. Manfaat jamban keluarga adalah untuk mencegah terjadinya penularan penyakit dan kotoran manusia ( Salimmadjid, 2009 ). 2). Menentukan letak pembuangan kotoran Untuk
menentukan
harusmemperhatikan
letak ada
pembuangan atau
tidaknya
kotoran,
terlebih
sumber-sumber
dahulu air.Kita
kita perlu
mempertimbangkan jarak dari tempat pembuangan kotoran ke sumber-sumber air terdekat. Pertimbangan jarak yang harus diambil antara tempat pembuangan kotoran dan sumber air, kita harus memperhatikan bagaimana keadaan tanah, kemiringannya, permukaan air tanah, pengaruh banjir pada musim hujan, dan sebagainya. ( Mubarak, 2009 ) 3). Beberapa macam tempat pembuangan kotoran Menurut konstruksi dan cara mempergunakannya, dikenal bermacam-macam tempat pembuangan kotoran: a. Jamban cemplung Bentuk kakus ini adalah yang paling sederhana yang dapat dianjurkan kepada masyarakat. Nama ini digunakan karena bila orang mempergunakan kakusmacam ini, maka kotorannya langsung masuk jatuh kedalam tempat penampungan ( Mubarak, 2009 ). b. Jamban plengsengan Plengsengan juga berasal dari bahasa Jawa “Melengseng” yang berarti miring.Nama ini digunakan karena dari lubang tempat jongkok ke tempat penampungan kotoran dihubungkan oleh suatu saluran yang miring.Jadi, tempat jongkok dari kakus ini tidak dibuat persis di atas tempat penampungan, tetapi agak jauh. c.Jamban bor Dinamakan demikian karena tempat penampungan kotorannya dibuat dengan mempergunakan Bor. Bor yang dipergunakan adalah bor tangan yang disebut “Bor Auger” dengan diameter antara 30-40 cm. Sudah barang tentu lubang yang dibuat
23
harus jauh lebih dalam dibandingkan dengan lubang yang digali seperti pada jamban cemplung dan kakus plengsengan, karena diameter jamban bor jauh lebih kecil. d. Angsatrine (Water Seal Latrine) Jamban ini dibawah tempat jongkoknya ditempatkan atau dipasang suatu alat yang berbentuk seperti leher angsa yang disebut bowl. Bowl ini berfungsi mencegah timbulnya bau. Kotoran yang berada di tempat penampungan tidak tercium baunya, karena terhalang oleh air yang selalu terdapat dalam bagian yang melengkung. e.Jamban di atas balong (Empang) Membuat jamban di atas Balong (yang kotorannya dialirkan ke balong) adalah cara pembuangan kotoran yang tidak dianjurkan, tetapi sulit untuk menghilangkannya, terutama di daerah yang terdapat banyak balong. Sebelum kita berhasil mengalihkan kebiasaan tersebut kepada kebiasaan yang harapkan, dapatkah cara tersebut diteruskan dengan memberikan persyaratan tertentu ( Mubarak, 2009 ), antara lain :
a) Air dari balong tersebut jangan dipergunakan untuk mandi b) Letak jamban harus sedemikian rupa, sehingga kotoran selalu jatuh di c) Tidak terdapat sumber air minum yang terletak di bak balong tersebut
air atau yang
sejajar dengan jarak 15 meter d)Aman dalam pemakaiannya f. Jamban septic tank Jamban Septic tank berasal dari kata septic, yang berarti pembusukansecara anaerobic. Kita pergunakan nama septic tank karena dalam pembuangan kotoran terjadi proses pembusukan oleh kuman-kuman pembusuk yang sifatnya anaerobic. Septic tank bisa terjadi dari dua bak atau lebih serta dapat pula terdiri atas satu bak saja dengan mengatur sedemikian rupa (misalnya dengan memasang beberapa sekat atau tembok penghalang), sehingga dapat memperlambat pengaliran air kotor di
24
dalam bak tersebut ( Mubarak, 2009 ). Suatu jamban disebut sehat untuk daerah pedesaan apabila memenuhi persyaratan persyaratan sebagai berikut : 1. Tidak mengotori permukaan tanah di sekelilingi jamban tersebut Tidak mengotori air permukaan disekitarnya 2. Tidak mengotori air tanah dan di sekitarnya 3. Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa, dan binatang 4. Tidak menimbulkan bau 5. Mudah digunakan dan dipelihara 6. Sederhana desaianya 7. Murah ( Notoatmodjo, 2003 ). Agar persyaratan – persyaratan ini dapat dipenuhi maka perlu diperhatikan antara lain: 1. Sebaiknya jamban tersebut tertutup, artinya bangunan jamban terlindung dari panas dan hujan, sehingga binatang – binatang lain terlindung dari pandangan orang dan sebagainya. 2. Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat, tempat berpijak yang kuat dan sebaiknya. 3. Bangunan jamban sedapat mungkin ditempatkan pada lokasi yang tidak menganggu pandangan, tidak menimbulkan bau dan sebagainya. 4. Sedapat mungkin disediakan alat pembersih seperti air atau sikat WC ( Notoatmodjo, 2003 ). d. Dukungan Keluarga
1). Pengertian Keluarga merupakan sebagai unit terkecil dalam masyakat yang merupakanklien keperawatan atau sebagai penerima asuhan keperawatan keluarga sangatberperan dalam menentukan cara asuhan yang di perlukan anggota keluarga yang sakit. Bila dalam keluarga tersebut salah satu anggotanya mengalami masalah kesehatan maka
25
sistem dalam keluarga akan terpengaruh. (Friedman, 1998) 2). Struktur Keluarga Struktur kekuatan keluarga meliputi kemampuan berkomunikasi, kemampuan keluarga untuk saling berbagi, kemampuan sistem pendukung di antara anggota keluarga,
kemampuan
masalah Menurut
perawatan
Effendy
(1995),
diri,
dan
struktur
kemampuan
keluarga
ada
menyelesaikan
bermacam-macam
diantaranya adalah : a. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarahdalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garisayah. b. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarahdalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu. c.
Matrilokal
adalah
sepasang
suami
istri
yang
tinggal
beserta
bersama
keluargasedarah istri. d. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal beserta bersama keluarga sedarah suami. e. Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
3). Fungsi Keluarga Menurut Friedman (1999), lima fungsi dasar keluarga adalah sebagaiberikut: a. Fungsi afektif. Adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan psikososial, saling mengasuh, dan memberikan cinta kasih, serta saling menerima dan mendukung. b. Fungsi sosialisasi. Adalah proses perkembangan dan perubahan individu keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi sosial dan belajar berperan di lingkungan sosial.
26
c. Fungsi reproduksi. Adalah fungsi keluarga meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia. d. Fungsi ekonomi. Adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti sandang, pangan, dan papan. e. Fungsi perawatan kesehatan. Adalah kemampuan keluarga untuk merawat anggota keluarga yangmengalami masalah kesehatan. 4). Jenis Dukungan Keluarga Terdapat empat jenis atau dimensi dukungan ( Friedman, 1998 ) yaitu: a. Dukungan emosional Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta
membantu
penguasaan terhadap
emosi,
meliputi
empati,
kepedulian, dan perhatian terhadap anggota keluarga yang masih buang air besar misalnya umpan balik, penegasan. b. Dukungan penghargaan ( penilaian ) Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator identitas anggota. Yang terjadi lewat ungkapan hormat ( penghargaan ) positif untuk perilaku BAB, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu dan perbandingan positif perilaku BAB dengan yang lain yaitu : orang – orang yang kurang mampu atau lebih buruk keadaannya.( menambah penghargaan diri ) c. Dukungan instrumental Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan kongkrit.Mencakup bantuan langsung seperti dalam bentuk uang, peralatan, waktu, modifikasi, lingkungan, maupun menolong dengan pelajaran waktu mengalami stres. d. Dukungan informative
27
Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminato (penyedia) Informasi tentang dunia mencakup memberi nasehat,petunjuk-petunjuk,sarana-sarana, atau umpan balik. Bentuk dukungan yang diberikan oleh keluarga adalah dorongan semangat, pemberian nasihat, atau pengawasan tentang perilaku BAB sehari-hari. Dukungan keluarga juga merupakan perasaan individu yang dapat perhatian, disenangi, dihargai, dan termasuk bagian dari masyarakat ( Utami, 2003 ). 5). Hubungan dukungan keluarga dengan kesehatan Keluarga harus dilibatkan dalam progam pendidikan dan penyuluhan agar mereka mampu mendukung usaha keluarga yang masih buang air besar di sembarang tempat.Bimbingan/penyuluhan
dan
dorongan
secara
terus
menerus
biasanya
diperlukan agar keluarga yang buang air besar sembarangan tersebut mampu melaksanakan rencana yang dapat diterima dan mematuhi peraturan. Keluarga selalu dilibatkan dalam progam pendidikan sehingga mereka dapat memperingati bahwa buang air besar sembarangan dapat berdampak penyakit- penyakit (Brunner dan Suddart, 2001)
28
2.4 KERANGKA TEORI
Faktor Predisposisi
Perilaku
Pengetahuan Pendidikan
Sikap
Faktor Pendukung
Lingkungan
Ekonomi keluarga
Ketersediaan sarana
Perilaku dalam buang air besar
Faktor Pendorong
Dukungan keluarga
Peran petugas kesehatan
29
2.5 KERANGKA KONSEP
PERILAKU
PENGETAHUAN
PENDIDIKAN
Perilaku dalam buang air besar
KETERSEDIAAN SARANA
DUKUNGAN KELUARGA
30
2.6 DEFINISI OPERASIONAL
No
Variabel
1. Perilaku
2. Pengetahuan
Definisi
Alat Ukur
Cara Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
Aktivitas keluarga dalam hal Buang Air Besar
Kuesioner
Wawancara
Ya/tidak
Nominal
Hal-hal yang diketahui tentang perilaku BAB yang baik dan benar
Kuesioner
Penting/tidak penting Wawancara
Sudah/belum
Nominal
Tahu/tidak tahu Pernah/tidak pernah
3. Pendidikan
Hal-hal yang dapat menggambarkan pengetahuan tentang perilaku BAB yang baik dan benar
Kuesioner
Wawancara
Sangat buruk/ buruk/ cukup/ baik
Ordinal
4. Ketersediaan sarana
Hal-hal yang berkaitan dengan kurangnya ketersediaan jamban sehat
Kuesioner
Wawancara
Ya/ tidak
Nominal
5. Dukungan keluarga
Sistem cara asuh keluarga dalam perilaku BAB yang baik dan benar
Kuesioner
Wawancara
Ya/tidak
Nominal
LAMPIRAN I KUESIONER
31
PERILAKU BUANG AIR BESAR PADA KELUARGA BINAAN DI RT/RW 01/02 DESA TANJUNG PASIR, KECAMATAN TELUK NAGA, KABUPATEN TANGERANG, PROVINSI BANTEN
IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama
:
2. Umur
:
3. Alamat
:
4. Pendidikan
:
5. Pekerjaan
:
I.
PERILAKU
1. Apakah jika anda buang air besar dilakukan di jamban? a. Ya b. Tidak. Jika tidak, sebutkan alasannya.......... 2. Menurut Anda apakah penting buang air besar di jamban? a. Penting. Sebutkan alasannya……. b.Tidak penting. Sebutkan alasannya…….. 3. Apakah anda pernahbuang air besar sembarangan ? a. Pernah. Jika pernah, sebutkan alasannya............. b. Tidak pernah.
4. Apakah anda selalu cebok dengan air bersih setelah buang air besar ? a. Ya. Jika ya, sumber air didapatkan darimana…………..
32
b. Tidak . Jika tidak, cebok menggunakan apa…………………… 5. Apakah yang anda mencuci tangan setelah buang air besar ? a. Ya b. Tidak . Jika tidak, sebutkan alasannya…………………… II.
PENGETAHUAN
1. Menurut anda apakah anda sudah menjalankan perilaku buang air besar yang baik dan benar? a. Sudah. Jika sudah, sebutkan perilaku buang air besar yang baik dan benar...... b.Belum. Jika belum,lanjut ke pertanyaan no 2 2. Menurut anda kemana sebaiknya anda atau keluarga buang air besar ? a. Jamban b. Sawah c. Rawa d. Sungai e. Lain – lain,.. 3. Apakah yang anda ketahui mengenai resiko buang air besar sembarangan ? a. Tahu, sebutkan : b. Tidak tahu 4. Pernahkan anda mendengar tentang jamban sehat ? a. Pernah b. Tidak pernah c. Tidak tahu
III.
PENDIDIKAN
33