SEJARAH FILSAFAT FILSAFAT NILAI
“Filsafat Nilai”,meliputi: Sejarah perkembangan Filsafat dan Nilai, objek dan subjek nilai serta nilai kuantintas dan nilai kualitas. Mengenai sejarah perkembangan filsafat dan nilai, seperti filsafat nilai. Adapun perkembangan filsafat nilai secara non formal berkembang sejak aman !eraklitos,permenides, !ipias, "orgias sampai kepada perkembangan filsafat abad pertengahan dan modern #ang melatar belakangi muncul munculn# n#aa filsafa filsafatt nilai nilai di a$al a$al abad abad ke%&'. ke%&'. (erkemb (erkembang angan an selanju selanjutn# tn#aa memasu memasuki ki $ila#ah kajian sumber nilai, nilai subjek dn objektis dan nilai #ang berkuantitas dan kualitas. S)*A+A! F-SAFA N-A Munculn#a Munculn#a Filsafat Nilai Masalah eksistensi eksistensi dan esensi alam, manusia dan uhan uhan atau #ang ada dan mungkin ada sebagai objek nilai menjadi fokus dalam pengajian para filosof sejak dahulu kala. Antara lain #ang pertama sekali mengemukakann#a adalah seorang filosof kenamaan /unani #akni hales 0123%431 SM5. Sebagai bapak filsafat kelahiran Miletus negara bagian /unani, pertama ia mengajukan sebuah pertan#aan #ang rele6an dengan ada dan Ada 0pengada pertama5 #aitu“7hat is the nature of $orld stuf“8 0apa sebenarn#a bahan alam semesta itu85. (ertan#aan ini ditemukan ja$aban#a oleh hales bah$a bahan atau sesuatu itu adalah “air”. Secara aksiologis apakah air mempun mempun#a #aii nilai nilai objekt objektif if atau atau subjek subjektif tif.. Mungki Mungkinka nkah h air bernil bernilai ai meskip meskipun un tanpa tanpa epistemolog dan ontolongin#a8 Atau apakah air termasuk kategorisasi nilai atau tidak bernilai8 (erkembangan selanjutn#a sekitar pada tahun 499%an SM muncul buah pikiran baru, atau filsafat baru dari seorang ahli pikir #ang berusaha keras untuk memutar otak otakn# n#aa dan dan sempa sempatt meng mengag agetk etkan an bahk bahkan an meng mengge gege gerk rkan an oran orang g a$am a$am.. !al !al ini ini dilontarkan dilontarkan oleh !eraklitos !eraklitos dalam filsafatn#a filsafatn#a “bah$a sesungguhn# sesungguhn#aa #ang ada, #ang hakikat ialah gerak dan perubahan 0(antarei5“ 0.;ertens, &''<:=45. (enggerak pertama memb memberi erika kan n nila nilaii guna guna dan dan manf manfaat aat atas atas sega segala la fung fungsi sin# n#a. a. Atauk taukah ah gerak gerak dan dan perubahan itu juga mengandung nilai atau nihil. (erkembangan kecemerlangan pemikiran kedua filsosof tersebut 0hales%!eraklitos5 sungguh telah mempromosikan dan memperlihatkan aksiologi kehebatan akal manusia. ekaguman terhadap aksiologi kemampuan rasional manusia ini semakin ramai ketika munculn#a >eno 0lahir tahun 3'9 SM5 sebagai tokoh pertama #ang mengajarkan ajaran kebenaran, dan kebenaran itu mampu mampu ditangkap ditangkap oleh intelek intelek manusia. manusia. eori eori kebenaran #ang diajarkan diajarkan oleh >eno adal adalah ah baga bagaim iman anaa menc mencari ari kebe kebena nara ran n itu itu mela melalu luii meto metode de diale dialekt ktik ikaa 0Abd 0Abdul ulla lah, h, 2992:& 2992:&=5. =5. Muncul Munculn# n#aa metode metode dialek dialektik tikaa ini memicu memicu muncu munculn# ln#aa ajaran ajaran sofisme sofisme.. a berhasil membuktikan bah$a segala #ang bergerak, #ang ada serta ruang kosong itu semuan#a tidak ada. ;elum lagi ketika munculn#a Socrates sebagai bapak #ang bijak $alaupun secara fisik beraut jelek, namun perilaku #ang bijak men#elamatkan manusia dan meluru meluruska skan n otak otak para para sofis%s sofis%sofi ofisme sme #ang #ang diangg dianggap ap telah telah merusa merusak k pemiki pemikiran ran pemuda Athena. ?engan munculn#a Socrates di permukaan sebagai ahli dalam mengajarkan cara mencari kebenaran, membuat sakit kuping, geger otak dan merasa gelisah bagi kalangan polish Athena dari satu sisi. onsekuensi dari gerakan aksiologis kefilsafatan #ang dilancarkan oleh Socrates itu mendapat kecaman dan tuduhan keras
dari pemerintah /unani bah$a Socrates telah melakukan tindakan #ang merusak otak dan masa depan para pemuda Athena. uduhan #ang dialamatkan oleh pemerintah kepadan#a karena telah dengan sengaja membentuk kelompok%kelompok separatis, sebagai $adah dialog antara pemuda dengan pemuda lain. ujuan dari pembentukan kelompok ini adalah mengajarkan tentang bagaimana cara mencari kebenaran dengan menggunakan metode dialektika. Metode dialektika ini dapat diaplikasikan dengan berdasar pada konsep filsafat aksiologi tentang apakah dalam dialektika itu mengandung nilai atau nihil. !al inilah sehingga Socrates menjadikan dialektika sebagai metode pencarian kebenaran. Metode dialektika bagi Socrates adalah suatu metode #ang mengandung nilai manfaat bagi seluruh pencari kebenaran. Sa#angn#a proses pencarian kebenaran melalui metode dialektika itu, berjalan belum sampai batas dan berla#ar belum sampai samudra kepuasan, bahkan dirasa belumlah tuntas oleh para penggemar filsafat saat itu, sebab sang guru #ang menggembleng mereka keburu menemui takdir #ang tragis meskipun Socrates menganggap itulah #ang terbijak dan kearifan. Namun di akhir perjalanan hidupn#a, Socrates mendapat ken#ataan men#edihkan, dia meminum racun sebagai alternatif jitu untuk mempertahankan kebenaran. ?engan cara meminum racun bagi Sang Filosof 0Socrates5, menjadi bahan renungan bagi kalangan orang a$am saat itu 0Abdullah, 2992:=@5. ;ersamaan dengan itu mereka mulai bimbang dan ragu terhadap kebenaran #ang sebenarn#a. Apakah kebenaran itu berada pada diri indi6idu #ang sub#ektif atau pada diri uni6ersal #ang ob#ektif. (ertan#aan kemudian apakah dengan cara meminum racun bagi Sang bijaksana$an adalah sebuah konsep #ang bernilai bagi dirin#a atau juga merupakan nilai bagi #ang lain. Secara substansial bah$a meminum racun megandung nilai konsistensi dan kejujuran serta menjadi pelajaran bagi para pengagumn#a, bah$a cara pembelaan dengan menggunakan cara tidak bijak adalah pelanggaran dan otomatis tidak memberikan nilai teleologis kepada generasi pelanjut. (erkembangan selanjutn#a ketika munculn#a keraguan terhadap berbagai nilai kebenaran #ang muncul, men#ebabkan pemikiran manusia pada saat itu mengalami kegoncangan. egoncangan itu membuat mereka selalu melahirkan teori pencarian nilai kebenaran melalui metode dialektika 0tesa%antitesa%sintesa5. ?ari perkembangan pemikiran manusia selanjutn#a selalu melahirkan aksiologi pemikiran filsafat #ang relatif adan#a, hal ini disebabkan oleh ciri kebenaran dalam filsafat #ang relatif pula. ?alam perkembangann#a, filsafat selalu mengalami perubahan #ang antitesissintesis dan tesis. Bntuk menelusuri perkembangan pemikiran filsafat nilai #ang sintesis%dan antitesis dari berbagai macam aspek baik ontologis, epistemologis maupun aCiologisn#a serta tokoh%tokoh 0filosof%filosof5 #ang berpengaruh pada setiap amann#a dibutuhkan penguasaan dan ketajaman analisis hirarki historis. erutama mengenai periodesasi perkembangan filsafat #ang historik dan sistematis. Nilai%nilai kehidupan orang "reek 0/unani5 dahulun#a lebih ban#ak perca#a pada taha#ul dan dongeng. Mereka perca#a pada dongeng%dongeng ini disebabkan oleh adan#a keajaiban dari alam itu sendiri, sehingga terkadang membuat mereka kagum, takut dan heran sehingga dari situlah mereka menganggap bah$a dongeng%dongeng #ang diperca#a adalah sangat bernilai bagi kehidupan mereka. ?engan perasaan dan alasan seperti ini mereka menganggap bah$a keajaiban #ang terdapat pada alam realitas ini penuh dengan nilai estetika dan etika #akni terdapatn#a de$a%de$a serta biduanda dan bidadarin#a #ang sejenis, serta
dengan bermacam%macam jenis dan naman#a. Setelah itu lama kelamaan timbul “Fantasi” cetakan pikiran #ang menjadi barang peradaban manusia bermula 0Fuad !asan, 2999: 1@5. arena itu manusia adalah makhluk #ang berpikir atau dia dapat berfilsafat dengan cara melakukan perenungan #ang mendalam tentang berbagai kejadian alam ini sebagaimana disebutkan dalam AlDuran Surat Ali mran 0=5:&'9%&'&.
Terjemahnya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah ngkau menciptakan ini dengan sia-sia, !aha suci ngkau, !aka peliharalah Kami dari siksa neraka A#at di atas menjelaskan bah$a mesekipun seseorang /ang dihadirkan di Negara /unani tetapi slam dating menjelaskan dan mengiformasikan bah$a aka nada sekelompok orang #ang selalu cenderung mengkaji sejumlah ciptaan uhann#a. Aksiologi dari beberapa dongeng dan takh#ul bagi orang /unani adalah penerimaan terhadap nilai%nlai #ang ajaib sehingga mereka senantiasa berangan%angan terhadap nilai estetika atau sesuatu #ang indah%indah, #ang menjadikan dasar bagi mereka untuk mencari pengetahuan #ang semata%mata han#a untuk mencari tahu saja. ?engan seringn#a melihat keajaiban pada alam, maka mereka senantiasa mengajukan pertan#aan dalam hati “dari mana datangn#a kejadian di alam ini” Mengapa kita begini, bagaimana kemajuan dan kemana sampain#a kemudian apakah semuan#a mengandung nilai atau bagaimana” Setelah bertahun%tahun keberadaan dan perubahan demi perubahan dan perkembangan pada alam itu, membuat orang%orang /unani terpikat olehn#a. Sehingga dibalik kebesaran alam tersebut juga terdapat alam #ang lebih kecil dan kompleks, sehingga mereka cenderung memandang dirin#a sebagai “Microcosmos.” Atas dasar itu, muncul pertan#aan tentang alam kecil #ang ada dalam dirin#a. ;agi mereka alam kecil itu merupakan alam lahirn#a. e#akinan seperti ini membuat mereka selalu mengajukan pertan#aan%pertan#aan seperti: “apa $ujud lahirku, apa ke$ajibanku8 ;agaimana seharusn#a sikapku #ang bernilai dan dimana seharusn#a
aku dapatkan nilai kebahagiaan8 0Ahmad afsir, 2999: 2@5. ?engan dasar itulah muncul keinsafan dalam diri mereka tentang ke$ajiban hidup dan bertindak etik. ern#ata pada pandangan mereka terutama orang /unani dahulu kala men#impulkan bah$a segala peristi$a dan kejadian itu pada pokokn#a han#a satu #aitu kebenaran 0Fuad !asan, 2999: 3=5. Alasann#a adalah untuk melihat nilai fenomena atau nilai gejala alam seperti itu 0berbagai bencana dan keteraturan serta keindahan alam5. lmu dan cara pandangn#a serta metoden#a adalah satu saja #aitu ingin tahu karena ia cinta pada pengetahuan sehingga diberilah dengan nama atau istilah “(hilosopia” (hilosophia artin#a “cinta akan pengetahuan” atau pengetahuan tentang hikmah” 0Fil dan Safah5 0>uhairani, &''2: =5 Sebagaimana kebiasaann#a, orang%orang "reek memandang alam itu dengan sebulat% bulatn#a, sehingga hampir seluruh filosof "reek memiliki ahli dalam dunia perfilsafatan juga memiliki dan mempelajari segala macam ilmu pengetahuan. arena penguasaan terhadap ilmu pengetahuan itu mereka selalu cinta untuk mencari nilai kebenarann#a. ?engan pencarian #ang sebenarn#a inilah sehingga selalu disebut “Filosof”. ;agi orang #ang mendalami dunia filsafat setidak%tidakn#a mereka tidak pernah puas dan ada penghabisann#a. Sehingga dalam hidupn#a, ia menghabiskan $aktu untuk mencari dan mencari serta selalu mengajukan beberapa pertan#aan dengan metode 0dialektika. ;eberapa bentuk dialektikan#a sebagai berikutE“Apakah barang #ang lahir itu merupakan barang #ang sebenarn#a atau han#alah ba#angan dari sifat atau pokok #ang lebih mendalam letakn#a8 0(lato5 0Fuad !asan, 2999:<@5. Ada juga filosof #ang mengumpamakan dunia luar “Merupakan kiasan dari dunia #ang asli karena dunia #ang asli itu “Aperium” #ang tak pernah berkeputusan 0AnaCsimandros5. ;ahkan terdapat pula filosof memandang dunia ini han#alah ikatan ji$a, maksudn#a sebagian kita tiada lain daripada udara, men#atukan tubuh kita demikian pula Bdara mengikat dunia ini menjadi satu.0>uhairani, &''2: 45 (erkembangan Filsafat Nilai (engertian aCiologi secara etimologis berasal dari bahasa nggris #akni aCiolog# 0nggris5: aCios 0nilai5 dan logos 0ilmu5. erm aCiolog# pertama digunakan oleh (aul -epp#. Secara formal perkembangan aksiolog# merupakan cabang filsafat baru #ang berkembang sekitar paruh kedua abad ke%&'. ACiolog# sama artin#a dengan alue heor# atau heor# of alue. stilah ini digunakan sebelum muncul istilah ACiolog#. ACiolog# juga mempun#ai persamaan istilah dengan 7aardenfilosofi 0;ahasa ;elanda5 #ang berarti filsafat nilai. Filsafat Nilai adalah cabang Filsafat #ang membahas nilai secara filosofisGkefilsafatanE mendasar, men#eluruh, sistematis, sampai pada hakikat nilai itu sendiri, untuk mendapatkan kebenaran sesuai dengan ken#ataan. “A branch of philosoph# dealing $ith 6alues, i.e., ethics, aesthetics, religion 0;ased on the "reek for “$orth”. he stud# of the nature of t#pes of and criteria of 6alues and of 6alue judgments, especiall# in the ethics 0*ohn $artfield5. he general theor# of 6alueE the stud# of objects of interest 0-ote5. “ACiolog# is the science of 6alue.he $ord HaCiolog#I, deri6ed from "reek roots HaCiosI 0$orth of 6alue5 and HlogosI 0logic or theor#5, means the theor# of 6alue. he de6elopment of the science makes possible the objecti6e measurement of 6alue as accuratel# as a thermometer measures heat.”0)nsiklopedia filsafat, 299&: 345 ACiolog#: the branch of (hilosoph# dealing $ith the nature of 6alue and the t#pes of 6alue, as in morals, aesthetics, religion, and metaph#sics.” 0)nsiklopedia filsafat, 299&: 315 “alue theor# concerns itself $ith the
$orth,utilit#, trading or economic 6alue, moral 6alue 06irtue5, legal 6alue, Duantitati6e or aesthetics 6alue of people and things%or combination of all these.” 0)nsiklopedia filsafat, 299&: 3@5 (entingn#a aksiologi memoti6asi orang menan#akan prinsip 0arche5 dari +ealitas: +ealitas adalah alam, bersifat benda$i J muncul ja$aban: air, apeiron, udara. idak han#a benda, +ealitas juga terdapat dunia esensi, konsep, hubungan Jdisebut objek ideal. ?i samping realitas fisis dan objek ideal, ada #ang dinamakan fenomena psikisGkeadaan psikologi. Kontoh: &. ;atu, he$an, gunung 0dunia fisikGbenda$i5 2. ;ilangan, konsep, hubungan 0dunia esensiGobjek ideal5 =. (engalamanku, harapanku, suka dukaku, persepsiku 0keadaan psikologi5 Nilai Subjektif Lbjektif dan ualitas dan uantitas (erumpamaan dalam filsafat nilai adalah “;erapa nilai #ang diperoleh Andi dalam pertandingan mela$an ?ino8” an#a ta. “=%& untuk Andi”, ja$ab Ani. “;in, kamu ujian kemarin dapat nilai berapa8” an#a Saleh pada +obin. “-uma#an, <4” ja$ab +obin. “omputermu sudah tua, sebaikn#a kamu tukar dengan #ang baru” saran Al#a pada Afif. “ira%kira berapa #a, nilai tukar komputer lamaku” an#a Afif. “Mengapa "edung kuno itu masih dipertahankan sementara nilai pera$atann#a sangat tinggi dibanding manfaat #ang diberikan.” Memang bia#a pera$atan "edung kuno itu tinggi sekali tapi nilai%n#a sangat berarti bagi generasi penerus bangsa ini. "edung itu merupakan bangunan tempat para pemimpin bangsa ini mempersiapkan kemerdekaann#a.“ Kontoh: SKL+) kuantitatif O "+A?) kuantitatif O (+K) kuantitatif O KLS kuantatif O A-B) ;erdasarkan Kontoh di atas maka mengandung nilai kualitas. Nilai dipahami sebagai sesuatu #ang tidak ada untuk dirin#a sendiri. Nilai membutuhkan pengemban agar ia bisa eksis. Nilai merupakan kualitas. Nilai tidak memberiGmenambah eksistensi. ?alam Fungsi *i$a Manusia: &. Akal 0pikir5 J -ogika: apa #ang seharusn#a benar atau salah8 2. ehendak J )tika: baik buruk =. (erasaan J )stetika: indah tidak indah. - a t i h a n &. emukakan sejarah perkembangan filsafat secara periodik sistematikP 2. emukakan secara historis masa perkembangan kemajuan dan stagnasi filsafat nilai =. Apa #ang dimaksud dengan sejarah filsafat nilai8 dan apakah filsafat nilai ada sejak masa Socrates, abad pertengahan atau pasca abad modern8 *elaskan menurut 6ersi anda. 3. Apa #ang bias anda tangkap dari uraian perkembangan sejarah filsafat nilai. + a n g k u m a n &. Aksiologi dari beberapa dongeng dan taha##ul, orang /unani sangat peka terhadap nilai%nlai #ang ajaib sehingga mereka senantiasa berangan%angan terhadap nilai estetika atau sesuatu #ang indah%indah, #ang menjadikan dasar bagi mereka untuk mencari pengetahuan #ang semata%mata han#a untuk mencari tahu saja. 2. Secara formal perkembangan aCiolog# merupakan cabang filsafat baru #ang berkembang sekitar paruh kedua abad ke%&'. ACiolog# sama artin#a dg alue heor# atau heor# of alue. =. stilah ini digunakan sebelum muncul istilah ACiolog#. ACiolog# juga mempun#ai persamaan istilah dg 7aardenfilosofi 0;ahasa ;elanda5 #ang berarti filsafat nilai. 3. Filsafat nilai adalah cabang Filsafat #ang membahas nilai secara filosofisGkefilsafatan J mendasar, men#eluruh, sistematis, sampai pada hakikat nilai itu sendiri, untuk mendapatkan kebenaran sesuai dengan ken#ataan. 4. Nilai dipahami sebagai sesuatu #ang tidak ada untuk dirin#a sendiri. Nilai membutuhkan pengemban agar ia bisa eksis. Nilai merupakan kualitas. Nilai tidak memberiGmenambah eksistensi. es Formatif &. emukakan Sejarah perkembangan filsafat secara periodic sistematikP
2. kemukakan secara historis masa perkembangan kemajuan dan stagnasi filsafat nilai =. Apa #ang dimaksud dengan sejarah filsafat nilai ?an apakah filsafat nilai ada sejak masa Socrates, abad pertengahan atau pasca abad modern8 *elaskan menurut 6ersi anda. 3. Apa #ang bias anda tangkap dari uraian perkembangan sejarah filsafat nilai. unci *a$aban es Formatif &. Sejarah perkembangan filsafat nilai secara substansial muncul ketika manusia ada, pengenalan manusia terhadap nilai secara filosofis nanti pada masa hales dan Socrates, (lato dan Aristoteles dan lebih formalitas pada abad ke 29 2. (erkembangan filsafat nilai pada abad pertengahan mengalami stagnan, nanti pada abad ke 29 mulai berkembang dengan pesat =. Sejarah filsafat nilai adalah perjalanan pemahaman manusia terhadap nilainilai kehidupan sebagai makhluk #ang berppikir 3. ;ah$a perkembangan filsafat nilai seiring dengan perkembangan peradaban manusia PENGERTIAN, OBYEK FILSAFAT NILAI DAN CABANG FILSAFAT NILAI Sebelum memahami pengertian dan ob#ek filsafat nilai, terlebih dahulu dikemukakan ilustrasi berikut sebagai pengantar. ?alam kehidupan kita sehari%hari realitas mempun#ai lapisan dan aspek #ang berbeda%beda. ita melihat titik%titik hitam pada kertas putih dan titik%titik hitam itu sungguh%sungguh n#ata. -alu kita melihatn#a secara lebih teliti dan menemukan bah$a titik%titik hitam itu adalah tanda #ang membentuk kata. -angkah berikutn#a adalah bah$a kita berusaha membaca kata%kata itu. Bntuk itu kadang%kadang bahkan kita harus terlebih dahulu mempelajari bahasan#a. ita mencari makna kata%kata itu dan akhirn#a memahami maknan#a. ?alam arti tertentu, makna ini merupakan lapisan #ang lebih dalam dari pada realitas #ang terdiri dari dari tanda%tanda tertulis. adang%kadang kita dapat membaca kata, tetapi makna #ang lebih dalam belum meresap ke dalam benak kita. Makna tersebut dapat merupakan suatu pesan atau imbauan, atau suatu tantangan. Maknan#a #ang sepenuhn#a #aitu lapisan #ang lebih dalam dan paling “n#ata” barangkali adalah imbauan religius atau moral untuk memperbaharui kehidupan dan mas#arakat manusia atau untuk melakukan tindakan #ang dari segi moral dapat dipertanggungja$abkan. idak mudah untuk mengacu secara jelas kepada dimensi #ang paling dalam dari dunia n#ata. -ebih mudah menunjukkan realitas titik tinta dari pada imbauan etis. Suatu definisi lama #ang sudah dikenal umum mengatakan bah$a manusia adalah binatang #ang berakal budi 0animal rationale5. Aristoteles #ang memberikan definisi ini, menggunakan kata /unani “logos” untuk “akal budi”. ata ini aslin#a berarti “bicara” dan ungkapan /unani #ang lain, memberi “logos” #ang berarti Hmempertanggungja$abkan”. ;icara dan bahasa berperan dalam komunikasi sosial manusia 0(eursen, &''9: &5. Manusia melalui pandangan, kata, dan tindakan, melakukan lebih dari sekedar mengungkapkan fakta. +ealitas merupakan suatu aturan, tetapi apakah #ang n#ata itu8 ni bukan sekedar pertan#aan #ang memberikan fakta, melainkan merupakan tugas penilaian moral tentang suatu situasi. ni bukan bukan masalah fakta, melainkan masalah nilai. Masalah nilai merupakan masalah #ang dibahas dalam salah satu cabang filsafat, #akni aksiologi, sehingga aksiologi diartikan sebagai filsafat nilai 0us$anjono, 29&9: &3&5.
A. (engertian Filsafat Nilai
?alam memahami pengertian filsafat nilai, terdapat dua kata #ang sebaikn#a diletakkan dalam pengertian #ang berbeda #akni, kata filsafat dan nilai. erdapat berapa pandangan #ang dapat dipakai untuk mengenal apa itu filsafat. Secara etimologis, istilah filsafat merupakan padanan kata falsafah 0bahasa Arab5 dan philosoph# 0bahasa nggris5, #ang berasal dari bahasa /unani philosophia, #ang berasal dari akar kata, philos dan sophia. ata philos berarti cinta 0lo6e5 atau sahabat, dan sophia berarti kebijaksanaan 0$isdom5, kearifan, dan pengetahuan. Sehingga kata filsafat berarti, “lo6e of $isdom” atau cinta kebijaksanaan, cinta kearifan, cinta pengetahuan, atau sahabat pengetahuan, sahabat kebijaksanaan, sahabat kearifan 0Maksum, 299<: 295. Secara terminologis filsafat dapat dipahami bertalian dengan kegiatan pemikiran atau berpikir #ang dilakukan oleh manusia. ;erpikir secara filsafati berarti berpikir secara bijak, arif, dialogis, harmonis, komprehensif, sistimatis, men#eluruh, tuntas, dan logis terhadap segala sesuatu. Menurut Nina 7. S#am 029&9: @'5, filsafat pada dasarn#a adalah perenungan #ang mendalam mengenai sesuatu #ang dianggap atau dinilai bermanfaat bagi kehidupan manusia. Melalui kebijaksanaan manusia mampu bersikap dan bertindak atas dasar pertimbangan kemanusiaan #ang tinggi 0actus humanus5. Adapun kata nilai, secara etimologis merupakan padanan kata 6alue 0bahasa nggris5 #ang berbasis moral 0moral 6alue5, 0)chols, 2993 : =<'5. ?alam kebiasan sehari%hari, kata nilai dihubungkan dengan predikat, bobot, atau kualitas sesuatu. ?alam pembahasan ini, kata nilai merupakan kualitas #ang berbasis moral. Menurut +isieri Frondisi 0299@:@5 nilai adalah kualitas #ang tidak ada pada untuk dirin#a sendiri, ia membutuhkan ob#ek untuk berada. Lleh karena itu, nilai tampak merupakan kualitas dari ob#ek. Nilai dalam kualitas, bagus atau indah atau guna dapat berbeda sesuai dengan ob#ekn#a. ;erkaitan dengan pengertian di atas, Mustari Mustafa 0299' :&&&5 mendefinisikan, nilai sebagai kualitas dari sesuatu, #ang bermanfaat bagi kehidupan manusia beik lahir maupun bathin, sehingga dijadikan landasan atau moti6asi dalam bersikap dan bertingkah laku baik #ang disadari maupun tidak. ;erdasarkan urutan dan rangkaian pengertian dua kata ini, maka kata filsafat dan kata nilai #ang dirangkai menjadi filsafat nilai, merupakan kajian #ang bersifat mendalam, sistematis, logis, dan uni6ersal tentang hakikat nilai. ?alam filsafat sendiri, kajian ini diselidiki dalam cabang filsafat #akni aksiologi. Aksiologi ialah ilmu pengetahuan #ang men#elidiki hakikat nilai, #ang ditinjau dari sudut filsafat 0attsoff, 2993 :=&'5. ?ari pembahasan tersebut di atas, maka dapat ditarik beberapa makna penting bah$a : &. Sebelum memahami makna filsafat nilai, harus diketahui terlebih dahulu makna kedua kata tersebut secara sendiri%sendiri. 2. Filsafat nilai berasal dari makna filsafat #ang berarti berpikir secara mendalam dan hakiki sedang nilai berarti kualitas #ang positif bagi kehidupan manusia. Sehingga filsafat nilai merupakan kajian mendalam dan menjadi komprehensif tentang hakikat nilai. =. Nilai #ang dimaksud adalah kualitas #ang berbasis moral #ang sesuai dengan aturan dan norma seperti, aturan agama #ang berdasarkan kitab suci. 3. ?alam agama slam, aturan atau norma tersebut terkandung dalam kitab suci Al%Duran dan !adits. +asulullah sa$. sendiri men#ebutkan dirin#a, ......diutus dengan misi untuk me#empurnakan akhlakGmoral #ang baik”. Lleh karena itu soal atau hal ikh$al nilai ini dapat disebut sebagai s#arat mutlak untuk menjadi muslim sejati. Adapun pengertian nilai dari sudut terminologi dapat kita kaji dari beberapa defenisi #ang diberikan oleh orang%orang #ang berkompeten
didalamn#a seperti: MaC Scheler 0&<@3%&'2<5 berpendapat, bah$a nilai merupakan suatu kualitas #ang tidak tergantung pada pemba$an#a, merupakan kualitas apriori, #ang telah dirasakan manusia tanpa harus mele$ati pengalaman indera$i lebih dahulu. idak tergantungn#a kualitas tersebut tidak han#a pada objek #ang ada di dunia ini seperti lukisan, patung, tindakan manusia dan lain%lain, melainkan juga tidak tergantung pada reaksi kita terhadap kualitas tersebut. Nilai merupakan kualitas #ang tidak tergantung, dan tidak berubah seiring dengan perubahan barang. Sebagaimana $arna merah tidak berubah menjadi biru ketika suatu objek dicat menjadi merah. ?emikian pula nilai tetap tidak berubah oleh perubahan #ang terjadi pada objek #ang memuat nilai #ang bersangkutan. Nilai bersifat absolut, tidak dipers#aratkan oleh suatu tindakan, tidak memandang keberadaan alamaiahn#a, baik secara historis, sosial, biologis ataupun indi6idu murni. Scheler juga menolak ketergantungan nilai pada realitas kehidupan 07ahana, 299<: 4&, 425. ;agi Scheler nilai adalah hal #ang dituju oleh perasaan, maka tidaklah benar jika dikatakan bah$a manusia berusaha memperoleh kenikmatan atau kepuasan perasaan. Sebab #ang diusahakan manusia adalah nilai. Maka bila manusia bermaksud mendapatkan kenikmatan, hal itu bukan untuk kepuasan perasaan, melainkan karena kenikmatan itu dipandang sebagai suatu nilai. ?efinisi nilai Scheler adalah a priori material, kebalikan dari ant nilai sebagai suatu a priori formal 0!adi$ijono, &''= : &345. mmanuel ant berpendapat bah$a nilai itu adalah kebebasan atau otonomi 0Suseno, 299@: &4@5. (andangan ant tentang nilai adalah didasarkan pada etikan#a bebas, #ang tidak bers#arat selain dari s#arat prioiri, nilai tidak bergantung pada materi, ia murni sebagai nilai tanpa bergantung pada pengalaman. indakan manusia han#a bisa bernilai manakala ia bebas memilih tindakann#a secara sadar tanpa pengaruh dari luar. indakan seperti inilah #ang dapat dimintai pertanggung ja$aban. ?a6id !ume, sebagai seorang #ang emperistik menolak segala sistem etika #ang tidak berdasarkan fakta%fakta dan pengamatan%pengamatan empiris. /ang dapat kita ketahui han#alah apa #ang menjadi pengalaman kita, pengalaman indera$i dan pengalaman perasaan. !ume tindak menerima adan#a nilai%nilai mutlak, nilai%nilai #ang lepas dari perasaan, atau nilai%nilai #ang mendahului sikap kita. Sesuatu itu bernilai oleh karena kita tertarik kepadan#a, bukan sebalikn#a, kita merasa tertarik kepada sesuatu #ang bernilai pada dirin#a sendiri. Lleh karena itu tidak harus dicari dalam diri sendiri. (endekatan empiristik !ume itu memba$a implikasi langsung bah$a tidak ada dasar untuk bicara mengenai “keharusan moral”. /ang dapat kita alami selalu faktual, berupa suatu data, dan tidak pernah suatu keharusan. ita dapat melihat atau membaca sesuatu, kita juga dapat merasa bangga, sedih, gembira atau jijikE tetapi semua itu merupakan fakta dan bukan keharusan. ;ah$a sesuatu #ang sangat kita setujui harus kita setujui atau harus kita usahakan, demikian pula bah$a sesuatu #ang kita benci harus kita tolak atau $ajib untuk dihindari. Munculn#a ke$ajiban itu merupakan tambahan #ang tidak termuat dalam pengalaman empiris. Lleh itu bagi !ume, tidak masuk akal untuk berbicara sebuah ke$ajiban objektif. ?emikian pula tidak ada moral objektif, tidak ada etika normatif, karena semua itu tidak mempun#ai dasar rasional #akni tidak dapat disandarkan pada pengalaman empiris, oleh karena itu tidak dapat diketahui 0Suseno, 299@: &215. Arthur Schopenhauer 0&@<<%&<195 men#atakan, suatu perbuatan dapat disebut bernilai jika perbuatan itu mengandung unsur%unsur belas kasih. Manusia harus
membebaskan diri dari perbudakan atas dirin#a sendiri. Manusia dilingkupi penderitaan seperti rasa rindu, tidak pernah merasa tenang, tidak pernah puas, jika sukses malah merasa hampa. Lleh karena itu manusia harus memerdekakan diri dan hidupn#a dari penjara kehidupan ini. Schopenhauer memandang manusia semua sama, semua adalah saudara, oleh karena itu hendakn#a kita memperlakukan manusia lain dengan adil sama seperti kita memperlakukan diri kita, dan belas kasih karena kita ikut merasakan apa #ang dialami saudara kita tersebut. ?an inilah #ang menjadi dasar moralitas sehingga sebuah tindakan dapat dinilai baik 0Suseno, 299@: &1'5. ?efinisi%definisi nilai sebagaimana terungkapkan di atas baik secara etimologi maupun secara terminologi menerangkan kepada kita bah$a moral, etika atau keseluruhan tindakan manusia baik #ang men#angkut hal%hal fisik ataupun #ang berhubungan dengan perasaan ruhaniah , menjadi pembicaraan nilai. ;. Lb#ek Filsafat Nilai Sebelum memahami ob#ek filsafat nilai, terlebih dahulu dikemukakan apa ob#ek filsafat. Lb#ek filsafat dibagi menjadi dua, ob#ek material dan ob#ek formal. Lb#ek materil filsafat ialah segala sesuatu #ang menjadi masalah atau segala sesuatu #ang ingin diketahui oleh manusia, dengan target pengetahuan hakiki. Sedangkan ob#ek formal filsafat ialah usaha mencari sesuatu atau usaha mengetahui secara radikal dan formal 0Maksum, 299<: 235. Lleh karena itu, ob#ek filsafat nilai ialah, pen#elidikan secara mendalam dan formal tentang hakikat nilai. ?engan kata lain, ob#ek filsafat nilai bergerak dari segala sesuatu #ang ingin diketahui secara mendalam tentang masalah nilai. ;eberapa persoalan #ang dibahas antara lain: apa sesungguhn#a nilai itu, apakah nilai bersifat ob#ektif atau sub#ektif, apakah fakta mendahului nilai atau sebalikn#a 0us$anjono, 29&9: &3&5 Filsafat nilai atau aksiologi, memiliki cabang: #aitu logika #ang membicarakan nilai kebenaran, dalam arti kebenaran #ang sesuai dengan rasio dan berlandaskan pada ajaran atau tidak bertentangan dengan agama. )tika #ang membicarakan nilai kebaikan dan estetika #ang membicarakan nilai keindahan. ?alam persoalan nilai, sebenarn#a ada satu lagi nilai #ang harus dimasukkan #akni nilai ilahi#ah, tapi dalam filsafat 0aksiologi5 bentuk nilai ini tidak dimasukkan karena ka$asan kajiann#a di luar $ila#ah filsafat. Namun sebagai pen#empurnaan dalam praktek kehidupan sehari%hari, nilai ilahi#ah atau teologi ini amat dibutuhkan karena dimensin#a meliputi dunia dan akhirat sesuai dengan dimensi ke#akinan umat slam. K. Kabang Filsafat Nilai &. -ogika -ogika sebagai salah satu cabang dari filsafat atau #ang penganut paham ini biasa disebut dengan rasionalisme, berpendirian bah$a sumber pengetahuan terletak pada akal. Lleh karenan#a kebenaran tertinggi adalah apa #ang dihasilkan dan dapat dicerna oleh rasio. Adapun mengenai pengalaman 0emperis5 han#alah perangsang bagi pikiran untuk mendapatkan suatu pengetahuan. +ene ?escartes 0&4'1%&1495 sebagai peletak alas atas aliran rasionalisme, memandang bah$a kebenaran ilmu pengetahuan atau epistemologi harus mengikuti jejak ilmu pasti. ?alam ungkapan lain, segala gagasan #ang kita kenal dari kebiasaan atau pengalaman dan pe$arisan, baru bernilai, jika secara metodis diperkembangkan dari intuisi #ang murni atau akal budi. 0!arun !adi$ijono, &''=: &'5 +asionalisme #ang lebih luas dan lebih konsekuen dapat kita temukan dalam
pemikiran ;aruch Spinoa 0&1=2%&1@@5. ;agin#a di alam semesta ini tiada #ang bersifat rahasia, karena rasio manusia telah melingkupi segala sesuatun#a, termasuk Allah sebagai suatu substansi. ;ahkan Allah menjadi sasaran akal. !arun !adi$ijono 0&''=: 2@5 memberi pengertian substansi Spinoa adalah apa #ang ada dalam dirin#a sendiri dan #ang mendasarkan pengertian mengenai pada dirin#a sendiri. ?imana implikasin#a #akni alam dengan segala isin#a adalah identik dengan Allah 0Frans Magnis Suseno, &''@ : ='5. Atau sebalikn#a, Allah adalah alam itu sendiri #ang segala sesuatu dapat dijangkau oleh rasioGtidak ada substansi #ang transenden 0lihat juga *oko Sis$anto, 299': 3&5. ?engan demikian, #ang benar dan bernilai menurut paham rasionalisme adalah apa #ang dapat di ukur dan diurai oleh akal budi. (engukuran le$at akal budi ini bukanlah sekedar untuk memunculkan suatu pengetahuan baru, namun untuk mencegah kekeliruan dalam mengutarakan suatu opini. Sebagaimana mmanuel ant 0&@23%&<935 ungkapkan ibarat akar%akar pohon #ang tidak mengandung buah, namun perlu dipelihara untuk memastikan agar nantin#a buah #ang dihasilkan oleh pohon tersebut sehat. Lleh karenan#a logika adalah agar kita bisa mengungkapkan dengan lebih jelas dan cermat pengetahuan #ang kita peroleh dari sumber%sumber lain agar kita tidak membudid#akan $a$asan #ang terlihat manis di luar, tetapi busuk ketika kita “gigit” 0Nina 7. S#am, 29&9 : &<@5 2. )tika Kabang filsafat nilai #ang paling ban#ak mendapat porsi untuk di bahas adalah masalah etika. Manusia tidak dapat hidup tanpa etika 0aksi5. Seluruh pengalaman dan tindakan manusia akan selalu berkaitan dengan “baik” dan “buruk”, predikat%predikat nilai “betul” 0right5 dan “salah” 0$rong5 atau predikat “jujur” 0honest5 dan “tidak jujur” 0false5. Maka sebagai pokok bahasan #ang khusus, etika membicarakan sifat%sifat #ang men#ebabkan seseorang disebut bersusila 0ber%moral5 dan tak bersusila 0amoral5. Lleh karena itu, etika sebagai ilmu sistematis di tuntut untuk dapat memberikan alasan%alasan tepat untuk mendefenisikan suatu hal #ang disebut baik dan tidak baik, bermoral dan tidak bermoral. Sebelum lebih jauh membahas masalah etika ini, ada baikn#a bila kita paham lebih dahulu pemgertian etika. Secara etimologi etika berasal dari bahasa /unani, #aitu ethos #ang berarti adat istiadat, perasaan batin, kecondongan hati untuk melakukan suatu tindakan. ?alam bahasa latin ada kata mos #ang berarti kebiasaan, #ang jamakn#a mores, dari sinilah muncul kata moral, di mana kata moral ini merupakan kata nama sifat #ang a$aln#a berbun#i moralis. ?alam dunia ilmu kata moralis dihubungkan dengan scientia sehingga berkembang menjadi scientia moralis atau pilosopia moralis. ?engan demikian, menurut M. /atimin Abdullah 02991: 35, etika dapat didefenisikan #aitu: lmu #ang mempelajari tentang segala soal kebaikan dalam hidup manusia. baik itu tentang gerak gerik pikiran dan rasa #ang dapat merupakan pertimbangan perasaan sampai mengenai tujuan #ang dapat merupakan tindakan. Secara terminologi, terdapat begitu ban#ak defenisi etika #ang diberikan oleh ilmuan #ang berkecimpung dalam bidang ini, sebagai mana dipaparkan dalam buku Agus Makmur omo dan ;. soekarno 0&'<' : &&%&25 seperti: 7. -ilie memberi defenisi sebagai berikut: )tika adalah ilmu pengetahuan #ang normatif mengenai kelakuan manusia dalam kehidupann#a di dalam mas#arakat. Austin fagothe# mendefinisikan jika etika adalah ilmu pengetahuan normatif #ang praktis mengenai kelakuan manusia #ang benar
dan tidak benar, #ang dimengerti oleh akal murni. Agus Makmur omo sendiri menerangkan jika etika adalah bagian filsafat #ang memberi pegangan%pegangan bagaimana kita mengaktualisasikan kemauan sebagaimana mestin#a. (ertan#aan #ang paling mendasar adalah: apa itu baik menurut etika8 Adakah ukuran formal #ang disepakati untuk mengatakan bah$a suatu tindakan dapat dikatakan baik8 Mari kita membahas pertan#aan di atas dengan melihat beberapa pengertian%pengertian. Misaln#a, kaum hedonis berpendapat bah$a baik adalah apa #ang dapat memberikan rasa nikmat. ;aik itu #akni apa #ang diinginkan oleh orang 0etika psikologis5. ?an lebih jauh lagi !erbert Spencer 0&<29%&'9=5 menjelaskan bah$a baik adalah apa #ang membuktikan diri bermanfaat dalam perubahan 0e6olusi5. Namun ada pula tokoh #ang tidak mau mendefinisikan tentang HbaikI, seperti "eorge )d$ard Moore. ;agi Moore, “baik” merupakan data dasar #ang tidak dapat direduksikan kepada sesuatu #ang lebih mendasar lagi. “;aik” merupakan sifat #ang primer, tidak terdiri atas bagian%bagian lagi, dan karena itu tidak dapat dianalisa. Sama haln#a dengan $arna kuning, kita tetap tidak akan paham jika seseorang mengatakan bah$a ia melihat sesuatu #ang kuning 0Frans Magnis%suseno, 299@: &%=5. ?engan keanekaragaman pengertian di atas, maka akan memunculkan pertan#aan% berupa: Apa sesungguhn#a tugas etika8 *uha#a S. (raja 0299=: 4'5, memberikan penjelasan atas permasalahan ini: )tika merupakan pen#elidikan filsafat mengenai ke$ajiban%ke$ajiban manusia tersebut. )tika bertugas memberi ja$aban atas pertan#aan%pertan#aan berikut: Atas dasar hak apa orang lain menuntut kita untuk tunduk terhadap norma%norma #ang berupa ketentuan, ke$ajiban, larangan dan sebagain#a8 ;agaimana kita dapat menilai norma%norma tersebut8 (ertan#aan seperti ini timbul karena hidup ini seakan%akan terkungkung dalam jaringan norma%norma #ang seolah%olah membelenggu dan mencegah kita dari bertindak bebasE memaksa kita berbuat apa #ang sebenarn#a kita benci. ?ari uraian di atas dapat dipahami jika nilai etikaGmoral selaman#a tidak akan pernah lepas dari kehidupan manusia. )tikaGmoralitas akan melekat dalam diri seseorangGmas#arakat dengan faktor% faktor #ang mempengaruhi, diantaran#a: (ertama, Sifat manusia. Sifat manusia ini dapat kita bagi menjadi sifat baik dan sifat buruk. Sifat baik harus dilestarikan dengan cara melakukan perbuatan #ang dapat memberi ken#aman bagi diri sendiri dan orang lain. edua, norma%norma etikaGmoral, #ang mana norma ini menjadi ukuran baik tidakn#a dari tindakan manusia. etiga, Atura%aturan agama. Setiap agama mengandung suatu ajaran etika #ang menjadi pegangan bagi perilaku para penganutn#a. eempat, fenomena akan kesadaran beretika. esadaran ini timbul dalam diri seseorang apabila harus mengambil keputusan mengenai sesuatu #ang men#angkut kepentingan pribadin#a #ang berbenturan dengan hak dan kepentingan orang lain 0M. /atimin Abdullah, 2991 : 39%3&5. Lleh karena itu, merujuk pada penjelasan di atas, kehendak dan tindakan bebas tidak dapat kita nilai sebagai suatu kehendak atau tindakan #ang mengandung nilai etika. arena selaman#a tindakan manusia akan diatur oleh norma% norma, baik itu adat istiadat, norma sosial dan norma agama. nilah #ang disebut dengan etika normatif. )tika normatif #ang akan kita bahas dalam materi di ba$ah ini akan menja$ab pertan#aan di atas: Adakah ukuran formal #ang disepakati untuk mengatakan bah$a suatu tindakan dapat dikatakan baik8 Lleh karena itu akan dikemukakan beberapa teori #ang di kutip dari buku *uha#a S. (raja 02994: 12%1=5 berikut ini:
a. eori ?eontologis. ;erasal dari bahasa /unani, deon Q #ang di$ajibkan, #ang diharuskan. ;ah$a betul salahn#a suatu tindakan tidak dapat ditentukan dari akibat%akibat tindakan itu, melainkan ada tindakan #ang begitu saja terlarang, atau begitu saja $ajib dengan sendirin#a. Kontoh, mengambil buah dari pohon seseorang tanpa meminta iin lebih dahulu kepadan#a adalah tidak boleh. ita tidak membutuhkan suatu aturan 0meski pun ada norma #ang mengaturn#a5 untuk tahu bagaimana hukum dan akibat dari tindakan mencuri tersebut. b. eori eleologis. ?ari bahasa /unani, telos Q tujuan. eori ini berpaham bah$a betul tidakn#a suatu tindakan justru tergantung dari akibat%akibatn#a. alau akibat dari tindakan itu baik, maka ia boleh dilakukan, bahkan $ajib. Namun sebalikn#a, bila tindakan itu berakibat buruk, maka ia dilarang untuk dilakukan. eori ini justru memandang mencuri barang dari orang #ang ka#a namun kikir untuk memberikan hidup bagi orang lain itu maka itu boleh sepanjang akibat%akibatn#a baik. c. eori )goisme )tis eori ini merupakan kelanjutan dari teori ke dua di atas. eori ini ban#ak berbicara tentang akibat dari perbuatan bagi kepentingan pribadi, bukan kepentingan umum. eori egoisme etis berpendapat bah$a orang #ang betul%betul hidup sesuai dengan kepentingann#a sendiri adalah seorang #ang matang dan tahu tanggung ja$ab. Lrang itu tidak menuruti begitu saja segala macam keinginan dan nafsu seperti iri hati, dendam dan sebagain#a. Melainkan ia membuat penilaian lebih dahulu tentang apa #ang cocok untukn#a, kemudian bertindak sesuai dengan penilaian itu. Secara moral, bukankah justru kekuatan%kekuatan irrasionallah #ang paling mengacaukan hidup kita dan hidup orang lain, dan bukan usaha untuk bertindak sesuai dengan kepentingan #ang n#ata8 ?engan demikian, perbuatan, tindakan, dan rasa sebagai hasil dari gerak pikir serta pertimbangan #ang dalam akan mengandung nilai etika manakala perbuatan dan tindakan tersebut sesuai dengan norma%norma #ang ada, baik norma itu sifatn#a sub#ektif positif terlebih lagi jika norma tersebut disepakati secara umum 0ob#ektif5. =. )stetika. ;erbicara mengenai estetika, tidaklah melulu berbicara tentang seni dengan segala keindahan #ang dimilikin#a. arena bisa jadi suatu aksi, tindakan bahkan ucapan mengandung nilai estetika, #ang menurut Susanne . -anger 0&<'4% 5 disebut dengan logika simbolis #ang manpu menampilkan secara khas masalah%masalah etis. Lleh karenan#a estetika merupakan salah satu jalan masuk ke bidang etika 0M. Sastra (rateja. )dE &'<=: 1<5. ;aiklah kita lepaskan masalah etika dan kita membahas masalah estetika. ?alam buku M. Sastra (rateja 0&'<=: @=5 dijelaskan bah$a -anger memandang estetika dalam hal ini seni sebagi sesuatu #ang tidak mungkin didekati secara sekaligus dan men#eluruh namun membutuhkan pendekatan secara sendiri%sendiri. *adi tidak bisa misaln#a suatu hasil analisa terhadap suatu lukisan diterapkan dengan cara analogi pada keindahan seni musik, begitu pula pada keindahan seni%seni #ang lain. ?engan hal seperti ini maka nilai estetika dari suatu hasil kreasi seni secara umum akan sulit menemukan defenisi indah itu secara ob#ektif. /ang bernilai adalah apa #ang indah. nilah barangkali rumusan sederhana #ang dapat kita perpegangi. arena pada kelanjutann#a, estetika berusaha menemukan nilai indah secara umum. Sehingga tidak
mustahil pada akhirn#a muncul beberapa teori #ang memperbincangkan hal itu. )stetika atau dengan kata lain etistika, istilah #ang dikembangkan oleh AleCander "ottlieb ;aumgarten 0&@&3%&@125 mendefinisakan sebagai ilmu pengetahuan tentang keindahan. )stetika di bagi dalam dua bagian #aitu estetika deskriptif dan estetika normatif. )stetika deskriptif menguraikan dan melukiskan fenomena%fenomena pengalaman keindahan. Sedangkan estetika normatif mempersoalkan dan men#elidiki hakikat, dasar dan ukuran pengalaman keindahan. ;aik (lato, Aristoteles maupun Agustinus 0=43%3=95 memandang bah$a keindahan dari suatu ob#ek hasil seni manusia tidak lebih dari sebuah tiruan dari ob#ek #ang lain. Lleh karena itu keindahan itu bukan terletak pada ob#ek melainkan pada idea atau apa #ang ada dalam pikiran. Sedangkan ?a6id !ume 0&@&&%&@@15 mengatakan bah$a nilai indah bukanlah sesuatu kualitas ob#ektif #ang terletak di dalam ob#ek%ob#ek itu sendiri, melainkan di dalam pikiran. Namun, apa #ang dianggap indah dipengaruhi juga oleh kebiasaan dan preferensi indi6idu. eori ini sejalan dengan mmanuel ant #ang mengatakan bah$a keindahan itu merupakan penilaian etistika #ang memilki nilai sub#ektif, dimana pertimbangan etistika memberikan faktor #ang sangat menjembatani segi%segi dan praktik dari sifat dasar manusia. -ain pula dengan #ang dikemukakan oleh "eorge Santa#ana 0&<1=%&'425 #ang mengembangkan etistika naturalitas, dimana ia menolak ketidakhadiran ob#ektifitas keindahan. a mengatakan bah$a keindahan itu merupakan perasaan senang #ang diob#ektifkan dan dipro#ektifkan ke dalam pro#ek ob#ek #ang diamati. ;agi Kli6e ;ell 0&<4&%&'135 #ang mengungkapkan gagasann#a le$at ungkapan bentuk #ang berarti dan perasaan #ang etistika. /ang dikatakan bentuk #ang berarti ialah #ang membuat kar#a%kar#a seni itu benar%benar bernilai. (erasaan etistika berbeda dengan perasaan%perasaan biasa. (erasaan etistika hana#a dialami pada saat seseorang benar% benar men#adari akan bentuk #ang berarti. alah bentuk hasil dalam kar#a seni #ang menggugah perasaan seni seseorang menjadi hidup 0M. /atimin Abdullah, 2991: 33% 3<5. attsoff 02993: =@'%=<95 mengomentari teori estetika *ohn ?e$e# 0&<4'%&'425, bah$a bagi ?e$e# keindahan terdapat pada kata%kata HkeberhasilanI dan Hhasil%hasil #ang dicapaiI. (engalaman estetis merupakan pengalaman #ang men#eluruh, #ang di dalamn#a terdapat kualitas perasaan #ang menimbulkan kepuasan sebagai akibat keikutsertaan dan keberhasilan. (ada hakekatn#a tidak terdapat perbedaan antara pengalaman estetis dengan pengalaman #ang bukan estetis. Llehn#a itu ?e$e# menjadikan seni dalam keadaan berkesinambungan dengan pengalaman hidup organisme, dan bukan sesuatu abstrak #ang terpisahkan dari kehidupan. Muncul pertan#aan, apakah nilai keindahan itu merupakan sifat #ang dimilki objek atau terletak pada orang #ang menilai 0subjek58 Sebab kalau nilai indah melekat pada objek, harusn#a setiap orang akan berpendapat sama dalam menilai suatu objek selama mereka menganalisan#a denga cara #ang sama. alau nilai itu melekat pada subjek, maka itu sama saja dengan sifat objek itu tidak menentu, sebab bagaimanapun juga nilai merupakan sifat #ang melekat pada objek. ?alam hal ini menurut ant, keindahan itu merupakan sifat bukan terletak pada subjek 0*uha#a S (raja, 2994 : 1'5. Satu hal #ang dapat kita sepakati bah$a seni merupakan pengalaman, bukan sesuatu #ang baru dan tidak terlalu mempengaruhi dalam memberikan sesuatu #ang baru. Sementara menurut Schopenhauer, dengan berdasar pada pandangann#a #ang menganggap manusia hidup
dalam penderitaan, maka manusia harus melepaskan diri dari penderitaan tersebut, dengan dua cara #akni dengan seni%seni sebagai jalan pertama, dan #ang kedua dengan jalan defenif. Lrang #ang genial, mampu untuk melakukan kontemplasi estetik. ar#a seni, merupakan. kemampuan imajinasi pemandangan estetik untuk membukan#a terhadap idea%idea abadi. ontemplasi estetik tanpa pamrih membebaskan orang genial dari cengkeraman keinginan dan kecenderungan #ang mengacaukan itu. Schopenhauer secara eksplisit memang mengacu kepada filsafat /unani tentang theorian#a (lato. Sedang puncak pengalaman estetik Schopenhauer adalah musik, di mana musik dianggap sebagai realitas dibelakang konsep%konsep #ang mena$arkan diri untuk dipahami. api kontemplasi estetik ini han#a sementara. Maka manusia harus menempuh jalan #ang kedua di atas, manusia harus melepaskan dirin#a dari segala macam keinginan, karena keinginan itu akan selalu men#iksa manusiaE bahkan keinginan hidup sekalipun 0Suseno, 299@ : 2115. ?engan kata lain ungkapan menghilangkan segala macam keinginan termasuk keinginan 0nafsu5 hidup, bukan berarti kita harus bunuh diri, tapi menerima apa #ang telah dan akan terjadi tentu akan lebih menenangkan. erlepas dari semua teori diatas, Muthahhari 02993 : <<%<'5 memberikan penjelasan sederhana tentang keindahan, namun memiliki makna #ang dalam, #aitu bah$a keindahan melahirkan da#a tarik, cinta dan pujian. ?i mana ada keindahan di situ ada aktraktifitas, semangat cinta dan hasrat gerak mendapatkann#a. arena keindahan adalah sebab pencarian dan gerakan. !an#a saja perlu disadari jika keindahan tidaklah semata%mata apa #ang di tangkap oleh indera$i 0sekalipun semua indera mempun#ai estetika sendiri #ang dengann#a ia mengetahui keindahan5, namun ada keindahan makna$i #ang nilain#a lebih tinggi dari keindahan indera$i. eindahan seperti itu dapat kita lihat dalam kha#alan imajinasi manusia. juga dalam kefasihan bahasa dengan da#a tarik dan estetika #ang mena$an, Seperti nilai estetika #ang dikandung oleh puisi, s#air dan musik.