SEJARAH BERDIRINYA DAN SISTEM PEMERINTAHAN DINASTI BANI UMAYYAH
Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah :Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu : Sri Suhandjati
Disusun Oleh :
Nur Aina R.J. (1804046045)
FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA
TASAWUF DAN PSIKOTERAPI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2018
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berakhirnya kekuasaan khalifah Ali bin Abi Thalib mengakibatkan lahirnya kekuasaan yang berpola Dinasti atau kerajaan. Pola kepemimpinan sebelumnya masih menerapkan pola keteladanan Nabi Muhammad yaitu pemilihan khalifah dengan proses musyawarah.
Bentuk pemerintahan Dinasti atau kerajaan yang cenderung bersifat turun temurun, hanya untuk mempertahankan kekuasaan, adanya otoriter, kekuasaan mutlak, kekerasan, diplomasi yang di tambahi tipu daya dan hilangnya keteladanan Nabi untuk musyawarah dalam menentukan Khalifah merupakan gambaran umum tentang kekuasaan dinasti sesudah Khulafaur Rasyidin. Dinasti Umayyah merupakan kerajaan islam pertama yang di dirikan oleh Muawiyah Ibn Abi Sufyan.
Jatuhnya Ali dan naiknya Muawiyah juga disebabkan keberhasilan pihak Khawarij membunuh Khalifah Ali, meskipun kekuasaan di pegang oleh putranya Hasan, namun tanpa dukungan yang kuat dan kondisi politik yang kacau akhirnya kepemimpinan hanya berlangsung beberapa bulan saja. Hasan kemudian menyerahkan kekuasaan pada Muawiyah, namun dengan perjanjian bahwa pemilihan kepemimpinan sesudahnya diserahkan kepada umat islam. Perjanjian tersebut disebut dengan am jama'ah yang dibuat pada tahun 661 M/ 41 H karena perjanjian ini menyatukan umat islam menjadi satu kepemimpinan, namun secara tidak langsung mengubah pola pemerintahan menjadi kerajaan. Munculnya Dinasti Umayyah memberikan babak baru dalam kemajuan peradaban islam, hal itu dibuktikan dengan sumbangannya dalam perluasan wilayah, kemajuan pendidikan, kebudayaan, dll.
Rumusan Masalah
Bagaimana awal berdirinya Dinasti Bani Umayyah ?
Bagaimana sistem pemerintahan pada Dinasti Bani Umayyah ?
Tujuan Penulisan
Menjelaskan awal berdirinya Dinasti Bani Umayyah
Menjelaskan sistem pemerintahan pada Dinasti Bani Umayyah
PEMBAHASAN
SEJARAH BERDIRINYA DINASTI BANI UMAYYAH
Bani Umayyah adalah kekhalifahan islam pertama setelah masa Khulafaur Rasyidin yang memerintah dari 661 M sampai 750 M di Jazirah Arab dan sekitarnya. Diakhir masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib, umat islam mulai bergejolak sehingga muncul menjadi tiga kekuatan politik yang dominan yaitu Syiah, Muawiyah dan Khawarij. Posisi Ali semakin melemah sedangkan posisi Muawiyah semakin kuat. Nama Dinasti Umayyah dinisbatkan kepada Umayyah bin Abd Syams bin Abdu Manaf. Ia adalah salah seorang tokoh penting di tengah Quraisy pada masa jahiliyah. Ia dan pamannya Hasyim bin Abdu Manaf selalu bertarung dalam memperebutkan kekuasaan dan kedudukan. Dinasti Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan bin Harb. Muawiyah adalah gubernur yang diangkat Khalifah Umar ibn Khattab untuk wilayah Jordania. Muawiyah dilahirkan di kota Mekah sekitar 15 tahun sebelum Hijrah dari pasangan Abu Sufyan dan Hindun. Muawiyah sendiri adalah seorang pemimpin yang berani, berpikiran kuat, sangat jujur,serta ahli dalam bidang politik dan pemerintahan. Pada tahun 40 H Ali terbunuh oleh seorang anggota Khawarij. Setelah Ali bin Abi Thalib wafat kemudian kekuasaannya diganti oleh sang putra yaitu Hasan tetapi tetap posisi Muawiyah lah yang semakin kuat, maka Hasan membuat perjanjian damai yang di dalamnya dapat mempersatukan umat islam kembali dalam satu kepemimpinan politik, dibawah Muawiyah ibn Abi Sufyan. Di sisi lain perjanjian tersebut menyebabkan Muawiyah menjadi penguasa absolute dalam islam. Tahun 41 H, tahun persatuan itu dikenal dalam sejarah sebagai tahun jamaah (am jamaah). Jadi 'Am jamaah adalah tahun persatuan antara Hasan dan Muawiyah, artinya bahwa antara mereka tidak terjadi perebutan kekuasaan dan mereka berdamai serta menjalankan pemerintahan dalam satu kepemimpinan.
Dengan demikian berakhirlah apa yang disebut dengan masa al-Khulafaur ar-Rasyidin dan dimulailah kekuasaan Bani Umayyah dalam sejarah politik. Dinasti Umayyah merupakan pemerintahan kaum muslimin yang berkembang setelah masa Khulafaur Rasyidin yang dimulai pada tahun 41 H. Muawiyah selain sebagai pendiri juga sebagai Khalifah pertama Bani Umayyah. Muawiyah di pandang sebagai pembangun Dinasti ini, oleh sebagian sejarawan dipandang negative sebab keberhasilannya memperoleh legalitas atas kekuasaannya dalam perang saudara di Shiffin. Terlepas dari itu, dalam diri Muawiyah terkumpul sifat-sifat seorang penguasa, politikus dan administrator.
Keberhasilan Muawiyah mendirikan Dinasti Umayyah bukan hanya kemenangan diplomasi dalam peran Shiffin dan terbunuhnya Ali bin Abi Thalib, melainkan sejak semula Muawiyah memiliki basis nasional yang solid sebagai landasan pembangunan masa depan. Selain itu, ia mendapatkan dukungan yang kuat dari Suriah dan keluarga Bani Umayyah, ia merupakan seorang administrator yang sangat bijaksana dalam menempatkan para pejabat-pejabatnya serta memiliki kemampuan yang menonjol sebagai negarawan sejati.
MASA PEMERINTAHAN PADA MASA DINASTI BANI UMAYYAH
Sejalan dengan watak dan prinsip Muawiyah, dengan pemikirannya yang perspektif dan inovatif, ia dapat membuat berbagai kebijakan dan keputusan politik dalam maupun luar negeri.
Pertama, pemindahan pusat pemerintahan dari Madinah ke Damaskus. Keputusan ini didasarkan pada pertimbangan politik dan alasan keamanan. Kekuasaan Bani Umayyah berumur kurang lebih 90 tahun. Khalifah-khalifah besar pada dinasti ini adalah Muawiyah ibn Abi Sufyan (661-680M), Abdul Malik ibn Marwan (685-705M), Walid ibn Abdul Malik (705-715M), Umar ibn Abdul Aziz (717-720M) dan Hisyam ibn Abdul Malik (724-743M).
Kedua, Muawiyah memberi penghargaan kepada orang-orang yang berjasa dalam perjuangannya mencapai puncak kekuasaan. Seperti Amr bin Ash ia angkat kembali menjadi Gubernur di Mesir, Al-Mughirah bin Syu'bah yang diangkat menjadi Gubernur di Persia.
Ketiga, menumpas orang-orang yang beroposisi yang dianggap berbahaya jika tidak bisa dibujuk dengan harta dan kedudukan dan menumpas kaum pemberontak.
Keempat, membangun kekuatan militer yang terdiri dari tiga angkatan yaitu darat, laut dan kepolisisan yang tangguh dan loyal. Ketiga angkatan ini bertugas menjamin stabilitas keamanan dalam negeri dan mendukung kebijaksanaan politik luar negeri yaitu memperluas wilayah kekuasaan.
Kelima, meneruskan wilayah kekuasaan islam baik ke timur maupun ke barat. Perluasan wilayah ini diteruskan oleh para penerus Muawiyah seperti Khalifah Abd al-Malik ke Timur, Khalifah al-Walid ke Barat dan Perancis di zaman Khalifah Umar bin Abd al-Aziz. Perluasan wilayah di Dinasti ini merupakan ekspansi besar kedua setelah ekspansi besar pertama di zaman Umar bin Khattab.
Keenam, baik Muawiyah maupun para penggantinya membuat kebijaksanaan yang berbeda dari zaman Khulafa Rasyidin.
Ketujuh, Muawiyah mengadakan pembaharuan dibidang administrasi pemerintah dan melengkapinya dengan jabatan-jabatan baru yang sangat banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Byzantium.
Kedelapan, kebijaksanaan dan keputusan politik penting dibuat oleh Khalifah Muawiyah adalah mengubah sistem pemerintahan dari bentuk khalifah yang bercorak Demokratis menjadi sistem Monarki dengan mengangkat putranya, Yazid menjadi putra mahkota untuk menggantikannya sebagai Khalifah sepeninggalnya nanti. Ini berarti suksesi kepemimpinan berlangsung secara turun-temurun yang diikuti oleh para pengganti Muawiyah. Dengan demikian, ia mempelopori meninggalkan tradisi di zaman Khulafa ar-Rasyidin dimana Khalifah ditetapkan melalui pemilihan oleh umat.
Walaupun Muawiyah mengubah sistem pemerintahan menjadi Monarki, namun Dinasti ini tetap memakai gelar Khalifah. Bahkan Muawiyah menyebut dirinya sebagai Amir al-Mu'minin dan status jabatan Khalifah diartikan sebagai wakil Allah dalam memimpin umat dengan menggantikannya kepada Al-Qur'an. Atas dasar ini Dinasti menyatakan bahwa keputusan-keputusan Khalifah didasarkan atas perkenaan Allah.
PENUTUP
KESIMPULAN
Dinasti Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abi Sufyan pada tahun 41 H / 661 M.
Keberhasilan yang dicapai Bani Umayyah diantaranya : Bahasa Arab yang dijadiakan bahasa resmi Negara, pembuatan mata uang Arab, pengembangan bidang keilmuan, dll.
Dinasti Umayyah diambil dari nama Umayyah ibn 'Abdi Manaf, Dinasti ini dirintis semenjak masa kepemimpinan Khalifah bin Affan namun baru kemudian berhasil dideklarasikan dan mendapatkan pengakuan kedaulatan oleh seluruh rakyat setelah Khalifah Ali terbunuh dan Hasan ibn Ali yang diangkat oleh kaum muslimin di Irak menyerahkan kekuasaannya pada Muawiyah setelah melakukan perundingan dan perjanjian. Bersatunya ummat muslim dalam satu kepemimpinan pada masa itu disebut dengan tahun jamaah ('Am al Jamaah) tahun 41 H (661 M).
Sistem pemerintahan Diansti Bani Umayyah diadopsi dari kerangka pemerintahan Bizantium, dimana ia menghapus sistem tradisional yang cenderung pada kesukuan. Pemilihan Khalifah dilakukan dengan sistem turun temurun atau kerajaan, hal ini dimulai oleh Umayyah ketika menunjuk anaknya Yazid untuk meneruskan pemerintahan yang dipimpinnya pada tahun 679 M.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Al-Usyairi, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, Jakarta Akbar, 2006, hlm. 181.
Dr. Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam. hlm. 69.
Moh. Nurhakim, Sejarah & Peradaban Islam,(Malang: UMM Press, 2003), hlm. 53.
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam(Jakarta: AMZAH, 2009), hlm. 118.
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam(Jakarta: AMZAH, 2009), hlm. 120.
Tentang Perbedaan antara system pemerintahan masa Khalifah Rasyidah dan masa dinasti Umayyah ini, baca : Abu A'la Al-Maududi, Khilafah dan Kerajaan, (Bandung: Mizan, 1984).
Ahmad Al-Usyairi, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, Jakarta Akbar, 2006, hlm. 181.
Dr. Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam. hlm. 69.
Moh. Nurhakim, Sejarah & Peradaban Islam,(Malang: UMM Press, 2003), hlm. 53.
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam(Jakarta: AMZAH, 2009), hlm. 118.
Ibid, 120.
Tentang Perbedaan antara system pemerintahan masa Khalifah Rasyidah dan masa dinasti Umayyah ini, baca : Abu A'la Al-Maududi, Khilafah dan Kerajaan, (Bandung: Mizan, 1984).