Makalah Perkembangan Hewan "Regenerasi Ekor Rana Sp.
3
BAB I
PENDAHULUAN
Landasan Teori
Setiap hewan mempunyai kemampuan hidup yang bervariasi antara makhluk yang satu dengan yang lainnya. Salah satu contoh adalah regenerasi dari organ. Regenerasi organ dapat diartikan sebagai kemampuan tubuh suatu organisme untuk menggantikan bagian tubuh yang rusak baik yang disengaja ataupun yang tidak disengaja (karena kecelakaan) dengan bagian tubuh yang baru dengan bentuk yang sama persis dengan sebelumnya.
(Wayan, 2013)
Pembentukan kembali proses-proses morfogenetik pada tahap lanjut dari siklus ontogenetik adalah dengan cara destruksi sebagian sistem yang telah berkembang sebagai hasil perkembangan sebelumnya. Organisme khususnya golongan hewan memiliki kemampuan untuk memiliki dan memperbaiki kerusakan-kerusakan bagian tubuh secara ekstensif baik akibat kecelakaan pada kondisi alamiah maupun akibat disengaja dalam suatu percobaan. Kerusakan yang diperbaiki itu mungkin berupa pemulihan kerusakan akibat hilangnya bagian tubuh utama umpamanya anggota badan mungkin hanya berupa penggantian kerusakan-kerusakan terjadi dalam proses fisiologi biasa. Dalam peristiwa tersebut nampak adanya suatu kemampuan organisme untuk memperbaharui kembali bagian tubuh yang terganggu/rusak dan proses perbaikan tersebut dengan regrenasi kembali.
(Aprizal Lukman, 2009)
Peristiwa regenerenasi bagi organisme merupakan hal yang sangat penting karena proses yang esensial selama perjalanan hidup organisme. Adanya bagian tubuh yang lepas akibat ketuan atau kecelakaan dengan proses regrenasi bagian tubuh yang lepas akan diganti kembali dengan jaringan baru kembali. Dan juga beberapa organisme proses regenerasi merupakan hal yang sangat penting dalam reproduksi secara aseksual.
(Philip, 1978)
Kemampuan regenerasi sangat berbeda diantara hewan-hewan. Planaria merupakan hewan yang mempunyai kemampuan regenerasi yang luar biasa. Penggantian bagian tubuh yang hilang atau yang rusak terjadi dalam 2 cara yaitu: a) Transformasi dan reorganisasi bagian tubuh yang tertinggal, seperti perubahan atau pembentukan farink baru pada regenerasi planaria. b) pertumbuhan jaringan baru dari permikaan jaringan yang luka atau hilang dengan bentuk tunas regenerasi atau "blastema", seperti pembentukan ekor dan kepala planaria. Sel pembentuk blastema dapat berasal dari sel yang mengalami dedifferensiasi. Regenerasi berlangsung melalui dua cara, yaitu : 1) epimorfis, apabila perbaikan disebabkan oleh proliferasi jaringan baru yang disebut blastema di atas jaringan lama. 2) Morfalaksis, apabila perbaikan disebabkan oleh reorganisasi jaringan lama.
(Aprizal Lukman, 2013)
Selain planaria, kecebong merupakan salah satu hewan yang meiliki daya regenerasi yang tinggi. Ekor kecebong yang diputuskan dapat tergantikan kembali seperti semula dengan proses regenerasi yang memerlukan waktu tertentu dalam proses pembentukannya. Dalam praktikum ini akan dilakukan percobaan pada kecebong untuk mengetahui seberapa besar kemampuan regenerasi pada ekor kecebong.
Tujuan Praktikum
Tujuan dilakukannya Praktikum regenerasi ekor kecebong adalah:
Membuktikan bahwa kecebong dapat beregenerasi setelah periode organogenesis.
Mengamati pembentukan regenerat pada tempat sayatan mengikuti perkembangannya hingga tercapai bentuk semula.
Manfaat Praktikum
Manfaat dilakukannya Praktikum regenerasi ekor kecebong adalah:
Mengetahui percepatan regenerasi kecebong.
Mengetahui pembentukan regenerat terhadup perlakuan yang berbeda.
BAB II
METODE PRAKTIKUM
Alat dan bahan
Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum yaitu:
Milimeter blok
Penggaris
Wadah bekas air mineral 250 ml
Kain kasa
Karet
Gunting
Bak Parafin
Kertas Label
Silet
Bahan
Bahan yang digunakan dalam Praktikum adalah:
Kecebong yang belum memiliki tunas kaki
Cara kerja
12 wadah bekas air mineral 250 ml disediakan dan diisi oleh air. Masukkan kedalam masing-masing wadah 3 ekor kecebong. Beri tanda pada masing-masing wadah. A1, A2, A3, A4, B1, B2, B3, B4.
Keterangan Wadah:
A = kontrol
B = Perlakuan dengan pemotongan secara horisontal
C = Perlakuan dengan pemotongan secara diagonal
1 = ulangan pertama
2 = ulanagn kedua
3 = ulangan ketiga
4 = ulangan keempat
Kecebong pada masing-masing wadah diukur panjangnya menggunakan milimeter blok atau penggaris.
Dilakukan pengamatan sebanayak 5 kali untuk mengetahui pembentukan regenerat.
Pengamatan dilakukan selang interval 2 hari dari hari praktikum dimulai.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel 1. Panjang ekor kecebong yang tidak dipotong (kontrol)
Perlakuan
Panjang ekor awal (mm)
Panjang sayatan tegak lurus (mm)
Hari 0
Hari II
Hari IV
Hari VI
Hari VIII
Pengulangan
Pengulangan
Pengulangan
Pengulangan
Pengulangan
Pengulangan
1
2
3
x
1
2
3
x
1
2
3
x
1
2
3
x
1
2
3
x
1
2
3
x
A1
8
6
5
6.3
8
6
5
6.3
8
6
5
6.3
8
6
5
6.3
8
6
7
7.0
8
6
7
7.0
A2
10
8
7
8.3
10
8
7
8.3
10
8
7
8.3
10
8
7
8.3
10
8
7
8.3
10
8
7
8.3
A3
5
8
6
6.3
5
8
6
6.3
5
8
6
6.3
5
8
6
6.3
5
8
6
6.3
5
8
6
6.3
A4
4
6
7
5.7
4
6
7
5.7
4
6
7
5.7
4
6
7
5.7
7
8
8
7.7
7
8
8
7.7
Tabel 2. Panjang ekor kecebong yang dipotong horisontal
Perlakuan
Panjang ekor awal (mm)
Panjang sayatan tegak lurus (mm)
Hari 0
Hari II
Hari IV
Hari VI
Hari VIII
Pengulangan
Pengulangan
Pengulangan
Pengulangan
Pengulangan
Pengulangan
1
2
3
x
1
2
3
x
1
2
3
x
1
2
3
x
1
2
3
x
1
2
3
x
B1
5
6
8
6.3
4
4
5
4.3
4
4
5
4.3
4
4
5
4.3
4
5
6
5.0
5
5
7
5.7
B2
7
8
6
7.0
4
5
4
4.3
4
5
-
4.5
4
6
-
5.0
6
8
-
7.0
7
8
-
7.5
B3
7
8
7
7.3
3
5
4
4.0
6
8
6
6.7
6
8
6
6.7
6
8
6
6.7
7
8
6
7.0
B4
7
6
7
6.7
5
4
4
4.3
6
-
-
6.0
7
-
-
7.0
7
-
-
7.0
8
-
-
8.0
Tabel 3. Panjang ekor kecebong yang dipotong diagonal
Perlakuan
Panjang ekor awal (Cm)
Panjang sayatan tegak lurus (mm)
Hari 0
Hari II
Hari IV
Hari VI
Hari VIII
Pengulangan
Pengulangan
Pengulangan
Pengulangan
Pengulangan
Pengulangan
1
2
3
x
1
2
3
x
1
2
3
x
1
2
3
x
1
2
3
x
1
2
3
x
C1
10
12
13
11.7
5
7
5
5.7
6
8
6
6.7
6
8
6
6.7
8
8
6
7.3
8
8
7
7.7
C2
7
8
7
7.3
3
4
4
3.7
5
7
7
6.3
6
6
7
6.3
6
6
7
6.3
6
6
7
6.3
C3
7
7
7
7.0
4
4
5
4.3
4
5
7
5.3
-
6
7
6.5
-
6
7
6.5
-
6
7
6.5
C4
7
10
8
8.3
5
4
6
5.0
8
7
9
8.0
8
7
9
8.0
10
8
9
9.0
10
8
9
9.0
Keterangan:
X = rata-rata
A = Variabel kontrol
B = Ekor dipotong horisontal
C = Ekor dipotong diagonal
Pembahasan
Kecebong atau berudu adalah hewan yang proses tahapan pada siklus kehidupan amfibia, yaitu tahap pradewasa atau larva. Kecebong sering disebut sebagai anak katak atau kodok, dan hewan amfibia lain. Kecebong adalah sebagai salah satu contoh dari sekian banyak makhluk hidup yang mempunyai kemampuan dalam regenerasi organ.Ekor yang diputuskan tersebut akan tergantikan kembali melalui proses regenerasi organ yang memerlukan waktu tertentu dalam proses pembentukannya. (Tjitrosoepomo.1984)
Kecebong dapat menumbuhkan kembali ekor, meningkatkan kemungkinan jaringan spesies lain yang rusak bisa diset ulang setelah cedera. Tidak seperti katak dewasa, kecebong memiliki kemampuan untuk benar-benar tumbuh kembali secara lengkap jika terluka. Hewan yang memiliki kemampuan untuk memperbaiki bagian tubuhnya yang rusak disebut dengan daya regenerasi . Regenerasi berlangsung selama perkembangan pasca embrio melalui proses tumbuh dan diferensiasi pada jaringan sekitar luka, sehingga permukaan luka tertutup epidermis serta jaringan dibawahnya membentuk jaringan baru. Tanpa regenerasi maka tubuh organisme tidak akan ada yang sempurna. (Aprizal Lukman, 2013)
Regenerasi meliputi tiga cara yaitu Pertama lewat mekanisme yang melibatkan dediferensiasi struktur dewasa untuk membentuk masa sel yang terdiferensiasi. Yang kemudian direspesifikasi. Tipe regenerasi seperti ini disebut regenerasi epimorfis, dan ini khas pada regenerasi membra. Mekanisme regenerasi kedua disebut mofolaksis. Regenerasi semacam ini terjadi lewat pemolaan kembali jaringan yang masih ada (tersisa), yang tidak disertai dengan perbanyakan sel. Regenarasi mofolaksis terjadi pada Hydra. Tipe regenerasi ketiga adalah regenerasi intermediet, dan diduga sebagai regenerasi. konsenpatori. Pada regenerasi ini, sel-sel membelah, tetapi mempertahankan fungsi sel yang telah terdiferensiasi. Tipe regenerasi konsenpatori khas pada
hati manusia.
Menurut Singer dalam Browder (1984), bahwa proses-proses yang terlibat dalam regenerasi anggota tubuh Cristurus cristatus, setelah diamputasi meliputi hal-hal sebagai berikut :
Periode penyembuhan luka
Periode penghancuran jaringan (histolisis)
Periode pembentukan blastema
Diferensiasi dan morfogenesis
Tabel 1 menunjukkan perkembangan ekor kecebong yang tidak mengalami pemotongan (kontrol). Berdasarkan hasil pengamatan tidak terjadi pertumbuhan yang signifikan dari ekor kecebong tersebut. Dari 4 pengulangan yang dilakukan, wadah A2 dan A3 tidak mengalami perubuhan angka. Hal ini berarti tidak terjadi pertambahan panjang ekor kecebong tersebut. Pada wadah A1 dan A3 terjadi penambahan panjang ekor. Pada wadah A1 panjang ekor bertambah 0,7 mm dari 6,3 mm menjadi 7 mm. pada wadah A4 terjadi pertambahan panjang sebesar 2 mm dari 5,7 mm menjadi 7,7 mm. pertamabahan jumlah panjang yang tidak signifikan ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekor kecebong yang seharusnya dalam jangka waktu 10 hari yaitu 0-2 mm.
Tabel 2 menunujukkan perkembangan ekor kecebong yang mengalami pemotongan secara horisontal. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan ekor kecebong berkisar antara 1,4 – 3,7 mm. Pertumbuhan mulai terjadi pada hari keenam setelah pemotongan. Menurut Kimbal (1993), regenerasi melalui beberapa tahapan, yaitu :
Luka akan tertutup oleh darah yang mengalir, lalu membeku membentuk scab yang bersifat sebagai pelindung.
Sel epitel bergerak secara amoeboid menyebar di bawah permukaan luka, di bawah scab. Proses ini membutuhkan waktu selama dua hari, dimana pada saat itu luka telah tertutup oleh kulit.
Diferensiasi sel-sel jaringan sekitar luka, sehingga menjadi bersifat muda kembali dan pluripotent untuk membentuk berbagai jenis jaringan baru. Matriks tulang dan tulang rawan akan melarut, sel-selnya lepas tersebar di bawah epitel. Serat jaringan ikat juga berdisintegrasi dan semua sel-selnya mengalami diferensiasi. Sehingga dapat dibedakan antara sel tulang, tulang rawan, dan jaringan ikat. Setelah itu sel-sel otot akan berdiferensiasi, serat miofibril hilang, inti membesar dan sitoplasma menyempit.
Pembentukan kuncup regenerasi (blastema) pada permukaan bekas luka. Pada saat ini scab mungkin sudah terlepas. Blastema berasal dari penimbunan sel-sel diferensiasi atau sel-sel satelit pengembara yang ada dalam jaringan, terutama di dinding kapiler darah. Pada saatnya nanti, sel-sel pengembara akan berproliferasi membentuk blastema.
Proliferasi sel-sel berdiferensiasi secara mitosis, yang terjadi secara serentak dengan proses dediferensiasi dan memuncak pada waktu blastema mempunyai besar yang maksimal dan tidak membesar lagi.
Rediferensiasi sel-sel dediferensiasi, serentak dengan berhentinya proliferasi sel-sel blastema tersebut. Sel-sel yang berasal dari parenkim dapat menumbuhkan alat derifat mesodermal, jaringan saraf dan saluran pencernaan. Sehingga bagian yang dipotong akan tumbuh lagi dengan struktur anatomis dan histologis yang serupa dengan asalnya
Berdasarkan Kimball (1993), dibutuhkan waktu dua hari untuk menutup luka, setelah itu dilanjutkan dengan redeferensiasi sel-sel jaringan di sekitar luka. Sehingga, pada pengamatan di hari keenam pertmabahan panjang ekor kecebong terlihat signifikan.
Tabel 3 menunjukkan perkembangan ekor kecebong yang mengalami pemotongan secara diagonal. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan akor kecebong berkisar antara 1,8 – 4 cm. pertumbuhan kecebong terlihat cepat pada pengamatn hari kedua, sedangkan pertumbuhan pada hari keempat dan seterusnya menunjukkan hasil yang tidak berubah (tetap). Regenerasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah temperatur, proses biologi dan faktor bahan makanan. Kenaikan dari tempetatur, pada hal-hal tertentu dapat mempercepat regenerasi. Regenerasi menjadi cepat pada suhu 29,7 derajat Celcius. Faktor bahan makanan tidak begitu mempengaruhi proses regenerasi (Morgan, 1989 dalam Evie, 2011).
Praktikum regenerasi yang menggunakan kecebong sebagai bahan praktikum, menghasilkan data pertumbuhan ekor kecebong yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena daya regenerasi pada setiap golongan hewan berbeda-beda sesuai dengan derajatnya dalam tingkat taksonomi, dilihat dari segi kepentingannya, suatu regenerasi bagi organisme mutlak diperlukan karena berperan dalam perbaikan bagian tubuh yang mengalami kerusakan. Bahkan beberapa organisme regenerasi merupakan suatu mekanisme, reproduksi aseksual yang sangat essensial.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa :
Pertumbuhan dan daya regenerasi dari setiap individu berbeda.
Daya Regenerasi dipengaruhi oleh temperatur, proses biologi dan faktor bahan makanan. Kenaikan dari tempetatur, pada hal-hal tertentu dapat mempercepat regenerasi.
Proses regenerasi terjadi beberapa tahap yaitu terjadinya pembekuan darah disekitar luka yang nantinya akan terbentuk scab, Jaringan epitel kulit yang berada dibawah scab menyebar menutupi seluruh permukaan luka, Sel-sel disekitar luka bersifat pluripotent, dimana menjadi muda sehingga aktif membelah kembali, Terbentuknya blastema atau kuncup regenerasi yang akan menggantikan scab, Regenerasi akan berhenti apabila proliferasi sel-sel balastema terhenti juga.
Saran
Diharapkan kepada praktikan agar berhati-hati dan teliti dalam melaksanakan praktikum demi kelancaran proses praktikum dan keberhasilan praktikumu ntuk hasil yang lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Aprizal Lukman. 2009. Mekanisme Regenerasi Anggota Tubuh Hewan. Biospecies 2 (2): 43 – 47.
Browder, L.W. 1984. Developmental biology, 2 th ed, W.B. Saunders, London.
Evie. 2011. Regenerasi. (Online). http://eviebum.blogspot.com/2011/03/regenerasi.html (diakses pada 17 Juni 2015)
I Wayan Rustanto. 2013. Laporan Praktikum Struktur dan Perkembangan Hewan "Regenerasi Kecebong". FMIPA Universitas Huluoleo. Kendari.
Kimball, John W. 1993. Biologi Edisi Kelima Jilid II. Jakarta: Erlangga.
Phillip, G. 1978. Biology of developmental system, Holt, Rinehart and Winston, New York, Sab Francisco.
Tjitrosoepomo. 1984. Biologi Jilid 2. Erlangga, Jakarta.
[Type the company name]