Referat
Luka Bakar Listrik
Disusun Oleh : Zhana Daisya Triani 1108152080
Pembimbing dr. Mulyadi,Sp.BP-RE
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU RUMAH SAKIT UMUM ARIFIN ACHMAD PEKANBARU 2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan referat ini yang berjudul “Luka Bakar Listrik”. Referat ini disusun sebagai sarana untuk memahami Luka Bakar Listrik, meningkatkan kemampuan menulis ilmiah dibidang kedokteran khususnya di Bagian Ilmu Bedah dan memenuhi salah satu persyaratan kelulusan Kepaniteraan Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Riau/Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Provinsi Riau. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada dr. Mulyadi, Sp.BP-RE selaku pembimbing serta pihak yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan bahan sumber tulisan ini. Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, dan masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Oleh sebab itu kritik dan saran sangat diharapkan penulis dari dokter pembimbing serta rekan-rekan Koassisten demi kesempurnaan referat ini. Semoga referat ini membawa manfaat bagi kita semua.
Pekanbaru, Juli 2015
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang Listrik berasal dari muatan elektron yang melewati potensial gradien dari
gradien tinggi ke gradien rendah melewati suatu penghantar atau konduktor. Listrik menjadi salah satu kebutuhan hidup yang penting bagi masyarakat. Meskipun listrik tidak terlihat namun tidak jarang pula menimbulkan masalah. Luka bakar listrik terjadi karena adanya kontak langsung aliran listrik dengan badan sebagai konduktor. Cedera yang ditimbulkan biasanya lebih serius daripada yang terlihat di permukaan. Kejadian luka bakar listrik memiliki angka kejadian yang tidak terlalu tinggi dibandingkan jenis luka bakar lainnya yaitu sekitar 5-7% dari keseluruhan kasus. Kerusakan terparah akibat luka bakar listrik terjadi pada kulit dan jaringan yang lebih dalam. Korban tersering berasal dari perusahaan listrik atau pekerjaan yang berkaitan dengan listrik diantaranya tukang listrik, pekerja konstruksi bangunan, buruh dan operator alat berat. Luka bakar listrik menyumbang 6% dari semua penyebab kecelakaan kerja. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan tinjauan pustaka mengenai luka bakar akibat listrik. 1.2
Batasan masalah Referat ini membahas tentang patofisiologi, gejala klinis, diagnosis,
komplikasi dan penatalaksanaan pada kasus Luka Bakar Listrik.
1.3
Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan referat ini adalah :
1.
Memahami dan menambah wawasan mengenai Luka Bakar Listrik. 2.
Meningkatkan kemampuan penulisan ilmiah di bidang kedokteran khususnya di Bagian Ilmu Bedah.
3.
Memenuhi salah satu syarat kelulusan Kepaniteraan Klinik (KK) di Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Riau dan Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad.
1.4 Metode Penulisan Penulisan referat ini menggunakan metode tinjauan pustaka dengan mengacu kepada beberapa literatur.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Patofisiologi
Derajat keparahan yang disebabkan oleh luka bakar listrik tergantung kepada tegangan, arus, jenis arus, aliran arus listrik, lamanya kontak, tahanan pada titik kontak dan tahanan pada tubuh setiap individu. Luka bakar listrik dikelompokkan menjadi luka bakar listrik tegangan rendah (<1000 V), luka bakar listrik tegangan tinggi (≥1000 V) dan luka bakar listrik karena petir yang memiliki tegangan sangat tinggi dengan durasi yang singkat serta menimbulkan bentuk luka yang khas. Tegangan rendah biasanya menyebabkan luka bakar pada area yang mengalami kontak langsung dengan sumber listrik tapi tidak menimbulkan kerusakan yang terlalu dalam pada lapisan kulit dan beresiko terjadinya henti jantung. Tegangan tinggi berhubungan dengan luka yang lebih dalam dengan kerusakan jaringan yang lebih dalam, fasciotomi mungkin diperlukan serta terdapat kemungkinan terjadinya gagal ginjal. Alternating Current (AC) menyebabkan kontraksi otot seperti tetanus, dimana hal ini mungkin menjauhkan korban dari kontak listrik atau menjadikan mereka tetap menempel pada sumber listrik (not let go phenomenon). Menciptakan efek yang menjadi semakin parah seiring dengan berjalannya waktu. Fenomena ini muncul karena kedua otot fleksor dan ekstensor pada lengan atas dirangsang oleh aliran listrik. Luka bakar memiliki potensi untuk 3 komponen berbeda yaitu: luka bakar listrik asli disebabkan oleh arus listrik, luka lengkung yang berasal dari arus listrik dan luka bakar karena api. Lengkung listrik pada suhu lebih dari 40000 C menimbulkan cedera tipe flash, paling sering terlihat pada tukang listrik yang bekerja dengan alat-alat yang terbuat dari bahan metal dan sangat dekat dengan sumber listrik. Korban akan terlempar akibat energi yang sangat besar dan
mengalami ruptur gendang telinga dan kontusio organ dalam. Luka bakar listrik muncul tanpa arus listrik langsung yang mengenai korban dapat ditangani dan dikelompokkan pada luka bakar biasa. Resistensi jaringan dari yang paling rendah ke yang paling tinggi yaitu saraf, pembuluh darah, otot, kulit, tendon, lemak dan tulang. Secara teori jaringan yang memiliki resistensi tertinggi akan menghasilkan panas paling banyak. Pada cedera yang berat lokasinya lebih sering terlihat pada area lengan dan tungkai dengan bagian terparah adalah bagian proksimal. Jaringan dalam dan perioseus akan menahan panas terutama yang terletak di antara dua tulang. Jaringan tersebut mendapat cedera yang lebih banyak dan berat dari pada jaringan superfisial. Hubungan antara cedera vaskuler mikro dan makroskopik muncul segera dan tidak dapat kembali seperti semula. Pada hewan percobaan, terjadi nekrosis pada dinding pembuluh darah dan trombosis dengan destruksi dari endotel arteri, pyknosis dari otot polos pembuluh darah dan eksudat dari fibrin yang menyertai perubahan trombotik. Penelitian ini juga menemukan nekrosis otot yang progresif selama 72 jam pertama setelah cedera dan berhubungan dengan kerusakan vaskuler.
2.2
Penatalaksanaan fase akut Luka bakar listrik memiliki gejala klinis yang unik pada fase akut. Selain
primary survey pada ATLS seperti luka bakar pada umunya terdapat 3 hal yang harus dilakukan pada golden hour fase akut luka bakar listrik yaitu:
1.
Pasien yang membutuhkan Elektrokardiografi (EKG) monitoring dan
2.
waktu monitoringnya. Pasien yang memiliki resiko compartment syndrome dan membutuhkan
3.
intervensi operasi segera. Pasien yang membutuhkan terapi resusitasi cairan sekaligus meresusitasi cairan pada cedera dalam yang tidak terlihat. Hal yang harus dilakukan pada primary survey luka bakar listrik adalah: a. Jauhkan korban dari sumber listrik, hat-hati dengan listrik bertegangan tinggi, apabila kita tidak dapat memisahkan korban dengan sumber listrik gunakan kayu untuk mematikan arus listrik dan memisahkannya. b. Penolong sebaiknya
menggunakan
Alat
Proteksi
Diri
(APD) lengkap, terutama menggunakan sepatu yang terbuat dari bahan isolator seperti karet. c. Apabila ada tanda-tanda henti jantung lakukan Cardio Pulmonar Resusitation (CPR). d. Lakukan resusitasi cairan dan pantau urin output. e. Perhatikan sirkulasi perifer, observasi setiap jam. f. Perhatikan tanda-tanda kemungkinan terjadinya compartment syndrome. 2.2.1
Monitoring EKG Terdapat ketidaknormalan pada jantung termasuk disaritmia dan
kerusakan miokardium yang muncul setelah kontak dengan listrik tegangan tinggi maupun rendah sehingga dibutuhkan monitoring dengan menggunakan EKG. Gambaran disaritmia yang paling sering muncul adalah perubahan ST-T yang tidak spesifik dan fibrilasi atrium. Penanganan disaritmia seperti yang ditunjukkan oleh ACLS. Kerusakan miokardium langsung juga dapat terjadi. Cedera ini lebih terlihat sebagai kontusio miokardium akibat trauma daripada infark miokard.
Perubahan pada nilai kreatinin kinase (CK) dan MB kreatinin kinase (CKMB) menjadi indikator infark miokard yang telah memburuk apabila EKG tidak memberikan gambaran kerusakan miokardium, khususnya pada kerusakan parah otot rangka. Indikasi monitoring jantung lainnya yaitu: 1 2 3
Kehilangan kesadaran Abnormal EKG dengan atau tanpa iskemia Terekam gambaran disaritma sebelum dan sesudah pemindahan ke ruang
4
gawat darurat CPR di tempat kejadian.
2.2.2
Mioglobinuria Munculnya pigmentasi urin (warna keunguan) pada pasien luka bakar
listrik mengindikasikan kerusakan otot yang signifikan dengan resiko iskemia. Mioglobin dan hemoglobin muncul pada keadaan yang beresiko terjadinya gagal ginjal akut dan harus segera di tatalaksana. Gejala klinis pada mioglobinuria hanya muncul sedikit seperti pigmentasi urin yang terlihat nyata dan memenuhi persyaratan penanganan segera untuk meminimalisir obstruksi tubulus ginjal. Urin yang berwarna keunguan harus diterapi dengan resusuitasi cairan yang dititrasi (Ringer Laktat/ RL) untuk mengontrol pengeluaran urin dua kali dari tujuan utama atau mencapai 100 mL/ jam pada dewasa. Terapi diteruskan hingga warna urin berubah menjadi jernih secara klinis. Terapi lainnya termasuk alkalisasi urin dengan Sodium bikarbonat yang diboluskan atau infus lanjutan seperti administrasi dari manitol untuk diuretik osmotik. Apabila pada pasien luka bakar listrik tidak terdapat mioglobinuria atau hemoglobinuria tujuan terapi hanya sebagai maintenance yaitu untuk mengontrol vital sign dan urin output sebesar 30-50 mL/ jam dengan RL terutama pada satu jam pertama.
2.2.3
Compartment syndrome Pasien dengan luka bakar listrik tegangan tinggi pada ekstremitas
memiliki resiko terjadinya compartment syndrome dalam 48 jam pertama setelah cedera. Kerusakan otot dan pembengkakan pada facia di ekstremitas akan meningkatkan tekanan pada aliran pembuluh darah otot. Hilangnya pulsasi merupakan salah satu tanda terjadinya compartment syndrome. Compartment syndrome harus segera didiagnosis dan ditatalaksana yaitu dengan cara fasciotomi untuk mencegah terjadinya iskemia otot.
2.3
Pengobatan Penanganan luka bakar listrik yaitu dengan menggunakan 11,1%
Mafenide acetat krim (Sulfamylon) pada eskar yang tipis didekat titik kontak, karena memiliki daya penetrasi yang bagus. Silver sulfadiazine digunakan sebagai kontrol bakteri pada luka bakar yang dalam dan sebagai biological dressing pada area superfisial serta pada luka bakar yang pengirimannya membutuhkan waktu lebih dari 12 jam. Eksisi dilakukan setelah 2-3 hari kejadian hingga semua jaringan yang mati di buang. Tatalaksana konservatif dari pembuangan jaringan yang rusak dan penutupan luka menggunakan skin graft dengan atau tanpa flaps untuk menutup jaringan lunak memberikan hasil yang baik Penanganan untuk rasa nyeri tidak memiliki standar khusus. Terapi yang digunakan pada fase akut adalah sama untuk semua pasien luka bakar termasuk didalamnya opioid, NSAID dan benzodiazepine untuk nyeri yang menimbulkan
ansietas. Pada penelitian lainnya juga menggunakan opioid dan asetaminofen serta penggunaan antidepresan dan NSAID. Berikut alur tatalaksana luka bakar listrik seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.1 di halaman berikut:
Lepaskan semua pakaian yang terkena panas. Lepaskan perhiasan yang bisa menghantarkan panas. Primary survey standar untuk pasien trauma
Periksa pada daerah yang mengalami kontak dengan sumber listrik (terutama kepala,tangan dan kaki)
Kesampingkan terlebih dahulu patah tulang/ dislokasi sendi (meskipun terdapat riwayat nyeri yang datang bersamaan)
Monitor tungkai per jam, perhatikan pengisian kapiler, warna kulit dan sensorisnya. Perhatikan tanda-tanda compartment syndrome ( peningkatan tekanan darah, nyeri atau peregangan pasif, penurunan sensasi di Apabila positif segera hubungi spesialis untuk fasciotomi Kateterisasi, jika terdapat perubahan warna urin maka tingkatkan cairan hingga memberikan urine output >2mg/kgBB/jam Manitol 12 g/L untuk cairan
EKG 12 Lead
Lakukan pemeriksaan saraf sentral dan perifer.
Perkirakan lokasi dan area luka bakar. Hitung berdasarkan Lund and Browder chart. Resusitasi jika >15%
Jika terdapat kelainan atau riwayat penurunan kesadaran lakukan monitoring jantung selama 24 jam. Ulangi pemeriksaan enzim
Hubungi Spesialis Bedah Plastik untuk rujukan. Bungkus luka dengan cling film (kecuali luka bakar pada
Gambar 2.1 Alur tatalaksana luka bakar listrik fase akut 2.4
Komplikasi Komplikasi dari luka bakar listrik termasuk mengenai ginjal, septik,
jantung, saraf dan manisfestasi okuler. Penurunan fungsi saraf mungkin muncul pada saat perjalanan kerumah sakit atau beberapa hari hingga mingu setelah cedera. Katarak adalah salah satu komplikasi okuler tersering, meskipun gejala klinisnya akan mengenai seluruh area mata. Patofisiologi hal ini belum diketahui tapi katarak terjadi pada 5-20% pasien luka bakar listrik. Penurunan fungsi saraf muncul terlambat setelah beberapa hari hingga minggu setelah kejadian cedera. Penurunan fungsi tersebut termasuk paresis, paralisis Guillain Barre Syndrome, transverse myelitis atau amilotropik lateral
sklerosis. Gejala saraf yang paling sering muncul antara lain : penurunan kecerdasan (42%), kelemahan (32%), paraestesia (24%) dan nyeri kronik (24%). Simptom tersering adalah ansietas (50%), mimpi buruk (45%), insomnia (37%) dan pengulangan kejadian (37%). Aktifitas simpatis yang berlebihan juga dapat merubah pola perkemihan dan fungsi seksual tetapi hal ini belum dapat dijelaskan, kemungkinan karena terdapat cedera pada vaskuler.
BAB III KESIMPULAN
Listrik berasal dari muatan elektron yang melewati potensial gradien dari gradien tinggi ke gradien rendah melewati suatu penghantar atau konduktor. Luka bakar listrik dapat disebabkan oleh listrik tegangan tinggi, tegangan rendah dan petir. Luka bakar listrik dapat menghasilkan luka yang sedikit tetapi mengenai lapisan kulit yang dalam. Primary survey luka bakar listrik sama dengan luka bakar pada umumnya kemudian perhatikan juga kemungkinan terjadinya henti jantung, mioglobinuria karena gagal ginjal dan gejala compartment syndrome.
Komplikasi luka bakar listrik dapat mengenai ginjal, septik, jantung, saraf dan manisfestasi okuler.