UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS ILMU KOMPUTER & TEKNOLOGI TEKNOLOGI INFORMASI
RANCANG BANGUN ALAT PENDINGIN RUANGAN OTOMATIS BERBASIS KEBERADAAN MANUSIA DAN SUHU RUANGAN
Disusun Oleh: Nama
: Taufik Hidayat
NPM
: 21107657
Jurusan
: Sistem Komputer
Pembimbing : Dr. Lussiana Lussiana ETP, SSi., SSi., MT.
Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Jakarta 2011
LEMBAR ORIGINALITAS & PUBLIKASI
Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama
: Taufik Hidayat
NPM
: 21107657
Jurusan
: Sistem Komputer
Fakultas
: Ilmu Komputer
Judul Skripsi : Rancang Bangun Alat Pendingin Ruangan Otomatis Berbasis Keberadaan Manusia Dan Suhu Ruangan Dengan ini menyatakan bahwa tulisan ini adalah merupakan hasil karya saya sendiri dan dapat dipublikasikan sepenuhnya oleh Universitas Gunadarma. Segala kutipan dalam bentuk apa pun telah mengikuti kaidah, etika yang berlaku. Mengenai isi dan tulisan adalah merupakan tanggung jawab Penulis, bukan Universitas Universitas Gunadarma. Gunadarma. Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak dipaksakan.
Depok, Agustus 2011
Taufik Hidayat
i
LEMBAR PENGESAHAN PENGESAHAN
Komisi Pembimbing No
Nama
Kedudukan
1
Dr. Lussiana Lussiana ETP, SSi., MT.
Ketua
2
Dr.rer.nat. Avinanta Avinanta Tarigan
Anggota
3
Drs. Lingga Hermanto, MM., MSi.
Anggota
Tanggal Sidang: 19 November 2011
Panitia Ujian No
Nama
Kedudukan
1
Dr. Dr. Rav Ravi Ahm Ahmad Sali Salim m
Ketua etua
2
Prof. Dr. Wahyudi Wahyudi Priyono
Sekretaris
3
Dr. Lussiana Lussiana ETP, SSi., MT.
Anggota
4
Dr.rer.nat. Avinanta Avinanta Tarigan
Anggota
5
Drs. Lingga Hermanto, MM., MSi.
Anggota
Tanggal Lulus: 19 November 2011
Menyetujui,
Pembimbing
(Dr. Lussiana ETP, SSi., MT.)
ii
ABSTRAK
Taufik Hidayat. 21107657 Rancang Bangun Alat Pendingin Ruangan Otomatis Berbasis Keberadaan Manusia dan Suhu Ruangan Skripsi. Fakultas Ilmu Komputer. Universitas Gunadarma. 2011 Kata Kunci: Hemat Listrik, Deteksi Suhu, Deteksi Gerak, Otomatis, Kipas Angin (ix + 58 + Lampiran)
Penghematan energi listrik merupakan hal yang sangat diperlukan. Dampak dari kota metropolitan salah satunya adalah kebutuhan listrik yang kian meningkat akibat banyaknya kaum urban untuk menuntut ilmu dan mencari nafkah. Untuk itu perlu adanya solusi alternatif peralatan listrik yang dapat menghemat menghemat energi. Tujuan penelitian ini adalah merancang sebuah kipas angin yang mampu mengatur kecepatan secara otomatis berdasarkan pada keberadaan manusia dan suhu ruangan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa bahwa alat ini bekerja sesuai dengan
rancangannya, dimana jika tidak terdeteksi adanya gerakan maka kipas akan diam, dan jika terdeteksi adanya gerakan maka kipas akan bekerja. Jarak pendeteksian gerakan antara 10 cm hingga 240 cm. Selanjutnya, pergerakan kipas ini dipengaruhi oleh suhu, dimana jika suhu ruangan meningkat maka kecepatan putaran kipas angin juga akan semakin meningkat.
Daftar Pustaka (1992 – 2011)
iii
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan bimbingan, petunjuk serta hidayah-Nya hingga penulisan tugas akhir yang berjudul “Rancang Bangun Alat Pendingin Ruangan Otomatis Berbasis Keberadaan Manusia Dan Suhu Ruangan” dapat diselesaikan. Adapun maksud dan tujuan penulisan skripsi ini adalah guna melengkapi syarat untuk mencapai jenjang Sarjana pada Universitas Gunadarma. Penulis menyadari dengan kerendahan hati bahwa dalam makalah penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kelemahan dan kekurangan. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk memperbaiki penulisan ini agar lebih baik lagi. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Ibu Prof. Dr. E.S. Margianti, SE. MM, selaku Rektor Universitas Gunadarma. 2. Bapak Prof. Dr. Rernat. A. Beny Mutiara., Mutiara. , selaku Dekan Fakultas Ilmu Komputer Dan Teknologi Informasi I nformasi Universitas Gunadarma. 3. Bapak Dr. –Ing. Farid Thalib., Thali b., selaku Ketua Jurusan Teknik Komputer Universitas Universitas Gunadarma. Gunadarma. 4. Bapak Dr. Edi Sukirman, MM, selaku Kepala Bagian Sidang Ujian Universitas Universitas Gunadarma. Gunadarma. 5. Ibu Dr. Lussiana Lussiana ETP, SSi., MT., selaku selaku Dosen Pembimbing Penulisan Penulisa n skripsi Jurusan Sistem Komputer Universitas Universitas Gunadarma. Gunadarma.
iv
6. Kedua orang orang tuaku yang telah memberikan memberikan dorongan materiil maupun imateriil serta doanya, doanya, sehingga terseles ter selesaikannya aikannya skripsi ini. 7. Mas Ridwan yang telah meluangkan meluangkan waktu dalam membantu membantu proses pembuatan alat. 8. Rekan-rekan asisten Lab Elkom, Iman Ilmawan Muharam, Maulana Rahmat Hakim, Nugroho Tri Sayoga, dan Muhammad Regi Fazmi. 9. Teman-teman di kelas 4KB01 serta serta semua mahasiswa/i mahasiswa/i jurusan Sistem Komputer Universitas Gunadarma 10. Pihak-pihak lain yang tak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu
baik
secara
langsung
maupun
tidak
langsung
dalam
penyelesaian makalah skripsi ini.
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikannya. Akhir kata penulis berharap semoga penulisan ilmiah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pembaca.
Depok, Oktober 2011
Penulis
v
DAFTAR ISI
LEMBAR ORIGINALITAS ………………………………………………………i LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………………….ii ABSTRAK ……………………………………………………………………….iii KATA PENGANTAR …………………………………………………………...iv DAFTAR ISI……………………………………………………………………...vi DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………viii DAFTAR TABEL ………………………………………………………………..ix BAB 1 PENDAHULU PENDAH ULU …………………………………………………………….1 …………………………………………………………….1 1.1
Latar Belakang Masalah……………………………………………….1
1.2
Rumusan Masalah M asalah ……………………………………………………..2
1.3
Batasan Masalah ………………………………………………………2
1.4
Tujuan Penelitian ……………………………………………………...2
1.5
Metode Penelitian ……………………………………………………..3
1.6
Sistematika Penulisan …………………………………………………3
BAB 2 2.1
TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………...5 Mikrokontroler ATMEGA8535 sebagai Prosessor …………………...5 …………………...5 2.1.1
Analog to Digital Converter Convert er…………………………………...8
2.2
Motor DC sebagai Penggerak Kipas Angin ………………………….13
2.3
IC L293 sebagai Motor Moto r Driver ……………………………………….15 2.3.1
Pulse Width Modulation ……………………………… ……………………………………..17 ……..17
2.3
Passive Infrared Receiver Receiver sebagai Pendeteksi Manusia ……………..18
2.4
LM35 sebagai Sensor Suhu ………………………………………….19
2.5
Liquid Crystal Display sebagai Layar Tampilan …………………….20 …………………….20
2.6
Bahasa C sebagai Bahasa Program Mikrokontroler …………………23 …………………23
vi
2.7 BAB 3 3.1
3.2
BAB 4
Persentase Kesalahan Pengukuran …………………………………...24 PERANCANGAN PERANCANG AN ALAT ……………………………………………...25 Perancangan Perangkat Keras ………………………………………..25 3.1.1
Perancangan Alur Kerja Alat ………………………………...25
3.1.2
Perancangan Rangkaian Alat ………………………………...27
3.1.3
Perancangan Maket Alat ……………………………………..32
Perancangan Program Prog ram ………………………………………………..33 3.2.1
Algoritma Program …………………………… …………………………………………. ……………..33 .33
3.2.2
Pembuatan Program ………………………………………….36
3.2.3
Pengisian Program …………………………………………...43
HASIL DAN ANALISIS ………………………………………………46
4.1
Pengujian Jarak Deteksi Gerakan Manusia……………………… Manusia………………………......46 ......46
4.2
Pengujian Pengukuran Suhu …………………………………………48
4.3
Pengujian Kecepatan Kipas Angin …………………………………..49
4.4
Pengujian Kerja LCD ………………………………………………...51
4.5
Pengujian Kerja Kipas Angin Otomatis Oto matis ……………………………..52
4.6
Analisa Rangkaian secara Detail…………………………………….. Detail……………………………………..54 54
BAB 5
PENUTUP …………………………………………………………….56 …………………………………………………………….56
5.1
Kesimpulan Kesimpula n …………………………………………………………..56
5.2
Saran …………………………………………………………………57
DAFTAR PUSTAKA P USTAKA ……………………………………………………………58 ……………………………………………………………58 LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Skematik mikrokontroler mikroko ntroler ATMega8535 …………………………..5
Gambar 2.2
Struktur Strukt ur motor DC ……………………………………………….14
Gambar 2.3
Skematik IC L293 ………………………………………………..16
Gambar 2.4
Rangkaian sensor PIR …………………………………………...18
Gambar 2.5
Cara Kerja sensor LM35 …………………………………………19
Gambar 2.6
Skematik Rangkaian Interface LCD .............................................21 .............................................21
Gambar 3.1
Rancangan alur kerja kipas angin otomatis………………………26 oto matis………………………26
Gambar 3.2
Rancangan rangkaian rangkaia n alat secara keseluruhan keseluru han …………………...27
Gambar 3.3
Rancangan alat secara detail 1 …………………………………...28
Gambar 3.4
Rancangan alat secara detail 2 …………………………………..28
Gambar 3.5
Rancangan alat secara detail 3 …………………………………...29
Gambar 3.6
Rancangan alat secara detail 4 …………………………………...29
Gambar 3.7
Rancangan alat secara detail 5 …………………………………...30
Gambar 3.8
Rancangan alat secara detail 6 …………………………………..31
Gambar 3.9
Rancangan alat secara detail 7 …………………………………...31
Gambar 3.10 Desain maket alat alat tampak depan…………………………………32 Gambar 3.11 Flowchart program kipas angin otomatis oto matis ………………………...34 Gambar 3.12 Blok proses downloader d ownloader ………………………………………….43 Gambar 3.12 Konfigurasi program kipas angin angin otomatis ………………………44 ………………………44 Gambar 4.1
Pengujian cara kerja sensor PIR pada kipas angin otomatis ……..46 viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Daftar bit register ADMUX …………………………………………....9 Tabel 2.2 Konfigurasi bit 6 & 7 register ADMUX ……………………………….9 Tabel 2.3 Konfigurasi channel ADC …………………………………………….10 Tabel 2.4 Daftar bit register ADCSRA ………………………………………….10 Tabel 2.5 Konfigurasi faktor pembagi frekuensi clock CPU ……………………12 ……………………12 Tabel 2.6 Daftar bit register SFIOR ……………………………………………..12 Tabel 2.7 Konfigurasi pemicu eksternal eksternal operasi ADC ………………………….13 ………………………….13 Tabel 2.8 Daftar Pin LCD HD44780 ……………………………………………21 Tabel 3.1 Spesifikasi rancangan program kipas angin otomatis ………………...35 ………………...35 Tabel 4.1 Hasil pengujian jarak deteksi gerakan manusia ………………………47 Tabel 4.2 Hasil pengujian pengukuran suhu …………………………………….48 Tabel 4.3 Pengujian Kecepatan Kipas Angin …………………………………...50 Tabel 4.4 Pengujian kerja LCD ……………………………………………….....51 Tabel 4.5 Pengujian kerja kipas angin otomatis …………………………………53
ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Belum lama ini isu mengenai pemanasan global dibicarakan oleh seluruh orang di dunia. Iklim yang tidak menentu, meningkatnya tinggi permukaan air laut, dan meningkatnya suhu di seluruh penjuru bumi merupakan beberapa efek yang timbul dari pemanasan global. Peristiwa ini terjadi karena meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca seperti karbon dioksida, dioksida, akibat aktivitas aktivitas manusia, manusia, sehingga radiasi matahari yang seharusnya dipantulkan kembali dari bumi setelah masuk ke bumi, menjadi terperangkap. Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya gas rumah kaca. Pertama, mencegah karbon dioksida dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas tersebut atau komponen karbon-nya di tempat lain, yang disebut carbonsequestration (menghilangkan
karbon).
Kedua,
mengurangi
produksi gas rumah kaca. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi produksi gas rumah kaca adalah dengan menghemat penggunaan penggunaan energi listrik. Telah banyak diketahui bahwa Jakarta merupakan kota impian dan kota tujuan para penduduk daerah sebagai kota pariwisata, tempat mencari nafkah, sampai dengan tempat menuntut ilmu. Akibat dari berbagai macam tujuan para pendatang tersebut, maka kota Jakarta menjadi kota yang sangat dinamis dengan pembangunan gedung-gedung perkantoran, gedung sekolah, pusat perbelanjaan, bahkan sampai dengan perumahan untuk tempat tinggalpun meningkat dengan tajam, sehingga memiliki kontribusi yang tinggi dalam pe nggunaan nggunaan energi listrik. listr ik. Berkaitan dengan pesatnya pertumbuhan tempat pemukiman baru, banyak dijumpai rumah-rumah atau kamar-kamar yang tersedia kurang memenuhi persyaratan kesehatan, seperti misalnya kurangnya ventilasi, ruang yang terlalu sempit, dan penggunaan satu ruang digunakan secara bersama sehingga menjadi terasa sempit. Berdasarkan pada kondisi tersebu t ersebut, t, dalam penyegaran ruangan yang 1
2
tersedia menggunakan alat bantu yang terjangkau seperti kipas angin, sering kali dibiarkan menyala terus menerus tanpa memperdulikan efek pemborosan listriknya. Oleh karena itu, keinginan yang kuat serta kesabaran yang tinggi sangat diperlukan dalam melakukan kegiatan penghematan energi listrik ini, yaitu saat mematikan alat-alat listrik yang tidak digunakan, contohnya mematikan kipas angin saat tidak ada orang yang menggunakan, atau mengurangi kecepatan putar kipas angin saat udara tidak terlalu panas. Namun, tidak semua orang mau melakukan hal yang mudah ini karena malas, lupa dan sebagainya, sehingga membiarkan kipas angin menyala, dan tidak hemat listrik. Untuk itu, dibutuhkanlah sebuah kipas angin yang mampu menyala dan mati, serta mengatur kecepatan putar kipasnya secara otomatis agar mampu menangani masalah pemborosan energi listrik tersebut.
1.2
Rumusan Masalah
Permasalahan yang dapat dirumuskan dari penelitian ini yaitu apakah kipas angin yang mampu menyala dan mati secara otomatis yang dirancang ini mampu melakukan penghematan energi listrik?
1.3
Batasan Masalah
Pada penelitian ini permasalahan dibatasi pada hal-hal yang berkaitan dengan teknik pengaktifan dan pengaturan kecepatan kipas angin otomatis, mulai dari input, proses, hingga outputnya.
1.4
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah merancang sebuah kipas angin yang dapat bekerja berdasarkan pada keberadaan manusia, dan mengatur kecepatan putar kipasnya berdasarkan pada pengukuran suhu ruangan r uangan secara otomatis.
3
1.5
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu: 1. Tahap pertama: Merencanakan penelitian dengan cara menentukan permasalahan apa yang akan dipecahkan dalam penelitian ini, serta merencanakan merencanakan solusi dari d ari permasalahan tersebut. 2. Tahap kedua: Merencanakan kebutuhan penelitian, berupa pengumpulan informasi dan literatur yang berkaitan dengan penelitian, serta komponenkomponen yang diperlukan dalam penelitian. 3. Tahap ketiga: Membuat alat dengan cara mendesain bentuk alat tersebut, menyusun komponen-komponen yang dibutuhkan dan menanamkan program ke dalamnya. 4. Tahap keempat: Menguji alat untuk mengetahui apakah alat bekerja sesuai yang direncanakan, dan membandingkan hasil uji tersebut dengan logika pemrogramannya. Lalu, menguji coba kipas angin otomastis ini dengan kipas angin konvensional untuk membandingkan penggunaan energi listriknya. 5. Tahap kelima: Menganalisa hasil uji coba kinerja alat dari nilai kesalahan rata-rata alat. 6. Tahap keenam: Menarik kesimpulan dari penelitian ini berdasarkan hasil analisa penelitian.
1.6
Sistematika Penulisan
Pembuatan tulisan mengenai penelitian ini dilakukan dengan membagi penulisan menjadi beberapa bab, yaitu sebagai berikut: BAB I Pendahuluan Pada bab ini, berisi tentang Latar Belakang Masalah, Batasan Masalah, Tujuan Penelitian, Metode Peneli P enelitian tian dan Sistematika Penulisan.
4
BAB II Tinjauan Pustaka Bab ini membahas tentang teori dasar dan komponen-komponen utama yang diterapkan pada alat beserta analisanya. BAB III Analisa dan Cara Kerja Rangkaian Berisi tentang analisa Perangkat keras dan Perangkat lunak, cara kerja dari prototipe tersebut, blok diagram, flowchart program, dan truth table IC logika. BAB IV Pengoperasian dan Pengujian Berisi tentang cara pengoperasian dan pengujian pengaplikasian kipas angin otomatis ini pada kehidupan nyata beserta listing program yang ditanamkan di alat ini. BAB V Penutup Membahas tentang kesimpulan dari penjelasan alat yang dibuat serta saran-saran dari keseluruhan rangkaian.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Dalam pembuatan kipas angin otomatis ini, terdapat beberapa teori-teori dasar. Teori-teori tersebut meliputi komponen utama alat dan software-nya. Komponen utama alat ini terdiri dari mikrokontroler ATMEGA8535, motor DC, sensor PIR, sensor sensor LM35, serta software-nya software-nya berupa pemrograman pemrograman bahasa C.
2.1
Mikrokontroler ATMEGA8535 sebagai Prosessor
Mikrokontroler AVR ATMEGA8535 merupakan mikrokontroler yang memiliki arsitektur RISC 8 bit, yaitu yaitu sebuah arsitektur komputer dengan dengan instruksiinstruksi dan jenis eksekusi yang paling sederhana. Pada mikrokontroler ATMEGA8535, semua instruksi dikemas dalam kode 16 bit dan sebagian besar instruksi dieksekusi dalam 1 (satu) siklus clock. Berikut ini adalah gambar skematik mikrokontroler ATMEGA8535. ATMEGA8535.
Gambar 2.1 Skematik mikrokontroler ATMega8535
5
6
Sumber: http://students.ukdw.ac.id/~robotic/Trainin http://students.ukdw.ac.id/~robotic/Training%20Microcontroller%2 g%20Microcontroller%20For%20Begi 0For%20Begi nner%20(B.%20Arifianto).pdf Deskripsi dari pin-pin ATMega8535 seperti yang tertera pada gambar 2.1 adalah sebagai berikut : 1. VCC (pin 10) : masukan tegangan digital. digital. 2. GND (pin 11) : Ground Gro und 3. PORT A (pin 33 sampai 40): Port A sebagai input analog ke Analog to Digital konverter. Port A juga sebagai 8-bit bi-directional port I/O, jika Analog to Digital konverter tidak digunakan. Pin-pin port dapat menyediakan resistor-resistor internal pull-up. Ketika port A digunakan sebagai input dan pull eksternal yang rendah akan menjadi sumber arus jika resistor-resistor pull-up diaktifkan. Pin-pin port A adalah tri-state ketika kondisi reset menjadi aktif sekalipun clock tidak akt if. 4. PORT B (pin 1 sampai 8): Port B adalah port I/O 8-bit bi-directional dengan resistor-resistor internal pull-up. Buffer output port B mempunyai karaketristik drive yang simetris dengan kemampuan keduanya sink dan source yang tinggi. Sebagai input, port B yang mempunyai pull eksternal yang rendah akan menjadi sumber arus jika resistor-resistor pull-up diaktifkan. Pin-pin port B adalah tri-state ketika kondisi reset menjadi aktif sekalipun clock tidak aktif. 5. PORT C (pin 22 sampai 29): Port C adalah port I/O 8-bit bi-directional dengan resistor-resistor internal pull-up. Buffer output port C mempunyai karaketristik drive yang simetris dengan kemampuan keduanya sink dan source yang tinggi. Sebagai input, port C yang mempunyai pull eksternal yang rendah akan menjadi sumber arus jika resistor-resistor pull-up diaktifkan. Pin-pin port C adalah tri-state ketika kondisi reset menjadi aktif seklipun clock tidak aktif. Jika antarmuka JTAG enable, resistorresistor pull-up pada pin-pin PC5 (TDI), PC3 (TMS), PC2 (TCK) akan diaktifkan sekalipun terjadi reset.
7
6. PORT D (pin 14 sampai 21): Port D adalah port I/O 8-bit bi-directional dengan resistor-resistor internal pull-up. Buffer output port D mempunyai karaketristik drive yang simetris dengan kemampuan keduanya sink dan source yang tinggi. Sebagai input, port D yang mempunyai pull eksternal yang rendah akan menjadi sumber arus jika resistor-resistor pull-up diaktifkan. Pin-pin port D adalah tri-state ketika kondisi reset menjadi aktif sekalipun clock tidak aktif. 7. Reset (pin 9): Merupakan pin reset yang akan bekerja bila diberi pulsa rendah (aktif low) selama minimal 1.5 us. 8. XTAL2 (pin 12): Merupakan output dari penguat oscillator pembalik. pembalik. 9. XTAL1 (pin 13): Merupakan input ke penguat oscillator pembalik dan input ke eksternal clock. 10. AVCC (pin 30): 30 ): Merupakan catu cat u daya da ya yang digunakan digu nakan untuk u ntuk masukan masuka n analog ADC yang terhubung ke PORTA. 11. AREF (pin 32): Merupakan tegangan tegangan referensi analog untuk ADC. Detail spesfikasi ATMega8535 adalah sebagai berikut: 1) Saluran I/O sebanyak 32 buah, yaitu port A, Port B, Port C , dan Port D. 2) ADC 10 bit sebanyak 8 saluran. 3) Tiga buah Timer/Counter T imer/Counter dengan kemampuan pembandingan. pembandingan. 4) CPU yang terdiri atas 32 buah register. 5) Watchdog Timer dengan Osilator Internal. Internal. 6) SRAM sebanyak 512 byte. 7) Memori Flash sebesar 8 kb dengan kemampuan Read While Wr ite. 8) Unit Interupsi internal dan eksternal. 9) Port antarmuka SPI. 10) EEPROM sebesar 512 byte yang dapat diprogram saat operasi. 11) Antarmuka komparator analog. analog. 12) Port USART untuk komunikasi serial.
8
Mikrokontroler ATMEGA8535 memiliki fitur pengkonversi sinyal analog menjadi sinyal digital yang disebut Analog to Digital Converter (ADC). Penjelasan tentang ADC pada ATMEGA8535 akan dibahas sebagai berikut. 2.1.1
Analog to Digital Converter
Analog to Digital Converter adalah fitur paling populer dari ATmega 8535. Dengan adanya fitur ini kita tidak perlu menggunakan ADC0804 untuk membaca sinyal analog. ATmega8535 memiliki 8 channel input ADC, dan hasil pembacaan ADC-nya beresolusi maksimum 10 bit. Adapun fitur dari ADC ATMega8535 adalah sebagai sebagai berikut: ·
Resolusi 10 bit.
·
Waktu konversi 65-260 us.
·
0 - Vcc range input ADC.
·
Memiliki 8 channel input.
·
Tiga mode pemilihan tegangan referensi.
Mode operasi ADC terbagi menjadi 2 yaitu sebagai berikut: A. Mode Konversi Konversi Tunggal (Single Conversion) Conversion)
Dalam mode ini, konversi dilakukan untuk sekali pembacaan sampel tegangan input. Konversi dimulai ketika bit ADSC di-set dan bit ini tetap set sampai satu kali konversi selesai, setelah itu bit ini otomatis di clear CPU. B. Mode Konversi Konversi Kontinu (Free (Free Running)
Dalam mode ini, konversi dilakukan secara terus menerus menerus (ADC membaca sampel tegangan input lalu dikonversi dan hasilnya ditampung di register ADCH dan ADCL secara terus menerus) Berikut adalah daftar register untuk menentukan menentukan setting sett ing ADC:
9
1. Register ADMUX
Register
ADMUX
(ADC
Multiplexer
Selection
Register)
digunakan untuk menentukan tegangan referensi dari ADC, menentukan format data hasil konversi ADC, menentukan channel ADC yang akan digunakan. Tabel 2.1 berikut ini akan memaparkan isi dari register ADMUX: Tabel 2.1 Daftar bit register ADMUX Bit 7 REFS1
Bit 6 REFS0
Bit 5 ADLAR
Bit 4 -
Bit 3 MUX3
Bit 2 MUX2
Bit 1 MUX1
Bit 0 MUX0
Penjelasan mengenai tabel 2.1 di atas adalah a dalah sebagai berikut: berikut: ·
Bit 7 (REFS1) dan bit 6 (REFS0) Reference Selection Bits digunakan untuk menentukan tegangan referensi ADC. Penjelasan mengenai konfigurasi bit 7 & 6 register ADMUX dapat dilihat pada tabel 2.2. Tabel 2.2 Konfigurasi bit 6 & 7 register ADMUX Bit 7
Bit 6
0
0
Tegangan Referensi
Pin AREF, internal Vref di matikan (off)
0
1
Pin AVCC, dengan kapasitor eksternal pada pin AREF
1
0
Tidak digunakan Tegangan referensi internal 2,56 V
1
1
dengan kapasitor eksternal pada pin AREF
·
Bit 5 – ADLAR (ADC Left Adjust Result)
10
Bit ini digunakan untuk menentukan format data hasil konversi. Isi bit ini dengan 1 (ADLAR=1) jika menggunakan resolusi 8 bit. ·
Bit 3, 2, 1 dan 0 - MUX3, MUX2, MUX1 dan MUX0 (Analog Channel Selection Bits) Keempat bit ini digunakan untuk menentukan channel ADC. Berikut ini adalah tabel yang berisi konfigurasi channel ADC. Tabel 2.3 Konfigurasi channel ADC Bit 3
Bit 2
Bit 1
Bit 0
Channel ADC
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
1
0
2
0
0
1
1
3
0
1
0
0
4
0
1
0
1
5
0
1
1
0
6
0
1
1
1
7
2. Register ADCSRA
Register ADCSRA (ADC Control and Status Register A) digunakan untuk menentukan waktu kapan harus mulai mengaktifkan fungsi analog to digital converter. Tabel 2.4 berikut ini akan memaparkan isi dari register ADCSRA. Tabel 2.4 Daftar bit register ADCSRA Bit 7
Bit 6
Bit 5
Bit 4
Bit 3
Bit 2
Bit 1
Bit 0
ADEN
ADSC
ADFR
ADIF
ADIE
ADPS2
ADPS1
ADPS0
11
·
Bit 7 – ADEN (ADC Enable) Bit ini digunakan untuk mengaktifkan ADC, bernilai awal 0, jika bernilai 1 maka ADC aktif.
·
Bit 6 – ADSC (ADC Start Conversion) Penge-set-an bit ini membuat ADC memulai konversi sinyal masukan. Ketika konversi telah selesai, selesai, maka otomatis bit bit ini di-clear.
·
Bit 5 – ADATE (ADC Auto Trigger Enable) Bit ini ini digunakan untuk mengatur sumber pemicu terjadinya konversi ADC. Jika bit ini di set maka akan mengaktifkan auto triggering register SFIOR dan menggunakan mode free running.
·
Bit 4 – ADIF (ADC Interupt Flag) Bit ini set ketika konversi ADC telah selesai dan Data Register telah terupdated. Bit ini otomatis di-clear ketika eksekusi interupsi ADC conversion conversion complete.
·
Bit 3 – ADIE (ADC Interupt Enable) Bit ini digunakan untuk mengaktifkan interupsi ADC Conversion Complete. Bernilai awal 0. Jika di-set di-set dan konversi konversi ADC telah selesai, maka sebuah interupsi akan akan dieksekusi sesuai sesuai dengan jenis interupsi interupsi yang ditulis di program pro gram..
·
Bit 2, 1 dan 0 – ADPS2, ADPS1 dan ADPS0 (ADC Prescaler Select Bit) Ketiga bit ini digunakan untuk menentukan faktor pembagi frekuensi clock CPU yang akan digunakan. Detail konfigurasinya dapat dilihat pada tabet 2.5 berikut ini.
12
Tabel 2.5 Konfigurasi faktor pembagi frekuensi clock CPU Bit 2
Bit 1
Bit 0
Clock
0
0
0
XTAL / 2
0
0
1
XTAL / 2
0
1
0
XTAL / 4
0
1
1
XTAL / 8
1
0
0
XTAL / 16
1
0
1
XTAL / 32
1
1
0
XTAL / 64
1
1
1
XTAL / 128
3. Register SFIOR
Register SFIOR (Special Function Input Output Register) merupakan register 8 bit pengatur sumber picu konversi ADC, apakah dari picu internal atau dari picu eksternal. untuk operasi ADC, bit ACME,PUD,PSR2 dan PSR10 tidak dipakai. Susunan register SFIOR dapat dilihat pada tabel 2.6 sebagai berikut : Tabel 2.6 Daftar bit register SFIOR S FIOR Bit 7
Bit 6
Bit 5
ADTS2
ADTS1
ADTS0
Bit 4 -
Bit 3
Bit 2
Bit 1
Bit 0
ACME
PUD
PSR2
PSR10
ADTS2, ADTS1 dan ADTS merupakan bit pengatur picu eksternal operasi ADC. Hanya berfungsi jika bit ADATE pada register ADCSRA bernilai 1. Bernilai awal 000 sehingga ADC bekerja pada Free Running dan tidak ada interupsi yang dihasilkan. Detail konfigurasinya dapat dilihat pada tabet 2.7 berikut ini.
13
Tabel 2.7 Konfigurasi pemicu eksternal operasi ADC ADTS2 ADTS1 ADTS0
2.2
Trigger Source
0
0
0
Free Running mode
0
0
1
Analog Comparator
0
1
0
External Interrupt Request 0
0
1
1
Timer/Counter0 Compare Match
1
0
0
Timer/Counter0 Overflow
1
0
1
Timer/Counter1 Compare Match B
1
1
0
Timer/Counter1 Overflow
1
1
1
Timer/Counter1 Capture Event Event
Motor DC sebagai Penggerak Kipas Angin
Motor DC, pada alat ini, digunakan sebagai penggerak kipas angin. Motor DC adalah motor yang memerlukan suplai tegangan searah pada kumparan jangkar dan kumparan medan untuk diubah menjadi energi mekanik. Motor DC terdapat dalam berbagai ukuran dan kekuatan, masing masing didesain untuk keperluan yang berbeda-beda namun secara umum memiliki fungsi dasar yang sama yaitu mengubah energi elektrik menjadi energi mekanik. Sebuah motor DC sederhana dibangun dengan menempatkan kawat yang dialiri arus di dalam medan magnet. Kawat yang membentuk loop ditempatkan sedemikian rupa di antara dua buah magnet permanen. Bila arus mengalir pada kawat, arus akan menghasilkan medan magnet sendiri yang arahnya berubah-ubah terhadap arah medan magnet permanen sehingga menimbulkan putaran. Keuntungan utama motor DC adalah sebagai pengendali kecepatan, yang tidak mempengaruhi kualitas pasokan daya. Terdapat 2 cara untuk mengatur tingkat kecepatan putar motor DC, yaitu dengan meningkatkan tegangan dinamo maka kecepatan putar kipas akan meningkat, dan dengan menurunkan arus medan maka akan kecepatan putar kipas. Berikut ini adalah gambar 2.2 tentang struktur motor DC.
14
Gambar 2.2 Struktur motor DC Sumber:
http://pictureofgoodelectroniccircuit.bl http://pictureofgoodelectroniccircuit.blogspot.com/2011/02/dc ogspot.com/2011/02/dc-motor-motor-
which-has-three-main.html
Berdasarkan struktur motor DC pada gambar 2.2, sebuah motor DC yang memiliki tiga t iga komponen utama: 1. Kutub medan
Secara sederhana digambarkan bahwa interaksi dua kutub magnet akan menyebabkan perputaran pada motor DC. Motor DC memiliki kutub medan yang stasioner dan dinamo yang menggerakan bearing pada ruang diantara kutub medan. Motor DC sederhana memiliki dua kutub medan: kutub utara dan kutub selatan. Garis magnetik energi membesar melintasi bukaan diantara kutub-kutub dari utara ke selatan. Untuk motor yang lebih besar atau lebih komplek terdapat satu atau lebih elektromagnet. Elektromagnet menerima listrik dari sumber daya dari luar sebagai penyedia struktur str uktur medan. 2. Dinamo
Bila arus masuk menuju dinamo, maka arus ini akan menjadi elektromagnet. Dinamo yang berbentuk silinder, dihubungkan ke as penggerak untuk menggerakan beban. Untuk kasus motor DC yang kecil, dinamo berputar dalam medan magnet yang dibentuk oleh kutub-kutub, sampai kutub utara dan
15
selatan magnet berganti lokasi. Jika hal ini terjadi arusnya arusnya berbalik untuk merubah kutub-kutub utara dan selatan dinamo. dinamo. 3. Commutator
Komponen ini terutama ditemukan dalam motor DC. Kegunaannya adalah untuk membalikan arah arus listrik dalam dinamo. Commutator juga membantu dalam transmisi arus antara dinamo dan sumber daya. Rumus untuk menghitung besarnya besarnya RPM (Rotation per Minute ) atau banyaknya putaran per menit adalah sebagai berikut :
∗
120 F RPM Ma Max x= P Keterangan: RPM Max = Nilai maksimal dari RPM (RPM) F = Frekuensi jala-jala (Hz) P = Jumlah kutub pada motor DC
2.3
IC L293 sebagai Motor Driver
IC L293D ini adalah suatu bentuk rangkaian daya tinggi terintegrasi yang mampu melayani 4 buah beban dengan arus nominal 600 mA hingga maksimum 1.2 A. Keempat channel inputnya didesain untuk dapat menerima masukan level logika TTL. Biasa dipakai sebagai driver relay, motor DC, motor steper maupun pengganti transistor sebagai saklar dengan kecepatan switching mencapai 5kHz. Driver tersebut berupa dua pasang rangkaian h-bridge yang masing-masing dikendalikan oleh enable 1 dan enable 2.
16
Gambar 2.3 Skematik IC L293
Berdasarkan pada gambar 2.3, konfigurasi pin-pin pada IC L293 adalah sebagai berikut 1) 1,2 EN / Enable 1 (Pin (P in 1): Enable 1 berfungsi sebagai pengaktif pengaktif masukan 1 (1A) dan masukan 2 (2A). Enable 1 diaktifkan dengan cara diberi tegangan 5 Volt. 2) 3,4 EN / Enable 2 (Pin (P in 9): Enable 2 berfungsi sebagai pengaktif pengaktif masukan 3 (3A) dan masukan 4 (4A). Enable 2 diaktifkan dengan cara diberi tegangan 5 Volt. 3) 1A (pin 2): 1A adalah masukan 1 untuk IC L293, dan hanya bisa berfungsi jika enable 1 diaktifkan. 4) 1Y (pin 3): 1Y adalah keluaran keluaran dari masukan 1 untuk IC L293. 5) 2A (pin 7): 1A adalah masukan 2 untuk IC L293, dan hanya bisa berfungsi jika enable 1 diaktifkan. 6) 2Y (pin 6): 2Y adalah keluaran keluaran dari masukan 2 untuk IC L293. 7) 3A (pin 10): 3A adalah masukan 3 untuk IC L293, dan hanya bisa berfungsi jika enable 2 diaktifkan. 8) 3Y (pin 11): 3Y adalah keluaran dari masukan 3 untuk IC L293. 9) 4A (pin 15): 4A adalah masukan 4 untuk IC L293, dan hanya bisa berfungsi jika enable 2 diaktifkan. 10) 4Y (pin 14): 4Y adalah keluaran dari masukan 4 untuk IC L293. 11) Vcc1 (pin 16): Vcc1 berfungsi sebagai masukan tegangan sebesar 5 Volt untuk IC L293.
17
12) Vcc2 (pin 8): Vcc2 berfungsi sebagai masukan tegangan sebesar 12 Volt untuk IC L293. 13) Ground (pin 4, 5, 12, & 13): Keempat pin ini berfungsi sebagai ground untuk IC L293. Pada IC L293, pin Enable 1 atau 2 diberi VCC 5 Volt untuk kecepatan penuh motor DC, dan untuk pengaturan kecepatan motor DC dapat dilakukan dengan metode PWM (Pulse Width Modulation) untuk kecepatan rotasi yang bervariasi tergantung dari level highnya. 2.3.1
Pulse Width Modulation
Pulse Width Modulation (PWM) adalah metode yang cukup efektif untuk mengendalikan kecepatan motor DC. PWM ini bekerja dengan cara membuat gelombang persegi yang memiliki perbandingan pulsa high terhadap pulsa low yang telah tertentu, biasanya diskalakan dari 0 hingga 100%. Gelombang persegi ini memiliki frekuensi tetap (biasanya max 10 KHz) namun lebar pulsa high dan low dalam 1 periode yang akan diatur. Perbandingan pulsa high terhadap low ini akan menentukan jumlah daya yang diberikan ke motor DC. Rumus untuk menentukan kecepatan putaran kipas yang dipengaruhi nilai PWM adalah sebagai berikut:
RPM =
RPM Ma Max x
∗ PWM
255
Keterangan: RPM = Jumlah putaran per menit (RPM) RPM Max = Nilai maksimal dari RPM (RPM) PWM = Nilai PWM dengan nilai maksimal 255
18
2.3
Passive Infrared Receiver sebagai Pendeteksi Manusia
Passive Infrared Receiver (PIR) merupakan sebuah sensor berbasis infrared. Akan tetapi, tidak t idak seperti sensor infrared kebanyakan yang terdiri dari IR LED dan fototransistor. PIR tidak memancarkan apapun seperti IR LED. Sesuai dengan namanya ‘Passive’, sensor ini hanya merespon energi dari pancaran sinar inframerah pasif yang dimiliki oleh o leh setiap objek bergerak yang terdeteksi olehnya. olehnya. Berikut ini adalah gambar 2.4 yang menerangkan tentang diagram rangkaian sensor PIR.
Gambar 2.4 Rangkaian sensor PIR Sumber: http://bagusrifqyalistia.wordpres http://bagusrifqyalistia.wordpress.com/2008/09/1 s.com/2008/09/12/cara-kerja-sens 2/cara-kerja-sensor-pir/ or-pir/
Pada gambar 2.4 terdapat rangkaian penyusun sensor PIR yang terdiri dari lensa Fresnel, IR filter, pyroelectric sensor, amplifier, dan comparator. Sensor PIR hanya bereaksi pada tubuh manusia saja disebabkan karena adanya IR Filter yang menyaring panjang gelombang sinar inframerah pasif. IR Filter dimodul sensor PIR ini mampu menyaring panjang gelombang sinar inframerah pasif antara 8 sampai 14 mikrometer, sehingga panjang gelombang yang dihasilkan dari tubuh manusia yang berkisar antara 9 sampai 10 mikrometer ini saja yang dapat dideteksi oleh sensor. Jadi, ketika seseorang berjalan melewati sensor, sensor sensor akan menangkap menangkap pancaran sinar inframerah in framerah pasif yang dipancarkan oleh tubuh manusia
19
yang memiliki suhu yang berbeda dari lingkungan. Pancaran sinar inframerah inilah yang kemudian ditangkap oleh Pyroelectric sensor yang merupakan inti inti dari dar i sensor PIR ini sehingga menyebabkan Pyroelectic sensor yang terdiri dari galium nitride, caesium nitrat dan litium tantalate menghasilkan arus listrik. Kemudian sebuah sirkuit s irkuit amplifier yang ada menguatkan menguatka n arus aru s tersebut t ersebut yang kemudian kemud ian dibandingkan oleh komparator sehingga sehingga menghasilkan output. out put.
2.4
LM35 sebagai Pendeteksi Suhu
Sensor LM35 adalah komponen elektronika yang memiliki fungsi untuk mengubah besaran suhu menjadi besaran listrik dalam bentuk tegangan. Cara kerja sensor LM35 dapat dilihat pada gambar 2.4 berikut ini.
Suhu
Gambar 2.5 Cara Kerja sensor LM35 Sumber: http://ilham99.ngeblogs.com/2009/10/04 http://ilham99.ngeblogs.com/2009/10/04/pengertian-sen /pengertian-sensor/ sor/
Berdasarkan pada gambar 2.5, Untuk komponen sensor suhu, parameter ini harus dipertimbangkan dan ditangani dengan baik karena hal ini dapat menyebabkan menyebabkan
kesalahan
pengukuran.
Seperti
sensor
suhu
jenis RTD
PT100 atau PT1000 misalnya, misalnya, komponen ini tidak boleh dieksitasi oleh arus melebihi 1 miliampere, miliamper e, jika melebihi, maka sensor akan mengalami selfheating yang menyebabkan hasil pengukuran senantiasa lebih t inggi dibandingkan suhu yang sebenarnya. sebenarnya. Berikut ini adalah spesifikasi dari sensor LM35: 1) Dapat dikalibrasi langsung ke dalam besaran Celcius. 2) Faktor skala linier +10mV/ °C. 3) Tingkat akurasi 0,5°C saat suhu kamar (25°C).
20
4) Jangkauan suhu antara -55°C sampai 150°C. 5) Tegangan masukan 4 Volt hingga 30 Volt. 6) Kerja kurang dari 60 µA. 7) Impedansi keluaran rendah 0,1 Ω untuk beban 1 mA. Rumus perbandingan besarnya tegangan listrik yang dihasilkan dengan suhu yang dideteksi oleh sensor LM35 adalah sebagai berikut:
Suhu =
V 10
Keterangan: Suhu = Suhu yang dideteksi oleh sensor LM35 (°C) V = Besar tegangan yang dihasilkan (mV) Agar mikrokontroler mampu membaca suhu yang diterima sensor LM35 dengan tepat, maka besarnya suhu yang diterima LM35 harus dikonversi terlebih dahulu menggunakan rumus berikut ini:
Suhu ADC=
Suhu
∗ 175 − 12
255
Keterangan: Suhu ADC = Nilai suhu yang terbaca pada mikrokontroler Suhu = Nilai suhu yang terdeteksi oleh sensor LM35 (°C)
2.5
Liquid Crystal Display sebagai Layar Tampilan
Liquid Crystal Display (LCD) dapat dengan mudah dihubungkan dengan mikrokontroller seperti ATMEGA8535. Sesuai standarisasi yang cukup terkenal digunakan banyak vendor LCD, yaitu HD44780, yang memiliki chip kontroler Hitachi
44780.
LCD
bertipe
ini
memungkinkan
pemrogram
untuk
21
mengoperasikan mengoperasikan komunikasi data secara 8 bit atau at au 4 bit. Berikut adalah rangkaian rangkaian interface LCD dan susunan umum kaki LCD bertipe bert ipe HD44780.
Gambar 2.6 Skemati S kematik k Rangkaian Interface I nterface LCD
Berdasarkan gambar 2.6, Jika menggunakan jalur data 4 bit akan ada 7 jalur (3 untuk jalur kontrol & 4 untuk jalur data). Jika menggunakan jalur data 8 bit maka akan ada 11 jalur (3 untuk jalur kontrol & 8 untuk jalur data). Tiga jalur kontrol ke LCD ini adalah EN ( Enable), RS ( Register Select ) dan R/W Read Write). ( Read / Write
Tabel 2.8 Daftar Pin LCD HD44780 PIN
Nama
Fungsi
1
GND
Ground
2
VCC
Sumber tegangan 5 volt
3
VEE
Pengaturan Pengaturan kontras Pemilihan Register
4
RS
0 = Register Instruksi 1 = Register Data
5
R/W
Mode Baca/ Tulis 0 = Mode Tulis
22
1 = Mode Baca Enable 6
E
0 = start to lacht data to LCD character 1= disable
7
DB0
LSB/Data 0
8
DB1
Data 1
9
DB2
Data 2
10
DB3
Data 3
11
DB4
Data 4
12
DB5
Data 5
13
DB6
Data 6
14
DB7
MSB/Data 7
15
BPL
Back Plane Light
16
GND
Ground
Berdasarkan pada tabel 2.8, terdapat Jalur EN yang dinamakan Enable. Jalur ini digunakan untuk memberitahu LCD bahwa sedang mengirimkan sebuah data. Untuk mengirimkan data ke LCD, maka melalui program EN harus dibuat logika low “0” dan set pada dua jalur kontrol yang lain RS dan RW. Ketika dua jalur yang lain telah siap, set EN dengan logika “1” dan tunggu untuk sejumlah waktu tertentu (sesuai dengan datasheet dari LCD tersebut ) dan berikutnya set EN ke logika low “0” lagi. Jalur RS adalah jalur Register Select. Ketika RS berlogika low “0”, data akan dianggap sebagai sebuah perintah atau instruksi khusus (seperti clear screen, posisi petunjuk, dll). Ketika RS berlogika high “1”, data yang dikirim adalah data
23
teks yang akan ditampilkan pada tampilan LCD. Sebagai contoh, untuk menampilkan huruf “T” pada layar LCD maka RS harus diset logika high “1”. Jalur R/W adalah jalur kontrol Read/ Write. Ketika R/W berlogika low (0), maka informasi pada bus data akan dituliskan pada layar LCD. Ketika R/W berlogika high “1”, maka program akan melakukan pembacaan memori dari LCD. Sedangkan pada aplikasi umum kaki R/W selalu diberi logika low “0”.
2.6
Bahasa C sebagai Bahasa Program Mikrokontroler
Pada alat kipas angin otomatis oto matis ini dibutuhkan sebuah bahasa pemrograman pemrograman yang
dapat
dibaca
oleh
mikrokontroler
ATMEGA8535,
yaitu
bahasa
pemrograman C. Bahasa C merupakan perkembangan dari bahasa BCPL yang dikembangkan dikembangkan oleh Martin Richards pada tahun 1967. Aplikasi bahasa C : ·
Bahasa C pertama kali digunakan di Computer Digital Equipment Corporation PDP-11 yang menggunakan system operasi UNIX.
·
Bahasa C juga digunakan untuk menyusun operasi Linux
·
Banyak bahasa pemrogaman popular seperti PHP dan Java menggunakan sintaks dasar mirip bahasa C.
Kelebihan Bahasa C ·
Bahasa C tersedia hampir di semua jenis komputer
·
Kode bahasa C sifatnya adalah portable dan fleksible untuk semua jenis computer
·
Bahasa C hanya menyediakan sedikit kata-kata kunci, hanya terdapat 32 kata kunci
·
Proses executable program bahasa C lebih cepat
·
Dukungan pustaka yang banyak
·
C adalah bahasa yang terstruktur
24
·
Bahasa C termasuk bahasa tingkat menengah Untuk melakukan pemrograman dalam mikrokontroler AVR, Atmel telah
menyediakan software khusus yang dapat diunduh dari website resmi Atmel. Software tersebut adalah AVR Studio. Untuk melakukan pemindahan dari komputer
ke
dalam
chip,
dapat
digunakan
beberapa
cara
seperti
menggunakan kabel JTAG atau menggunakan STNK buatan Atmel.
2.7
Persentase Kesalahan Pengukuran
Di dalam setiap pengukuran dari sebuah percobaan tidak akan terlepas dari kesalahan
pengukuran.
Perbedaan
yang
muncul
akibat
pengukuran
bisa
diakibatkan oleh banyak hal salah satunya kesalahan sistematis. Selisih antara pengukuran pengukuran dan da n perhitungan merupakan faktor besarnya kesalahan pengukuran. Untuk mencari besarnya persentase kesalahan pengukuran maka nilai pengukuran harus dibandingkan dengan hasil perhitungan. Nilai untuk Ketidak Pastian Relatif (KTPr) dari suatu percobaan dapat dihitung menggunakan rumus berikut.
KTPr =
|ΔT| | T|
Keterangan: ΔT
= Selisih nilai pengukuran dengan nilai teori
T = Nilai teori Sehingga didapat persamaan untuk Persentase Kesalahan Kesalahan (PK) (P K) pengukuran:
PK =
|ΔT| ∗ 100% | T|
BAB 3 PERANCANGAN ALAT
Dalam pembuatan sebuah alat elektronika yang berbasis mikrokontroler, ada 2 hal penting yang harus diperhatikan yaitu cara kerja alat tersebut dari tahap input hingga output, juga bentuk pemrograman yang ditanamkan ke dalam mikrokontrolernya. Agar alat tersebut dapat bekerja sesuai yang diinginkan, maka terlebih dahulu harus dibuat perancangan alat, yang terdiri dari perancangan perangkat keras dan perangkat lunak atau pemrogramannya.
3.1
Perancangan Perangkat Keras
Pembahasan pada perancangan perangkat keras kipas angin otomatis hemat energi akan mencakup 3 bahasan. Pertama, perancangan alur kerja rangkaian, yaitu tentang rancangan awal cara kerja alat secara bertahap. Kedua, perancangan rangkaian alat, yang membahas seputar bagaimana alat dirancang. Dan ketiga, perancangan maket alat, yang membahas tentang rancangan bentuk jadi alat.
3.1.1
Perancangan Perancangan Alur Kerja Alat
Alur kerja robot ini dibagi menjadi 4 blok yaitu blok aktivator, blok masukan, blok proses, dan blok keluaran. Gambar 2.1 berikut ini adalah gambar diagram rancangan alur kerja alat, serta penjelasannya. penjelasannya.
25
26
Gambar 3.1 Rancangan alur kerja kipas angin otomatis
Berdasarkan gambar 3.1 di atas, alur alur kerja alat dimulai dari blok aktivator. aktivator. Blok aktivator berfungsi sebagai pengaktif atau pemberi sumber tegangan ke ketiga blok di bawahnya, yaitu blok input, blok proses, dan blok output. Blok masukan meliputi sensor PIR dan sensor LM35. Input dari alat ini berasal dari pendeteksian ada atau tidaknya keberadaan manusia menggunakan sensor PIR, dan suhu ruangan menggunakan sensor LM35. Hasil pendeteksian kedua sensor ini digunakan sebagai masukan ke blok proses. Blok proses pada alat ini berupa mikrokontroler ATMEGA8535. Input dari sensor PIR dan sensor LM35 diteruskan ke blok proses, yaitu yaitu mikrokontroler mikro kontroler ATMEGA8535 untuk memproses dan menentukan output ke port PC0 & PC1 ATMEGA8535, dan selanjutnya diteruskan ke driver motor L293. Pada blok output, output dari mikrokontroler disalurkan menuju LCD, untuk menampilkan suhu & IC L293, untuk menggerakkan motor DC. Tegangan +12V yang masuk ke L293 digunakan untuk memperkuat tegangan yang masuk ke Motor DC, sehingga Motor DC pun dapat berputar.
27
3.1.2
Perancangan Rangkaian Alat
Setelah membuat rancangan alur kerja alat, maka selanjutnya merancang rangkaian alat sesuai dengan alur kerja alat. Setiap komponen elektronika yang digunakan pada alat ini memiliki fungsi yang berbeda-beda, namun saling mendukung satu sama lain. Oleh karena itu, bentuk desain rangkaian alat dibuat agar menjadi kaidah dalam pemasangan komponen-komponen elektronikanya.Di bawah ini adalah gambar 3.2 yang menggambarkan rancangan rangkaian alat secara keseluruhan.
Gambar 3.2 Rancangan rangkaian alat secara keseluruhan
Berdasarkan rancangan rangkaian alat pada gambar 3.2, pemasangan komponen utama dan komponen pendukung pada rangkaian alat akan dijelaskan sebagai berikut.
28
1) Sebuah Resistor
& kapasitor
polar
dihubungkan ke port
Reset
ATMEGA8535. Berikut ini adalah bentuk pemasangannya yang terdapat pada gambar 3.3.
Gambar 3.3 Rancangan alat secara detail 1
Berdasarkan pemasangan komponen seperti gambar 3.3 di atas, bagian bagian ini
berfungsi
sebagai
penghapus
program
yang
ditanamkan
di
ATMEGA8535 yang diperlukan saat memperbaiki kesalahan dalam pemrograman.
2) 1 Xtal dan 2 kapasitor non polar dihubungkan ke port Xtal1 & Xtal2 ATMEGA8535. Berikut ini adalah bentuk pemasangannya yang terdapat pada gambar 3.4.
Gambar 3.4 Rancangan alat secara detail 2
29
Berdasarkan pemasangan komponen seperti gambar 3.4 di atas, bagian ini berfungsi sebagai penghasil sumber clock bagi ATMEGA8535.
3) Vout sensor LM35 dihubungkan ke port A.0 ATMEGA8535. Berikut ini adalah bentuk pemasangan sensor LM35 dengan ATMEGA8535 yang terdapat pada gambar 3.5.
Gambar 3.5 Rancangan alat secara detail 3
Berdasarkan pemasangan komponen seperti gambar 3.5 di atas, bagian ini memanfaatkan port A yang memiliki fungsi Analog to Digital Converter (ADC) sebagai pengkonversi nilai suhu dari sensor LM35 yang berupa sinyal analog, menjadi sinyal digital agar dapat dibaca dan diproses oleh ATMEGA8535.
4) Vout sensor Sensor PIR dihubungkan dengan port B.0 ATMEGA8535. Berikut ini adalah bentuk pemasangan sensor PIR dengan ATMEGA8535 yang terdapat pada gambar 3.6.
Gambar 3.6 Rancangan alat secara detail 4
30
Berdasarkan pemasangan komponen seperti gambar 3.5 di atas, bagian ini berfungsi sebagai Sensor PIR ditempatkan di port yang berbeda dari sensor suhu, karena port A sudah digunakan untuk input ADC.
5) Pin 10 L293 dihubungkan ke port C.0 ATMEGA8535, pin 15 IC L293 dihubungkan ke port C.1 ATMEGA8535, dan Enable2 (pin 9) L293 dipasangkan ke port C.2 ATMEGA8535. Berikut ini adalah bentuk pemasangannya yang terdapat pada gambar 3.7.
Gambar 3.7 Rancangan alat secara detail 5
Berdasarkan pemasangan komponen seperti gambar 3.7 di atas, pada bagian ini port C.0 & C.1 berfungsi sebagai masukan untuk kaki positif & negatif kipas angin melalui L293, sedangkan port C.2 untuk masukan PWM-nya.
6) Motor DC dihubungkan ke pin output L293 yaitu pin 11 & 14. Berikut ini adalah bentuk pemasangannya yang terdapat pada gambar 3.8.
31
Gambar 3.8 Rancangan alat secara detail 6
Berdasarkan pemasangan komponen seperti gambar 3.8 di atas, bagian ini berfungsi sebagai penggerak kipas angin dengan cara memberi masukan ke kaki positif dari motor DC. 7) Liquid Crystal Display (LCD) dihubungkan dengan port C.0 sampai C.8. Berikut ini adalah bentuk pemasangan LCD dengan kedelapan kedelapan port D pada gambar 3.9.
Gambar 3.9 Rancangan alat secara detail 7
32
Berdasarkan pada gambar 3.9, LCD dipasangkan ke kedelapan port D karena port A, B, dan C sudah digunakan.
3.1.3
Perancangan Perancangan Maket M aket Alat
Maket kipas angin otomatis ini perlu dirancang bentuknya agar komponen-komponen utamanya dapat berfungsi tanpa saling mengganggu satu sama lain. Maket ini dibagi menjadi 4 bagian, yang terdiri dari bagian sensor PIR, bagian sensor LM35, bagian kipas angin, dan bagian kotak komponen. Gambar 3.9 berikut ini adalah gambar tentang rancangan maket kipas angin otomatis.
Gambar 3.10 Desain maket alat tampak depan
Berdasarkan desain maket pda gambar 3.9, di bagian dalam boks maket terdapat papan PCB rangkaian elektronika alat. Kipas angin diletakkan pada bagian atas maket, yang ditujukan agar hembusan anginnya tidak mengganggu sensor PIR dan LM35 yang diletakkan di depan boks maket. Kemudian, sensor PIR diletakkan di depan boks maket dan diarahkan searah dengan hembusan angin kipas angin, agar mampu mendeteksi keberadaan manusia di depan kipas angin. Dan untuk sensor LM35 diletakkan di depan boks maket, agar mampu mendeteksi suhu tanpa terganggu hembusan angin dari kipas angin. Sedangkan untuk LCD, dipasang di depan agar mudah mengetahui nilai suhu & kecepatan putar kipas.
33
3.2
Perancangan Perancangan Program
Perancangan program kipas angin otomatis hemat energi dimulai dari tahap pembuatan algoritma program yaitu mendesain flowchart dari program, kemudian pembuatan program yaitu membuat program dalam bahasa C, dan terakhir tahap pengisian program yaitu memasukkan program yang sudah dibuat dalam bahasa C ke dalam mikrokontroler ATMEGA8535.
3.2.1
Algoritma Program
Untuk mempermudah pembuatan program alat kipas angin otomatis hemat energi, maka dibuatlah sebuah diagram flowchart yang menjelaskan cara kerja alat tahap demi tahap berdasarkan pemrograman yang akan dimasukkan ke dalamnya. Flowchart program dari alat kipas angin otomatis dapat dilihat pada gambar 3.10 berikut ini.
34
2
Aktifkan kipas dengan putaran pelan & tampilkan kondisi kipas & suhu di LCD
Ya
Suhu >= 28°C & Suhu < 30°C
1
Tidak
Aktifkan kipas dengan putaran sedang & tampilkan kondisi kipas & suhu di LCD
Ya
Suhu >= 30°C & Suhu < 32°C Tidak
Aktifkan kipas dengan putaran kencang & tampilkan kondisi kipas & suhu di LCD
Gambar 3.11 Flowchart program kipas angin otomatis
Berdasarkan pada gambar 3.11, diagram flowchart kipas angin otomatis di atas terbagi menjadi beberapa langkah, yaitu sebagai berikut: 1) Langkah pertama, dimulai dari terminal “Mulai” yang menandakan awal dari program. 2) Langkah kedua, yaitu memasuki pilihan “Ada sumber DC?”. Jika ada sumber DC maka program berlanjut ke langkah ketiga, dan jika tidak maka program berakhir pada terminal “Selesai”. 3) Langkah ketiga, yaitu memasuki pilihan “Ada gerakan?”, jika ada gerakan maka program berlanjut ke langkah keempat, keempat, dan jika tidak t idak maka program akan memberikan keluaran berupa “Kipas diam & LCD mati”, kemudian kembali ke langkah kedua. 4) Langkah keempat, yaitu menentukan apakah “Suhu < 28°C” atau tidak. Jika ya maka program memberikan keluaran berupa keadaan “Kipas diam
35
& tampilkan kondisi kipas & suhu di LCD”, kemudian berlanjut ke “jeda pembacaan suhu”, dan jika tidak maka program berlanjut ke langkah kelima. Setelah itu, program akan mengulang kembali ke langkah kedua. kedua. 5) Langkah kelima, yaitu menentukan apakah “Suhu >= 28°C & suhu < 30°C” atau tidak. Jika ya maka program memberikan keluaran berupa “Aktifkan kipas dengan putaran pelan & tampilkan kondisi kipas & suhu di LCD”, kemudian berlanjut ke “jeda pembacaan suhu”, dan jika tidak maka program berlanjut ke langkah keenam. Setelah itu, program akan mengulang kembali ke langkah kedua. 6) Langkah keenam, yaitu menentukan apakah “Suhu >= 30°C & suhu < 32°C” atau tidak. Jika ya maka program memberikan keluaran berupa “Aktifkan kipas dengan putaran sedang & tampilkan kondisi kipas & suhu di LCD”, kemudian berlanjut ke “jeda pembacaan suhu”, dan jika tidak maka program memberikan keluaran berupa keadaan “Aktifkan kipas dengan putaran kencang & tampilkan kondisi kipas & suhu di LCD”, kemudian berlanjut ke “jeda pembacaan suhu”. Setelah itu, program akan mengulang kembali ke langkah kedua. Berdasarkan pada gambar 3.11, spesifikasi rancangan program kipas angin otomatis dapat dijabarkan pada tabel 3.1 berikut ini. Tabel 3.1 Spesifikasi rancangan program kipas angin otomatis Gerakan manusia
Suhu
Tindakan Kipas diam & LCD
Ada
Suhu < 28°C
menampilkan kondisi suhu & kipas di LCD Kipas berputar pelan &
Ada
Suhu >= 28 °C & suhu < 30°C
LCD menampilkan kondisi suhu & kipas di LCD
36
Kipas berputar sedang & Ada
Suhu >= 30 °C & suhu < 32°C
LCD menampilkan kondisi suhu & kipas di LCD Kipas berputar kencang &
Suhu > 32°C
Ada
LCD menampilkan kondisi suhu & kipas di LCD
Tidak ada
Suhu < 28 °C
Kipas diam & LCD mati
Tidak ada
Suhu >= 28 °C & suhu < 30°C
Kipas diam & LCD mati
Tidak ada
Suhu >= 28 °C & suhu < 30°C
Kipas diam & LCD mati
Tidak ada
Suhu > 32 °C
Kipas diam & LCD mati
Spesifikasi rancangan program pada tabel 3.1 di atas menunjukkan bahwa ada 4 kondisi dimana kipas & LCD mati, 3 kondisi dimana kipas & LCD menyala, dan 1 kondisi dimana kipas mati mat i & LCD menyala. menyala.
3.2.2
Pembuatan Program
Pembuatan program dimulai dengan membuat listing program dengan menggunakan bahasa C. Berikut ini adalah program bahasa C untuk kipas angin otomatis hemat energi beserta penjelasan programnya. Dalam pemrograman ini, hal yang pertama kali dilakukan adalah memanggil library pengarah pre-processor, dalam hal ini pre-processor adalah ATmega8535, serta pemanggilan fungsi pustaka stdio, delay, dan LCD. Listing program untuk pemanggilan library tersebut adalah sebagai berikut. #include #include #include #include
37
Langkah selanjutnya adalah mendefinisikan PORTC.0 sebagai kipas1, PORTC.1 sebagai kipas2, PORTC.2 sebagai fungsi PWM, dan tipe tegangan referensi dengan nilai ADC 0x40. Listing program untuk pendefinisian tersebut adalah sebagai berikut. #define kipas1 PORTC.0 #define kipas2 PORTC.1 #define pwm PORTC.2 #define ADC_VREF_TYPE 0x40
Untuk menampilkan angka dan huruf pada LCD, maka LCD yang dihubungkan ke PORTD harus diinisialisasi ter lebih dahulu dengan menggunakan menggunakan listing program berikut ini. #asm .equ __lcd_port=0x12 ;PORTD #endasm
Setelah itu, menginisialisasi fungsi PWM. ISR Timer 0 dieksekusi secara periodik ketika Timer 0 overflow. Lamanya tergantung nilai Timer/Counter 0 (TCNT0). Periode pulsa ditentukan oleh TCNT0. Nilai maksimumnya 0xFF atau 255d. Duty cycle PWM untuk motor kipas angin ditentukan oleh nilai npwm. Nilai maksimum npwm adalah 255. Listing program untuk perintah tersebut adalah sebagai berikut. unsigned char cont, npwm; interrupt [TIM0_OVF] void timer0_ovf_isr(void) { cont++; if (npwm>=cont)pwm=1; else pwm=0; TCNT0=0xFF; }
38
Selanjutnya adalah pembuatan subrutin untuk stop. Subrutin stop yaitu berupa perintah untuk menghentikan kipas dengan memberikan nilai 0 ke kipas1, kipas2, dan npwm. Listing program untuk perintah tersebut adalah sebagai berikut. void stop(void) { kipas1=0;kipas2=0;npwm=0; }
Berikutnya adalah pembuatan subrutin untuk pelan, yaitu memutar kipas dengan kecepatan pelan dengan memberikan nilai kipas1 = 0, kipas2 = 1, dan npwm = 75. Listing program untuk perintah tersebut adalah sebagai berikut. void pelan(void) { kipas1=0;kipas2=1;npwm=75; }
Subrutin untuk sedang, yaitu memutar kipas dengan kecepatan sedang dengan memberikan nilai kipas1 = 0, kipas2 = 1, dan npwm = 150. Listing program untuk perintah tersebut adalah sebagai berikut. void sedang(void) { kipas1=0;kipas2=1;npwm=150; }
Setelah itu adalah pembuatan subrutin untuk kencang, yaitu memutar kipas dengan kecepatan penuh dengan memberikan nilai kipas1 = 0, kipas2 = 1, dan npwm = 255. Listing program untuk perintah tersebut adalah sebagai berikut. void kencang(void) { kipas1=0;kipas2=1;npwm=255; }
39
Perintah selanjutnya yaitu menginisialisasi ADC dengan menentukan nilai untuk ADMUX = adc_input| ADC_VREF_TYPE, ADCSRA|=0x40, serta inisialisasi tipe data yang ditampilkan di LCD. Listing program untuk perintah tersebut adalah sebagai berikut. unsigned int read_adc(unsigned char adc_input) { ADMUX=adc_input|ADC_VREF_TYPE; ADCSRA|=0x40; delay_us(10); while ((ADCSRA & 0x10)==0); ADCSRA|=0x10; return ADCW; } unsigned char buff[33]; void lcd_putint(unsigned int dat) { sprintf(buff,"%d ",dat); lcd_puts(buff); }
Perintah
berikutnya
adalah
menginisialisasi
PORTA
yang
dikonfigurasikan sebagai input (PA0 s/d PA7). Listing program untuk perintah tersebut adalah sebagai berikut. void main(void) { unsigned int suhu; float adc; DDRA=0x00; PORTA=0x00;
40
Perintah
berikutnya
adalah
menginisialisasi
PORTB
yang
dikonfigurasikan sebagai input (PB0 s/d PB7). Listing program untuk perintah tersebut adalah sebagai berikut. DDRB=0x00; PORTB=0xFF;
Perintah
berikutnya
adalah
menginisialisasi
PORTC
yang
dikonfigurasikan sebagai output (PC0 s/d PC7). Listing program untuk perintah tersebut adalah sebagai berikut. PORTC=0x00; DDRC=0xFF;
Kemudian, menentukan nilai dari ketiga register ADC, yaitu ADMUX dengan nilai ADC_VREF_TYPE , ADCSRA dengan nilai 0x85, dan SFIOR dengan nilai 0xEF. Listing program untuk perintah tersebut adalah sebagai berikut. berikut. TCCR0=0x01; TCNT0=0x00; OCR0=0x00; TIMSK=0x01; ADMUX=ADC_VREF_TYPE; ADCSRA=0x85; SFIOR&=0xEF; lcd_init(16);
Pada bagian ini, jika sensor PIR aktif, atau PORTB = 0xFE, maka lanjutkan ke baris program selanjutnya. Listing program untuk perintah tersebut adalah sebagai berikut. while (1) { switch (PINB) {
41
case 0xFE:
Nilai variabel adc berasal dari read_adc. Kemudian, mengkalibrasi nilai ADC agar sesuai dengan suhu sebenarnya. Setiap rangkaian memiliki error yg berbeda-beda. jadi nilai untuk kalibrasi harus disesuaikan. Listing program untuk perintah tersebut adalah sebagai berikut. adc = read_adc(1); adc=adc/255; suhu=adc*175; suhu=suhu-12;
Jika nilai suhu lebih kecil dari 28 °C, maka loncat ke subrutin stop dan tampilkan “Suhu= X°C”, dengan X sebagai nilai suhunya. Jeda waktu 0,5 detik pada LCD dibutuhkan agar LCD tidak terlalu cepat melakukan perubahan pada layarnya. Listing program untuk perintah tersebut adalah sebagai berikut. if (suhu<28) { stop(); lcd_gotoxy(0,0); lcd_putsf("suhu= "); lcd_putint(suhu); lcd_gotoxy(9,0); lcd_putchar(0xDF); lcd_gotoxy(10,0); lcd_putsf(“C”); lcd_gotoxy(0,1); lcd_putsf(“kipas mati”); delay_ms(500); lcd_clear(); }
Jika nilai suhu antara 28 °C hingga di bawah 30 °C, maka loncat ke subrutin pelan dan tampilkan “Suhu= X °C”, dengan X sebagai nilai suhunya. Jeda waktu 0,5 detik pada LCD dibutuhkan agar LCD tidak terlalu cepat melakukan perubahan pada layarnya. Listing program untuk perintah tersebut adalah sebagai berikut. else if (suhu>=28 && suhu<30) {
42
pelan(); lcd_gotoxy(0,0); lcd_putsf("suhu= "); lcd_putint(suhu); lcd_gotoxy(9,0); lcd_putchar(0xDF); lcd_gotoxy(10,0); lcd_putsf(“C”); lcd_gotoxy(0,1); lcd_putsf(“kipas pelan”); delay_ms(500); lcd_clear(); }
Jika nilai suhu antara 30 °C hingga di bawah 32 °C, maka loncat ke subrutin sedang dan tampilkan “Suhu= X °C”, dengan X sebagai nilai suhunya. Jeda waktu 0,5 detik pada LCD dibutuhkan agar LCD tidak terlalu cepat melakukan perubahan pada layarnya. Listing program untuk perintah tersebut adalah sebagai berikut. else if (suhu>=30 && suhu<32) { sedang(); lcd_gotoxy(0,0); lcd_putsf("suhu= "); lcd_putint(suhu); lcd_gotoxy(9,0); lcd_putchar(0xDF); lcd_gotoxy(10,0); lcd_putsf(“C”); lcd_gotoxy(0,1); lcd_putsf(“kipas sedang”); delay_ms(500); lcd_clear(); }
Jika nilai suhu di atas 32°C, maka loncat ke subrutin pelan dan tampilkan “Suhu= “Suhu= X°C”, dengan X sebagai nilai suhunya. Jeda waktu 0,5 detik pada LCD dibutuhkan agar LCD tidak terlalu cepat melakukan perubahan pada layarnya. Listing program untuk perintah tersebut adalah sebagai berikut. else if (suhu>=32) { kencang(); lcd_gotoxy(0,0); lcd_putsf("suhu= "); lcd_putint(suhu);
43
lcd_gotoxy(9,0); lcd_putchar(0xDF); lcd_gotoxy(10,0); lcd_putsf(“C”); lcd_gotoxy(0,1); lcd_putsf(“kipas kencang”); delay_ms(500); lcd_clear(); } Break;
Pada bagian ini, jika sensor PIR tidak aktif, atau PORTB = 0xFF, maka panggil subrutin stop dan tampilkan “Suhu= X °C”, dengan X sebagai nilai suhunya. suhunya. Jeda waktu 0,5 detik det ik pada LCD dibutuhkan agar LCD tidak terlalu ter lalu cepat melakukan perubahan pada layarnya. Listing program untuk perintah tersebut adalah sebagai berikut. default : stop(); }; } }
3.2.3
Pengisian Program
Untuk mengisikan program ke dalam mikrokontroler terlebih dahulu harus dilakukan beberapa beberapa langkah seperti pada gambar 3.11 berikut ini.
Gambar 3.12 Blok proses downloader
44
Berdasarkan pada gambar 3.12, langkah proses downloader dimulai dari mengubah mengubah program sumber assembly atau C menjadi menjadi program obyek melalui proses assembly terlebih dahulu. Untuk melakukan proses assembly dibutuhkan sebuah program yang disebut program assembler yang berfungsi melakukan konversi ke dalam program progr am obyek di mana program obyek tersebut dapat berbentuk berbentuk HEX atau BIN. Selain program obyek program assembler juga dapat menghasilkan file listing assembly. Program obyek yang merupakan hasil dari proses assembly dapat didownload ke dalam sistem mikrokontroler menggunakan Programmer ISP melalui ISP Port. Proses pemrograman dapat menggunakan ISP Cable atau DUISP untuk computer yang menggunakan Port USB. Berikut ini adalah gambar 3.12 yaitu konfigurasi dari program kipas angin otomatis. oto matis.
Gambar 3.13 Konfigurasi program kipas angin otomatis
45
Penjelasan konfigurasi pada gambar 3.13 & langkah pengisian program, akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Langkah pertama adalah dengan membuka Program Code Vision, dan selanjutnya membuka salah satu project. 2. Langkah kedua, yaitu memilih mikrokontroler ATMEGA8535 sebagai mikrokontroler yang digunakan pada project. 3. Langkah ketiga, yaitu menyimpan project dengan cara memilih Generate Save and Exit, kemudian memberi nama sesuai ekstensi yang sudah ditentukan oleh Wizzard. 4. Langkah keempat, yaitu memilih menu Project, kemudian Configure, lalu After make. Agar proses programming langsung dijalankan saat proses compile selesai, maka Program the Chip harus dipilih. 5. Langkah kelima, yaitu memasukkan program yang diperlukan untuk menjalankan alat kipas angin otomatis dalam bahasa C. 6. Langkah terakhir, yaitu mendownload program bahasa C yang sudah dibuat ke dalam mikrokontroler ATMEGA8535 dengan cara menekan tombol Shift + F9, kemudian OK.
BAB 4 HASIL DAN ANALISIS
Setelah Setelah kipas kipas angin angin otomatis otomatis hemat hemat energi energi selesai selesai dibuat, dibuat, maka maka pada bab ini akan dilakukan pembahasan tentang uji coba alat. Pengujian alat kipas angin terbagi menjadi pengujian jarak deteksi gerakan manusia, pengujian ketepatan deteksi suhu, pengujian kecepatan kipas angin, dan pengujian kerja kipas angin otomatis.
4.1
Pengujian Jarak Deteksi Gerakan Manusia
Sensor PIR pada kipas angin otomatis ini memiliki kemampuan mendeteksi keberadaan manusia berdasarkan gerakan & pancaran gelombang infra merah yang berasal dari manusia. Pengujian kemampuan sensor PIR ini dimaksudkan dimaksudkan untuk mengetahui mengetahui jarak efektif dari sensor PIR, yang memiliki jarak pendeteksian maksimal 1000 cm, saat mendeteksi gerakan manusia. Bentuk pengujiannya pengujiannya adalah seperti pada gambar 4.1 berikut ini.
Gambar 4.1 Pengujian cara kerja sensor PIR PI R pada kipas angin otomatis
Berdasarkan gambar 4.1, pengujian deteksi gerakan manusia dilakukan dengan melakukan gerakan tangan atau anggota tubuh lainnya di depan sensor
46
47
PIR dengan berbagai variasi jarak. Hasil dari pengujiannya dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini. Tabel 4.1 Hasil pengujian jarak deteksi gerakan manusia
No.
Jarak Pendeteksian
1
Kekuatan Gerak yang Terdeteksi Pelan
Sedang
Cepat
100 cm
Ya
Ya
Ya
2
200 cm
Ya
Ya
Ya
3
240 cm
Ya
Ya
Ya
4
250 cm
Tidak
Ya
Ya
5
300 cm
Tidak
Ya
Ya
6
450 cm
Tidak
Ya
Ya
7
600 cm
Tidak
Ya
Ya
8
610 cm
Tidak
Tidak
Ya
9
620 cm
Tidak
Tidak
Ya
10
650 cm
Tidak
Tidak
Ya
Hasil percobaan seperti pada tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa sensor PIR mendeteksi gerakan yang berbeda-beda sesuai dengan jarak pendeteksiannya. Kategori gerakan manusia yang terdeteksi terbagi menjadi 3 dimana semakin jauh jaraknya, maka semakin besar gerakan yang diperlukan untuk terdeteksi oleh sensor PIR. Penjelasan mengenai kategori gerakan manusia adalah sebagai berikut: 1) Gerakan pelan: yaitu gerakan berupa gerakan pelan seperti menengok, melambai, dan gerakan pelan saat melewati sensor PIR. Jarak deteksinya sekitar 0 – 240 cm. 2) Gerakan sedang: yaitu gerakan berupa gerakan yang sedikit lebih cepat dari gerakan kecil, dan gerakan sedikit cepat saat melewati sensor PIR. Jarak deteksinya sekitar 241 – 600 cm.
48
3) Gerakan cepat: yaitu gerakan berupa gerakan yang lebih cepat dari gerakan sedang. Jarak deteksinya sekitar 601 – 1000 cm. Jarak pendeteksian pendeteksian yang paling efektif untuk sensor PIR adalah sekitar 0 – 240 cm, karena pada jarak ini semua bentuk gerakan manusia dapat dideteksi oleh sensor PIR.
4.2
Pengujian Pengukuran Suhu
Pendeteksian suhu ruangan pada alat yang dirancang ini menggunakan sensor LM35. Rumus perbandingan besarnya tegangan listrik yang dihasilkan dengan suhu yang dideteksi oleh sensor LM35 adalah sebagai berikut:
Suhu =
V 10
Keterangan: Suhu = Suhu yang dideteksi oleh sensor LM35 (°C) V = Besar tegangan keluaran keluaran sensor LM35 (mV) ( mV) Untuk mengetahui seberapa besar ketepatan sensor LM35 dalam mendeteksi suhu, maka harus dilakukan pengujian dengan menggunakan menggunakan rumus di di atas. Berikut ini adalah hasil pengujiannya yang terdapat pada t abel 4.2. Tabel 4.2 Hasil pengujian pengukuran suhu Suhu terdeteksi pada
No.
Tegangan Keluaran
1
242 mV
242 mV / 10 = 24,2°C
2
257 mV
257 mV / 10 = 25,7°C
3
265 mV
265 mV / 10 = 26,5°C
4
278 mV
278 mV / 10 = 27,8°C
LM35
49
5
289 mV
289 mV / 10 = 28,9°C
6
298 mV
298 mV / 10 = 29,8°C
7
308 mV
308 mV / 10 = 30,8°C
8
317 mV
317 mV / 10 = 31,7°C
9
329 mV
329 mV / 10 = 32,9°C
10
338 mV
338 mV / 10 = 33,8°C
Dari tabel 4.2 di atas, diketahui bahwa rumus yang digunakan dalam pengukuran ini adalah tepat untuk mengetahui seberapa besar nilai suhu yang dideteksi oleh sensor LM35.
4.3
Pengujian Kecepatan Kipas Angin
Kipas angin pada alat ini digerakkan dengan sebuah motor DC. Diketahui bahwa frekuensi jala-jala (F) yang digunakan adalah 50 Hz dan jumlah kutub motor DC (P) adalah 2, maka besarnya kecepatan maksimal (RPM Max) dari kipas angin dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini:
RPM Ma Max x=
120 ∗ F 120 ∗ 50 6000 = = = 3000 RPM P 2 2
Jadi, kecepatan maksimal yang dapat dilakukan oleh kipas angin adalah sebesar 3000 putaran per menit, sedangkan untuk menghitung kecepatan putaran kipas yang dipengaruhi nilai PWM dapat dilakukan dengan menggunakan rumus berikut ini:
RPM =
RPM Ma Max x ∗ PWM 255
Pengujian berikut ini akan memanfaatkan rumus di atas dengan nilai PWM yang sudah diprogram menggunakan bahasa C ke dalam ATMEGA8535 yaitu 0, 75, 150, dan 255. Hasil pengujiannya terdapat pada t abel 4.3 berikut ini.
50
Tabel 4.3 Pengujian Kecepatan Kipas Angin Nilai RPM berdasarkan berdasarkan
Nilai RPM berdasarkan berdasarkan
pengamatan
perhitungan
0
0
0
2
75
815
882
3
150
1714
1764
4
255
2907
3000
No.
Nilai PWM
1
Berdasarkan pada tabel 4.3, dapat diketahui diketahui bahwa nilai RPM berdasarkan pengamatan memiliki nilai yang berbeda dengan perhitungan. Persentase kesalahan pengukuran (PK) dari percobaan di atas dihitung dengan menggunakan rumus berikut. Nilai PWM 0:
PK =
( 0 − 0) (Hasil pengukuran − Hasil teori) ∗ 100% = Hasil teori 0
∗
100%
= 0% Nilai PWM 75:
PK =
( 882 − 815) (Hasil pengukuran − Hasil teori) ∗ 100% = ∗ 100% Hasil teori 882
= 0,07 % Nilai PWM 150:
( 1764 − 1714) (Hasil pengukuran − Hasil teori) PK = ∗ 100% = ∗ 100% Hasil teori 1764 = 0,02 %
51
Nilai PWM 255: PK =
(Hasil pengukuran − Hasil teori) Hasil teori
∗ 100%
=
( 3000 − 2907) 3000
∗ 100%
= 0,03 % Sehingga nilai rata-rata persentase persentase kesalahan pada pengujian ini adalah:
Nilai Rata − rata rata =
Jumlah perse per sent ntas ase e seluruh percobaa per cobaan n Banyaknya percobaa per cobaan n
=
PK =
0,12 4
= 0,03 %
4.4
Pengujian Kerja LCD
LCD pada alat ini berfungsi sebagai penampil keadaan suhu dan kecepatan kipas. Untuk mengetahui LCD bekerja dengan benar atau tidak, maka diperlukan sebuah pengujian terhadap LCD. Pengujian ini dilakukan dengan cara memanaskan sensor LM35 menggunakan api, kemudian mengamati kecepatan putar kipas dan membandingkan hasilnya dengan tampilan pada LCD. Berikut ini adalah hasil dari pengujian kerja LCD. Tabel 4.4 Pengujian kerja LCD No.
Tampilan di LCD
1
suhu= 34 C °
kipas kencang 2
suhu= 33 C
suhu= 32 C
Kencang
°
kipas kencang 4
Kencang
°
kipas kencang 3
Kecepatan kipas angin
suhu= 31 C
Kencang
°
kipas sedang
Sedang
52
5
suhu= 30 C °
kipas sedang 6
suhu= 29 C °
kipas pelan 7
suhu= 28 C
suhu= 27 C
suhu= 26 C
Diam
°
kipas mati 10
Pelan
°
kipas mati 9
Pelan
°
kipas pelan 8
Sedang
suhu= 25 C
Diam
°
kipas mati
Diam
Dari hasil yang didapat pada tabel 4.4, pergerakan kipas selaras dengan keterangan yang ditampilkan di LCD. Tampilan di LCD juga berlangsung secara cepat seiring dengan perubahan nilai suhu. Hal ini disebabkan dalam pemrogramannya, LCD diberikan jeda waktu pembacaan suhu sebesar 0,5 detik agar LCD tidak terlalu cepat dalam menampilkan perubahan suhu.
4.5
Pengujian Kerja Kipas Angin Otomatis
Setelah melakukan pengujian terhadap 2 komponen masukan dan 1 komponen keluaran, maka pengujian terakhir adalah pengujian kerja kipas angin otomatis secara keseluruhan. Pengujian ini dilakukan dengan menggabungkan seluruh pengujian sebelumnya sebelumnya untuk mengetahui mengetahui bahwa alat kipas angin otomatis oto matis ini bekerja sesuai dengan pemrograman yang ditanamkan ke dalamnya. Hasil dari pengujiannya pengujiannya tertera pada tabel 4.4 berikut ini.
53
Tabel 4.5 Pengujian kerja kipas angin otomatis Keberadaan Manusia No.
1
2
3
Jarak
Jenis
Ada /
deteksi
gerakan
Tidak
30 cm
50 cm
70 cm
Diam
Diam
Pelan
Tidak
Ada
Ada
Suhu
25°C 25 °C
26°C
27°C
Aksi yang
Aksi yang
seharusnya
terjadi
Kipas diam &
Kipas diam &
LCD mati
LCD mati
Kipas diam &
Kipas diam &
LCD mati
LCD mati
Kipas diam &
Kipas diam &
LCD
LCD
menampilkan
menampilkan
“suhu= 27 C
“suhu= 27 C
kipas mati”
kipas mati”
Kipas diam &
Kipas diam &
LCD
LCD
menampilkan
menampilkan
“suhu= 28 C
“suhu= 28 C
kipas pelan”
kipas pelan”
Kipas pelan &
Kipas pelan &
LCD
LCD
menampilkan
menampilkan
“suhu= 29 C
“suhu= 29 C
kipas pelan”
kipas pelan”
Kipas pelan &
Kipas pelan &
LCD
LCD
menampilkan
menampilkan
“suhu= 30 C
“suhu= 30 C
kipas pelan”
kipas pelan”
°
4
100 cm
Sedang
Ada
28°C
°
5
130 1 30 cm
Pelan
Ada
29°C
°
6
160 cm
Cepat
Ada
30°C
°
Hasil
Tepat
Tepat
Tepat
°
Tepat
°
Tepat
°
°
Tepat
54
7
180 cm
Cepat
Ada
31°C
Kipas sedang &
Kipas sedang &
LCD
LCD
menampilkan
menampilkan
“suhu= 31 C
“suhu= 31 C
kipas sedang”
kipas sedang”
Kipas sedang &
Kipas sedang &
LCD
LCD
menampilkan
menampilkan
“suhu= 32 C
“suhu= 32 C
kipas sedang”
kipas sedang”
Kipas kencang
Kipas kencang
& LCD
& LCD
menampilkan
menampilkan
“suhu= 33 C
“suhu= 33 C
kipas kencang”
kipas kencang”
Kipas kencang
Kipas kencang
& LCD
& LCD
menampilkan
menampilkan
“suhu= 34 C
“suhu= 34 C
kipas kencang”
kipas kencang”
°
8
200 2 00 cm
Pelan
Ada
32°C
°
9
210 cm
Sedang
Ada
33°C
°
10
240 cm
sedang
Ada
34°C
°
Tepat
°
Tepat
°
Tepat
°
Tepat
°
Dari hasil percobaan pada tabel 4.4 di atas, diketahui bahwa alat kipas angin otomatis ini bekerja sesuai dengan programnya.
4.5
Analisis Rangkaian secara Detail
Rangkaian alat ini menggunakan tegangan atau catu daya DC (Direct Current) sebesar 12 Volt. Tahapan kerja alat ini dimulai dari pemberian sumber tegangan 12 Volt untuk Vcc driver motor L293 dan regulator, dimana tegangan ini kemudian diubah menjadi tegangan 5 Volt menggunakan regulator. Selanjutnya,
55
tegangan 5 Volt digunakan sebagai sumber tegangan ATMEGA8535, L293, PIR, dan LM35. Sensor PIR dan sensor suhu LM35 berfungsi sebagai input ke mikrokontroler ATMEGA8535. ATMEGA8535. Pada saat sensor PIR aktif maka sensor PIR akan mengirimkan sinyal digital berlogika 0 dengan tegangan 0 Volt ke mikrokontroler, atau berlogika 1 dengan tegangan 5 Volt jika PIR tidak aktif. Sedangkan sensor LM35 mengirimkan besar suhu yang diterimanya dalam bentuk sinyal analog ke mikrokontroler, dan ATMEGA8535 mengkonversinya ke sinyal digital dengan bantuan ADC pada port A. Pada mikrokontroler ATMEGA8535, sinyal clock dibangkitkan dari Xtal yang terhubung ke pin Xtal1 & Xtal2. Kemudian, input dari sensor PIR & suhu diolah untuk ditentukan output yang sesuai dengan pemrograman bahasa C yang ditanamkan ke dalam mikrokontroler. Output ini selanjutnya dikirim ke port C.0 & port C.1, sedangkan port C.2 digunakan untuk mengirim sinyal PWM (Pulse Width Modulator). Untuk menggerakkan kipas angin, ATMEGA8535 akan mengirimkan sinyal sinyal digital berlogika 0 ke port C.0, dan logika 1 ke port C.1. Lalu, output dari mikrokontroler, yang berupa nilai logika 0 atau 1, masuk ke port 10 & 15 L293 untuk memutar motor kipas angin. L293 memanfaatkan sumber tegangan 12 Volt untuk menguatkan putaran motor kipas angin. Jika kutub positif (+) kipas angin menerima logika 1 & kutub negatifnya (-) menerima logika 0, maka kipas angin akan berputar. Sedangkan, jika kutub positif (+) menerima logika 0 & kutub negatifnya (-) menerima logika 0, maka kipas angin akan berhenti. Sedangkan, Kecepatan putar kipas angin ditentukan dengan nilai PWM yang masuk ke port 9 (Enable2) L293. Nilai PWM ini dipengaruhi oleh besarnya suhu yang diterima sensor suhu. Sedangkan keluaran mikrokontroler untuk LCD berupa tampilan nilai suhu pada baris pertama LCD dan tampilan kecepatan putar kipas pada baris kedua LCD.
BAB 5 PENUTUP
Berdasarkan perancangan dan pengujian alat kipas angin otomatis ini, maka dapat ditarik simpulan, beserta saran yang diperlukan untuk mengatasi kelemahan dari alat.
5.1
Simpulan
Berdasarkan hasil uji coba, menunjukkan bahwa alat ini bekerja sesuai dengan rancangannya, dimana jika tidak terdeteksi adanya gerakan maka kipas akan diam, dan jika terdeteksi adanya gerakan maka kipas akan bekerja. Jarak pendeteksian gerakan antara 10 cm hingga 240 cm, dan jika lebih dari 240 cm maka semakin susah untuk mendeteksi gerakan. Selanjutnya, pergerakan kipas ini dipengaruhi oleh suhu, dimana jika suhu ruangan meningkat maka kecepatan putaran kipas angin juga akan semakin meningkat. Kekurangan pada alat ini yaitu terletak pada tidak adanya jeda waktu dalam putaran kipas sehingga kipas hanya dapat berputar sebentar setelah terdeteksi gerakan. Tanpa adanya gerakan yang terus menerus menyebabkan kipas mudah mati. Hal ini dikarenakan jeda waktu dalam pemrogramannya digunakan untuk pembacaan suhu agar pembacaan suhunya terjadi secara langsung. Jika jeda waktu dimasukkan ke pergerakan kipas, maka tampilan pada LCD bisa berlangsung cepat atau menunggu jeda waktu kipas selesai terlebih dahulu.
56
57
5.2
Saran
Dalam pembuatan alat ini ada beberapa saran yang perlu diperhatikan sebagai solusi terhadap kelemahan alat. Saran dalam perancangan dan pembuatan alat yaitu ditanamkannya pemrograman yang lebih tepat agar alat ini mampu memutar kipas dengan jeda waktu yang lama sekaligus pembacaan suhu yang terjadi secara cepat.
DAFTAR PUSTAKA
Lingga Wardhana. Belajar Sendiri Mikrokontroler AVR Seri ATMega8535 Simulasi, Hardware, dan Aplikasi . Yogyakarta. Penerbit Andi. 2006.
Ardi Winoto. Mikrokontroler AVR ATmega8/32/16/8535 dan Pemrogramannya dengan Bahasa C pada WinAVR . Bandung. Penerbit Informatika. 2008.
Prihono. Jago Elektronika secara Otodidak . Jakarta. Kawan Pustaka. 2009. Wasito S. Vandemekum Elektronika. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama. 1992. Widodo Budiharto. 10 Proyek Robot Spektakuler . Jakarta. Elex Media Komputindo. Tri Wibowo. Sensor Kehadiran Orang Sebagai Saklar Otomatis Suatu Ruangan . Semarang. Teknik Teknik Elektro Fakultas Teknik UNDIP. 2011. Didik
Wiyono,
S.T.
Panduan
Praktis
Mikrokontroler
Keluarga
AVR
Menggunakan DT-Combo AVR-51 Starter Kit dan DT-Combo AVR Exercise Kit .
Surabaya. Surabaya. Innovative Electronics. 2007.
58
LAMPIRAN
Gambar rangkaian skematik kipas angin otomatis
Listing program kipas angin otomatis:
#include #include #include #include #define kipas1 PORTC.0 #define kipas2 PORTC.1 #define pwm PORTC.2
#define ADC_VREF_TYPE 0x40 #asm .equ __lcd_port=0x12 ;PORTD #endasm unsigned char cont, npwm; interrupt [TIM0_OVF] void t imer0_ovf_isr(void) imer0_ovf_isr(void) { cont++; if (npwm>=c ( npwm>=cont)pwm=1; ont)pwm=1; else pwm=0; TCNT0=0xFF; } void stop(void) { kipas1=0;kipas2=0;npwm=0; } void pelan(void) { kipas1=0;kipas2=1;npwm=75; } void sedang(void) { kipas1=0;kipas2=1;npwm=150; } void kencang(void) { kipas1=0;kipas2=1;npwm=255;
} { ADMUX=adc_input|ADC_VREF_TYPE; ADCSRA|=0x40; delay_us(10); while ((ADCSRA & 0x10)==0); ADCSRA|=0x10; return ADCW; } unsigned char buff[33]; void lcd_putint(unsigned lcd_putint(unsigned int dat) dat ) { sprintf(buff,"%d ",dat); lcd_puts(buff); } void main(void) { unsigned int suhu; float adc; DDRA=0x00; // inisialisasi inisialisas i ADC PORTA=0x00; PORTA=0x00; // keadaan awal buat sensor aktif high(1-0) DDRB=0x00; // inisialisasi inisialisas i input sensor PORTB=0xFF; PORTB=0xFF; // keadaan awal buat sensor aktif low(1-0) low( 1-0) DDRC=0xFF; // inisialisasi output kipas PORTC=0x00; PORTC=0x00; // aktif high // Timer/Counter 0 initialization // Clock C lock source: System System Clock
// Clock value: 4000.000 kHz // Mode: Normal top=FFh to p=FFh // OC0 output: Disconnected TCCR0=0x01; TCNT0=0x00; OCR0=0x00; ADMUX=ADC_VREF_TYPE; ADCSRA=0x87; SFIOR&=0xEF; lcd_init(16); while (1) { switch (PINB) { case 0xFE: adc =read_adc(1); //inisialisasi baca adc adc =adc/255; suhu=adc*175; suhu=suhu-12; if (suhu<28) { stop(); lcd_gotoxy(0,0); lcd_gotoxy(0,0); lcd_putsf("suhu= lcd_putsf("suhu= "); lcd_putint(suhu); lcd_gotoxy(9,0); lcd_gotoxy(9,0); lcd_putchar(0xDF); lcd_putchar(0xDF); lcd_gotoxy(10,0); lcd_gotoxy(10,0); lcd_putsf(“C”); lcd_putsf(“C”); lcd_gotoxy(0,1); lcd_gotoxy(0,1); lcd_putsf(“kipas lcd_putsf(“kipas diam”);
delay_ms(500); lcd_clear(); } else if (suhu>=28 && suhu<30) { pelan(); lcd_gotoxy(0,0); lcd_gotoxy(0,0); lcd_putsf("suhu= lcd_putsf("suhu= "); lcd_putint(suhu); lcd_gotoxy(9,0); lcd_gotoxy(9,0); lcd_putchar(0xDF); lcd_putchar(0xDF); lcd_gotoxy(10,0); lcd_gotoxy(10,0); lcd_putsf(“C”); lcd_putsf(“C”); lcd_gotoxy(0,1); lcd_gotoxy(0,1); lcd_putsf(“kipas lcd_putsf(“kipas pelan”); pelan”); delay_ms(500); lcd_clear(); } else if (suhu>=30 && suhu<32) { sedang(); lcd_gotoxy(0,0); lcd_gotoxy(0,0); lcd_putsf("suhu= lcd_putsf("suhu= "); lcd_putint(suhu); lcd_gotoxy(9,0); lcd_gotoxy(9,0); lcd_putchar(0xDF); lcd_putchar(0xDF); lcd_gotoxy(10,0); lcd_gotoxy(10,0); lcd_putsf(“C”); lcd_putsf(“C”); lcd_gotoxy(0,1); lcd_gotoxy(0,1); lcd_putsf(“kipas lcd_putsf(“kipas sedang”); sedang”); delay_ms(500); lcd_clear(); } else if (suhu>=32) {
kencang(); lcd_gotoxy(0,0); lcd_gotoxy(0,0); lcd_putsf("suhu= lcd_putsf("suhu= "); lcd_putint(suhu); lcd_gotoxy(9,0); lcd_gotoxy(9,0); lcd_putchar(0xDF); lcd_putchar(0xDF); lcd_gotoxy(10,0); lcd_gotoxy(10,0); lcd_putsf(“C”); lcd_putsf(“C”); lcd_gotoxy(0,1); lcd_gotoxy(0,1); lcd_putsf(kipas lcd_putsf(kipas kencang); delay_ms(500); lcd_clear(); } break; default: stop(); } } }
Galeri Prototype Kipas Angin Otomatis
Tampak atas samping
Tampak depan
Tampak samping
Tampak belakang
Tampak atas
Tampilan LCD untuk suhu 25 C & ada °
gerakan manusia
Tampilan LCD untuk suhu 29 C & ada gerakan °
manusia
Tampilan LCD untuk suhu 30 C & ada °
gerakan manusia
Tampilan LCD untuk suhu 37 C & ada °
gerakan manusia
Tampilan LCD untuk suhu 33 C & tidak ada °
gerakan manusia