Sarlito Wirawan Sarwono. PSIKOLOGI SOSIAL:Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan. Jakarta:Balai Pustaka, 2005. Hal. 4-5
Dr. Fattah Hanurawan. PSIKOLOGI SOSIAL. Bandung:PT Remaja Rosda Karya, 2010. Hal. 89
Bimo Walgito. PSIKOLOGI SOSIAL. Yogyakarta:CV.Andi Offset, 2003. Hal. 79
Abu Ahmadi. Psikologi Sosial. RINEKA CIPTA:Jakarta, 2009. Hal. 98-99
Sarlito Wirawan Sarwono. PSIKOLOGI SOSIAL:Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan. Jakarta:Balai Pustaka, 2005. Hal. 204-207
Ibid, Hal. 84-86
Abu Ahmadi. Psikologi Sosial. RINEKA CIPTA:Jakarta, 2009. Hal. 89-92
Dr. Fattah Hanurawan. PSIKOLOGI SOSIAL. Bandung:PT Remaja Rosda Karya, 2010. Hal. 89-92
Sarlito Wirawan Sarwono. PSIKOLOGI SOSIAL:Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan. Jakarta:Balai Pustaka, 2005. Hal. 6-9
Bimo Walgito. PSIKOLOGI SOSIAL. Yogyakarta:CV.Andi Offset, 2003. Hal. 88-89
Sarlito W. Sarwono. Psikologi Sosial. Jakarta:Salemba Humanika, 2009. Hal. 177-178
Opcit. Hal. 90
Opcit. Hal. 169-170
MAKALAH
PSIKOLOGI SOSIAL I
Tentang
KELOMPOK
Oleh Kelompok V :
NURHAMIDAH : 512.059
DELITA FITRI : 512.061
SEPTY MARDHATILLAH : 512.123
IMELDA HAYANI : 512.073
Dosen Pembimbing :
MURISAL, S.Ag., M.Pd
WINBAKTIANUR, M.A
JURUSAN PSIKOLOGI ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
IMAM BONJOL PADANG
1434 H / 2013 M
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan petunjuk-Nya kami dapat menyalesaikan makalah ini. Makalah yang berjudul "KELOMPOK" ini kami susun sebagai usaha untuk memberikan informasi mengenai kelompok sedetail mungkin, agar melalui makalah ini pembaca dapat mengetahui bagaimana eksistensinya sebagai makhluk sosial yang mendorongnya untuk berinteraksi dengan individu lain dan membentuk sebuah kelompok.
Pada kesempatan ini, kami menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak/Ibu dosen selaku pembimbing
2. Kedua orang tua kami yang telah memberikan motivasi dan dorongan
3. Pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Akhir kata, tidak ada gading yang tidak retak, tidak ada manusia yang sempurna. Demikian juga dengan makalah ini yang masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini di masa yang akan datang. Semoga makalah yang sederhana ini berguna bagi kita semua. Amin.
Padang, 13 September 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah........................................................................ 1
Rumusan Masalah.................................................................................. 1
Tujuan ................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
Defenisi Kelompok................................................................................ 2
Dasar-dasar Pembentukan Kelompok
Dasar Psikologis............................................................................... 3
Dasar Pedagogis............................................................................... 4
Dasar Didaktis.................................................................................. 4
Kelompok Mayoritas dan Kelompok Minoritas
Kelompok Mayoritas........................................................................ 4
Kelompok Minoritas......................................................................... 5
Ciri-ciri Kelompok
Interaksi............................................................................................ 6
Tujuan............................................................................................... 6
Struktur............................................................................................. 6
Groupness......................................................................................... 7
Macam-macam Kelompok..................................................................... 10
Norma Kelompok................................................................................... 12
Manfaat dan Alasan Individu Bergabung dengan Kelompok
Manfaat Kelompok Bagi Individu................................................... 13
Alasan Individu Bergabung dengan Kelompok............................... 13
BAB III PENUTUP
Kesimpulan............................................................................................. 15
Saran....................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam kehidupannya, individu memang tak pernah lepas dari kelompok. Ketika individu lahir, ia adalah bagian dari kelompok kecil yang dinamakan keluarga. Selanjutnya, individu mulai menjadi anggota dari berbagai kelompok di lingkungan rumah, sekolah, tempat kerja, dan di tengah masyarakat. Individu beraktifitas dan berkembang bersama orang-orang di dalam kelompok. Hal itu menimbulkan terjadinya saling mempengaruhi antara individu dan kelompok. Individu mendefenisikan diri berdasarkan kelompoknya dan bahkan kerap kehilangan keunikan diri karena membaur dengan kelompok.
Atas dasar itulah, maka kelompok dan dinamikanya menjadi pokok bahasan yang penting dalam psikologi sosial. Pada makalah ini kita akan membahas defenisi kelompok, dasar-dasar pembentukan kelompok, kelompok mayoritas dan minoritas, ciri-ciri kelompok, macam-macam kelompok, norma kelompok, dan yang terakhir adalah manfaat kelompok bagi individu serta alasan umum individu bergabung dengan suatu kelompok.
Rumusan Masalah
Apa defenisi kelompok, ciri-cirinya serta jenis-jenis atau pembagiannya?
Apa sajakah yang menjadi dasar-dasar pembentukan kelompok?
Sebatas mana suatu kelompok dapat dikategorikan mayoritas atau minoritas?
Apa itu norma kelompok, bagaimana manfaatnya serta apa alasan seorang individu bergabung dengan suatu kelompok dan apa manfaat kelompok bagi individu itu sendiri?
Tujuan
Agar kita dapat mengetahui defenisi kelompok, ciri-ciri serta pembagiannya.
Agar kita dapat mengetahui apa saja yang menjadi dasar pembentukan suatu kelompok.
Agar kita dapat mengetahui norma kelompok, manfaat kelompok, dan hal-hal yang kerap dijadikan individu sebagai alasan untuk bergabung dalam suatu kelompok.
BAB II
PEMBAHASAN
DEFENISI KELOMPOK
Dalam buku Psikologi Sosial karya Sarlito Wirawan Sarwono dinyatakan bahwa kelompok itu memiliki beragam jenis, banyaknya jenis kelompok menyebabkan sulit untuk memberikan defenisi yang tepat. Namun, dibuku yang sama Johnson & Johnson (1987) mengidentifikasikan sedikitnya tujuh jenis defenisi kelompok yang penekanannya berbeda-beda sebagai berikut :
Kumpulan individu yang saling berinteraksi (Bonner, 1959, Stogdill, 1959).
Satuan (unit) sosial yang terdiri atas dua orang atau lebih yang melihat diri mereka sendiri sebagai bagian dari kelompok itu (Bales, 1950; Smith, 1945).
Sekumpulan individu yang saling tergantung (Cartwright & Zander, 1968; Fiedler, 1967; Lewin, 1951).
Kumpulan individu yang sama-sama bergabung untuk mencapai satu tujuan (Deutsch, 1959; Mills, 1967).
Kumpulan individu yang mencoba untuk memenuhi beberapa kebutuhan melalui penggabungan diri mereka (joint association) (Bass, 1960; Cattell, 1951).
Kumpulan individu yang interaksinya diatur (distrukturkan) oleh atau dengan seperangkat peran dan norma (McDavid & Harari, 1968; Sherif & Sherif, 1956).
Kumpulan individu yang saling mempengaruhi (Shaw, 1976).
Berdasarkan kumpulan berbagai defenisi itu, Johnson & Johnson (1987) sendiri kemudian merumuskan defenisi kelompok yaitu yang dikatakan kelompok adalah dua individu atau lebih yang berinteraksi tatap muka (face to face interaction), yang masing-masing menyadari keanggotaannya dalam kelompok, masing-masing menyadari keberadaan orang lain yang juga anggota kelompok, dan masing-masing menyadari saling ketergantungan secara positif dalam mencapai tujuan bersama.
Dalam buku Psikologi Sosial yang ditulis oleh Dr. Fattah Hanurawan dijelaskan bahwa, secara umum, kelompok dapat di defenisikan sebagai pertemuan diantara dua orang atau lebih dalam satu kesatuan perasaan dan beraktivitas secara bersama dalam pola-pola interaksi sosisal yang relatif menetap. Ini berarti dalam kelompok terdapat sekurangnya interaksi sosial antara dua individu.
Chaplin (1972:463) dalam buku Psikologi Sosial yang ditulis oleh Bimo Walgito mengemukakan bahwa kelompok adalah sekumpulan individu-individu yang saling mengadakan interaksi dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain.
Sementara itu, dalam buku yang sama, Shaw (1979) seorang ahli dalam dinamika kelompok memberikan pengertian mengenai kelompok itu as two or more people who interact with and influence one another. Menurut Shaw satu ciri yang dipunyai oleh semua kelompok, yaitu anggotanya saling berinteraksi satu dengan yang lain, dan karenanya saling mempengaruhi. Sebagai contohnya dua orang Fredy dan Nina, merupakan suami-isteri yang saling berinteraksi, ini merupakan suatu kelompok, tetapi sejumlah orang yang naik bus karena mereka antara satu dengan yang lain tidak saling berinteraksi, dan tidak saling mempengaruhi hanya merupakan kumpulan individu-individu.
Dari beberapa pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa kelompok adalah kumpulan dari individu yang terdiri dari dua orang atau lebih yang melakukan interaksi serta saling mempengaruhi untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
DASAR-DASAR PEMBENTUKAN KELOMPOK
Dasar Psikologis
Pada dasarnya manusia bersifat sosial, dalam arti bahwa tidak ada seorangapun di dunia ini yang ingin hidup menyendiri terpisah dari orang lain. Mereka mengelompokkan dirinya dalam berbagai kelompok Manusia bersifat sosial mengandung pengertian pula bahwa pertumbuhan dan perkembangan manusia itu baru mungkin terjadi di dalam hubungan sosial itu. Dalam hubungan sosial akan terjadi interaksi sosial. Tiap-tiap inidividu mempunyai hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi antara individu dan kelompoknya dan sebaliknya. Pengaruh timbal balik itu mengandung nilai meninggikan atau meningkatkan baik dalam arti konstruktif maupun destruktif. Pengaruh konstruktif terjadi bila dapat meningkatkan kelompok itu umumnya, dan perkembangan individu khususnya. Sedangkan pengaruh destruktif terjadi bila hambatan atau pengrusakan hubungan sosial yang ada, namun disini lebih ditekankan sifat kelompok yang konstruktif untuk memberi kesempatan yang luas kepada individu sesuai hakikatnya serta untuk mencapai perkembangan dan kepribadianya.
Dasar Pedagogis
Setiap kelompok seharusnyalah mengandung nilai pedagogis dalam arti bahwa dengan terbentuknya kelompok dapat ditingkatkan taraf perkembangan kepribadian seseorang. Dengan adanya hubungan timbal balik dalam kelompok maka prestasi individu dapat ditingkatkan.
Misalnya: Rasa malu menjadi berani.
Sifat malas menjadi rajin akibat disiplin kelompok yang terlatih.
Sifat egoisme dihilangkan karena adanya keharusan bekerja sama dalam
tugas kelompok.
Dalam mengarahkan keberhasilan kelompok untuk mencapai tujuan dibutuhkan pribadi yang bertanggung jawab, yang dalam hal ini disebut pimpinan yang dengan sadar melihat arah perkembangan yang terjadi. Dengan ini disimpulkan bahwa dalam kelompok akan mudah ditemukan alat pendidikan yang digunakan untuk mengembangkan anggota sebagai pribadi atau sebagai anggota masyarakat.
Dasar Didaktis
Kelompok juga memiliki nilai didaktis, yang digunakan sebagai alat untuk menjadi perantara, penyampaian materi yang baru kepada anggota, dan melalui kerja kelompok anggota dapat menguasai suatu materi dengan jalan diskusi, soal jawab secara singkat, menanggapi dan sebagainya.
KELOMPOK MAYORITAS DAN KELOMPOK MINORITAS
Kelompok Mayoritas
Kelompok Besar
Kelompok ini terlalu besar untuk saling mengenal intensif antaranggota, tetapi tidak terlalu besar untuk orang-orang tertentu dapat dikenal secara umum oleh anggota kelompok yang lain. Dengan kata lain, anggota kelompok umumnya mengenal orang itu, tetapi orang bersangkutan sendiri tidak mengenal setiap anggota kelompok yang lain. Jumlah anggota dalam kelompok besar ini adalah antara 1.000-10.000 orang.
Kelompok Sangat Besar (kelompok "raksasa")
Contoh kelompok ini adalah masyarakat kota, ABRI dan Korpri seluruh Indonesia, dan negara. Jumlahnya antara 10.000-tak terbatas. Jumlah ini terlalu besar untuk memungkinkan terjadinya kontak dengan seluruh anggota kelompok. Akan tetapi, beberapa orang dalam kelompok yang sangat besar ini dapat jadi dikenal oleh seluruh anggota lainnya melalui publikasi media massa.
Kelompok sangat besar ini ada dua jenis, yaitu :
Yang terorganisasi secara formal (negara, tentara, perusahaan multi-nasional)
Yang tidak terorganisasi secara formal (publik).
Kelompok Minoritas
Kelompok kecil
Kelompok Primer
Tiap anggota berinteraksi dengan setiap anggota lainnya dalam kelompok. Jumlah anggota 2-20 orang. Contohnya keluarga, sahabat, dsb.
Kelompok non-primer
Interaksi antaranggota tidak seintensif pada kelompok primer. Jumlah anggota 3-30 orang. Contohnya teman-teman sekelas di sekolah, kelompok arisan, panitia kecil, dsb.
Kelompok medium
Kelompok ini ukurannya terlalu besar untuk hubungan intensif tatap-muka antar setiap anggota kelompok. Akan tetapi, cukup kecil untuk memungkinkan seseorang berhubungan intensif dengan siapapun dalam kelompok itu. Dengan perkataan lain, dalam kelompok medium orang tidak mungkin berhubungan intensif dengan setiap anggota kelompok lainnya, tetapi ia dapat mempunyai teman dekat atau bergaul akrab dengan beberapa orang dari kelompok itu yang dikehendaki atau dipilihnya sendiri atau yang kebetulan memang dekat dengannya. Jumlah kelompok berkisar antara 50-1.000 orang. Contohnya adalah perusahaan, sekolah atau fakultas. Kelompok ini biasanya memerlukan pengorganisasian yang relatif formal. Kegiatan sehari-hari dikelola atau diatur oleh sejumlah kecil anggota kelompok yang menduduki jabatan pimpinan yang merupakan klik yang sangat berhubungan erat. Tanpa adanya hubungan erat antara anggota pimpinan, kelompok tidak berjalan dengan baik karena kelompok medium ini tidak mungkin dikendalikan pemimpin seorang diri.
CIRI-CIRI KELOMPOK
Dalam bukunya Psikologi Sosial sebagai suatu pengantar, Bimo Walgito menjelasakan bahwa ciri-ciri kelompok adalah sebagai berikut :
Interaksi
Interaksi adalah saling mempengaruhi antara individu satu dengan individu yang lain (mutual influences). Interaksi dapat berlangsung secara fisik, non-verbal, emosional dan sebagainya, yang merupakan salah satu sifat dari kehidupan kelompok. Mengenai interaksi akan dapat dijumpai adanya berbagai macam teori yang dikemukakan oleh beberapa orang ahli.
Tujuan (goals)
Tujuan dapat bersifat intrinsik, misalnya tergabung dalam kelompok mempunyai rasa senang. Namun juga dapat bersifat ekstrinsik, yaitu bahwa untuk mencapai suatu tujuan tidak dapat dicapai secara sendiri, tetapi dapat dicapai secara bersama-sama, ini merupakan tujuan bersama atau merupakan common goals. Common goals ini merupakan yang paling kuat dan faktor pemersatu dalam kelompok.
Tujuan suatu kelompok mungkin berbeda dengan kelompok lain. Dengan tujuan yang lain, maka hal tersebut juga akan mempengaruhi hal-hal yang lain yang ada dalam kelompok yang bersangkutan. Misalnya kelompok keluarga akan mempunyai tujuan lain dengan kelompok atau unit kerja tertentu. Dengan tujuan yang berbeda, maka hal tersebut akan dapat mempengaruhi struktur yang ada dalam kelompok tersebut, juga akan dapat mempengaruhi pola interaksi dalam kelompok yang bersangkutan. Karena itu suatu pola yang dapat diterapkan pada suatu kelompok belum tentu dapat diterapkan dengan tepat pada kelompok lain.
Struktur
Kelompok itu mempunyai struktur, (a stable pattern of relationship among members), yang berarti adanya peran (roles), norma, dan hubungan antar anggota. Peran dari masing-masing anggota kelompok, yang berkaitan dengan posisi individu dalam kelompok. Peran dari masing-masing anggota kelompok akan tergantung pada posisi ataupun kemampuan individu masing-masing. Sudah barang tentu seseorang pada suatu kelompok belum tentu mempunyai peran yang sama pada kelompok yang lain. Hal tersebut karena dalam kenyataan seseorang dapat menjadi anggota dari berbagai macam kelompok. Seseorang menjadi pemimpin pada suatu kelompok, tetapi menjadi anggota kelompok biasa pada kelompok yang lain, sehingga dengan demikian seseorang mempunyai peran dan status yang berbeda-beda dalam kelompok yang berbeda-beda.
Groupness
Kelompok terdiri dari beberapa orang yang menjadi satu kesatuan. Karena itu kelompok adalah merupakan suatu entity (kesatuan), merupakan objek yang unified.
Menurut Campbell, orang mempersepsi kelompok lebih sebagai suatu unified whole daripada sekelompok orang yang saling berdekatan satu dengan yang lain. Jadi satu dengan yang lain tidak saling lepas, tetapi kelompok merupakan satu kesatuan dari para anggotanya, merupakan kesatuan yang bulat. Karena itu dalam menganalisis perilaku kelompok, unit analisisnya adalah perilaku kelompok tersebut, bukan individu-individu.
Selain ciri-ciri yang tersebut diatas, adalagi beberapa ahli yang menjelaskan ciri-ciri kelompok dengan menggolongkan kelompok itu sendiri kedalam beberapa jenis sebagai berikut :
Charles H. Cooly
Charles membedakan kelompok berdasarkan susunan dan organisasi, yang meliputi :
Primary Group (kelompok primer)
1). Dalam kelompok primer terdapat interaksi sosial yang lebih erat antara anggota-
anggotanya. Dalam kelompok itu ada hubungan face to face antara anggota-
anggotanya, yaitu hubungan yang benar-benar kenal satu sama lain. Maka
kelompok primer ini sering disebut: face to face group.
2). Sering hubungannya bersifat irrasional dan tidak didasarkan atas pamrih.
didalam kelompok primer manusia selalu mengembangkan sifat-sifat sosialnya
seperti mengindahkan norma-norma, melepaskan kepentingan sendiri demi
kepentingan kelompok dan sebagainya.
Contoh: keluarga, kelompok belajar, kelompok sepermainan, kelompok segama, dsb.
Secodary Group (kelompok sekunder)
1). Kelompok ini terbentuk atas dasar kesadaran dan kemauan dari para anggotanya.
interaksi dalam kelompok sekunder terdiri atas saling hubungan yang tidak
langsung berjauhan dan formal, kurang bersifat kekeluargaan.
2). Peranan atau fungsi kelompok sekunder dalam kehidupan manusia adalah untuk
mencapai salah satu tujuan tertentu dalam masyarakat dengan bersama, secara
objektif dan rasional.
Contohnya: organisasi partai politik, perhimpunan, serikat kerja dan sebagainya.
Kimball Young
Young merupakan seorang ahli ilmu jiwa sosial yang mana kelompok ini disebut "massa society". Kebanyakan dari kelompok ini berasal dari kelompok sekunder yang mengalami perkembangan lebih hebat.
Adapun ciri-cirinya:
Rasional, hubungan satu sama lain berdasarkan perhitungan untung rugi. Akibatnya hubungan itu menjadi impersonal, jadi alat pemuas kebutuhan saja.
Adanya spesialisasi peranan yang sangat ekstrim, misalnya dokter tidak boleh mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang lain.
Timbul perasaan yang kurang tentram dan kurang erat hubungan antara aggota-anggotanya. Manusia setiap saat seolah-olah merasa diancam oleh manusia lain, dan ancaman ini dirumuskan makin lama makin hebat, akibatnya juga kurang tentram. Oleh karena itu jiwa manusia dalam massa society selalu tegang, takut dan tidak mendapat kepuasan hidup.
Terdapat pula pembagian kelompok sosial kedalam informal group (kelompok tidak resmi) dan formal group (kelompok resmi). Atau kelompok informal dan kelompok formal.
Kelompok Tidak Resmi (informal)
Ciri-cirinya:
Tidak mempunyai anggaran dasar dan anggaran rumah tertulis
Mempunyai pedoman-pedoman tingkah laku anggota-anggotanya, tetapi tidak dirumuskan secara tegas dan tertulis
Bersifat tidak kekeluargaan. Bercorak pertimbangan-pertimbangan rasional dan objektif.
Kelompok Resmi (formal)
Ciri-cirinya:
Mempunyai anggaran dasar dan anggaran rumah tangga tertulis
Mempunyai pedoman-pedoman tingkah laku yang dirumuskan secara tegas dan tertulis
Bersifat tidak kekeluargaaan, bercorak pertimbangan-pertimbanagn rasional dan objektif.
Sementara itu, Dr. Fattah Hanurawan dalam bukunya Psikologi Sosial menyatakan bahwa ciri utama kelompok adalah :
Kepemilikan Batas-batas Tertentu
Setiap kelompok harus memiliki batas, sehingga orang merasa berada atau tidak berada dalam suatu kelompok. Batas yang menunjukkan bahwa orang-orang tertentu termasuk atau tidak termasuk sebagai anggota suatu kelompok tidak hanya ditentukan oleh batas-batas fisik, melainkan juga oleh batas-batas yang bersifat psikologis dan sosial. Termasuk corak-corak batas kelompok dapat dirinci sebagai berikut:
Batas lokal geografis, seperti kecamatan, kabupaten, atau negara.
Batas pandangan politik atau pandangan ideologi, misalnya nggota partai komunis kebanyakan adalah orang-orang yang memiliki sikap antiagama, sedangkan anggota partai persatuan pembangunan biasanya adalah orang-orang yang memiliki pandangan religius.
Batasan warisan budaya masa lalu, seperti etnik Jawa atau etnik Cina, etnik Yahudi, atau etnik Wales.
Batas profesi, seperti Ikatan Dokter Indonesia yang beranggotakan orang-orang yang berprofesi sebagai dokter.
Batas status sosial ekonomi, seperti klasifikasi orang bardasar penghasilan ekonomi menjadi kelas ekonomi rendah, kelas ekonomi menengah, dan kelas ekonomi atas.
Memiliki Keberadaan Objektif
Disamping batas, kelompok juga harus memenuhi syarat keberadaan objektif. Dalam pengertian ini, kelompok merupakan hasil dari suatu proses yang dapat disebut sebagai defenisi sosial. Defenisi sosial adalah gabungan ide-ide bersama dari kumpulan individu yang mengkonstruksi dunia sosialnya. Dalam defenisi sosial itu tercakup di dalamnya kegiatan dari kumpulan banyak orang yang secara bersama mengonsep suatu bentuk wadah sosial yang dapat disebut kelompok, memberikan atribusi substantif pada kelompok tersebut, dan kemudian memperlakukan kelompok tersebut sebagai suatu entitas sosial yang nyata keberadaannya. Sebagai contoh, asosiasi BP3 atau persatuan orang tua murid suatu sekolah memiliki keberlangsungan yang relatif menetap sebagai suatu keberadaan entitas tersendiri, diakui dan berkesinambungan, meskiun anggota-anggotanya secara teratur mengalami perubahan.
Terdapatnya Orang-orang yang Mengakui Eksistensi Suatu Kelompok
Syarat ketiga keberadaan kelompok adalah terdapatnya orang-orang yang mengakui keberadaan suatu hubungan sosial sebagai suatu kelompok atau mereka memiliki kesadaran bahwa mereka merupakan satu kesatuan. Kesadaran itu mencakup rasa simpati kepada sesama anggota kelompok yang sama.
MACAM-MACAM KELOMPOK
Menurut Sarlito Wirawan Sarwono dalam bukunya Psikologi Sosial: kelompok dan terapan, jenis-jenis kelompok meliputi :
Kelompok formal : organisasi militer, perusahaan, kantor kecamatan.
Kelompok non-formal : arisan, geng, kelompok belajar, teman-teman bermain golf.
Kelompok kecil : dua sahabat, keluarga, kelas.
Kelompok besar : divisi tentara, suku bangsa, bangsa.
Kelompok jangka pendek : panitia, penumpang sebuah kendaraan umum, orang-orang yang membantu memadamkan kebakaran atau menolong korban kecelakaan lalu lintas.
Kelompok jangka panjang : bangsa, keluarga, tentara, sekolah.
Kelompok kohesif (hubungan erat antaranggota) : keluarga, panitia, rombongan umroh, geng, sahabat.
Kelompok tidak kohesif : penonton bioskop, pembaca majalah, pengunjung pusat pertokoan, jamaah shalat jum'at (Cota, dkk., 1995).
Kelompok agresif : pelajar tawuran, penumpang bus mengeroyok pencopet, lynching mob (kelompok yang mengeroyok korban sampai mati), demonstran, pengunjuk rasa, penonton sepak bola (yang agresif).
Kelompok konvensional (menaati peraturan) : jamaah haji, jamaah shalat jum'at, penonton bioskop, pengendara kendaraan di jalan raya, pengunjung resepsi perkawinan, penonton konser musik klasik.
Kelompok ekspresif (menyalurkan peraaannya) : penonton sepak bola yang tidak agresif, massa peserta rapat umum partai politik, massa remaja penggemar cover boy (yang berteriak-teriak histeris melihat idolanya).
Kelompok dengan identitas bersama : keluarga, kesatuan militer, perusahaan, sekolah, universitas.
Kelompok individual-otonomus : masyarakat kota besar, perusahaan dengan sistem manajemen barat.
Kelompok kolektif-relational : masyarakat pedesaan, perusahaan dengan manajemen timur (misalnya perusahaan jepang), keluarga besar. Kelompok ini mempunyai identitas kelompok yang kuat (Brown, dkk., 1992).
Kelompok yang berbudaya tunggal (adat, tata susila, agama, hukum atau norma lainnya yang seragam) : masyarakat pedesaan tradisional, perusahaan, organisasi militer, keluarga yang berasal dari lingkungan budaya yang sama.
Kelompok berbudaya majemuk : masyarakat perkotaan, partai politik, keluarga antaretnik atau antaragama (Watson & Kumar, 1992).
Kelompok laki-laki : tim sepak bola, pasukan komando, geng laki-laki, jamaah shalat jum'at.
Kelompok perempuan : tim sepak bola wanita, polisi wanita, korps wanita ABRI, LBH untuk wanita, gerakan feminis, gerakan wanita karya, himpunan mahasiswi, ikatan pengusaha wanita. Kelompok berdasarkan jenis kelamin ini biasanya dibentuk karena kurangnya penghargaan jika kaum wanita bergabung pada kelomok campuran pria-wanita (Home, 1991).
Kelompok konsumen (dalam hal sumber daya tergantung pada pihak lain) : yayasan lembaga konsumen, persatuan penggemar mobil VW, kelompok ibu rumah tangga.
Kelompok produsen, pengusaha atau profesi (mandiri dalam pengalaman dan otoritas) : asosiasi kayu, persatuan hotel dan restoran, ikatan dokter, ikatan sarjana ekonomi (Schubert & Borleman, 1991).
Kelompok persahabatan : arisan, teman bermain, kumpulan sahabat, kelompok golf, alumni SMA.
Kelompok yang terlibat dalam tujuan bersama : perusahaan, yayasan, instansi pemerintah (Amerio & de Piccoli, 1990).
Lain halnya dengan Bimo Walgito yang membagi kelompok kepada beberapa macam jenis, yaitu :
Kelompok Primer
Kelompok primer adalah kelompok yang mempunyai interaksi sosial yang cukup intensif, cukup akrab, hubungan antara anggota satu dengan anggota lain cukup baik. Kelompok ini juga sering disebut face to face group, anggota kelompok satu sering bertemu dengan naggota kelompok yang lain, sehinga para anggota kelompok saling mengenal dengan baik.
Kelompok Sekunder
Kelompok sekunder yaitu kelompok yang mempunyai interaksi yang kurang mendalam bila dibandingkan dengan kelompok primer. Hubungan anggota satu dengan yang lain kurang mendalam, karenanya hubungan anggota satu dengan yang lain agak renggang, tidak seintensif seperti pada kelmpok primer. Hubungan pada kelompok sekunder lebih bersifat formal, objektif, atas dasar logis rasional, kurang bersifat kekeluargaan. Sedangkan pada kelompok primer hubungannya justru sebaliknya, lebih bersifat informal, subjektif, atas dasar perasaan dan atas dasar kekeluargaan.
Selain itu, kelompok juga dibedakan menjadi : Kelompok resmi (formal) dan Kelompok tidak resmi (informal), yang mana pada kelompok resmi, norma-normanya dinyatakan secara tertulis, sedangkan pada kelompok yang tidak resmi norma-normanya tidak dinyatakan secara tertulis, dan tidak dinyatakan secara formal.
NORMA KELOMPOK
Norma yaitu peraturan dalam kelompok yang mengindikasikan bagaimana anggota kelompok harus atau tidak harus berbuat.
Norma adalah aturan yang disepakati bersama tentang apa yang seharusnya dan tidak seharusnya dilakukan oleh anggota kelompok. Norma sangat penting bagi anggota kelompok karena ia mengatur bagaimana anggota kelompok bertindak. Norma adalah hal pertama yang dibutuhkan oleh sebuah kelompok baru. Tanpa norma, kelompok akan sulit bekerja untuk mencapaitujuannya. Norma dapat berbentuk formal, yakni dinyatakan dalam bentuk peraturan tertulis, dan informal, yakni yang tidak tertulis. Contoh norma berbentuk formal adalah UUD 1945 di Indonesia. Contoh norma informal adalah musyawarah mufakat.
Norma memiliki beberapa fungsi (Burn, 2004), yaitu:
Mengatur tingkah laku anggota kelompok sehingga kelompok dapat berfungsi secara efisien dalam mencapai tujuan;
Mengurangi ketidakpastian karena individu tahu apa yang diharapkan dari dirinya di dalam kelompok; dan
Membedakan kelompok dengan kelompok lain, termasuk anggota kelompok engan nonanggota, sehingga memudahkan terbentuknya identitas kelompok.
Norma kelompok merupakan norma yang tidak tetap, dalam arti bahwa norma kelompok itu dapat berubah sesuai dengan keadaan yang dihadapi oleh kelompok. Sesuai dengan perkembanagn keadaan kemungkinan norma kelompok akan mengalami perubahan, sehingga norma kelompok yang dahulu berlaku, kemudian tidak berlaku lagi. Misal dalam suatu kelompok adanya norma bahwa setiap anggota berambut panjang. Tetapi karena perkembangan keadaan norma tersebut dapat berubah menjadi "bahwa setiap anggota kelompok tidak perlu berambut panjang tetapi memakai kucir"
MANFAAT DAN ALASAN INDIVIDU BERGABUNG DENGAN KELOMPOK
Manfaat Kelompok Bagi Individu
Kelompok memenuhi kebutuhan individu untuk merasa berarti dan dimiliki.
Kelompok sebagai sumber identitas diri.
Kelompok sebagai sumber informasi tentang dunia dan tentang diri kita.
Alasan Individu Bergabung dengan Kelompok
Proksimitas, dimana individu cenderung bergabung dengan individu lain yang berdekatan.
Kesamaan minat, sikap, atau keyakinan.
Saling tergantung untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Dukungan timbal balik yang positif (mutual positive support) dan kenikmatan berafiliasi.
Dukungan emosional.
Identitas sosial.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kelompok merupakan sebuah perkumpulan yang di dalamnya terdapat interaksi antara dua orang atau lebih, yang memiliki tujuan tertentu yang bercirikan interaksi, tujuan (goal), struktur, dan groupness yang meliputi kelompok minoritas dan mayoritas, yang mana tiap-tiap kelmpok mempunyai normanya masing-masing sebagai pengatur jalannya suatu kelompok agar dapat mempertahankan kelangsungan suatu kelompok agar kelompok tersebut tidak kacau dan dapat mencapai tujuannya dan memperolah banyak manfaat dengan hidup berkelompok.
SARAN
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyusun makalah ini, mulai dari pencarian materi, proses perumusan pembahasan, sampai proses pengetikan, tentunya makalah ini belum sempurna.
Dalam rangka proses pembelajaran ke arah yang lebih baik, penulis mengharapkan kritik dan saran dari dosen pembimbing beserta pembaca lainnya. Kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca akan penulis jadikan sebagai perbaikan untuk kedepannya. Walaupun makalah ini belum sempurna, penulis berharap semoga makalah ini berguna khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi para pembaca makalah ini.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Sarwono, Sarlito Wirawan. PSIKOLOGI SOSIAL:Psikologi Kelompok dan Psikologi
Terapan. Jakarta:Balai Pustaka, 2005.
Hanurawan, Fattah. PSIKOLOGI SOSIAL. Bandung:PT Remaja Rosda Karya, 2010.
Ahmadi, Abu. Psikologi Sosial. RINEKA CIPTA:Jakarta, 2009.
Walgito, Bimo. PSIKOLOGI SOSIAL. CV Andi Offset:Yogyakarta, 2003.
Sarwono, Sarlito Wirawan. Psikologi Sosial. Jakarta:Salemba Humanika, 2009.