PART I Modul 1: Psikologi Sosial 1. Pengertian Psikologi Sosial Berasal dari Bahasa Yunani; psyche (jiwa) dan logos (Kajian tentang) Definisi umum, psikologi sosial: kajian ilmiah ttg perilaku & proses mental Psikologi Sosial dirumuskan sebagai : ”ilmu yang mempelajari pikiran, perasaan, dan perilaku individu sebagaimana dipengaruhi oleh kehadiran individu lain baik kehadiran nyata (actual), dibayangkan (imagined), maupun tidak langsung (implied) (Allport, 1935)
2. Ruang lingkup 1)
Persepsi sosial pemahaman ttg orang lain & dampaknya pada perilaku kita
2)
Kognisi sosial berpikir mengenai orang lain dan lingkungan sosial
3)
Sikap melakukan penilaian mengenai orang lain
4)
Identitas sosial memantapkan jati diri
5)
Prasangka dan diskriminasi memahami penyebabnya dan akibatnya terhadap kelompok tertentu
6)
Perilaku prososial memberi bantuan pada orang lain
7)
Kepemimpinan kemampuan mempengaruhi orang lain/bawahan
8)
Perilaku agresif perilaku yang bertujuan menyakiti orang lain
9)
Pengembangan diri pembentukan diri merupakan hasil interaksi dengan orang lain
10) Hubungan antar kelompok konflik antar kelompok, kompetisi, kooperasi 11) Dinamika kelompok perubahan sikap anggota kelompok disebabkan oleh interaksi antar anggota kelompok
3. Hubungan psikologi sosial dengan sosiologi dan antropologi Psikologi Individu dilihat sebagai manusia dengan pribadi yang utuh Sosiologi Individu sebagai bagian dari kelompok/strata social (tinggi, menengah, rendah) Antropologi sama dg sosiologi dalam tingkah analisis kelompok (macrosocial)
By. ASDF
4. Perbedaan Psikolog dan Psikiater Pembeda
Psikiater
Psikolog
S1 Doktor (Dr)
S1 Psikologi (S.Psi)
S2 F. Kedokteran
S2 Profesi Psikologi
Ijin Praktek
SIP
SIPP
Ruang Lingkup
Mengobati
Pendidikan
orang
sakit Mengonsultasi
dengan obat & perangkat normal, medis.
pengobatan
orang non
medis.
5. Teori Psikologi Sosial 1) Teori peran Teori peran menganggap dunia kehidupan nyata ini sama dengan “panggung sandiwara”. Terdiri dari harapan peran (role expectation) dan peran ganda (multiple role) 2) Teori Pertukaran social Dilandasi prinsip ekonomi. Artinya, manusia berusaha memaksimalkan keuntungan (rewards) dari transaksi dengan biaya (costs) yang sekecil-kecilnya. 3) Teori Stimulus Respon (S-R Theory) Semua perilaku manusia adalah hasil conditioning, gagasan ini sangat berpengaruh terhadap munculnya aliran Behaviorism. 4) Teori Pembelajaran Sosial Manusia bukan mahluk yang hanya berespons menghadapi stimulus, melainkan ia akan mengolah lebih dulu stimulus tsb berdasar pengalamannya 5) Teori Atribusi, terdiri dari; -
Psikologi naif setiap manusia adalah ilmuwan naif yang mempunyai pola pikir dan perilaku ilmiah seperti seorang ilmuwan.
-
Modek kovariasi perilaku
muncul karena adanya beberpa variabel yang
berfungsi secara bersama
Modul 2: Kognisi Sosial 1. Pengertian Kognisi Sosial Suatu cara untuk menginterpretasikan, menganalisis, mengingat dan menggunakan informasi dalam lingkungan social untuk sampai pada suatu kesimpulan (atribusi)
By. ASDF
2. Faktor Jalan Pintas Mental 1) Representasi Stimulus yang informasinya tidak lengkap, biasanya mencari elemen khas atau paling familiar. Ex: orang gondrong = perampok. 2) Pengutamaan Pikiran kita dipengaruhi oleh faktor pengalaman yang paling baru. Ex: orang gondrong di malam hari = perampok (dari informasi) 3) Pengabaian rata-rata mengabaikan ciri-ciri umum yang berlaku. Ex: pernah dirampok orang gondrong, jadi orang gondrong = perampok. 4) Ketersediaan informasi jawaban yang sangat tergantung pada jumlah informasi yang dimiliki. Ex: orang lusuh = kuli. 5) Penyesuaian situasi yang tidak jelas, orang cenderung untuk mencari patokan (anchor) yang akan dijadikan pedoman dalam pengambialn keputusan. Ex: baju ke pernikahan = batik/ kemeja. 3. Berfikir ilusi 1. Ilusi Korelasi anggapan yang diyakini seseorang adanya hubungan kuat mengenai dua hal / peristiwa yang sebenarnya tidak ada hubungannya sama sekali. Ex: angka 13 = sial. 2. Ilusi Kendali anggapan seseorang yang merasa bahwa dirinya bisa mengendalikan lingkungan / peristiwa, padahal sebenarnya tidak bisa. Ex: keberuntungan dlm judi. 3. Terlalu Yakin Ex: capres yg terlalu percaya diri kalah. (kasus 2009). 4. Skema Mental a. Macam Skema mental 1) Orang pengetahuan ttg orang lain. Ex: mengenal ibu, dosen, teman. 2) Skema peran pengetahuan ttg pekerjaan/ jabatan. Ex: profesi, dosen, dokter. 3) Skrip mengenai peristiwa. Ex: skrip perkualiahan (mulai masuk – ucap salam – Tanya jawab – dosen meninggalkan ruangan) 4) Skema bebas isi aturan untuk pemrosesan informasi 5) Skema diri mengenai diri sendiri. Ex: saya rajin, tertutup.
By. ASDF
b. Keuntungan VS Kerugian Skema mental a. Memudahkan pemrosesan informasi b. Mempercepat pemrosesan informasi c. Membantu berlangsungnya pemrosesan informasi otomatis d. Memudahkan mengingat kembali e. Membantu mengitrepetasikan sesuatu Kerugian: Merugikan hub antar kelompok dan Menyederhanakan informasi 5. Atribusi a. Teori Penyimpulan Terkait mengetahui sifat seseorang melalui perilaku nyata yang ditampilkan sama dari waktu ke waktu. b. Teori Psikologi Awam dikemukakan oleh orang-orang awam. c. Model Kovarians Suatu perilaku terjadi disebabkan oleh berbagai peristiwa yang berfungsi bersama-sama pada waktu yang sama. d. Liabilitas Emosional emosi memiliki dua komponen yang berbeda, yakni gugahan fisiologis yang tidak membedakan emosi apa yang sedang dialami dan kognisi yang memberi sebutan (label) terhadap emosi apa yang dialami oleh setelah mengalami gugahan fisiologis. e. Teori Persepsi Diri untuk mengenali diri sendiri dg cara introspeksi mencoba mengenali pikiran dan perasaan pribadi f. Teori Atribusi Weiner atribusi dari penyebab dan konsekuensi keberhasilan atau kegagalan seseorang.
Modul 3: Sikap 1. Pengertian Pengertian sikap dalam psikologi berbeda dengan pengertian sikap dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Psikologi kondisi
kesiapan
atau
Kehidupan sehari-hari kesediaan sesuatu yang bisa diamati secara nyata
berperilaku (state of readiness), memiliki objek sikap
Tidak memiliki objek sikap
perilaku implisit (implicit behaviour),
perilaku eksplisit (explicit behaviour)
Komponen sikap (psikologi): Kognitif penetahuan ttg objek sikap, Affectif evaluasi emosional, Konatif kecenderungan berperilaku. By. ASDF
2. Pembentukan Sikap, karena: - Pengalaman langsung dg objek
- Kelompok teman sebaya
- Terbentuk mendadak “tiba2”
- Status & Kedudukan
- Terbentuk tanpa pengalaman langsung
- Pengaruh media massa
3. Proses Perubahan Sikap
Model tahapan diperlukan tahapan yang masing-masing urutan tersebut tidak berdiri sendiri. Tahapan: perhatian, pemahaman, penerimaan.
Model Paralel pemrosesan perifer (Pemrosesan suatu informasi yang langkahnya lebih pendek dan tidak mendalam) dan pemrosesan sentral (proses perubahan sikap).
4. Sikap dan perilaku Alasan Ketidaksesuaian sikap & perilaku: 1. tingkat spesifikasi sikap dan perilaku 2. perilaku tunggal atau perilaku jamak yang akan diukur atau dijadikan indicator 3. faktor penentu atau determinan perilaku manusia ternyata tidaklah tunggal, melainkan jamak dan majemuk 4. keadaan darurat atau menekan maka sejumlah orang yang sikapnya berbeda, dapat bersikap sama terhadap suatu hal 5. perilaku dapat berkaitan dengan lebih dari satu sikap
Modul 4: Prasangka dan Diskriminasi 1. Pengertian Prasangka dan diskriminasi merupakan dua konsep yang pengertiannya berbeda, namun berkaitan erat. Prasangka Suatu yang diawali oleh proses kategorisasi yang selanjutnya diikuti oleh pembentukan stereotipi dan skema mental, yakni proses penyederhanaan secara berlebihan (over-generalization) mengenai objek prasangka. contoh: Prasangka akan orang daerah (orang Ambon pandai menyanyi atau orang Bali pandai menari), dalam bentuk status (orang kaya sombong), homoseksual (pembawa HIV/AIDS), pejabat (pejabat itu koruptor), ibu tiri (ibu tiri kejam), dan lain-lain. Perilaku Diskriminatif Orang atau kelompok yang berprasangka terhadap kelompok tertentu yang mewujudkan prasangkanya dalam tindakan nyata (perilaku diskriminatif) atau prasangkanya itu tetap sebagai kesediaan untuk bertindak (readiness to act). By. ASDF
contoh perilaku diskriminatif dalam bidang politik yakni saat pemilihan Presiden RI, seperti jabatan Presiden RI tidak mungkin dipegang oleh wanita (prasangka jender) atau Presiden RI tidak mungkin orang luar Jawa (prasangka etnis). Individu yang berprasangka bahwa jabatan Presiden RI harus pria, maka ia tidak akan memilih calon presiden perempuan; Individu yang berprasangka bahwa presiden harus berasal dari suku Jawa, maka ia tidak akan memilih calon presiden yang bukan etnis Jawa.
Kesimpulan: prasangka adalah sikap negatif, sedangkan diskriminasi adalah perilaku negatif yang didasari oleh sikap negatif. 2. Pembentukan Prasangka (Allport) a) Pendekatan Sejarah Pemahaman prasangka tidak dapat dilepaskan dari latarbelakang sejarah hubungan antara dua kelompok di masa lalu. Contoh: Prasangka orang kulit putih terhadap orang kulit hitam di Amerika, misalnya, berakar dari sejarah didatangkannya orang Afrika ke Amerika berstatus sebagai budak belian b) Pendekatan Sosiokultural terjadinya prasangka tidak dapat dilepaskan dari konteks sosiokultural, seperti urbanisasi, mobilitas sosial, kompetisi yang ketat di dunia kerja, dan konflik antar kelompok. c) Pendekatan Situasional Memusatkan perhatian pada kekuatan yang berasal dari lingkungan serta kondisi masyarakat saat ini sebagai penyebab prasangka Contoh: orang Dajak dan orang Madura yang sebelumnya hidup berdampingan dengan damai dan rukun, tiba-tiba tatkala meletus kerusuhan di antara mereka, terjadilah saling prasangka di antara kedua kelompok yang bermusuhan itu. d) Pendekatan Kepribadian dan Psikodinamika Prasangka adalah hasil konflik internal dan ketidakmampuan individu dalam menyesuaikan diri. e) Pendekatan Fenomenologis Bagaimana individu mempersepsikan dunianya. contoh sering kelompok minoritas dianggap atau dipersepsikan sebagai ancaman oleh kelompok mayoritas. f) Pendekatan Stimulus Objek sumber prasangka bukan terletak pada pengamat atau orang yang berprasangka, melainkan pada karakteristik dan perilaku yang ditampilkan oleh objek prasangka itu sendiri
By. ASDF
Misalnya, orang Amerika kulit hitam wajar menjadi objek prasangka karena orang Amerika kulit hitam memiliki karakteristik (stimulus) yang mau tidak mau menyebabkan orang Amerika kulit putih berprasangka atau tidak menyukai mereka. 3. Dampak prasangka 1) Stigma Sosial 2) Diri Bermakna, Harga Diri, Sejahtera Secara Psikologis 3) Ancaman Stereotipi 4) Perasaan gagal mendarah daging 5) Ketidakjelasan Atribusi 6) Pemenuhan Harapan Diri 7) Genocida (Pemusnahan Masal)
4. Mengatasi Prasangka 1) Sosialisasi Prasangka dapat dikurangi dengan cara melakukan pengajaran secara langsung (direct teachings) - pendidikan 2) Kontak Antar Kelompok 4 kondisi penting mengurangi prasangka: Kerjasama saling menguntungkan
Kedekatan
Kontak antarpribadi dengan status yang setara
Dukungan institusi
3) Kategorisasi Ulang sebuah strategi yang melibatkan anggota-anggota in-group dan out-group dikategori-ulang pada sebuah identitas kelompok yang lebih besar dan inklusif.
Modul 4: Bahasa dan Komunikasi 1. Pengertian Komunikasi Komunikasi proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yg menimbulkan efek tertentu. Terdiri dari unsur: pengirim pesan (sender), pesan (message), media (transmitter), penerima pesan (receiver), dan umpan balik (feedback).
By. ASDF
2. Bahasa dan kaitannya dengan Psikologi Sosial Hubungan antara bahasa dan psikologi sosial, terdapat pada ruang lingkup psikologi sosial yang berkenaan dengan bahasa (social psychology of language), yakni Psikologi sosial tidak menyoroti bahasa terutama dari isi pembicaraan (what is said), melainkan bagaimana isi pembicaraan itu diekspresikan oleh si pembicara tatkala ia berbicara dengan lawan bicaranya (how is said): apakah ia akan menaikkan atau menurunkan nada suaranya, memberikan penekanan pada kata tertentu, berbicara cepat, menggerutu, menarik napas panjang/mengeluh, dan seterusnya. Semua hal yang menyertai bahasa ini disebut sebagai parabahasa (paralanguage).
3. Komunikasi non-verbal dan bentuk-bentuknya. 1) Pandangan dan Kontak Mata metode komunikasi non-verbal yang paling penting dan informatif. 2) Ekspresi Wajah menginformasikan enam emosi dasar, yakni bahagia, kaget, sedih, takut, jijik, dan marah. 3) Posisi Tubuh dan Gerak
Illustrator gerak tubuh dan postur yang menyertai bahasa verbal. Contohnya, menggunakan tangan untuk menunjukan arah.
Emblems adalah gerak tubuh yang menggantikan bahasa verbal, misalnya lambaian tangan, atau gerak dan posisi tubuh yang menyatakan hinaan atau cercaan.
4) Sentuhan Arti dari sentuhan berbeda berdasarkan jenis sentuhan, konteks, siapa menyentuh siapa, dan hubungan antara orang yang berinteraksi. 4. Komunikasi Efektif Komunikasi yang efektif tidak sebatas pemahaman akurat mengenai isi pesan, tetapi penerima pesan melaksanakan atau mempraktikan isi pesan, komunikasi efektif tidak hanya bergantung pada pengirim pesan, tetapi juga bergantung pada penerima pesan (mendengar aktif, tidak terlalu cepat menarik kesimpulan). Elemen komunikasi agar terwujud komunikasi yang efektif: 1) Pengirim Pesan Sifat (trait) pengirim pesan merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan komunikasi. 2) Encoding proses merujuk pada perumusan gagasan, pikiran, dan perasaan mengenai objek atau peristiwa yang akan ditransformasikan menjadi pesan By. ASDF
3) Pesan hasil proses encoding, apakah itu berbentuk verbal atau non-verbal. 4) Saluran media yang membawa pesan, bisa berupa tatap-muka, telepon, internet, laporan tertulis, dan lain-lain. 5) Penerima pesan individu atau khalayak yang menerima pesan. 6) Decoding proses penafsiran pesan oleh penerima pesan dari pesan yang diterimanya dari pengirim pesan. 7) Umpan-balik respons dari penerima pesan terhadap pesan yang disampaikan oleh pengirim pesan. 8) Kegaduhan (Noise) Kegaduhan bisa terdapat pada pengirim pesan, saluran, dan penerima pesan yang mengganggu atau mengubah tujuan suatu pesan.
By. ASDF
PART II I. Modul: Kelompok 1. Pengertian kelompok Kelompok Sekumpulan individu yang dipersepsikan saling terkait satu sama lain, dalam satu unit yang kompak. (Menurut Psikologi Sosial) Penentu kekompakan (entiativity) suatu kelompok oleh Lickle dkk. (2000) berdasarkan kriteria: (a) derajat entiativity kelompok, (b) derajat pentingnya kelompok tersebut bagi anggotanya, (c) jumlah anggota kelompok yang saling berinteraksi, (d) sejauhmana anggota kelompok memiliki kesamaan tujuan dan hasil, dan (e) sejauhmana kemiripan satu anggota kelompok dengan anggota kelompok lainnya. Robbins (2003) mengklasifikasikan kelompok sebagai berikut : •
Kelompok formal (formal groups) kelompok yang memiliki struktur, pembagian tugas, maupun peraturan tertulis yang jelas dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Contoh perguruan tinggi, perseroan terbatas, induk organisasi olahraga, dan organisasi militer.
•
Kelompok informal (informal groups) kelompok yang berlawanan dengan kelompok formal, kelompok ini tidak memiliki struktur yang jelas, juga tidak memiliki pembagian tugas dan peraturan yang jelas. Contoh: kelompok arisan para ibu, kelompok tenis suatu instansi, dan kelompok alumni SMA.
•
Kelompok komando (command groups) kelompok terdiri dari sejumlah anggota yang dibawahi oleh seorang atasan seperti tampak dari bagan organisasi. Contoh: sejumlah supervisor yang bertanggungjawab kepada seorang manajer, dan kepala sekolah yang membawahi sejumlah guru.
•
Kelompok tugas (task groups) kelompok yang mempunyai tuas khusus untuk menyelesaikan suatu masalah (Pokja) yang anggotanya terdiri dari berbagai sub-kelompok atau departemen. Contoh: kelompok kerja penyusunan suatu peraturan, dll
•
Kelompok kepentingan (interest group) kelompok yang anggotanya memperjuangkan kepentingan tertentu. Contoh: sejumlah tokoh masyarakat yang bersatu menuntut hukuman seumur hidup bagi koruptor kelas kakap, dll
•
Kelompok paguyuban (friendship groups) : kelompok yang anggotanya memiliki karakteristik yang sama, dan umumnya berkumpul di luar organisasi formal, Contoh:
By. ASDF
kelompok yang anggotanya terdiri dari orang-orang yang berasal dari daerah tertentu, suku-bangsa tertentu, atau kelompok kolektor lukisan. Pembagian jenis kelompok juga dilakukan oleh Charles Horton Cooley. Menurut pendapatnya terdapat beberapa jenis kelompok, yakni : a) kelompok primer (primary groups) Merupakan sumber kehidupan sosial individu, karena kelompok ini memberikan dukungan sosial sehingga individu mampu berpartisipasi dalam kehidupan sosial, anggotanya sedikit dengan frekuensi interaksi tinggi serta bentuknya cukup permanen dan tidak berorientasi pada tujuan. Contoh: keluarga dan teman-teman dekat. b) kelompok referensi (reference groups) kelompok yang menjadi bahan rujukan dalam menilai sikap dan tingkah laku dan seseorang, dimana individu merasa bahwa salah satu kelompok lebih unggul, dan ingin bergabung dengan kelompok tersebut. c) kelompok tugas formal (formal task groups) Memiliki karakteristik yang berisi normanorma tertentu yang diakui oleh masing-masing anggota serta memiliki bentuk atau struktur yang pasti, dan dibentuk dengan tujuan untuk mencapai hasil tertentu. d) kelompok informal (informal groups) kelompok yang tidak memiliki norma atau peraturan tertulis, dan pada umumnya hanya memiliki tujuan yang bersifat sementara. Contoh: kelompok teman sebaya yang bisa saja suatu hari berkumpul untuk tujuan jalanjalan di mal, dan pada waktu lain berkumpul untuk main bowling bersama. e) agregat (aggregates) Kelompok yang terbentuk tanpa sengaja, bertemu pada suatu tempat dan waktu yang sama. Contoh: ketika orang berkerumun di halte menunggu bis atau di peron menunggu kereta api. 2. Alasan orang berkelompok a. Manusia berkelompok untuk keamanan Menurut Maslow, rasa aman merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi sebelum manusia bisa memenuhi kebutuhan lainnya. Menjadi anggota suatu kelompok memenuhi kebutuhan ini dengan memberikan rasa aman, safety in numbers. b. Menjadi anggota kelompok untu memenuhi kebutuhan psikologis, Adanya rasa sense of belonging dengan menjadi anggota kelompok serta individu juga mendapatkan social support. Kebutuhan psikologis ini mencakup rasa kepemilikan, berafiliasi, untuk diterima, dan mendapatkan pengakuan dari orang lain. c. Sebagai sarana mencapai tujuan dan ambisi seseorang.
By. ASDF
Dengan berkelompok, individu bertemu dengan orang-orang lain yang memiliki tujuan yang sama walaupun tidak sama persis dengan tujuan masing-masing, sehingga menjadi sarana untuk mencapai tujuan individual masing-masing. d. Individu termotivasi bergabung dengan kelompok untuk mendapatkan status tertentu. Kelompok menyediakan dan memberikan imbalan bagi individu. Dengan mendapatkan imbalan, maka status yang diinginkan individu akan terpenuhi dan individu merasa puas. Seseorang yang tidak merasa bagian dari suatu kelompok akan merasa terisolasi. Hal ini dapat menimbulkan gangguan psikologis seperti depresi.
II.
Komunikasi Kenapa komunikasi itu penting? Cause people are: unique, complex, unpredictable Komunikasi penting?
Mempengaruhi penilaian orang tentang kita berujung pada citra dan keberhasilan
Mempengaruhi pemahaman pesan yang disampaikan
Penilaian org ttg kita
Gaya, struktur, dan isi pesan yg disampaikn mennjukan jati diri pembawa pesan
Penerima pesan akan memerikan penilaian citra pembawa pesan
Keberhasilan awal akan tampak dari gaya komunikasi pembawa pesan Perilaku dan Label Seseorang
Komunikasi sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai informasi. Unsur Komunikasi: sumber/ komunikator, isi pesan, media/ saluran, penerima/ komunikan. berkomunikasi. By. ASDF
Proses Komunikasi Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaiman dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindak lanjuti dengan sebuah perbuatan oleh penerima dan tidak ada hambatan untuk hal itu. Komunikator
Saluran
Pesan Encoding
Dencoding
Komunikan
Umpan Balik Sejalalan dengan keterampilan dalam empat unsur ditambah umpan balik tersebut, diperlukan kemampuan dalam hal-hal berikut: [1] Cara Bicara [2] Mendengar
[3] Cara mengamati
[4] Menjaga sikap selama berkomuikasi dengan bahasa tubuh agar tidak mengganggu komunikasi
III. Kepemimpinan Kepemimpinan kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan yg bentuknya bisa formal seperti tingkat manajerial pada suatu organisasi. Karena posisi manajemen terdiri atas tingkatan yang biasanya menggambarkan otoritas, maka bisa diasumsikan suatu peran kepemimpinan sbg akibat posisi yg ia pegang pada organisasi tsb. Namun tidak semua pemimpin adalah manajer dan begitu pula sebaliknya. Hanya karena hak tertentu diberikan organisasi thd manajerial tidak menjamin bahwa mereka mampu memimpin secara efektif. Teori Kepemimpinan: 1. Teori sifat Teori sifat kepemimpinan adalah evaluasi dan seleksi dari pemimpin berdasarkan pada berbagai sifat dan karakteristik pribadi mereka yang membedakan para pemimpin dan yang bukan pemimpin. Ada 6 sifat yg membedakan pemimpin & bukan: semangat, ambisi, keinginan, mempengaruhi orang lain, kejujuran, integritas, percaya diri, pintar dan menguasai pengetahuan teknis yg berhubungan dg area tanggung jawab mereka. 2. Teori perilaku Teori perilaku kepemimpinan didasarkan pada keyakinan bahwa pemimpin besar dibuat bukan dilahirkan. Teori kepemimpinan ini berfokus pada tindakan para pemimpin bukan pada kualitas mental. Menurut teori ini, orang dapat belajar untuk menjadi pemimpin melalui pengajaran dan observasi. By. ASDF
a. Penelitian Universitas Michigan Pemimpin yang berorientasi pekerjaan, kepemimpinan atas kekuasaan paksaan, imbalan, dan legitimasi untuk mempengaruhi perilaku dan prestasi pengikut. Pemimpin yang berorientasi karyawan, pendelegasian, pengambilan keputusan dan upaya membantu karyawan dalam memenuhi kebutuhan mereka dengan menciptakan suatu lingkungan kerja yang mendorong. b. Penelitian Universitas Negeri Ohio Penelitian yang diketuai Fleishman ini menghasilkan teori dua faktor tentang kepemimpinan: Pemrakarsa struktur perilaku dimana pemimpin yang mengorganisasi dan menetapkan hubungan dalam kelompok tersebut, cenderung membentuk pola dan saluran komunikasi yang ditetapkan dengan baik, dan menunjukkan cara – cara penyelesaian pekerjaan. Pertimbangan menyangkut perilaku yang menunjukkan persahabatan, kepercayaan timbal-balik, respek, kehangatan, dan hubungan antara pemimpin dan pengikut. 3. Teori Kontingensi Teori kontingensi fokus pada variabel yang berkaitan dengan lingkungan yang mungkin menentukan gaya kepemimpinan tertentu yang paling cocok. Menurut teori ini, tidak ada gaya kepemimpinan yang terbaik dalam segala situasi. Kesuksesan tergantung pada sejumlah variabel, termasuk gaya kepemimpinan, kualitas para pengikut dan aspek situasi. Tiga Dimensi kontingensi: a. Hubungan pemimpin – anggota, tingkat keyakinan, kepercayaan, penghargaan bawahan thd pemimpin mereka. b. Struktur tugas: tingkatan pada tugas kerja bawahan terstruktur/ tidak terstruktur c. Wewenang jabatan
IV. Bencana Karakteristik Bencana: Bencana alam (Tsunami Aceh, Banjir, dll) , Kecelakaan industri (, Kecelakaan transportasi (Jatuh pesawat terbang) , Konflik sosial (Tawuran pelajar, Konfliki Poso, dll) , Terorismen (WTC, Bom Bali, dll) Fakta pada bencana
Keinginan menolong sesama sangat besar
By. ASDF
Kadang cara pertolongan salah dan membahayakan
Tidak tahu korban mau dibawa kemana
Pengertian bencana Krisis (akibat kegagalan interaksi manusia dg lingkungan fisik dan sosial) yg melampui kapsitas individu dan masyarakat untuk menanggulangi dampaknya yang merugikan Klasifikasi: - Sumber: alam (natural disaster), ulah manusia (man-made disaster), kompleks (multi-faktor) -
Waktu muncul: mendadak (sudden-onset disaster), perlahan (gradual-onset disaster)
Dampak Bencana:
Terjadinya kematian, cedera dan penyakit yang diluar perkiraan
Rusaknya infrastruktur kesehatan dan terganggunya program kesehatan
Perekonomian, sekolah dan infrastruktur hancur
Mempengaruhi perilaku psikologis dan sosial masyarakat yang terkena
Mengakibatkan kelangkaan pangan gangguan gizi
Memberikan dampak buruk bagi lingkungan dan populasi shg meningkatkan risiko potensial penyakit menular dan bahaya lingkungan
Prinsip pokok manajemen bencana
Komprehensif Kegiatan yg mencakup segala fase dan seimbang
Integratif Memadukan berbagai sistem yang berjalan
Pendekatan thd segala risiko bahaya Memeriksa berbagai skala potensi bahaya yang mungkin dan mengenal berbagai konsekuensi umum setiap jenis bencana
Pendekatan manajemen risiko yg sistematik Menentukan berbagai opsi penanggulangan risiko
Perencanaan kelangsungan usaha Pelayanan kesehatan harus terus berlangsung dlm berbagai kondisi
Mo-nev (monitoring-evaluasi) berkelanjutan Memantau interaksi dinamis antara masyarakat, ancaman dampak, & sistem penanggulangan
Kooperasi & koordinasi Seluruh sektor terkait bekerjasama (termasuk korban bencana), saling mendukung & berkoordinasi untuk mencapai hasil yg sinergistik
By. ASDF
Berbasis pada informasi teknis dari para ahli yg akurat Merupakan dasar pengambilan keputusan dan rencana aksi yang adekuat Siklus dan Fase Manajemen Bencana
a. Fase Pemulihan 1. Respon •
Tujuan utama intervensi kesehatan fase respon darurat: menurunkan segera angka dan risiko kematian, kesakitan dan kecacatan yang tinggi
•
Peran medis kedokteran > menonjol, simpati dan bantuan kemanusiaan mengalir deras (Peran Pemerintah, LSM & masyarakat)
•
Aspek kesehatan masyarakat: menilai kebutuhan (asesmen), suplai air minum, penyediaan penampungan/ hunian, pembuangan kotoran & limbah, sanitasi makanan
2. Rehabilitasi •
Mengembalikan sistem dan struktur ke fungsi &/ bentuk semula
•
Peran medis kedokteran & kes-mas* berimbang, bahkan kes-mas dapat dominan
•
Memulihkan layanan kehidupan: Suplai air, Buangan, Listrik, Komunikasi, Transportasi, Sekolah
b. Fase Penurunan Resiko 1. Rekonstruksi •
Mengembalikan sistem dan struktur ke fungsi &/ atau bentuk yang lebih baik
•
Peran kes-mas dapat dominan
•
Tujuan utama intervensi kesehatan fase Rehabilitasi dan Rekontruksi adalah: konsolidasi pencapaian kesehatan; angka kesakitan menurun, status kesehatan & gizi yg baik, dll. antisipasi kedaruratan baru; KLB/ wabah, kelaparan, kerusuhan, dll
2. Mitigasi By. ASDF
•
Upaya eliminasi, menurunkan/meminimalkan risiko bahaya (hazard) bencana pada populasi yang rentan
•
Penting meningkatkan kesadaran kolektif berbagai unsur di masyarakat untuk merasa bertanggung jawab dlm mitigasi
•
Tujuan utama mitigasi: Menghilangkan atau membatasi risiko/ kemungkinan munculnya bencana.
3. Kesiap-siagaan •
Tujuan utama: meningkatkan kemampuan masyarakat untuk: [1] merespon efektif ancaman & dampak bencana, [2] pulih dg cepat dari dampak jangka panjang
•
V.
Partisipasi aktif masyarakat sangat penting
PFA (Psychological First Aid) PFA Suatu cara untuk memberikan dukungan emosional dan membantu orang dari berbagai latar belakang (usia, budaya, etnik, sosek) segera setelah terjadinya bencana Reaksi Psikologis Bencana: - Loss: isu utama dalam bencana berdampak pada psikologis yang besar. - Kehilangan: orang, barang, pekerjaan, ikatan sosial, keamanan, gambaran positif, masa depan. Tujuan PFA: [1] Mengurangi dampak negatif dari pengalaman traumatis, [2] Menguatkan fungsi adaptif jangka pendek dan jangka panjang penyintas, [3] Akselerasi proses pemulihan penyintas Pemberi PFA Masyrakat awam dan bukan profesional kesehatan menta First Responder (mereka yang bertugas saat emergensi) Standar PFA: (1) Evidence Based (2) Praktis dan aplikatif (3) Sesuai tahap perkembangan manusia (4) Adaptif & sesuai budaya
By. ASDF
Indikasi PFA: dekat secara fisik dg bencana, dekat secara emosional dg kejadian, adanya rutinitas sekunder. PFA
Disaster Mental Health
Pertolongan psikologis pertama
Pelayanan psikologis yg diberikan oleh
Di level masyarakat
profesional kesehatan mental
Disediakan oleh keluarga, teman, relawan Piramida penganangan Psikologis (Dari yang terbesar) 1. PFA (keluarga, teman) 2. Dokter, tokoh agama 3. Relawan terlatih 4. Profesional kesehatan mental 5. Rumah Sakit Jiwa Kondisi yg Diciptakan PFA: safety (aman), calming (tenang), connectedness to others (tidak sendiri), self efficacy (sikap positif untuk mampu), hopefulness (harapan) SFA (Safety Function Action) Model SFA Safety
Safeguard: melindungi dari bahaya, resiko, menawarkan upaya perlindungan. Kebutuhan penyintas: keamanan, keselamatan, perlindungan dr ekspos, persepsi akurat keamanan & keselamatan, intervensi perilaku beresiko tinggi. Fasilitasi: bawa penyintas ke tempat aman, jauhkan dr pemandangan traumatis, mengenalkan diri serta peran untuk penyintas, tetap bersama. Sustain: memenuhi kebutuhan dasar. Kebutuhan penyintas: kepastian pemenuhan kebutuhan dasar untuk survive Lakukan: sediakan makan minum, perawatan medis, pakaian, tempat, sanitasi.
Function
Comfort: menenangkan, stabilisasi Kebutuhan penyintas: penurunan perasaan tdk nyaman, stabilisasi reaksi negatif, orientasi, kenyamanan. Lakukan:
kenyamanan,
menenangkan,
mengupayakan
kondisi
stabil,
mengajarkan keterampilan mengelola stress. Keterampilan diharapkan: verbal & non verbal. Connect: menghubungkan dg dukungan sosial
By. ASDF
Kebutuhan penyintas: dekat dg orang familiar, memperoleh dukungan untuk situasi sulit. Lakukan: pastikan keluarga tetap bersama, pertemukan keluarga yg terpisah, hubungkan dg sumber bantuan, hadir, bantu mencari informasi yg dibutuhkan. Action
Advise: melakukan edukasi Kebutuhan penyintas: mengurangi ketidakpastian, informasi bencana-reaksi umum, cara menghadapi situasi sulit. Lakukan: beri informasi akurat, tenangkan penyintas, ajarkan keterampilan positif. Activate: memfasilitasi partisipasi dlm pemulihan pasca bencana & akses ke sumberdaya yg ada. Kebutuhan penyintas: bimbingan pemulihan, kesempatan mendapatkan kendali hidup, rujukan untuk pemulihan. Lakukan: dorong untuk kembali ke rutinitas, fasilitasi penyintas untuk memetakan kebutuhannya, libatkan dalam pemulihan, beri kesempatan untuk saling menolong. Keterampilan: pengambilan keputusan, kemampuan motivasi.
Kualitas pendamping PFA efektif: pribadi utuh, penguasaan diri, kreatif & fleksibel, kompetensi dlm keberagaman, energi positif, cepat, tepat. Persiapan PFA a. Mengenali & memahami konteks: kumpulkan informasi, identifikasi layanan, koordinasi, orientasi setting & layanan. b. Mengenali kekuatan diri/ tim: informasi tim, kompetensi, keterbatasan, sumber daya tim, waktu yg tersedia. c. Kesiapan diri: fisik, psikologis, siap di area, siap dg reaksi psikologis. Yg diharapan dr pendamping PFA: santun, fokus perhatian, demonstrasi ketenangan, sensitif thd budaya, memperhatikan kelompok yg beresiko tinggi. Hal penting dalam memulai kontak: presence (hadir), empati (mempersepsikan & mengenali reaksi penyintas).
By. ASDF
VI.
Psikologi Sosial Dalam Terapan Karakterisrtik psikologis Kepribadian ada 4 aspek karakter psikologi ID ( [1] Kepribadian, [2] Motivasi, [3] Evaluasi [4]
Diri, dan
Karakteristik Kognitif) yang dapat mempengaruhi seseorag dalam
memanfaatkan peluang dibanding orang lain. [1] Kepribadian a. Ektraversi adalah terkait dengan sikap sosial seperti assertif, aktif ambisi, inisiatif dan ekshionis
sikap akan membantu seseorang untuk mengeskplore peluang terutama dalam memperkenalkan ide atau kreasi mereka kepada orang lain
b. Agreement = Kesepahaman
Terkait dg kemarahan, konformitas sosial, keinginan untuk mempercayai, kerjasama, keinginan memaafkan, toleransi dan fleksibelitas dg org lain
Ini akan membantu jaringan antar teman-nasabah bisnis dalam mempercayai org lain
c. Pengembilan resiko [2] Motivasi a. Kebutuhan berprestasi
Memicu ssorg utk terlibat dg penuh rasa tanggungjawab, membutuhkan usaha dan keterampilan dg penuh tg jawab
Kemampuan untuk membawa ide dan di implementasi di masyarakat
b. Keinginan utk independen (need for independence)
Faktor ini menjadi penentu ke-khas-an seorang wirausaha
Adanya role model
[3] Evaluasi Diri a. Locus of control
LOC didefinisikan sbg kepercayaan ssorg bhw ia mampu mengendalikan lingkungan di sekitarnya
Wirausaha akan memiliki LOC yg tinggi krn mempu memanfaaktan peluang yg ada
Memiliki kepercayaan utk dpt memanfaatkan peluang, sumber daya dan dana, mengorganisasikan perusahaan serta mampu bersinergi
By. ASDF
b. Self efficacy
Self efikasi adalah kepercayaan ssorg pada kekuatan diri dalam menjalankan tugas ttt
Wirausaha sering membuat penilaian sendiri pada keadaan yang tidak menentu oki ia mampu menganalisa sesuatu masa depannya.
[4] karakteristik kognitif a. Overconvidence b. Representasi c. Intuisi sebagian besar intuisi banyak dipakai oleh wirausaha dalam membuat keputusan
REFERENSI (TIDAK DIBAHAS BAPAK) Modul 7: Hubungan antar Kelompok 1. Menjelaskan pengertian hubungan antar kelompok Hubungan antarkelompok setiap hubungan yang melibatkan sejumlah individu yang menganggap diri mereka atau dianggap oleh individu lain sebagai bagian dari suatu kategori sosial Ketika anggota suatu kelompok, baik seorang dirimaupun berkelompok, berhubungan dengan kelompok lain maupun anggotanya, maka telah terjadi perilaku antarkelompok. Perilaku kelompok persepsi, kognisi, atau perilaku yang dipengaruhi oleh pengetahuan seseorang bahwa ia dan orang lain adalah bagian dari suatu kelompok sosial yang berbeda. Perilaku antar kelompok pada dasranya terbagi menjadi dua: a) kerjasama (cooperation), misalnya, pada organisasi yang berbagai komponen dari organisasi itu bekerjasama untuk mencapai tujuan organisasi. b) persaingan (competitive), misalnya pada peristiwa pertandingan olahraga, lomba pidato dalam bahasa Inggeris, perang antar suku atau antar Negara, dan lain-lain. Ciri-ciri utama dari perilaku antarkelompok adalah etnosentrisme (ethnocentrism), yaitu suatu anggapan bahwa kelompok kita lah yang merupakan pusat dari segala-galanya, sedangkan kelompok lain dinilai berdasarkan kelompok kita.
By. ASDF
2. Menjelaskan teori-teori dalam psikologi tentang hubungan antar kelompok Dalam menjelaskan hubungan antarkelompok, ada 6 teori Psikologi Sosial yang dapat dipergunakan. Ke enam teori tersebut adalah 1) Teori hipotesis – frustrasi (Dollard) frustrasi selalu menyebabkan agresi, dan agresi selalu merupakan hasil dari kondisi frustrasi. Sementara Miller, yang mengoreksi pandangan Dollard, berpendapat bahwa agresi tidak selalu didahului oleh frustrasi, dan frustrasi tidak selalu menghasilkan agresi. Berkowitz yang meneliti lanjut teori ini, menemukan bahwa hanya frustrasi subjektif yang diperkuat oleh asosiasi agresif lah yang akan menimbulkan agresi. 2) Teori konflik – realistik (Muzafer Sherif) konflik antarkelompok muncul karena konflik kepentingan yang memperebutkan sumber-sumber yang memang sudah langka. Jadi selalu ada win-lose orientation. 3) Teori identitas sosial konflik antarkelompok berkaitan dengan identitas kelompok. Identitas kelompok inilah yang memunculkan in-group dan out-group. 4) Teori identitas sosial pemberian kategori terhadap orang akan menimbulkan stereotipi, yaitu anggota kelompok lain dipandang lebih heterogen sementara anggota kelompok sendiri dipandang homogen. Efek homogenitas relatif ini akan dipertajam oleh adanya ciri khas kelompok dan kondisi ketika mereka berkompetisi. 5) Teori emosi antarkelompok anggota kelompok yang menganggap penting kelompoknya memiliki keterlibatan emosional yang kuat terhadap kelompoknya. 6) Teori dominasi kelompok teori-teori psikologi yang melibatkan prasangka, stereotipi, persepsi, dan kognisi – tidak memadai karena merupakan pendekatan parsial yang hanya menekankan unsur manusia. Teori ini menawarkan pendekatan yang integratif, yaitu mensintesakan unsur individu dengan berbagai pranata sosial yang memiliki stratifikasi sosial yang disebut trimorphic. Stratifikasi sosial ini dipisahka oleh 3 basis, yaitu usia, jender, dan arbitrer. 3. Menjelaskan pengertian kerjasama dan kompetisi Dinamika kelompok adalah suatu bidang ilmu pengetahuan yang memusatkan diri pada pengkajian ilmiah mengenai perilaku individu dalam kelompok. Hal-hal yang menjadi pusat perhatian dinamika kelompok adalah karakterisitik kelompok dan perkembangan kelompok. Secara garis besar karakter kelompok ada 4, yaitu tujuan, pola komunikasi, prosedur penanganan masalah, dan adaptasi. Selain itu, sebagai suatu cabang ilmu, dinamika kelompok
By. ASDF
juga meneliti pengaruh kelompok (group influence) yaitu hubungan antara kelompok dengan individu, kelompok dengan kelompok lain, dan kelompok dengan entitas lain di luar kelompok. Dinamika kelompok akan memunculkan perubahan kelompok. Ada 3 teori yang dapat digunakan untuk menjelaskan perubahan kelompok, yaitu teori perubahan kelompok melalui perubahan yang berulang-ulang (recurring phase theory), sequential stage theory, dan teori tentang perkembangan kelompok yang dikemukakan oleh Tuckman.. Konsep dinamika kelompok berasal dari Kurt Lewin yang dicetuskan pada tahun 1940-an. Menurut Lewin, pada dasarnya setiap kelompok memiliki struktur tertentu yang mencakup norma dan peran. Norma dan peran adalah bagian dari karakteristik kelompok. Kelompok juga berubah dan berkembang seiring dengan berjalannya waktu, melalui beberapa tahap, yang mempengaruhi produktivitas kelompok tersebut. 4. Menerapkan cara-cara penanganan konflik antar kelompok Menurut ahli psikologi sosial, kepemimpinan adalah suatu proses yang merujuk pada adanya satu anggota kelompok (seorang pemimpin) yang mempengaruhi anggota kelompok lainnya dalam mencapai suatu tujuan bersama (Baron and Byren, 1997 :13). Pengertian tersebut didasarkan pada great person theory (toeri orang hebat), yang berpendapat bahwa seorang pemimpin adalah yang memiliki karakteristik paling hebat dalam semua hal dibanding yang dipimpin. Namun, penelitan-penelitian kritis terhadap teori tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara kareakteristik atau sifat kepribadian pemimpin dengan efektivitas kepemimpinan kecil. Hanya ketika dilakukan rangkuman terhadap penelitianpenelitian serupa ditemukan bahwa pemimpin yang efektif cenderung memiliki kebutuhan untuk berprestasi (need for achievement),
kepercayaan diri (self-esteem), motivasi
(motivation), orisinalitas (originality), dan toleransi terhadap stres (stress tolerance) yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemimpin yang kurang efektif. Sedangkan tentang gaya kepemimpinan, ada 2 macam gaya kepemimpinan yaitu pemimpin kerja (task leader) dan pemimpin sosio-emosinal (socio-emotional leader). Pemimpin kerja mengontribusikan ide-ide, mencari dan memberikan informasi dan opini, mengoordinasi aktivitas kelompok, memberikan ’energi’ kedalam kelompok, dan mengeveluasi kinerja kelompok. Sementara, pemimpin sosio-emosional memberikan pujian, memediasi konflik, mendorong partisipasi, dan juga memberikan umpan balik terhadap kelompok dan proses kelompok. Penelitian lain juga membagi perilaku pemimpin menjadi dua dimensi. Dimensi pertama adalah initiating structure/production orientation, yaitu pemimpin yang fokus pada By. ASDF
penyelesaian tugas. Pemimpin akan mengorganisasi kerja, mendorong bawahan untuk mengikuti peraturan, menetapkan target, dan memperjelas perbedaan peran pemimpin dan bawahan. Dimensi kedua adalah consideration/person orientation, pemimpin dengan gaya kepemimpinan ini lebih fokus pada menjalin hubungan baik dengan bawahannya agar disukai. Mereka akan membantu bawahannya, memberikan penjelasan kepada bawahan, dan meperhatikan kesejahteraan bawahannya.
MODUL 8 (PERUBAHAN SOSIAL) 1. Menjelaskan Pengertian Perubahan Sosial Perubahan sosial: proses perubahan pola tingkah laku, budaya, struktur masyarakat seiring berjalannya waktu (Calhoun, Light, & Keller, 1994; Vander Zanden, 1996) -- > segala aspek. Perubahan sosial: proses perubahan pd struktur & fungsi suatu sistem sosial (Rogers dan Shoemaker, 1971).
2. Menjelaskan sumber perubahan sosial Sumber: (1) dalam, (2) luar (1) Dalam (Immanent change), ex: 1 penduduk menemukan pupuk baru & digunakan seleuruh penduduk desa. (2) Luar (contact change: selective contact change & directed contact change) Selective change: anggota masyarakat menyaksikan & terpengaruh oleh gagasan/ teknologi tertentu. Directed change: perubahan muncul akibat kekuatan dr luar, seperti agen pembaharuan/ pemerintah. Penyebab: Lingkungan fisik, populasi, inovasi, difusi. 3. Menjelaskan motivasi perubahan sosial Dapat terjadi dengan: - Direncanakan (planned social change) = social planning (andrews) = planned change (Lippit, Watson, Westley), change management (Kauffman) = social marketing (philip kotler) Upaya agen perubahan sengaja untuk mengubah masyarakat dg langkah nyata (action plan) - Tidak direncanakan (unplanned social change)
By. ASDF
Hasil interaksi berbagai kekuatan, sering tidak rasional, muncul begitu saja, konsekuensi tidak diharapkan. 4. Manifestasi perubahan sosial Meliputi: dimensi sasaran, dimensi waktu (pendek, panjang) Dampak: micro (individu), intermediate (kelompok), macro (masyarakat). 5. Tipe perubahan sosial Dimensi waktu + dampak = 6 tipe perubahan sosial. Time Dimension
Short term
Level of Society Micro
Intermediate
Macro
(Individual)
(Group)
(Society)
Type 1
Type 3
Type 5
1. Attitude change
1. Normative change
1. Inventions innovation
2. Behavior change
2. Administrative change
2. Revolution
perubahan sikap karena
perubahan nilai & norma
Perubahan akibat revolusi/
hadirnya gagasan baru Long term
inovasi
Type 2
Type 4
Type 6
Life cycle change :
Organizational change:
Socio-cultural evolution
perubahan siklus hidup
perubahan organisasi scr
Perubahan sosio kultural
struktural & fungsional
negara
6. Konsekuensi perubahan sosial Konsekuensi dari suatu perubahan sosial - Rogers dan Shoemaker (1971): konsekuensi fungsional versus konsekuensi tidak-fungsional, konsekuensi langsung versus konsekuensi tidak-langsung, dan konsekuensi manifes versus konsekuensi laten. 7. Teori-teori perubahan sosial 1. Perspektif evolusioner (herbert Spencer-Gerhard Lenski): terjadi secara linear, serupa dg evolusi biologis. 2. Perspektif siklus (Oswald, Arnold, Paul): proses yg terjadi dlm siklus. 3. Perspektif Fungsional (William): proses diamis, terus bergerak, keseimbangan. 8. Strategi perubahan sosial terencana Perubahan sosial yang munculnya karena direncanakan akan mengikuti tahapan-tahapan yang prosesnya ditentukan oleh tujuan yang hendak dicapai, sasaran perubahan, sumber daya yang tersedia, dan ada atau tidaknya hambatan atau dukungan.
By. ASDF
Untuk mencapai perubahan yang diinginkan, ada beberapa strategi yang dapat digunakan, yaitu power strategy yang terdiri atas: reformasi, protes, dan taktik tindakan langsung. Taktik tindakan langsung dapat dilakukan dengan cara: demonstrasi, non-kooperasi, dan intervensi. Strategi lain yang dapat dipakai adalah persuasive strategy yang dapat berbentuk: propaganda, advertising, dan lobby. Strategi lain yang juga dapat dipakai adalah reeducative strategy. Masih banyak lagi strategi lain yang dapat digunakan dalam tindakan tanpa kekerasan, tetapi setiap strategi dan taktik akan berbeda keefektifannya tergantung pada situasi yang ada.
MODUL 9 (APLIKASI PSIKOLOGI SOSIAL) Dalam menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan lingkungan hidup, psikologi sosial berkontribusi melalui strategi perubahan tingkah laku. Ada lima tahapan dalam indentifikasi permasalahan tingkah laku: 1. Diagnosis permasalahan (pertambahan penduduk, kekurangan sumber daya, dan polusi) 2. Pengembangan hipotesis kausal (tragedy of the common dan social trap) 3. Disain intervensi (strategi umum dan pendekatan behavioristik) serta implementasi dan evaluasi.
By. ASDF