DAYA TARIK INTERPERSONAL
Prinsip Dasar Ketertarikan Social
Keakraban
Karakteristik Pribadi
Kesamaan
Kedekatan
Merujuk pada sikap suka seseorang terhadap orang lain.
Individu mempunyai variasi dalam hal - hal yang aling mereka hargai dari diri orang lain
Cenderung tertarik dengan seseorang yang memiliki banyak kesamaan dengan pribadi kita
Didukung juga dari letak tempat kita bersosialisasi
Semakin dekat jarak fisik, semakin besar kemungkinan bahwa dua orang mengalami kontak secara berulang.
HUBUNGAN YANG ERAT
Definisi Hubungan
Daya Sosial
Pengungkapan Diri
Cinta
Sesuatu yang terjadi bila seseorang saling mempengaruhi satu sama lain, bila yang satu bergantung pada yang lain
Kemampuan seseorang untuk mempengaruhi prilaku, fikiran dan perasaan orang lain dengan sengaja
Kegiatan membagi perasaan dan informasi yang akrab dengan orang lain
Reaksi emosional yang sama dikenalnya dan sama mendasarnya dengan rasa marah, kesedihan, kegembiraan dan rasa takut
DERIVATIF THEORY
Teori Belajar Sosial
Teori Psikologi Lingkungan
Teori Atrbusi
Teori Self
Tokok : Bandura Teori ini membentuk perilaku sosial dari proses belajar atau pencontohan
Tokoh : Gestalt teori ini menjelaskan bahwa perilaku sosial dibentuk dan dipengaruhi oleh lingkungan sosial
Tokoh : Heider menjelaskan bahwa perilaku seseorang dibentuk oleh faktor dalam (keturunan) dan faktor luar (lingkunganj)
Teori ini berpendapat bahwa yang mengatur perilaku dalam hidup adalah dirinya sendiri.
GRAND THEORY
Pengertian dan asal usul grand theory
I. Teori behavioristik
II. Teori Kognitif
III. Teori Medan
IV. Teori Role
Grand theory, diciptakan oleh C. Wright Mills dalam 'The sociological imagination (1959)" berkenaan dengan bentuk abstrak tertinggi suatu peneorian yang tersusunan atas konsep-konsep yang diprioritaskan dapat mengerti dunia sosial.
Bagaimana perilaku seseorang mempengaruhi Lingkungannya.
Mengacu pada Leseimbangan/ Balance
Berkaitan dengan teori Lapangan
Berkaitan dengan Peran Individu.
Psikologi Sosial Dan Psikologi Lintas Budaya
Pengertian Psikologi Sosial Dan Psikologi Lintas Budaya
Perilaku Sosial Dalam Konteks Budaya
Akukturasi dan Inkulturasi
Individualisme dan Koektifitas
Psikologi Sosial : Telaah tentang cara berfikir, merasa, dan bertindak dalam lingkungan sosial dan pengaruh lingkungan sosial terhadap fikiran, perasaan, dan tindakan.
Menaruh perhatian pada pengujian berbagai kemungkinan batas-batas pengetahuan dengan mempelajari orang-orang dari berbagai budaya yang berbeda.
Prilaku manusia dalam kaitannya dengan lingkungan merupakan tinjauan dari antropologi yang pada khususnya antropologi budaya ini meninjau prilaku manusia tidak lepas dari segi kebudayaan yang membelatarbelakinginya.
Alkulturasi : kelompok manusia dengan suatu kebudayaan yang tertentu dihadapkan ada suatu unsur - unsur kebudayaan asing yang berbeda sedemikian rupa.
Inkulturasi : tindakaan untuk mengkulturasikan (membudayakan) kembali dengan kebudayaan asli
Individualisme : Perilaku kompelks yang didasarkan pada kepentingan anggota kelompok dari pada kelompok lain.
Kolektivisme : perilaku yang didasarkan pada nilai - nilai tradisi.
LINGKUNGAN
lINGKUNGAN nON SOSIAL
PENGARUH TIMBAL BALIK ANTARA LINGKUNGAN DENGAN MANUSIA
PERILAKU SOSIAL
Prososial
Altruisme
Agresifitas
Prilaku Sosial Dalam Ajaran Islam
Perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa memperhatikan diri sendiri.
Suasana saling ketergantungan yang merupakan keharusan untuk menjamin keberadaan manusia.
suatu cara untuk melawan dengan sangat kuat, berkelahi, melukai, menyerang, membunuh atau menghukum orang lain baik secara fisik ataupun psikis.
PENGARUH SOSIAL
Pengertian Pengaruh Sosial
Kekuatan Sosial
Konformitas
Ketaatan Dan Kepatuhan
Merujuk pada perubahan sikap atau perilaku, sebagai hasil dari interaksi dengan orang lain
Tekanan untuk menyesuaikan diri yang timbul dari kekuatan sebuah kelompok sosial.
Berubahnya sikap atau perilaku
Ketaatan : seseorang melaksanakan perintah dengan iklas tanpa kedongkolan
Kepatuhan : seseorang melaksanakan perintah dengan kedongkolan
18
Psikologi Sosial Dan Psikologi Lintas Budaya
Perilaku Sosial Dalam Konteks Budaya
Prilaku manusia dalam kaitannya dengan lingkungan merupakan tinjauan dari antropologi yang pada khususnya antropologi budaya ini meninjau prilaku manusia tidak lepas dari segi kebudayaan yang membelatarbelakinginya.
Akukturasi dan Inkulturasi
Alkulturasi : kelompok manusia dengan suatu kebudayaan yang tertentu dihadapkan ada suatu unsur - unsur kebudayaan asing yang berbeda sedemikian rupa.
Inkulturasi : tindakaan untuk mengkulturasikan (membudayakan) kembali dengan kebudayaan asli
Individualisme dan Koektifitas
Individualisme : Perilaku kompelks yang didasarkan pada kepentingan anggota kelompok dari pada kelompok lain.
Kolektivisme : perilaku yang didasarkan pada nilai - nilai tradisi.
Pengertian Psikologi Sosial Dan Psikologi Lintas Budaya
Psikologi Sosial : Telaah tentang cara berfikir, merasa, dan bertindak dalam lingkungan sosial dan pengaruh lingkungan sosial terhadap fikiran, perasaan, dan tindakan.
Menaruh perhatian pada pengujian berbagai kemungkinan batas-batas pengetahuan dengan mempelajari orang-orang dari berbagai budaya yang berbeda.
http://rockypermata.wordpress.com/2012/02/01/grand-theory-dan-middle-range-theory/ diakses pada tanggal 05 Maret 2014, Pukul 18.00.
http://irwan-wicaksono.blogspot.com/2012/05/review-grand-theory-psikologi-sosial.html diakses pada tanggal 05 Maret 2014, Pukul 14.00.
Bimo Walgito, Teori – Teori Psikologi Sosial, (Yogyakarta : Andi Offset, 2011), h. 56.
Sarlito Wirawan, Teori - Teori Psikologi Sosial, (Jakarta : Rajawali Pers, 2004), h. 83.
Bimo Walgito, Op.cit, h. 55-85.
Sarlito Wirawan, Op.cit, h. 43.
http://www.slideshare.net/elmakrufi/teori-teori-dasar-dalam-psikologi-sosial diakses pada tanggal 06 Maret 2014, Pukul 04.23.
Bimo Walgito, Op.cit, h. 120-121.
Bimo Walgito, Teori-teori Psikologi Sosial, ( Yogyakarta : Andi Offset, 2011), h. 32-39.
Bimo Walgito, Psikologi Sosial Suatu Penghantar, (Yogyakarta : Andi Offset. 2003), h. 59-62.
Sumadi Suryabrata, Psikologi Kepribadian, ( Jakarta : Rajawali Pers, 2012), h. 247-249
http://mariasaridian8.blogspot.com/2013/11/makalah-psikologi-sosial-daya-tarik.html diakses pada tanggal 27 Juni 2014, Pukul 14.40.
Sears David, Psikologi Sosial, (Jakarta; Erlangga, 1985) jilid 1. Edisi ke 5, h. 236.
Ibid, h. 237.
Ibid, h. 237.
Ibid, h. 249.
Ibid, h. 249.
Ibid, h. 254.
Ibid, h. 259.
Robert Baron, Psikologi Sosial, (Jakarta : Erlangga, 2005), jilid 2, h. 25.
Ibid,h. 27.
Sears David, Op.cit, h. 265.
Muhammad Ustman, Psikologi Dalam Al-Quran, (Bandung : CV Pustaka Setia, 2005), h. 120.
Ibid,hal 134.
Robert Baron, Psikologi Sosial, ( Jakarta : Erlangga, 2005), h. 94.
Ibid, h. 96.
Agus Abdul Rahman, Psikologi Sosial, Integrasi Pengetahuan Wahyu dan Pengetahuan Empirik, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2013), h. 220 – 223.
Ibid, h. 197.
Ibid, h. 200.
Bimo Walgito, Psikologi Sosial, (Yogyakarta : CV.Andi Offset, 2003), h. 79.
J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, (diterjemahkan oleh Kartini Kartono), (Jakarta, 2005), h. 43.
Ibid, h. 53.
Ibid, h. 54.
Sarlito Wirawan, Psikologi Sosial, (Jakarta : Balai Pustaka, 2005), h. 2-4.
Ibid, h. 4 – 6.
Bimo Walgito, Op.cit, h.. 79.
Taylor Shelley, Psikologi Sosial Edisi Kedua Belas, (Jakarta : Kencana, 2009), h. 380
Fattah Hanurawan, Psiologi Sosial Suatu Penghantar,( Bandung : PT.Remaja Rosdakarya, 2010), h. 92.
Taylor, Op.cit, h. 365.
Ibid, h. 396.
Ibid, h. 396 – 400.
Veithzal Rivai, Psikologi Dakwah Islamic Leadership, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2000), h. 57.
https://prari007luck.wordpress.com/tag/wabah-sosial/, diakses pada tanggal 19 Mareti 2014, Pukul 11.10.
Robert A.Baron, "Psikologi Sosial Jilid-2", Jakarta, Penerbit Erlangga, 2003, h. 179.
Achmad Mubarok, Psikologi Dakwah,( Jakarta : Prenada Media Group, 2009), h.129.
Nelhayati, Bias Gender dalam Memahami Hadis, (Padang : Hayfa Press), 2006, h. 9-10.
Elly Setiadi,Pengantar Sosiologi:pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial:Teori,Aplikasi dan Pemecahannya,(Jakarta : Kencana), h. 872-873.
Robert Baron, Donn Byrne, Social Psychology, (Jakarta : Erlangga, 2003), h.187.
Taylor, Shelly, Social Psychology, (Jakarta : Kencana, 2009), h.414.
Baron, op. cit. h. 188.
Taylor, op. cit. h. 445.
Ibid, h. 435.
Aliah,Psikologi Perkembangan Islam, (Jakarta : Raja Grafindo Perseda), 2006 , h.58-59.
Nelhayati, Bias Jender Dalam Memahami Hadis,Padang,Hayfa Press, 2006 ,hlm.37-39
Bimo Walgito, Psikologi Sosial Suatu Pengantar, (Yogyakarta : Andi Offset), h.7.
Anne Anastasi, Bidang – Bidang Psikologi Terapan, (Jakarta : CV.Raja Wali,) h.337.
Bimo walgito, Op.cit, h.15.
Ibid, h. 117 - 118 .
Anne Anastasi, Op.cit, h.376.
Herimanto,Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar, (Sinar Grafika Offset), h.184 – 186.
Anne Anastasi, Op.cit, h.362 – 364 .
DK halim, Psikologi Lingkungan Perkotaan, (bumi aksara), h. 209.
Ibid, h. 123 - 125
Bimo Walgito, Psikologi Sosial, (Yogyakarta: CV.Andi Offset, 2003), h. 15.
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Penghantar,(Jakarta : Rajawali Pers, 2012), h. 13.
David Matsumoto, Psikologi Lintas Budaya,( Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2008), h. 6.
Bimo Walgito, Op.cit, h. 13.
Jacobos Ranjabar, Sistem Sosial Budaya Indonesia,( Bogor : Ghalia Indonesia, 2006), h. 31.
Ibid ,h. 32 – 33.
http://psikologyUNP.jurnal.com/2011/03/psikologi-lintas-budaya-dan-perilaku.html, diakses pada tanggal 19 Maret 2014, Pukul : 21.00.
Elly M Setiadi, Pengantar Sosialogi Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi dan Pemecahannya, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 347.
Shelley E. Taylor, dkk, Psikologi Sosial, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), h. 346.
Sutarto Wijono, Psikologi Industri dan Organisasi: Dalam suatu bidang Gerak Psikologi Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 177.
Harold J. Leavitt, Psikologi Manajemen, (Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, 1992), h. 47-49.
Elly M Setiadi, Opcit, h.347-357.
Bimo Walgito, Psikologi Kelompok, (Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2008), h. 148.
Sutarto Wijono, Op.cit, h. 180-181.
Darwis Hude, Emosi:Penjelajahan Religio-Psikologis tentang Emosi Manusia didalam Al-qur'an, (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 258.
Sutarto Wijono, Op.cit., h. 182.
Darwis Hude, Op.cit., h. 260.
Sutarto Wijono, Op.cit., h. 183.
Darwis Hude, Op.cit., h. 259.
Sutarto Wijono, Op.cit., hlm.180-201.
Elly M Setiadi, Op.cit., hlm.360.
Shelley E. Taylor, Op.cit., hlm. 347.
Elly M Setiadi, Op.cit., hlm. 360-387.
Sutarto wijono, Opcit., hlm.213-238
Ramdani Wahyu, Sosiologi Hukum (Perspektif Baru Studi Hukum Dalam Masyarakat), (Bandung : , 2006), h.56-59.
Herimanto Winarno, Ilmu sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta : Bumi aksara,2011), h. 133-134.
Kartini kartono, Patologi Sosial, (Jakarta: PT Raja Gravindo Persada, 2005), h.139-157.
Sarlito Wirawan, Pengantar Psikologi Umum,( Jakarta: Bulan Bintang, 1991), h. 3
Bimo walgito, Psikologi Sosial (suatu pengantar),(Yogyakarta: Andi Offset, 1978), h. 4-6
Kartini Kartono, Op.cit, h.160.
Kartini kartono,Op.cit, h.191-196.
Abdur Rahman Doi, Tindak Pidana Dalam Syariat Islam, (Jakarta : Rineka Cipta,1992), h.5-6.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29937/3/Chapter%20II.pdf, di akses pada tanggal19 Maret 2014, pukul 09.37.
Anne Anastasi, Bidang-bidang Psikologi Terapan, Jakarta : Rajawali, 1989, h. 337.
Soerjono Soekanto, Sosiologi Keluarga, (Jakarta : Rineka Cipta, 2004), h. 80.
Ibid, h. 25-26.
Baharuddin, Aktualisasi Psikologi Islam, Pustaka Pelajar, hal. 82.
Di poskan oleh Muhammad Zainal Abidin, pada 21 Juni 2011. (di akses oleh penulis pada tanggal 19 Maret 2014, jam 10.05)
Rita L. Atkinson dan Richard C. Atkinson, Pengantar Psikolog (eight edition), Jakarta : Erlangga, 1983, hal. 430-438
Achmad Mubarok, Akhlak Mulia, Jakarta : GMPAM-YPC-WAP, 2009, hal. 67-69
Semua ayat dari al-Qur'an al-Karim
Muhammad Nashiruddin al-Albani, Mukhtasar Shahih Muslim, Jakarta : Pustaka Azzam, 2008 , hal. 555
Aliyah B. Purwakania, Psikologi Perkembangan Islami, Jakarta : Gajah Mada Press, hal. 38.
Alex sobur, Psikologi Umum. Bandung: Pustaka setia, (2009) h. 387
Rahman abdul , Psikologi Sosial. Jakarta: Raja Grafindo, (2013) h.239
Ahmadi Abu, Psikologi Sosial. Jakarta : Rineka Cipta, (2009) hal: 202
Ibid h. 203
Ibid h. 205
Alex sobur, Psikologi Umum. Bandung: Pustaka setia, (2009) h. 387
Rahman abdul , Psikologi Sosial. Jakarta: Raja Grafindo, (2013) h.239
Abu Ahmadi, Psikologi sosial.( Jakarta: PT. Rineka Cipta).
Kartini Kartono, Patologi Sosial, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005), h. 139.
DK halim. Psikologi lingkungan perkotaan. Jakarta Timur: Bumi aksara, 2008.
Kartini Kartono, Op.cit,
Djamaluddin Ancok dan Fuat Nashori Suroso. Psikologi Islami, (Yokyakarta. 2004).
Kartini KartonoOp.cit, h. 150-151.
Ibid, h. 152-156.
PENGARUH SOSIAL
Kekuatan Sosial
Tekanan untuk menyesuaikan diri yang timbul dari kekuatan sebuah kelompok sosial.
Konformitas
Berubahnya sikap atau perilaku
Ketaatan Dan Kepatuhan
Ketaatan : seseorang melaksanakan perintah dengan iklas tanpa kedongkolan
Kepatuhan : seseorang melaksanakan perintah dengan kedongkolan
Pengertian Pengaruh Sosial
Merujuk pada perubahan sikap atau perilaku, sebagai hasil dari interaksi dengan orang lain
LINGKUNGAN
lINGKUNGAN nON SOSIAL
PENGARUH TIMBAL BALIK ANTARA LINGKUNGAN DENGAN MANUSIA
DERIVATIF THEORY
Teori Belajar Sosial
Tokok : Bandura Teori ini membentuk perilaku sosial dari proses belajar atau pencontohan
Teori Psikologi Lingkungan
Tokoh : Gestalt teori ini menjelaskan bahwa perilaku sosial dibentuk dan dipengaruhi oleh lingkungan sosial
Teori Atrbusi
Tokoh : Heider menjelaskan bahwa perilaku seseorang dibentuk oleh faktor dalam (keturunan) dan faktor luar (lingkunganj)
Teori Self
Teori ini berpendapat bahwa yang mengatur perilaku dalam hidup adalah dirinya sendiri.
TUGAS AKHIR SEMESTER PSIKOLOGI SOSIAL
RESUME PEMBELAJARAN SEMESTER GENAP ( IV )
"GRAND THEORY – INTEGRASI PSIKOLOGI SOSIAL DENGAN AJARAN ISLAM ( AL – QUR'AN DAN HADITS )"
Oleh :
VALERIA PRAMITA
512.107
DOSEN PENGAMPU : 1. Murisal,S.Ag,M.Ag
2. Winbaktianur,MA.
JURUSAN PSIKOLOGI ISLAM (PI-B) FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
IMAM BONJOL PADANG
1435 H / 2014
Kata Pengantar
Bismillahirrahmaanirrahim
Puji dan Syukur hanya milik Allah SWT. semata, maka dari itu marilah kita sama – sama memuji dan bersyukur atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita sehingga buku kumpulan makalah Psikologi Sosial – II ini dapat diselesaikan.
Salawat dan salam untuk penghulu dari segala nabi, yaitu Nabi Muhammad Saw yang telah memotivasi manusia agar menuntut dan menggembangkan ilmu pengetahuan dengan jalan membaca sebagaimana yang terdapat pada surah al – 'Alaq ayat 1 – 5.
Buku kumpulan makalah Psikologi Sosial ini disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah yang bersangkutan dan juga untuk dijadikan bahan bacaan bagi individu yang membutuhkan.
Dengan adanya resume akhir dari pembelajaran mata kuliah Psikologi Sosial ini, mudah – mudahan dapat memberikan kontribusi dan kiat yang gigih bagi teman – teman.
Padang, 17 Juni 2014
Valeria Pramita
DAFTAR ISI
KATA PEGANTAR..................................................................................................................i
DAFTAR ISI……………………….………………………………...……………...………..ii
PEMBAHASAN
A. GRANDS THEORIES........................................................................................................1
Teori Behavioristik.........................................................................................................2
Teori Kognitif.................................................................................................................3
Teori Medan...................................................................................................................5
Role Theory....................................................................................................................7
B. DERIVATIF THEORY....................................................................................................11
Teori Belajar Sosial......................................................................................................12
Teori Psikologi Lingkungan.........................................................................................14
Teori Atribusi...............................................................................................................17
Teori Self......................................................................................................................20
I. DAYA TARIK INTERPERSONAL……………………………………………..........24
Prinsip Dasar Ketertarikan Sosial.................................................................................25
Karakteristik Pribadi....................................................................................................25
Kesamaan.....................................................................................................................25
Keakraban.....................................................................................................................26
Kedekatan.....................................................................................................................26
II. HUBUNGAN YANG ERAT (RELATIONSHIP).….....................................................31
Definisi Hubungan.......................................................................................................32
Daya Sosial...................................................................................................................33
Pengungkapan Diri.......................................................................................................35
Cinta.............................................................................................................................37
III. PERILAKU SOSIAL........………………….......………...……….................…….......44
Prososial.......................................................................................................................49
Altruisme......................................................................................................................53
Agresifitas....................................................................................................................54
Perilaku Sosial Dalam Pandangan Ajaran Islam..........................................................56
IV. PENGARUH SOSIAL………………………………………………..................….......60
Kekuatan Sosial............................................................................................................61
Konformitas..................................................................................................................62
Ketaatan Dan Kepatuhan..............................................................................................63
V. PERILAKU KELOMPOK………………….....................................................………..67
Pengertian Perilaku Kelompok.....................................................................................68
Fasilita Sosial...............................................................................................................72
Persaingan Lawan Kerja Sama.....................................................................................74
Wabah Sosial................................................................................................................76
VI. PSIKOLOGI SOSIAL ; APPLIED GENDER………………………..…...............….82
Jenis Kelamin...............................................................................................................84
Perilaku Sosial Pria Dan Wanita..................................................................................85
Jenis Kelamin Dan Perubahan Peran............................................................................86
Gender Dalam Islam.....................................................................................................88
VII. ENVIRONMENTAL HUBUNGAN SOSIAL PSYCHOLOGY................................92
Perilaku Spasial Manusia.............................................................................................94
Crowding......................................................................................................................95
Persoalan Lingkungan ; Kebisingan, tata ruang, kehidupan di kota besar...................96
VIII. PSIKOLOGI SOSIAL DAN PSIKOLOGI LINTAS BUDAYA............................102
Perilaku Sosial Dalam Kontek Budaya......................................................................103
Alkuturasi Dan Inkulturasi.........................................................................................105
Individualisme Dan Kolektifitas................................................................................108
IX. PSIKO SOSIAL DAN RESOLUSI KONFLIK...........................................................112
The Social Context Of Conflict..................................................................................114
Jenis Konflik..............................................................................................................115
Conflict Management.................................................................................................123
X. PSIKOLOGI SOSIAL DENGAN HUKUM, KRIMINALITAS DAN DEFISIEN MORAL.................................................................................................................................130
Integration Of Law, Crime & Psychology.................................................................131
Pengertian Defek Moral.............................................................................................134
Efektivitas Hukum Pidana Islam : Tinjauan Psikologi Sosial....................................103
XI. INTERGRASI PSIKOLOGI SOSIAL DENGAN AJARAN ISLAM (INFORMASI AL – QUR'AN TENTANG KELOMPOK).......................................................................140
Pandangan Terhadap Kelompok................................................................................144
Kepercayaan Terhadap Kelompok.............................................................................144
Fanatisme Kelompok..................................................................................................154
XII. INTERGRASI PSIKOLOGI SOSIAL DENGAN AJARAN ISLAM (INFORMASI AL – QUR'AN TENTANG LINGKUNGAN)...................................................................157
Lingkungan Non Sosial............................................................................................158
Pengaruh Timbal Balik Antara Lingkungan Dengan Manusia..................................160
XIII. INTERGRASI PSIKOLOGI SOSIAL DENGAN AJARAN ISLAM (INFORMASI AL – QUR'AN TENTANG PRASANGKA)......................................................................173
Bentuk Prasangka.......................................................................................................174
Faktor Yang Mempengaruhi Prasangka...........................................................................
Konsekuensi Prasangka....................................................................................................
XIV. INTERGRASI PSIKOLOGI SOSIAL DENGAN AJARAN ISLAM (INFORMASI AL – QUR'AN TENTANG KEJAHATAN)......................................................................114
Jenis / Bentuk Kejahatan............................................................................................183
Penyebab Kejahatan..................................................................................................188
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................193
A. GRANDS THEORIES
PETA KONSEP
PEMBAHASAN
Pengertian Grand Theory
Grand theory adalah setiap teori yang dicoba dari penjelasan keseluruhan dari kehidupan sosial, sejarah, atau pengalaman manusia. Pada dasarnya berlawanan dengan empirisme, positivisme atau pandangan bahwa pengertian hanya mungkin dilakukan dengan mempelajari fakta-fakta, masyarakat dan fenomena. Bersumber dari: Quentin Skinner, ed., The Return of Grand Theory in the Human Sciences (Cambridge, 1985).
Grand theory, istilah yang diciptakan oleh C. Wright Mills dalam 'The sociological imagination (1959)' yang berkenaan dengan bentuk abstrak tertinggi suatu peneorian yang tersusunan atas konsep-konsep yang diprioritaskan atas dapat mengerti dunia sosial. Grand Theory menekankan pada konsep keseimbangan, pengambilan keputusan, sistem dan bentuk komunikasi sebagai sarana dasar perangkat pengatur (central organizing devices) untuk mengkaji hubungan internasional. Grand theory adalah teori keseluruhan atau yang secara garis besar berusaha menjelaskan suatu permasalahan atau kasus.
Bagian Dari Grand Theory
Teori Behavioristik
Dalam perkembangan Psikologi, bidang ilmu yang mengkaji tentang tingkah laku manusia, berhubungan dengan teori Behaviorisme. Teori ini dirumuskan oleh John B. Watson (1878-1958), la berupaya menjadikan studi tentang manusia seobjektif dan seilmiah mungkin, karenanya seperti Sigmund Freud, ia berusaha mereduksikan tingkah laku manusia menjadi perkara kimiawi dan fisik semata.
Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (yang menganalisis jiwa manusia berdasarkan laporanlaporan subjektif) dan juga psikoanalisis (yang berbicara tentang alam bawah sadar yang tidak tampak). Behaviorisme ingin menganalisis hanya perilaku yang nampak saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan.
Fokus dari behavioral perspective adalah pada perilaku yang dapat diamati (observable) yaitu yang dikatakan (saying) dan dilakukan (doing). Perilaku adalah response, dan lingkungan adalah stimulus/rangsangan. Dalam behavioral perspective menggunakan pendekatan kotak hitam atal black box theory, yaitu response akan muncul karena rangsangan. Jadi dalam teori kotak hitam ini terlalu mengabaikan proses mental. Teori-teori lain yang mungkin dapat digunakan antara lain teori pembelajaran sosial (social leraning theory) dan teori pertukaran sosial (social exchange theory).
Teori Kognitif
Teori Kognitif merupakan teori mengenai keseimbangan atau balance. Sebelum teori kognitif muncul, teori Behavioris/behavioristik (Watson) yang kuat pengaruhnya di Amerika Serikat. Namun, kemudian timbul gerakan untuk kembali ke pandangan semula, yaitu pembicaraan mengenai kesadaran dan introspeksi diri sebagai metode penelitian. Dengan demikian, semula manusia dipandang sebagai mesin dan ditentukan oleh stimulus dari luar, kembali ke posisi semula, yaitu memanusiakan manusia.
Keadaan tersebut mendorong berkembangnya psikologi kognitif, yang memandang psikologi sebagai ilmu tentang perilaku dan proses mental. Dengan demikian, Wundut dan James dapat dipandang sebagai pelopor karena mereka membicarakan akal, kesadaran dan intropeksi diri. Demikan pula Hull, Tolman, Bandura yang mempunyai pemikiran – pemikiran yang mengarah pada terbentuknya psikologi kognitif, serta Gestalt karena adanya peran aktif dari subjek.
Psikologi Gestalt menekankan pada persepsi dan kognisi secara umum. Aplikasi dari teori ini adalah riset tentang bagaimana orang-orang membentuk kesan atas orang lain. Teori kognitif juga menelurkan teori atribusi: sebuah studi sistematis atas bagaimana para pengamat menentukan penyebab tingkah laku orang lain dan kognisi sosial yang berbicara tentang bagaimana cara orang berpikir dalam memahami dan mengerti dunia sosial mereka.
Teori-teori yang berorientasi kognitif adalah teori-teori yang menitikberatkan proses sentral (misalnya, sikap, ide, harapan) dalam menerangkan tingkah laku.
Beberapa teori yang berorientasi pada kognitif :
Teori p-o-x
Teori p-o-x merupakan salah satu teori konsistensi kognitif dan merupakan salah satu teori yang berorientasi pada kognitif. Teori konsistensi kognitif merupakan teori mengenai keseimbangan atau balance. Demikian pula teori p-o-x yang dikemukakan oleh Fritz Heider.
Teori disonansi kognitif
Teori ini dikemukakan oleh Festinger, prinsip utama teori ini adalah konsistensi atau balance. Perbedaan teori ini dengan teori konsistensi kognitif yang lain adalah pertama, teori ini berkaitan dengan perilaku kognitif secara umum dan karenanya, tidak semata-mata hanya mengenai perilaku sosial. Kedua, pengaruhnya dalam psikologi sosial lebih dramatis daripada teori konsistensi kognitif yang lain.
Inti dasar teori ini cukup sederhana yaitu terjadi ketidaksesuaian (nonfitting) hubungan diantara elemen-elemen kognitif yang menimbulkan disonansi kognitif.
Teori atribusi
Teori atribusi berpusat pada proses dan skema dari pengamat dalam menentukan sebab dari suatu kejadian. Tentang teori atribusi ini akan diuraikan secara rinci pada pembahasan setelah ini, masuk dalam kategori derivative theory.
Teori persepsi diri
Teori ini dikemukakan oleh Bem. Teori ini dapat dipandang sebagai teori yang sangat terbatas, yang berkaitan dengan keadaan yang khusus mengenai atribusi. Teori persepsi diri adalah teori yang berkaitan dengan pengertian individu mengenai atribusi dirinya sendiri dan merupakan laporan atau catatan semacam pengetahuan diri (self-knowledge).
Teori perbandingan sosial
Teori ini dikemukakan oleh Festinger, yang dimulai dengan perhatian dari efek komunikasi sosial pada perubahan opini dalam kelompok sosial yang selanjutnya diperluas, termasuk evaluasi, baik mengenai kemampuan maupun evaluasi mengenai opini. Teori ini berorientasi pada kognitif yang mana dasar teori ini adalah bahwa proses pengaruh sosial berkaitan dengan perilaku kompetitif yang bertumpu secara langsung pada kebutuhan untuk evaluasi, dan untuk evaluasi ini orang mendasarkan diri pada perbandingan dengan orang lain.
Jadi, teori kognitif : Lebih memusatkan perhatian pada interpretasi dan organisasi perseptual mengenai keadaan sekarang, bukan keadaan masa lalu. Mencari sebab-sebab perilaku pada persepsi atau interpretasi individu terhadap situasi, dan tidak pada realitas situasinya.
Teori Medan
Teori lapangan (Field Theory) atau Teori Medan atau dinamakan juga Teori Psikodinamika, dikemukakan oleh Tolman(1932),Wheeler (1940),Lashley (1929),dan Brunswik (1949). Teori Lapangan Lewin sangat dipengaruhi oleh aliran Psikologi Gestalt. Pandangan Psikologi Gestalt yang terpenting adalah sebagai berikut: "Bagian atau elemen kejiwaan tidak berdiri sendiri-sendiri,melainkan terorganisir menjadi suatu keseluruhan". Oleh karena itu,tidak mengherankan jika Teori Lapangan dari Kurt Lewin juga sangat mengutamakan keseluruhan daripada elemen atau bagian dalam studinya tentang jiwa manusia.
Walaupun demikian,Kurt Lewin tidak berlama-lama menjadi pengikut Gestalt.Ada saatnya (1935) dimana Lewin menganggap bahwa Psikologi Gestalt terlalu bersibuk diri dengan penelitian-penelitian tentang pengindraan saja,padahal Lewin jauh lebih berminat terhadap Psikologi Kepribadian dan Psikologi Sosiologi.Oleh karena itu,Lewin memisahkan diri dari aliran induknya dan fokus kepada Teori Lapangan.
Konsekuensi yang dilahirkan dari penggunaan metode konstruktif ini dalam Teori Lapangan adalah :
Metode Konstruktif ini bersifat dinamis. Dinamis, dimaksudkan bahwa Teori Lapangan harus dapat mengungkapkan forces (daya,kekuatan) yang mendorong suatu tingkah laku.
Cara pendekatan yang digunakan dalam Teori Lapangan harus selalu bersifat psikologis. Semua konsep harus didefinisikan secara operasional. Definisi operasional dalam Teori Lapanagn bersifat subjektif. Situasi dimana terjadi tingkah laku harus dideskripsikan dari sudut pandang si pelaku,bukan dari sudut pandang peneliti.
Analisis dalam Teori Lapangan harus berawal dari situasi sebagai keseluruhan (totalitas),tidak dimulai dari elemen-elemen yang berdiri sendiri.Sehingga bisa dikatakan Teori Lapangan menggunakan metode induktif dalam penelitiannya.
Tingkah laku harus dianlaisis secara ahistoris dan sistematik.
Bahasa yang digunakan adalah bahasa yang eksak dan logis,jadi harus berupa bahasa matematik.Namun bahasa matematik tidak hanya kuantitatif,bisa juga kualitatif.Dalam hal ini,Lewin memakai contoh geometri,khususnya tipologi untuk menerangkan hal-hal psikologik.
Konsep-konsep Dasar Teori Lapangan
Lapangan Kehidupan
Lapangan kehidupan dari seorang individu terdiri dari orang itu sendiri dan lingkungan kejiwaan (psikologis) yang ada padanya. Demikian pula lapangan kehidupan suatu kelompok adalah kelompok itu sendiri ditambah dengan lingkungan tempat kelompok itu berada pada suatu saat tertentu.
Tingkah Laku dan Lokomosi
Tingkah laku menurut Lewin adalah lokomosi (locomotion) yang berarti perubahan/gerakan pada lapangan kehidupan. Lokomosi dapat terjadi karena ada "komunikasi" antara dua wilayah dalam lapangan kehidupan seseorang. Komunikasi antara dua wilayah itu menimbulkan ketegangan (tention) pada salah satu wilayah dan ketegangan menimbulkan kebutuhan (need) dan kebutuhan inilah yang menyebabkan tingkah laku. Namun, sebelum kebutuhan bisa menimbulkan lokomosi, masih ada satu faktor lagi yaitu batas-batas (barrier) wilayah yang bersangkutan. Kalau batas itu kaku dan kenyal, maka batas itu akan sukar ditembus oleh daya (forces) yang ada dalam lapangan kehidupan seseorang sehingga sulit terjadi lokomosi.
Daya (Forces)
Daya dapat didefinisikan sebagai suatu hal yang menyebabkan perubahan. Perubahan dapat terjadi jika pada suatu wilayah ada valensi (valence) tertentu. Valensi dapat bersifat negatif atau positif tergantung pada daya tarik atau daya tolak yang ada pada wilayah tersebut. Kalau suatu wilayah mempunyai valensi positif, maka ia akan menarik daya-daya dari wilayah-wilayah lain untuk bergerak menuju ke arahnya. Valensi dipengaruhi oleh faktor-faktor yang menghambat.Salah satu faktor yang bisa menghambat kekuatan valensi adalah "jarak psikologis".
Ketegangan (Tension)
Meredakan ketegangan tidak berarti bahwa ketegangan itu harus hilang sama sekali, melainkan ketegangan itu disebarkan secara merata dari satu wilayah ke wilayah lain dalam lapangan kehidupan. Dengan kata lain, peredaan ketegangan berarti tercapainya keseimbangan (equilibrium) di antara wilayah-wilayah.Dengan demikian, ketegangan di suatu wilayah tertentu bisa mereda, tetapi secara umum ketegangan di seluruh lapangan kehidupan belum tentu mereda.
Teori Role
Persepektif dasar dari teori ini adalah bahwa tingkah laku dibentuk oleh peranan-peranan yang diberikan masyarakat bagi individu-individu untuk melaksanakannya. Menurut teori ini peranan yang berbeda akan membuat jenis tingkah laku yang berbeda pula, tetapi apa yang membuat tingkah laku itu sesuai dalam suatu situasi dan tidak sesuai dalam situasi lain relatif bebas pada seseorang yang menjalankan peranan tersebut. Masing-masing peranan diasosiasikan dengan sejumlah harapan mengenai tingkah laku apa yang sesuai dan dapat diterima dalam peran tersebut (role expectation). Implikasi dari teori peran adalah jika kita memiliki informasi tentang role expectation untuk suatu posisi tertentu, maka kita dapat meramalkan bagian dari perilaku yang bermakna dari orang yang melaksanakan posisi itu..
Ketidakberhasilan Peran
Dalam kaitannya dengan peran yang harus dilakukan, tidak semuanya mampu untuk menjalankan peran yang melekat dalam dirinya. Oleh karena itu, tidak jarang terjadi kekurangberhasilan dalam menjalankan perannya. Dalam ilmu sosial, ketidakberhasilan ini terwujud dalam role conflict dan role strain.
Role Conflict Setiap orang memainkan sejumlah peran yang berbeda, dan kadang-kadang peran-peran tersebut membawa harapan-harapan yang bertentangan. Menurut Hendropuspito [1989], konflik peran (role conflict) sering terjadi pada orang yang memegang sejumlah peran yang berbeda macamnya, kalau peran-peran itu mempunyai pola kelakuan yang saling berlawanan meski subjek atau sasaran yang dituju sama.
Role Strain Adanya harapan-harapan yang bertentangan dalam satu peran yang sama ini dinamakan role strain. Satu hal yang menyebabkan terjadinya role strain adalah karena peran apapun sering menuntut adanya interaksi dengan berbagai status lain yang berbeda.
PENUTUP
KESIMPULAN
Grand theory, istilah yang diciptakan oleh C. Wright Mills dalam 'The sociological imagination (1959)' yang berkenaan dengan bentuk abstrak tertinggi suatu peneorian yang tersusunan atas konsep-konsep yang diprioritaskan atas dapat mengerti dunia sosial. Fokus dari Teori behavioral perspective adalah pada perilaku yang dapat diamati (observable) yaitu yang dikatakan (saying) dan dilakukan (doing). Perilaku adalah response, dan lingkungan adalah stimulus/rangsangan. Teori Kognitif merupakan teori mengenai keseimbangan atau balance. Teori lapangan (Field Theory) atau Teori Medan atau dinamakan juga Teori Psikodinamika, Persepektif dasar dari teori Role (Teori Peran) ini adalah bahwa tingkah laku dibentuk oleh peranan-peranan yang diberikan masyarakat bagi individu-individu untuk melaksanakannya.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Walgito Bimo, Teori – Teori Psikologi Sosial, Yogyakarta : Andi Yogyakarta, 2011.
Wirawan Sarlito, Teori-Teori Psikologi Sosial, Jakarta : RajaGrafindo, 2010.
http://irwan-wicaksono.blogspot.com/2012/05/review-grand-theory-psikologi-sosial.html diakses pada tanggal 05 Maret 2014, Pukul 14.00.
http://rockypermata.wordpress.com/2012/02/01/grand-theory-dan-middle-range-theory/ diakses pada tanggal 05 Maret 2014, Pukul 18.00.
http://www.slideshare.net/elmakrufi/teori-teori-dasar-dalam-psikologi-sosial diakses pada tanggal 06 Maret 2014, Pukul 04.23.
B. DERIVATIF THEORY
PETA KONSEP
PEMBAHASAN
Teori Belajar Sosial
Latar Belakang Teori
Teori belajar sosial merupakan salah satu teori dalam hal belajar. Teori ini dikemukakan oleh Bandura yang berpendapat bahwa belajar itu terjadi melalui model atau observasi. Teori belajar sosial atau social learning theory adalah salah satu teori yang berorientasi pada penguatan (reinforcement).
Persoalan tentang hadiah (reward) dan hukuman (punishment) dalam proses belajar mungkin merupakan hal yang sudah cukup lama ada dalam sejarah manusia. Namun demikian, secara formal permulaan mengenai teori hadiah sebagai penguatan terjadi pada waktu Edward L. Thorndike, Ivan P. Pavlov, dan B.F. Skinner secara independen mengadakan eksperimen dan memperoleh hasil dalam kaitannya dengan penguatan.
Thorndike berpendapat bahwa dasar dari belajar adalah terjadinya hubungan atau ikatan (bond) antara input pancaindra (sensory input) dengan impuls untuk bertindak (impulses to action), yang dikenal dengan S-R bond.
Awalnya Thorndike berpendapat bahwa hubungan S-R akan diperkuat oleh latihan (practice) dan konsekuensi atau hasil yang positif, dan akan diperlemah kalau tidak digunakan (disuse) dengan hasil yang negatif. Efek dari latihan hubungan S-R dikemukakan oleh Thorndike sebagai hukum latihan (law of exercise).
Walaupun semula Thorndike berpendapat bahwa hukum latihan merupakan sentral setiap asosiasi S-R, Thorndike kemudian merevisi pendapatnya bahwa yang dominan adalah hadiah atau penguatan, yang kemudian dikemukakan sebagai hukum akibat. Rupa-rupanya hukum akibat ini mendahului hukum penguatan dari Pavlov, yang berpendapat bahwa setiap hubungan S-R akan memperoleh kekuatan dari hasil yang mengikutinya. Apabila hasilnya atau konsekuensinya positif atau menyenangkan. Organisme akan mengulanginya untuk memperoleh hadiah. Sebaliknya, apabila respons diikuti oleh hasil yang negatif atau yang tidak menyenangkan, organisme akan menolak untuk mengulangi S-R yang sama.
Soal hukuman (punishment) baru terlihat pada eksperimen Skinner yang sebenarnya mengandung sifat eksperimen Pavlov, yaitu adanya kepunahan eksperimental, dan ada eksperimen Thorndike, yaitu hewan harus berbuat untuk memperoleh hadiah. Karena itu, Skinner juga termasuk dalam pengondisian operan.
Pendekatan Bandura dalam hal ini bertujuan untuk mempelajari perilaku yang dibentuk dan berubah dalam situasi sosial melalui interaksi dengan orang lain.
Proses Belajar Sosial
Proses belajar sosial menurut Bandura dilakukan dalam empat tahap, yaitu :
Attentional Processes
Attentional processes atau proses perhatian. Ada dua faktor yang menimbulkan atau menentukan perhatian pengamat. Apa yang dipelajari pengamat adalah hal yang menarik perhatian pengamat, yaitu model yang menjadi stimuli dan karakteristik pengamat.
Retention Processes
Retention Processes atau proses retensi. Faktor-faktor yang berperan dalam proses retensi ini adalah pengodean simbolis, organisasi kognitif, latihan simbolis dan mental, dan proses ini berkaitan dengan sistem representasi, termasuk didalamnya sistem imaginal dan verbal.
Motor Reproduction Processes
Motor reproduction processes atau proses reproduksi motor. Proses perhatian dan retensi berkaitan dengan pengodean dan representasi simbolis perilaku model. Proses ini berkaitan dengan konversi representasi simbolis ke dalam tindakan tampak (overt action) dengan dua fase. Fase pertama merupakan fase seleksi respons dalam hal pola perilaku yang merupakan unit-unit, kemudian diorganisasikan oleh kognisi. Fase kedua merupakan fase proses reproduksi motor ini sama dengan hampiran suksesif dari Skinner yang berarti pengalaman respon pengamat diseleksi dan diorganisasikan, pemunculan pertama mungkin akan tidak sesuai dengan model dan versi simbolis. Karena itu, isu belajar observasional yang tepat adalah mengenai penyesuaian yang korektif dari perilaku pengamat dengan usaha yang berkelanjutan (suksesif) untuk memproduksi model.
Motivasional Processes
Reinforcement and Motivasional Processes atau proses penguatan dan motivasi. Penguatan merupakan dampak utama pada pengamat performansi rangkaian model.
Teori Psikologi Lingkungan
Teori Gestalt
Menurut teori gestalt, proses persepsi dan kognisi manusia lebih penting dari pada mempelajari perilaku yang tampak (overt behaviour). Bagi gestalt perilaku manusia lebih disebabkan oleh proses-proses persepsi. Dalam kaitannya dengan psikologi lingkungan, maka persepsi lingkungan merupakan salah satu aplikasi dari teori gestalt.
Teori Behavoristik
Teori yang berorientasi lingkungan dalam psikologi lebih banyak dikaji oleh behavioristik. Perilaku terbentuk karena pengaruh umpan balik (pengaruh positif dan negatif) dan pengaruh modeling. Dilukiskan bahwa manusia sebagai black-box yaitu kotak hitam yang siap dibentuk menjadi apa saja. Dalam psikologi lingkungan, teori yang berorientasi lingkungan, salah satu aplikasinya adalah geographical determinant yaitu teori yang memandang perilaku manusia lebih ditentukan faktor lingkungan di mana manusia hidup yaitu apakah di pesisir, di pegunungan, ataukah di daratan. Adanya perbedaan lokasi di mana tinggal dan berkembang akan menghasilkan perilaku yang berbeda.
Kedua orientasi tersebut bertentangan dalam menjelaskan perilaku manusia. Orientasi ketiga merupakan upaya sintesa terhadap orientasi pertama dan kedua. Premis dasar dari teori ini menyatakan bahwa perilaku manusia selain disebabakan faktor lingkungan, juga disebabkan faktor internal. Artinya manusia dapat mempengaruhi lingkungan dan lingkungan dapat dipengaruhi oleh manusia. Salah satu teori besar yang menekankan interaksi manusia-lingkungan dalam psikologi adalah teori medan dari Kurt Lewin dengan formula B=F (E,O). Perilaku merupakan fungsi dari lingkungan dan organisme.
Teori Beban Lingkungan (Environmental – Load Theory)
Premis dasar dalam teori ini adalah manusia mempunyai kapasitas terbatas dalam pemrosesan informasi. Asumsi dasar teori ini adalah:
Manusia mempunyai kapasitas terbatas dalam pemrosesan informasi.
Ketika stimulus lingkungan melebihi kapasitas pemrosesan informasi, proses perhatian tidak akan dilakukan secara optimal.
Ketika stimulus sedang berlangsung, dibutuhkan respon adaptif. Artinya, signifikasi stimulus akan dievaluasi melalui proses pemantauan dan keputusan dibuat atas dasar respon pengatasan masalah. Jika stimulus yang merupakan stimulus yang dapat diprediksi dan dapat dikontrol, stimulus tersebut semakin mempunyai makna untuk diproses lebih lanjut. Tetapi jika stimulus yang masuk merupakan stimulus yang tidak dapat diprediksi atau tidak dapat dikontrol, perhatian kecil atau mungkin pengabaian perhatian akan dilakukan. Akibatnya, pemrosesan informasi tidak akan berlangsung.
Jumlah perhatian yang diberikan seseorang tidak konstan sepanjang waktu, tetapi sesuai dengan kebutuhan.
Teori Hambatan Perilaku (Behaviour Constraints Theory)
Premis dari teori ini adalah stimulasi yang berlebihan atau tidak diinginkan, mendorong terjadinya arousal atau hambatan dalam kapasitas informasi. Akibatnya orang merasa kehilangan kontrol terhadap situasi yang sedang berlangsung. Perasaan kehilangan kontrol merupakan langkah awal dari teori kendala perilaku.
Istilah "hambatan" berarti terdapat sesuatu dari lingkungan yang membatasi apa yang menjadi harapan. Hambatan dapat muncul, baik secara aktual dari lingkungan ataupun interpretasi kognitif.
Ada beberapa tipe kontrol terhadap lingkungan yaitu kontrol perilaku, kontrol kognitif, dan kontrol lingkungan. Kontrol lingkungan mengarahkan perilaku untuk mengubah lingkungan misalnya mengurangi suasana yang bising, membuat jalan tidak berkelok–kelok, membuat tulisan atau angka dalam tiap lantai di gedung yang bertingkat, atau membuat pagar hidup untuk membuat nuansa ramah lingkungan. Kontrol kognitif dengan mengandalkan pusat kendali di dalam diri, artinya mengubah interpretasi situasi mengancam menjadi situasi penuh tantangan. Kontrol kepuasan, dalam hal ini orang yang mempunyai kontrol terhadap alternatif pilihan yang ditawarkan. Semakin besar kontrol yang dapat dilakukan, akan lebih membantu keberhasilan adaptasi.
Teori Level Adaptasi
Teori ini pada dasarnnya sama dengan teori beban lingkungan. Menurut teori ini, stimulasi level yang rendah maupun level tinggi mempunyai akibat negatif bagi perilaku. Level stimulasi yang optimal adalah yang mampu mencapai perilaku optimal pula. Dengan demikian teori ini dikenal perbedaan individu dalam level adaptasi. Adaptasi dilakukan ketika terjadi suatu disonansi dalam suatu sistem, artinya ketidakseimbangan antara interaksi manusia dengan lingkungan, tuntutan lingkungan yang berlebih atau kebutuhan yang tidak sesuai dengan situasi lingkungan. Dalam hal ini, adaptasi merupakan suatu model modifikasi kehadiran stimulus yang berkelanjutan.
Salah satu teori beban lingkungan adalah teori adaptasi stimulasi yang optimal oleh Wohwil yang menyatakan bahwa ada 3 dimensi hubungan perilaku lingkungan yaitu:
Intensitas
Terlalu banyak orang atau terlalu sedikit orang di sekeliling kita, akan membuat gangguan psikologis. Terlalu banyak orang menyebabkan perasaan sesak (crowding) dan terlalu sedikit menyebabkan orang merasa terasing (socialisolation).
Keanekaragaman
Keanekaragaman benda atau manusia berakibat terhadap pemrosesan informasi. Terlalu beraneka membuat perasaan overload dan kekurangan keanekaragaman membuat perasaan monoton.
Keterpolaan
Keterpolaan berkaitan dengan kemampuan memprediksi. Jika suatu setting dengan pola yang tidak jelas dan rumit menyebabkan beban dalam pemrosesan informasi sehingga stimulus sulit diprediksi, sedangkan pola-pola yang sangat jelas menyebabkan stimulus mudah diprediksi.
Teori Atribusi
Pengertian dan Teori-teori Atribusi
Teori ini dikemukakan oleh Fritz Heider. Teori ini merupakan teori yang berusaha menjelaskan tentang perilaku seseorang. Apakah perilaku itu diesebabkan oleh faktor dalam, yaitu yang merupakan disposisi internal, seperti sikap, sifat-sifat tertentu ataupun aspek-aspek internal yang lain, ataukah disebabkan oleh keadaan eksternal, misalnya situasi. Heider berpendapat bahwa perilaku manusia itu dapat disebabkan karena faktor internal yang disebut atribusi internal, atau dapat disebabkan oleh faktor eksternal yang disebut atribusi eksternal. Dalam teori atribusi ini ada dua teori yang menonjol, yaitu teori yang dikemukakan oleh John dan Davis, dan teori yang dikemukakan oleh Kelley.
Untuk mengetahui orang-orang yang ada disekitar kita dapat melalui beberapa macam cara, yaitu :
Dengan melihat apa yang ditampakkan oleh orang bersangkutan secara fisik, seperti cara berpakaian, penampilan diri, dsb.
Langsung menanyakan kepada yang bersangkutan, misalnya tentang pemikirannya, tentang motifnya, dsb,
Dari perilaku orang yang bersangkutan, overt action, ini merupakan sumber yang penting dari yang bersangkutan.
Perilaku sering juga bersumber pada keadaan eksternal diluar kontrol individu yang bersangkutan, tidak dari sifatnya atau disposisinya. Misalnya seorang calon legislatif dalam suatu pemilihan umum mencium anak yang digendong ibunya, dan juga menyalami orang-orang yang ada disekitarnya. Apakah orang ini secara internal merupakan orang yang ramah, baik, penyayang ataukah karena faktor lain, yaitu agar orang yang bersangkutan memilih dirinya. Merujuk hal diatas, maka timbul suatu pertanyaan apakah perilaku individu itu merupakan perilaku yang didasarkan atas sifat-sifat internal, atau karena faktor eksternal yang bersifat temporer misalnya karena ada pemilihan umum. Untuk menjawab hal ini Jones dan Davis mengemukakan teori correspondent inference, yang mana menurut teori ini untuk menjawab persoalan yang cukup rumit tersebut, perlu memusatkan perhatian pada perilaku yang dapat memberikan informasi, yaitu pada perilaku yang dipilih oleh individu yang bersangkutan, dan perilaku yang lain dikesampingkan, serta pada perilaku yang menimbulkan keunikan atau non-commom effect, merupakan efek yang tidak dihasilkan orang lain.
Menurut teori John dan Davis untuk memperoleh inferensi atau kesimpulan yang cocok, yang merupakan perilaku yang mencerminkan sifat-sifat seseorang, orang memusatkan atau melihat pada perilaku yang (1) dipilih sendiri oleh individu yang bersangkutan; (2) non common effect; dan (3) perilaku yang social desirability-nya rendah atau perilaku yang social undesirable.
Kelley juga mengembangkan teori atribusi ini, yang mana menurutnya perilaku manusia itu dapat disebabkan oleh faktor internal, faktor eksternal, atau kedua faktor tersebut, yaitu faktor internal dan eksternal secara bersama-sama. Oleh karena itu, menurut Kelley ada atribusi internal, atribusi eksternal dan atribusi internal-eksternal. Kelley menggunakan tiga determinan untuk menentukan perilaku, apakah atribusi internal, eksternal atau internal-eksternal, yaitu konsensus, konsistensi, dan distinctiveness.
Konsensus, yaitu bagaimana seseorang bereaksi bila dibandingkan dengan orang lain terhadap stimulus tertentu. Misalnya, bila seseorang berperilaku tertentu, sedangkan orang lain tidak berbuat demikian, maka dapat dikatakan bahwa konsensus orang yang bersangkutan rendah.
Konsistensi, yaitu bagaimana seseorang berperilaku atau bereaksi terhadap stimulus yang sama dalam situasi atau keadaan yang berbeda. Bila seseorang mereaksi dengan cara yang sama terhadap stimulus yang sama pada kesempatan yang berbeda, maka orang yang bersangkutan mempunyai konsistensi yang tinggi.
Distinctiveness, yaitu bagaimana orang bereaksi terhadap stimulus atau situasi yang berbeda-beda. Bila seseorang memberikan reaksi yang sama terhadap stimulus yang berbeda-beda, maka dapat dikatakan orang yang bersangkutan mempunyai distinctiveness rendah.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka Keley berpendapat bahwa atribusi internal, eksternal dan internal-eksternal mempunyai corak determinan yang berbeda-beda. Hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Macam atribusi
Determinan
Atribusi internal
Atribusi eksternal
Atribusi internal-ekstrenal
Konsensus
Konsistensi
Distinctiveness
Rendah tinggi
Rendah
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Rendah
Tinggi
Tinggi
Dengan melihat profil tersebut diatas dapat ditentukan apakah perilaku seseorang itu termasuk atribusi internal, eksternal, atau atribusi internal-eksternal.
Beberapa Sumber Kesesatan Atribusi
Dalam atribusi ada beberapa sumber yang menyebabkan kesesatan, sehingga dengan demikian orang akan mengalami kesalahan dalam memberikan interpretasi mengenai perilaku seseorang. Sumber kesesatan tersebut adalah :
The Fundamental Attribution Error
Ini merupakan sumber kesesatan yang disebabkan orang sangat menekankan pada faktor internal dalam melihat perilaku seseorang. Kesesatan yang disebabkan karena hanya melihat faktor internal dalam perilaku, dan tidak menghiraukan faktor situasi atau faktor luar (eksternal). Misalnya, seorang pegawai kantor kelurahan marah kepada salah seorang penduduk yang ingin mendapat layanan. Orang akan menyimpulkan bahwa pegawai kelurahan adalah orang yang pemarah, tidak sabar dan sebagainya. Kesimpulan tersebut mungkin tidak tepat, karena adanya kemungkinan bahwa orang tersebut marah karena memang didorong oleh faktor situasi atau faktor luar, bukan semata-mata karena faktor dalam.
The Actor-Observer Effect
Ini merupakan sumber kesesatan dimana orang melihat perilaku orang lain disebabkan karena faktor dalam, sedangkan perilaku dirinya sendiri disebabakan karena faktor luar. Misalnya, orang yang melihat seseorang yang terantuk sesuatu lalu jatuh, maka ia akan mengatakan bahwa orang tersebut kurang berhati-hati, tampa menghiraukan faktor-faktor lain yang mungkin berperan. Tetapi kalau seandainya dia yang jatuh maka dia akan mengatakan bahwa jalanannya terlalu licin atau sepatunya agak rusak, dsb. Jadi dalam meninjau perilaku orang lain menekankan pada faktor dalam yang berperan, tetapi kalau perilakunya sendiri faktor luar yang berperan.
The Self-Serving Bias
Ini merupakan sumber kesesatan dimana orang memandang atau berasumsi bahwa dirinya itu tidak dapat berbuat salah. Bila orang mengalami keberuntungan, orang menyatakan behwa itu disebabkan karena fakrot dalam, namun sebaliknya bila orang mengalami kegagalan hal tersebut disebabkan karena faktor luar. Misalnya saja seseorang yang memperoleh nilai yang baik dalam ujian, ia akan mengatakan itu karena ia belajar sungguh-sungguh, dsb yang menunjukkan hal itu disebbakan karena faktor dalam. Namun sebaliknya, bila ia memperoleh nilai yang jelek, maka ia akan mengatakan bahwa soalnya terlalu sulit, dosennya pelit nilai, dsb yang mengindikasikan bahwa hal tersebut disebabkan oleh faktor luar bukan karena faktor dalam yang ada pada dirinya. Orang sering mengambil sikap seperti ini karena untuk mempertahankan harga dirinya, agar orang tetap respek padanya, dsb.
Teori Self
James memberi batasan mengenai self atau yang disebutnya emprical me dalam arti yang umum sekali, yaitu sebagai keseluruhan dari segala yang oleh orang lain disebut "nya" (his) : tubuhnya, sifat-sifatnya, kemampuan-kemampuannya, milik-milik kebendaannya, kekeluargaannya, teman-temannya, musuh-musuhnya, pekerjaannya dan kenganggurannya, dll.
Dasar (komponen) self ialah material self, social self, spiritual self dan pure ego. Material self terdiri dari material possession, social self, yaitu bagaimana anggapan teman-teman "orang" lain terhadapnya, spiritual self adalah kemampuan-kemampuan serta kecakapan-kecakapan psikologisnya. Ego adalah pikiran yang menjadi dasar personal identity.
Istilah self di dalam psikologi mempunyai dua arti, yaitu :
Sikap dan perasaan seseorang terhadap dirinya sendiri
Suatu keseluruhan proses psikologis yang menguasai tingkah laku dan penyesuaian diri.
Arti yang pertama itu dapat disebut pengertian self sebagai objek, karena pengertian itu menunjukkan sikap, perasaan pengamatan dan penelitian seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai objek. Dalam hal ini self itu berarti apa yang dipikirkan orang tentang dirinya. Arti yang kedua dapat kita sebut pengertian self sebagai proses. Dalam hal ini self adalah suatu kesatuan yang terdiri dari proses-proses aktif seperti berpikir, mengingat dan mengamati.
Self, yaitu bagian medan fenomenal yang terdiferensiasikan dan terdiri dari pola-pola pengamatan dan penilaian sadar daripada "I" atau "me".
Beberapa macam sifat self :
Self berkembang dari interaksi organisme dengan lingkungannya.
Self mungkin menginteraksikan nilai-nilai orang lain dan mengamatinya dalam cara (bentuk) yang tidak wajar.
Self mengejar (menginginkan) consistency (keutuhan/kesatuan)
Organisme bertingkah laku dalam cara yang selaras (consistent) dengan self
Pengalaman-pengalaman yang tak selaras dengan struktur self diamati sebagai ancaman.
Self mungkin berubah sebagai hasil dari pematangan (maturation) dan belajar.
PENUTUP
KESIMPULAN
Derivatif Theory merupakan turunan dari Grands Theories. Dimana dalam pembagiannya, derivatif theory termasuk kedalamnya Teori Belajar Sosial, Teori Psikologi Lingkungan, Teori Atribusi dan Teori Self.
Teori Belajar Sosial dikemukakan oleh Bandura yang berpendapat bahwa belajar itu terjadi melalui model atau observasi. Teori Psikologi Lingkungan dikemukakan oleh Gestalt, menurutnya, proses persepsi dan kognisi manusia lebih penting dari pada mempelajari perilaku yang tampak (overt behaviour). Bagi gestalt perilaku manusia lebih disebabkan oleh proses-proses persepsi. Dalam kaitannya dengan psikologi lingkungan, maka persepsi lingkungan merupakan salah satu aplikasi dari teori gestalt. Teori Atribusi ini dikemukakan oleh Fritz Heider. Teori ini merupakan teori yang berusaha menjelaskan tentang perilaku seseorang. Apakah perilaku itu diesebabkan oleh faktor dalam, yaitu yang merupakan disposisi internal, seperti sikap, sifat-sifat tertentu ataupun aspek-aspek internal yang lain, ataukah disebabkan oleh keadaan eksternal, misalnya situasi. Heider berpendapat bahwa perilaku manusia itu dapat disebabkan karena faktor internal yang disebut atribusi internal, atau dapat disebabkan oleh faktor eksternal yang disebut atribusi eksternal. Teori Self, James memberi batasan mengenai self atau yang disebutnya emprical me dalam arti yang umum sekali, yaitu sebagai keseluruhan dari segala yang oleh orang lain disebut "nya" (his) : tubuhnya, sifat-sifatnya, kemampuan-kemampuannya, milik-milik kebendaannya, kekeluargaannya, teman-temannya, musuh-musuhnya, pekerjaannya dan kenganggurannya, dll.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Suryabrata Sumadi, Psikologi Kepribadian, Jakarta : Rajawali Pers, 2012.
Walgito Bimo, Psikologi Sosial Suatu Penghantar, Yogyakarta : Andi Offset, 2003.
Walgito Bimo, Teori – Teori Psikologi Sosial, Yogyakarta : Andi Offset, 2011.
I. DAYA TARIK INTERPERSONAL
PETA KONSEP
PEMBAHASAN
Prinsip Dasar Ketertarikan Sosial
Ketertarikan Interpersonal adalah sikap seseorang mengenai orang lain di mana ketertarikan meliputi evaluasi sepanjang suatu dimensi yang berkisar dari sangat suka hingga sangat tidak suka.
Daya Tarik Fisik adalah kombinasi karakteristik yang dievaluasi sebagai cantik atau tampan pada ujung yang paling ekstrem dan tidak menarik pada ujung yang lain.
Derajat Daya Tarik Fisik adalah aspek-aspek penampilan seseorang yang dianggap oleh orang sebagai menarik atau tidak menarik secara visual.
Daya Tarik Fisik dan Evaluasi Interpersonal Penampilan fisik memengaruhi berbagai jenis evaluasi interpersonal, termasuk rasa suka, penilaian terhadap bersalah dan tidak bersalah di pengadilan, dan hal-hal lainnya. Daya tarik fisik memengaruhi seseorang dalam mencari pasangan hidup. Meskipun laki-laki dan perempuan responsif terhadap daya tarik seorang calon pasangan kencan, kekasih, maupun pasangan hidup, daya tarik perempuan lebih penting bagi laki-laki daripada daya tarik laki-laki bagi perempuan. Selain daya tarik fisik, beberapa karakteristik yang dapat diamati lainnya dalam memengaruhi evaluasi awal interpersonal adalah fisik, berat badan, gaya perilaku, pemilihan makanan, nama depan, dan karakteristik lain yang superfisial.
Karakteristik Pribadi
Cognitive consistency theory dari Fritz Heider mengemukakan bahwa orang cenderung memiliki sikap yang sama dengan orang yang disukai.
Kesamaan (Similarity)
Sikap, nilai, minat, latar belakang dan kepribadian yang sama, bisa menyebabkan inividu tertarik dengan orang lain. Dalam membangun satu hubungan kesamaan bisa menjadi dasar untyuk membangun hubunga yag lebih baik danpositif. Itulah sebabnya mengapa kita bisa cepat akrab denga orang sedaerah, padahal baru saja kita kenal.
Keakraban(Familiarity)
Robert zajonc menjelaskan tentang efek terpaan, bahwasannya orang mengembangkan perasaan positif pada obyek dan individu yang serinag mereka lihat.
Kedekatan (Proximity)
Kedekatan merujuk pada bentuk teritorial. Dekatnya jarak individu dengan orang lain, mengakibatkan bentuk hunbungan menjadi lebihbaik Misalnya dalam bertetangga. Tapi tidak selalu demikian, jika tidak ada interaksi yang intens, maka kedekatan teritorial bukanlah satu jaminan hubungan akn terus bertahan.
Teori – teori Ketertarikan
Ada beberapa teori yang bisa menjelaskan mengapa manusia bisa saling tertarik satu dengan yang lain. Teori-teori tersebut adalah:
Teori kognitif > Teori kognitif menekankan proses berpikir sebagai dasar yang menentukan tingkah laku. Tingkah laku sosial dipandang sebagai suatu hasil atau akibat dari proses akal. Jika seseorang berpikir bahwa orang lain dapat memberikan keseimbangan terhadap apa yang kita cari maka kemungkinan besar kita akan menyukainya.
Teori penguatan > Teori penguatan berusaha menemukan bagaimana ketertarikan datang untuk pertama kalinya. Dasar teori ini cukup sederhana, yaitu bahwa orang ditarik oleh hadiah dan ditolak oleh hukuman. Semua ketertarikan antar pribadi diterangkan dalam hal belajar di mana untuk berhubungan secara positif dengan hadiah, dan untuk berhubungan secara negatif dengan perangsang hukuman. Kita kemudian akan lebih suka menjadi tertarik kepada orang orang yang menghadiahi atau menghargai kita daripada orang-orang yang menghukum kita dengan kritikan atau menghina kita.
Teori interaksionis > Teori ini dikembangkan di dalam situasi alamiah di mana suatu keputusan selalu dihubungkan kepada situasi sosial di mana seseorang menemukan dirinya. Teori ini lebih menitikberatkan pada ketertarikan antar pribadi sebagai suatu konsep.
D. Atribut Personal
Kehangatan > Orang dapat mengkomunikasikan kehangatan dengan perilaku non verbal seperti tersenyum, menatap penuh perhatian, dan mengapresiasikan perasaan.
Kompetensi > Orang yang kompeten biasanya memberikan lebih banyak manfaat ketimbang orang yang tak kompeten. Orang yang kompeten biasanya memberikan lebih banyak manfaat ketimbang orang yang yang tak kompeten.
Beberapa factor yang mempengaruhi hubungan Intepersonal adalah sebagai berikut :
Toleransi > Toleransi menghendaki adanya kmauan dari masing-masing pihak untuk menghargai dan menghormati perasaan pihak lain. Toleransi menjadi faktor pengaruh hubungan interpersonal, hal ini disebabkan dengan dikembangkannya sikap toleran atau tenggang rasa, maka seandainya timbul perbedaan kepentingan kedua belah pihak dapat saling menghargai, sehingga perbedaan kepentingan itu tiak berkembang sebagai kendala kebersamaan.
Kesempatan-kesempatan yang seimbang > Artinya rasa memperoleh keadilan dari interaksi akan menentukan kadar hubungan Interpersonal. Ketika seseorang merasa memperoleh kesempatan yang seimbang, peluang yang adil, maka akan mendorong orang tersebut mempertahankan kebersamaan. Maka begitu juga dengan hal yang sebaliknya.
Sikap menghargai orang lain > Sikap ini menghendaki adanya pemahaman bahwa setiap orang itu memiliki martabat. Sikap yang baik untuk mendukung kadar hubungan Interpersonal adalah sikap menghargai martabat orang lain.
Sikap mendukung bukan sikap bertahan > Sikap zaman berarti memberikan persetujuan terhadap orang lain. Sedangkan sikap bertahan, berawal dari adanya perbedaan pendapat. Apabila dua orang saling bertahan, apalagi salah satu pihak terang-terangan menyeerang pertahanan pihak lain, maka ada kemungkinan karakteristik hubungan menjadi renggang.
Sikap terbuka > Sikap terbuka adalah sikap untuk membuka diri, mengatakan tentang keadaan dirinya secara terbuka dan apa adanya. Keterbukaan dalam komunikasi akan menghilangkan kesalahpahaman dan kecurigaan. Keadaan seperti inilah yang akan menciptakan hubungan Interpersonal yang baik.
Kepercayaan > Kepercayaan adalah bahwa tidak ada bahaya dari orang lain dalam suatu hubungan. Kepercayaan berkaitan dengan keteramalan (prediksi), artinya ketika kita dapat meramalkan bahwa seseorang tidak akan menghianati dan dapat bekerjasama dengan baik, maka kepercayaan kita pada orang tersebut lebih besar.
Respon > Ketepatan dalam memberikan tanggapan. Hukum alam mengatakan kalau ada aksi maka maka akan ada reaksi. Hukum dalam berkomunikasi menyepakati kalau ada pertanyaan maka perlu ada jawaban. Jawaban dalam berkomunikasi adalah respon.
Ketika ditanya apa yang mereka cari dalam diri partner jangka panjang, orang biasanya tidak mengutamakan penampilan fisik dan lebih mempertimbangkan kualitas personal yang sesuai. Kita menginginkan pasangan yang hangat, baik, dan dapat dipercaya. Kita mengutamakan responsivitas dan selera humor yang baik. Di sisi lain ternyata sebuah analisis membandingkan responden mengurutkan berbagai macam tipe-tipe mulai dari tampang menawan sampai kesetiaan. Dalam setiap periode, orang dewasa muda sangat ingin memiliki pasangan yang dapat diandalkan dan dewasa secara emsional, latar belakang politik, pendidikan, atau agama.
PENUTUP
KESIMPULAN
Daya tarik interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang. Makin tertarik kita dengan orang lain maka semakin besar kecenderungan kita untuk berkomunikasi dengan orang lain. Pengertian daya tarik sering terlalu sempit,sekali lagi, terbatas pada daya tarik fisik. Padahal daya tarik fisik hanya merupakan salah satu bagian daya tarik. Namun ada baiknya jika hal ini dijadikan contoh untuk mengembangkan pemahaman tentang daya tarik.
Factor-faktor yang mempengaruhi hubungan Interpersonal adalah toleransi, kesempatan-kesempatan yang seimbang, sikap menghargai orang lain, sikap mendukung bukan sikap bertahan, sikap terbuka, kepercayaan, respon , suasana emosional.
Daya pendorong yang mengakibatkan seseorang mau dan rela untuk mengarahkan kemampuan dalam bentuk keahlian dan keterampilan, tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran kegiatan yang telah ditentukan sebelumnya dalam hidup sehari-hari.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
David Sears, Psikologi Sosial, Jakarta : Erlangga, 1985.
http://mariasaridian8.blogspot.com/2013/11/makalah-psikologi-sosial-daya-tarik.html diakses pada tanggal 27 Juni 2014, Pukul 14.40.
II. HUBUNGAN YANG ERAT (RELATIONSHIP)
PETA KONSEP
PEMBAHASAN
Definisi Hubungan
Bila dua manusia menjalin suatu hubungan ( relationship ), kehidupan mereka akan saling terjalin satu dengan yang lain, apa yang dilakukan oleh yang satu akan mempengaruhi yang lainnya. Orang lain dapat membuat kita sedih atau gembira, atau mengkritik pendapat kita, membantu kita melakukan sesuatu, memberikan nasehat atau saran kepada kita, memberi kita hadiah atau malah membuat kita kehabisan uang. Pada contoh-contoh diatas tergambarnya beberapa faktor yang berperan dalam suatu hubungan, yaitu keyakinan, perasaan, dan prilaku. Berdasarkan hal tersebut dapat didefenisikan hubungan sebagai Sesuatu yang terjadi bila seseorang saling mempengaruhi satu sama lain, bila yang satu bergantung pada yang lain ( Kelly 1983 ).
Suatu hubungan dapat dikatakan hubungan yang erat bila didalamnya terdapat interdependensi, yang kuat. Semua hubungan yang erat apakah itu hubungan dengan orang tua, sahabat karib, guru atau pasangan hidup.
Model interdependesi antara dua orang dikembangkan oleh Levinger dan Snoek ( 1972). Dalam model tersebut digambarkan dua orang P dan O, dalam kondisi Saling bergantung antara yang satu dengan yang lain yang terus meningkat. Disatu pihak kedua orang itu sama sekali tidak menyadari kehadiran satu sama lain . Mereka berada dititik yang disebut zero contact. Pada tahap menyadari salah satu mulai merasakan atau mempelajari sesuatu tentang yang lain, tetapi belum terjadi kontak lansung. Sering kali kita membentuk kesan tentang seseorang dengan mengamati penampilan dan prilakunya. Kadang-kadang kita mencari informasi tentang seseorang melalui pihak ketiga, seperti bila seorang teman yang membuat janji kencan secara diam-diam dan memberi tahukan waktunya kepada kita sebelum pergi.
Tahap menyadari dapat bersifat sepihak, atau dua pihak misalnya bila dua orang yang masih saling kenal kebetulan bertatapan. Fungsi mengamati ini dapat menjadi amat penting. Bila kita memperoleh kesan yang baik tentang seseorang, mungkin kita akan mengambil inisiatif untuk berinteraksi dengannya. Kadang-kadang beberapa orang memiliki pengalaman yang amat mengesankan pada tahap ini. Misalnya, seorang amat memuja penyanyi atau seorang bintang film tertentu yang sebenarnya belum pernah dijumpainya. Tahap berikutnya disebut kontak permukaan dasar.
Disini kedua orang itu mulai berinteraksi, mungkin melalui percakapan atau surat menyurat. Kontak dasar ini merupakan awal dari interdepedensi, dan bahkan dari suatu hubungan. Bila kita berbasa-basi dengan seorang pelayan pasar swalayan yang ramah, atau bercakap cakap dengan penumpang yang sekursi dengan kita dipesawat terbang, kita telah menciptakan kontak dasar. Interaksi ini bisanya singkat, topic pembicaraan dangkal, dampak yang ditimbulkan terhadap masing masing pihaknya terbatas, dan kontak itu biasanya dibatasi oleh peran sosial tertentu.
Banyak hubungan yang tidak berkembang melebihi tahap interdependensi. Bila derajat interpendensi bertambah orang memasuki tahap mutualitas ( kesalinga ). Menurut Levinger dan Snoek, mentualitas merupakan suatu continuum interdependesi, mulai dari yang intensitasnya kurang kuat. Contoh yang sederhananya adalah meningkatnya pengalaman metualitas dari dua orang yang mula mula berkenalan biasanya lalu menjadi sahabat karib. Hubungan erat memiliki beberapa ciri khas ( Kelly 1983 ) yaitu:
Ada frekuensi interaksi yang kerap untuk waktu yang relative panjang
Hubungan yang erat melibatkan bermacam-macam bentuk kegiatan atau peristiwa
Saling pengaruh yang kuat mewarnai orng tersebut
Daya Sosial
Daya sosial adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi prilaku, fikiran dan perasaan orang lain dengan sengaja ( Huston 1983). Para ahli psikologi sosial merasa tertarik pada cara yang digunakan orang untuk saling mempengaruhi dan terhadap keseimbangan daya yang dihasikan dalam suatu hubungan.
Enam dasar daya yaitu sebagai berikut :
Otoritas yang sah
Kadang kadang orang memiliki wewenang atau otoritas untuk meminta oerang lain agar berprilaku secara tertentu. Dalam keluarga orang merasa berhak memberitahu anak anaknya yang masih kecil kapan waktunya tidur, dan biasanya anak anak merasa bertanggung jawab untuk mematuhinya. Salah satu persyaratan yang dibutuhkan untuk menjamin berfungsinya otoritas itu secara efektif adalah bahwa kedua pihak menyetujui norma-norma dalam hubungan itu.
Ganjaran
Salah satu daya yang lain adalah kemampuan untuk memberikan sesuatu yang positif bagi orang lain untuk membantu usaha orang itu mencapai tujuan yang dicita- citakan atau memberikan ganjaran yang berharga.
Kekerasan
Bentuknya dapat beragam, mulai dari kekuatan fisik sampai ancaman hukuman atau pertanda ketidak setujuan yang samar samar. Setelah sia sia menyuruh anaknya tidur siang, sang ibumungkin akan menempatkan anaknya yang bandel diranjang, keluar dan mengunci pintu. Atau mungkin seseorang mengancam bercerai karna pasangannya tidak mau diajak kepenasehat perkawinan.
Ganjaran dan perkawinan tidak benar benar bertentangan. Untuk memperoleh ganjaran orang dimotivasi untuk melakukan sesuatu agar prilakunya yang baik dilihat orang, sebaliknya sasaran kekerasan akan melakukan akan melakukan apa yang diinginkan selama dia diawasi kekerasan lebih mungkin akan menimbulkan rasa terpaksa dari pada kerelaan.
Keahlian
Pengetahuan, latihan dan keterampilan khusus, merupakan sumber sumber daya. Kita akan patuh pada orang yang ahli mengikuti nasehat mereka karna kita yakin bahwa pengetahuan mereka dapat membantu kita untuk mencapai tujuan. Bila seorang dokter yang dipecaya mengsnjurkan untuk makan tiga pil untuk alergi setiap hari, kemungkinan kita akan mengikutinya tampa mempedulikan kerja pil tersebut.
Informasi
Seringkali kita memberikan imformasi yang menurut pendapat kita dapat membuat seeorang berprilaku tertentu. Contohnya seorang anak berusaha membujuk ibunya supaya makan malam lebih lambat dari biasanya, karna pada jam malam yang sudah terjadwal akan ada acara pendidikan yang bermanfaat ditelevisi.
Daya meniru
Pengaruh dasar yang mempunyai relavansi tertentu dengan hubungan yang erat adalah daya meniru. Daya ini muncul bila kita mengagumi atau meniru seseorang dan ingin menjadi seperti dia. Untuk itu kita kan meniru prilaku mereka atau melakukan segala sesuatu yang mereka minta, karna dengan melakukan itu kita mengharapkan dapat menjadi semakin menyerupai mereka.
Pengungkapan Diri
Pengungkapan diri atau keterbukaan diri merupakan kegiatan membagi perasaan dan informasi yang akrab dengan orang lain. Pengungkapan diri dapat bersifat deskriptif dan evaluative (morton, 1978). Dalam pengungkapan diri deskriptif kita melukiskan berbagai fakta mengenai diri kita yang mungkin belum diketahui pendengar pekerjaan, tempat tinggal kita dan sebagainya.
Sedangkan pengungkapan evaluative kita mengemukakan pendapat atau perasaan pribadi bahwa kita menyukai orang orang tertentu bahwa kita merasa cemas karna terlalu gemuk. Pengungkapan diri memiliki beberapa fungsi. Menurut derlega dan grzelak ( 1979) ada lima fungsi pengungkapan diri adalah sebagai berikut.
Ekspresi
Dengan pengungkapan diri semacam ini, kita dapat kesempatan untuk mengekspresikan perasaan kita.
Penjernihan diri
Sambil memberi perasaan atau pengalaman kita kepada orang lain, kita dapat semakin memahami dan menyadari siapa diri kita sebenarnya. Dengan membicarakan masalah yang kita alami kepada teman, fikiran kita akan semakin jernih sehingga kita dapat melihat duduk persoalannya dengan lebih baik.
Keabsahan sosial
Dengan mengati bagaimana reaksi pendengar sewaktu kita sedang mengungkapkan diri, kita memperoleh informasi tentang ketepatan pandangan kita. Ketika setelah selesai berbicara, mungkin pendengar kita akan memberikan tanggapan bahwa reaksi kita terhadap atasan semacam itu "memang wajar-wajar saja ", atau kita sudah melebih lebihkan kenyataan.
Kendati sosial
Kita dapat mengemukakan atau menyembunyikan informasi tentang diri kita sebagai peranti kendali sosial. Misalnya, dengan sengaja kita berbicara berulang ulang tentang sesuatu untuk melindungi kepentingan pribadi kita. Kita akan mengatakan sesuatu yang dapat menimbulkan kesan baik tentang diri kita, dalam kasus yang ekstrim orang sengaja berbohong untuk memanfaatkan orang lain.
Perkembangan hubungan
Saling berbagi informasi dan saling mempercayai merupakan sarana yang paling penting dalam usaha merintis suatu hubungan dan semakin meningkatkan keakraban. Bagi sepasang kekasih yang baru mulai saling jatuh cinta, pengungkapan diri dapat dilakukan dengan bertukar informasi tentang diri dan latar belakang masing masing, mencoba mengetahui kesenangan masing masing, sampai kemudian saling menyatakan ''aku cinta pada mu'' untuk yang pertama kalinya.
Atman dan taylor (1973) mengemukakan suatu model perkembangan hubungan dan pengungkapan diri sebagai media utamanya. Mereka menyebut proses utama mencapai keakraban hubungan antar pribadi sebagai penetrasi sosial. Sejalan dengan perkembangan suatu hubungan dari yang dangkal sampai hubungan yang akrab. Hubungan juga akan berubah dari sempit menjadi lebih luas, sejalan dengan waktu, topic pembicaraan akan semakin banyak, kegiatan yang diikuti semakin beragam.
Pengungkapan diri dan rasa suka
Rasa suka merupakan rasa penting dari pengungkapan diri. Orang lebih sering mengungkapkan diri pada pasangan hidupnya atau pada sahabatnya dari pada terhadap rekan kerja atau hanya temannya. Pernyataan yang lebih menarik adalah bagai mana pengaruh prilaku mengungkapkan diri terhadap rasa suka. Atman dan taylor berpendapat bahwa pengungkapan diri dapat menimbulkan rasa suka bila langkah langkahnya dijaga sebaik mungkin. Tahap tahap pengungkapan diri itu harus cukup lambat agar kedua pihak tidak merasa terancam. Bila perkembangan berlansung terlampau cepat orang akan merasa cemas dan akan cendrung melindungi diri.
Timbal balik
Proses pengungkapan diri yang berlangsung secara bertahap, semakin lama semakin cepat, akan semakin mempererat suatu hubungnan. Atman dan taylor mengatakan bahwa kita akan jauh lebih menyukai seseorang yang mengungkapkan dirinya dalam tingkat yang setara dengan yang kita lakukan terhadapnya. Seseorang yang mengungkapkan informasi pribadi yang lebih lebih akrab dari pad apa yang kita lakukan akan membuat kita merasa terancam dan kita akan lebih senang mengakhiri hubungan semacam itu. Banyak bukti yang menunjang pendapat bahwa sifat timbal balik dalam pengungkapan diri merupakan faktor yang menentukan apakah kita akan menyukai seseorang atau tidak.
Cinta
Cinta adalah reaksi emosional yang sama dikenalnya dan sama mendasarnya dengan rasa marah, kesedihan, kegembiraan dan rasa takut (shaver, morgan, & wu, 1996). Mungkin cinta baik bagi anda, karrena aron, paris dan aron (1995) mnemukan bahwa jatuh cinta mendorong terjadinya peningkatan self-efficacy dan self-esteem. Paling tidak, penelitian menunjukkan cinta adalah sesuatu yang lebih dari sekedar pertemanan biasa dan melebihi rasa tertarik secara romantis atau seksual dengan seseorang. Pengertian lain cinta adalah suatu kombinasi emosi, kognisi dan perilaku yang dapat terlibat dalam hubungan intim.
Cinta membara
Aron dan rekan-rekannya (1989) menunjukkan bahwa banyak orang jatuh cinta, tetapi tampaknya tidak pernah ada orang yang "jatuh berteman". Tidak seperti ketertarikan, pertemanan atau bahkan percintaan, cinta membara (passionate love) melibatkan reaksi emosional yang intensif dan sering tidak realistic terhadap orang lain.
Cinta membara biasanya timbul sebagai reaksi positif yang menggelora, dan menghabiskan energy, terhadap orang lain. Orang yang sedang dilanda cinta trepreokupasi dengan yang dicintainya dan hanya sedikit memikirkan hal yang lain.
Cinta karib
Hattfield mendeskripsikan cinta karib (companionate love) sebagai afeksi yang kita rasakan terhadap orang-orang yang sangat dekat kaitannya dengan hidup kita. Tidak seperti cinta membara, cinta karib didasarkan pada persahabatan yang sangat karib dimana dua orang secara seksual tertarik, memiliki banyak hal yang sama, saling mempedulikan kesejahteraan satu sama lain, dan menampilkan rasa saling suka dan saling menghargai (caspi&herbener,1990). Cinta inilah yang dapat mempertahankan hubungan dari waktu ke waktu.
Perasaan-Perasaan Cinta
salah satu gambaran yang digunakan sebagai titik acuan untuk membedakan hubungan cinta dan persahabatan adalah pengalaman gejala fisik. Oleh bercheid dan walter, cinta birahi dilukiskan sebagai "keadaan emosional yang menggebu-gebu: perasaan seksual dan perasaan yang elmbut, elasi dan rasa nyeri dan kecemburuan. Emosi memainkan peranan utama dalam cinta birahi. Orang sering digoyahkan oleh nafsu yang tidak terkendalikan, yang mengarahkan mereka pada orang yang dicintai. Elemen lain dari cinta birahi adalah perasaan terhanyut bersama orang lain. Mereka terobsesi oleh pikiran-pikiran tentang cinta. Banyak yang mengatakan bahwa cinta ini akan muncul dengan tiba-tiba dan kemudian hilang begitu saja.
Cinta persahabatan diartikan sebagai "afeksi yang kita rasakan terhadap seseorang yang kehidupannya saling berjalin dengan kehidupan kita". Kelley (1983) mengatakan, cinta persahabatan akan tumbuh perlahan-lahan sehingga kedua pihak mempunyai kesempatan untuk mengembangkan hubungan yang memuaskan.
Teori Stenberg
LikingConsummate loveLikingConsummate love INTIMACY
Liking
Consummate love
Liking
Consummate love
Romantic love Companionate love
PASSION Fatuous Love COMMITMENT
Infatuation Empty Love
Triangular theory of love dari Robert Stenberg menyebutkan bahwa setiap cinta itu terdiri dari tiga unsur. Ketiga unsur tersebut adalah:
Intimacy: merupakan komponen emosional yang melibatkan kedekatan emosional, saling pengertian, dan dukungan emosional.
Passion: merupakan komponen motivasional yang melibatkan ketertarikan fisik, romantisme dan ketertarikan seksual.
Commitment: merupakan komponen kognitif yang meliputi pengambilan keputusan untuk menyatakan cinta dan seberapa jauh komitmen untuk mempertahankan komitmennya tersebut.
Berdasarkan kombinasi dari ketiga unsur cinta tersebut, Stenberg mengidentifikasi tujuh jenis cinta.
Cinta yang ditandai dengan intimacy tapi tidak dibarengi dengan passion dan commitment disebut liking.
Cinta yang ditandai dengan passion, tapi tidak dibarengi dengan intimacy dan commitment disebut infatuated love.
Cinta yanbg ditandai dengan commitment, tapi tidak dibarengi dengan passion dan intimacy disebut empty love.
Cinta yang ditandai dengan intimacy dan passion saja disebut romantic love.
Cinta yang ditandai dengan commitment dan intimacy saja disebut companionate love.
Cinta yang ditandai dengan passion dan commitment saja disebut dengan fatuous love.
Cinta sejati yang ditandai passion, commitment dan intimacy disebut consummate love.
Hubungan Cinta Dalam Pandangan Islam
Cinta merupakan dasar kasih sayang diantara manusia dan pembentukan hubungan persahabatan sesame manusia. Cinta merupakan pengikat yang erat yang menguhubungkan manusia dengan Rabb-nya serta membuatnya ikhlas dalam beribadah kepada-Nya, mengikuti manhaj-Nya dan berpegang pada syariat-Nya. Cinta mendorong kaum muslimin berpegang teguh pada sunnahnya, mengikuti ajaran-ajarannya dan perintah-perintahnya, serta menjadikan beliau sebagai anutan paling agung yang segala perilakunya diikuti.
Dalam al-Quran, kita menemukan tentang macam-macam cinta yaitu:
Cinta kepada diri sendiri
Al-quran telah menggambarkan cinta kepada diri sendiri yang secara alamiah ada pada manusia. Diantara indikasi kecintaan manusia akan dirinya sendiri adalah manusia senantiasa berdoa untuk kebaikan dirinya dengan pemberian harta, kesehatan serta kebaikaan dan kenikmatan hidup lainnya.
Cinta kepada manusia
Al-quran mengajak kaum mukminin untuk mencintai satu sama lain seperti layaknya seorang saudara mencintai saudaranya. Rasulullah SAW juga bersabda, " Demi diriku yang ada dalam genggaman-Nya. Seorang hamba belumlah beriman sebelum mencintai tetangganya, atau saudaranya sebagaiman ia mencintai dirinya sendiri".
Cinta berahi
Cinta ini berkaitan erat dengan motif seksual. Cinta ini merupakan sesuatu yang penting untuk kelangsungan kehidupan keluarga.
Cinta kebapakan
Motif kebapakan terlihat dari kecintaan bapak kepada anak-anaknya. Selain itu, tampak pula pada nasihat dan bimbingan yang akan membawa kemaslahatan dan kebaikan untuk anak-anaknya.
Cinta kepada Allah
Cinta kepada Allah SWT adalah tujuan setiap mukmin. Cinta kepada Allah SWT merupakan kekuatan pendorong untuk taat kepada allah swt dan rasul-nya saw. Firman Allah dalam Surat Ali-Imran: 31
Artinya: Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Cinta kepada rasul
Al-quran telah berwasiat kepada kita agar mencintai Rasulullah SAW serta menyandingkan cinta kepada beliau dengan cinta kepada Allah. Hal ini terdapat dalam Surat al-ahzab: 21
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.
PENUTUP
Saat Diskusi
Bagaimana cara menjaga hubungan yang erat dengan anak yang abnormal ?
Hal ini pada umumnya, berkaitan pada pola asuh orang tua, dimana orang tua ataupun yang mengasuh si anak tersebut harus menjalinkan ikatan kasih sayang terhadap anak tersebut, sehingga si-anak akan dapat percaya dan terbuka terhadap orang – orang yang telah dipercayainya tersebut.
Apakah hubungan yang erat selalu dilandasi oleh rasa cinta ?
Hubungan yang erat akan selalu dilandasi rasa cinta, rasa cinta disini memberikan makna kepada rasa cinta yang membuat seseorang tersebut merasa nyaman dan akan naik ke atas menjadi hubungan yang erat. Dalam hal ini ada 3 ciri – ciri dari hubungan yang erat diantaranya 1. Kedekatan emosional, 2.Memenuhi kebutuhan pasangannya, 3.Tergantung dan pengaruh, mempengaruhi sangat kuat.
Bagaimana aplikasi hubungan yang erat dalam Islam ?
Hubungan yang erat dalam Islam terdiri dari, Sakinah artinya Ketentraman, Mawadah artinya Mengebu – gebu, Rahmah artinya berkasih sayang.
Kesimpulan
Suatu hubungan dapat dikatakan hubungan yang erat bila didalamnya terdapat interdependensi yang kuat. Semua hubungan yang erat apakah itu hubungan dengan orang tua, sahabat karib, guru atau pasangan hidup. Hubungan erat memiliki beberapa ciri khas ( Kelly 1983 ) yaitu:
a. Ada frekuensi interaksi yang kerap untuk waktu yang relative panjang
b. Hubungan yang erat melibatkan bermacam-macam bentuk kegiatan atau peristiwa
c. Saling pengaruh yang kuat mewarnai orang tersebut.
Daya sosial adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi prilaku, fikiran dan perasaan orang lain dengan sengaja. Proses pengungkapan diri yang berlangsung secara bertahap, semakin lama semakin cepat, akan semakin mempererat suatu hubungan.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Baron Robert, Psikologi Sosial, Jakarta : Erlangga, 2005.
David Sears, Psikologi Sosial, Jakarta : Erlangga, 1985.
Usman Muhammad, Psikologi dalam Al-quran, Bandung : Pustaka Setia, 2005.
III. PERILAKU SOSIAL
PETA KONSEP
PEMBAHASAN
III. PERILAKU SOSIAL
Pengertian Perilaku Sosial
Perilaku sosial adalah suasana saling ketergantungan yang merupakan keharusan untuk menjamin keberadaan manusia. Sebagai bukti bahwa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup sebagai diri pribadi tidak dapat melakukannya sendiri, melainkan memerlukan bantuan dari orang lain. Ada ikatan saling ketergantungan diantara satu orang dengan yang lainnya. Artinya bahwa kelangsungan hidup manusia berlangsung dalam suasana saling mendukung dalam kebersamaan. Untuk itu manusia dituntut mampu bekerja sama, saling menghormati, tidak menggangu hak orang lain, toleran dalam hidup bermasyarakat.
Menurut Krech, Crutchfield dan Ballachey (1982), perilaku sosial seseorang itu tampak dalam pola respons antar orang yang dinyatakan dengan hubungan timbal balik antar pribadi. Perilaku sosial juga identik dengan reaksi seseorang terhadap orang lain (Baron & Byrne, 1991). Perilaku itu ditunjukkan dengan perasaan, tindakan, sikap, keyakinan, kenangan, atau rasa hormat terhadap orang lain. Perilaku sosial seseorang merupakan sifat relatif untuk menanggapi orang lain dengan cara yang berbeda-beda. Misalnya dalam melakukan kerja sama, ada orang yang melakukannya dengan tekun, sabar dan selalu mementingkan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadinya. Sementara di pihak lain, ada orang yang bermalas-malasan, tidak sabaran dan hanya ingin mencari untung sendiri.
Sesungguhnya yang menjadi dasar dari uraian di atas adalah bahwa pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial. Sejak dilahirkan manusia membutuhkan pergaulan dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan biologisnya. Pada perkembangan menuju kedewasaan, interaksi sosial diantara manusia dapat merealisasikan kehidupannya secara individual. Hal ini dikarenakan jika tidak ada timbal balik dari interaksi sosial maka manusia tidak dapat merealisasikan potensi-potensinya sebagai sosok individu yang utuh sebagai hasil interaksi sosial. Potensi-potensi itu pada awalnya dapat diketahui dari perilaku kesehariannya. Pada saat bersosialisasi maka yang ditunjukkannya adalah perilaku sosial.
Pembentukan perilaku sosial seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal. Pada aspek eksternal situasi sosial memegang peranan yang cukup penting. Situasi sosial diartikan sebagai tiap-tiap situasi di mana terdapat saling hubungan antara manusia yang satu dengan yang lain. Dengan kata lain setiap situasi yang menyebabkan terjadinya interaksi sosial dapatlah dikatakan sebagai situasi sosial. Contoh situasi sosial misalnya di lingkungan pasar, pada saat rapat, atau dalam lingkungan pembelajaran pendidikan jasmani.
Faktor-Faktor Pembentuk Perilaku Sosial
Baron dan Byrne berpendapat bahwa ada empat kategori utama yang dapat membentuk perilaku sosial seseorang, yaitu :
Perilaku Dan Karakteristik Orang Lain
Jika seseorang lebih sering bergaul dengan orang-orang yang memiliki karakter santun, ada kemungkinan besar ia akan berperilaku seperti kebanyakan orang-orang berkarakter santun dalam lingkungan pergaulannya. Sebaliknya, jika ia bergaul dengan orang-orang berkarakter sombong, maka ia akan terpengaruh oleh perilaku seperti itu. Pada aspek ini guru memegang peranan penting sebagai sosok yang akan dapat mempengaruhi pembentukan perilaku sosial siswa karena ia akan memberikan pengaruh yang cukup besar dalam mengarahkan siswa untuk melakukan sesuatu perbuatan.
Proses Kognitif
Ingatan dan pikiran yang memuat ide-ide, keyakinan dan pertimbangan yang menjadi dasar kesadaran sosial seseorang akan berpengaruh terhadap perilaku sosialnya. Misalnya seorang calon pelatih yang terus berpikir agar kelak dikemudian hari menjadi pelatih yang baik, menjadi idola bagi atletnya dan orang lain akan terus berupaya dan berproses mengembangkan dan memperbaiki dirinya dalam perilaku sosialnya. Contoh lain misalnya seorang siswa karena selalu memperoleh tantangan dan pengalaman sukses dalam pembelajaran penjas maka ia memiliki sikap positif terhadap aktivitas jasmani yang ditunjukkan oleh perilaku sosialnya yang akan mendukung teman-temannya untuk beraktivitas jasmani dengan benar.
Faktor Lingkungan
Lingkungan alam terkadang dapat mempengaruhi perilaku sosial seseorang. Misalnya orang yang berasal dari daerah pantai atau pegunungan yang terbiasa berkata dengan keras, maka perilaku sosialnya seolah keras pula, ketika berada di lingkungan masyarakat yang terbiasa lembut dan halus dalam bertutur kata.
Latar Budaya Sebagai Tempat Perilaku Dan Pemikiran Sosial Itu Terjadi
Misalnya, seseorang yang berasal dari etnis budaya tertentu mungkin akan terasa berperilaku sosial aneh ketika berada dalam lingkungan masyarakat yang beretnis budaya lain atau berbeda. Dalam konteks pembelajaran pendidikan jasmani yang terpenting adalah untuk saling menghargai perbedaan yang dimiliki oleh setiap anak.
Bentuk dan Jenis Perilaku Sosial
Bentuk dan perilaku sosial seseorang dapat pula ditunjukkan oleh sikap sosialnya. Sikap menurut Akyas Azhari (2004:161) adalah "suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang tertentu". Sedangkan sikap sosial dinyatakan oleh cara-cara kegiatan yang sama dan berulang-ulang terhadap obyek sosial yang menyebabkan terjadinya cara-cara tingkah laku yang dinyatakan berulang-ulang terhadap salah satu obyek social.
Berbagai bentuk dan jenis perilaku sosial seseorang pada dasarnya merupakan karakter atau ciri kepribadian yang dapat teramati ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain. Seperti dalam kehidupan berkelompok. Kecenderungan perilaku sosial seseorang yang menjadi anggota kelompok akan akan terlihat jelas diantara anggota kelompok yang lainnya.
Perilaku sosial dapat dilihat melalui sifat-sifat dan pola respon antar pribadi, yaitu:
Kecenderungan Perilaku Peran
Sifat pemberani dan pengecut secara sosial
Orang yang memiliki sifat pemberani secara sosial, biasanya dia suka mempertahankan dan membela haknya, tidak malu-malu atau tidak segan melakukan sesuatu perbuatan yang sesuai norma di masyarakat dalam mengedepankan kepentingan diri sendiri sekuat tenaga. Sedangkan sifat pengecut menunjukkan perilaku atau keadaan sebaliknya, seperti kurang suka mempertahankan haknya, malu dan segan berbuat untuk mengedepankan kepentingannya.
Sifat berkuasa dan sifat patuh
Orang yang memiliki sifat sok berkuasa dalam perilaku sosial biasanya ditunjukkan oleh perilaku seperti bertindak tegas, berorientasi kepada kekuatan, percaya diri, berkemauan keras, suka memberi perintah dan memimpin langsung. Sedangkan sifat yang patuh atau penyerah menunjukkan perilaku sosial yang sebaliknya, misalnya kurang tegas dalam bertindak, tidak suka memberi perintah dan tidak berorientasi kepada kekuatan dan kekerasan.
Sifat inisiatif secara sosial dan pasif
Orang yang memiliki sifat inisiatif biasanya suka mengorganisasi kelompok, tidak sauka mempersoalkan latar belakang, suka memberi masukan atau saran-saran dalam berbagai pertemuan, dan biasanya suka mengambil alih kepemimpinan. Sedangkan sifat orang yang pasif secara sosial ditunjukkan oleh perilaku yang bertentangan dengan sifat orang yang aktif, misalnya perilakunya yang dominan diam, kurang berinisiatif, tidak suka memberi saran atau masukan.
Sifat mandiri dan tergantung
Orang yang memiliki sifat mandiri biasanya membuat segala sesuatunya dilakukan oleh dirinya sendiri, seperti membuat rencana sendiri, melakukan sesuatu dengan cara-cara sendiri, tidak suak berusaha mencari nasihat atau dukungan dari orang lain, dan secara emosiaonal cukup stabil. Sedangkan sifat orang yang ketergantungan cenderung menunjukkan perilaku sosial sebaliknya dari sifat orang mandiri, misalnya membuat rencana dan melakukan segala sesuatu harus selalu mendapat saran dan dukungan orang lain, dan keadaan emosionalnya relatif labil.
Kecenderungan Perilaku Dalam Hubungan Sosial
Dapat diterima atau ditolak oleh orang lain
Orang yang memiliki sifat dapat diterima oleh orang lain biasanya tidak berprasangka buruk terhadap orang lain, loyal, dipercaya, pemaaf dan tulus menghargai kelebihan orang lain. Sementara sifat orang yang ditolak biasanya suak mencari kesalahan dan tidak mengakui kelebihan orang lain.
Suka bergaul dan tidak suka bergaul
Orang yang suka bergaul biasanya memiliki hubungan sosial yang baik, senang bersama dengan yang lain dan senang bepergian. Sedangkan orang yang tidak suak bergaul menunjukkan sifat dan perilaku yang sebaliknya.
Sifat ramah dan tidak ramah
Orang yang ramah biasanya periang, hangat, terbuka, mudah didekati orang, dan suka bersosialisasi. Sedang orang yang tidak ramah cenderung bersifat sebaliknya. d. Simpatik atau tidak simpatik Orang yang memiliki sifat simpatik biasanya peduli terhadap perasaan dan keinginan orang lain, murah hati dan suka membela orang tertindas. Sedangkan orang yang tidak simpatik menunjukkna sifat-sifat yang sebaliknya.
Kecenderungan perilaku ekspresif
Sifat suka bersaing (tidak kooperatif) dan tidak suka bersaing (suka bekerja sama)
Orang yang suka bersaing biasanya menganggap hubungan sosial sebagai perlombaan, lawan adalah saingan yang harus dikalahkan, memperkaya diri sendiri. Sedangkan orang yang tidak suka bersaing menunjukkan sifat-sifat yang sebaliknya.
Sifat agresif dan tidak agresif
Orang yang agresif biasanya suka menyerang orang lain baik langsung ataupun tidak langsung, pendendam, menentang atau tidak patuh pada penguasa, suka bertengkar dan suka menyangkal. Sifat orang yang tidak agresif menunjukkan perilaku yang sebaliknya.
Sifat kalem atau tenang secara sosial
Orang yang kalem biasanya tidak nyaman jika berbeda dengan orang lain, mengalami kegugupan, malu, ragu-ragu, dan merasa terganggu jika ditonton orang.
Sifat suka pamer atau menonjolkan diri
Orang yang suka pamer biasanya berperilaku berlebihan, suka mencari pengakuan, berperilaku aneh untuk mencari perhatian orang lain.
Prososial
Terdapat beberapa macam aspek-aspek perilaku prososial. Menurut Mussen dkk (dalam Rufaida, 2009) aspek-aspek perilaku prososial antara lain :
a. Berbagi (sharing), yaitu kesediaan untuk berbagi perasaan dengan orang lain dalam suasana suka maupun duka.
b. Menolong (helping), yaitu kesediaan memberikan bantuan atau pertolongan kepada orang lain yang sedang mengalami kesulitan, baik berupa moril maupun meteriil. Menolong meliputi membantu orang lain atau menawarkan sesuatu yang menunjang berlangsungnya kegiatan orang lain.
c. Kerjasama (cooperating), yaitu kesediaan untuk bekerja sama dengan orang lain demi tercapainya suatu tujuan. Cooperating biasanya saling menguntungkan, saling memberi, saling menolong dan menenangkan.
d. Bertindak jujur (honesty), yaitu kesediaan untuk melakukan sesuatu seperti apa adanya, tidak berbuat curang terhadap orang lain.
e. Berderma (donating), yaitu kesediaan untuk memberikan secara sukarela sebagian barang miliknya kepada orang yang membutuhkan.
f. Mempertimbangkan kesejahteraan orang lain, yaitu memberi sarana bagi orang lain untuk mendapatkan kemudahan dalam segala urusan, punya kepedulian terhadap orang lain dengan mengindahkan dan menghiraukan masalah orang lain.
Selanjutnya Staub (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2003) menyatakan ada tiga indikator yang menjadi tindakan prososial yaitu:
a. Tindakan itu berakhir pada dirinya dan tidak menuntut keuntungan pada pihak pelaku.
b. Tindakan itu dilahirkan secara sukarela.
c. Tindakan itu menghasilkan kebaikan.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi perilaku prososial
Setiap perilaku yang muncul pada diri individu selalu ada yang melatarbelakanginya, begitu juga bila seseorang melakukan perilaku prososial. Menurut Staub dalam Dayakisni dan Hudaniah (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku prososial yaitu :
a. Self-gain: harapan seseorang untuk memperoleh atau menghindari kehilangan sesuatu, misalnya ingin mendapatkan pengakuan, pujian atau takut dikucilkan.
b. Personal values and norms: adanya nilai-nilai dan norma sosial yang diinternalisasikan oleh individu selama mengalami sosialisasi dan sebagian nilai-nilai serta norma tersebut berkaitan dengan tindakan prososial, seperti berkewajiban menegakkan kebenaran dan keadilan serta adanya norma timbal balik.
c. Empathy: kemampuan seseorang untuk ikut merasakan perasaan atau pengalaman orang lain.
Sedangkan Sears (dalam Dahriani, 2007) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku prososial dengan lebih spesifik. Antara lain :
a. Faktor Situasional, meliputi :
1) Kehadiran Orang Lain
Individu yang sendirian lebih cenderung memberikan reaksi jika terdapat situasi darurat ketimbang bila ada orang lain yang mengetahui situasi tersebut. Semakin banyak orang yang hadir, semakin kecil kemungkinan individu yang benar-benar memberikan pertolongan. Faktor ini sering disebut dengan efek penonton (bystander effect). Individu yang sendirian menyaksikan orang lain mengalami kesulitan, maka orang itu mempunyai tanggung jawab penuh untuk memberikan reaksi terhadap situasi tersebut.
2) Kondisi Lingkungan
Keadaan fisik lingkungan juga mempengaruhi kesediaan untuk membantu. Pengaruh kondisi lingkungan ini seperti cuaca, ukuran kota, dan derajat kebisingan.
3) Tekanan Waktu
Tekanan waktu menimbulkan dampak yang kuat terhadap pemberian bantuan. Individu yang tergesa-gesa karena waktu sering mengabaikan pertolongan yang ada di depannya.
b. Faktor Penolong, meliputi :
1) Faktor Kepribadian
Adanya ciri kepribadian tertentu yang mendorong individu untuk memberikan pertolongan dalam beberapa jenis situasi dan tidak dalam situasi yang lain. Misalnya, individu yang mempunyai tingkat kebutuhan tinggi untuk diterima secara sosial, lebih cenderung memberikan sumbangan bagi kepentingan amal, tetapi hanya bila orang lain menyaksikannya. Individu tersebut dimotivasi oleh keinginan untuk memperoleh pujian dari orang lain sehingga berperilaku lebih prososial hanya bila tindakan itu diperhatikan.
2) Suasana Hati
Individu lebih terdorong untuk memberikan bantuan bila berada dalam suasana hati yang baik, dengan kata lain, suasana perasaan positif yang hangat meningkatkan kesediaan untuk melakukan perilaku prososial.
3) Rasa Bersalah
Keinginan untuk mengurangi rasa bersalah bisa menyebabkan individu menolong orang yang dirugikannya, atau berusaha menghilangkannya dengan melakukan tindakan yang baik.
2. Distres dan Rasa Empatik
Distres diri (personal distress) adalah reaksi pribadi individu terhadap penderitaan orang lain, seperti perasaan terkejut, takut, cemas, perihatin, tidak berdaya, atau perasaan apapun yang dialaminya. Sebaliknya, rasa empatik (empathic concern) adalah perasaan simpati dan perhatian terhadap orang lain, khususnya untuk berbagi pengalaman atau secara tidak langsung merasakan penderitaan orang lain. Distres diri terfokus pada diri sendiri yaitu memotivasi diri untuk mengurangi kegelisahan diri sendiri dengan membantu orang yang membutuhkan, tetapi juga dapat melakukannya dengan menghindari situasi tersebut atau mengabaikan penderitaan di sekitarnya. Sebaliknya, rasa empatik terfokus pada si korban yaitu hanya dapat dikurangi dengan membantu orang yang berada dalam kesulitan dalam rangka meningkatkan kesejahteraannya.
c. Orang yang membutuhkan pertolongan, meliputi :
1) Menolong orang yang disukai
Rasa suka awal individu terhadap orang lain dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti daya tarik fisik dan kesamaan. Karakteristik yang sama juga mempengaruhi pemberian bantuan pada orang yang mengalami kesulitan. Sedangkan individu yang memiliki daya tarik fisik mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk menerima bantuan. Perilaku prososial juga dipengaruhi oleh jenis hubungan antara orang seperti yang terlihat dalam kehidupan seharihari. Misalnya, individu lebih suka menolong teman dekat daripada orang asing.
2) Menolong orang yang pantas ditolong
Individu membuat penilaian sejauh mana kelayakan kebutuhan yang diperlukan orang lain, apakah orang tersebut layak untuk diberi pertolongan atau tidak. Penilaian tersebut dengan cara menarik kesimpulan tentang sebab-sebab timbulnya kebutuhan orang tersebut. Individu lebih cenderung menolong orang lain bila yakin bahwa penyebab timbulnya masalah berada di luar kendali orang tersebut.
Altruisme
Altruisme adalah perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa memperhatikan diri sendiri. Altruisme adalah lawan dari sifat egois yang mementingkan diri sendiri.
Kata altruisme pertama kali muncul pada abad ke-19 oleh sosiologis Auguste Comte. berasal dari kata yunani "alteri" yang berarti orang lain. Menurut Comte, seseorang memiliki tanggung jawab moral untuk melayani umat manusia sepenuhnya. Sehingga altruisme menjelaskan sebuah perhatian yang tidak mementingkan diri sendiri untuk kebutuhan org lain. Jadi, ada tiga komponen dlm altruisme, yaitu loving others, helping them doing their time of need, dan making sure that they are appreciated.
Menurut Baston (2002), altruisme adalah respon yang menimbulkan positive feeling, seperti empati. Seseorang yang altruis memiliki motivas.
Indikator Tingkah Laku Altruisme
Dari penjelasan definisi altruisme tersebut, kami menyimpulkan indikator tingkah laku seseorang yang altruis. Indikator tingkah laku atruisme tersebut adalah sebagai berikut:
Empati
Seseorang yang altruis merasakan perasaan yang sama sesuai dengan situasi yang terjadi.
Interpretasi
Seseorang yang altruis dapat mengiterpretasikan dan sadar bahwa suatu situasi membutuhkan pertolongan.
Social responsibility
Seseorang yang altruis merasa bertanggung jawab terhadap situasi yang ada disekitarnya.
Inisiatif
Seseorang yang altruis memiliki inisiatif untuk melakukan tindakan menolong dengan cepat dan tepat.
Rela berkorban
Ada hal yang rela dikorbankan dari seseorang yang altruis untuk melakukan tindakan menolong.
Agresifitas
Agresi menurut Murray didefinisikan sebagai suatu cara untuk melawan dengan sangat kuat, berkelahi, melukai, menyerang, membunuh atau menghukum orang lain baik secara fisik ataupun psikis. Sedangkan menurut Baron dan Byrne (1997) mendefinisikan agresi sebagai perilaku yang diarahkan dengan tujuan untuk membahayakan orang lain. Atau secara singkatnya agresi adalah tindakan yang dimaksudkan untuk melukai orang lain atau merusak milik orang lain. Agresi merupaan perilaku yang dimaksudkan menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun psikis.
Dalam hal ini, jika menyakiti orang lain karena unsur ketidaksengajaan, maka perilaku tersebut bukan dikategorikan perilaku agresi. Rasa sakit akibat tindakan medis misalnya, walaupun sengaja dilakukan bukan termasuk agresi. Sebaliknya, niat menyakiti orang lain tetapi tidak berhasil, hal ini dapat dikatakan sebagai perilaku agresi. Pengertian agresi merujuk pada perilaku yang dimaksudkan untuk membuat objeknya mengalami bahaya atau kesakitan. Juga agresi adalah setiap bentuk keinginan (drive-motivation) yang diarahkan pada tujuan untuk menyakiti atau melukai seseorang.
Agresi dapat dilakukan secara verbal atau fisik. Perilaku yang secara tidak sengaja menyebabkan bahaya atau sakit bukan merupakan agresi. Pengerusakan barang dan perilaku destruktif lainnya juga termasuk dalam definisi agresi.
Secara umum islam merupakan agama yang melarang kekerasan. Bagi islam, membunuh seseorang yang bukan karena membunuh orang lain atau karena membuat kerusakan dimuka bumi, sama dengan membunuh semua orang yang ada di bumi (Q.S al-Maidah [5] : 32).
"oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan Dia telah membunuh manusia seluruhnya. dan Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, Maka seolah-olah Dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. dan Sesungguhnya telah datang kepada mereka Rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi."
Beberapa ayat bahkan disampaikan-Nya dengan penegasan (muakkad) seperti pada surat Al-Baqarah ayat 60, Al-A'raf ayat 74, Hud ayat 85, dan Asy-Syu'ara ayat 183.
....dan janganlah kamu membuat kejahatan dimuka bumi dengan membuat kerusakan.
Faktor Penyebab Perilaku Agresi
Amarah
Marah merupakan emosi yang memiliki ciri-ciri aktifitas sistem saraf parasimpatik yang tinggi dan ural yang mengendalikan agresi.
Kesenjangan Generasi
Adanya perbedaan atau jurang pemisah (Gap) antara generasi anak dengan orang tuanya dapat terlihat dalam bentuk hubungan komunikasi yang semakin minimal dan seringkali tidak nyambung. Kegagalan komunikasi orang tua dan anak diyakini sebagai salah satu penyebab timbulnya perilaku agresi pada anak. Permasalahan generation gap ini harus diatasi dengan segera, mengingat bahwa selain agresi, masih banyak permasalahan lain yang dapat muncul seperti masalah ketergantungan narkotik, kehamilan diluar nikah, dan seks bebas.
Jenis - Jenis Agresi
Jenis Agresi digolongkan menjadi dua, yaitu:
Agresi permusuhan (hostile aggression)
Semata- mata dilakukan dengan maksud menyakiti orang lain atau sebagai ungkapan kemarahan dan ditandai dengan emosi yang tinggi. Perilaku agresif dalam jenis pertama ini adalah tujuan dari agresi itu sendiri.
Agresi instrumental (instrumental aggression)
Pada umumnya tidak disertai emosi. Perilaku agresif hanya merupakan sarana untuk mencapai tujuan lain selain penderitaan korbannya. Agresi instrumental mencakup perkelahian untuk membela diri, penyerangan terhadap seseorang ketika terjadi perampokan, perkelahian untuk membuktikan kekuasaan atau dominasi seseorang. Perbedaan kedua jenis agresi ini terletak pada tujuan yang mendasarinya. Jenis pertama semata- mata untuk melampiaskan emosi, sedangkan agresi jenis kedua dilakukan untuk mencapai tujuan lain.
Teori-Teori Agresi
Teori Frustrasi – Agresi
Teori frustrasi-agresi atau hipotesis frustrasi-agresi (frustration-aggression hypothesis) berasumsi bahwa bila usaha seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami hambatan, akan timbul dorongan agresif yang pada gilirannya akan memotivasi perilaku yang dirancang untuk melukai orang atau objek yang menyebabkan frustrasi.
Teori Belajar Sosial
Teori belajar sosial lebih memperhatikan faktor tarikan dari luar. Bandura mengatakan bahwa dalam kehidupan sehari- hari pun perilaku agresif dipelajari dari model yang dilihat dalam keluarga, dalam lingkungan kebudayaan setempat atau melalui media massa.
Teori Kualitas Lingkungan
Strategi yang dipilih seseorang untuk stimulus mana yang diprioritaskan atau diabaikan pada suatu waktu tertentu akan menentukan reaksi positif atau negatif terhadap lingkungan. Berikutnya adalah teori Kualitas Lingkungan yang salah satunya meliputi kualitas fisik (ambient condition). Berbicara mengenai kualitas fisik (ambient condition).
Perilaku Sosial Dalam Ajaran Islam
Dalam Ajaran Islam, perilaku sosial lebih dititikberatkan pada sikap saling tolong – menolong yang terdapat dalam surat Al – Maidah ayat 2,
يا أَيُّهَا الَّذينَ آمَنُوا لا تُحِلُّوا شَعائِرَ اللَّهِ وَ لاَ الشَّهْرَ الْحَرامَ وَ لاَ الْهَدْيَ وَ لاَ الْقَلائِدَ وَ لاَ آمِّينَ الْبَيْتَ الْحَرامَ يَبْتَغُونَ فَضْلاً مِنْ رَبِّهِمْ وَ رِضْواناً وَ إِذا حَلَلْتُمْ فَاصْطادُوا وَ لا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ أَنْ صَدُّوكُمْ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرامِ أَنْ تَعْتَدُوا وَ تَعاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَ التَّقْوى وَ لا تَعاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَ الْعُدْوانِ وَ اتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَديدُ الْعِقابِ (2)
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi´ar-syi´ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (QS: Al-Maidah Ayat: 2).
Melalui ayat ini Allah swt. menyuruh umat manusia untuk saling membantu, tolong menolong dalam mengerjakan kabaikan/kebajikan dan ketaqwaan. Sebaliknya Allah melarang kita untuk saling menolong dalam melakukan perbuatan dosa dan pelanggaran. Sebagai makhluk sosial, manusia tak bisa hidup sendirian. Meski segalanya ia miliki: harta benda yang berlimpah sehingga setiap apa yang ia mau dengan mudah dapat terpenuhi, tetapi jika ia hidup sendirian tanpa orang lain yang menemani tentu akan kesepian pula. Kebahagiaan pun mungkin tak pernah ia rasakan. Lihat saja betapa merananya (nabi) Adam ketika tinggal di surga. Segala kebutuhan yang ia perlukan disediakan oleh Tuhan. Apa yang ia mau, saat itu juga dapat dinikmatinya. Tetapi lantaran ia tinggal sendirian di sana , ia merasa kesepian. Segala yang di sediakan oleh Sang Pencipta bak terasa hampa menikmatinya. Dalam kesendirian yang diselimuti rasa kesepian itu Adam berdo'a pada Tuhan agar diberikan seorang teman. Allah pun mengabulkannya. Maka sebagaimana diceritakan dalam al-Qur'an, Allah pun menciptakan Hawa (Eva dalam Al-Kitab) untuk menemani Adam. Sebagai makhluk social pula manusia membutuhkan orang lain. Tak hanya sebagai teman dalam kesendirian, tetapi juga partner dalam melakukan sesuatu. Entah itu aktivitas ekonomi, social, budaya, politik maupun amal perbuatan yang terkait dengan ibadah kepada Tuhan. Di sinilah tercipta hubungan untuk saling tolong menolong antara manusia satu dengan yang lainnya.
Allah swt. memberikan rule (kaidah/panduan) agar dalam melakukan tolong menolong itu seyogyanya ketika kita melakukan hal-hal yang baik, tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah keagamaan maupun budaya atau norma yang berlaku di masyarakat di mana kita tinggal.
PENUTUP
Saat Diskusi
Perbedaan Prososial dengan Altruisme ?
Prososial cendrung menolong orang lain dengan menggunakan atau adanya motif tertentu, contohnya relawan penanganan korban gunung merapi, motif dari pelaku bermacam – macam seperti ingin melihat langsung kejadian, ingin merasakan derita korban langsung dan lain – lain walaupun ada iklasnya, sedangkan Altruisme lebih kepada menolong seseorang dengan rasa ikhlas tanpa pamrih tanpa memepedulikan keselamatan dirinya sendiri, contohnya saat terjadi kebakaran rumah,di dalamnya terdapat seorang nenek yang terkurung api dan seorang pemuda menerbos api serta menyelamatkan sinenek tanpa mempedulikan keselamatnya.
Apa perbedaan kriminalitas dengan agrecivitas ?
Agrecivitas lebih didominankan kepada ego dari individu sedangkan kriminalitas lebih ditekankan kepada kesempatan untuk melakukan
Kesimpulan
Perilaku sosial adalah suasana saling ketergantungan yang merupakan keharusan untuk menjamin keberadaan manusia. Sebagai bukti bahwa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup sebagai diri pribadi tidak dapat melakukannya sendiri, melainkan memerlukan bantuan dari orang lain. Pengertian Altruisme adalah perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa memperhatikan diri sendiri. Altruisme adalah lawan dari sifat egois yang mementingkan diri sendiri. Pengertian agresi adalah tindakan yang dimaksudkan untuk melukai orang lain atau merusak milik orang lain. Agresi merupaan perilaku yang dimaksudkan menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun psikis.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Baron Robert, Psikologi Sosial, Jakarta : Erlangga, 2005.
Rahman Agus Abdul, Psikologi Sosial, Integrasi Pengetahuan Wahyu dan Pengetahuan Empirik, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2013.
IV. PENGARUH SOSIAL
PETA KONSEP
PEMBAHASAN
PENGERTIAN PENGARUH SOSIAL
Pengaruh sosial merujuk pada perubahan sikap atau perilaku, sebagai hasil dari interaksi dengan orang lain. Pengaruh sosial juga berpengaruh pada perilaku komunikasi, baik secara individual maupun komunikasi dalam kelompok.
Kekuatan Sosial
Yaitu tekanan untuk menyesuaikan diri yang timbul dari kekuatan sebuah kelompok sosial. atau kekuatan dari pemberi pengaruh yang menyebabkan perubahan sikap dan perilaku seseorang.
Terbagi atas tiga macam :
Kekuatan imbalan (Reward Power)
Pengaruh yang berdasarkan kepemilikan (kekayaan), yaitu kemampuan untuk memberi sesuatu yang diinginkan oleh oranglain (seperti pujian/persetujuan dan uang) atau mengambil sesuatu yang tidak disukai/diinginkan orang (misalnya ketidaknyamanan dan kesulitan). Kelemahan power ini adalah membuat si pemberi pengaruh mengamati perilaku orang yang menjadi sasaran pengaruh, untuk mengetahui kapan memberi imbalan atas kepatuhan yang diberikan sasaran.
Kekuatan Hukuman (Coercive Power)
Kekuatan untuk menghukum. Seseorang dikatakan memiliki kekuatan hukuman apabila ia mempengaruhi orang lain dengan cara mengancam atau mengambil milik orang lain atau membuat orang lain menderita. Kelemahannya harus adanya pengawasan dari pemberi pengaruh terhadap yang dipengaruhi.
Selain itu efek sampingnya, tumbuhnya kebencian terhadap pemberi pengaruh dan menghilangkan semangat sasaran, orang yang bekerja sama dibawah ketakutan cenderung menaati tanpa adanya acceptance.
Kekuatan Legitimasi (Legitimate power)
Pengaruh karena adanya pengakuan dari orang lain bahwa mereka punya hak untuk melakukannya disebabkan wewenang, status atau kedudukan sosial yang mereka miliki.
Kekuatan Rujukan (Referent power)
Pengaruh dari seseorang yang mengidentifikasikan dirinya (atau berharap menjadi sama) dengan pemberi pengaruh akan menurutinya. Referent power dapat saja dimiliki oleh teman atau anggota keluarga. Kekuatan rujukan dapat menjadi pengaruh sosial tidak langsung pada diri individu.
Kekuatan Ahli (Expert Power)
Pengaruh yang diberikan oleh seseorang yang memiliki pengetahuan yang tinggi. atau keahlian disuatu bidang tertentu yang berkaitan. Seperti dokter, dosen , professor, dan sebagainya.
Kekuatan Informasional (Informational Power)
Seseorang yang tidak ahli sekalipun dapat mempunyai pengaruh sosial jika ia memiliki informasi tertentu yang mendukung terjadinya perubahan seperti yang diinginkan. Informational power ini terlihat dari si pemberi pengaruh yang menanamkan kesan atau meyakinkan sasaran.
Kekuatan sosial tergantung pada kualitas, strategi atau modal yang dimiliki oleh pemberi pengaruh, yang dapat membuat perintah menjadi lebih efektif.
Konformitas
Yaitu berubahnya sikap atau perilaku yang disebabkan adanya tekanan dari kelompok (group pressure). Sebagaian besar orang hampir selalu bertingkah laku seseuai dengan norma sosial dengan kata lain orang-orang menunjukkan kecendrungan yang kuat terhadap konformitas. Konformitas pertama kali dipelajari secara sistematis oleh Solomon Asch, yang penelitian klasiknya mengindikasikan bahwa banyak orang akan mengikuti tekanan sosial dari kelompok yang bersuara bulat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi konformitas.
Pembentukan Norma
Norma – norma adalah pedoman berperilaku, yang membentuk, dan mempengaruhi tindakan. Akan tetapi, norma juga merupakan hasil dari interaksi sosial, yaitu perilaku yang oleh banyak orang dikatakan sebagai populer, modern atau "normal". Ini berarti norma dapat dan akan berubah, dan individu harus terus mempelajari untuk menentukan norma apa yang ada dan bagaimana harus berperilaku.
Tekanan Kelompok (Group pressure)
Menurut Crutchfield menemukan bahwa meskipun keberadaan orang lain itu bersifat tidak langsung, dan individu tidak berhadapan tatap muka dengan anggota kelompok, kecenderungan dalam perilaku kelompok menciptakan pengaruh untuk conform.
Ukuran Kelompok
konformitas biasanya meningkat apabila ukuran kelompok meningkat setidaknya sampai titik tertentu. Misalkan anda berada dalam suatu ruangan yang membuat anda dingin, jika ada satu orang lain diruangan itu yang mengeluh bahwa ruangan itu berhawa panas, anda mungkin menyimpulkan bahwa orang itu salah atau sedang kena demam. Tetapi apabila ada lima orang lain yang menyatakan sama .maka anda salah, individu lebih percaya kepada orang banyak dibanding satu orang.
Kebulatan suara (Unanimity)
Kelompok yang sepakat mendatangkan penyesuaian yang lebih besar dari para anggota, dibandingkan kelompok yang tidak bulat suaranya. Kehadiran suatu hal berbeda atau menyimpang memudahkan anggota lain untuk tidak menyesuaikan diri. Dampak dari pemecahan penyesuaian ini bisa dilihat dari ketika hal yang menyimpang telah meyeruakan ketidaksepakatannya maka orang lain mendapatkan contoh dari ketidaksesuaian yang dapat diikuti.
Kohesi Kelompok
Kohesi kelompok adalah loyalitas kelompok, yakni kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal dalam kelompok dan mencegahnya meninggalkan kelompok. Kohesi kelompok merujuk pada suatu keadaan dimana para anggota kelompok merasa saling terikat dan memiliki nilai yang dibagi bersama. Kohesi kelompok ditantai oleh "semangat kelompok" / kekompakkan. Konformitas lebih besar terjadi dalam kelompok yang mempunyai kohesi.
Ketaatan Dan Kepatuhan
Kepatuhan-bentuk pengaruh sosial dimana satu orang memerintahkan satu orang atau lebih untuk melakukan sesuatu dan mereka pun melakukannya. Di mana pengaruh individu terhadap perubahan perilaku individu lainnya adalah hasil permintaan secara langsung atau perintah. Hal ini, secara nalar, adalah bentuk yang paling langsung dari pengaruh sosial.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan:
Sosok berwenang
Semakin dekat subjek dengan seseorang yang berwenang, semakin tinggi kemungkinan individu untuk patuh. Beberapa studi menyatakan bahwa subjek akan menuruti perintah dari orang yang diyakini mempunyai wewenang, dengan menilai dari pakaian (misal seragam) atau petunjuk lain (seperti tanda pangkat, bahasa atau gelar).
Dukungan kelompok
Dukungan kelompok berpengaruh terhadap kepatuhan. Makin banyak anggota kelompok yang patuh, makin besar individu lain untuk juga patuh.
Kekuatan sosial yang memiliki kualitas dan memiliki efek yang besar dapat menimbulkan ketaatan. Ketaatan yaitu pengaruh yang diberikan seseorang kepada orang lain sehingga orang tersebut melakukan perintah tersebut entah itu dengan kerelaan atau tidak. Ketaatan dapat ditingkatkan dengan cara mengajukan permintaan yang ringan dan baru yaitu efek teknik foot in the door.
Secara umum ketaatan dapat terjadi karena:
Karena adanya otoritas yang sah yang menuntut ketaatan. Harapan dari orang yang menduduki posisi tertentu dalam otoritas yang menimbulkan ketaatan, contoh kepala pemerintahan dalam suatu negara.
Karena adanya ganjaran, hukuman dan ancaman. Untuk meningkatkan tekanan terhadap individu untuk menampilkan perilaku yang diinginkan melalui ganjaran. Dalam batas-batas tertentu, semakin besar ganajran, ancaman atau hukuman, semakin besar ketaatan yang ditimbulkan. Ketaatan juga dapat dipengaruhi melalui peniruan atau imitasi.
Karena adanya haraoan orang lain.
Pengaruh sosial dalam islam
Dalam islam tidak diterangkan secara jelas bahwa adanya pengaruh sosial dalam masyarakat. Tapi perihal mengenai pengaruh sosial disiratkan dalam beberapa ajaran agama islam, sperti dalam hadis Nabi SAW.
"Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka." (HR.Ahmad dan Abu Daud)
Dalam hadis ini menyiratkan bahwa adanya pengaruh sosial dalam lingkungan masyarkat.
PENUTUP
Saat Diskusi
Apa yang menyebabkan seseorang melakukan konformitas ?
Penyebab nya adalah karna seseorang berada dalam tekanan sehingga ia melakukan konformitas dan ada juga pembentukan norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat.
Apa perbedaan konformitas dengan adaptasi ?
Konformitas dan adaptasi sama dalam pengertian secara sempit yakni sama sama menyesuaikan diri, tetapi dalam artian luas adaptasi didominankan pada hal penyesuaian diri yang lebih bersifat fungsi fisiologis dan biologis dari individu sedangkan konformitas lebih mendominankan pada fungi hubungan bermasyarakat atau sosial.
Kesimpulan
Pengaruh sosial merujuk pada perubahan sikap atau perilaku, sebagai hasil dari interaksi dengan orang lain. Pengaruh sosial juga berpengaruh pada perilaku komunikasi, baik secara individual maupun komunikasi dalam kelompok. Pengaruh sosial memiliki peran yang penting dalam pembentunkan kelompok atau pun dalam kehidupan sosial masyarakat.
Kekuatan sosial yaitu tekanan untuk menyesuaikan diri yang timbul dari kekuatan sebuah kelompok sosial. atau kekuatan dari pemberi pengaruh yang menyebabkan perubahan sikap dan perilaku seseorang.
Memiliki beberapa bentuk seperti, kekuatan imbalan, kekuatan hukuman, kekuatan legitimasi, kekuatan rujukan, dan kekuatan ahli.
Konformitas yaitu berubahnya sikap atau perilaku yang disebabkan adanya tekanan dari kelompok Dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, pembentukan norma, tekanan kelompok, ukuran kelompok, kebulatan suara, kohesi kelompok, dan komitmen kelompok.
Kepatuhan yaitu tekanan untuk menyesuaikan diri yang timbul dari kekuatan sebuah kelompok sosial. atau kekuatan dari pemberi pengaruh yang menyebabkan perubahan sikap dan perilaku seseorang.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Armando Siti, Psikologi Komunikasi, Jakarta : ANdi 2008.
Baron, Psikologi Sosial, Jakarta : Erlangga, 2003.
Baron Robert, Psikologi sosial jilid 2, Edisi Kesepuluh, Jakarta : Erlangga, 2005.
Bungin Burhan, Sosiologi Komunikasi, Jakarta : Kharisma Putra Utama, 2011.
David Sears, Psikologi Sosial, Jakarta : Erlangga, 2009.
Shelley Taylor, Psikologi Sosial, Edisi Kedua Belas, Jakarta : Kencana, 2009
V. PERILAKU KELOMPOK
PETA KONSEP
PEMBAHASAN
Pengertian Perilaku Kelompok
(1)Pengertian Perilaku
Perilaku adalah respons terhadap stimulus eksternal. Formulasi dari perilaku adalah S-O-R, dimana S= Stimulus, O=Organisme dan R=Respons, artinya perilaku muncul dalam sebuah organisme jika ada respons dari stimulus yang datang.
Perbedaan antara Perilaku dengan Sikap :
NO
Yang Membedakan
Sikap
Perilaku
1
Definiai
Kecenderungan yang relatif Stabil dan berlangsung terus menerus untuk bertingkah laku atau untuk mereaksi dengan satu cara tertentu terhadap pribadi lain, objek, lembaga atau persoalan tertentu.
Sebagai respons dari satu kesatuan pola reaksi, satu perbuatan atau aktivitas, satu gerak/kompleks.
2
Contoh
Dari kasus pembangunan Rumah Sakit Siloam di Sumbar, yang memberikan pendapat untuk menolak pembangunan rumah sakit tersebut ada banyak. Dan itu merupakan contoh dari sikap seseorang terhadap suatu kasus
Dari kasus pembangunan Rumah Sakit Siloam di Sumbar, yang ikut demo, menunjukkan aksi penolakkan terhadap rumah sakit tersebut hanya tinggal separuh dari yang memberikan pendapat untuk menolak, atau bisa dikatakan hanya sebagian orang dari yang berpendapat tadi untuk berdemo menunjukkan aksi penolakan terhadap pembangunan rumah sakit tersebut. Dari contoh diatas, maka inilah yang dinamakan perilaku
3
Kesimpulan
Sikap identik dengan sesuatu hal yang masih direncanakan dan belum terwujud aktualisasinya.
Perilaku diatas dari tingkatan sikap yakninya perwujudan dari sesuatu hal tersebut sudah tampak dan sudah diaktualisasikan.
(-) Sikap = tindakan/pen(-) Perilaku = Tingkah Laku = Tindakan = Kelakuan = tindak tanduk = perangai.
(2)Pengertian Kelompok
Pengertian kelompok menurut Johnsonh & Johnson ( 1987) mengindentivikasikan tujuh macam pengertian kelompok yaitu :
Kumpulan individu yang berinteraksi ( Bonner, 1959, Stogdill, 1959 )
Satuan unit sosial yang terdiri atas dua orang atau lebih yang melihat diri mereka sendiri sebagai bagian dari kelompok itu ( Bales, 1950, Smith, 1945 )
Sekumpulan individu yang saling tergantung ( Cartwright & Zander, 1968, Fiedler, 1967, Lewin, 1951 )
Kumpulan individu yang bersama- sama bergabung untuk mencapai tujuan ( Deuch, 1959, Mills, 1967 )
Kumpulan individu yang mnecoba untuk memenuhi beberapa kebutuhan melalui penggabungan diri mereka ( Joint Association ) ( Bass, 1960, Cattell, 1951 )
Kumpulan individu yang interaksinya diatur ( distrukturkan ) oleh atau dengan seperangkat peran dan norma ( McDavid dan Harari, 1968, Sheri dan Sherif, 1956 )
Kumpulan individu yag saling mempengaruhi ( Shaw, 1976 )
Berdasarkan devenisi diatas Jonhsonh & Johnson menyimpulkan bahwa "sebuah kelompok adalah dua individu atau lebih yang berinteraksi tatap muka yang masing – masing menyadari keangotaannya dalam kelompok, masing – masing menyadari keanggotaannya dalam kelompok, masing – masing menyadari keberadaan orang lain yang juga anggota kelompok dan masing – masing saling menyadari bahwa adanya ketergantungan secara positif dalam memncapai tujuan bersama".
Chaplin (1972:463) mengemukakan bahwa kelompok adalah sekumpulan individu-individu yang saling mengadakan interaksi dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain.
Shaw (1979) seorang ahli dalam dinamika kelompok memberikan pengertian mengenai kelompok itu as two or more people who interact with and influence one another. Menurut Shaw satu ciri yang dipunyai oleh semua kelompok, yaitu anggotanya saling berinteraksi satu dengan yang lain, dan karenanya saling mempengaruhi. Sebagai contohnya dua orang Fredy dan Nina, merupakan suami-isteri yang saling berinteraksi, ini merupakan suatu kelompok, tetapi sejumlah orang yang naik bus karena mereka antara satu dengan yang lain tidak saling berinteraksi, dan tidak saling mempengaruhi hanya merupakan kumpulan individu-individu.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kelompok adalah : sekelompok orang yang saling berhubungan dan setidaknya memiliki potensi untuk melakukan interaksi bersama – sama.
Struktur Kelompok
Social norms (norma sosial) adalah aturan dan ekspektasi mengenai bagaimana anggota kelompok seharusnya berperilaku. Norma menentukan tindakan dan keyakinan individu yang disetujui atau tidak disetujui oleh kelompok sosial. Contoh : studi terhadap mahasiswa yang mengikuti kursus "jarak jauh" yang diajarkan melalui internet. Instruktur menugaskan mahasiswa membentuk tim dan kemudian mengamati kemunculan aturan tim. Anggota tim dengan cepat menciptakan berbagai macam norma, seperti anggota tim harus sama – sama aktif bekerja, mau mengerjakan tugas tanpa harus dipaksa, mengecek email dua kali sehari pagi dan sore, berbagi nomor telepon anggota, memberi informasi kelompok jika mereka berencana keluar kota, dan sebagainya.
Di dalam pertemanan, norma sosial biasanya bersifat informal dan diciptakan melalui interaksi tatap muka. Tetapi dalam setting lainnya, struktur dasar dari suatu kelompok sudah ditentukan sebelumnya. Misalnya dalam organisasi kemahasiswaan, mungkin ada posisi seperti presiden, sekretaris dan bendahara, yang mana untuk masing – masing posisi tersebut sudah ada aturan yang harus dipatuhi, tanggung jawab yang harus diemban.
Kalster (sederetan) norma yang berlaku pada orang – orang dalam posisi tertentu, seperti partner hukum senior atau asisten administrasi, merupakan social role (peran sosial) mereka. Peran ini mendefinisikan pembagian kerja dalam kelompok.
Social status (status sosial) : perbedaan suatu latar belakang/back ground yang dimiliki oleh setiap anggota dalam sebuh kelompok. Posisi – posisi dalam kebanyakan sistem sosial akan berbeda dalam hal prestise dan level otoritasnya.
Expectation States Theory (teori keadaan ekspektasi) dikembangkan oleh Jhoseph Berger (1986), menganalisis penciptaan perbedaan status dalam kelompok. Menurut teori ini, anggota kelompok ingin mencapai tujuan tertentu dan mau memberi status tinggi kepada anggota lain yang dapat membantu menyukseskan kelompok.
(3) Pengertian Perilaku Kelompok
Perilaku Kelompok adalah : semua kegiatan yang dilakukan oleh dua atau lebih individu yang berinteraksi dan saling mempengaruhi dan saling bergantung untuk menghasilkan prestasi yang positif baik untuk jangka panjang dan pertumbuhan diri.
Fasilita Sosial
Sosial facilatation (fasilitas sosial) ditujukan seperti reaksi seseorang yang tampil lebih baik saat di tengah – tengah orang lain ketimbang mereka sendirian. Eksperimen Norman Triplett (1898), mengamati bahwa pengendara sepeda tampak mengayuh lebih cepat saat mereka berlomba ketimbang saat mereka sendirian. Floyd Allport (1920, 1924), bereksperimen untuk mengajak partisipannya untuk mengisi teka teki silang di koran, mengerjakan soal perkalian yang mudah, atau menulis penolakan argumen yang logis. Dan dapat ditarik kesimpulan bahwa partisipan selalu bekerja sendiri – sendiri, namun mereka akan lebih produktif apabila ada lima orang di satu ruang ketimbang jika mereka sendirian di ruangan.
Di lain pihak, kehadiran orang lain terkadang menghambat performa individu, seperti dalam contoh Jake. Yang bisa mengucapkan dialog dengan lancar saat sendirian tetapi gagap saat di tonton orang banyak. Reaksi ini disebut social inhibition (hambatan sosial) terhadap kinerja.
Akhirnya dapat disimpulkan dari jawaban Robert Zajonc (1965), bahwa saat berada di tengah – tengah orang lain reaksi yang ditimbukan akan meningkatkan dorongan atau motivasi individu. Apakah peningkatan ini akan memperlancar atau malah menghambat kinerja, itu tergantung pada tugasnya. Jika suatu tugas membutuhkan respon yang telah dikuasai dengan baik, yang dinamakan respons dominan, maka peningkatan motivasi akan membantu kinerja. Kehadiran orang lain akan meningkatkan kinerja pada tugas – tugas yang relatif sederhana, seperti mengerjakan soal aritmatika yang mudah. Begitupun sebaliknya.
Ringkasnya, ketika dibutuhkan respons dominan atau yang dikuasai dengan baik, peningkatan motivasi akan meningkatkan kinerja terutama untuk tugas sederhana. Dan kebanyakan kehadiran dan peran dari orang lain tersebut dapat meningkatkan motivasi seseorang, dikarenakan :
Zajonc : adanya tendensi bawaan untuk bangkitnya motivasi ketika ada orang lain.
Orang lain dapat membangkitkan motivasi seseorang karena kita memikirkan bagaimana orang lain itu akan menilai kita dan kita ingin memberikan kesan yang positif Reaksi ini dinamakan sebagai evaluation apprehension (pemahaman evaluasi).
Kehadiran orang lain itu menganggu perhatian. Pada tugas mudah yang tidak memerlukan perhatian khusus, kita bisa mengkompensasi gangguan itu dengan berkonsentrasi lebih keras dan maka dari itu kinerja kita menjadi lebih baik. Tetapi, gangguan dari orang lain akan merugikan kinerja pada tugas yang kompleks perluasaan ide ini adalah distraction-conflict model (model gangguan konflik) yang menyatakan bahwa kehadiran orang lain menciptakan konflick antara dua tendasi dasar, diantaranya :
Memberi perhatian pada audien.
Memberi perhatian pada tugas.
Konflik ini dapat membperbesar motivasi yang bisa membantu atau menghambat pelaksanaan tugas tergantung pada apa respons yang mesti digunakan.
Penjelasan Biopsikologis ditawarkan oleh Jim Blascovich (1999) berpendapat bahwa, kehadiran orang lain dapat memicu dua pola respons yang berbeda : tantangan atau ancaman. Apabila individu memiliki sumber daya yang cukup untuk menjalankan tugas, muncullah respons tantangan begitupun sebaliknya.
Persaingan Lawan Kerja Sama
Dalam beberapa kelompok, orang berinteraksi secara koperatif. Mereka saling menolong satu sama lain, berbagai informasi, bekerja bersama untuk mendapatkan keuntungan bersama. Dalam kelompok lain, orang bersaing, mereka mengutamakan tujuan sendiri dan berusaha menyisihkan yang lain. Faktor yang penting adalah struktur ganjaran pada suatu situasi-cara pemberian ganjaran yang kompetitif muncul apabila keuntungan seseorang berarti kerugian orang lain. Misalnya, dalam pertandingan kita memang telah meraih kemenangan, namun kekalahan bagi orang lain. Dalam situasi lain, adapula struktur ganjaran yang koperatif. Dalam dunia sepakbola, kesebelasan harus bekerja sama agar dapat memenangkan pertandingan.
Faktor yang menentukan dalam kerja sama lawan persaingan.
Ada beberapa faktor yang menentukan apakah orang akan berinteraksi secara koperatif atau kompetitif. Penelitian eksperimental yang menggunakan permainan menunjukkan bahwa bila struktur ganjaran suatu situasi bersifat baur atau bermakna ganda, para mahasiswa sering memilih strategi kompetitif yang menimbulkan hambatan bagi mereka untuk memperoleh ganjaran maksimal. Tetapi dalam situasi dimana struktur ganjaran lebih nyata dan lebih penting daripada permainan simulasi, ganjaran dapat meningkatkan kerja sama para mahasiswa yang dalam permainan truk berusaha "mengalahkan" rekannya mungkin menunjukkan perilaku yang sangat koperatif dalam keluarga mereka atau dengan teman sebenarnya dalam keadaan di mana kerja sama diharapkan dan diberi ganjaran. Para peneliti telah mengidentifikasi beberapa faktor situasional yang mempengaruhi persainngan, diantaranya :
KEPEMIMPINAN
1. Kepemimpinan
Ada beberapa bentuk kepemimpinan yang timbul dalam kelompok. Sifat pokok dari kepemimpinan adalah pengaruh sosial. Pemimpin mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam kelompok, baik dalam pelaksanaan pengambilan keputusan, sebagai penengah dalam berbagai permasalahan, baik internal kelompok maupun hubungan dengan kelompok lain.
2. Struktur kepemimpinan
Pada beberapa kelompok terdapat struktur sederhana, misalnya dalam tim sepakbola ada manager, pengnelola, pelatih, kepala, kapten, playmaker sebagai pengatur dan pembuat serangan, atau anggota tim yang tersedia menjadi juru bicara informal dalam tim tersebut.
Pemimpin dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu pemimpin formal seperti pada perusahaan, sekolah, organisasi yang resmi sedangkan pemimpin informal dapat saya deskripsikan bila ada beberapa orang teman yang berkumpul kepemimpinannya itu bersifat informal, dalam hal ini orang yang paling banyak memberikan pendapat dan paling persuasif akan muncul sebagai pemimpin misalnya dalam kelompok belajar.
3. Kepemimpinan Dalam Islam
Dalam Alqur'an terdapat banyak kata yang menyatakan tentang pemimpin , salah satunya adalah kata "umara" yang sering disebut sebagai Ulil Amri yang diartikan sebagai pelayan ummat. Kepemimpinan dalam Islam bukan saja sebagai suatu kebanggaan, tetapi lebih kepada amanah dan tanggung jawab dalam pelaksanaannya, baik bertanggung jawab terhadap diri sendiri maupun orang lain dan yang paling utama sekali pertanggungan jawaban terhadap Allah.
Karakter Kepemimpinan Islam memiliki beberapa kategori :
a. Amanah, Yang harus dimiliki setiap pemimpin, dan ini merupakan kunci sebuah keberhasilan dalam memimpin, karena begitu besar tugas yang di emban dan dipercayakan orang kepadanya.
b. Adanya ilmu dan keahlian, Dalam membagun, menjalankan kepemimpinan dan memanajemen semua yang diamanahkan maka butuh ilmu dan keahlian dalam bidang itu. Agar apa yang telah diamanahkan bisa dipertanggung jawabkan.
c. Memilki kekuatan dan kemampuan merealisir, Hal ini harus dimiliki setiap pemimmpin dalam memberanikan diri mengambil keputusan dan merealisir keputusanya dan dia tidak dianggap sebagai hiasan saja dalam pemerintahan.
d. Rendah diri dan toleransi serta sabar, Pemimpin harus kuat dan tidak keras, serta ramah dan rendah diri terhadap semua orang dengan demikian dia akan disukai lebih banyak orang, serta mengembangkan sikaf sabar dan toleran dalam menyelesaikan dan memberi solusi dalam masalah.
e. Benar, Adil dan jujur, Dalam kepemimpinannya selalu berusaha mengutamakan yang benar, meskipun nanti salah maka dengan cepat mengembalikan kepada yang benar dengan mengambil sikap yang jujur dan memutuskan dengan seadil-adilnya.
f. Musyawarah, Pemimpin islam adalah demokrasi, dalam menjalankan pemerintahan diya menghargai pendapat orang lain dan mengajak orang lain lebih banyak ikut dalam menjalankan pemerintahannya.
Wabah Sosial
Wabah Sosial merupakan suatu ketimpangan yang terjadi karena adanya individuasi yang kuat, yang mencakup hilangnya tanggung jawab pribadi dan meningkatnya kepekaan terhadap apa yang dilakukan kelompok. Oleh karena seorang memiliki keinginan yang kuat untuk membuat kerusuhan, dan mudahnya para kelompok lain tersebut untuk dipengaruhi, maka timbulah kerusuhan yang disertai pengrusakan sarana, aksi lempar-melempar, sampai berlanjut ke luar lingkungan (dendam) yang menimbulkan korban berjatuhan.
Faktor Penyebab Terjadinya Wabah Sosial :
1. Kohesivitas
Kohesivitas merupakan kekuatan interaksi dari anggota suatu kelompok yang dipengaruhi oleh kesamaan tujuan, persaingan antar kelompok, dan sebagainya. Sedangkan faktor-faktor yang dapat menurunkan tingkat kohesivitas antara lain ketidaksesuaian nilai dan tujuan, besarnyajumlah anggota kelompok, dan sebagainya.
Adapun keterkaitannya dengan kasus kerusuhan ini yaitu adanya kesamaan tujuan diantara para anggota suporter, yaitu menyaksikan dan mendukung tim kesayangannya dan ingin menunjukan dominasinya terhadap kelompok suporter lain.
Tetapi karena terdapat ketidaksamaan tujuan, dimana ada oknum yang tidak bertanggung jawab yang menginginkan adanya kerusuhan, dan banyaknya jumlah suporter yang tidak terkontrol, maka terjadi kekacauan di dalam stadion yang pada akhirnya menyebabkan kerusuhan tersebut terjadi.
2. Proses Disosiatif
Proses-proses yang disosiatif sering pula disebut sebagai oppositional processes. Seperti halnya kerjasama, ia dapat ditemukan pada setiap masyarakat, meskipun bentuk dan arahnya ditentukan oleh kebudayaan dan sistem sosial masyarakat yang bersangkutan.
Proses-proses yang disosiatif dapat dibedakan kedalam 3 bentuk, yaitu:
a. Persaingan(competition) > Persaingan dapat diartikan sebagai suatu proses sosial, dimana orang perorangan atau kelompok saling bersaing, mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan, seperti bidang ekonomi, pekerjaan, kebudayaan, kedudukan, dan lain-lain, yang pada saat tertentu menjadi pusat perhatian publik.
b. Contravention > Contravention merupakan bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian, yang ditandai oleh gejala-gejala adanya ketidakpastian mengenai diri seseorang atau rencana dan perasaan tidak suka yang disembunyikan, kebencian atau keragu-raguan terhadap kepribadian seseorang.
c. Konflik atau pertentangan > Individu maupun kelompok yang menyadari adanya perbedaan-perbedaan baik secara fisik, psikis, kebudayaan dengan pihak lain, dapat menyebabkan dipertajamnya perbedaan tersebut, sehingga menjadi suatu pertentangan atau pertikaian (konflik).
PERILAKU KELOMPOK DALAM ISLAM
Islam adalah agama samawi terakhir dibawa oleh Nabi Muhammad SAW dengan ajaran yang bersumber pada Al-Quran dan Sunnah. Islam dalam konteks bahasa ini dimaksudkan sebagai suatu cara dan pandangan terhadap hidup, atau lebih tepatnya cara pandangan terhadap wujud. Hal ini seringkali disebut dengan istilah worldview. Perilaku Kelompok dalam Islam, berarti perilaku tersebut menurut ajaran dan berdasarkan worldview Islam. Dalam pandangan Islam, prilaku dan aktivitas apapun dalam suatu wadah organisasi, kelompok (atau wadah apapun lainnya) tidak bisa hanya diatur berdasarkan keinginan pengalaman manusia. Tuhan, melalui wahyu-Nya, telah memberikan pedoman, pandangan, bimbingan dan rambu-rambu untuk diikuti, sebagaimana termuat dalam al-Quran dan Sunnah rasul.
Contohnya QS : al-Hujurat 11
11. Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah imandan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.
Kandungan ayat 11 merupakan konsekuensi logis dari makna yang terkandung pada ayat 10. Pada ayat 10 orang mukmin itu bersaudara, maka konsekuensinya orang-orang mukmin tidak boleh saling mengolok-olok. Sebab boleh jadi orang-orang mukmin yang diperolok-olok itu lebih baik dari oarng yang mengolok-olok. Demikian juga orang mukminah.
PENUTUP
KESIMPULAN
Berkelompok akan memberikan banyak manfaat untuk kita. Dalam berperilaku sosial kita akan lebih terarah. Kita akan merasa aman, memperkaya pengalaman dengan mengenal individu yang multikultural dengan latar belakang pendidikan berbeda.Interaksi sesama anggota akan menciptakan keharmonisan dan keselarasan, walau terkadang bisa juga timbul perbedaan pendapat saat pengambilan keputusan. dengan berkelompok akan meningkatkan dorongan dan motivasi yang pada akhirnya akan memperkuat tendensi untuk menjalankan respons dominan atau respons yang sudah dikuasai dengan baik. dalam artian respon dominan yang benar, maka kinerja akan bertambah seabaliknya jika respon itu salah maka kinerja akan mengalami hambatan.
Sedangkan dalam Islam, perilaku berkelompok tidak menjunjung keinginan manusia yang diutamakan namun lebih kepada cara – cara berperilaku dalam kelompok sesuai ajaran dan aturan Islam yang telah ada di dalam Al – Qur'an dan Hadits. Perilaku kelompok dalam Islam banyak terdapat dalam Al-Qur'an salah satu contohnya.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Arifin Veithzal Rivai, Psikologi Dakwah Islamic Leadership, Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2000.
Baron Robert, "PSIKOLOGI SOSIAL Jilid-2", Jakarta, Penerbit Erlangga, 2003.
Chaplin J.P, KAMUS LENGKAP PSIKOLOGI (diterjemahkan oleh Kartini Kartono), Jakarta, 2005.
Hanurawan Fattah, PSIKOOGI SOSIAL SUATU PENGHANTAR, Bandung : PT.Remaja Rosdakarya, 2010.
Sarwono Sarlito Wirawan, PSIKOLOGI SOSIAL, Jakarta, Balai Pustaka, 2005.
Shelley E., ET AL , Taylor, PSIKOLOGI SOSIAL Edisi Kedua Belas, Jakarta : Kencana, 2009.
Walgito Bimo, PSIKOLOGI SOSIAL. Yogyakarta : CV.Andi Offset, 2003
https://prari007luck.wordpress.com/tag/wabah-sosial/, diakses pada tanggal 19 Mareti 2014, Pukul 11.10
VI. PSIKOLOGI SOSIAL : APPLIED GENDER ISSUESS
PETA KONSEP
APPLIED GENDER ISSUESSAPPLIED GENDER ISSUESSMengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi sosial budayaMengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi sosial budayaJenis kelaminJenis kelaminPengertian genderPengertian gender
APPLIED GENDER ISSUESS
APPLIED GENDER ISSUESS
Mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi sosial budaya
Mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi sosial budaya
Jenis kelamin
Jenis kelamin
Pengertian gender
Pengertian gender
Perilaku sosial pria dan wanitaPerilaku sosial pria dan wanitaJenis kelaminJenis kelamin
Perilaku sosial pria dan wanita
Perilaku sosial pria dan wanita
Jenis kelamin
Jenis kelamin
istilah biologis berdasarkan perbedaan konsepsiistilah biologis berdasarkan perbedaan konsepsimembedakan antara laki -laki dan perempuan yang didasarkan pada aspek sosiokulturalmembedakan antara laki -laki dan perempuan yang didasarkan pada aspek sosiokultural
istilah biologis berdasarkan perbedaan konsepsi
istilah biologis berdasarkan perbedaan konsepsi
membedakan antara laki -laki dan perempuan yang didasarkan pada aspek sosiokultural
membedakan antara laki -laki dan perempuan yang didasarkan pada aspek sosiokultural
Jenis kelamin dan perubahan peranJenis kelamin dan perubahan peran
Jenis kelamin dan perubahan peran
Jenis kelamin dan perubahan peran
Gender dalam islamGender dalam islam
Gender dalam islam
Gender dalam islam
gunaguna
guna
guna
persamaan kedudukan antara perempuan dan laki- lakipersamaan kedudukan antara perempuan dan laki- laki
persamaan kedudukan antara perempuan dan laki- laki
persamaan kedudukan antara perempuan dan laki- laki
untuk mengurangi diskriminasi terhadap perempuanmenjawab isu isu yang telah dilemparkan oleh kaum feminis tentang diskriminasi terhadap merekauntuk mengurangi diskriminasi terhadap perempuanmenjawab isu isu yang telah dilemparkan oleh kaum feminis tentang diskriminasi terhadap mereka
untuk mengurangi diskriminasi terhadap perempuan
menjawab isu isu yang telah dilemparkan oleh kaum feminis tentang diskriminasi terhadap mereka
untuk mengurangi diskriminasi terhadap perempuan
menjawab isu isu yang telah dilemparkan oleh kaum feminis tentang diskriminasi terhadap mereka
Status kejadianPengabdiankemanusiaanStatus kejadianPengabdiankemanusiaan
Status kejadian
Pengabdian
kemanusiaan
Status kejadian
Pengabdian
kemanusiaan
PEMBAHASAN
Pengertian Gender
Istilah gender berasal dari bahasa inggris yaitu gender yang berarti jenis kelamin.Artinya ini merancukan pengertian gender karena seks juga berarti jenis kelamin, sementara pengertian seks dan gender secara mendasar berbeda. Untuk menghilangkan kerancuan itu ,perlu dibedakan pengertian dasar dari kedua istilah tersebut .Nasaruddin Umar mengemukakan bahwa gender secara umum digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi sosial budaya , sedangkan seks digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi anatomi biologis.
Istilah gender dikembangkan sebagai alat analisis ilmu sosial untuk memahami berbagai permasalahan terhadap perempuan secara umum .Gender dan jenis kelamin mempunyai perbedaan yang mendasar .Jenis kelamin lebih mengarah pada pembagian fisiologis atau anatomis manusia secara biologis .Dalam hal ini ,jenis kelamin sebagai ciri biologis merupakan gejala yang permanen sebagai kodrat yang merupakan takdir tuhan .
Gender merupakan istilah yang digunakan untuk membedakan antara laki -laki dan perempuan yang didasarkan pada aspek sosiokultural .Isu gender muncul sebagai akibat suatu kondisi yang menunjukkan kesetaraan gender .Sebab itu , sebagian perempuan masih kental dipengaruhi oleh gambaran ideal gender ,akan sulit sekali keluar dari gambaran ideal .Hal tersebut dikarenakan semua ini sudah menjadi budayanya.
Dengan demikian ,terminasi gender dilatarbelakangi oleh kondisi dari jenis kelamin yang menimbulkan status dan peranan yang berbeda .Pembagian status dan peran yang secara kultural dianggap tidak adil dimana status dan peran laki-laki dianggap superior sedangkan perempuan diposisi inferior akan memunculkan gejala diskriminatif gender .
Gender dipahami dan dianalisis dari perbedaan yang bukan alami dan bahkan sering diterjemahkan dalam pengertian diskriminasi atau perbedaan yang dianggap membawa kerugian dan penderitaan bagi perempuan .Artinya gender telah memosisikan perempuan menjadi tidak setara dn menjadi sub ordinat oleh pihak laki-laki .Munculnya permasalahan gender dilatarbelakangi oleh situas kultural dimana fungsi dan peran perempuan yang dibatasi oleh sistem nilai dan norma .
Jenis Kelamin
Jenis kelamin didefenisikan sebagai istilah biologis berdasarkan perbedaan konsepsi. Sedangkan gender merujuk pada semua hal yang berhubungan dengan jenis kelamin seseorang, termasuk peran, tingkah laku, kecenderungan dan atribut lain yang mendefenisikan arti menjadi seorang laki-laki atau perempuan dalam kebudayaan yang ada. Perbedaan gender dapat didasarkan pada faktor biologis, proses belajar atau kombinasi keduanya.
Asal perbedaan gender sering kali diperdebatkan, tetapi kita sepakat menyatakan bahwa berbagai atribut gender yang seluruhnya berdasarkan pada apa yang diajarkan, seperti hubungan antara rambut panjang dengan femininitas. Barbara mackoff menyatakan bahwa "...perbedaan terbesar antara perempuan dan laki-laki adalah cara kita memperlakukan mereka", dan juga berdasarkan determinan biologis, seperti ada atau tidak adanya kumis.
Sebuah analogi dari seorang antropolog, Kathryn March "jenis kelamin terhadap gender seperti sinar terhadap warna". Maksudnya adalah, bahwa jenis kelamin dan cahaya merupakan fenomena fisik, sementara gender dan warna merupakan kategori yang dibentuk berdasarkan budaya, dimana secara tegas membagi jenis kelamin dan cahaya dalam subkelompok tertentu.
Berikut beberapa tema umum dalam penggambaran jenis kelamin :
Pria ditunjukkan dalam berbagai macam peran sosial dan aktivitas sosial, sedangkan wanita lebih terbatas pada peran keluarga dan domestik.
Pria umumnya digambarkan sebagai ahli dan pemimpin; wanita sebagai subordinat.
Pria digambarkan lebih aktif dan berpengaruh ketimbang wanita.
Meski populasi wanita lebih banyak, mereka lebih sedikit ditampikan media.
Setiap orang memiliki identitas gender (gender identity), yaitu bagian kunci dari konsep diri dalam label sebagai "laki-laki" atau "perempuan". Pada sebagian besar orang, jenis kelamin biologis dan identitas gender berkorespondensi, walaupun proporsinya kecil dalam populasi, identitas gender mereka berbeda dari jenis kelamin mereka.
Hal pertama yang ditanyakan orang dewasa tentang seorang bayi adalah apakah bayi tersebut laki-laki atau perempuan. Pengumuman akan kelahiran seorang bayi dimulai dengan informasi tentang itu, lalu dipilihlah nama yang berbau laki-laki atau perempuan, baju merah muda atau biru yang dibeli, kamar bayi didekorasi baik dengan gaya feminin atau maskulin, mainan dan pakaian yang sesuai dengan gender pun dibeli. Seperti yang dinyatakan angier, "masyarakat masih berasumsi bahwa anak laki-laki akan tetap kekanak-kanakan, sementara perempuan tidak".
Walaupun penekanan yang luas terhadap defenisi gender, bayi dan anak-anak lain pada umumnya tidak menyadari baik jenis kelamin atau gender mereka sampai mereka berusia dua tahun. (di prasekolah, salah satu anak perempuan melihat alat genital temannya dan bertanya mengapa ia dan henry tidak sama). Berbagai alasan muncul, dua tahun adalah usia pada umumnya anak belajar untuk menyatakan dirinya adalah perempuan atau laki-laki, sering kali tanpa pengertian yang benar terhadap kata itu sendiri. Secara bertahap, identitas gender diperoleh pada saat anak mengembangkan kesadaran diri (a sense of self) yang mencakup kelaki-lakian /maskulinitas atau keperempuan /femininitas.
Perilaku Sosial Pria Dan Wanita
Perbedaan rata-rata antara pria-wanita dalam perilaku, seperti membaca emosi dari isyarat nonverbal, tidak selalu berarti bahwa semua pria tidak peka secara sosial dan semua wanita adalah pakar nonverbal. Ada banyak variasi individual, seperti beberapa pria justru lebih unggul ketimbang wanita dalam hal ini.
Perbedaan antara jenis kelamin tidak selalu berarti bahwa keahlian dan perilaku individual adalah tidak bisa diubah. Baik pria maupun wanita dapat belajar untuk menjadi lebih penurut, lebih paham membaca perasaan atau bersifat agresif.
Riset psikologi tidak memberikan jawaban yang tegas mengenai seberapa besarkah perbedaan pria dan wanita. Namun, menurut hyde, pada level kemampuan dasar dan motivasi, perbedaan gender biasanya kecil atau tidak ada. Pria dan wanita tampak sama dalam banyak pembawaan dasar. Tetapi, perbedaan juga ada dalam perilaku sosial (apapun itu penyebabnya), seperti dalam perilaku agresi, konformitas, pembacaan pesan nonverbal dan seksualitas.
Perlu juga diingat, bahwa kehidupan sehari-hari pria-wanita sangat berbeda sesuai dengan bakatnya dan cara yang berlainan. Wanita cenderung lebih sering mengganti popok bayi dan pria mengganti ban mobil.
Diseluruh dunia, pria cenderung lebih agresif ketimbang perempuan baik dimasa kanak-kanak maupun dewasa. Anak lelaki mungkin berkelahi, mengejek, dan melakukan permainan yang agresif. Dikalangan orang dewasa, kesatria yang membela tanah air kebanyakan lelaki. Lelaki juga kerap menggunakan kekuatan paksa fisik untuk menggapai tujuannya, dan ini tercermin dalam data statistik tentang pemerkosaan, pelecehan, dan kejahatan dengan kekerasan.
Faktor lain yang mempengaruhi perbedaan jenis kelamin dalamhal agresi si as adalah makin tolerannya masyarakat terhadap agresi pria ketimbang wanita. Pada masa kanak-kanak, anak lelaki lebih sering diberi mainan pistol-pistolan dan pedang serta diajari bela diri. Konsekuensinya, mereka akan memukuli teman yang merebut bolanya. Dibandingkan anak lelaki, anak perempuan kurang menyetujui tindakan agresif dan menganggap diri mereka bersalah jika melakukannya. Juga terdapat bukti bahwa wanita lebih memerhatikan kerugian akibat akibat agresi dan kemungkinan balas dendam. Akibatnya, wanita sering lebih merasa bersalah, cemas, dan takut terhadap tindakan agresif dan menahan dorongan agresif mereka.
Beberapa ciri khas wanita diantaranya yaitu:lembut,gampang menangis, suka seni dan sastra, tidak menggunakan kata kasar, berbudi, agamais, tertarik pada penampilan sendiri, peka terhadap perasaan orang lain, butuh keamanan, suka mengobrol, rapi, dan tergantung pada orang lain.Sedangkan ciri khas pria yaitu: Agresif,tidak emosional, menyukai Matematika dan sains, menyukai dunia,ambisius, obyektif, dominan, kompetitif, percaya diri, logis, dan bertindak sebagai pemimpin.
Jenis Kelamin Dan Perubahan Peran
Perilaku orang sangat dipengaruhi oleh peran sosial. Kehidupan orang dewasa ditata berdasarkan berbagai peran, seperti anggota keluarga, pekerja dan anggota komunitas atau masyarakat. Ide utamanya disini adalah bahwa banyak peran sosial yang penting didefenisikan secara berbeda untuk wanita dan pria. Dalam keluarga orang biasanya punya ekspektasi berbeda untuk ibu dan ayah, untuk suami dan istri dan untuk anak perempuan dan anak laki-laki. Dalam dunia kerja, peran okupasional (pekerjaan) sering didasarkan pada jenis kelamin. Perawat, juru ketik, dan guru tk atau sd biasanya adalah wilayah perempuan; sedangkan pengobatan, konstruksi dan guru olahraga sma biasanya adalah wilayah pria. Dalam organisasi bisnis, pekerjaan wanita sering berada pada status rendah, kurang prestise dan lebih kecil kekuasaannya ketimbang pria. Lelaki adalah bos dan wanita adalah asisten.
Peran sosial tradisional memengaruhi perilaku wanita dan pria dalam beberapa hal. Perbedaan ini melanggengkan pembagian kerja berdasarkan gender, dimana perempuan bekerja dirumah dan mengasuh anak sedangkan lelaki adalah pencari nafkah. Peran juga memengaruhi keahlian dan minat seseorang yang muncul sejak masa kecil dan kemudian dikembangkan dimasa dewasa, misalnya anak gadis biasanya bermain masak-masakan dan boneka sebagai persiapan menjadi ibu rumah tangga.
Menurut teori peran sosial, pebedaan perilaku wanita dan lelaki terjadi karena dua jenis kelamin itu menempati peran sosial yang berbeda dalam kehidupan sehari-harinya. Orang biasa menyesuaikan diri dengan norma yang diasosiasikan dengan peran spesifik dan berprilaku yang tepat secara sosial. Jadi, suami yang ingin menjadi pemberi nafkah yang baik, mungkin menunjukkan ambisi dan dedikasi pada kariernya. Istri yang ingin menjadi ibu yang baik, mungkin akan sering membaca buku tentang pengasuhan anak dan mencurahkan waktunya untuk mengurusi anaknya. Peran yang berbeda menyebabkan wanita dan pria memiliki minat berbeda mengembangkan keterampilan yang berbeda dan menghabiskan waktu dalam aktivitas yang berbeda.
Sebaliknya, ketika wanita dan pria menduduki peran yang sama, sikap dan perilaku mereka sering mirip. Ini diilustrasikan dalam sebuah studi terhadap ayah tunggal yang karena bercerai atau istrinya meniggal, bertanggung jawab untuk mengasuh anaknya yang berusia dibawah 13 tahun. Sebagai pengasuh anak, si ayah memiliki keahlian yang mirip dengan keahlian ibu, tetapi ayah ini berbeda sekali dengan ayah yang tidak menempati peran semacam itu.
Riset lintas kultural memberikan bukti jauh dari cara-cara peran sosial memengaruhi perilaku. Diantara penduduk luo di kenya, anak laki-laki dan perempuan biasanya diberi tugas yang berbeda, dimana anak lelaki mengerjakan tugas berat, sedangkan anak perempuan diberi tugas pengasuhan. Akan tetapi, ketika tidak ada anak gadis dalam keluarga yang menjalankan tugas "perempuan", anak lelakilah yang diserahi tugas itu. Sehingga, anak lelaki yang menjalankan tugas perempuan cenderung menjadi kurang agresif, kurang dominan, dan lebih tergantung pada orang lain. Secara biologis ia tidak berbeda dengan anak laki-laki lainnya, namun tugas feminin mereka telah mempengaruhi personalitas dan perilakunya.
Gender Dalam Islam
Alqur'an dan hadis telah membahas tentang bagaimana jenis kelamin manusia di tentukan sebagaimana nabi muhammad ditanya oleh seorang yahudi yang menenentang kenabiannya dengan menanyakan jenis kelamin di tentukan jawaban beliau adalah " seorang yahudi datang dan bertanya kepada nabi berbagai pertanyaan (sebagai usaha untuk menentang kebenaran kenabiannya )diantaranya, dia bertanya kepada pertanyaan yang ia (orang yahudi )katakan tidak ada seorangpun yang dapat menjawabnya kecuali nabi yang benar. Pertanyaannya adalah tentang penentuan jenis kelamin, bagaimana terjadinya? Nabi menjawab sebagai berikut :sperma pria adalah putih dan sel perempuaan kekuning kuningan jika mereka bertemu (terjadi pembuahan )dan sperma pria menggulungi sel telur perempuan, hasilnya akan menjadi jenis kelamin laki- laki dengan seizin allah, jika sel telur perempuan menggulungi sel sperma pria hasilnya akan menjadi perempuan dengan seizin allah. Setelah nabi menjawab demikian, orang yahudi itu menyatakan bahwa dia menyatakan yang benar dan dia adalah benar seorang nabi " (hr muslim )
Dalam al-quran juga banyak di bahas tentang bagaimana jenis kelamin di tentukan. Menurut al-quran,prototip jenis kelamin sudah mulai di tentukan ketika terjadi penciptan tetesan (nutfah ) yang kemudian disempurnakan dalam proses embrionik didalam rahim ibu. "
"bukankah dulu ia adalah tetesan (nutfah )yang di tumpahkan (ke dalam rahim) kemudian tetesan itu menjadi segumpal darah (alaqoh ), lalu allah menciptakannya dan menyempurnakannya, dan allah menjadikan dari padanya sepasang :laki-laki dan perempuan. (qs.al-qiyamah[75]:37-39 )
Dan dialah yang menciptakan berpasang pasangan laki-laki dan perempuan. Dari tetesan (nutfah )yang di pancarkan.(qs an-najm [53]:45-46 )
Pandangan islam tentang gender guna untuk mengurangi diskriminasi terhadap perempuan juga untuk menjawab isu isu yang telah dilemparkan oleh kaum feminis tentang diskriminasi terhadap mereka, sehingga tidak muncul lagi kesalahpahaman tentang kedudukan perempuan.secara kusus dapat dikatakan apa sebenarnya perbedaan dan persamaan kedudukan antara laki-laki dan perempuan dalam al-quran.persamaan kedudukanantara peremuan dan laki laki di antaranya:
Tentang status kejadian
Al-qur'an menerangkan bahwa penciptaan laki-laki dan perempuan sama antara zat yang di gunakan,seperti firman allah dalam surat an-nisa ayat1"hai sekalian manusia,bertaqwalah kepada tuhanmu yang telahmenciptakan kamu dari jenis yang sama, dan dari pada allah menciptakan pasangan,dan darinya allah memperkembangkan laki-laki di antaranya:
Ayat di atas merupakan penegasan dari allah bahwa status kejadian laki-laki dan perempuan sama.allah tidak pernah menyebutkan bahwa hawa mempunyai martabat yang lebih rendah dari adam
Tentang pengabdian
Allah tidak membedakan balasan kepada laki-laki dan perempuan yang mengabdi kepadanya terdapat dalam surat an-nahl ayat 97
Tentang kemanusian
Allah menolak pandangan yang membedakan antara laki-laki dan perempuan dalam kemanusian sebagaimana ditegaskan allah dalam surat an-nahl ayat 58-59.
PENUTUP
Kesimpulan
Secara umum gender merupakan istilah yang digunakan untuk membedakan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan.laki-laki dan perempuan juga memiliki perbedaan peran masing-masing yang dapat dilihat dalam pembahasan di atas.keyakinan tentang ciri khas pria dan wanita dapat mempengaruhi persepsi kita terhadap seseorang dan menyebabkan bias dalam evaluasi kita terhadap kinerja orang itu .jadi gender adalah sebagai karakteristik dari target pembentukan kesan terhadap seseorang . Namun sekarang gender sudah tidak merupakan perbedaan antara pria dan wanita lagi. peran yang biasanya dilakukan laki-laki sekarang juga bisa dilakukan oleh perempuan begitupun sebaliknya, itu disebut dengan kesetaraan gender.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Aliah, Psikologi Perkembangan Islami, Raja Grafindo Persada,Jakarta, 2006.
Baron, Robert, Social Psycology, Erlangga, 2013.
Nelhayati, Bias Gender dalam Islam, Hayfa Press, Padang, 2006.
Setiadi, Elly, Pengantar Sosiologi:Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi Dan Pemecahannya, Kencana, Jakarta, 2011.
Shelly, Taylor, Social Psikologi, Kencana, Jakarta, 2009.
VII. ENVIRONMENTAL HUBUNGAN SOSIAL PSYCHOLOGY
PETA KONSEP
CROWDING (RASA SESAK, MASSA)CROWDING (RASA SESAK, MASSA)PERILAKU SPASIAL MANUSIAPERILAKU SPASIAL MANUSIA
CROWDING (RASA SESAK, MASSA)
CROWDING (RASA SESAK, MASSA)
PERILAKU SPASIAL MANUSIA
PERILAKU SPASIAL MANUSIA
PERSOALAN LINGKUNGANPERSOALAN LINGKUNGAN
PERSOALAN LINGKUNGAN
PERSOALAN LINGKUNGAN
RUANG PRIBADI DAN TERITORIALRUANG PRIBADI DAN TERITORIAL1.KEBISINGAN2. TATA RUANG3. KEHIDUPAN DI KOTA BESAR1.KEBISINGAN2. TATA RUANG3. KEHIDUPAN DI KOTA BESAR
RUANG PRIBADI DAN TERITORIAL
RUANG PRIBADI DAN TERITORIAL
1.KEBISINGAN
2. TATA RUANG
3. KEHIDUPAN DI KOTA BESAR
1.KEBISINGAN
2. TATA RUANG
3. KEHIDUPAN DI KOTA BESAR
PEMBAHASAN
Pengertian Psikologi Sosial Dan Psikologi Lingkungan
Hartley dan Hartley memberikan defenisi mengenai psikologi sosial sebagai berikut: Social psychology is that branch of the social sciences which seek to understand individual behavior in the context of social interation.interaksi sosial adalah di mana adanya hubungan antara individu satu dengan yang lain, atau adanya situasi sosial. Sherif dan Sherif mengemukakan bahwa, social psychology is the scientific study of the experience and behavior of the individual in relation to social stimulus situation. Myers mengemukakan pendapat bahwa, social psychology is the scientific study of how people think about, influence, and relate to one another. Myers melihat tentang bagaimana orang berfikir, pengaruh dan berhubungan dengan orang lain. Berhubungan dengan orang lain tidak dapat lepas dari sitasi sosial.
Psikologi lingkungan
Psikologi lingkungan munul pada 1970 an dan sejak itu mengalami perkembangan yang pesat (Craik, dkk 1973). Konsep lingkungan tentunya memainkan peranan yang berarti dalam teori psikologi dan awal pertumbuhan bidang ini.lingkungan berkaitan erat dengan proses belajar,proses ini menunjukan pada efek kumulatif dari respons - respons individu terhadap rangsangan lingkungan yang di hadapi oleh individu sepanjang hidupnya. Pengasuhan anak, pendidikan di sekolah serta hubungan antar pribadi merupakan bagian – bagian utama dari lingkungan dalam artian ini. Mengingat keprihatinan yang semakin besar terhadap kondisi lingkungan yang semakin memburuk, maka psikologi lingkungan menjangkau berbagai permasalahan. Psikologi ini tidak sekedar mengkaji akibat – akibat yang sebelumnya sudah terfikirkan dari tindakan manusia melainkan juga akibat – akibat yang tidak di perhitungkan sebelumnya. Masalah - masalah yang di soroti meliputi polusi air dan udara serta menyusutnya sumber – sumber alam hingga kepada desain perkotaan, ruang rumah sakit dan lapangan untuk bermain.
Perilaku Spasial Manusia
Istilah spasial berasal dari kata spatial yang mempunyai arti segala sesuatu yang berkenan dengan ruang (space), tetapi bukan ruangan yang di artikan sebagai Room ( bahasa inggris ). Oleh karena itu, penggunaan terjemahan spatial menjadi spasial dalam bahasa Indonesia untuk menghindari kerancuhan pengertian yang sempit sebagai room. Jadi pengertian menurut istilah merupakan segala sesuatu mengenai ruang. psikologi merupakan ilmu tentang prilaku atau aktivitas – aktivitas individu. Perilaku atau aktivitas – aktivitas tersebut dalam pengertian yang luas, yaitu perilaku yang menampak dan atau perilaku yang tidak menampak.
Maka, inilah satu pertanyaan yang di ajukan oleh para peneliti lingkungan, yang menggunakan istilah proksemik untuk menyatakan penelitian tentang prilaku spasial manusia ( Hall, 1959 ). Selanjudnya membahas dua aspek dari penggunaan ruang oleh manusia yaitu:
Ruang Pribadi
Ruang Pribadi adalah daerah di sekitar tubuh seseorang, dengan batas yang tidak tampak , dimana orang lain tidak boleh msuk ( Sommer, 1969 ). Kemudian ruang pribadi sering di ukur melalui jarak fisik yang di pertahankan seseorang terhadap orang lain. Tetapi ruang pribadi juga menyangkut hal lain selain jarak fisik. Pada jarak yang sangat dekat, kita dapat menyentuh dan membaui orang lain, berbisik dan melihat roman muka mereka dengan jelas.
Teritorialitas
Teritori ( wilayah kekuasaan ) adalah daerah yang di kuasai oleh individu atau kelompok tertentu. Perilaku territorial menyangkut tindakan yang di rancang untuk memancang atau menandai sesuatu teritori dan mmenuntut pemiliknya. Seperti yang di kemukakan dalam contoh perpustakaan, orang sering mencoba menjaga teritori mereka dari gangguan ketika mereka tidak ada di tempat.
Menurut Altman ( 1975 ), membedakan tiga jenis teritori manusia yang utama yaitu:
Teritori primer, dimiliki dan digunakan secara ekslusif oleh seorang individu atau suatu kelompok.
Teritori sakunder, adalah ruang yang di gunakan secara teratur, tetapi bersamaan dengan orang lain.
Teritori public, adalah tempat sebuah taman atau ruang tunggu dimana setiap orang tampak memiliki hak masuk yang sama.
Crowding
Suatu bentuk kumpulan (collection) individu – individu, dalam kumpulan itu tidak terdapat interaksi dan tidak terdapat adanya struktur, dan pada umumnya berjumlah banyak orang dan berlangsung tidak lama. Dikemukakan oleh Gustave Le Bon bahwa massa itu merupakan suatu kumpulan orang banyak, berjumlah ratusan atau ribuan, yang berkumpul dan mengadakan hubungan untuk sementara waktu, karena minat dan kepentingan bersama pula. Misalnya orang yang melihat petandingan sepak bola, orang yang melihat bioskop dan sebagainya.
Crowding memperoleh perhatian istimewa dari para ahli psikologi lingkungan lantaran hubungannya dengan kepentingan umum, misalnya bahaya karena jumlah penduduk yang berlebiha, tekanan kehidupan di pusat – pusat kota, dan kondisi rumah yang terlampau padat bagi golongan lapis bawah. Riset dalam bidang ini memberikan hasil yang bertentangan dan menimbulkan interprestasi dan kontoversial. Eksperimen – eksperimen tekontrol mengenai kepadatan penduduk seperti ini menunjukan bahwa performens tugas tidak di pengaruhi ( Freedmen 1975). Dalam eksperimen – eksperimen semacam ini, jumlah orang yang sama diperbandingkan satu sama yang lain ketika bekerja dalam satu ruang yang kecil dan ruang yang luas. Dibawah kondisi – kondisi yang sama, kepadatan yang tinggi cendrung menambah perasaan – perasaan apapun yang ada pada individu terhadap situasi atau orang lain di dalam ruangan. Jadi situasi yang secara instrinsik menyenangkan menjadi lebih menyenangkan dan situasi instrinsik yang tidak menyenangkan menjadi terasa lebih tidak menyenangkan.
Kesesakan (crowding) dan kepadatan (densitiy) merupakan fenomena yang akan menimbulkan permasalahan bagi setiap negara di dunia di masa yang akan datang. Hal ini dikarenakan terbatasnya luas bumi dan potensi sumber daya alam yang dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia, sementara perkembangan jumlah manusia di dunia tidak terbatas. Kesesakan dan kepadatan yang timbul dari perkembangan jumlah manusia di dunia pada masa kini telah menimbulkan berbagai masalah sosial di banyak Negara (misalnya : Indonesia, India, Cina, dan sebagainya), baik permasalahan yang bersifat fisik maupun psikis dalam perspektif psikologis. Contoh permasalahan sosial yang nyata dalam perspektif psikologis dari kesesakan dan kepadatan penduduk adalah semakin banyaknya orang yang mengalami stres dan berperilaku agresif destruktif. Berdasarkan fenomena yang muncul dari dari realitas kini dan perkiraan berkembangnya dan timbulnya masalah di masa yang akan datang, maka dalam perspektif psikologi lingkungan kiranya dipandang tepat untuk menjadikan kesesakan dan kepadatan menjadi argumen bagi suatu pengkajian secara lebih dini dan lebih mendalam dalam usaha mengantisipasi persoalan-persoalan sosial yang pasti akan timbul pada masa kini dan masa yang akan datang.
Persoalan Lingkungan ; Kebisingan, tata ruang, kehidupan di kota besar
Persoalan lingkungan
Yang termasuk persoalan lingkungan sebagai berikut:
Pencemaran udara
Pada 1970 an mulai terasa semakin besarnya keprihatinan orang terhadap pencemaran udara dan air. Dalam hubungan inin, pencemaran atau polusi pada dasarnya menunjuk pada bahaya atau ancaman lingkungan yang di akibatkan oleh tangan manusia, yang sebagian besar berupa hasil sampingan dari kemajuan teknologi. Beberapa zat pencemaran (polutan) yang utama adalah gas beracun yang dibuang dalam asap industri dan mobil.
Kualitas udara semakin menurun, khususnya di kota – kota besar. Kualitas udara di 10 kota besar Indonesia cukup mengkhawatirkan dan di enam kota di antaranya Jakarta, Surabaya, bandung, medan, jambi, dan pekanbaru dalam satu tahun hanya dinikmati udara bersih selama 22 sampai 62 hari saja. Kerusakan lingkungan hidup memberi efek yang besar bagi kelangsungan hidup manusia itu sendiri.
Pencemaran air
Penelitian pada 22 sungai di jawa barat tahun 2000 menunjukan bahwa angkanyan melebihi ambang batas. Limbah indusri, pertanian, dan rumah tangga merupakan penyumbang terbesar dari pencemaran air tersebut. Kualitas air permukaan danau, dan perairan umumnya juga nenunjukan kondisi yang memprihatinkan. Umumnya di sebabkan karena tumbuhnya fitoplankton secara berlebihan sehingga menyebabkan terjadinya timbunan senyawa fosfat yang berlebihan. Kondisi air tanah, kususnya di perkotaan mengkuatirkan terjadinya intrusi air laut dan banyak di temukan bakteri dan logam berat yang melebihi ambang batas.
Cuaca
Teori – teori yang membahas efek iklim terhadap tingkah laku manusia dan perkembangan peradapan dapat di telusuri kembali dalam pandangan Aristoteles dan bahkan lebih awal dari masa itu. Dengan adanya cuaca yang tidak memungkinkan bias berpengaruh terhadap tingkah laku manusia sehingga menimbulkan stress, dengan keadaan seperti itu akan menimbulkan tingkah laku manusia seperti penurunan performens, kecelakan, kejahatan dengan kekerasan, kerusuhan, bunuh diri, dan penrimaan pasien di rumah sakit psikiatris.
Beberapa penelitian menunjukan adanya hubungan antara jumlah pemasukan dan catatan suhu yang nyata selama periode – periode tertentu. Bahwa naihnya temperature dan bertambahnya lamanya jam siang dapat menambah stress bagi orang – orang yang sudah berada dalam ketegangan emosional sebelunnya.
Masalah kehutanan, seperti penggundulan hutan, pembalakan hutan dan kebakaran hutan.
Erosi dan banjir
Tanah lonsor, kekeringan.
Menipisnya lapisan ozon dan efek rumah kaca.
Penyakit yang di sebabkan lingkungan yang buruk seperti gatal – gatal, batuk.
Kebisingan
Ada kehilangan pendengaran karena kebisingan yang sifatnya hanya sementara, kepulihan sebagian atau total dapat terjadi dalam kurun waktu dari satu jam hingga beberapa bulan. Kecepatan pulih bergantung pada sifat dan lamanya suara serta ada perbedaan individual.
Ada banyak riset telah dilakukan mengenai bagaimana meredamkan kebisingan dengan berbagai macam bunyi. Tujuan dari peredaman ini adalah untuk meningkatkan nilai ambang auditoris untuk bermacam suara, dengan begitu kita bias menentukan seberapa banyak kerasnya suatu signal suara atau rangsangan auditoris lainnya harus di tingkatkan agar stimulus tersebut dapat tidak terdengar dibandingkan bunyi yang lain.
Tata ruang
Para ahli psikologi lingkungan banyak menaruh perhatian pada tata letak ruang untuk kota, gedung,dan kamar sebagaimana mereka berpengaruh pada tingkah laku manusia, dengan penekanan khusus tingkah laku interpersonal, perasaan dan sikap. Mereka juga berminat dalam reaksi manusia terhadap lingkungan alam seperti seperti tempat perkemahan, taman – taman dan jalan setapak di hutan belantara. Tetapi kekecualian yang langka, lingkungan yang "alamiah" demikian telah mengalami perubahan karena campur tangan manusia.
Arsitektur adalah setting lingkungan yang di dalamnya berbagai kelompok warga kota berprilaku, kebutuhan – kebutuhan kelompok pengguna arsitektur ini memiliki karateristik yang berbeda –beda pula. Arsitektur membentuk perilaku pemakainya, karena itu arsitektur dapat membuat warga kota menjadi sehat atau sakit mental. Lingkungan harus mampu menstabilisasi perilaku sehat yang di inginkan dan mengenali prinsip – prinsip utama yang di gunakan pada lingkungan spesifik tersebut sehingga arsitektur menjadi sarana untuk menyejahterakan warga kota dalam menyediakan tempat tinggal, tempat kerja, bermain, belajar, memperbaiki dan menyembuhkan diri.
Kehidupan di kota besar
Lingkungan fisik dan sosial pengalaman tinggal di kota di pengarui oleh lingkungn fisik maupun lingkungan sosial ( fischer, 1976). Secara fisik kota besar biasanya lebih bising, kotor, dan lebih tercemar di bandingkan kota kecil. Selanjudnya, kesehatan fisik dan mental di pandang dari sudut kesehatan fisik dan mental, perbedaan hidup di kota besar dan kehidupan di kota kecil bukan factor yang terlalu penting ( ficsher, 1976). Kemudian relasi sosial telah di kemukakan bahwa salah satu pengaruh kehidupan kota yang paling merusak adalah melemahnya relasi sosial. Pakar sosiologi George simmel ( 1903) beranggapn bahwa penduduk kota terlalu banyak di bebani kontak yng dangkal sehingga memiliki lebih sedikit teman akrap di bandingkan orang yang tinggal di komunitas yang lebih kecil.
Selanjudnya, poin terakhir yang akan kita bahas yaitu masalah keragaman gaya hidup, dimana penduduk kota bersar lebih bias menerima orang lain yang memiliki gaya hidup yang berbeda – beda. Maranya pertumbuhan mal di kota – kota besar di Indonesia tidak selalu identik dengan meningkatnya kesejahteraan, terutama bila di kaitan dengan kesehatan mental warga kotanya. Justru sebaliknya, bias menjadi indicator sakitnya kota – kota di Indonesia. Mal cendrung menghilangkan interaksi sosial yang terjadi di ruang puplik dalam ruang dan mendorong warganya menjadi konsumtif. Dalam perspektif psikologi ini merupakan gejala hilangnya kendali diri seseorang terhadap kesadarannya sendiri, mereka akan membeli apa yang sebenarnya tidak mereka butuhkan. Di samping itu, pembangunan mal hanya memperlebar jurang perbedaan dan pemisahan warga kaya dan kaum miskin kota.
Kota yang baik bukanlah kota yang memaksa warganya menjadi boros dan kehilangan kesadaran diri, namun sebalikntya bias menyediakan kebahagiaan ( bukan kesenangan ) bagi warganya yang tidak bias di ukur dari pendapatan per kapita sebagai indicator.
PENUTUP
Kesimpulan
Psikologi sosial dalam memberikan defenisi ternyata diantara para ahli terdapat perbedaan satu dengan yang lainnya. Sekalipun adanya perbedaan namun ada satu hal yang tidak dapat lepas dari pengertian psikologi sosial, yaitu tidak dapat lepas dari masalah situasi sosial.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Anastasi, Anne, Bidang – Bidang PsikologiTterapan,Jakarta : CV. Raja Wali, 1989.
Halim, DK, Psikologi Llingkungan Perkotaan, Jakarta : Bumi Aksara, 2008.
Herimanto Winarno, Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar, Jakarta : Bumi aksara, 2010.
Walgito Bimo, Psikologi Sosial Suatu Pengantar, Yogyakarta : Andi offcet, 1999.
VIII. PSIKOLOGI SOSIAL DAN PSIKOLOGI LINTAS BUDAYA
PETA KONSEP
PEMBAHASAN
Perilaku Sosial Dalam Kontek Budaya
Prilaku ada prilaku yang menampak (over behavior) dan prilaku yang tidak menampak (innert behavior), sebagaimana prilaku atau aktivitas yang ada pada individu atau organisme itu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari stimulus yang diterima oleh organisme yang bersangkutan baik stimulus eksternal maupun internal, namun sebagaian besar dari prilaku organisme itu sebagai respon terhadap stimulus eksternal.
Sosial adalah kegiatan-kegiatan yang ditunjukan untuk mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi oleh masyarakat dalam bidang kesejahteraan, seperti tuna karya, tuna susila, yatim piatu dan lain sebagainya. Apabila istilah "sosial" pada ilmu-ilmu soaial menunjukan pada objeknya, yaitu masayarakat, sosialisme yang merupakan suatu ideologi yang berpokok pada prinsip pemilikan umum.
Budaya adalah sebuah konstruk sosiopsikologis, suatu kesamaan dalam kelompok orang dalam fenomena psikologis seperti nilai, siap, keyakinan dan perilaku. Budaya tidak mesti berakar dari biologi, dengan kata lain budaya tidak sama dengan ras. Budaya juga bukan kebangsaan. Kebudayaan merupakan hal yang kompleks yang mencangkup pengetahuan, kepercayaan, kesesnian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan - kemampuan serta kebiasan – kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.dengan kata lain perkataan, kebudayaan mencakup kesemuanya yang didapatkan dan dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri atas segala sesuatu yang dipelajari oleh pola – pola prilaku yang normatif, artinya mencakup segala cara-cara berfikir, bertindak dan merasakan.
Pengertian Psikologi Lintas Budaya, Matsumoto, (2004) : Dalam arti luas, psikologi lintas budaya terkait dengan pemahaman atas apakah kebenaran dan prinsip-prinsip psikologis bersifat universal (berlaku bagi semua orang di semua budaya) ataukah khas budaya (culture spscific, berlaku bagi orang-orang tertentu di budaya-budaya tertentu).
Perilaku dengan Psikologi Lintas Budaya.
Perilaku merupakan konsep dasar psikologi yang berusaha menjelaskan keunikan manusia. Perilaku mempengaruhi dan menjadi kerangka acuan dari pola pikir dan perilaku manusia, serta bertindak sebagi aspek fundamental dari setiap individu yang tak lepas dari konsep kemanusiaan yang lebih nesar, yaitu budaya sebagai konstuk sosial. Menurut Roucek dan Warren, kepribadian adalah organisasi yang terdiri atas faktor-faktor biologis, psikologis dan sosiologis. Hal pertama yang menjadi perhatian dalam studi lintas budaya dan kepribadian adalah perbedaan diantara keberagaman budaya dalam memberi definisi kepribadian. Dalam literature-literatur Amerika umumnya kepribadian dipertimbangkan sebagai perilaku, kognitif dan predisposisi yang relatif abadi. Definisi lain menyatakan bahwa kepribadian adalah serangkaian karakteristik pemikiran, perasaan dan perilaku yang berbeda antara individu dan cenderung konsisten dalam setiap waktu dan kondisi. Ada dua aspek dalam definisi ini, yaitu kekhususan (distinctiveness) dan stablilitas serta konsistensi (stability and consistency). Semua definisi di atas menggambarkan bahwa kepribadian didasarkan pada stabilitas dan konsistensi di setiap konteks, situasi dan interaksi. Definisi tersebut diyakini dalam tradisi panjang oleh para psikolog Amerika dan Eropa yang sudah barang tentu mempengaruhi kerja ataupun penelitian mereka. Semua teori mulai dari psikoanalisa Freud, behavioral approach Skinner, hingga humanistic Maslow-Rogers meyakini bahwa kepribadian berlaku konsistan dan konsep-konsep mereka berlaku universal. Dalam budaya timur, asumsi stabilitas kepribadian sangatlah sulit diterima. Budaya timur melihat bahwa kepribadian adalah kontekstual (contextualization). Kepribadian bersifat lentur yang menyesuaikan dengan budaya dimana individu berada. Kepribadian cenderung berubah, menyesuaikan dengan konteks dan situasi.
Jadi prilaku manusia dalam kaitannya dengan lingkungan merupakan tinjauan dari antropologi yang pada khususnya antropologi budaya ini meninjau prilaku manusia tidak lepas dari segi kebudayaan yang membelatarbelakinginya. Berarti manusia dari kaca mata antropologi unsur kebudayaan tidak dapat ditinggalkan. Sosiologi juga meninjau prilaku manusia dalam kaitanya dengan hidup masyarakat. bahwa sistem kehidupan sosial ini merupakan fokus dari tinjauan sosiologi, disamping itu seseorang sosiolog menekankan terutama pada kebiasaan, tradisi dan sistim nilai yang ada dalam kelompok dan juga merupakan faktor yang dalam kehidupan bermasyarakat. Antropologi ini memusatkan perhatiannya pada masyarakat-masyarakat yang masih sederhana taraf kebudayaanya, sedangkan sosiologi menyelidiki masyarakat-masyarakat modren yang sudah komplek.
Sosial dalam arti masyarakat sedangkan budaya atau kebudayaan adalah sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Jadi sosial budaya ini mencakup segala aspek kehidupan, karena atas adar landasan pemikiran tersebut.
Alkuturasi Dan Inkulturasi
Akulturasi
Akulturasi terjadi bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan yang tertentu dihadapkan pada suatu unsur-unsur kebudayaan asing yang berebeda sedemikian rupa sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu dengan lambat laun diterima dan diolah didalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri. Adapun beberapa masalah yang menyangkut proses akulturasi yaitu :
Unsur kebudayaan asing yang mudah diterima diantaranya :
Unsur kebudayaan kebendaan yaitu peralatang yang terutama sangat mudah dipakai dan dirasakan sangat bermanfaat bagi masyarakat yang menerimanya. Contoh alat tulis-menulis banyak dipergunakan orang indonesia yang diambil dari unsur-unsur kebudayaan barat.
Unsur-unsur yang terbukti memebawa manfaat besar, misalnya radio transistor yang banyak membawa kegunaan.
Unsur yang dengan mudah disesuaikan dengan keadaan masyarakat yang menerima unsur-unsur tersebut, seperti mesin penggilingan padi dengan biaya murah serta pengetahuan teknis yang sesderhanadapat digunakan untuk melengkapi pabrik-pabrik penggiling.
Unsur-unsur kebudayaan yang sulit diterima oleh masyarakat yaitu :
Unsur – unsur yang menyangkut sistem kepercayaan, seperti ideologi, falsafah hidup.
Unsur-unsur yang dipelajari padataraf pertama proses sosialisasi, misalnya makanan pokok suatu masyarakat, nasi sebagai makanan pokok sebagian besar masyarakat indonesia sukar sekali di ubah dengan makanan pokok lainya.
Suatu masyarakat yang terkena proses akulturasi. Selalu ada kelompok individu- yang sukar sekali atau bahkan tidak dapat menyesuikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi. Proses akulturasi yang berjalan dengan baik dapat menghasilkan integrasi antara unsur-unsur kebudayaan asing dengan unsur-unsur kebudayaan sendiri. Dengan demikian, unsur-unsur kebudayaan asing tidak lagi dirasakan sebagai hal yang berasal dari luar, tetapi dianggap sebagai unsur-unsur kebudayaan itu sendir.Unsur-unsur asing yang diterima tentunya terlebih dahulu mengalami proses pengolahan sehingga bentuknya tidaklah asli lagi sebgai semula. Misalnya, sistem pendidikan di indonesia, untuk sebagian besar diambil dari unsur-unsur kebudayaan barat. Akan tetapi, sudah disesuaikan serta diolah sedemikian rupa sehingga merupakan usnur-unsur kebudayaan sendiri. Dan apa yang telah diuraikan pada bagian ini menunjukan bahwa hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat yang menyoroti proses sosial dan kebudayaan serta perwujudanya. Hal seperti itu sangat penting dikaji karena didalam masyarakat yang sedang berkembang, seperti indonesia yang terdiri atas berbagai suku bangsa yang merupakan satu kesatuan sosial yang saling mempengaruhi.
Akulturasi adalah proses dari perubahan budaya dan psikologi yang dibentuk dari pertemuan antar budaya. Efek dari akulturasi budaya dapat dilihat dari berbagai tingkatan diantara budaya yang saling berinteraksi. Pada tingkat kelompok, akulturasi biasanya menyebabkan perubahan budaya, adat istiadat dan lembaga-lembaga sosial. Pada tingkat kelompok, efek dari akulturasi budaya juga mempengaruhi makanan, pakaian, dan bahasa. Akulturasi pada tingkat individu, perbedaan dari dari akulturasi individu telah terbukti tidak hanya terkait dengan perubahan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga berhubungan dengan tindakan psikologis dan kesejahteraan fisik. Enkulturasi (pembudayaan) digunakan untuk menggambarkan proses pertama dari pembelajaran budaya, akulturasi dapat dianggap sebagai pembelajaran budaya kedua.
Konsep dari akulturasi telah dipelajari secara ilmiah sejak 1918. Akulturasi telah di dekati pada waktu yang berbeda dari beberapa bidang psikologi, antropologi dan sosiologi, sejumlah teori dan definisi telah muncul untuk menggambarkan unsure-unsur dari proses akulturasi. Meskipun definisi dan bukti bahwa akulturasi memerlukan proses dua arah agar terjadi perubahan, penelitian dan teori utama difokuskan pada penyesuaian dan adaptasi yang dilakukan oleh minoritas seperti para imigran, pengungsi dan masyarakat adat dalam berkomunikasi dengan mayoritas yang dominan. Riset kontemporer memiliki fokus utama pada strategi yang berbeda dari akulturasi dan bagaimana variasi dalam sebuah akulturasi budaya mempengaruhi sejauh mana individu-individu beradaptasi dengan masyarakatnya.
INKULTURASI
Inkulturasi adalah : penggabungan kebudayaan Asing dengan kebudayaan Lokal (Indonesia) atau pembinaan kebudayaan berlangsung mulai proses – proses asasi, dalam ilmu International dan Modernisasi yang mempunyai hubungan timbal balik dan berganti – ganti. Inkulturasi adalah tindakan untuk mengkulturasikan kembali (merekonstruki) kebudayaan asli/pribumi atau lebih sering disebut indigenization.
Gerakan ini semarak dilakukan oleh Gereja-Gerejadi Asia, Afrika dan Amerika Latin (Selatan), sejalan dengan proses pencarianidentitas diri nasional maupun lokal setelah beratus tahun dibawah penjajahan Barat. Penjajahan yang di dalamnya Mission (Zending) mengambil kesempatan untuk memperluasmisinya, umumnya membunuh identitas lokal, tidak hanya dengan mengclaimnya sebagai sesuatu yang kafir tapi juga memakai faktor ini sebagi dasar politik Devide et Imperanya (Divide and Conquer).
Interkultural adalah komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau sosioekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini. Stewart L. Tubbs, mengatakan bahwa interkultural adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya (baik dalam arti ras, etnik, atau perbedaan-perbedaan sosio ekonomi).
Hamid Mowlana juga menyebutkan bahwa interkultural sebagai human flow across national boundaries. Misalnya; dalam keterlibatan suatu konfrensi internasional dimana bangsa-bangsa dari berbagai negara berkumpul dan berkomunikasi satu sama lain. Sedangkan menurut Fred E. Jandt mengartikan interkultural sebagai interaksi tatap muka di antara orang-orang yang berbeda budayanya.
Guo-Ming Chen dan William J. Sartosa juga menambahkan bahwa interkultural adalah proses negosiasi atau pertukaran sistem simbolik yang membimbing perilaku manusia dan membatasi mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai kelompok.
Berikut ini terdapat fungsi-fungsi dari internakultural:
Fungsi Pribadi
Fungsi pribadi adalah fungsi-fungsi komunikasi yang ditunjukkan melalui perilaku komunikasi yang bersumber dari seorang individu.
Menyatakan identitas sosial.
Menyatakan integrasi sosial.
Menambah pengetahuan.
Melepaskan Diri atau Jalan Keluar.
Fungsi Sosial
Pengawasan
Menjembatani
Sosialisasi nilai
Menghibur
Individualisme Dan Kolektifitas
Subjek dari budaya kolektifisme menggunakan kualitas ketimbang keadilan,tetapi hal ini bukan kasus untuk subjek dari budaya yang lebih individualistis. Dan kolektifistik menunjukkan perilaku keadilan hanya kepada para anggota "kelompok-dalam" sedangkan kepada "kelompok – luar" perilaku mereka sama dengan subjek pada budaya-budaya individualistis.
Disisi individualis kita menemukan masyarakat dimana hubungan antara individu yang longgar,semua orang diharapkan untuk mengurus dirinya dan keluarga. Misalnya : jerman dapat dianggap sebagai individualis dengan skor yang relative tinggi dibandingkan dengan Negara seperti Guatemala, dimana mereka memiliki kolektivisme kuat.
Kolektivisme adalah setiap, politik, ekonomi atau sosial pandangan filosofis yang menekankan saling ketergantungan setiap manusia dalam beberapa kolektif kelompok dan prioritas tujuan kelompok lebih dari tujuan individu. Korporatismemengacu pada bentuk kolektivisme bahwa pandangan keseluruhan sebagai lebih besar daripada jumlah bagian-bagiannya masing-masing, dan memberikan prioritas kepada hak-hak kelompok atas hak-hak individu.
a. Atribut dari individualis dan kolektivis
1. Individualism dan individualis
Individualisme adalah pola sosial yang menempatkan nilai tertinggi pada kepentingan individu. Individualis melihat diri mereka sebagai independen dan hanya longgar terhubung ke kelompok mana mereka merupakan bagiannya.
Ketika menetapkan tingkat komitmen mereka kepada orang lain, individualis menyeimbangkan keuntungan dan kerugian dari menumbuhkan dan mempertahankan hubungan; tingkat komitmen pada umumnya sesuai dengan tingkat manfaat yang dirasakan preferensi pribadi, kebutuhan, hak dan tujuan perhatian utama individualis ', dan mereka cenderung untuk menempatkan nilai tinggi terhadap kebebasan pribadi dan prestasi. Kemandirian dan daya saing adalah ciri-ciri individualis umum
2. Kolektivisme dan kolektivis
Kolektivisme adalah pola sosial yang menempatkan nilai tertinggi pada kepentingan kelompok. Ketika pribadi tujuan bertentangan dengan norma-norma kelompok, kolektivis cenderung sesuai dengan norma-norma kelompok.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku individualis dan kolektif Socialization.
Semua anak-anak memulai kehidupan mereka dalam konteks kolektif, tergantung pada orang tua mereka dan setiap orang dewasa lainnya yang belakang mereka. Semua anak-anak memulai kehidupan mereka dalam konteks kolektif, tergantung pada orang tua mereka dan setiap orang dewasa lainnya yang belakang mereka.
Dalam masyarakat individualis, bagaimanapun, anak-anak sering didorong untuk mengidentifikasi preferensi pribadi dan untuk mengejar tujuan pribadi dan prestasi. Dalam masyarakat individualis, mengejar tujuan pribadi yang bertentangan dengan norma-norma keluarga mungkin dapat diterima, bahkan diharapkan.
PENUTUP
KESIMPULAN
Hakikat dari perbedaan yang ada dimuka bumi ini adalah selalu mengenal sesamanya adanya latar belakang budaya yang berbeda tentu akan melahirkan perbedaan pemikiran dan tingkah laku. Akulturasi merupakan campuran dua budaya yang tidak mengakibatkan perubahan secara total budaya tersebut.sdangkan inkulturasi merupakn kebangkitan kembali budaya – budaya yang telah hilang dan mengembalikan budaya asli.
Dalam memahami diri sebagai aspek dari tingkahlaku terdapat pula konsep diri individualism dan kolektifitas, konsep diri individualism lebih menekankan kepada keberhasilan diri yang tidak ada dengan hubungan orang lain. sedangkan konsep diri kolektifitas lebih menekjankan aspek kebersamaan dan keterkaitan dengan orang lain dalam mencapai sebuah keberhasilan.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Ahmadi Abu, Psikologi Sosial, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2007.
Matsumono David., Pengatar Psikolog iLintas Budaya, Yogyakarta : Pustaka Belajar 2008.
Prabowo H, Pengantar Psikologi Lingkungan, Jakarta : Gunadarma,1998.
Shiraev Erick, Psikologi Lintas Kultural Pemikiran Kritis Dan Terapan Modern, Jakarta : Kencana, 2012.
Wade Carole, Psikologi jilid, Jakarta : 2007.
http://psikologyUNP.jurnal.com/2011/03/psikologi-lintas-budaya-dan-perilaku.html, diakses pada tanggal 19 Maret 2014, Pukul : 21.00
IX. PSIKO SOSIAL DAN RESOLUSI KONFLIK
PETA KONSEP
Pengertian KonflikPengertian Konflik
Pengertian Konflik
Pengertian Konflik
Jenis-Jenis KonflikJenis-Jenis Konflik
Jenis-Jenis Konflik
Jenis-Jenis Konflik
Bentuk-Bentuk KonflikBentuk-Bentuk Konflik
Bentuk-Bentuk Konflik
Bentuk-Bentuk Konflik
KONFLIKKONFLIK
KONFLIK
KONFLIK
Akar Penyebab KonflikAkar Penyebab Konflik
Akar Penyebab Konflik
Akar Penyebab Konflik
Akibat Konflik SosialAkibat Konflik Sosial
Akibat Konflik Sosial
Akibat Konflik Sosial
Manajemen KonflikManajemen Konflik
Manajemen Konflik
Manajemen Konflik
PEMBAHASAN
The Social Context Of Conflict
Konflik merupakan gejala sosial yang serba hadir dalam kehidupan sosial, sehingga konflik bersifat inheren, artinya konflik akan senantiasa ada dalam setiap ruang dan waktu, dimana saja dan kapan saja.
Istilah konflik secara etimologis berasal dari bahasa latin yaitu "con" yang berarti bersama dan fligere yang berarti benturan atau tabrakan. Dengan demikian konflik dalam kehidupan sosial berarti benturan, kepentingan, keinginan, pendapat, dan lain-lain yang paling tidak melibatkan dua pihak atau lebih.
Di dalam International Encyclopedia of the Social sciences vol.3 diuraikan mengenai pengertian konflik dari aspek antropologi, yakni ditimbulkan sebagai akibat dari persaingan antara dua pihak, dimana tiap-tiap pihak dapat berupa perorangan, keluarga, kelompok kekerabatan, satu komunitas, atau mungkin satu lapisan kelas sosial pendukung ideologi tertentu, satu organisasi politik, satu suku bangsa, atau satu pemeluk agama tertentu. Dengan demikian, pihak-pihak yang terlibat dalam konflik meliputi banyak macam bentuk dan ukurannya.
Konflik adalah proses yang terjadi ketika tindakkan satu orang yang menganggu tindakkan orang lain. Potensi konflik meningkat bila dua orang menjadi saling interdependen. Saat interaksi lebih sering terjadi dan mencakup lebih banyak aktivitas dan isu, ada lebih banyak peluang terjadinya perbedaan pendapat.
Menurut Putman & Pool, konflik di defenisikan sebagai interaksi antara individu, kelompok atau organisasi yang membuat tujuan atau arti yang berlawanan, dan merasa bahwa orang lain sebagai pengganggu yang potensial terhadap pencapaian tujuan mereka. Selanjutnya menurut Mullins mendefenisikan konflik merupakan kondisi terjadinya ketidaksesuaian tujuan dan munculnya berbagai pertentangan perilaku, baik yang ada dalam diri individu, kelompok maupun organisasi.
Konflik dianggap sebagai suatu golongan dari frustasi, yaitu golongan yang ditandai oleh suatu dorongan yang bergerak kedua arah pada waktu yang sama. Situasi konflik adalah semacam situasi antara wajah penggorengan dengan api, atau situasi keledai diantara tumpukkan-tumpukkan jerami yang banyak. Situasi itu mengharuskan seseorang untuk memilih atau mengambil keputusan. Beberapa situasi koflik melibatkan kebutuhan-kebutuhan pokok yang penting yang bertentangan satu sama lainnya, yang mana pertentangannya tidak dapat dihindarkan. Konflik-konflik semacam ini dapat menimbulkan suatu ancaman yang nyata bagi kepribadian. Konflik ekstrim dapat melibatkan dua kebutuhan fisik pokok yang kritis: kebutuhan akan makanan dan kebutuhan untuk menghindari rasa sakit. Tidak ada pembebasan fisik dan kebutuhan-kebutuhan itu akan meningkat kekuatannya dengan bertambahnya waktu.
Jenis Konflik
Konflik Gender
Istilah gender bukan merujuk pada aspek perbedaan jenis kelamin dimana laki-laki ditunjukkan dengan identitas diri dan dimana laki-laki memiliki alat kelamin yang berbeda dengan perempuan, akan tetapi gender lebih berorientasi pada aspek sosio- kultural. Gender lebih memerhatikan pada aspek status dan peranan manusia dilihat dari jenis kelamin. Didalam struktur masyarakat tradisional istilah gender tidak memunculkan persoalan yang berpangkal tolak pada status dan peranan. Akan tetapi, di dalam struktur masyarakat modern, istilah gender menjadi permasalahan yang cukup penting, terutama isu-isu emansipasi yang diluncurkan oleh kaum perempuan menjadi pembahasan yang penting di dalam kehidupan sosial.
Konflik Rasial dan antar Suku
Istilah ras sering kali diidentikkan dengan perbedaan warna kulit manusia, diantaranya ada sebagian kelompok manusia yang berkulit putih, sawo matang, dan hitam. Pada masa lalu perasaan superior kaum kulit putih, dimana segala bentuk eksploitasi terhadap kaum kulit hitam oleh kaum kulit putih telah memicu konflik rasial.
Selain konflik rasial ada pula konflik antar etnis yang berdampak pada lenyapnya suatu negara. Yugoslavia sebagai salah satu negara di kawasan Eropa timur yang hancur pada dekade 90-an, mengalami kehancuran akibat pertentangan etnis.
Konflik antar Umat Agama
Agama tidak cukup dipahami sebagai metode hubungan penyembahan manusia kepada Tuhan serta seperangkat tata aturan kemanusiaan atas dasar tuntutan kitab Suci. Akan tetapi, perbedaan keyakinan dan atribut-atribut justru berdampak pada segmentasi kelompo-kelompok sosial yang berdiri sendiri. Secara sosiologis, agama selain dijadikan sebagai alat perekat solidaritas sosial, tetapi juga bisa menjadi pemicu disintegrasi sosial. Perbedaan keyakinan penganut agama yang meyakini kebenaran ajaran agamanya, dan menganggap keyakinan agama lain sesat, inilah yang menjadi pemicu konflik antar penganut agama.
Konflik antar Golongan
Demokratisasi di dalam sistem politik kita selamanya berdampak positif bagi kelangsungan hidup bangsa, sebab demokratisasi justru menjadi malapetaka bagi kelangsungan hidup bangsa karena gejala tersebut telah mengantarkan berbagai konflik antar golongan. Demokratisasi telah mengantarkan kehidupan masyrakat terdiferensiasi atas berbagai golongan yang sering kali mengakibatkan berbagai pertikaian.
Konflik Kepentingan
Didalam dunia politik; "tiada lawan yang abadi dan tiada pula kawan abadi, kecuali kepentingan abadi." Dengan demikaian, konflik kepentingan identik dengan konflik politik. Realitas politik selalu diwarnai oleh dua kelompok yang memiliki kepentingan yang saling berbenturan. Benturan kepentingan tersebut dipicu oleh gejala satu pihak ingin merebut kekuasaan dan kewenangan di dalam masyrakat, dipihak lain terdapat kelompok yang berusaha mempertahankan dan mengembangkan kekuasaan maupun kewenangan yang sudah ada ditangan mereka.
Konflik antar Pribadi (Intrapersonal)
Konflik antar pribadi adalah konlik sosial yang melibatkan individu didalam konflik tersebut. Konlik ini terjadi karena adanya perbedaan, pertentangan atau juga ketidakcocokkan antara individu satu dan individu lain. Masing-masing individu bersikukuh dan mempertahankan tujuan atau kepentingannya masing-masing.
Konlik antar Kelas Sosial
Konlik yang terjadi antar kelas sosial biasanya berupa konflik yang bersifat vertikal, yaitu konflik antar kelas sosial atas dan kelas sosial bawah. Konlik ini terjadi karena kepentingan yang berbada antara dua golongan atau kelas sosial yang ada.
Konlik antar Negara atau Bangsa
Konlik antar negara adalah konflik yanag terjadi antara dua negara atau lebih. Mereka memiliki perbedaan tujuan negara dan berupaya memaksakan kehendak negaranya kepada negara lain.
Konflik antar negara pada masa lalu dipicu oleh adanya nafsu ekspansi negara-negara kuat (adidaya) ke negara-negara yang lemah. Akan tetapi konflik antar negara dewasa ini lebih luas cakupannya. Jika pada msa lalu sering kali konflik ini berujung pada perang dan kekerasan, tetapi dewasa ini ada sebagian besar konflik tidak berakhir dengan perang, tetapi justru memlih menyelesaikannya melalui perundingan atau adjudication di pengadilan internasional.
Konlik Interpersonal
Konflik yang timbul antara dua orang atau lebih dan saling bertentangan satu dengan yang lainnya.
Konflik Intragruop dan Intergruop
Konlik intragruop merupakan konflik yang ada dalam kelompok antara anggota satu dengan yang lain, sehingga kelompok dapat mengalami perpecahan. Sedangkan konflik intergroup adalah konflik yang timbul antara kelompok satu dengan kelompok lain dan dapat terjadi antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Bentuk-Bentuk Konflik
Dalam setiap organisasi tidak terlepas dari konflik karena pada dasarnyan konflik itu muncul melalui tiga bentuk, yaitu:
Konflik dalan Diri Individu
Muncunya konflik yang ada dalam diri individu mempunyai kecenderungan berkaitan dengan yaitu:
Konflik yang Berkaitan dengan Tujuan yang Hendak Dicapai (Goal Conflict)
Ada tiga bentuk konflik yang berkaitan dengan tujuan yang hendak di capai (goal conflict) yaitu:
Konflik mendekat mendekat (aproach conflict)
Konflik ini muncul ketika individu di dorong untuk melakukan pendekatan positif terhadap dua persoalan atau lebih. Tetapi, tujuan yang dicapai saling terpisah satu sama lainnya. Konflik ini merupakan konflik yang muncul ketika kita dihadapkan pada dua tujuan yang sama megandung nialai positif. Contohnya: mengisi waktu sengang untuk membaca al-qur'an atau shalat sunnah.
Konflik mendekat menghindar (aproach avoidance conflict)
Individu mengalami konflik ini di dorong untuk melakukan pendekatan terhadap persoalan-persoalan yang mengacu pada suatu tujuan dan pada waktu yang sama didorong untuk melakukan penghindaran terhadap persoalan-persoalan tersebut. Jadi, ada tujuan yang hendak dicapai tersebut mengandung nilai positif dan negatif bagi individu yang mengalami konflik. Atau jenis konflik yang sulit untuk dipecahkan. Konflik jenis ini apabila suatu hal yang mengandung unsur positif dan negatif sekaligus. Menurut C. T. Morgan et al, menyatakan jenis konflik mendekt-menjauh, seringkali adalah jenis yang paling sulit dipecahkan karena, dalam konflikini seseorang pada saat bersamaan menaruh minat terhadap dan dijauhkan dari objek tujuan yang sama. Contohnya: seorang pegawai ingin lekas-lekas pulang kerumah pada saat jam pulang kantor, tapi disaat yang sama jalanan macet. Bertemu keluarga dan segera beristirahat adalah menyenangkan, tapi berjejal diatas kendaraan dalam kepadatan lalu lintas adalah suatu kejengkelan.
Konflik menghindar (avoidance conflict)
Individu didorong untuk mengindari dua atau lebih hal yang negatif, tetapi tujuan-tujuan yang dicapainya saling terpisah satu sama lain. Atau konflik yang melibatkan dua hal negatif pada saat bersamaan. Contohnya: seseorang harus melakukan pekerjaan yang sangat tidak disukai, atau kehilangan pendapatan karena berhenti kerja. Kedua hal ini negatif, jika salah satu dipilih akan menimbulkan ketidaksenangan pada hal yang lain.
Konflik yang Berkaitan dengan Peran dan Ambiguitas
Konflik dalam diri ini muncul ketika sering kali terjadi adanya perbedaan peran dan ambiguitas dalam tugas dan tanggung jawab yang diampu oleh individu.
Filley & House memberikan kesimpulan atas hasil penelitian keperpustakaan mereka tentang konflik peran dalam organisasi, yang dicatat melalui berbagai indikasi yang dipengaruhi oleh empat variabel, yaitu:
Mempunyai kesadaran akan terjadinya konflik peran (awareness of role conlict )
Pada saat individu mengalami ketidak cocokkan atas peran yang dimainkannya, maka perlu mempunyai kesadran melalui intropeksi bahwa peran yang dimainkannya akan membuat dirinya mengalami konflik peran yang dapat menganggu dirinya dan organisasi.
Menerima kondisi dan situasi jika muncul konflik yang dapat membuat tekanan dalam pekerjaan ( acceptence of conflicting job pressures)
Memiliki kemampuan untuk mentoleransi stress (ability to tolerance stress)
Memperkuat sikap/sifat pribadi lebih tahan dalam menghadapi konflik yang muncul dalam organisasi.
Konflik antar pribadi (interpersonal conflict)
Konlik antar pribadi (interpersonal conflict)adalah suatu konflik yang mempunyai kemungkinan lebih sering muncul dalam kaitannya antara individu yang ada dalam suatu organisasi. Menurut Robbin: Walton & Dutton, menjelaskan ada enam sumber koflik anatar pribadi/kelompok melalui kondisi pemula yang meliputi:
Persaingan terhadap sumber-sumber (competittion for resources)
Ketergantungan terhadap tugas-tugas (task interdependence)
Kekaburan diskripsi tugas (jurisdictional ambiguity)
Masalah status (status problems)
Rintangan-rintangan komunikasi (communication barriers)
Sifat-sifat individu (individu traits)
Konlik oraganisasi (organization conflict)
Konflik ini muncul karena adanya kemungkinan-kemungkinan, yaitu situasi-situasi yang tidak sesuai dalam mencapai tujuan, sasaran, dan alokasi yang tidak sesuai dengan tujuan, munculnya ketidakpastian dalam status pekerjaan dan perbedaan persepsi. Konflik organisasi dibagi menjadi menjadi empat jenis yaitu:
Konflik hierarki
Muncul ketika ada benturan dihierarki struktural. Semakain kompleks hierarki strukturalnya, maka semakin sering terjadi adanya konflik diantara para pejabat yang ada diadalam struktur organisasi tersebut, seperti, direktur, manajer, kepala bagian, kepala divisi, kepala departemen, dan supervisor serta karyawan.
Konflik fungsional dan disfungsional (functional and disfunctional conflict)
Dalam suatu Ivancevich, Konopaske, dan Matteson membedakan konflik funsional dan disfungsional. Konflik fungsional adalah konfrontasi anatra kelompok-kelompok yang menginginkan keuntungan dan peningkatan prestasi organisasi.sedangkan konflik disfungsional adalah berbagai konfrontasi atau interaksi diantara kelompok-kelompok yang merugikan dan menghalangi tercapainya tujuan organisasi.
Konflik staff-line (line-staff conflict)
Konflik ini muncul ketika hubungan antara garis wewenang dan tanggung jawab keduanya saling tumpang tindih dan tidak jelas.
Konflik kelompok formal dan kelompok informal (formal-nonformal conflict)
Muncul ketika ada dua kelompok, yaitu formal dan informal mempu yai perbedaan kepentingan dalam memcapai tujuannya.
Akar Penyebab Konflik
Pada dasarnya, penyebab konflik dibagi dua, yaitu:
Kemajemukan Horizontal
Kemajemukan horizontal adalah struktur masyarakat yang majemuk secara kultural, seperti suku bangsa, agama, ras, dan majemuk secara sosial dalam arti perbedaan pekerjaan dan profesi, seperti petani, buruh, pedangang, pengusaha, pegawai negeri, militer, wartawan dan lain-lain. Kemajemukan horizontal-kultural menimbulkan konflik yang masing-masing unsur kultural tersebut mempunyai karakteristik sendiri dan masing-masing penghyat budaya tersebut ingin mempertahankan karakteristik budayanya.
Kemajemukan Vertikal
Kemajemukan vertikal artinya struktur masyarakat yang terpolarisasi berdasarkan kekayaan, pendidikan, dan kekuasaan. Kemajemukan vertikal dapat menimbulkan konflik sosial karena ada sekelompok kecil masyarakat yang memiliki kekayaan, pendidikan yang mapan, kekuasaan dan kewenangan yang besar, sementara sebagian besar justru sebaliknya.
Beberapa sosiolog menjabarkan kembali akar penyebab konflik secara lebih luas dan terperinci;
Perbedaan antar individu, diantaranya perbedaan pendapat, tujuan, keinginan, pendirian tentang objek yang dipertentangkan.
Benturan antar kepentingan baik secara ekonomi ataupun politik. Benturan kepentingan ekonomi dipicu oleh makin bebasnya berusaha, sehingga banyak diantara kelompok pengusaha saling memperebutkan wilayah pasar dan perluasan wilayah untuk memgembangkan usahanya.
Perubahan sosial, yang terjadai secara mendadak biasanya menimbulkan kerawanan konflik. Konflik dipicu oleh keadaan perubahan yang terlalu mendadak biasanya diwarnai oleh gejala dimana tatanan perilaku lama sudah tidak digunakan lagi sebagai pedoman, sedangkan tatanan perilaku yang baru masih simpang siur sehingga banyak orang kehilangan arah dan pedoman perilaku.
Perbedaan kebudayaan yang mengakibatkan adanya perasaan in-group dan out-group yang biasanya diikuti oleh sikap etnosentrisme kelompok, yaitu sikap yang ditunjukkan kepada kelompok lain bahwa kelompoknya adalah paling baik, ideal, beradab diantara kelompok lain.
Adapun penganut teori konflik menjabarkan bahwa penyebab utama konflik adalah adanya perbedaan atau ketimpangan hubungan dalam masyarakat yang memunculkan diferensial kepentingan. Menurut Turner ada beberapa faktor yang memicu terjadinya konflik sosial, diantaranya;
Ketidakmerataan distribusi sumber daya yang sangat terbatas didalam masyarat
Ditariknya kembali legitimasi penguasa politik oleh masyarakat kelas bawah
Adanya pandangan bahwa konflik merupakan cara untuk mewujudkan kepentingan.
Sedikitnya saluran untuk menampung keluhan-keluhan masyarakat kelas bawah serta lambatnya mobilitas sosial ke atas.
Melemahnya kekuasaan negara yang disertai dengan mobilisasi masyrakat bawah oleh elite.
Kelompok masyarakat kelas bawah menerima ideologi radikal.
Problem konflik dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori umum, yaitu:
Prilaku spesifik, beberapa konflik yang tejadi pada prilaku spesifik dari pasangan. Seseorang mahasiswa mungkin tersingung karena teman seasramanya menyetel musik keras-keras dan menganggu dirinya yang sedang belajar untuk ujian. Atau seorang istri mungkin jengkel karena suaminya lupa membelikan bedak titipannya.
Norma dan Peran, beberapa konflik berfokus pada isu yang lebih umum seperti hak dan tanggung jawab patner dalam suatu hubungan. Konflik jenis ini mungkin muncul akibat adanya janji yang tidak ditepati, kurang perhatian, atau diaabaikannya tugastugas yang telah disepakati.
Disposisi Personal, beberapa konflik berfokus pada motif dan personalitas seseorang, orang sering melihat pada niat dan sikap pasangannya. Seseorang mungkin jengkel karena pasangannya tampak malas, tidak disiplin, atau tidak peduli pada hubungan mereka.
Akibat Konflik Sosial
Ada banyak akibat konflik, akan tetapi para sosiolog sepakat menyimpulkan akibat dari konflik tersebut kedsalam lima poin berikut ini;
Bertambah kuatnya rasa solidaritas kelompok.
Solidaritas kelompok akan muncul keyika konflik tersebut melibatkan pihak-pihak lain yang memicu timbulnya antagonisme (pertentangan) diantara pihak yang bertikai
Hancurrnya kesatuan kelompok
Jika konflik yang tidak berhasil diselesaikan menimbulakan kekerasan atau perang, maka sudahtentu kesatuan kelompok tersebut akan mengalami kehancuran.
Adanya perubahan kepribadian individu
Artinya, didalam suatu kelompok yang mengalami konflik, maka seseorang atau sekelompok orang yang semula memiliki kepribadian pendiam, penyabar menjadi beringas, agresif dan mudah marah, lebih-lebih jikan konflik tersebut berujung pada kekerasan atau perang.
Hancurnya nilai-nilai dan norma sosial yang ada
Antara nilai-nilai dan norma sosial dengan konflik terdapat hubungan yang bersifat korelasional, artinya bisa saja terjadi konflik berdampak pada hancurnya nialai-nilai dan norma sosial akibat dari ketidakpatuhan anggota masyarakat akibat dari konflik, atau bisa juga hancurnya nilai-nilai dan norma sosial berakibat konflik.
Hilangnya harta benda (material) dan korban manusia
Jika konflik tidak terselesaikan hingga terjadi tindakkan kekerasan atau perang, maka pasti akan berdampak pada hilangnya material dan koban manusia.
Conflict Management
Konflik dianggap sebagai sesuatuyang bersifat negatif maupun positif sangat tergantung bagaimana masyarakat menyikapi konflik itu sendiri.
Menyelesaikan koflik yang baik adalah:
Mencari akar permasalahan dari konflik tersebut sehingga dapat dicari titik pernyelesaiannya. Gejala konflik sosial akan selesai jika akar penyebab konflik dapat ditiadakan tanpa menyisahkan kondisi yang memendam antagonisme sehingga setiap saat bisa menyulut konflik baru.
Menciptakan suasan yang dapat memicu timbulnya konflik, yaitu mengambil tindakan yang bersifat preventif. Artinya akan lebih baik mencegah berperilaku menyimpang daripada menekan yang berperilaku menyimpang untuk kembali berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
Pengaturan konflik konsiliasi akan berjalan efektif jika memenuhi empat faktor, yaitu:
Lembaga-lembaga harus bersifat otonom yang berkewenagan mambuat keputusan tanpa campur tangan dari pihak luar.
Kedudukan lembaga harus bersifat monopolistik, artinya lembaga itulah yang berfungsi mengatur konflik.
Peran lembaga-lembaga harus memilki kekuatan mengikat, sehingga pihak-pihak yang sedang bersengketa merasa terikat kepada keputusan lembaga tersebut.
Lembaga harus bersifat demokratis, artinya aspirasi dari pihak-pihak yang bertiakai harus didengarkan dan diberikan kesempata yang sama untuk menyatkan pendapatnya.
Pengaturan konflik akan efektif jika memenuhi tiga hal, yaitu:
Kedua belah pihak menyadari akan adanya situasi konflik diantara mereka dan menyadari pula perlunya melaksanakn prinsip-prinsip keadilan, kajujuran antara pihak yang bertikai.
Yang terlibat konflik adalah organisasi kelompok kepentingan, artinya jika konflik sosial tersebut terorganisasi secar jelas, maka pengaturannya akan efektif, dan jika konflik sosial tersebut tak terorganisasi maka pengaturannya tidak akan efektif.
Adanya suatu aturan permainan atau role of the game yang disepakati dan ditaati bersama, sebab aturan permainan itu akan menjamin kelangsungan hidup kelompok-kelompok yang berkonflik.
Adapun beberapa strategi dalam memanajemen suatu konflik yaitu:
Strategi Mengolah Konflik dalam Diri Individu (Intraindividual Conflict)
Untuk memberi solusi terhadap konflik intraindividual diperlukan strategi dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Pengenalan Diri
Usaha paling awal adalah mengenal diri sendiri tentang kekuatan dan sekaligus kelemahannya yang dirasakan sebagai suatu yang tersembunyi atau laten. Individu dapat mengenal kekuatannya secara tepat seperti emosi positif yang dimilikinya, yaitu bangga, bahagia, kasih, kelegaan, dan lain-lain, nilai-nilai tentang kemanusiaan, ciri-ciri pribadi seperti, asertif, kreatif, inovatif, dan lain-lain. Dan mengenal kelemahan dirinya seperti, iri, takut cemas, curiga dan lain-lain.
Meningkatkan Kekuatan
Ketika individu mulai merasa adanya konflik tersembunyi, sebaiknya perlu meningkatkankekuatan. Salah satunya yang dapat dikembangkan adalah rasa percaya diri.
Memilih Berbagai Alternatif
Dalam menghadapi konflik, individu perlu mempunyai berbagai alternatif untuk dapat mengatasinya. Dalam konflik intraindividual yang berhubungan dengan tujuan yang hendak dicapai biasanya digunakan tiga strategi yaitu, konflik mendekat-mendekat, konflik menjauh-menghindar, dan konflik menghindar-menghindar.
Strategi Mengolah Konflik Antarpribadi (Interpersonal conflict)
Pendekatan dalam strategi mengolah konflik antarpribadi ini dapat menggunakan beberapa bentuk penyelesaian, yaitu:
Untuk penyelesaian konflik antar-individu/kelompok ada kecendrungan untuk ,melakukan kompromi atau mengambil jalan tengah.
Membayar sekelompok orang yang terlibat dalam konflik, pada umumnya pembayarannya berbentuk materi, misalnya uang pelicin.
Menggunakan jasa orang lain atau sekelompok orang ketiga (lawyer), untuk dijadiak sebagai pihak penengah.
Menggunakan peraturan yang berlaku sebagai cara penyelesaian konflik antar pribadi atau antar kelompok.
Strategi Mengolah Konflik Organisasi (Organizational Conflict)
Ada beberapa strategi yang digunakan untuk mengantisipasi terjadinya konflik organisasi, yaitu:
Pendekatan Birokrasi (Bureaucratic Approach)
Konflik muncul karena adanya hubungan birokrasi yang terjadi secara vertikal dan untuk menghadapi konflik vertikal ini, pemimpin cenderung menggunakan struktur hierarki dalam hubungannya dengan otoritas. Konflik ini terjadi karena pimpinan berusaha untuk mengendalikan aktivitas dan tindakkan yang dilakukan oleh bewahannya. Strategi untuk pemecahan masalah konflik oraganisasi ini adalah, biasanya digunakan pengganti dari peraturan-peraturan birokrasi yang berusaha mengendalikan bawahannya.
Pendekatan Intervensi Otoritatif dalam Konflik Lateral (Authoritative Intervention In Lateral Conflict)
Konflik lateral ini muncul ketika ada masalah pribadi antara staf, sehingga pemimpin sebagai atasannya melakukan pendekatan intervensi otoritatif, yaitu memberikan nasihat kepada kedua stafnya yang terlibat konflik.
Pendekatan Sistem (system approach)
Model pendekatan perundingan memberikan tekanan terhadap masalah-masalah kompetisi dan model pendekatan birokrasi memberikan tekanan pada kesulitan-kesulitan dalam pengendalian, maka pendekatan sistem adalah mengkoordinasikan masalah-masalah konflik yang muncul.
Reorganisasi Stuktural (structural reorganization)
Model reorganisasi struktural ini digunakan dalam organisasi untuk mengantisipasi munculmya konflik antara kelompok formal dan nonformal. Dalam pendekatan ini ada kemungkinan terjadinya reorganisasi struktural yaitu untuk meluruskan perbedaan kepentingan dan tujuan kedua belah pihak seperti membentuk wadah baru dalam organisasi nonformal. Selain itu untuk mengantisipasi terjadinya konflik yang berlarut-larut sebagai akibat adanya saling ketergantungan tugas dalam mencapai kepetingan dan tujuan yang berbeda, sehingga fungsi organisasi formal menjadi kabur.
Negosiasi (negotiation)
Dalam pernyataan Ivancevich et al, mengatakan bahwa secara umum, bagian dari proses resolusi konflik adalah negosiasi. Negosiasi merupakan suatu proses yang dilakukan dua kelompok atau lebih, dengan cara berunding untuk mencapai persetujuan yang sesuai dengan karakteristik tertentu melalui beberapa tahap yang saling bertentangan satu sama lainnya.
PENUTUP
Kesimpulan
Jadi konflik adalah suatu interaksi antara individu, kelompok atau organisasi yang membuat tujuan atau arti yang berlawanan, dan merasa bahwa orang lain sebagai pengganggu yang potensial terhadap pencapaian tujuan mereka. Dan untuk memanajemen konflik tersebut seseorang membutuhkan strategi yaitu berupa:
1. Strategi Mengolah Konflik dalam Diri Individu (Intraindividual Conflict), yang berupa, Pengenalan Diri, Meningkatkan Kekuatan dan Memilih Berbagai Alternatif.
2. Strategi Mengolah Konflik Antarpribadi (Interpersonal conflict), yang berupa: untuk penyelesaian konflik antar-individu/kelompok ada kecendrungan untuk, melakukan kompromi atau mengambil jalan tengah, membayar sekelompok orang yang terlibat dalam konflik, pada umumnya pembayarannya berbentuk materi, misalnya uang pelicin, menggunakan jasa orang lain atau sekelompok orang ketiga (lawyer), untuk dijadiakan sebagai pihak penengah, dan menggunakan peraturan yang berlaku sebagai cara penyelesaian konflik antar pribadi atau antar kelompok.
3. Strategi Mengolah Konflik Organisasi, yang berupa, Pendekatan Birokrasi, Pendekatan Intervensi Otoritatif dalam Konflik Lateral, Pendekatan Sistem, dan Reorganisasi Stuktural.
4. Negosiasi (negotiation)
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Hude Darwis, Emosi: Penjelajahan Religio-Psikologis Tentang Emosi Manusia di dalam Al-Qur'an, Jakarta: Erlangga, 2006.
Leavitt Harold J, Psikologi Manajemen, Jakarta : Erlangga, 1992.
Setiadi Elly M, Pengantar Sosialogi Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi dan Pemecahannya, Jakarta: Kencana, 2011.
Taylor Shelley, Psikologi Sosial, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009.
Walgito, Bimo, Psikologi Kelompok, Yogyakarta: CV Andi Offset, 2008.
Wijono, Sutarto, Psikologi Industri dan Organisasi: dalam Suatu Bidang Gerak Psikologi Sumber Daya Manusia, Jakarta: Kencana, 2011.
X. PSIKOLOGI SOSIAL DENGAN HUKUM, KRIMINALITAS DAN DEFISIEN MORAL
PETA KONSEP
Psiko sosial dengan hukum, kriminalitas dan defisien moralPsiko sosial dengan hukum, kriminalitas dan defisien moral
Psiko sosial dengan hukum, kriminalitas dan defisien moral
Psiko sosial dengan hukum, kriminalitas dan defisien moral
A.Integration law, crime dan psychologyA.Integration law, crime dan psychology
A.Integration law, crime dan psychology
A.Integration law, crime dan psychology
C.Efektifitas hukum pidana: tinjauan psikologi sosialC.Efektifitas hukum pidana: tinjauan psikologi sosialB.Pengertian defek moralB.Pengertian defek moral
C.Efektifitas hukum pidana: tinjauan psikologi sosial
C.Efektifitas hukum pidana: tinjauan psikologi sosial
B.Pengertian defek moral
B.Pengertian defek moral
PEMBAHASAN
Integration Of Law, Crime & Psychology
Pengertian Hukum
Hukum adalah media masyarakat yang memberikan petunjuk untuk mencapai kerukunan sosial dengan cara mengontrol, rekonsiliasi, mediasi antara beragam kelompok sosial dan konflik yang terjadi. hukum sebagai alat untuk menjaga nilai-nilai yang ada dalam masyarakat tanpa menjatuhkan satu kelompok pun.
Dalam pandangan Roscoe Pound, masyarakat yang heterogen dan majemuk (seperti di Amerika Serikat), tekanan kompromisasi adalah upaya untuk mencapai ketertiban dan kerukunan. Roscoe menyatakan dalam sejarah perkembangan hukum telah membuktikan bahwa hukum telah terbukti memberikan kepuasan atas manusia berkenaan dengan hal yang manusia tuntutdan apa yang diinginkan oleh manusia.
Hukum diadakan karena memiliki peranan untuk mewakili kumpulan orang yang memiliki kepentingan atas orang. Hukum menyelenggarakan penghargaan dan hukuman tanpa memihak.
Berdasarkan status sosial, hukum diisi struktur aktor yang diberi sebutan yang berbeda, yaitu hakim, jaksa, polisi, advokat. Seperti halnya dalam setiap struktur sosial dalam masyarakat, dimana masing-masing komponen atau kelompok memiliki status masing-masing. Norma sosial adalah sebuah peraturan yang menggambarkan bagaimana seharusnya para aktor itu bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
Norma hukum yaitu peraturan atau kaidah yang diciptakan oleh kekuasaan resmi atau negara yang sifatnya mengikat dan memaksa. Hukum pada dasarnya adalah bagian dari norma, yaitu norma hukum. Perbedaan norma hukum dengan norma lainnya adalah sebagai berikut:
Norma hukum datangnya dari luar diri sendiri, yaitu dari kekuasaan atau lembaga yang resmi dan berwenang.
Norma hukum dilekati sanksi pidana atau pemaksa secara fisik.
Sanksi pidana atau sanksi pemaksa dilaksanakan oleh aparat negara.
Norma hukum dibutuhkan karena dua hal, yaitu:
Karena bentuk sanksi dari ketiga norma belum cukup memuaskan dan efektif untuk melindungi keteraturan dan ketertiban masyarakat.
Masih ada perilaku lain yang perlu diatur diluar norma agama, kesusilaan, dak kesopanan. Misalnya perilaku dijalan raya.
Norma hukum berasal dari norma agama, kesusilaan, dan kesopanan. Isi ketiga norma tersebut dapat diangkat sebagai norma hukum.
Pengertian Kriminal
Kriminalitas atau kejahatan bukan merupakan peristiwa herediter (bawaan sejak lahir, warisan) dan bukan warisan biologis. Tingkah laku kriminal bisa dilakukan oleh siapapun juga, baik wanita maupun pria, dapat berlangsung pada usia anak, dewasa ataupun lanjut umur. Tindakan kejahatan bisa dilakukan secara sadar yaitu dipikirkan, direncanakan, dan diarahkan pada satu maksud tertentu secara sadar.
Tapi bisa juga dilakukan secara setengah sadar misalnya, didorong oleh implus –implus yang hebat, didera oleh dorongan-dorongan paksaan yang sangat kuat, dan oleh obsesi-obsesi. Kejahatan atau kriminal bisa juga dilakukan secara tidak sadar sama sekali. Misalnya, karena terpaksa untuk mempertahankan hidupnya, seseorang harus melawan dan terpaksa membalas menyerang. Sehingga terjadi tindakan kriminal.
Masyarakat modern yang sangat kompleks itu menumbuhkan aspirasi-aspirasi materil tinggi dan sering disertai oleh ambisi-ambisi sosial yang tidak sehat. Dambaan pemenuhan kebutuhan materil yang melimpah-limpah misalnya, untuk memiliki harta kekayaan dan barang-barang mewah tanpa mempunyai kemampuan untuk mencapainya dengan jalan wajar, mendorong individu untuk melakukan tindak kriminal.
Dengan kata lain dinyatakan, jika terdapat diskrepansi (ketidak sesuaian, pertentangan) antara ambisi-ambisi dengan kemampuan pribadi, maka peristiwa ini mendorong orang untuk melakukan tindak kriminal. Untuk memenuhi ambisi-ambisi tersebut maka akan terjadi maladjustment ekonomis(ketidak mampuan menyesuaikan diri secara ekonomis), yang mendorong orang untuk bertindak kriminal atau melakukan tindak pidana.
Kriminal atau kejahatan adalah tingkah laku yang melanggar hukum dan melanggar norma-norma sosial, sehingga masyarakat menentangnya.
Secara yuridis formal, kriminal adalah bentuk tingkah laku yang bertentangan dengan moral kemanusiaan (immoril), merugikan masyarakat, sifatnya asosial dan melanggar hukum serta UU pidana.
Di dalam perumusan pasal-pasal Kitab Undang-Undang Hukum pidana (KUHP) jelas tercantum: kriminal adalah semua bentuk perbuatan yang memenuhi perumusan ketentuan KUHP. Misalnya pembunuhan adalah perbuatan yang memenuhi perumusan Pasal 338 KUHP, mencuri memenuhi memenuhi bunyi Pasal 362 KUHP sedang kriminal/kejahatan penganiayaan memenuhi Pasal 351 KUHP.
Secara sosiologis, kriminal/kejahatan adalah semua bentuk ucapan, perbuatan, dan tingkah laku yang secara ekonomis, politis dan sosial-psikologis sangat merugikan masyarakat, melanggar norma-norma susila, dan menyerang keselamatan warga masyarakat (baik yang telah tercakup dalam undang-undang pidana).
Kriminal sebagai perbuatan dosa yang jahat sifatnya. Setiap orang normal bisa melakukan kejahatan sebab didorong oleh roh-roh jahat dan godaan setan/iblis atau nafsu-nafsu, dan melanggar kehendak Tuhan.
Pengertian Psikologis
Menurut asal katanya, psikologi berasal dari kata-kata Yunani "psyche" yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi berarti ilmu jiwa. Psikologi merupakan salah satu macam ilmu dari berbagai-bagai macam ilmu yang ada. Sebagai suatu ilmu, psikologi mempunyai ciri-ciri atau sifat-sifat yang dimiliki ilmu lainnya. Psikologi merupakan ilmu tentang prilaku atau aktivitas-aktivitas, dan perilaku atau aktivitas-aktivitas tersebut merupakan manifestasi dari kehidupan kejiwaan.
Hubungan Hukum, kriminal dan Psikologi
Teori penyakit jiwa menyebutkan adanya kelainan-kelainan yang bersifat psikis, sehingga individu yang berkelainan sering melakukan tindakan kriminal. Penyakit jiwa tersebut berupa: psikopat dan defek moral.
Psikopat adalah bentuk kekalutan mental yang ditandai dengan tidak adanya pengorganisasian dan pengintegrasian pribadi. Orang tidak pernah bisa bertanggung jawab secara moral dan selalu berkonflik dengan norma-norma sosial serta hukum, dan biasanya bersifat immoral.
Tingkah laku dan relasi sosialnya selalu asosial, eksentrik (kegila-gilaan), kurang memiliki kesadaran sosial dan inteligensia sosial. Sikapnya senantiasa menyakiti hati orang lain dan sering kali bertingkah laku kriminal.
Pengertian Defek Moral
Defisien/defek moral adalah kondisi individu yang hidupnya delinguent (jahat, nakal), selalu melakukan kejahatan, dan bertingkah laku a-sosial atau anti-sosial, namun tanpa penyimpangan atau gangguan organis pada fungsi inteleknya, hanya saja inteleknya tidak berfungsi, sehingga terjadi kebekuan moral yang kronis.
Pribadinya cendrung psikotis dan mengalami regresi, dengan penyimpangan-penyimpangan relasi kemanusiaan. Sikap orang-orang yang defek mentalnya ialah: dingin, beku, tanpa afeksi. Emosinya steril terhadap sesama manusia: munafik, jahat, sangat egoistis, self-centered, tidak menghargai orang lain. Tingkah laku selalu salah dan jahat (misconduct) sering melakukan kekerasan, kejahatan, penyerangan. Ia selalu melanggar hukum.
Kelemahannya terutama ialah ketidak mampuannya untuk mengenali, memahami, mengendalikan dan melakukan regulasi terhadap emosi-emosi, impuls-impils dan tingkah laku sendiri. Mereka itu tidak bisa dipercaya. Kualitas mental mereka pada umumnya rendah. Pembentukan egonya sangat lemah, sehingga dorongan-dorongan instinktif yang primer selalu meledak-ledak tidak terkendali. Impuls-impulsnya tetap ada pada tingkat primitif. Ia tidak bisa mengontrol diri, disertai agresivitas yang meledak-ledak dan rasa permusuhan terhadap siapapun juga.
Jumlah pembunuh-pembunuh kejam yang defisien moral tanpa selembar belas kasih dan peri kemanusiaan ada dua kali lipat lebih banyak dari pembunuh-pembunuh normal. Juga pembakar-pembakar yang dihinggapi pyromania (nafsu untuk membakar dimana-mana), pemerkosa-pemerkosa seksual terhadap anak-anak, kaum radikalis ekstrim yang sadis, pada umumnya mereka itu defisien moralnya, dengan mental dan karakter sangat lemah.
Para narapidana yang defisien moral itu pada umunya tidak bisa diperbaiki lagi. Mereka menjadi recidivist-recidivist yang selalu melakukan kriminalitas dengan menuruti instink-instink, impuls-impuls dan kebiasaan-kebiasaan animalistic yang primitif dan rendah.
Diantara penjahat-penjahat habitual dan recidivist yang defek moralnya itu, menurut statistik lebih kurang 82% disebabkan oleh: konstitusi disposisional dan perkembangan mental yang salah. Sedang lebih kurang 18% dari mereka menjadi penjahat disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan. Pada umunya, bentuk tubuh para penjahat habitual dan recidivist-recidivist itu lebih kecil, dengan berat badan lebih kurang dari ukuran orang dewasa normal pada umumnya. Maka menjadi jelas bagi kita bahwa pengaruh lingkungan sangat kecil pengaruhnya untuk menjadikan orang menjadi defek moral, dan defek moral tersebut lebih banyak ditentukan oleh faktor disposisional dan konstitusional dari kejiwaannya. Selanjutnya orang-orang defisien moral yang ekstrim biasanya digolongkan pada tipe psikopat.dan dimasukkan defek moral adalah anak-anak bubrah dan anak-anak delinkuen.
Anak-anak bubrah
Anak-anak bubrah (rusak, damaged children) adalah anak-anak dengan perkembangan pribadi yang regresif serta kerusakan pada fungsi intelek, sehingga interrelasi kemanusiannya menjadi miskin, beku, steril, tanpa afeksi, disertai penolakan terhadap super-ego dan hati nurani sendiri, sehingga muncul kebekuan moral.
Faktor penting yang menyebabkan anak bubrah adalah:
Terpisahnya mereka dari orang tua pada usia kurang dari 3 tahun.
Anak-anak yang dipelihara di rumah sakit, rumah yatim piatu dan panti-panti pentipandan tidak merasakan kasih sayang.
Ciri khas anak bubrah dan orang dewasa yang defek moral itu adalah:
Secara fisik dan organik mereka biasa. Tapi mereka keras kepala, banyak tingkah, tidak bisa diperhitungkan, mudah berubah, dan sangat munafik.
Tidak toleran, suka melanggar aturan
Sangat sombong, penilaian lebih terhadap diri, tidak tahu malu, tudak tahu harga diri
Tidak tahu belas kasih
Tidak punya kesadaran bertanggung jawab secara asusila.
Anak-anak delinkuen
Juvenile deliquncy (juvenilis: muda, bersifat kemudaan, delinquere: jahat, durjana, pelanggar, nakal) iaah anak-anak muda yang selalu melakukan kejahatan, dimotivir untuk mendapatkan perhatian, status sosial dan penghargaan dari lingkungannya.
Sebab- sebab anak-anak muda menjadi delinquent antara lain:
Instabilitas psikis
Terdapat pada anak-anak gadis, dengan sikap yang pasif, tanpa kemauan dan sugestibel sifatnya. Mereka tidak memiliki karakter, terlalu mentalnya.
Defisiensi dan kontrol super-ego
Akibat dari ini adalah muncul banyak agresivitas. Dorongan, impuls, sikap bermusuhan meledak-ledak secara eksplosif seperti pada penderita epilepsy/ ayan. Mengakibatkan defek intelektual, hingga pasien selalu melakukan reaksi yang primitif, dengan gejala tingkah laku keham-jahat tidak berprikemanusian, dan suka menteror orang lain serta lingkungan.
Fungsi persepsi yang detectif
Mereka tahu bahwa prilakunya jahat kriminal, namun mereka tidak menyadari arti dan kualitas dari kejahatannya.karena hati nurani sudah tumpul, sehingga tingkah laku menjadi jahat.
Efektivitas Hukum Pidana Islam : Tinjauan Psikologi Sosial
Hukuman atau Hukum Pidana dalam Islam disebut A-Uqubaat meliputi hal-hal merugikan maupun tindak kriminal. Hukum yang memberi kesempatan penyembuhan kepada masyarakat merupakan perkara pidana, dan ditujukan kepada perorangan adalah hal yang merugikan (disebut Delik Aduan). Hukum pidana dikenakan baik kepada kaum muslim maupun bukan muslim disebut syara' Islam. Seorang muslim tetap akan dihukum karena melakukan suatu tindak pidana sekalipun hal itu jauh dari negara Islam. Dalam pengertian, ia merupakan tindakan kriminal terhadap Allahdan akan dihukum setelah dia kembali ke tempatnya atau ditangkap oleh petugas negaa Islam.
Qodhi atau hakim syari'at harus berpegang padahukum yang telah ditetapkan dalam kasus Al-Uqubaat, dan ketika dia tidak boleh menggunakan hukuman lain selain yang telah ditetapkan oleh Hukum Allah sesuai dengan perintah Al-Qur'an dan Al-Sunnah, bila tidak demikian maka dia dianggap sebagai seorang yang melakukan kejahatan.
PENUTUP
Kesimpulan
Hukum adalah media masyarakat yang memberikan petunjuk untuk mencapai kerukunan sosial dengan cara mengontrol, rekonsiliasi, mediasi antara beragam kelompok sosial dan konflik yang terjadi. hukum sebagai alat untuk menjaga nilai-nilai yang ada dalam masyarakat tanpa menjatuhkan satu kelompok pun.
Kriminalitas atau kejahatan bukan merupakan peristiwa herediter (bawaan sejak lahir, warisan) dan bukan warisan biologis. Tingkah laku kriminal bisa dilakukan oleh siapapun juga, baik wanita maupun pria, dapat berlangsung pada usia anak, dewasa ataupun lanjut umur. Tindakan kejahatan bisa dilakukan secara sadar yaitu dipikirkan, direncanakan, dan diarahkan pada satu maksud tertentu secara sadar.
Defisien/defek moral adalah kondisi individu yang hidupnya delinguent (jahat, nakal), selalu melakukan kejahatan, dan bertingkah laku a-sosial atau anti-sosial, namun tanpa penyimpangan atau gangguan organis pada fungsi inteleknya, hanya saja inteleknya tidak berfungsi, sehingga terjadi kebekuan moral yang kronis.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Doi Abdur Rahman, Tindak Pidana Dalam Syariat Islam, Jakarta : Rineka Cipta,1992.
Kartini Kartono, Patologi Sosial, Jakarta: PT Raja Gravindo Persada, 2005.
Kartin Kartono, Patalogi Sosial (Gangguan - Gangguan Kejiwaan), Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,2013.
Wahyu Ramdani, Sosiologi Hukum (Perspektif Baru Studi Hukum Dalam Masyarakat), Bandung, 2006.
Walgito Bimo, Ppsikologi Sosial, Yogyakarta: Andi Offset, 1978.
Winarno Herimanto, Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar, Jakarta : Bumi Aksara, 2011.
Wirawan Sarlito, Pengantar Psikologi Umum, Jakarta: Bulan Bintang, 1991.
XI. INTERGRASI PSIKOLOGI SOSIAL DENGAN AJARAN ISLAM (INFORMASI AL – QUR'AN TENTANG KELOMPOK)
PETA KONSEP
INTEGRASI PSIKOLOGI SOSIAL DENGAN AJARAN ISLAM (INFORMASI AL-QURAN TENTANG KELOMPOK)Pengertian IntegrasiIntegrasi Psikologi Sosial Dengan Ajaran Islam (Informasi Al-quran Tentang Kelompok)Fanatisme KelompokPengertian KelompokCiri-ciri KelompokStruktur KelompokTujuan KelompokJenis-Jenis Dalam KelompokMacam-Macam KelompokInteraksi dan Norma KelompokINTEGRASI PSIKOLOGI SOSIAL DENGAN AJARAN ISLAM (INFORMASI AL-QURAN TENTANG KELOMPOK)Pengertian IntegrasiIntegrasi Psikologi Sosial Dengan Ajaran Islam (Informasi Al-quran Tentang Kelompok)Fanatisme KelompokPengertian KelompokCiri-ciri KelompokStruktur KelompokTujuan KelompokJenis-Jenis Dalam KelompokMacam-Macam KelompokInteraksi dan Norma Kelompok
INTEGRASI PSIKOLOGI SOSIAL DENGAN AJARAN ISLAM
(INFORMASI AL-QURAN TENTANG KELOMPOK)
Pengertian Integrasi
Integrasi Psikologi Sosial Dengan Ajaran Islam
(Informasi Al-quran Tentang Kelompok)
Fanatisme Kelompok
Pengertian Kelompok
Ciri-ciri Kelompok
Struktur Kelompok
Tujuan Kelompok
Jenis-Jenis Dalam Kelompok
Macam-Macam Kelompok
Interaksi dan Norma Kelompok
INTEGRASI PSIKOLOGI SOSIAL DENGAN AJARAN ISLAM
(INFORMASI AL-QURAN TENTANG KELOMPOK)
Pengertian Integrasi
Integrasi Psikologi Sosial Dengan Ajaran Islam
(Informasi Al-quran Tentang Kelompok)
Fanatisme Kelompok
Pengertian Kelompok
Ciri-ciri Kelompok
Struktur Kelompok
Tujuan Kelompok
Jenis-Jenis Dalam Kelompok
Macam-Macam Kelompok
Interaksi dan Norma Kelompok
PEMBAHASAN
PENGERTIAN INTEGRASI
Secara bahasa (etimologi), kata integrasi berasal dari bahasa latin yakni integer yaitu berarti menyeluruh (utuh). Dalam bahasa Inggris Integrasi atau integration berarti kesempurnaan atau keseluruhan.sedangkan secara istilah (terminologI), kata integrasi bisa diartikan sebagai pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat. Integrasi sosial merupakan suatu kesadaran dimana kelompok-kelompok etnik beradaptasi dan bersikap konformitas terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat, yang masih mempertahankan kebudayaan mereka masing-masing. Adapun integrasi bangsa adalah suatu proses penyatuan dari berbagai kelompok sosial dan budaya kedalam kesatuan wilayah dalam rangka pembentukan suatu indentitas nasional.sedangkan integrasi sosial dapat diartikan sebagai suatu proses penyesuaian antara unsur-unsur yang berbeda pada suatu kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memilki keserasian atau kesamaan fungsi.
INTEGRASI PSIKOLOGI SOSIAL DENGAN AJARAN ISLAM
(INFORMASI AL-QURAN TENTANG KELOMPOK)
Pengertian Kelompok
Kelompok merupakan sekumpulan individu yang saling mengadakan interaksi dan juga saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya. Kelompok bukan terdiri dari dua orang saja tapi kelompok juga terdiri dari banyak orang.
Menurut shaw satu ciri yang dimiliki oleh semua kelompok yaitu yang anggotanya saling berinteraksi satu dengan yang lainnya dan karena itulah mereka saling mempengaruhi.
Adapun pengertian kelompok dari segi persepsi berdasarkan asumsi bahwa anggota kelompok sadar dan memiliki persepsi bersama akan hubungan mereka dengan anggota yang lainnya. Dalam hal ini smith menggunakan istilah social group sebagai suatu unit yang terdiri dari beberapa anggota yang memiliki persepsi bersama tentang kasatuan mereka.
Dalam pandangan Islam kelompok diterangkan pada firman Allah swt Surat Al-Hujurat ayat 13, yang berbunyi:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌا ) لحجرات : 13(
Artinya :
"Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal."
Kata (شعؤب)syu'ub adalah bentuk jamak dari kata (شعب) sya'b. kata ini untuk menunjukan kumpulan dari sekian (قبيلة) qabilah yang biasa diterjemahkan suku. Qabilah/suku pun terdiri dari sekian banyak kelompok keluarga yang dinamai (عمارة) 'imarah, terdiri dari banyak sekelompok yang dinamai bathn. Di bawah bathn terdapat sekian fakhdz hingga akhirnya sampai pada himpunan keluarga yang terkecil.
Allah menjelaskan bahwa Ia menciptakan manusia secara berkelompok-kelompok dari kata "menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku". Dari penjelasan tersebut dapat kita lihat pada kehidupan kita saat ini, dimana terdapat begitu banyak negara,bangsa, maupun suku-suku di dunia .Begitu halnya pada Negara kita ini dengan kependudukan ratusan juta manusia, pada satu Negara yaitu Indonesia. Yang memiliki begitu banyak kebudayaan serta suku-suku yang tersebar di seluruh penjuru NKRI. Dari sanalah terlihat jelas bahwasanya kita diciptakan secara berkelompok-kelompok dan berbeda-beda. Yang mana akan hal itu kita diperintahkan untuk dapat saling mengenal, sehingganya dapat saling membantu dan menjalankan tujuan dari penciptaan manusia dimuka bumi yaitu sebagai khalifah Allah swt, serta agar kita dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah swt.
Ciri-ciri Kelompok
Interaksi > Interaksi adalah individu satu dengan individu lain(mutual invluences) interaksi dapat berlangsung dengan secara fisik,non-ferbal,emosional. Yang merupakan salah satu sifat dari kehidupan kelompok.
tujuan (goals) > tujuan dapat bersifat intrinsic, seperti tergabung dalam kelompok yang memberikan rasa senang bagi individu. Namun juga dapat bersifat ekstrensik, yaitu bahwa untuk mencapai suatu tujuan tidak dapat dicapai secara sendiri, teteapi dapat dicapai dengan cara bersama. Ini merupakan tujuan bersama (common goals). Common goals merupakan yang paling kuat dan factor pemersatu kelompok.
Struktur > Kelompok mempunyai suatu struktur yang berarti adanya peran, norma dan hubungan antar anggota. Peran dari masing-masing anggota kelompok, berkaitan dengan posisi individu dalam kelompok. Peran dari masing-masing anggota kelompok akan tergantung pada posisi ataupun kemampuan individu masing-masing.
groupness > kelompok terdiri dari beberapa orang yang menjadi satu-kesatuan, karna itu kelompok merupakan suatu kesatuan, merupakan objek yang unified. Jadi satu anggota dengan yang lain tidak saling lepas, tetapi kelompok merupakan satu-kesatuan dari anggota.
Salah satu ciri kelompok yang menyatakan adanya interaksi, pernyataan tersebut telah disampaikan Allah swt dalam Surat Al-Hujurat ayat 13( sama dengan diatas), bagian surat yang berbunyi "supaya kamu saling kenal-mengenal".
Struktur Kelompok
Unsur-unsur dari struktur sosial yaitu :
Norma sosial adalah suatu aturan dan ekspektasi mengenai bagaimana anggota kelompok seharusnya dalam berprilaku.
Peran sosial adalah norm yang berlaku pada orang-orang dalam posisi tertentu, seperti partner hukum senior atau asisten administrasi.
Status sosial
Misalnya dalam sebuah organisasi formal seperti perusahaan software, pemilik akan menempati status tertinggi, gaji terbesar, dan juga punya otoritas terbesar untuk mengambil keputusan demi perusahaan itu.
Tujuan Kelompok
Tujuan mempunyai pengertian motivating power. Artinya suatu tujuan mendorong seseorang untuk mencapai tujuannya, demikian pula dalam kelompok. Ada hubungan yang positif antara motif dengan tujuan. Semakin jelas suatu tujuan, semakin kuat motif yang ada, demikian sebaliknya
Sebagai individu, seseorang akan terikat pada tujuan pribadinya dan tujuan kelompok mempunyai tempat tersendiri dalam kehidupan seseorang. Kurt Lewin menyatakan bahwa kelompok berbeda dengan individu. Kelompok sebagai suatu system tidak dapat dipandang hanya sebagai kumpulan individu. Dan dalam suatu kelompok selain ada tujuan kelompok, ada pula tujuan individu. Namun dalam kelompok yang bersifat kompetitif, disamping adanya tujuan individu, ada pula tujuan kelompok.
Tujuan Kelompok Dalam Pandangan Agama Islam
Pada dasarnya Allah swt telah menyatakan tujuan dari suatu kelompok dengan berfirman dalam surat yang sama yaitu Surat Al-Hujurat ayat 13, yang berbunyi:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌا ) لحجرات : 13(
Artinya :
"Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal."
Kata (تعارفؤا) ta'arafu berasal dari kata (عرف)'arafa yang berarti mengenal. Kata yang digunakan ayat ini adalah timbal balik, dengan demikian itu berarti saling mengenal. Semakin kuat pengenalan satu pihak pada pihak lainnya. Semakin terbuka peluang untuk saling memberi manfaat. Sebagai mana juga terdapat pada Hadist yang berbunyi:
عَنِ جابر، رَضِيَ الله عَنْهُمَا، قَالَ : قال رَسُولُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم: خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
Artinya: "Jabir radhiyallau 'anhuma bercerita bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia."
Perkenalan itu dibutuhkan selain dapat memberi manfaat juga agar dapat saling menarik pelajaran dan pengalaman pihak lain, guna meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt. Yang berdampak pada kedamaian dan kesejahteraan kehidupan duniawi dan kebahagiaan ukhrawi.
Dengan kita saling mengenal dan saling memberi manfaat dari sana lah kita dapat saling tolong-menolong, Allah berfirman dalam surat Al-Maidah ayat 2:
"Dan tolong menolonglah kalian dalam mengerjakan kebaikan dan taqwa. Dan jangan tolong menolong dalam perbuatan dosa dan pelanggaran dan bertaqwalah kalian kepada Allah amat berat siksaan-Nya."
Karna dengan tolong menolonglah kita dapat mengubah sunatullah, sebagai mana firman Allah swt dalam surat:
Ar-Rad ayat 11
لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ۗ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ ۚ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ
Artinya: "Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia"
Dan surat Al-Anfal ayat 53
ذَٰلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَىٰ قَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ۙ وَأَنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Artinya: "(Siksaan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan meubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu meubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".
Jenis-Jenis Dalam Kelompok
Jenis ( tipe ) kelompok itu sendiri sangat beragam. Karna keberagaman sulit dibuat satu penggolongan yang baku. Penggolongan jenis kelompok tergantung pada tujuan penggolongan itu sendiri yaitu:
Kelompok Formal: organisasi,militer,perusahaan,kantor
Kelompok non-formal : arisan, kel belajar,teman sepermainan
.Kelompok kecil: dua sahabat, keluarga, kelas.
Kelompok besar: divisi tentara, suku bangsa, bangsa.
Kelompok jangka pendek: panitia, penumpang sebuah kendaraan umum,
Kelompok jangka panjang: bangsa, keluarga, tentara, sekolah
Kelompok kohesif (hubungan erat antar anggota): keluarga, panitia, sahabat,
Kelompok tidak kohesif: penonton bioskop, pembaca majalah, jamaah shalat jumat
5.Kelompok agresif: mahasiswa tawuran, penumpang demonstran, pengunjuk rasa.
Kelompok konvensional(menaati peraturan): jamaah haji, jamaah shalat jumat,
6.Kelompok dengan identitas bersama: keluarga, kesatuan ABRI, perusahaan, sekolah, universitas.
Kelompok tanpa identitas bersama: penonton, jamaah, penumpang bus.
7.Kelompok individual-otonomus: masyarakat kota besar
Kelompok kolektif-relational:masyarakat pedesaan, keluargabesar. Kelompok ini mempunyai identitas kelompok yang kuat.
8.Kelompok yang berbudaya tunggal (adat, tata susila, agama, hukum atau norma lainnya seragam): masyarakat pedesaan tradisional,
Kelompok berbudaya majemuk: masyarakat perkotaan, parta politik, keluarga antar agama.
9.Kelompok laki-laki: tim sepak bola, pasukan komando, geng laki-laki, jamaah shalat jumat.
Kelompok perempuan: tim sepak bola perempuan, polisi wanita, himpunan wanita karya.
10.Kelompok konsumen: yayasan lembaga konsumen, persatuan penggemar mobil, Kelompok produsen, pengusaha atau profesi: asosiasi kayu,
11.Kelompok persahabatan: arisan, teman bermain, kumpulan sahabat
Kelompok yang telibat dalam tujuan bersama: perusahaan, yayasan, instansi pemerintah.
Macam-Macam Kelompok
Terdapat kelompok yang secara otomatis seseorang masuk kedalamnya, misalnya kelompok keluarga. Seseorang akan sendirinya masuk dalam kelompok keluarga yang bersangkutan, kelompok yang demikian disebut ascribed group, sedangkan kelompok atas dasar pemilihan seseorang disebut acquired group (Penner,1978)
Berkaitan dengan macamnya,kelompok dapat dibedakan atas :
Besar kecilnya kelompok atau ukuran kelompok,ada kelompok yang kecil dan ada kelompok yang besar. Menurut Shaw (1979) kelompok kecil : terdiri atas 20 orang atau kurang, walaupun dalam banyak penelitian lebih dipusatkan kepada anggota kelompok terdiri 5 atau kurang. Kelompok yang terdiri dari lebih 20 orang termasuk kelompok besar.
Tujuan : Orang-orang yang memiliki tujuan yang sama akan membentuk suatu kelompok sendiri, contoh : kelompok belajar
Value (nilai): orang yang mempunyai nilai sama, akan membentuk suatu kelomok,contoh : keagamaan
Duration (waktu lamanya): dalam hal ini, ada kelompok yang jangka waktunya pendek, contoh: kelompok belajar yang relatif pendek,bila tujuan tercapai kelompok tersebut akan bubar. Berbeda dengan kelompok keluarga yang relative cukup lama.
Scope of activities: misalnya, keluarga merupakan kelompok yang mengandung banyak aktivitas. Hal ini berbeda dengan kelompok belajar yang aktifitannya terbatas.
Minat: orang –orang yang mempunyai minat yang sama akan membentuk kelompok tersendiri, missalnya kelompok pemancing.
Daerah asal : orang-orang yang berasal dari daerah yang sama akan membentuk kelompok,misalnya : kelompok mahasiswa daerah Kabupaten.
Formalitas: terdapat kelompok yang formal, misalnya: kelompok dalam institusi dan informal,misalnya: kelompok orang yang jalan pagi.
Selain dari macam-macam kelompok diatas, terdapat macam-macam kelompok yaitu
Primer dan Sekunder :
Primer adalah kelompok yang mempunyai interaksi social yang cukup intensif,cukup akrab, hubungan antar anggota cukup baik. Menurut K.Young (1958:220-221)" sanagt intim, face to face group,bersifat koperatif dan interaksi berjalan secara langsung (direct interaction). Dan setiap anggota kelompok yang satu sering bertemu anggota kelompok yang lain, sehingga anggota kelompok saling mengenal dengan baik. Misalnya : keluarga, tetangga. Peran kelompok primer dalam perkembangan dan kehidupan individu baik sebagai makhluk individu, makhluk social, maupun makhluk religi sangatlah penting. Hubungan bersifat informal, subjektif, atas dasar perasaan dan kekeluargaan.
Sekunder adalah kelompok yang mempunyai interaksi yang kurang mendalam bila dibandingakn dengan kelompok primer. Hubungan antar anggota kurang mendalam yaitu hubungan yang merenggang, tidak seintensif primer. Hubungan yang lebih bersifat formal, objektif, atas dasar logis rasional, kurang bersifat kekeluargaan.
Jenis dan Macam Kelompok Dalam Pandangan Agama Islam
Dilihat dari segi Iman dan tidaknya, manusia terbagi menjadi tiga kelompok :
1) Mukmin, yaitu manusia yang meyakini makna Dua Kalimat Syahadat, melafalkannya dengan lisan, dan melakukan konsekuensi pelafalannya itu dengan anggota badan.
2) Munafiq, yaitu manusia yang sebenarnya di dalam hati dia tidakmeyakini makna Dua Kalimat Syahadat, namun dia mau melafalkannya dengan lisan. Dia ini layaknya serigala berbulu domba. Orang Kafir yang pura-pura Mukmin.
3) Kafir, yaitu manusia yang tidak meyakini, atau bahkan mengingkari makna Dua Kalimat Syahadat, dan juga tidak melafalkannya dengan lisan.
Dan pada penggolongan, umat muslim terbagi pada golongan:
Golongan Pertama : (zhâlim linafsihi)
Makna zhâlim linafsihi merupakan sebutan bagi orang-orang muslim yang berbuat taqshîr (kurang beramal) dalam sebagian kewajiban, ditambah dengan tindakan beberapa pelanggaran terhadap hal-hal yang diharamkan, termasuk dosa-dosa besar. Atau dengan kata lain, orang yang taat kepada Allâh Ta'ala, akan tetapi ia juga berbuat maksiat kepada-Nya. Karakter golongan ini tertuang dalam firman Allâh Ta'ala berikut:
Dan (ada pula) orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka, mereka mencampur baurkan perkerjaan yang baik dengan pekerjaan lain yang buruk.Mudah-mudahan Allah menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Qs. at-Taubah/9: 102)
Golongan Kedua: (al-muqtashid)
Orang-orang yang termasuk dalam istilah ini, ialah mereka yang taat kepada Allâh Ta'ala tanpa melakukan kemaksiatan, namun tidak menjalankan ibadah-ibadah sunnah untuk mendekatkan diri kepada Allâh Ta'ala. Juga diperuntukkan bagi orang yang telah mengerjakan perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan saja. Tidak lebih dari itu.[6] Atau dalam pengertian lain, orang-orang yang telah mengerjakan kewajiban-kewajiban, meninggalkan perbuatan haram, namun diselingi dengan meninggalkan sejumlah amalan sunnah dan melakukan perkara yang makruh.
Golongan Ketiga: (sâbiqun bil-khairât)
Kelompok ini berciri menjalankan kewajiban-kewajiban dari Allâh Ta'ala dan menjauhi muharramât (larangan-larangan). Selain itu, keistimewaan yang tidak lepas dari mereka adalah kemauan untuk menjalankan amalan-amalan ketaatan yang bukan wajib (sunnat) untuk mendekatkan diri mereka kepada Allâh Ta'ala. Atau mereka adalah orang-orang yang mengerjakan kewajiban-kewajiban, amalan-amalan sunnah lagi menjauhi dosa-dosa besar dan kecil.
Interaksi dan Norma Kelompok
Manusia sebagai makhluk social secara alami akan mengadakan hubungan atau interaksi dengan orang lain. Namun dalam perkembangan interaksi merupakan hal yang dipelajari, interaksi merupakan suatu proses. Oleh karna itu ada yang baik dalam interaksi seseorang, namun ada pula yang kurang baik. Hal demikian menunjukan bahwa interaksi merupakan suatu kemampuan yang dipelajari. Interaksi merupakan suatu keterampilan , sesuatu sebagai hasil belajarnya. Karna sebagai sesuatu hasil pembelajaran, interaksi tidak lepas dari suatu latihan dalam berinteraksi. Orang yang kurang dalam pelatihan interaksi maka dapat dipastikan kurang terampil dalam berinteraksi.
Menurut DeVito (1995) seseorang berinteraksi melalui beberapa tahapan, yaitu:
Tahapan Kontak
Dalam tahapan kontaka, dapat melalui penglihatan, pendengaran, atau pembauan. Dalam tahap ini seseorang dapat menggambarkan seseorang secara fisik, setelah itu kontakpun meningkat menjadi interactional contact. Tahap ini seseorang dapat melanjutkan interaksinya atau tidak. Apabila dilanjutkan orang tersebut masuk dalam tahapan involvement atau keterlibatan.
Tahap Keterlibatan
Tahap ini seseorang mulai mengadakan penjajahan lebih lanjut, missal menanyakan tentang pekerjaaan, tempat tinggal dan sebagainya. Seseorang dihadapkan pada tiga alternative, diputuskan, tetap, diteruskan. Apabila tetap maka akan menjadi persahabatan.
Tahap Keintiman
Dalam tahap keintiman, interaksinya lebih intens. Pada umumnya, ada komitmen interpersonal, diamana keduanya komit satu dengan yang lain dan bersiafat privacy. Kemudian, hubungan dapat berlanjut kesocial bonding. Komitmen menjadi bersifat terbuka, missal pada orang tuanya, temannya, saudaranya. Pada tahap ini seseorang dapat bertahap atau memutuskan hubungan (exit),atau meneruskan pada tahap selanjutnya, yaitu jenjang pernikahan. Seseorang diharapkan untuk dapat bertahan, namun ada kemungkinan keluar dari tahapan(exit) berarti perceraian.
Dengan terbentuknya kelompok, maka akan terbentuk pula norma berinteraksi berinteraksi dalam kelompok. Norma kelompok adalah pedoman yang mengatur prilaku, perbuatan,interaksi antar anggota kelompok. Karna norma tersebut berada dan berlaku dalam kelompok, norma tersebutlah norma dari kelompok yang bersangkutan disebut group norms.
Norma kelompok bersifat tidak tetap, dalam artian bahwa norma kelompok itu dapat berubah sesuai dengan keadaan yang dihadapi oleh kelompok. Sesuai dengan perkembangan keadaan kemungkinan norma kelompok akan berubah, sehingganya norma yang dulu berlaku,kemudian tidak diberlakukan lagi.
Norma Interaksi Kelompok Dalam Pandangan Agama Islam
Dalam berinteraksi Allah swt, berfirman pada surat Al-Hujurat ayat 11, berbunyi:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ ۖ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ ۚ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim."
Dari ayat tersebut jelas, bahwasanya Allah swt memperingati kita untuk dapat menjaga suatu hubungan atau interaksi baik itu dalam interaksi antar individu maupun antar kelompok. Seseorang atau sekelompok yang melakukan suatu tindakan yang tidak baik pada orang atau kelompok lain, belum tentu mereka yang berbuat tidak baik, lebih baik dari pada mereka yang diperlakukan tidak baik. Seperti ayat tersebut yang mengambil contoh dalam masalah perolo-olokan, "janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok)".
FANATISME
Fanatisme berasal dari bahasa latin yaitu "fanaticus" yang dalam bahasa inggris yang berarti fanatic yang artinya gila-gilaan atau mabuk. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa fanatic bisa diartikan dengan sikap seseorang yang melakukan atau mencintai sesuatu secara serius dan sungguh-sungguh. Secara psikologi seseorang yang fanatic biasanya tidak mampu memahami apa yang ada diluar dirinya, tidak paham terhadap masalah orang lain atau kelompok lain. Maksudnya disini adalah dia hanya bisa memahami apa yang dia yakini.
Dapat kita perhatikan apa yang ada pada saat itu begitu banyak munculnya berbagai organisasi Islam dalam mengusung dakwah dan amar ma'ruf nahi munkar memang sangat menggembirakan bagi kita. Semua ormas Islam tersebut akan berdampak positif dalam mengajak ummat pada Islam. Akan tetapi juga ada dampak negatifnya yang timbul yaitu sikap fanatik terhadap organisasinya dan merasa benar sendiri tanpa melihat kebenaran kelompok lain. Sikap fanatik atau disebut juga ashobiyah ini memiliki dampak yang sangat berbahaya. Yaitu menolak kebenaran yang datang dari organisasi atau kelompok lain padahal sesuai dengan syari'at Islam. Sikap menolak kebenaran inilah yang diancam oleh nabi sallahu 'alaihi wasallam dalam hadistnya:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ ». قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً. قَالَ « إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ »
Dari Abdullah bin Mas'ud dari Nabi swt bersabda : tidak akan masuk jannah seseorang yang terdapat dalam hatinya seberat biji sawi dari kesombongan. Berkata ( para sahabat ) bagaimana jika seseorang senang dengan pakain dan sendal yang bagus ?. bersabda : sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan, sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan seseorang. [ HR. Muslim ].
Imam An Nawawi dalam syarkhul muslim menjelaskan, yang dimaksud menolak kebenaran adalah menolak dan mengingkari kebenaran karena merasa tinggi. Artinya ia dan organisasinya merasa tinggi dan tidak pantas mengikuti kebenaran tersebut karena dibawa oleh para anak-anak muda atau orang-orang yang lemah dari segi status sosial. Inilah yang disebut sombong. Pengertian ashiyah atau fanatik kelompok Ashobiyah diartikan sebagai sikap yang fanatik secara berlebihan kepada kelompoknya, yang kalau dahulu barangkali kepada kabilahnya, sukunya, atau jika sekarang ini antara organisasinya, alirannya, atau mungkin harakahnya. Tidak ada satupun yang lebih berbahaya bagi da'wah Islamiyah dewasa ini ketimbang Fanatisme Hizbiyah (Fanatik Golongan). Ia merupakan penyakit berbahaya yang bakal mencerai-beraikan ukhuwah Islamiyah. Ia pasti akan memutuskan ikatan-ikatan kuat tali ukhuwah, dan akhirnya akan mengotori kesuciannya. Apabila seorang di antara anggota kelompok ini anda beri peringatan karena suatu kesalahan atau berfikirnya menyimpang (munharif), maka ia akan segera memberikan pembelaan-pembelaan dengan dalih : "Ini hanyalah kekeliruan, tetapi tidak merusak prinsip".
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Al-Qur'anul Karim
Ahmadi Abu, Psikologi Sosial, Jakarta : Rineka Cipta, 2002.
Ancok Djamaludin, Integrasi Psikologi Dengan Islam, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005.
Deliani Nurfarida, Psikologi Sosial, The Minang Kabau Foundation, Jakarta, 2005.
Shelley Taylor, Psikologi Sosial, Edisi Kedua Belas, Jakarta : Kencana, 2009.
Shihab M Quraish, Tafsir Al-Mishbah, Tangerang : Lentera Hati, 2007.
Walgito Bimo, Psikologi Sosial (suatu pengantar), Yogyakarta : Andi Offset, 2003.
Walgito Bimo, Psikologi Kelompok, Yogyakarta : Andi Offset, 2008.
Wirawan Sarlito, Psikologi Sosial, Jakarta : Balai Pustaka, 2005.
XII. INTERGRASI PSIKOLOGI SOSIAL DENGAN AJARAN ISLAM (INFORMASI AL – QUR'AN TENTANG LINGKUNGAN)
PETA KONSEP
PEMBAHASAN
LINGKUNGAN
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang "Pengelolaan Lingkungan Hidup", menyebutkan pengertian lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain (Pasal 1 ayat 1). Lingkungan atau sering juga disebut lingkungan hidup adalah jumlah semua benda hidup dan benda mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam ruang yang kita tempati.
Dari perspektif psikologi, lingkungan berkaitan erat dengan proses belajar. Proses ini menunjuk pada efek kumulatif dari respon-respon individu terhadap ransangan lingkungan yang dihadapi oleh individu sepanjang hidupnya. Praktek pengasuhan anak, pendidikan di sekolah serta hubungan antarpribadi merupakan bagian-bagian utama dari lingkungan dalam artian ini. Hal ini menitikberatkan pada interaksi manusia dengan aspek-aspek tertentu dari "lingkungan fisik" termasuk lingkungan alami maupun lingkungan buatan.
Yang disebut lingkungan sosial adalah segala faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan pribadi manusia, yang berasal dari luar diri pribadi.
Secara konsepsional, lingkungan sosial mencakup unsur-unsur sebagai berikut :
Proses Sosial
Proses sosial sebanarnya merupakan inti dinamika lingkungan sosial. Inti proses sosial adalah interaksi sosial, yang merupakan proses hubungan timbal balik antar pribadi, antar kelompok dan antar pribadi dengan kelompok. Proses sosial itu sendiri mencakup hubungan antara berbagai bidang kehidupan manusia, seperti misalnya, bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahan-keamanan dan hukum.
Struktur Sosial
Struktur sosial menjadi landasan lingkungan sosial, oleh karena mencakup aspek-aspek sosial yang pokok. Aspek-aspek itu merupakan abstraksi proses sosial. Aspek-aspek tersebut sebagai berikut :
Kelompok sosial
Kebudayaan
Stratifikasi sosial
Kekuasaan dan wewenang
Kaitan antara aspek-aspek diatas merupakan landasan pokok lingkungan sosial karena menjadi syarat mutlak integrasi lingkungan sosial.
Sudah tentu, bahwa setiap struktur sosial akan mengalami perubahan pada saat tertentu. Biasanya hal ini disebabkan oleh perkembangan kebutuhan yang ada, terutama kebutuhan-kebutuhan dasar manusia, yang terdiri dari :
Kebutuhan akan sandang, pangan dan papan
Kebutuhan akan keselamatan jiwa dan harta benda
Kebutuhan akan harga diri
Kebutuhan akan pengembangan potensi diri
Kebutuhan akan kasih sayang
Sebagaimana dikatakan diatas, maka inti dinamika lingkungan sosial adalah proses sosial,yang selanjutnya berintikan interaksi sosial.
Secara sosiologi, lingkungan sosial mencakup lingkup yang sangat luas, oleh karena berintikan pada lingkungan sosial. Lingkungan sosial merupakan faktor penting dalam pembentukan kepribadian seseorang.
Lingkungan pendidikan formal, yakni sekolah, sangat mempengaruhi pola hidup anak-anak. Sebab, kelompok sepermainan biasanya tumbuh dilembaga-lembaga pendidikan formal tersebut. Selain dari itu mutu sekolah dan guru-gurunya juga mempengaruhi perkembangan kepribadian anak-anak. Pola hidup yang berkembang di sekolah dewasa ini terutama memberikan tekanan pada materialisme, kemudian dibawa kerumah.
Lingkungan pekerjaan membentuk sebagian kepribadian suami dan istri (ayah dan ibu). Para suami yang menjadi pegawai negeri, anggota ABRI atau wiraswasta, rata-rata membawa pola hidup pekerjaannya kerumah. Bagi istri yang tidak bekerja, pola hidup pekerjaan suami akan sangat mempengaruhinya. Akan tetapi kalau istri bekerja juga dilain bidang maka akan ada kemungkinan terjadi dualisme dalam keluarga apabila tidak ada penyerasian.
PENGARUH TIMBAL BALIK ANTARA LINGKUNGAN DENGAN MANUSIA
B.F Skinner, tokoh utama aliran behaviorisme dalam teorinya menjelaskan bahwa, manusia sangat ditentukan oleh lingkungannya. Manusia berperilaku adalah disebabkan oleh lingkungan dan juga bertujuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Pendukung aliran behaviorisme memandang bahwa manusia itu ketika dilahirkan tidak mempunyai kecendrungan baik maupun jahat. Teori seperti ini yang kemudian disebut dengan "Teori Tabula Rasa", lingkunganlah yang memainkan peranan dalam membentuk kepribadiannya. Menurut Skinner, "lingkungan menentukan kehidupan manusia ketika manusia ini melibatkan dirinya dengan lingkungan sekitar". Agama sebagaimana aspek-aspek lain dari tingkah laku manusia dapat diwujudkan ke dalam terma-terma mengenai faktor-faktor lingkungan sekitar. Periode yang panjang memberikan kemungkinan orangtuanya memberikan pengaruh yang sangat besar bagi putra-putrinya.
BENTUK-BENTUK LINGKUNGAN
Sejak individu lahir ke dunia, individu secara langsung berhadapan dengan lingkungan yang ada di sekitarnya. Lingkungan yang dihadapi individu, pada pokoknya dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik Yaitu lingkungan yang berupa alam di sekitar kita yang meliputi tumbuh-tumbuhan, hewan, keadaan tanah, keadaan musim, rumah, jenis makanan, benda gas, cair, padat dan lain-lain. Lingkungan alam yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda pula kepada individu. Misalnya, daerah pengunungan akan memberikan pengaruh yang lain bila dibandingkan dengan daerah pantai. Begitupun dengan daerah yang mempunyai musim dingin akan memberikan pengaruh yang berbeda dengan daerah yang mempunyai musim panas.
Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial yaitu lingkungan yang di dalamnya terdapat interaksi individu satu dengan individu lain. Keadaan masyarakat pun akan memberikan pengaruh tertentu terhadap perkembangan individu. Lingkungan sosial ini biasanya dibedakan menjadi :
Lingkungan Sosial Primer
Lingkungan sosial primer yaitu lingkungan sosial di mana terdapat hubungan yang erat antara anggota satu dengan anggota lain, anggota satu saling kenal mengenal dengan baik dengan anggota lain.
Lingkungan Sosial Sekunder
Yaitu lingkungan sosial yang mana hubungan anggota satu dengan anggota lain agak longgar.
Lingkungan Budaya
Yaitu sesuatu yang dihasilkan oleh manusia, baik yang berupa kebendaan maupun yang spiritual, misalnya masjid, gereja, sekolah, ilmu pengetahuan, nilai-nilai dan sebagainya.
Taylor mengemukakan bahwa :
Lingkungan kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, moral, adat istiadat, serta kemampuan dan kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat".
Lingkungan Dalam
Sertain, mengemukakan sebagian dikutip oleh M. Ngalim Purwanto, bahwa lingkungan dalam adalah segala sesuatu yang tarmasuk lingkungan luar/alam, berupa makanan dan air yang telah berada di dalam pembuluh-pembuluh darah atau di dalam cairan limpa. Mereka saling mempengaruhi tiap-tiap sel di dalam tubuh.
Lingkungan Spiritual
Yaitu lingkungan yang berupa agama, keyakinan yang dianut masyarakat di sekitarnya, dan ide-ide yang muncul dalam masyarakat di mana anak hidup.
BEBERAPA BENTUK PERSOALAN LINGKUNGAN
Beberapa persoalan lingkungan yang kerap kali disoroti adalah polusi air dan udara serta menyusutnya sumber-sumber alam, hingga pada desain perkantoran, ruang rumah sakit dan tempat atau lapangan untuk bermain.
Masalah yang secara nyata dikaji oleh para ahli psikologi lingkungan beraneka ragam dan dapat kita identifikasikan dengan jelas. Kita bisa membedakan antara riset mengenai efek-efek dari faktor lingkungan terhadap tingkah laku dan riset mengenai efek tingkah laku manusia terhadap lingkungannya. Jenis riset yang kedua ini berkenaan dengan hal-hal yang diperbuat manusia, misalnya buang sampah, menimbulkan kebakaran hutan dan membuang sisa-sisa bahan bakar. Tujuan yang praktis adalah mengupayakan cara-cara bagaimana mengubah tingkah laku demikian pada manusia.
Ada dua hal utama dalam psikologi lingkungan, yaitu dampak kebisingan dan kepadatan terhadap perilaku manusia, sbb :
Kebisingan
Suatu hal yang logis bila kita lebih menyukai kedamaian dibandingkan dengan keramaian. Kebisingan yang dihadapi manusia untuk jangka waktu pendek hanya akan berdampak sementara, namun yang lebih dikhawatirkan adalah hidup dari hari kehari yang penuh dengan kebisingan kronis dapat menimbulkan dampak yang serius dan berkepanjangan. Kerasnya suara tidak begitu penting bila dibandingkan dengan daya ramal. Kebisingan yang tidak dapat diramalkan jauh lebih mengganggu daripada kebisingan yang dapat diramalkan.
Kepadatan Manusia
Kepadatan mengacu kepada perasaan subjektif bahwa terlalu banyak orang berdesakan dalam suatu tempat. Kebisingan hanya merupakan sebagian fungsi kepadatan penduduk, yang mengandung arti jumlah manusia dalam suatu daerah tertentu. Kepadatan jumlah penduduk luar (jumlah orang dalam setiap kilometer persegi) tampaknya tidak sangat menimbulkan dampak negatif. Kepadatan dalam (jumlah orang dalam satu rumah) terbukti berkaitan dengan penyakit sosial dalam beberapa telaah penelitian. Kehidupan yang berkepadatan tinggi tampaknya paling mungkin menimbulkan masalah bila hal itu menyebabkan adanya perasaan tidak berdaya dalam mengendalikan jumlah dan kualitas interaksi sosial.
PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERILAKU DARI PERSPEKTIF KAJIAN KEISLAMAN
Pada era ini kuatnya pengaruh lingkungan terhadap pembentukan perilaku manusia diakui oleh semua orang. Dunia pendidikan mengenal tiga lingkaran pendidikan, yaitu rumah tangga, sekolah dan lingkungan masyarakat. Bagi anak yang lingkungan keluarganya tidak sehat, maka sepenuhnya anak itu akan dibentuk oleh lingkungan masyarakatnya dibanding oleh sekolahnya. Sebuah penelitian psikologi menunjukkan bahwa , 83% perilaku manusia, dipengaruhi oleh apa yang dilihat, 11% oleh apa yang didengar dan sisanya oleh berbagai stimulus campuran. Dari penelitian ini dapat dipahami bahwa perilaku anak-anak dan remaja akan lebih terbentuk oleh televisi dan realitas perilkau masyarakat dibanding oleh nasehat orangtua atau gurunya, apalagi jika nasehat itu bertentangan dengan apa yang dilihat dalam kenyataan masyarakat luas. Hanya anak-anak yang sejak dini telah dapat dibentuk perilakunya melalui pendidikan keluarga, yang dapat selektif menyerap pengaruh lingkungan.
Sebagaimana ulama memandang bahwa pembentukan perilaku manusia itu cukuplah hingga anak itu mancapai usia baligh (sekitar usia 15 tahun). Setelah itu biarlah ia merespon sendiri terhadap lingkungan, sementara masyarakat umum dewasa ini justru banyak yang mengeluh tentang perilaku anaknya yang menginjak remaja (15-18). Pandangan ulama itu merujuk pada pendidikan konservatif keluarga yang justru sangat efektif dalam membentuk perilaku. Pendidikan ini dimulai justru semenjak anak dalam kandungan (pra natalia education). Ketika bayi dalam kandungan, psikologi ibunya dijaga ketat agar jangan mengalami kesedihan, dan dijaga dari mengkonsumsi dari barang yang tidak halal, sementara ayahnya banyak berdo'a kepada Tuhan dan melakukan kebaikan yang diniatkan supaya menurun menjadi kelakuan anaknya yang masih dalam kandungan. Setelah lahir, bayi yang baru lahir dalam keadaan fitrah itu langsung dididik spiritualnya dengan akidah, yakni dengan diazani. Selanjutnya, sejak bayi hingga remaja, anak itu dibentuk secara ketat oleh lingkungan keluarga, dengan menghadirkan secara optimal fungsi psikologis ibu sebagai gerbang kasih sayang (rahim) dan fungsi psikologis ayah sebagai idola yang mumpuni (gagah, hebat, dan serba bisa). Jika seorang anak beruntung memperoleh pembentukan pribadi dalam keluarga seperti itu maka pada usia akil baligh ia sudah siap berjalan sendiri menjelajahi lingkungan masyarakat luas tampa takut larut didalamnya (dengan merantau atau sekolah jauh dari orangtua), karena benteng perilaku yang terbentuk dalam pendidikan keluarga itu akan dengan sendirinya menolak pengaruh lingkungan yang negatif. Dalam perantauan jauh dari pengawasan orangtua itu sang anak tetap merasa diayomi oleh kelembutan kasih sayang ibunya dan tetap merasa dipacu menggapai cita-cita oleh keidolaan ayahnya.
Jadi lingkungan yang sangat efektif membentuk perilaku manusia adalah lingkungan psikologis, sementara lingkungan fisik sangat besar pengaruhnya pada anak yang kurang memperoleh pendidikan keluarga.
Islam merupakan agama yang sangat memperhatikan lingkungan (eco-friendly) dan keberlanjutan kehidupan di dunia. Banyak ayat al-Qur'an dan Hadist yang menjelaskan, menganjurkan bahkan mewajibkan setiap manusia untuk menjaga kelangsungan kehidupannya dan kehidupan makhluk lain di bumi, walaupun dalam situasi yang sudah kritis. Ayat yang berkaitan dengan alam dan lingkungan (fisik dan sosial) ini dalam al-Qur'an bahkan jauh lebih banyak dibandingkan dengan ayat-ayat yang berkaitan dengan ibadah khusus (mahdhoh). Dalam Islam, ada beberapa pilar yang menjadi bangunan dasar pengelolaan lingkungan yaitu Tauhid, khilafah, amanah, adil dan istishlah. Dan dua rambu yaitu halal dan haram.
Bangunan dasar pengelolaan lingkungan ini seharusnya menjadikan orang Islam dapat memahami bahwa ketika mereka melakukan keputusan atau kebijakan dalam lingkungan maka berarti mereka sedang menjalankan pengesaan Tuhan yang mengandung arti bahwa mereka sedang melakukan totalitas peribadatan kepada satu-satunya Tuhan yang telah menciptakan alam semesta ini sehingga jika mereka membuat kebijakan atau keputusan yang merusak lingkungan maka berarti manusia telah melakukan perbuatan yang berdosa karena melanggar perintah Tuhan.
Informasi Dari Al-Qur'an Tentang Lingkungan
Ayat-ayat al-qur'an tantang lingkungan
19. Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran.
20. dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezki kepadanya.
21. dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.
22. dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya. (Q.S Al-Hijr : 19-22).
22. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui. (Al-Baqarah : 22).
Ayat-ayat al-qur'an tentang pengelolaan lingkungan
30. ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Allah berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Al-Baqarah : 30)
Ayat diatas menggambarkan mengenai amanat besar yang diemban manusia ketika mereka dijadikan Tuhan sebagai wakil-Nya dimuka bumi (Khalifah). Mereka harus bisa membuktikan bahwa kekhawatiran malaikat bahwa manusia akan merusak bumi adalah salah. Dan ketika manusia membaca kembali perintah-perintah Allah yang mengharuskannya mengelola alam dengan baik maka berita-berita bencana alam yang diakibatkan karena rusaknya lingkungan oleh tangan manusia yang sering terdengar belakangan ini akan berkurang. Dengan nilai-nilai diatas, maka organisasi keagamaan sebagai bentuk pengaruh luar yang dapat menekan individu seharusnya dapat memastikan bahwa setiap anggotanya memahami nilai-nilai ini.
56. dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. (Al-A'raaf : 56)
Ayat-ayat al-qur'an tentang kerusakan lingkungan
183. dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan; (Al-Syuaraa' : 183)
Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum. Dan kembali ditemukan keselarasan pemahaman antara nilai yang dianut dalam aspek legal dalam Undang-undang dengan aspek moral didalam Alquran.
204. dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, Padahal ia adalah penantang yang paling keras. (Al-Baqarah : 204)
Dari pengertian ayat al-Qur'an tersebut diatas menunjukkan bahwa Islam sangat memperhatikan lingkungan, konsep islam sangat jelas dalam hal memelihara lingkungan adalah kewajiban yang bernilai ibadah, dan sudah banyak konsep yang menerangkan tentang hal tersebut, kini saatnya umat islam mengamalkan atau mempraktekkan konsep-konsep tersebut.
Selain menjadikan sikap diatas menjadi bagian ibadah. Islam juga memberikan kecaman terhadap para perusak lingkungan seperti termaktub pada ayat berikut ini :
41. telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (Q.S Al-Rum : 41)
Ayat tersebut diatas menjelaskan bahwa kerusakan yang kita rasakan saat ini baik di darat maupun dilaut merupakan akibat dari kegiatan, aktivitas atau kebijakan manusia yang tidak mengindahkan pada keberlangsungan kehidupan.
Makna ayd pada ayat tersebut diatas jamak/plural dari yad yang berarti: tangan, kemampuan dan juga kekuasaan. Jika kita maknai dengan tangan berarti kerusakan yang terjadi akibat dari perbuatan manusia melakukan kerusakan dengan menggunakan tangannya hal ini bisa dikategorikan oleh rakyat atau masyarakat. Jika kita maknai dengan kemampuan berarti kerusakan yang terjadi akibat dari perbuatan seorang atau sekelompok orang yang memiliki kemampuan untuk mengeksploitasi kekayaan alam tanpa memperhatikan keseimbangan ekosistem dan hanya bertujuan pada keuntungan materi semata, ini bisa dikategorikan sebagai koorporasi. Adapun makna ayd yang ketiga yaitu kekuasaan, yang berarti kerusakan yang terjadi akibat dari kebijakan, per-undang-undangan atau regulasi yang kurang menyentuh pada kesejahteraan umat atau rakyatnya, dan lebih bertujuan pada nilai ekonomi semata tanpa memperhatikan dampak atau akibat yang ditimbulkan.
Manusia telah diperingatkan Allah SWT dan Rasul-Nya agar jangan melakukan kerusakan di bumi, akan tetapi manusia mengingkarinya. Allah SWT berfirman : "Dan bila dikatakan kepada mereka: "Janganlah membuat kerusakan di muka bumi", mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan." (QS. 2 : 11). Keingkaran mereka disebabkan karena keserakahan mereka dan mereka mengingkari petunjuk Allah SWT dalam mengelola bumi ini. Sehingga terjadilah bencana alam dan kerusakan di bumi karena ulah tangan manusia. Allah SWT berfirman:
"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)". Katakanlah : "Adakan perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)." (QS. Ar-rum : 41-42).
Dengan banyaknya perintah Tuhan dalam al-Qur'an yang mewajibkan umat Islam untuk menjaga kelestarian lingkungan dan menjauhi perilaku yang merusak lingkungan, hal ini merupakan bagian dari menjalankan hukum Allah dan menjadi nilai yang dianut dalam gelanggang yang bernama Agama Islam.
Informasi Dari Hadits Tentang Lingkungan
Hadits mengenai pengaruh lingkungan terhadap perilaku
Mengenai bagaimana lingkungan mempengaruhi perilaku individu, bukti yang terkenal berkaitan dengan hal ini adalah hadits dimana Rasulullah SAW mengatakan bagaimana orangtua mempengaruhi agama, moral, dan psikologi umum dari sosialisasi dan perkembangan anak-anak mereka. Hadits ini merupakan bukti tekstual yang paling terkenal dari pengaruh lingkungan terhadap seseorang. Haditsnya berbunyi :
عن ا بي هر ير ة ر ضي ا لله عنه ا نه كا ن يقو ل : قا ل ر سو ل ا لله صلي ا لله عليه و سلم : ما من مو لو د الا يؤ لد على ا لفطرة, فأ بو ا ه يهو د ا نه, و ينصر ا نه, و يمجسا نه, كما تنتج ا لبهيمة بهيمة جمعا ء هل تهسو ن فيها من جد عا ء؟ ثم يقو ل أ بو هر ير ة : وا قر ْ و ا إ ن شْتم (فطر ة ا لله ا لتي فطر ا انا س عليه لا تبد يل لخلق ا لله) الا ية.
Dari abu Hurairah RA, dia berkata, "Rasullullah SAW telah bersabda, 'Seorang bayi tidak dilahirkan {kedunia ini} melainkan ia berada dalam kesucian {fitrah}. Kemudian kedua orang tuanyalah yang akan membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi sebagaimana hewan yang dilahirkan dalam keadaan selamat tanpa cacat. Maka, apakah kalian merasakan adanya cacat?
Lalu Abu Hurairah berkata, "apabila kalian mau, maka bacalah firman Allah SWT yang berbunyi: '...tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrahnya itu. Tidak ada perubahan atas fitrah Allah.' Qs. Ar-ruum (30): 30). {Muslim 8/52}.
Asbab al-Wurud Hadits
Sebagaimana terdapat dalam riwayat Imam Ahmad, Darimi, Nasa'i, Ibn Juraij, Ibn Hibban, Thabrani dalam al-Kabir dan al-Hakim dari Aswad bin Suwaid ra, sebab dari hadits tersebut muncul adalah suatu ketika Rasulullah di hasud untuk mengistimewakan satu kelompok terhadap yang lainnya, orang tersebut berusaha membunuh orang-orang pada hari itu. Peristiwa tersebut kemudian sampai kepada Rasulullah saw. beliau bersabda, bagaimana keadaan yang membuat kalian menimbang untuk membunuh pada hari itu sampai anak-anakpun dibunuh. Laki-laki tersebut menjawab, wahai Rasulullah sesungguhnya anak-anak mereka adalah orang-orang musyrik. Beliau bersabda, ingatlah, jangan bunuh anak-anak, kemudian beliau juga bersabda, setiap bayi lahir dalam keadaan suci, orangtuanyalah yang mempengaruhinya menjadi Yahudi, Nashrani, atau Majusi sebagaimana ia tumbuh dan berkembang sampai jadi kakek-kakek.
Dalam hadits lain, Nabi Muhammad SAW menunjukkan bagaimana teman dapat mempengaruhi seluruh perilaku, karakter dan perbuatan seseorang dengan memberikan perumpamaan, Nabi Muhammad SAW bersabda :
"Persamaan teman yang baik dan teman yang buruk seperti pedagang minyak kesturi dan peniup api tukang besi. Si pedagang minyak kesturi mungkin akan memberinya padamu, atau engkau membeli kepadanya atau setidaknya engkau dapat memperoleh bau yang harum darinya, tapi si peniup api tukang besi mungkin akan membuat pakaianmu terbakar, atau kamu akan mendapatkan bau yang tidak sedap dari padanya." (HR Bukhari)
Dari hadits di atas dapat kita lihat bahwa Nabi Muhammad SAW mengingatkan kita bagaimana persahabatan yang baik dapat mempengaruhi karakter seseorang menjadi baik dan bagaimana teman yang jahat dapat membuat orang melakukan hal yang buruk. Dengan demikian, lingkungan dapat mempengaruhi keseluruhan perkembangan psikologi seseorang, termasuk tentunya perkembangan kognitif.
Hadits mengenai anjuran memelihara lingkungan
Berkaitan dengan pemeliharaan lingkungan, Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita tentang beberapa hal, diantaranya agar melakukan penghijauan, melestarikan kekayaan hewani dan hayati, dan lain sebagainya, haditsnya sebagai berikut :
"Barangsiapa yang memotong pohon Sidrah maka Allah akan meluruskan kepalanya tepat ke dalam neraka." (HR. Abu Daud dalam Sunannya).
"Barangsiapa di antara orang Islam yang menanam tanaman maka hasil tanamannya yang dimakan akan menjadi sedekahnya, dan hasil tanaman yang dicuri akan menjadi sedekah. Dan barangsiapa yang merusak tanamannya, maka akan menjadi sedekahnya sampai hari Kiamat." (HR. Muslim)
PENUTUP
Kesimpulan
Lingkungan dan berbagai permasalahannya yang terjadi dewasa ini tidak terlepas dari peran manusia didalamnya. Peranan ini bisa berupa peran kebaikan seperti pelestarian lingkungan maupun peran keburukan seperti perusakan lingkungan. Agama melalui kitab sucinya memberikan petunjuk-petunjuk Ketuhanan yang merupakan salah satu bentuk kontrol moral bagi manusia dalam menjalani peranannya di muka bumi. Dan Alquran adalah kitab suci umat Islam. Didalam Alquran banyak terdapat ayat-ayat yang membahas mengenai lingkungan, pengelolaan lingkungan, dampak kerusakan lingkungan yang bisa menjadi petunjuk bagi manusia untuk menjalankan tugas dan perannya bagi lingkungan, begitu juga denga hadits Rasulullah SAW. Pentingnya memperhatikan lingkungan karena ia dapat mempengaruhi kepribadian dan tingkah laku kita yang berada dalam suatu lingkungan tersebut.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Al-Qur'an Al-Karim.
Al-Albani, Muhammad Nashiruddin, Mukhtasar Shahih Muslim, Pustaka Azzam : Jakarta, 2008.
Anastasi, Anne, Bidang-bidang Psikologi Terapan, Rajawali : Jakarta, 1989.
Atkinson, Rita L., Pengantar Psikologi, Erlangga : Jakarta, 1983.
Baharuddin, Aktualisasi Psikologi Islam, Pustaka Pelajar. 2008.
Halim, DK, Psikologi Lingkungan Perkotaan, Bumi Aksara : Jakarta, 2008.
Mubarok, Achmad, Akhlak Mulia, GMPAM-YPC-WAP : Jakarta, 2009.
Purwakania, Aliyah B., Psikologi Perkembangan Islami, Gajah Mada Press : Jakarta
Soekanto, Soerjono, Sosiologi Keluarga, Rineka Cipta : Jakarta, 2004.
Di poskan oleh Muhammad Zainal Abidin, pada 21 Juni 2011. (di akses oleh penulis pada Tanggal 19 Maret 2014, jam 09.45).
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29937/3/Chapter%20II.pdf, di akses 19 Maret 2014, jam 09.37.
XIII. INTERGRASI PSIKOLOGI SOSIAL DENGAN AJARAN ISLAM (INFORMASI AL – QUR'AN TENTANG PRASANGKA)
PETA KONSEP
Pengertian prasangka
Bentuk-Bentuk prasangka: kompleks
Propaganda
Desas-desus
Faktor-faktor prasangka: perspektif histori
Perspektif sosial kultural
Perspektif kepribadian
Perspektif fenomenologis
Konsekwuensi prasangka
Larangan Prasangka Dalam Islam
PEMBAHASAN
XIII. INTERGRASI PSIKOLOGI SOSIAL DENGAN AJARAN ISLAM (INFORMASI AL – QUR'AN TENTANG PRASANGKA)
A. BENTUK PRASANGKA
Prasangka atau prejudice berasal dari kata Latin Prejudicium, yang pengertiannya sekarang mengalami perkembangan sebagai berikut (Soelaeman, 1987) :
Semula diartikan sebagai suatu preseden, artinya keputusan diambil atas dasar pengalaman yang lalu.
Dalam bahasa inggris mengandung arti pengambilan keputusan tanpa penelitian dan pertimbangan yang cermat, tergesa-gesa, atau tidak matang.
Untuk mengatakan prasangka dipersyaratkan pelibatan unsure emosional (suka tidak suka) dalam keputusan yang telah diambil tersebut.
Secara harfiah prasangka dapat diberi arti atau diberi pandangan dengan prapendapat, anggapan dasar, purbasangka, pendapat pendahuluan.
Prasangka menurut Sherif &Sherif (1969, dalam Koeswara, 1988) adalah " suatu istilah yang menunjuk pada sikap yang tidak menyenangkan (unfavourable attude) yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok terhadap kelompok lain berikut anggota-anggotanya yang didasarkan atas norma-norma yang mengatur perlakuan terhadap orang diluar kelompoknya.
Prasangka bisa juga di pahami sebagai penilaian pendahuluan terhadap sesuatu
(Garner, 1940) yang boleh jadi bersifat positif maupun negative (Nelson, 2002).
Menurut Baron dan Byrne (1997), prasangka adalah salah satu bentuk sikap yang umumnya bersifat negative terhadap anggota dari suatu kelompok social. Sebagi mana sikap menurut pandangan three-componem, prasangkapun terdiri dari aspek kognitif, afektif, dan kecendrungan berprilaku.
Menurut Nelson (2002) kita cendrung membangun ikatan yang kuat dengan kelompok sendiri, dan menaruh kecurigaan dan penolakan terhadap kelompok lain.
Dalam firman Allah surat al-Mu'minun ayat 53 dan Ar-Ruum ayat 32
53. Kemudian mereka (pengikut-pengikut Rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing).
32. Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka[1169] dan mereka menjadi beberapa golongan. tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.
[1169] Maksudnya: meninggalkan agama tauhid dan menganut pelbagai kepercayaan menurut hawa nafsu mereka.
Jadi, tampak bahwa sikap dan perilaku kita terhadap orang lain dipengaruhi oleh identitas social kita dan identitas orang lain. Kita menilai positif ataupun negative terhadap orang lain sering kali berkaitan dengan identitas social kita dan identitas orang lain. Sikap kita pada orang lain berdasarkan identitas sosialnya disebut dengan prasangka.
B. Bentuk-Bentuk Prasangka
Kompleks
Kompleks sebenarnya suatu objek jiwa yang tidak disadari, tetapi merupakan faktor yang penting untuk turut menentukan sikap seorang. .
Bedanya dengan sikap ialah bahwa sikap pada umumnya selalu disadari, sedang kompleks itu terletak dibawah kesadaran. Istilas kompleks ini pertama-tama dipakai oleh S. Frued ahli ilmu jiwa dalam alirannya disebut psycoanalisis. Kompleks terdorong biasanya turut mnentukan sikap orang
Misalnya: tau boneka takut, tahu darah takut, masuk ruang tertutup takut, dan sebagainya. Maka dari itu kalau ada hal-hal yang tidak disukai dalam diri manusia, maka hal itu harus diletakkan kebawah sadar, supaya tidak timbul.
Propaganda
Di dalam mengubah sikap sesorang hubungannya dengan ideologi sering dipergunakan metode propoganda. Propoganda adalah alat untuk membuat orang lain menjadi yakin akan kebenaran suatu cita-cita. Adapun maksud utama adapun maksud utama dari propoganda adalah menarik perhatian dan dan mencari penganut untuk menjadi pembela dan pejuang, agar cita-cita itu dapat tercapai.
Propoganda ada yang ditujukan kepada umum, dan ada pula yang ditujukan kepada orang seorang.
Pada umumnya dalam lapangan propoganda kita bedakan adanya tiga propoganda, yaitu:
Propaganda progresif; yaitu propaganda untuk mengganti kondisi-kondisi dan ideologi yang sudah ada dengan ideologi yang baru. Pokoknya perubahan yaang lama menjadi yang baru.
Propoganda Reaksioner; yaitu propaganda yang berwujud selalu mencegah perkembangan sosial dan timbulnya idiologi baru. Dengan cara mengusahakan kembali idiologi lama.
Propoganda Konverkatif yaitu propoganda yang beersifat status quo, ialah selalu mempertahaankan apa yang ada, jangan sampai berubah.
Ketiga propoganda tersebut biasanya terjadi dalam lapangan politik, sedang politik pada umumnya hanya mengakui dua propoganda yaitu propoganda progresif dan propoganda reaaksioner.
Pengaruh propoganda terhadap sikap idiologi seseorang memeng tidak dapat disangsikan lagi, karena propoganda umumnya bersifat psikologis bagi seseorang (negara) untuk mendapatkan pengaruh. Tapi propaganda itu sendiri tidak akan seperti : faktor ekonomis, faktor hubungan, faktor alat propaganda yang lain, seperti: televisi, radio, majalah dan sebagainya.
Bentuk – Bentuk Prasangka Dalam Islam
Buruk sangkadi dalam agama Islam disebut suuzan. Kebalikannya adalah Husnuzan artinya baiksangka. Buruk sangka hukumnya haram, karena akan merusak keharmonisan rumahtangga, keluarga, maupun keharmonisan kehidupan masyarakat
Desas- Desus
Desas-desus adalah suatu gejala ssosial psikologis yang sangat menarik perhatian bagi ahli psikologi, karena:
Desas-desus itu terjadi dimana saja di dalam tiap-tiap masyarakat, baik pada masyarakat sederhana maupun modren. Desas- dsus ini terjadi pada zaman apapun jadi sejak dulu hingga sekarang.
Desas-desus mempunyai pengaruh besar begi kehidupan masyarakat, dan orang seorang dalam masyarakat. Lagi pula dalam kenyataannya desas-desus ini menimbulkan akibat-akibat yang bisa merusak nama orang, dan sebaliknya bisa menunjang nama orang /golongan orang. Dengan kata lain: ada yang bersifat merusak dan ada yang bersifat membangun.
Desas-desus yang bersifat merusak dapat membahayakan keutuhan masyarakat. Dalam hal ini sering terjadi. Dimana negara dalam keadaan kurang aman, misalnya dimasa perang.
Desas-desus yang bersifat membangun misalnya desas –desus tentang kesederhanaan seorang pemimpin, ketekunan bekerja, dan sebagainya.
Apakah desas-desus itu?
Desas-desus dapat dianggap sebagai pemberitahuan dengan lisan atau tulisan yang berlangsung dari orang ke orang lain. Batasan ini sebenarnya kurang sempurna, sebab ini tidak membedakan dengan berita-berita biasa, yang berwujud lisan atau tulisan. Oleh karena itu dalam meninjau desas-desus dalam hubungannya dengan berita biasa perlu ditinjau lebih lanjut isi dan bentuknya. Bedanya desa-desus dengan berita biasa:
Isi desas-desus biasanya daya penarik dan biasanya membangkitkan perasaan-perasaan tertentu. Sedang berita biasanya kurang menarik. Ditinjau dari segi bentuknya, desas-desus dapat berbentuk cerita yang panjang lebar, dapat pula berbentuk fragmen-fragmen daripada sutu cerita.
Pada berita biasa kadar kebenaran tampak mudah dan jelas. Bisa berkadar nol dan bisa berkdar nol dan bisa juga sempurna. Didalam desas-desus kebenaran itu belum dapat diuji atau tidak dapat di uji. Bila desas-desus telah dibuktikan tidak desas-desus lagi, tetapi lalu merupakan kabar biasa, atau mugkin kabar bohong.
Prasangka atau prejudice berasal dari kata Latin Prejudicium, yang pengertiannya sekarang mengalami perkembangan sebagai berikut (Soelaeman, 1987) :
Semula diartikan sebagai suatu preseden, artinya keputusan diambil atas dasar pengalaman yang lalu.
Dalam bahasa inggris mengandung arti pengambilan keputusan tanpa penelitian dan pertimbangan yang cermat, tergesa-gesa, atau tidak matang.
Untuk mengatakan prasangka dipersyaratkan pelibatan unsure emosional (suka tidak suka) dalam keputusan yang telah diambil tersebut.
Secara harfiah prasangka dapat diberi arti atau diberi pandangan dengan prapendapat, anggapan dasar, purbasangka, pendapat pendahuluan.
Prasangka menurut Sherif &Sherif (1969, dalam Koeswara, 1988) adalah " suatu istilah yang menunjuk pada sikap yang tidak menyenangkan (unfavourable attude) yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok terhadap kelompok lain berikut anggota-anggotanya yang didasarkan atas norma-norma yang mengatur perlakuan terhadap orang diluar kelompoknya.
Prasangka bisa juga di pahami sebagai penilaian pendahuluan terhadap sesuatu
(Garner, 1940) yang boleh jadi bersifat positif maupun negative (Nelson, 2002).
Menurut Baron dan Byrne (1997), prasangka adalah salah satu bentuk sikap yang umumnya bersifat negative terhadap anggota dari suatu kelompok social. Sebagi mana sikap menurut pandangan three-componem, prasangkapun terdiri dari aspek kognitif, afektif, dan kecendrungan berprilaku.
Menurut Nelson (2002) kita cendrung membangun ikatan yang kuat dengan kelompok sendiri, dan menaruh kecurigaan dan penolakan terhadap kelompok lain.
Dalam firman Allah surat al-Mu'minun ayat 53 dan Ar-Ruum ayat 32
53. Kemudian mereka (pengikut-pengikut Rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing).
32. Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka[1169] dan mereka menjadi beberapa golongan. tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.
Maksudnya: meninggalkan agama tauhid dan menganut pelbagai kepercayaan menurut hawa nafsu mereka.
Jadi, tampak bahwa sikap dan perilaku kita terhadap orang lain dipengaruhi oleh identitas social kita dan identitas orang lain. Kita menilai positif ataupun negative terhadap orang lain sering kali berkaitan dengan identitas social kita dan identitas orang lain. Sikap kita pada orang lain berdasarkan identitas sosialnya disebut dengan prasangka.
PENUTUP
KESIMPULAN
Kesimpulanya prasangka bisa dipahami secaraga beragam. Sebagian memahaminya sebagai emosi negative dan sikap., serta sebagian lagi memahaminya sebagai emosi social. Walaupun demikian, ada beberapa karakteristik dasar dari prasangka, yaitu bahwa prasangka terjadi dalam konteks kelompok, melibatkan evalusi terhadap suatu kelompok, dan berdasarkan karakteristik kelompok yang nyata ataupun imajinasi. Bahwasanya dalam islam juga kita dilarang untuk melakukan sikap prasangka terhadap orang lain, dan itu hukumnya haram.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Ahmad Abu, Psikologi Sosial, Jakarta : Rineka Cipta, 2009.
Rahman.Abdul, PsikologiSsocial, Jakarta : Raja Grafindo, 2003.
Sarwono Sarlito, Psikologi Sosial, Jakarta : Salemba Humanika, 2003.
Sobur Alex, Psikologi Umum, Bandung : Pustaka Seia, 2003.
Taylor, Psikologi Sosial, Jakarta : Kencana, 2009.
Walgito Bimo, Psikologi Sosial, Yogyakarta : Andi Offset, 2003.
http://www.minbarindo.com/_Dunia_Minbar/Akhlak_Dan_Moral/Hindari_Prasangka_Buruk.aspx
XIV. INTERGRASI PSIKOLOGI SOSIAL DENGAN AJARAN ISLAM (INFORMASI AL – QUR'AN TENTANG KEJAHATAN)
PETA KONSEP
Defenisi KejahatanDefenisi KejahatanJenis-jenis KejahatanJenis-jenis KejahatanBentuk-bentuk KejahatanBentuk-bentuk KejahatanPenyebab kejahatanPenyebab kejahatanCara mengatasi KriminalitasCara mengatasi KriminalitasKejahatan ekonomiKejahatan politikKejahatan kesusilaanKejahatan terhadap jiwa orangKejahatan harta bendaKejahatan ekonomiKejahatan politikKejahatan kesusilaanKejahatan terhadap jiwa orangKejahatan harta bendaTindak Pidana ZinaTindak Pidana Pencurian PerampokanPembunuhan dan penganiayaan Tindak Pidana ZinaTindak Pidana Pencurian PerampokanPembunuhan dan penganiayaan
Defenisi Kejahatan
Defenisi Kejahatan
Jenis-jenis Kejahatan
Jenis-jenis Kejahatan
Bentuk-bentuk Kejahatan
Bentuk-bentuk Kejahatan
Penyebab kejahatan
Penyebab kejahatan
Cara mengatasi Kriminalitas
Cara mengatasi Kriminalitas
Kejahatan ekonomi
Kejahatan politik
Kejahatan kesusilaan
Kejahatan terhadap jiwa orang
Kejahatan harta benda
Kejahatan ekonomi
Kejahatan politik
Kejahatan kesusilaan
Kejahatan terhadap jiwa orang
Kejahatan harta benda
Tindak Pidana Zina
Tindak Pidana Pencurian
Perampokan
Pembunuhan dan penganiayaan
Tindak Pidana Zina
Tindak Pidana Pencurian
Perampokan
Pembunuhan dan penganiayaan
PEMBAHASAN
Pengertian Integrasi Sosial
Secara bahasa (etimologi), kata integrasi berasal dari bahasa latin yakni integer yaitu berarti menyeluruh (utuh). Dalam bahasa Inggris Integrasi atau integration berarti kesempurnaan atau keseluruhan. Sedangkan secara istilah (terminologI), kata integrasi bisa diartikan sebagai pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat.
Maurice Duverger (1881) memberikan defenisi sebagai berikut : "integrasi adalah dibangunnya interdependensi yang lebih rapat antara bagian-bagian dari organisme hidup atau antara anggota-anggota di dalam masyarakat". Paul B. Horton menyatakan bahwa integrasi merupakan suatu proses pengembangan masyarakat dimana segenap kelompok ras dan etnik mampu berperan serta secara bersama-sama dalam kehidupan budaya dan ekonomi. Sedangkan integrasi sosial adalah proses penyesuian diantara unsur-unsur yang saling berbeda yang ada dalam kehidupan sosial sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan yang serasi fungsinya bagi masyarakat yang bersangkutan.
Integrasi Sosial Dengan Ajaran Islam Tentang Kejahatan
Kriminalitas Dan Tindak Kekerasan
Kriminalitas atau kejahatan itu bukan merupakan peristiwa herediter (bawaan sejak lahir,warisan) juga bukan warisan biologis. Tingkah laku criminal itu bisa dilakukan oleh siapapun, tindak kejahatan bisa dilakukan secara sadar, setengah sadar, maupun tidak sadar.
Crime atau kejahatan adalah tinkah laku yang melanggar hukum dan melanggar norma-norma sosial, sehingga masyarakat menentangnya. Sedangkan krimonologi adalah ilmu penegetahuan tentang kejahatan.
Kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang ditunjang oleh berbagai ilmu lainnya yang mempelajari kejahatan dan penjahat, penampilannya, sebab akibatnya, sebagai ilmu teoretis, sekaligus juga mengadakan usaha-usaha pencegahan serta penangulangan atau pemberantasannya.
Sampsom, Raudenbush, dan Earls 1997 melakukan studi yang menerapkan prosedur sampling bertingkat untuk menguji korelasi antara lingkungan dan kriminalitas. Mereka menemukan bahwa korelasi antara karakteristik-karakteristik stuktural lingkungan dengan kriminalitas dimediasikan oleh proses sosial lingkungan yang disebut juga sebagai proses evikasi kolektif yaitu tingkat koneksi sosial dalam lingkungan dikombinasikan dengan kontrol sosial informal warga dalam memonitor prilaku warga lain sehinggan dapat mengawasi anak-anak dan memelihara tatanan publik yang ada.
Penelitian menyatakan bahwa kriminalitas bukan saja mempengaruhi kesehatan dan perkembangan korban, tetapi juga bagi mereka yang menyaksikan tindak kekerasan terhadap teman atau anggota keluarga yang menjadi korban. Menyaksikan tindakan kekerasan dan tinggal dilingkungan dengan tingkat kriminalitas tinggi juga memengaruhi prilaku orang dewasa. Tidak mengherankan jika warga yang tiggal dalam lingkungan yang buruk merasa lebih takut terhadap kriminalitas dan tindak kekerasan (Perkins dan Taylor, 1996; Skogan dan Maxfield, 1981). Rasa takut akan kriminalitas berkolersi dengan stress, kecemasan dan berbagai jenis gangguan mental (Taylor dkk, 1990; white dkk, 1987). Tingkat kriminalitas yang tinggi dan lingkungan berbahaya seringkali menjadi ancaman dan membuat orang tua menjadi lebih waspada serta melakukan kontrol ekstra terhadap anak mereka.
Defenisi kejahatan
Kejahatan adalah suatu tindakan yang melanggar ketentuan undang-undang atau ketentuan yang berlaku. Ini biasanya terjadi pada kehidupan manusia karena dalam kehidupan manusia sudah diatur perbuatan yang sesuai dengan undang-undang dan norma-norma yang ada di masyarakat.
Secara yuridis formal, kejahatan adalah bentuk tingkah laku yang bertentangan dengan moral manusia (immoril), merugikan masyarakat sifatnya sosial dan melanggar hukum serta undang-undang pidana.Didalam perumusan pasal-pasal kitab Undang-Undang Hukum pidana (KUHP) jelas tercantum :Kejahatan adalah semua bentuk perbuatan yang memenuhi perumusan ketentuan-ketentuan KUHP. Misalnya pembunuhan adalah perbuatan untuk memenuhi perumusan pasal 338 KUHP, mencuri memenuhi bunyi pasal 362 KUHP sedang kejahatan penganiayaan memenuhi pasal 351 KUHP.
Undang-undang di luar KUHP, seperti perundang-undangan subversi, perpajakan, ekonomi, pelanggaran kesusilaan juga merumuskan macam-macam perbuatan sebagai bentuk kejahatan yang diancam hukum pidana. Secara yuridis formal, kejahatan adalah bentuk tingkah laku yang melanggar hukum pidana.Sumber hukum lainnya yang harus ditaati oleh setiap warga negara ialah keputusan-keputusan praktik pengadilan (yurispudensi).
Secara sosiologis, kejahatan adalah semua bentuk ucapan, perbuatan, dan tingkah laku yang secara ekonomis, politis dan sosial psikologis sangat merugikan masyarakat, melanggar norma-norma susila, dan menyerang keselamatan warga masyarakat (baik yang telah tercangkup dalam undang-undang, maupun yang belum tercantum dalam undang-undang pidana).
Jenis-Jenis Kejahatan
Kejahatan ada dua yaitu kejahatan fisik dan non fisik. Kejahatan fisik adalah kejahatan yang dilakukan kepada orang lain yang merugikan fisik orang lain. Ini biasanya sering kali dilakukan ketika seseorang sedang merampok, membunuh orang lain, tawuran dan lain-lain, sedangkan kejahatan non fisik adalah kejahatan yang dilakukan kepada orang lain tanpa menggunakan fisik. Ini biasanya dilakukan tanpa menggunakan fisik, seperti ketika seorang suami melakukan poligami terhadap istrinya.
Menurut Objek Hukum, jenis-jenis kejahatan juga dapat di bagi Dapat Dibagi Dalam:
Kejahatan ekonomi: fraude, penggelapan, penyelundupan, perdagangan barang-barang terlarang (bahan narkotik, buku-buku dan bacaan pornografis, minuman keras), penyogokan dan penyuapan untuk mendapatkan monopoli-monopoli tertentu.
Kejahatan politik dan pertahanan-keamana, pelanggaran ketertiban umum, pengkhianatan, penjualan rahasia-rahasia negara pada agen-agen asing, berfunsi sebagai agen-agen subversi, pengacauan, kejahatan terhadap keamanan negara dan kekuasaan negara, penghinaan terhadap martabat pemimpin-pemimpin negara.
Kejahatan kesusilaan seperti: pelanggaran seks, perkosaan, fitnah-an
Kejahatan terhadap jiwa orang dan harta benda.
Bentuk-bentuk kejahatan
Tindak Pidana Zina
Zina adalah hubungan intim antara laki-laki dengan perempuan diluar nikah. Perzinaan adalah perbuatan yang sangat dikutuk oleh Allah. Allah telah mengariskan ketentuan didalam al-Quran surat An-nur ayat 2:
الزَّانِيَةُ وَالزَّانِي فَاجْلِدُوا كُلَّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا مِائَةَ جَلْدَةٍ ۖوَلَا تَأْخُذْكُمْ بِهِمَا رَأْفَةٌ فِي دِينِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۖوَلْيَشْهَدْ عَذَابَهُمَا طَائِفَةٌ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ
Artinya: "perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina maka deralah tiap-tiap orang dari keduannya seratus kali dera, dan jaganlah belas kasihan kepada keduannya sehingga mencegah kamu untuk menjalankan agama Allah, jia kamu beriman kepada Allah dan hari Akhirat. Dan hendaklah pelaksanaan hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman" (QS An-Nur: 2).
Kalau kita lihat ketentuan tersebut maka terasa sangat berat. Pertama, hukuman fisik dengan cambuk sebanyak seratus kali tentu saja sangat menyakitkan tubuh. Kedua, pelaksanaan hukuman tersebut disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman. Ketentuan ini sangat memberatkan, karena orang harus menagngung malu atas perbuatannya. Dengan hukuman yang seperti itu orang-orang akan takut berbuat zina.
Syariat islam melarang zina karena zina itu banyak bahayanya, baik terhadap akhlak dan agama, jasmani atau badan, disamping terhadap masyarakat dan keluarga. Bahaya terhadap agama dan akhlak dari perbuatan zina sudah cukup jelas. Seseorang yang melakukan perbuatan zina, pada waktu itu mereka merasa gembira dan senang, sementara dipihak lain perbuatannya itu menimbulkan kemarahan dan kutukan Tuh-an, karena Tuhan melarangnya dan menghukum perilakunya. Disamping itu, perbuatan zina itu mengarah kepada lepasnya keimanan dari hati pelakunya, sehingga andai kata ia mati pada saat melakukan zina tersebut maka ia mati dengan tidak membawa iman.
Tindak Pidana Pencurian
Pencurian adalah mengambil harta milik orang lain dengan cara diam-diam, yatu dengan jalan sembunyi-sembunyi. Salah satu bentuk kerusakan di dunia ini adalah pencurian hak orang lain. Islam melindugi hak orang lain, dengan memberikan ketentuan hukuman yang keras terhadap pencurian.
Allah menulis ketentuan di dalam al-Quran surat Al-maidah ayat 38 :
وَالسَّارِقُ وَالسَّارِقَةُ فَاقْطَعُوا أَيْدِيَهُمَا جَزَاءً بِمَا كَسَبَا نَكَالًا مِنَ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Artinya: "laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri potonglah tangan keduannya sebagai pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana" (QS Al-Maidah : 38)
Perampokan
Perampokan adalah hal yang lebih mengerikan daripada pencurian, karena di dalam perampokan orang yang hak miliknya diambil menyaksikan secara langsung apa yang terjadi. Selain itu seringkali perampokan ini menjurus pada penganiayaan terhadap korban. Ketentuan al-Quran tentang hukuman bagi pelaku perampokan sangat keras. A. Wardi Muslich (1986) merujuk surat Al-maidah ayat 33, sebagai ayat yang melandasi hukum pidana untuk perampokan, yakni :
إِنَّمَا جَزَاءُ الَّذِينَ يُحَارِبُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَسْعَوْنَ فِي الْأَرْضِ فَسَادًا أَنْ يُقَتَّلُوا أَوْ يُصَلَّبُوا أَوْ تُقَطَّعَ أَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ مِنْ خِلَافٍ أَوْ يُنْفَوْا مِنَ الْأَرْضِ ۚ ذَٰلِكَ لَهُمْ خِزْيٌ فِي الدُّنْيَا ۖ وَلَهُمْ فِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيمٌ
Artinya : "sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka itu dibunuh atau disalib atau di potong tangan dan kakinya dengan bertimbal balik, atau di buang dari negri kediamannya. Yang demikian itu sebagai suatu penghinaan untuk mereka di dunia dan di akhirat, mereka mendapat siksa yang besar" (QS Al-Maidah :33)
Pembunuhan dan penganiayaan
Pembunuhan adalah Menghilangkan (menghabisi, mencabut) nyawa seseorang. Pembunuhan itu dibagi kepada tiga bagian yaitu:
Pembunuhan sengaja
Pembunuhan menyerupai sengaja
Pembunuhan karena kesalahan atau pembunuhan sengaja
Hukum untuk tindak pidana pembunuhan dan penganiayaan yang berlaku di beberapa negara memang sudah berat. Di beberapa negara di bagian Amerika Serikat berlaku hukuman mati untuk mereka yang membunuh. Di Indonesia beberapa penjahat yang membunuh telah pula dijatuhi hukuman mati, salah seorang diantaranya adalah Kusni Kasdut. Kerasnya hukuman buat si pembunuh telah digariskan oleh kitab suci.
Di dalam al-Quran, surat Al-Baqarah ayat 178, yang berbunyi :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِصَاصُ فِي الْقَتْلَى ۖ الْحُرُّ بِالْحُرِّ وَالْعَبْدُ بِالْعَبْدِ وَالْأُنْثَىٰ بِالْأُنْثَىٰ ۚ فَمَنْ عُفِيَ لَهُ مِنْ أَخِيهِ شَيْءٌ فَاتِّبَاعٌ بِالْمَعْرُوفِ وَأَدَاءٌ إِلَيْهِ بِإِحْسَانٍ ۗ ذَٰلِكَ تَخْفِيفٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَرَحْمَةٌ ۗ فَمَنِ اعْتَدَىٰ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَلَهُ عَذَابٌ أَلِيمٌ
Artinya : "hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishash berkenaan dengan orang- orang yang di bunuh. Orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, wanita dengan wanita. Maka barang siapa mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah yang memaafkan mengikuti dengan cara yang baik dan hendaklah yang diberi maaf membayar diat kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik pula. Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhanmu dan suatu rahmat. Barang siapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih."
Hukuman untuk pembunuhan dan penganiayaan ini agak berbeda dengan hukuman untuk tindak pidana yang disebut diatas. Di dalam ketentuan hukuman untuk pembunuhan dan penganiayaan apabila pihak keluarga memaafkan perbuatan tersebut, maka si pembunuh akan bebas dari balasan hukuman mati. Disini kelihatan bahwa hukum Islam lebih luwes dari hukuman mati seperti yang berlaku di beberapa negara yang tidak mengacu pada hukum Islam. Pada hukuman mati yang tidak mengacu pada Islam, tidak ada kesempatan untuk memperoleh kebebasan walaupun pihak keluarga korban sesudah memaafkannya.
Menurut cara kejahatan dilakukan, dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Mengunakan alat-alat bantu: senjata, senapan, bahan-bahan kimiadan racun, instrument kedokteran, alat pemukul, alat jerat dan lainnya.
tanpa menggunakan alat bantu, hanya dengan kekuatan fisik belaka, bujuk rayu dan tipu daya.
Redivisi, yaitu penjahat-penjahat yang berulang-ulang masuk keluar penjara.
Penjahat berdarah dingin, yang melakukan tindak durjana dengan melakukan pertimbangan-pertimbangan dan persiapan yang matang.
Penjahat kesiapan atau situasional, yang melakukan kejahatan dengan menggunakan kesempatan-kesempatan kebetulan.
Kejahatan dengan dorongan-dorongan impuls yang timbul seketika.
Penjahat kebetulan, misalnya karena lupa diri, tidak disengaja, lalai, ceroboh, acuh tak acuh, semberono.
Penyebab Kejahatan
Faktor-faktor penyebab kejahatan :
Kejahatan yang disebabkan oleh sifat-sifat hereditas (bawaan sejak lahir), kelainan-kelainan bentuk jasmani, bagian badan yang abnormal. Misalnya bentuk tengkorak yang luar biasa, dengan keanehan-keanehan susunan otak mirip dengan binatang.
Kejahatan yang disebabkan oleh kelainan jiwa, Misalnya : gila, setengah gila, idiot, lemah pikiran, dan lain- lain.
Kejahatan yang di rangsang oleh libido seksualis atau nafsu-nafsu seks. Misalnya: homoseks, sadisme, sadomasokhisme, pedofilia dan pemerkosaan.
Kejahatan yang di sebabkan oleh kesempatan. Misalnya terpaksa melakukan kejahatan karena keadaan yang luar biasa, dalam bentuk pelanggaran-pelanggaran kecil.
Kejahatan yang di sebabkan oleh organ-organ jasmani yang normal, namun mempunyai pola kebiasaan buruk, asosiasi sosial yang abnormal atau yang menyimpang dari pola kelakuan umum, sehingga sering melanggar undang-undang dan norma sosial, lalu banyak melakukan kejahatan.
Kejahatan yang sudah menjadi profesioal atau sudah menjadi pekerjaan sehari-hari karena sikap hidup yang keliru.
Kejahatan karena kurang memiliki disiplin kemasyarakatan. Misalnya para pengemudi mobil dan sepeda motor yang tidak bertanggung jawab, tidak menghiraukan etik lalu lintas dan peraturan-peraturan keamanan lalu lintas.
Kejahatan karena mengalami krisis jiwa. Misalnya kejahatan yang dilakukan anak-anak puber, membakar rumah sendiri karena ingin mendapatkan uang asuransi, membunuh pacar sendiri karena sudah dihamili atau karena cintanya tidak terbalas.ibu muda yang membunuh bayinya karena tidak kawin, dan lain-lain.
Kejahatan karena sifat angresif dan memiliki mental yang sangat labil, yang sering melakukan penyerangan, penganiayaan, dan pembunuhan.
Kejahatan karena kelemahan batin dan dikejar-kejar oleh nafsu materil yang berlebih-lebihan.
Kejahatan karena indolensi psikis dan segan bekerja keras. Daripada bersusah-susah bekerja mencari nafkah, mereka itu lebih suka menggunakan cara yang mudah dengan berbuat jahat.
Kejahatan karena kecenderungan-kecenderungan kriminal yang kuat, namun bukan karena bakat. Mereka yang berkemauan kuat, dengan sengaja berbuat jahat menjadi penjahat profesional dan penjahat kebiasaan yang aktif.
Faktor lain yang memainkan peranan besar dalam membentuk pola kriminal, sebagai berikut:
Jenis makanan, memberikan efek dietetis yang memberikan pengaruh terhadap agresifitas manusia. Individu-individu kelompok suku bangsa pemakan daging yang intensif, pada umumnya lebih agresif dan lebih ganas daripada mereka pemakan bahan tumbuh-tumbuhan. Maka, kecendrungan berbuat kriminal itu lebih banyak terdapat pada kelompok-kelompok pemakan daging.
Lingkungan alam yang teduh, damai, di daerah-daerah pedesaan dan pegunungan yang subur memberikan pengaruh yang menenangkan. Sedangkan daerah-daerah kota dan industri yang penuh padat dan bising penuh hiruk pikuk yang memekakkan, memberikan pengaru membingungkan, mengacau, menekan/mencekam dan menstimulasi penduduknya menjadi kanibal-kanibal(kejam, bengis,mendekati kebiadaban), dan jahat.
Masyarakat primitif dan masyarakat desa dengan kelompok-kelompok "face to face" yang masih intim memberika kontrol sosial dan sanksi-sanksi sosial lebih ketat kepada segenap warga masyarakat. Sedangkan masyarakat urban yang kompleks, sangat heterogen atau atomistik itu membuat norma-norma sosial dan sanksi-sanksi sosial menjadi sangat longgar, sehinnga orang cendrung bertingkah laku semaunya sendiri yang menjurus kepada pola-pola yang kriminal.
Cara Mengatasi Kriminalitas
Orang betul-betul beriman tidak mungkin secara sengaja mengerjakan perbuatan dosa. Maka seorang mukmin yang melakukan perbuatan dosa, seperti: zina, mencuri, membunuh dan mabuk-mabukan bararti dia sedang tidak beriman atau imannya berada pada titik terendah. Oleh karena itu, setiap orang beriman selalu memperbaharui imannya dengan selalu mengingat Allah SWT dan melakukan berbagai perintahnya.
Oleh karena itu untuk menjaga keimanan dibutuhkan penopang yang kokoh yaitu berupa keyakinan kepaa Allah. Dengan diiringi perbuatan-perbuatan taqwa dan menjauhi maksiat sekecil apapun. Seorang muslim yang paham bahwa dirinya selalu dalam pengawasan Allah, tentu tidak akan terjerumus pada perbuatan tercela sebab rasa malunya kepada Allah akan mencegahnya.
PENUTUP
Kesimpulan
Kejahatan adalah suatu tindakan yang melanggar ketentuan undang-undang atau ketentuan yang berlaku. Kejahatan ada dua yaitu kejahatan fisik non fisik, sedangkan penyebabnya bisa dikarenakan faktor sosial dan ekonomi. Tingkah laku kriminal itu bisa dilakukan siapapun juga baik wanita maupun pria, dapat berlangsung pada usia anak, dewasa ataupun lanjut usia. Tindak kejahatan bisa dilakukan secara sadar yaitu dipikirkan, direncanakan, dan diarahkan pada satu maksud tertentu secara sadar.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Ancok Djamaluddin dkk, Psikologi Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004.
Halim DK, Psikologi Lingkungan Perkotaan, Jakarta Timur : Bumi Aksara, 2008.
Kartono Kartini, Patologi Sosial, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur'anul Karim.
Ahmadi Abu, Psikologi Sosial, Jakarta : Rineka Cipta, 2002.
Al-Albani, Muhammad Nashiruddin, Mukhtasar Shahih Muslim, Jakarta : Pustaka Azzam, 2008.
Aliah,Psikologi Perkembangan Islam, Jakarta : Raja Grafindo Perseda, 2006.
Ancok Djamaludin, Integrasi Psikologi Dengan Islam, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005.
Ancok Djamaluddin dkk, Psikologi Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004.
Annastasi Anne, Bidang – Bidang Psikologi Terapan, Jakarta : CV.Raja Wali,1989.
Armando Siti, Psikologi Komunikasi, Jakarta : Andi 2008.
Atkinson Rita L, Pengantar Psikologi, Jakarta : Erlangga, 1983.
Baharuddin, Aktualisasi Psikologi Islam, Pustaka Pelajar.
Baron, Psikologi Sosial, Jakarta : Erlangga, 2003.
Baron Robert, Psikologi Sosial, Jakarta : Erlangga, 2005.
Bungin Burhan, Sosiologi Komunikasi, Jakarta : Kharisma Putra Utama, 2011.
Chaplin J.P., KAMUS LENGKAP PSIKOLOGI (diterjemahkan oleh Kartini Kartono), Jakarta, 2005.
David Sears, Psikologi Sosial, Jakarta : Erlangga, 1985.
Deliani Nurfarida, Psikologi Sosial, The Minang Kabau Foundation, Jakarta, 2005.
Halim, DK, Psikologi Lingkungan Perkotaan, Jakarta : Bumu Aksara, 2008.
Hanurawan Fattah, Psiologi Sosial Suatu Penghantar, Bandung : PT.Remaja Rosdakarya, 2010.
Hude Darwis, Emosi : Penjelajahan Religio-Psikologis tentang Emosi Manusia didalam Al-qur'an, Jakarta: Erlangga, 2006.
Leavitt Harold J, Psikologi Manajemen, Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama, 1992.
Kartono Kartini, Patologi Sosial, Jakarta: PT Raja Gravindo Persada, 2005.
Kartono Kartini, Patalogi Sosial (Gangguan – Gangguan Kejiwaan), Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,2013.
Matsumoto David, Psikologi Lintas Budaya,Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2008.
Mubarok, Achmad, Akhlak Mulia, Jakarta : GMPAM-YPC-WAP, 2009.
Mubarok Achmad, Psikologi Dakwah, Jakarta : Prenada Media Group, 2009.
Nelhayati, Bias Gender dalam Memahami Hadis, Padang : Hayfa Press, 2006.
Rahman Abdur, Tindak Pidana Dalam Syariat Islam, Jakarta : Rineka Cipta,1992.
Rahman Agus Abdul, Psikologi Sosial, Integrasi Pengetahuan Wahyu dan Pengetahuan Empirik, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2013.
Ranjabar Jacobos, Sistem Sosial Budaya Indonesia,Bogor : Ghalia Indonesia, 2006.
Rivai Veithzal, Psikologi Dakwah Islamic Leadership, Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2000.
Sobur Alex, Psikologi Umum, Bandung : Pustaka Setia, 2003.
Soekanto Soerjono, Sosiologi Suatu Penghantar, Jakarta : Rajawali Pers, 2012.
Setiadi Elly, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial:Teori,Aplikasi dan Pemecahannya,(Jakarta : Kencana, 2011.
Shelley Taylor, Psikologi Sosial, Edisi Kedua Belas, Jakarta : Kencana, 2009.
Shihab M Quraish, Tafsir Al-Mishbah, Tangerang : Lentera Hati, 2007.
Suryabrata Sumadi, Psikologi Kepribadian, Jakarta : Rajawali Pers, 2012.
Usman Muhammad, Psikologi dalam Al-quran, Bandung : Pustaka Setia, 2005.
Wahyu Ramdani, Sosiologi Hukum (Perspektif Baru Studi Hukum Dalam Masyarakat), Bandung : , 2006.
Walgito Bimo, Psikologi Kelompok, Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2008.
Walgito Bimo, Psikologi Sosial Suatu Penghantar, Yogyakarta : Andi Offset, 2003.
Walgito Bimo, Teori – Teori Psikologi Sosial, Yogyakarta : Andi Offset, 2011.
Wijono Sutarto, Psikologi Industri dan Organisasi: Dalam suatu bidang Gerak Psikologi Sumber Daya Manusia, Jakarta: Kencana, 2011.
Winarno Herimanto, Ilmu sosial dan Budaya Dasar. Jakarta : Bumi aksara,2011.
Wirawan Sarlito, Pengantar Psikologi Umum, Jakarta: Bulan Bintang, 1991.
Wirawan Sarlito, Psikologi Sosial, Jakarta : Balai Pustaka, 2005.
Wirawan Sarlito, Teori-Teori Psikologi Sosial, Jakarta : RajaGrafindo, 2010.
Di poskan oleh Muhammad Zainal Abidin, pada 21 Juni 2011. (di akses oleh penulis pada Tanggal 19 Maret 2014, jam 09.45).
http://irwan-wicaksono.blogspot.com/2012/05/review-grand-theory-psikologi-sosial.html diakses pada tanggal 05 Maret 2014, Pukul 14.00.
http://rockypermata.wordpress.com/2012/02/01/grand-theory-dan-middle-range-theory/ diakses pada tanggal 05 Maret 2014, Pukul 18.00.
http://www.slideshare.net/elmakrufi/teori-teori-dasar-dalam-psikologi-sosial diakses pada tanggal 06 Maret 2014, Pukul 04.23.
https://prari007luck.wordpress.com/tag/wabah-sosial/, diakses pada tanggal 19 Mareti 2014, Pukul 11.10.
http://psikologyUNP.jurnal.com/2011/03/psikologi-lintas-budaya-dan-perilaku.html, diakses pada tanggal 19 Maret 2014, Pukul : 21.00.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29937/3/Chapter%20II.pdf, di akses pada tanggal19 Maret 2014, pukul 09.37.
http://www.minbarindo.com/_Dunia_Minbar/Akhlak_Dan_Moral/Hindari_Prasangka_Buruk.aspx
GRAND THEORY
I. Teori behavioristik
Bagaimana perilaku seseorang mempengaruhi Lingkungannya.
II. Teori Kognitif
Mengacu pada Leseimbangan/ Balance
III. Teori Medan
Berkaitan dengan teori Lapangan
Grand theory, diciptakan oleh C. Wright Mills dalam 'The sociological imagination (1959)" berkenaan dengan bentuk abstrak tertinggi suatu peneorian yang tersusunan atas konsep-konsep yang diprioritaskan dapat mengerti dunia sosial.
Pengertian dan asal usul grand theory
IV. Teori Role
Berkaitan dengan Peran Individu.
DAYA TARIK INTERPERSONAL
Keakraban
Didukung juga dari letak tempat kita bersosialisasi
Karakteristik Pribadi
Individu mempunyai variasi dalam hal - hal yang aling mereka hargai dari diri orang lain
Kesamaan
Cenderung tertarik dengan seseorang yang memiliki banyak kesamaan dengan pribadi kita
Prinsip Dasar Ketertarikan Social
Merujuk pada sikap suka seseorang terhadap orang lain.
Kedekatan
Semakin dekat jarak fisik, semakin besar kemungkinan bahwa dua orang mengalami kontak secara berulang.
PERILAKU SOSIAL
Prososial
Altruisme
Perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa memperhatikan diri sendiri.
Agresifitas
suatu cara untuk melawan dengan sangat kuat, berkelahi, melukai, menyerang, membunuh atau menghukum orang lain baik secara fisik ataupun psikis.
Prilaku Sosial Dalam Ajaran Islam
Suasana saling ketergantungan yang merupakan keharusan untuk menjamin keberadaan manusia.
HUBUNGAN YANG ERAT
Definisi Hubungan
Sesuatu yang terjadi bila seseorang saling mempengaruhi satu sama lain, bila yang satu bergantung pada yang lain
Daya Sosial
Kemampuan seseorang untuk mempengaruhi prilaku, fikiran dan perasaan orang lain dengan sengaja
Pengungkapan Diri
Kegiatan membagi perasaan dan informasi yang akrab dengan orang lain
Cinta
Reaksi emosional yang sama dikenalnya dan sama mendasarnya dengan rasa marah, kesedihan, kegembiraan dan rasa takut