AMNESIA DISSOSIATIF
I.
DEFINISI
Berdasarkan DSM IV, ciri penting amnesia disosiatif adalah ketidakmampuan mengingat informasi pribadi yang penting, biasanya terkait traumatik atau tekanan, yang terlalu luas untuk dijelaskan sebagai kelupaan biasa. Gangguan tidak terjadi secara khusus selama perjalanan gangguan identitas disosiatif, fugue disosiatif, posttraumatic stress disorder (PTSD), disorder (PTSD), gangguan stress akut, atau gangguan somatik, dan bukan hasil dari efek psikologi langsung dari zat atau saraf atau kondisi medis umum. Gangguan mungkin disebabkan oleh perubahan neurobiologik di otak karena stress traumatik. Pada amnesia disosiatif, kehilangan ingatan biasanya mempengaruhi informasi yang secara normal sebagai bagian dari keadaan sadar yang rutin, yang salah satunya adalah apa yang dilakukan, kemana perginya, dengan siapa bicara, apa yang dikatakan, berpikir dan merasa, dan sebagainya. Kadang kala informasi tersebut lupa diingat yang selanjutnya mempengaruhi tingkah laku orang tersebut. Orang dengan amnesia disosiatif biasanya memiliki satu atau lebih celah ingatan yang hilang beberapa menit sampai beberapa jam atau hari. Meskipun begitu, celah ingatan yang hilang setahun atau bahkan sepanjang hidup seseorang bisa terjadi. terjadi. Kebanyakan orang dengan dengan amnesia amnesia disosiatif menyadari benar bahwa mereka telah kehilangan beberapa waktu, tetapi beberapa orang menyadari kehilangan waktu hanya ketika mereka sadar atau dihadapkan pada fakta bahwa mereka telah melakukan hal-hal yang mereka tidak ingat. Beberapa orang dengan amnesia disosiatif lupa pada beberapa hal tetapi tidak semua peristiwa yang melebihi jangka waktu tertentu, yang lainnya tidak dapat mengingat seluruh kehidupan yang telah berlalu atau lupa hal-hal yang mereka alami.
II.
EPIDEMIOLOGI Amnesia
disosiatif dilaporkan terjadi pada sekitar 6% dari populasi.
Tidak ada perbedaan insiden yang berarti antara pria dan wanita. Kasus umumnya mulai dilaporkan pada akhir masa remaja atau dewasa.
Amnesia
disosiatif dapat sangat sulit dinilai pada anak pra remaja karena keterbatasan kemampuan mereka dalam menggambarkan pengalaman subyektif.
III. ETIOLOGI 1.
Amnesia
dan konflik intrapsikis yang ekstrim
Pada
beberapa
kasus
amnesia
disosiatif
akut,
lingkungan
psikososial dari perkembangan amnesia adalah konfliktual masal, pasien dengan pengalaman rasa malu tak tertahankan, salah, putus asa, marah, depresi. Hal ini biasanya merupakan hasil dari konflik atau impuls mendesak yang tidak dapat diterima, seperti kegiatan seksual yang intens, dorongan bunuh diri atau kekerasan. 2. Pengingkaran trauma Pengingkaran trauma merupakan upaya untuk menjelaskan amnesia karena trauma yang hebat dan karena kejadian yang negatif. Pengingkaran diperkirakan untuk mempengaruhi jalan dimana suatu kejadian diproses dan diingat. Informasi tentang perlakuan yang tidak pantas tidak berhubungan dengan mekanisme mental yang mengendalikan keterikatan dan perilaku.
IV. GEJALA KLINIK 1.
Gejala klasik Gangguan klasik jelas, gangguan klinis dramatis yang sering mengakibatkan pasien dibawa cepat untuk perhatian medis khusus untuk gejala yang terkait gangguan disosiatif. Biasanya ditemukan pada mereka yang mempunyai pengalaman trauma ekstrem akut. Hal ini juga mengembangkan, namun, dalam konteks konflik intrapsikis mendalam atau stress emosional. Pasien mungkin menunjukkan gejala kekambuhan
atau
konversi
somatoform,
perubahan
kesadaran,
depersonalisasi,
derealisasi, trance states, regresi umur spontan, dan bahkan amnesia disosiatif anterograde lanjutan. Depresi dan bunuh diri dilaporkan pada beberapa kasus. Tidak ada profil kepribadian tunggal atau latar belakang yang dilaporkan secara konsisten pada pasien, walaupun latar belakang pribadi sebelumnya atau keluarga dari somatoform atau gejala disosiatif menunjukkan predisposisi individu dalam perkembangan amnesia akut selama suasana traumatik. Beberapa pasien pernah mandapat pelecehan atau trauma di masa anak-anak atau remaja. Dalam kasus perang, seperti bentuk lain dari perseteruan yang berhubungan dengan gangguan pasca trauma, variable paling penting dalam perkembangan gejala disosiatif, namun, tampaknya intensitas meningkat. 2. Gejala non klasik Pasien sering datang untuk terapi dengan gejala bervariasi, seperti depresi atau perubahan mood, penyalahgunaan zat, gangguan tidur, gejala somatoform, cemas dan panik, impuls bunuh diri atau mutilasi diri dan tindakannya, kekerasan, gangguan makan, dan masalah interpersonal. Kebiasaan melukai diri sendiri dan keras pada pasien mungkin disertai amnesia.
Amnesia
mungkin terjadi dari kilas balik atau kejadian yang
terkait dengan trauma. Lima pola yang berbeda dari kehilangan daya ingat telah dilaporkan pada pasien dengan amnesia disosiatif : 1.
Lokal Pasien tidak dapat mengingat peristiwa yang terjadi dalam jangka waktu terbatas (biasanya beberapa jam atau 1-2 hari) setelah peristiwa traumatis. Sebagai contoh, beberapa korban serangan
W orld
Trade Center tidak ingat
bagaimana mereka keluar dari bangunan yang rusak atau apa jalan yang mereka ambil untuk pergi dari daerah tersebut. 2. Selektif Pasien dapat mengingat beberapa, tetapi ti dak semua peristiwa yang terjadi selama periode waktu yang terbatas. Sebagai contoh, seorang pejuang
mungkin ingat beberapa detail, seperti mengambil tahanan, tetapi tidak yang lain (melihat teman terbunuh, kehilangan komandan).
3. Umum Orang tidak ingat sesuatu dalam hidupnya atau sepanjang hidupnya. Orang dengan amnesia umum biasanya ditemukan oleh polisi atau diambil orang lain dan dibawa ke ruang gawat darurat rumah sakit. 4. Terus menerus Amnesia
ini mencakup seluruh periode tanpa gangguan dari peristiwa
traumatis di masa lalu untuk saat ini. 5. Sistematis Amnesia
hanya mencakup kategori informasi tertentu, seperti semua
kenangan yang berhubungan dengan lokasi tertentu atau orang tertentu.
V.
FAKTOR RESIKO
Orang-orang dengan pengalaman gangguan psikis kronik, seksual ataupun emosional semasa kecil sangat beresiko besar mengalami gangguan amnesia disosiatif.
Anak-anak
dan dewasa yang juga memiliki pengalaman
kejadian yang traumatik, misalnya perang, bencana, penculikan, dan prosedur medis yang invasif juga dapat menjadi faktor resiko terjadinya gangguan amnesia disosiatif.
VI. DIAGNOSIS
Kriteria diagnosis amnesia disosiatif berdasarkan DSM IV : 1.
Gangguan dominan adalah satu atau lebih episode ketidakmampuan mengingat kembali informasi pribadi penting, biasanya pada trauma atau stress alami yang terlalu luas untuk dijelaskan oleh lupa biasa.
2. Gangguan tidak terjadi secara khusus selama perjalanan gangguan identitas disosiatif, fugue disosiatif, gangguan stress post trauma, gangguan stress akut, atau gangguan somatic dan tidak disebabkan oleh efek psikologi secara langsung dari zat (seperti penyalahgunaan obat,
pengobatan), atau kondisi neurologic atau kondisi medis secara umum (seperti gangguan amnesia karena trauma kepala). 3. Penyebab gejala klinis signifikan karena kerusakan pada sosial, pekerjaan, atau area fungsi lain yang penting.
Kriteria diagnosis berdasarkan PPDGJ-III : 1.
Amnesia,
baik total atau parsial, mengenai kejadian yang µstressful¶ atau
traumatik yang baru terjadi (hal ini mungkin hanya dapat dinyatakan bila ada saksi yang memberi informasi) 2. Tidak ada gangguan mental organik, intoksikasi, atau kelelahan berlebihan (sindroma amnesik organik, F 04, F
1x.6).
VII. DIAGNOSIS BANDI NG
Dianosis banding dari amnesia disosiatif adalah : 1.
Lupa biasa dan amnesia non patologis Kriteria diagnosis amnesia disosiatif menurut DSM IV menetapkan bahwa gangguan harus µterlalu luas untuk dijelaskan oleh lupa biasa¶. Selain itu, bentuk amnesia non patologis telah dijelaskan, seperti amnesia bayi atau anak-anak, amnesia tidur dan mimpi, dan amnesia karena hipnosis.
2. Dementia, delirium, dan gangguan amnesia organik Pasien dengan demensia, delirium, dan gangguan amnesia organik, hilangnya informasi pribadi terutama ke arah masalah kognitif, bahasa, perhatian, perilaku, dan daya ingat. Hilangnya daya ingat tentang identitas pribadi biasanya tidak ditemukan tanpa bukti yang ditandai gangguan pada beberapa domain fungsi kognitif. Penyebab gangguan amnesia organik termasuk korsakoff¶s psychosis, cerebral vascular accident , amnesia post operasi, amnesia post infeksi. ECT juga bisa menyebabkan tanda amnesia temporer ataupun menetap pada beberapa kasus. Walaupun demikian, hilangnya daya ingat tidak terkait dengan trauma. 3.
Amnesia
post traumatik
Pada amnesia post traumatik karena kerusakan otak, riwayat trauma fisik, periode tidak sadar atau amnesia atau keduanya, dan bukti klinis obyektif dari cedera otak. 4. Seizure disorders Pada kebanyakan kasus seizure, gejala klinis menunjukkan perbedaan yang signifikan dari amnesia disosiatif, peristiwa iktal dan gejala sisa yang jelas. Pasien dengan pseudoepileptik seizures juga memiliki gejala disosiatif, seperti amnesia dan riwayat trauma psikologi yang mendahului. Pada beberapa kasus, diagnosis hanya bisa ditegakkan dari EEG. 5.
Amnesia
terkait penggunaan zat
Beberapa zat dan intoksikasinya terlibat dalam terjadinya amnesia. 6.
Transient global amnesia Transient global amnesia dapat keliru dengan amnesia disosiatif, khususnya yang disebabkan stress menjalani hidup mungkin mendahului gangguan lain. Pada transient global amnesia, onsetnya tiba-tiba. Pasien biasanya berumur lebih dari 50 tahun dan menunjukkan faktor resiko cedera cerebrovaskular. Epilepsi dan migraine juga menjadi etiologi pada beberapa kasus.
7. Gangguan disosiatif Pasien dengan gangguan identitas disosiatif dapat menunjukkan bentuk amnesia akut dan episode fugue. 8. Gangguan stress akut, gangguan stress post traumatic, gangguan somatoform 9.
Amnesia Amnesia
buatan buatan disebabkan oleh simulasi secara sadar. Untuk itu,
penilaian secara rinci dan berulang mengenai kepribadian premorbid dan motivasi diperlukan.
Amnesia
buatan biasanya berkaitan dengan problema
yang jelas mengenai keuangan, bahaya kematian dalam peperangan, atau kemungkinan hukuman penjara, atau hukuman mati.
VIII. TERAPI
1.
Terapi kognitif Terapi kognitif mungkin memberi manfaat spesifik untuk individu dengan gangguan trauma. Identifikasi spesifik dari penyimpangan kognitif berdasar pada trauma mungkin memberikan jalan untuk mengingat riwayat hidupnya pada pasien dengan riwayat amnesia. Pasien menjadi mampu untuk memperbaiki penyimpangan kognitif, khususnya arti trauma sebelumnya, mengingat kembali dengan lebih detail kejadian traumatik yang mungkin terjadi.
2. Hipnosis Hipnosis dapat digunakan sebagai salah satu jalan terapi amnesia disosiatif. Intervensi hipnosis dapat digunakan untuk membatasi, mengatur intensitas
gejala;
memfasilitasi
pengendalian
recall;
menyediakan
dukungan pada pasien. 3. Terapi somatik Tidak diketahui farmakoterapi yang ada untuk amnesia disosiatif selain wawancara yang difasilitasi farmakologi. Beberapa agen digunakan untuk tujuan ini, termasuk sodium amobarbital, thiopental, benzodiazepine, amphetamine. Wawancara yang difasilitasi farmakologi digunakan terutama dalam menangani amnesia akut dan reaksi konversi, atau indikasi lainnya. Prosedur ini juga terkadang digunakan pada kasus amnesia disosiatif kronik dimana pasien tidak memberi respon pada intervensi lain.
IX. PROGNOSIS Amnesia
disosiatif akut sering pulih spontan. Pada kejadian yang lebih
parah, beberapa pasien menjadi amnesia kronik. Prognosis individu tergantung pada gejala yang dialami. Misalnya, orang yang memiliki tambahan gangguan kesehatan mental yang serius, seperti gangguan kepribadian, gangguan perasaan, gangguan penyalahgunaan zat memiliki prognosa yang lebih buruk. Secara umum diketahui bahwa semakin baik pengobatan, maka semakin baik juga prognosisnya.
DAFTAR PUSTAKA
Kaplan,Harold, et all. 2007. Synopsis of Ps ychiatr y. Philadelphia : Lippincot Williams & Wilkins. Kikuchi, Hirokazu, et all. 2009. Memory Repression: Brain Mechanism Underlying Dissociative
Amnesia.
In
: J ournal
of
Cognitive
Neuroscience. 22 (3): 602-6 13. Kopelman, M. D. 2002. Disorders of memory. Brain. 125: 2152±2190. Maharatih, Ayu, et all. 2008. Psikiatri Komprehensif . Jakarta:EGC. Maramis, WF.
1998.
Catatan Ilmu Kedokteran J iwa. Surabaya :
Airlangga
University Press. Maslim, Rusdi. 2003. Diagnosis Gangguan J iwa, Rujukan Ringkas PPDG J III . Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika
Atmajaya.
Nijenhuis, Ellert, et all. 2001. Generalized Dissociative
Amnesia:
Episodic,
semantic, and proceduralmemories lost and found. In: Australian and New Zealand J ournal of Ps ychiatr y. 35: 589-600. Sadock, Benjamin James, et all. 2008. Concise Text Book of Clinical Ps ychiatr y. Philadelphia : Lippincot Williams & Wilkins. Sengupta, et all. 1993. Generalized dissociative amnesia. In: Australian and New Zaeland J ournal of Ps ychiatr y. 27: 699-700. Tharoor, Hema. 2007. Dissociative
Amnesia
J ournal of Ps ychiatr y. 10: 119-121.
Related to Pregnancy. In: German