PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
MENINGKATKAN PARTISIPASI PESERTA DIDIK (STUDENT ENGAGEMENT) MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN FLIPPED CLASSROOM PADA POKOK BAHASAN KARAKTERISTIK LAPISAN LAPISAN BUMI KELAS X IS 1 SMA SEMESTA SEMARANG TAHUN AJARAN 2016/2017
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penelitian Tindakan Kelas
Oleh;
Ika Nurwahyuni 3201414024
Nida Sayyidatul Izza 3201414064
Supardi 3201414078
Maharani Candra Dewi 3201414102
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
HALAMAN PENGESAHAN
Proposal penelitian tindakan kelas dengan judul "Meningkatkan Partisipasi Peserta Didik (Student Engagement) Menggunakan Model Pembelajaran Flipped Classroom Pada Pokok Bahasan Karakteristik Lapisan Lapisan Bumi Kelas X Is 1 Sma Semesta Semarang Tahun Ajaran 2016/2017" ini telah disahkan dan disetujui pada :
Hari :
Tanggal :
Untuk dilanjutkan pada tahap penelitian tindakan kelas sesuai dengan yang telah direncanakan.
Semarang, April 2015
Dosen Pembimbing PTK
Drs. Apik Budi Santoso, M.Pd.
NIP. 19620929 198901 2 003
Guru Pamong SMA Semesta Semarang
_______________________
NIP.
Mengetahui,
Kepala SMA Semesta Semarang
NIP.
JUDUL PENELITIAN
MENINGKATKAN PARTISIPASI PESERTA DIDIK (STUDENT ENGAGEMENT) MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN FLIPPED CLASSROOM PADA POKOK BAHASAN KARAKTERISTIK LAPISAN LAPISAN BUMI KELAS X IS 1 SMA SEMESTA SEMARANG TAHUN AJARAN 2015/2016
LATAR BELAKANG
Pendidikan memiliki peranan penting guna meningkatkan kualitas dan potensi sumber daya manusia. Melalui pendidikan akan terjadi proses pendewasaan diri sehingga di dalam proses pengambilan keputusan terhadap suatu masalah yang dihadapi selalu disertai dengan rasa tanggung jawab yang besar. Pendidikan juga dapat membantu menciptakan manusia yang bertakwa, cerdas, kreatif, terampil, dan produktif. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi:
"Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab."
Guna mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut, tujuan pendidikan dirumuskan lagi menjadi hierarki yang lebih sederhana, yaitu tujuan institusional, tujuan kurikuler, dan tujuan pembelajaran. Keseluruhan tujuan pendidikan tersebut diarahkan pada pengembangan pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai perwujudan dari kompetensi peserta didik. Kompetensi tersebut direfleksikan dalam kebiasaan bersikap, berpikir, dan bertindak yang dilakukan secara konsisten sehingga menjadikan siswa berkompeten. Guna menjadikan siswa berkompeten diperlukan penguasaan kompetensi-kompetensi belajar yang mendukung.
Morocco et al (Abidin, 2014: 8) mengemukakan bahwa pada abad ke-21 minimal ada empat kompetensi belajar yang harus dikuasai siswa agar menjadi siswa yang berkompeten yaitu kemampuan pemahaman yang tinggi, kemampuan berpikir kritis, kemampuan berpikir kreatif, serta kemampuan berkolaborasi dan berkomunikasi. Keterlibatan sisi afeksi, kognisi, dan interaksi sosial pada peserta didik dalam proses belajar dikenal dengan istilah student engagement yang diperlukan untuk memenuhi kompetensi abad-21. Students engagement merupakan inisiasi dari tindakan, usaha, dan persistensi peserta didik dalam pekerjaan sekolah mereka juga keadaan emosional mereka secara keseluruhan selama aktifitas pembelajaran (Skinner et al, 1990, dalam Handelsman et al, 2005).
Reeve (2005) menambahkan bahwa Student Engagement merupakan merupakan intensitas tingkah laku, kualitas emosi, dan usaha pribadi dari keterlibatan siswa secara aktif dalam aktifitas pembelajaran. Student engagement ini merupakan prediktor dari peserta didik yang baik sekaligus merupakan prediktor dari pengajaran yang efektif (Guhrie & Anderson, 1999, dalam Handelsman et al, 2005). Sebagai prediktor dari peserta didik yang baik, student engagement ini penting karena memperlihatkan tingkat perhatian, usaha, persistensi, emosi positif, dan komitmen dari peserta didik dalam proses belajarnya (Skinner et al, 1990, dalam Handelsman et al, 2005). Tanpa adanya student engagement yang baik, maka proses belajar yang baik pun sulit terlaksana. Reeve (2005) menjelaskan bahwa semakin tinggi tingkat engagement peserta didik maka semakin baik pula proses belajarnya. Tanda-tanda peserta didik memiliki student engagement dapat dilihat dari empat hal, yaitu: tingkah lakunya dalam melatih kemampuannya, emosinya yang positif saat proses pembelajaran berlangsung, berpartisipasi aktif dalam proses pembelajarannya, dan bagaimana performa belajarnya ditunjukan (Handelsman et al, 2005).
Tingkah laku yang bertujuan untuk melatih pengetahuan dan kemampuan peserta didik ditunjukan dari tingkah laku seperti mencatat materi pelajaran, mendengarkan pengajar dengan baik, membaca materi pelajaran sebelum memulai kelas, dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dengan baik. Sementara tanda emosi positif saat proses pembelajaran berlangsung dapat dilihat dari ketertarikan pribadi untuk mempelajari materi, memikirkan proses pembelajaran sebelum kelas berlangsung, dan menikmati proses pembelajaran. Lalu, tanda-tanda peserta didik melakukan partisipasi aktif dalam proses pembelajarannya adalah mengajukan pertanyaan ketika tidak memahami materi, aktif dalam diskusi kelompok, dan membantu teman memahami materi yang belum ia pahami. Terakhir, performa dari proses pembelajarannya dapat dilihat dari nilainya yang baik terkait tugas-tugas yang diberikan, mudah mengerjakan soal-soal saat tes berlangsung, dan percaya diri bahwa ia bisa menjalani proses pembelajaran dengan baik.
Sementara tanda emosi positif saat proses pembelajaran berlangsung dapat dilihat dari ketertarikan pribadi untuk mempelajari materi, memikirkan proses pembelajaran sebelum kelas berlangsung, dan menikmati proses pembelajaran. Lalu, tanda-tanda seorang peserta didik melakukan partisipasi aktif dalam proses pembelajarannya adalah mengajukan pertanyaan ketika tidak memahami materi, aktif dalam diskusi kelompok, dan membantu teman memahami materi yang belum ia pahami. Terakhir, performa dari proses pembelajarannya dapat dilihat dari nilainya yang baik terkait tugas-tugas yang diberikan, mudah mengerjakan soal-soal saat tes berlangsung, dan percaya diri bahwa ia bisa menjalani proses pembelajaran dengan baik.
Reeve (2005) menjelaskan bahwa student engagement merupakan hal yang penting karena memiliki beberapa peran dalam proses belajar. Pertama, student engagement membuat proses belajar mungkin dilakukan. Pengembangan suatu pengetahuan atau kemampuan tidak mungkin dilakukan tanpa perhatian, usaha, persistensi, emosi positif, komitmen, dan interaksi yang aktif dengan orang lain dalam proses belajar. Student engagement merupakan syarat dari pengalaman pembelajaran yang produktif. Berikutnya, student engagement berfungsi untuk memprediksi keberfungsian dari suatu institusi pendidikan. Student engagement dapat memprediksi seberapa baik peserta didik menempuh proses belajarnya, terutama dari pencapaian mereka (ranking dan nilai ujian) dan kelulusan mereka (apakah dikeluarkan dari institusi tempat mereka belajar atau tidak). Lalu, student engagement pada peserta didik sendiri dapat dikendalikan dan dibentuk. Gambaran student engagement yang ada dapat memberikan pertimbangan kepada institusi pendidikan mengenai intervensi yang dapat dilakukan kepada peserta didik agar proses belajar mereka semakin baik. Terakhir, student engagement memberikan feedback pada pengajar.
Gambaran engagement pada peserta didik memberikan pengajar feedback yang mereka butuhkan untuk menentukan telah seberapa baik kah usaha mereka dalam memotivasi siswa dalam proses belajar mereka. Tinggi rendahnya student engagement pada peserta didik menunjukan tingkat motivasi mereka selama proses belajar berlangsung. Keempat peran student engagement di atas tentunya merupakan peran yang positif bagi keberhasilan proses pembelajaran. Hal ini menyebabkan penting bagi institusi pendidikan untuk mengetahui hal-hal apa saja yang dapat mempengaruhi student engagement peserta didik.
Salah satu masalah dalam pembelajaran seringkali seorang pendidik tidak menyampaikan materi secara utuh. Syaiful Bahri Djamarah, dkk (2006: 43) menerangkan materi pembelajaran adalah substansi yang akan disampaiakan dalam proses belajar mengajar. Tanpa materi pembelajaran proses belajar mengajar tidak akan berjalan. materi pembelajaran (instructional materials). Alokasi waktu penyampaian kurang, kesiapan bahan ajar, materi pembelajaran yang belum terstruktur, sistematis dan logis menjadi penghambat penyampaian materi yang tidak tersampaikan secara utuh. Flipped Classroom Pedagogy merupakan strategi pembelajaran untuk mengatasi kurangnya alokasi waktu penyampaian materi agar lebih terstruktur, sistematis dan logis.
Flipped Classroom menurut Graham Brent (2013) merupakan strategi yang dapat diberikan oleh pendidik dengan cara meminimalkan jumlah instruksi langsung dalam praktek mengajar mereka sambil memaksimalkan interaksi satu sama lain. Strategi ini memanfaatkan teknologi yang menyediakan tambahan yang mendukung materi pembelajaran bagi siswa yang dapat diakses secara online. Hal ini membebaskan waktu kelas yang sebelumnya telah digunakan untuk pembelajaran. Instruktur mengadopsi model flipped classroom untuk memberikan pembelajaran kelas atau konten instruksional sebagai pekerjaan rumah. Dalam persiapan untuk kelas, siswa diwajibkan untuk melihat video pembelajaran. Menurut Tucker dalam Amy Roehl (2013) siswa memanfaatkan waktu di kelas untuk bekerja menyelesaikan masalah, pengembangan konsep, dan terlibat dalam pembelajaran kolaboratif.
RUMUSAN MASALAH
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah dalam penelitian ini adalah:
Rendahnya keterlibatan peserta didik kelas X IS 1 SMA Semesta Semarang pada materi karakteristik lapisan lapisan bumi.
Sekitar XX% siswa di kelas X IS 1 SMA Semesta Semarang kurang terlibat dalam pembelajaran geografi pada materi karakteristik lapisan lapisan bumi
Pemecahan Masalah
Untuk memecahkan masalah tersebut, peneliti menggunakan model pembelajaran flipped classroom yang telah penulis modifikasi untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
TUJUAN PENELITIAN
Penelitian tindakan kelas ini mempunyai beberapa tujuan yang ingin dicapai, tujuan tersebut yaitu sebagai berikut:
Tujuan Umum : untuk meningkatkan kualitas guru dan pembelajaran geografi di SMA Semesta Semarang.
Tujuan Khusus : untuk meningkatkan keaktifan peserta didik dari XX% peserta didik aktif menjadi XX% peserta didik aktif dalam proses pembelajaran geografi pada pokok bahasan karakteristik lapisan lapisan bumi dengan menggunakan model pembelajaran Flipped Classroom, sehingga peserta didik memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan perubahan sikap yang positif.
MANFAAT PENELITIAN
Bagi Peneliti
Memberikan pengalaman dan wawasan yang lebih tentang model model pembelajaran serta metode dan teknik pembelajaran.
Menemukan masalah pembelajaran yang ada di kelas.
Mengetahui model pembelajaran yang efektif di masing-masing materi pelajaran.
Memotivasi guru untuk kreatif dan inovatif untuk menggunakan model pembelajaran yang bervariasi
Bagi Siswa
Meningkatkan pemahaman siswa kelas X IS 1 SMA Semesta Semarang terhadap materi karakteristik lapisan lapisan bumi
Meningkatkan keterlibatan peserta didik kelas X IS 1 SMA Semesta Semarang dalam materi karakteristik lapisan lapisan bumi.
Meningkatkan ketertarikan siswa pada proses pembelajaran Geografi.
Menumbuhkan rasa kerjasama antarkelompok siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Bagi Sekolah
Peningkatan kualitas pembelajaran Geografi di SMA Semesta Semarang
Peningkatan sarana prasarana sebagai wadah peserta didik mengkonstruksi pengetahuan barunya.
Meningkatkan motivasi pada guru-guru yang lain untuk menerapkan model-model pembelajaran dalam proses pembelajaran di kelas
KAJIAN PUSTAKA
Temuan Penelitian Pendukung
Menurut jurnal yang berjudul Implementasi Student Centered Learning Dengan Memanfaatkan Media Pembelajaran Digital Dalam Pembelajaran Dengan Menggunakan Metodec"Flipped Classroom" yang dilakukan oleh Francisca Haryanti Chandra1, Yulius Widi Nugroho, menyatakan bahwa bagian dari penelitian yang kami lakukan dalam pembelajaran Rangkaian Listrik di Sekolah Tinggi Teknik Surabaya. Untuk mengatasi kendala dalam pelaksanaan Flipped Classroom yang kami sebutkan sebelumnya, kami menggunakan berbagai cara: 1)Menugaskan mahasiswa untuk mencari video pembelajaran yang sesuai dengan topic yang akan diajarkan. 2) Menugaskan mahasiswa menonton video sebelum kelas dilaksanakan dan membuat catatan 3) Menggunakan metode active learning. 4) Menggunakan metode peer coaching, 5)Meningkatkan self motivation dari peserta didik. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan hasil belajar meskipun tidak signifikan
Dukungan Konseptual
Partisipasi
1). Pengertian Partisipasi
Menurut Davis dan Newstrom (2004: ) Partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosional orang-orang dalam situasi kelompok. Dan mendorong mereka untuk memberikan suatu kontribusi demi tujuan kelompok, dan juga berbagai tanggung jawab dalam pencapaian tujuan. Dalam defenisi tersebut kunci pemikirannya adalah keterlibatan mental dan emosi. Sebenarnya partisipasi adalah suatu gejala demokrasi dimana orang diikutsertakan dalam suatu perencanaan serta dalam pelaksanaan dan juga ikut memikul tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangan dan tingkat kewajibannya. Partisipasi itu menjadi baik dalam bidang-bidang fisik maupun bidang mental serta penentuan kebijaksanaan. Partisipasi buah pikiran lebih merupakan partisipasi berupa sumbangan ide, pendapat atau buah pikiran konstruktif, baik untuk menyusun program maupun untuk memperlancar pelaksanaan program dan juga untuk mewujudkannya dengan memberikan pengalaman dan pengetahuan guna mengembangkan kegiatan yang diikutinya.
Berdasarkan pengertian di atas dapat diketahui bahwa dalam partisipasi terdapat unsur-unsur sebagai berikut :
Keterlibatan peserta didik dalam segala kegiatan yang dilaksanakan dalam proses belajar mengajar.
Kemauan peserta didik untuk merespon dan berkreasi dalam kegiatan yang dilaksanakan dalam proses belajar mengajar.
Partisipasi siswa dalam pembelajaran sangat penting untuk menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan. Dengan demikian tujuan pembelajaran yang sudah direncakan bisa dicapai semaksimal mungkin. Tidak ada proses belajar tanpa partisipasi dan keaktifan anak didik yang belajar. Setiap anak didik pasti aktif dalam belajar, hanya yang membedakannya adalah kadar/bobot keaktifan anak didik dalam belajar. Ada keaktifan itu dengan kategori rendah, sedang dan tinggi. Disini perlu kreatifitas guru dalam mengajar agar siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Penggunaan strategi dan metode yang tepat akan menentukan keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Metode belajar mengajar yang bersifat partisipatoris yang dilakukan guru akan mampu membawa siswa dalam situasi yang lebih kondusif karena siswa lebih berperan serta lebih terbuka dan sensitif dalam kegiatan belajar mengajar.
Menurut Hanif (1998) tinggi rendahnya partisipasi siswa dalam pembelajaran di kelas dapat dilihat dari keadaan atau aktivitas yang terjadi dalam pembelajaran. Partisipasi siswa dikatakan tinggi jika lebih dari 70% siswa terlibat dalam proses pembelajaran. Partisipasi siswa dikatakan sedang jika 40% - 70% siswa terlibat dalam proses pembelajaran. Partisipasi siswa dikatakan rendah jika kurang dari 40% siswa terlibat dalam proses pembelajaran
2) Bentuk-Bentuk Partisipasi
Menurut Effendi, partisipasi ada dua bentuk, yaitu partisipasi vertikal dan partisipasi horizontal.
Partisipasi vertikal adalah suatu bentuk kondisi tertentu dalam masyarakat yang terlibat di dalamnya atau mengambil bagian dalam suatu program pihak lain, dalam hubungan mana masyarakat berada sebagai posisi bawahan.
Partisipasi horizontal adalah dimana masyarakatnya tidak mustahil untuk mempunyai prakarsa dimana setiap anggota / kelompok masyarakat berpartisipasi secara horizontal antara satu dengan yang lainnya, baik dalam melakukan usaha bersama, maupun dalam rangka melakukan kegiatan dengan pihak lain. menurut Effendi sendiri, tentu saja partisipasi seperti ini merupakan tanda permulaan tumbuhnya masyarakat yang mampu berkembang secara mandiri
3) Prinsip-Prinsip Partisipasi
Sebagaimana tertuang dalam Panduan Pelaksanaan Pendekatan Partisipati yang disusun oleh Department for International Development (DFID) (dalam Monique Sumampouw, 2004: 106-107) adalah:
Cakupan : Semua orang atau wakil-wakil dari semua kelompok yang terkena dampak dari hasil-hasil suatu keputusan atau proses proyek pembangunan.
Kesetaraan dan kemitraan (Equal Partnership): Pada dasarnya setiap orang mempunyai keterampilan, kemampuan dan prakarsa serta mempunyai hak untuk menggunakan prakarsa tersebut terlibat dalam setiap proses guna membangun dialog tanpa memperhitungkan jenjang dan struktur masing-masing pihak.
Transparansi :Semua pihak harus dapat menumbuh kembangkan komunikasi dan iklim berkomunikasi terbuka dan kondusif sehingga menimbulkan dialog.
Kesetaraan kewenangan (Sharing Power/Equal Powership) : Berbagai pihak yang terlibat harus dapat menyeimbangkan distribusi kewenangan dan kekuasaan untuk menghindari terjadinya dominasi.
Kesetaraan Tanggung Jawab (Sharing Responsibility : Berbagai pihak mempunyai tanggung jawab yang jelas dalam setiap proses karena adanya kesetaraan kewenangan (sharing power) dan keterlibatannya dalam proses pengambilan keputusan dan langkah-langkah selanjutnya.
Pemberdayaan (Empowerment : Keterlibatan berbagai pihak tidak lepas dari segala kekuatan dan kelemahan yang dimiliki setiap pihak, sehingga melalui keterlibatan aktif dalam setiap proses kegiatan, terjadi suatu proses saling belajar dan saling memberdayakan satu sama lain.
Kerjasama : Diperlukan adanya kerja sama berbagai pihak yang terlibat untuk saling berbagi kelebihan guna mengurangi berbagai kelemahan yang ada, khususnya yang berkaitan dengan kemampuan sumber daya manusia.
4) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi
Ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi partisipasi masyarakat dalam suatu program, sifat faktor-faktor tersebut dapat mendukung suatu keberhasilan program namun ada juga yang sifatnya dapat menghambat keberhasilan program. Misalnya saja faktor usia, terbatasnya harta benda, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan. Angell (dalam Ross, 1967: 130) mengatakan partisipasi yang tumbuh dalam masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam berpartisipasi, yaitu:
Usia
Faktor usia merupakan faktor yang memengaruhi sikap seseorang terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari kelompok usia menengah ke atas dengan keterikatan moral kepada nilai dan norma masyarakat yang lebih mantap, cenderung lebih banyak yang berpartisipasi daripada mereka yang dari kelompok usia lainnya.
Jenis kelamin
Nilai yang cukup lama dominan dalam kultur berbagai bangsa mengatakan bahwa pada dasarnya tempat perempuan[ adalah "di dapur" yang berarti bahwa dalam banyak masyarakat peranan perempuan yang terutama adalah mengurus rumah tangga, akan tetapi semakin lama nilai peran perempuan tersebut telah bergeser dengan adanya gerakan emansipasi dan pendidikan perempuan yang semakin baik.
Pendidikan
Dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi. Pendidikan dianggap dapat memengaruhi sikap hidup seseorang terhadap lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan bagi peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat.
Pekerjaan dan penghasilan
Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena pekerjaan seseorang akan menentukan berapa penghasilan yang akan diperolehnya. Pekerjaan dan penghasilan yang baik dan mencukupi kebutuhan sehari-hari dapat mendorong seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat. Pengertiannya bahwa untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan, harus didukung oleh suasana yang mapan perekonomian.
Lamanya tinggal
Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan tersebut akan berpengaruh pada partisipasi seseorang. Semakin lama ia tinggal dalam lingkungan tertentu, maka rasa memiliki terhadap lingkungan cenderung lebih terlihat dalam partisipasinya yang besar dalam setiap kegiatan lingkungan tersebut.
5) aspek-aspek dari partisipasi yang dapat dijadikan alat ukur tingkat partisipasi siswa
dalam proses pembelajaran
Menurut pendapat Hounston (1987), aspek-aspek dari partisipasi yang dapat dijadikan alat ukur tingkat partisipasi siswa dalam proses pembelajaran, antara lain:
kerja sama dan keterlibatan dalam kelompok
siswa yang terlihat berpartisipasi pasti terlibat dan turut serta dalam diskusi-diskusi dan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam kelompok dengan harapan tercapainya tujuan dalam kelompok tersebut.
mengajukan pertanyaan
siswa yang terlihat berpartisipasi pasti mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan pertanyaan tersebut mengenai materi yang belum jelas yang telah diterangkan oleh guru.
berani memberikan tanggapan terhadap jawaban siswa lain
siswa yang terlihat berpartisipasi pasti turut serta dalam menanggapi jawaban siswa lain, hal ini bisa dilakukan dalam diskusi kecil maupun diskusi besar dalam kelas
memberikan kesimpulan
siswa yang terlihat berpartisipasi pasti dapat menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Dengan bisa menyimpulakan materi, siswa tersebut dianggap mengusai materi dengan baik dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran
menjawab pertanyaan yang diajukan guru maupun siswa lain
siswa yang terlihat berpartisipasi pasti bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru maupun siswa mengenai materi pelajaran yang diajarkan dalam proses pembelajaran di kelas
mengerjakan soal di depan kelas
siswa yang terlihat berpartisipasi pasti berani mengerjakan soal di depan kelas. Hal ini baik untuk melatih keberanian siswa dalam hal maju di depan siswa lain
MODEL PEMBELAJARAN FLIPPED CLASSROOM
Pengertian model pembelajaran
Menurut Slavin (2010), model pembelajaran adalah suatu acuan kepada suatu pendekatan pembelajaran termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem pengelolaanya. Sedangkan menurut Trianto (2009) model pembelajaran merupakan pendekatan yang luas dan menyeluruh serta dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan pembelajarannya, sintaks (pola urutannya), dan sifat lingkungan belajarnya. Model pembelajaran yang tepat adalah model pembelajaran yang diterapkan pada pembelajaran bahan kajian atau pokok bahasan atau sub pokok bahasan tertentu dengan menggunakan waktu, dana tak begitu banyak dan mendapatkan hasil yang dapat diserap siswa secara maksimal.
Ciri-ciri Model Pembelajaran Rasional teoritik yang logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil. Lingkungan belajar yang duperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Sebagai seorang guru harus mampu memilih model pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. Karena itu dalam memilih model pembelajaran, guru harus memperhatikan keadaan atau kondisi siswa, bahan pelajaran serta sumber-sumber belajar yang ada agar penggunaan model pembelajaran dapat diterapkan secara efektif dan menunjang keberhasilan belajar siswa. Seorang guru diharapkan memiliki motivasi dan semangat pembaharuan dalam proses pembelajaran yang dijalaninya. Menurut Sardiman A. M. (2004 : 165), guru yang kompeten adalah guru yang mampu mengelola program belajar-mengajar. Mengelola di sini memiliki arti yang luas yang menyangkut bagaimana seorang guru mampu menguasai keterampilan dasar mengajar, seperti membuka dan menutup pelajaran, menjelaskan, menvariasi media, bertanya, memberi penguatan, dan sebagainya, juga bagaimana guru menerapkan strategi, teori belajar dan pembelajaran, dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif. Pendapat serupa dikemukakan oleh Colin Marsh (1996 : 10) yang menyatakan bahwa guru harus memiliki kompetensi mengajar, memotivasi peserta didik, membuat model instruksional, mengelola kelas, berkomunikasi, merencanakan pembelajaran, dan mengevaluasi. Semua kompetensi tersebut mendukung keberhasilan guru dalam mengajar. Setiap guru harus memiliki kompetensi adaptif terhadap setiap perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan di bidang pendidikan, baik yang menyangkut perbaikan kualitas pembelajaran maupun segala hal yang berkaitan dengan peningkatan prestasi belajar peserta didiknya.
Kriteria model pembelajaran yang dikatakan baik, jika sesuai dengan kriteria adalah sebagai berikut : Pertama, sahih (valid). Aspek validitas dikaitkan dengan dua hal, yaitu : apakah model yang dikembangkan didasarkan pada rasional teoritis yang kuat dan apakah terdapat konsistensi internal. Kedua, praktis, aspek kepraktisan hanya dapat dipenuhi jika para ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa yang dapat dikembangakan dapat diterapkan dan kenyataan menunjukkan bahwa apa yang dikembangkan tetrsebut dapat diterapkan. Ketiga, efektif, berkaitan dengan aspek efektifitas sebagai berikut: ahli dan praktisi berdasarkan pengalamnnnya menyatakan bahwa model tersebut efektif; dan secara operasional model tersebut memberikan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan (Trianto, 2013). Arends dan pakar model pembelajaran berpendapat bahwa tidak ada satu pun model pembelajaran yang paling baik diantara yang lainnya apabila tidak dilakukan ujicoba pada suatu mata pelajaran. Oleh karena itu, perlu adanya seleksi pada setiap model pembelajaran mana yang paling baik untuk diajarakan pada materi tertentu (Trianto, 2013).
Pengertian Flipped Classroom
Flipped Classroom adalah model pembelajaran yang "membalik" metode tradisional, di mana biasanya materi diberikan di kelas dan siswa mengerjakan tugas di rumah. Konsep Flipped Classroom mencakup active learning, keterlibatan siswa, dan podcasting. Dalam flipped classroom, materi terlebih dahulu diberikan melalui video pembelajaran yang harus ditonton siswa di rumah masing-masing. Sebaliknya, sesi belajar di kelas digunakan untuk diskusi kelompok dan mengerjakan tugas. Di sini, guru berperan sebagai pembina atau pemberi saran.
Penerapan model flipped classroom memiliki banyak keuntungan dibandingkan model pembelajaran tradisional. Tersedianya materi dalam bentuk video memberikan kebebasan pada siswa untuk menghentikan atau mengulang materi kapan saja di bagian-bagian yang kurang mereka pahami. Selain itu, pemanfaatan sesi belajar di kelas untuk proyek atau tugas kelompok mempermudah siswa untuk saling berinteraksi dan belajar satu sama lain. Namun, meski memiliki banyak kelebihan, flipped classroom membutuhkan persiapan matang agar dapat berjalan dengan optimal. Guru tentunya harus membuat video pembelajaran yang menarik, berkualitas, serta dapat dipahami siswa tanpa tatap muka secara langsung; sementara siswa, di sisi lain, harus memiliki akses terhadap koneksi internet.
Menurut Bergman & Sams (2012), terdapat empat pilar dalam flipped classroom, yaitu:
1. Flexibel Environment
Guru menciptakan ruang belajar yang fleksibel di mana siswa dapat memilih kapan dan di mana mereka belajar. Selanjutnya, guru yang membalik kelas mereka dengan harapan siswa dapat menentukan sendiri jadwal dan cara belajar mereka, serta guru fleksibel membuat penilaian hasil belajar sesuai prosesnya.
2. Learning Culture
Model Pembelajaran Flipped memberi kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar baik di dalam maupun di luar kelas. Di luar kelas, siswa aktif mempelajari materi pelajaran yang disampaikan dalam berbagai media. Sedangkan di dalam kelas, siswa berkesempatan mengkesplorasi lebih mendalam materi pelajaran dengan birdiskusi secara aktif baik dengan sesame siswa maupun dengan guru. Dengan kata lain, siswa terlibat secara aktif dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dan mengevaluasinya sehingga bermakna.
3. Intentional Content
Guru sengaja menyediakan dan menggunakan konten pembelajaran untuk mengoptimalkan kegiatan pembelajarn yang berpusat pada siswa. Sehingga model pembelajaran Flipped benar-benar dapat membantu siswa mengembangkan pemahaman konseptual dan kelancaran prosedural.
4. Professional Educators
Guru yang profesional selalu mengamati dan memberikan perhatian penuh kepada siswanya selama proses pembe;ajaran berlangsung, memberikan umpan balik yang relevan pada saat itu dan menilai secara obyektif semua tugas siswa. Selain itu, guru yang profesional mampu berkolaborasi meningkatkan kualitas pembelajaran, menerima kritik yang konstruktif dan mengelola kelas dengan baik.
Dalam model flipped classroom, guru dan siswa terlibat dalam mengeksplorasi konsep dan materi pelajaran, serta menjadikan pembelajaran yang bermakna. Guru berperan sebagai fasilitator yang siap memberikan bimbingan kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Siswa bertanggung jawab penuh terhadap pembelajaran yang dilakukan.
LAPISAN BUMI
Bumi adalah planet ketiga dari delapan planet dalam Tata Surya. Diperkirakan usianya mencapai 4,6 milyar tahun. Jarak antara Bumi dengan matahari adalah 149.6 juta kilometer atau 1 AU (ing: astronomical unit). Bumi mempunyai lapisan udara (atmosfer) dan medan magnet yang disebut (magnetosfer) yang melindung permukaan Bumi dari angin matahari,sinar ultraungu, dan radiasi dari luar angkasa. Lapisan udara ini menyelimuti bumi hingga ketinggian sekitar 700 kilometer.
Lapisan udara ini dibagi menjadi Troposfer, Stratosfer, Mesosfer, Termosfer, dan Eksosfer.Lapisan ozon, setinggi 50 kilometer, berada di lapisan stratosfer dan mesosfer dan melindungi bumi dari sinar ultraungu.Perbedaan suhu permukaan bumi adalah antara -70°C hingga 50°C bergantung pada iklim setempat. Sehari dibagi menjadi 24 jam dan setahun di bumi sama dengan 365,2425 hari. Bumi mempunyai massa seberat 59.760 milyar ton, dengan luas permukaan 510 juta kilometer persegi. Berat jenis Bumi (sekitar 5.500 kilogram per meter kubik) digunakan sebagai unit perbandingan berat jenis planet yang lain, dengan berat jenis Bumi dipatok sebagai 1.
Bumi mempunyai diameter sepanjang 12.756 kilometer. Gravitasi Bumi diukur sebagai 10 N kg-1 dijadikan unit ukuran gravitasi planet lain, dengan gravitasi Bumi dipatok sebagai 1. Bumi mempunyai 1 satelit alami yaitu Bulan. 70,8% permukaan bumi diliputi air. Udara Bumi terdiri dari 78% nitrogen, 21% oksigen, dan 1% uap air, karbondioksida, dan gas lain. Bumi diperkirakan tersusun atas inti dalam bumi yang terdiri dari besi nikel beku setebal 1.370 kilometer dengan suhu 4.500°C, diselimuti pula oleh inti luar yang bersifat cair setebal 2.100 kilometer, lalu diselimuti pula oleh mantel silika setebal 2.800 kilometer membentuk 83% isi bumi, dan akhirnya sekali diselimuti oleh kerak bumi setebal kurang lebih 85 kilometer. Kerak bumi lebih tipis di dasar laut yaitu sekitar 5 kilometer.
Kerak bumi terbagi kepada beberapa bagian dan bergerak melalui pergerakan tektonik lempeng (teori Continental Drift) yang menghasilkan gempa bumi. Titik tertinggi di permukaan bumi adalah gunung Everest setinggi 8.848 meter, dan titik terdalam adalah palung Mariana di samudra Pasifik dengan kedalaman 10.924 meter. Danau terdalam adalah Danau Baikal dengan kedalaman 1.637 meter, sedangkan danau terbesar adalah Laut Kaspia dengan luas 394.299 km2.
Menurut komposisi (jenis dari materialnya), Bumi dapat dibagi menjadi lapisan-lapisan sebagai berikut:
Kerak Bumi
Kerak bumi adalah lapisan terluar Bumi yang terbagi menjadi dua kategori, yaitu kerak samudra dan kerak benua. Kerak samudra mempunyai ketebalan sekitar 5-10 km sedangkan kerak benua mempunyai ketebalan sekitar 20-70 km. Penyusun kerak samudra yang utama adalah batuan basalt, sedangkan batuan penyusun kerak benua yang utama adalah granit, yang tidak sepadat batuan basalt.
2) Mantel Bumi
Mantel bumi terletak di antara kerak dan inti luar bumi. Mantel bumi merupakan batuan yang mengandung magnesium dan silikon. Suhu pada mantel bagian atas ±1300 °C-1500 °C dan suhu pada mantel bagian dalam ±1500 °C-3000 °C. Fungsinya melindungi inti bumi.
3) Inti Bumi
Inti Bumi terletak pada lapisan terdalam. Inti Bumi terbagi menjadi 2 (dua), yaitu:
a) Inti bumi bagian luar
merupakan salah satu bagian dalam bumi yang melapisi inti bumi bagian dalam. Inti bumi bagian luar mempunyai tebal 2250 km dan kedalaman antara 2900-4980 km. Inti bumi bagian luar terdiri atas besi dan nikel cair dengan suhu 3900°C
b) Inti bumi bagian dalam
merupakan bagian bumi yang paling dalam atau dapat juga disebut inti bumi. inti bumi mempunyai tebal 1200km dan berdiameter 2600km. inti bumi terdiri dari besi dan nikel berbentuk padat dengan temperatur dapat mencapai 4800°C.
1. Tiga pergerakan batas lempeng muka bumi beserta contohnya.
Konvergen
Batas konvergen adalah batas antar lempeng yang saling bertumbukan. Batas lempeng konvergen dapat berupa batas subduksi atau obduksi. Batas subduksi adalah batas lempeng yang berupa tumbukan lempeng dimana salah satu lempeng menyusup ke dalam perut bumi dan lempeng lainnya terangkat kepermukaan. Contohnya adalah kepulauan Indonesia sebagai bagian dari lempeng benua Asia Tenggara dengan lempeng Samudra Hindia-Australia disebelah selatan Sumatra-Jawa-NTB dan NTT. Batas kedua lempeng ini berupa zona subduksi yang terletak di laut yang berbentuk palung yang memanjang dari Sumatra, Jawa, hingga NTT. Contoh lainnya adalah kepulauan Fhilipina sebagai hasil subduksi antara lempeng samudra Philipina dengan lempeng samudra pasifik.
Obduksi adalah batas lempeng yang merupakan hasil tumbukan lempeng benua dengan benua yang membentuk suatu rangkaian pegunungan. Contohnya: pegunungan Himalaya yang merupakan hasil tumbukan lempeng benua India dengan lempeng benua Eurasia.
Divergen
Batas antara lempeng yang saling menjauh satu dan lainnya. Pemisahan ini disebabkan karena adanya gaya tarik yang menyebabkan naiknya magma kepermukaan dan membentuk material batu berupa lava yang kemudian berdampak pada lempeng yang yang saling menjauh. Contoh: punggung tengah samudra yang berada di dasar samudra Atlantik, disamping itu contoh lainnya adalah rifting yang terjadi antara benua Afrika dan Jazirah Arab yang membentuk Laut Merah.
Transform
Batas antar lempeng yang saling berpapasan dan saling bergeser satu dan lainya yang menghasilkan suatu sesar yang mendatar jenis strike slip fault. Contoh: patahan san Andres di Amerika Serikat yang merupakan pergeseran lempeng Samudra Pasifik dengan lempeg benua Amerika Utara.
RENCANA DAN PROSEDUR PENELITIAN
Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan di SMA Semesta Semarang tahun 2017.
Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian tindakan kelas ini adalah peserta didik kelas X IS-1 SMA Semesta Semarang yang berjumlah 30 orang.
Prosedur Penelitian
Pada kegiatan ini saya menyusun beberapa langkah-langkah guna melakukan tindakan kelas mengenai Partisipasi Peserta Didik (Student Engagement) Menggunakan Model Pembelajaran Flipped Classroom Pada Pokok Bahasan Karakteristik Lapisan Lapisan Bumi, rencana penelitian yang akan dilakukan antara lain :
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan
c. Pengamatan
d. Refleksi
Keterangan:
Perencanaan, yaitu tahap persiapan dengan melakukan observasi awal dan penyusunan proposal kegiatan.
Mengidentifikasi masalah dan kondisi awal siswa yang berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan sesuai pembelajaran Flipped Classroom .
Menyiapkan perangkat pembelajaran yaitu silabus dan RPP, media pembelajaran, lembar soal (kuis) dan lembar observasi.
Pelaksanaan, yaitu tahap pelaksanaan penelitian secara langsung di dalam kelas pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. (dengan melakukan pembelajaran Flipped Classroom )
Melaksanakan pembelajaran dalam menerapkan metode pembelajaran Flipped Classroom .
Aktivitas pembelajaran dilakukan oleh siswa dengan yang difasilitasi oleh guru.
Langkah – langkah pembelajaran flipped classroom adalah sebagai berikut :
Sebelum tatap muka, siswa diminta untuk belajar mandiri di rumah mengenai materi untuk pertemuan berikutnya, dengan menonton video pembelajaran karya guru itu sendiri ataupun video pembelajaran dari hasil upload orang lain.
Pada pembelajaran di kelas, peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok heterogen.
Peran guru pada saat kegiatan belajar berlangsung adalah memfasilitasi berlangsungnya diskusi dengan metode kooperatif learning. Di samping itu, guru juga akan menyiapkan beberapa pertanyaan (soal) dari materi tersebut.
Guru memberikan kuis/tes sehingga siswa sadar bahwa kegiatan yang mereka lakukan bukan hanya permainan, tetapi merupakan proses belajar, serta guru berlaku sebagai fasilitator dalam membantu siswa dalam pembelajaran serta menyelesaikan soal soal yang berhubungan dengan materi.
Pengamatan, yaitu proses penelitian pada tahap pengamatan terhadap proses pembelajaran yang sedang dilakukan. Pada tahap pengamatan ini juga sebagai bentuk penilaian guru terhadap penelitian yang dilakukan.
4. Refleksi, yaitu tahap evaluasi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Apakah setelah pembelajaran tersebut terjadi perubahan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai atau belum.
4. Jenis Data
Adapun data yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah jenis data kualitatif data. Kualitatif yang digunakan adalah data keaktifan siswa yang diperoleh melalui observasi secara langsung pada saat pelaksanaan pembelajaran di kelas.
5.Cara Pengumpulan Data
Cara pengambilan data dalam PTK ini yaitu dengan instrumen nontes. Teknik nontes yang dipilih pada penelitian ini yaitu dengan lembar observasi. Lembar observasi digunakan untuk mengukur keaktifan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran flipped classroom .
6.Indikator Kinerja
Untuk mengetahui berhasil tidaknya tindakan yang telah dilaksanakan dengan berdasar pada rencana tindakan yang ditetapkan, maka kriteria yang digunakan adalah bersumber dari tujuan atau misi dilakukannya tindakan. Adapun misi pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran geografi di kelas X SMA SEMESTA 1 Semarang. Kriteria yang dijadikan tolok ukur keberhasilan tindakan dimaksud adalah:
Sekurang-kurangnya 70% peserta didik aktif saat mengikuti pelajaran geografi khususnya pokok bahasan karakteristik lapisan bumi.
7.Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian PTK yang akan dilakukan mengikuti jadwal yang telah disusun, jadwal yang disusun antara lain :
Tabel 3. Jadwal Pelaksanaan PTK
No
Kegiatan
Bulan
April
Mei
Juni
Juli
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
Observasi
V
LIBUR IDUL FITRI DAN SEMESTER
2
Penyusunan Proposal
V
3
Penyusunan Instrumen
V
4
Persiapan
V
5
Pelaksanaan Tindakan I
V
V
6
Pelaksanaan Tindakan II
V
V
8
Refleksi
V
9
Pengolahan Data
V
V
10
Penyusunan Laporan
V
V
DAFTAR PUSTAKA
Damayanti, Herry Novis .2016. Efektifitas Flipped Classroom Terhadap Sikap Dan Keterampilan Belajar Matematika Di SMK (JURNAL) . Surakarta :UMS. Vol 11 No 2 :2-8
E-Journal //Media Prestasi Vol. XVIII No.2 Desember 2016 /ISSN 1979 – 9225
https://nurfitriyanaulfamath.wordpress.com/2014/01/05/strategi-flipped-classroom/
(Diakses pada 2 April 2017)
http:// www.lrpsnk.com /2014/04/pengertian-partisipasi-menurut ahli.html
(Diakses pada 3 April 2017)
http://sobat geo.blogspot.co.id/2017/01/struktur-lapisan –litosfer.html
(Diakses pada 3 April 2017)
Source: http://www.eurekapendidikan.com/2014/10/defenisi-dan-pengertian-model.html
(Diakses pada 10 April 2017)
Suharsimi, 2009, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan ( Edisi Revisi), Jakarta: Bumi Aksara
Ulfa, Nur Fitriyana .2014. Implementasi strategi flipped classroom dalam pembelajaran matematika terhadap kognitif ditinjau dari keaktifan belajar siswa SMA Negeri 1 Surakarta ( Skripsi) . Surakrta : Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Wardiyatmoko, K., 2006, Geografi Untuk SMA Kelas X, Jakarta: Erlangga
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan : SMA Semesta Semarang
Mata Pelajaran : Geografi
Kelas/ Semester : X (sepuluh)/ 1(satu)
Topik Materi : Litosfer
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
Kompetensi Inti
KI 1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
KI 3 Memahami ,menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI 4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan
Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
No
Kompetensi Dasar
Indikator Pencapaian Kompetensi
Menghayati keberadaan dirinya sebagai makhluk Tuhan yang dapat berfikir ilmiah dan mampu meneliti tentang lingkungannya.
Mensyukuri segala karunia Tuhan yang ada di bumi melalui barbagai fenomena geografi dalam kehidupan sehari hari
Menunjukkan perilaku proaktif dalam mempelajari hakekat ilmu dan peran geografi untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Mengungkapkan pendapat.
Aktif dalam diskusi kelas maupun kelompok.
Memelihara hubungan baik dengan teman dan guru
Meningkatkan
Memelihara hubungan baik dengan lingkungan
Bertanggungjawab
Menganalisis Menganalisis hubungan antara manusia dengan lingkungan sebagai akibat dari dinamika litosfera.
3.4.1.Mengumpulkan informasi Litosfer
3.4.2.Mengumpulkan informasi Batuan pembentuk kulit bumi ( siklus batuan )
3.4.3.Menganalisis pengaruh tektonisme terhadap kehidupan
3.4.4.Menganalisis pengaruh vulkanisme terhadap kehidupan kehidupan
3.4.5.Menganalisis pengaruh seisme terhadap kehidupan
3.4.6.Mengumpulkan informasi tenaga geologi
3.4.7.Menganalisis pengaruh tenaga endogen terhadap kehidupan
3.4.8.Menganalisis pengaruh proses eksogen terhadap kehidupan
3.4.9.Menjelaskan pembentukan tanah dan pemanfaatannya
Menyajikan hasil analisis hubungan antara manusia dengan lingkungannya sebagai pengaruh dinamika litosfera dalam bentuk narasi, tabel, bagan, grafik, gambar ilustrasi, dan atau peta konsep.
4.4.1.Mengumpulkan analisis interaksi manusia dengan lingkungan
4.4.2.Mengklasifikasikan pengaruh litosfer terhadap kehidupan
4.4.3. Menyusun laporan dalam bentuk tertulis
Materi Pembelajaran
Struktur pelapisan lithosfer dan manfaatnya
Metode Pembelajaran
kooperatif
Pembelajaran Flipped Classroom
Sumber Belajar
Media Pembelajaran
Media : Video dan gambar.
Alat dan bahan : Laptop, Lcd
Langkah-langkah pembelajaran
Pertemuan pertama
Rincian Kegiatan
Waktu
Pendahuluan
Peserta didik bersama guru menyampaikan salam dan berdoa
Guru mengkondisikan kelas dan mengabsen kehadiran siswa
Guru menyampaikan kompetensi dasar (KD) yang akan diajarkan
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Guru mengaitkan hal-hal yang dikemukakan peserta didik dengan materi yang akan dipelajari
10 menit
Kegiatan Inti
Mengamati
Secara berkelompok peserta didik menggali informasi tentang litosfer melalui video yang telah diberikan oleh guru pada pertemuan sebelumnya
Siswa menggali informasi tentang aktivitas gunung api dari gambar gambar yang diberikan
Guru menilai keaktifan peserta didik dalam kelompok
Menanya
Guru mengajukan pertanyaan tentang gambar aktifitas vulkanisme di indonesia.
Peserta didik mengajukan pertanyaan berdasarkan pada materi vulkanisme
Peserta didik mengajukan pertanyaan yang belum dipahami tentang aktivitas gunung
Guru memberi kesempatan bagi peserta didik lain yang ingin menanggapi atau menjawab pertanyaan siswa,
Mencoba
Berdasarkan gambar yang telah ditempel pada papan tulis peserta didik merangkai pengertian vulkanisme secara kelompok
Peserta didik memberikan contoh dampak vulkanisme dalam kehidupan sehari-hari
Guru menilai sikap peserta didik dan hasil kerja kelompok
Guru menilai kemampuan peserta didik menerapkan vulkanisme dan pengaruhnya bagi kehidupan
Mengasosiasi
Disajikan beberapa gambar berisi fenomena alam dan kehidupan yang berkaitan dengan vulkanisme (tipe letusan gunungapi)
Masing-masing kelompok berdiskusi tentang gambar tipe-tipe letusan gunungapi
Masing-masing kelompok berdiskusi tentang bagian-bagian gunungapi serta material yang dikeluarkan.
Guru menilai kemampuan peserta didik mengolah informasi dan menentukan konsep yang sesuai dengan tayangan
Mengomunikasikan
Secara bergilir setiap kelompok diberi kesempatan mengemukakan hasil diskusi kelompoknya
Kelompok lain dapat memberi tanggapan dan pertanyaan
Guru memberi penilaian atas hasil kerja kelompok dan kemampuan peserta didik berkomunikasi lisan
Guru memberi penilaian atas hasil kerja kelompok dan kemampuan peserta didik berkomunikasi lisan
60 menit
Penutup
Guru meminta peserta didik menyimpulkan materi vulkanisme
Guru memberikan tugas untuk dikerjakan di rumah (PR)
Guru mengingatkan materi pertemuan berikutnya tentang seisme
20 menit
Penilaian
Sikap spiritual
Teknik Penilaian: observasi
Bentuk Instrumen: lembar observasi
Kisi-kisi;
No
Sikap/nilai
Butir Instrumen
1
Mensyukuri segala karunia Tuhan yang ada di bumi melalui barbagai fenomena geografi dalam kehidupan sehari hari dengan berdoa.
1
Sikap sosial
Teknik Penilaian: observasi
Bentuk Instrumen: lembar observasi
Kisi-kisi;
No
Sikap/nilai
Butir Instrumen
1
Kejujuran
1
2
Tanggung Jawab
1
3
Percaya diri
1
4
Toleransi
1
Pengetahuan
Teknik Penilaian
penugasan kelompok
Bentuk Instrumen:
Soal tes tulis
Kisi-kisi
No
Indikator
Teknik penilaian
Bentuk instrument
Butir Instrumen
1
Pelapisan Litosfer
Penugasan kelompok
Uraian
1
2
Manfaat tenaga endogen dan eksogen
Penugasan kelompok
Uraian
1
Ketrampilan
Bentuk Instrumen: lembar observasi
Kisi-kisi: check list
Kisi-kisi
No
ketrampilan
Teknik penilaian
Butir instrument
1
Memaparkan hasil analisis pertanyaan berkaitan dengan video yang berkaitan dengan Lapisan litosfer
Tugas kelompok
1
2
Memparkan manfaat tenaga endogen dan eksogen dalam kehidupan
Tugas kelompok
1
SILABUS
Nama Sekolah : SMA Semesta Semarang
Mata Pelajaran : Geografi
Kelas/Semester : X/2
Standar Kompetensi : 3. Menganalisis unsur geosfer
Kompetensi Dasar : 3.4 Menganalisis hubungan antara manusia dengan lingkungan sebagai akibat dari dinamika litosfera.
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit
Materi Pokok Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Indikator
Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber bahan/Alat
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Litosfer
Secara berkelompok peserta didik menggali informasi tentang litosfer melalui video yang telah diberikan oleh guru pada pertemuan sebelumnya
Guru mengajukan pertanyaan tentang gambar aktifitas vulkanisme di indonesia.
Peserta didik mengajukan pertanyaan berdasarkan pada materi vulkanisme
Peserta didik mengajukan pertanyaan yang belum dipahami tentang aktivitas gunung
Berdasarkan gambar yang telah ditempel pada papan tulis peserta didik merangkai pengertian vulkanisme secara kelompok
Peserta didik memberikan contoh dampak vulkanisme dalam kehidupan sehari-hari
Disajikan beberapa gambar berisi fenomena alam dan kehidupan yang berkaitan dengan vulkanisme (tipe letusan gunungapi)
Masing-masing kelompok berdiskusi tentang gambar tipe-tipe letusan gunungapi
Masing-masing kelompok berdiskusi tentang bagian-bagian gunungapi serta material yang dikeluarkan.
Secara bergilir setiap kelompok diberi kesempatan mengemukakan hasil diskusi kelompoknya
Kelompok lain dapat memberi tanggapan dan pertanyaan
Mengumpulkan informasi Litosfer
Mengumpulkan informasi Batuan pembentuk kulit bumi ( siklus batuan )
Menganalisis pengaruh tektonisme terhadap kehidupan
Menganalisis pengaruh vulkanisme terhadap kehidupan kehidupan
Menganalisis pengaruh seisme terhadap kehidupan
Mengumpulkan informasi tenaga geologi
Menganalisis pengaruh tenaga endogen terhadap kehidupan
Menganalisis pengaruh proses eksogen terhadap kehidupan
Menjelaskan pembentukan tanah dan pemanfaatannya
Jenis tagihan :
Tugas kelompok, ulangan
Bentuk Instrumen :
Laporan tertulis dan penilaian sikap
18 JP
Buku Ajar Geografi Kelas X SMA
Intenet
Buku penunjang yang lainnya
LATIAN SOAL PILIHAN GANDA
1. Kulit bumi atau lapisan batuan yang mengikuti bentuk bumi yang bulat dinamakan ….
a. litosfer
b. barisfer
c. atmosfer
d. biosfer
e. eksosfer
2. Bahan padat yang terbentuk dari lapisan nife (nikel dan ferrum) dengan jari-jari sekitar 3.470 km dan batas luar sekitar 2.900 km di bawah permukaan bumi dan merupakan lapisan inti bumi dinamakan ....
a. litosfer
b. biosfer
c. Barisfer
d. eksosfer
e. atmosfer
3. Berikut ini yang bukan termasuk intrusi magma yaitu ...
a. Intrusi datar
b. Gang (korok)
c. Diatroma
d. Lakolit
4. Terjadinya pelapukan batuan beku mengakibatkan struktur batuan yang mudah lepas, dan mudah terbawa angin, air, atau es. Bagian yang terangkut tersebut akan terendap di suatu tempat. Semakin lama, bagian batuan yang mengendap akan menumpuk dan mengeras membentuk batuan ….
a. Granit
b. pualam
c. Marmer
d. konglomerat
e. sedimene.
5. Berikut ini yang termasuk gunung api Maar yaitu gunung ….
a. Lamongan di Jawa Timur
b. Ciremai di Jawa Barat
c. Krakatau di Selat Sunda
d. Merapi di Jawa Tengah
e. Agung di Bali
6. Di bawah ini yang merupakan ciri gunung api yang akan meletus yaitu ...
a. terdapat Sumber air panas atau geiser
b. Suhu di sekitar gunung naik
c. adanya mofet atau sumber gas asam arang (CO2)
d. adanya sumber uap air
e. adanya solfatar atau sumber gas belerang (H2S)
7. deret lipatan yang mempunyai bentuk yang sama yaitu lipatan ...
a. isoclinal
b. rebah
c. tegak
d. miring
e. menggantung
8. Tenaga yang dapat mengubah bentuk permukaan bumi yang bersumber dari dalam bumi dinamakan tenaga ….
a. endogen
b. endofer
c. eksogen
d. vulkanik
e. eksofer
9. Bagian kawah kepundan yang sangat luas, besar, dan bertebing curam dinamakan….
a. batolit
b. sill
c. Kaldera
d. lapili
e. lakolit
10. Magma yang masuk dan berada di antara batuan sedimen yang mengakibatkan terjadinya tekanan ke atas sampai bagian atas cembung dan bagian bawah datar dinamakan ….
a. batolit
b. sill
c. kaldera
d. lapili
e. lakolit
JAWABAN
A
C
E
E
A
B
A
A
C
E
LEMBAR PENGAMATAN SIKAP
Mata Pelajaran :.................................................................................
Kelas/Semester :................................................................................
Tahun Ajaran :................................................................................
Waktu Pengamatan : ...............................................................................
Indikator perkembangan sikap religius,tanggung jawab,peduli,responsif, dansantun
BT (belum tampak) jika sama sekali tidak menunjukkan usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas
MT (mulai tampak) jika menunjukkan sudah ada usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas tetapi masih sedikit dan belum ajeg/konsisten
MB (mulai berkembang) jika menunjukkan ada usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas yang cukup sering dan mulai ajeg/konsisten
MK (membudaya) jika menunjukkan adanya usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas secara terus-menerus dan ajeg/konsisten
Bubuhkan tanda V pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan.
No
Nama Siswa
Religius
Tanggug jawab
Peduli
Responsif
Santun
BT
MT
MB
MK
BT
MT
MB
MK
BT
MT
MB
MK
BT
MT
MB
MK
BT
MT
MB
MK
1.
2.
3.
4.
5.
...
Keterangan
BT= kurang
MT= sedang
MB= baik
MK= sangat baik
PEDOMAN PENILAIAN:
Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan karakter siswa pada kondisi awal dengan pencapaian dalam waktu tertentu.
Hasil yang dicapai selanjutnya dicatat, dianalisis dan diadakan tindak lanju
LEMBAR PENGAMATAN OBSERVASI DAN KINERJA PRESENTASI
Mata Pelajaran : GEOGRAFI
Kelas/Program : X / IS
Kompetensi :
Nama Siswa
Observasi
Kinerja Presentasi
Jml
Skor
Ket
Jujur
Disiplin
Tgng
Jwb
Peduli
Kerja
sama
Jml
Peran
Serta
Visual
Isi
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
Adyana
4
4
4
4
3
24
4
3
3
10
PresentasiKelompokAspek:1. Penguasaan Isi2. Teknik Bertanya/ Menjawab3 Metode PenyajianPresentasiKelompokAspek:1. Penguasaan Isi2. Teknik Bertanya/ Menjawab3 Metode Penyajian
PresentasiKelompok
Aspek:
1. Penguasaan Isi
2. Teknik Bertanya/ Menjawab
3 Metode Penyajian
PresentasiKelompok
Aspek:
1. Penguasaan Isi
2. Teknik Bertanya/ Menjawab
3 Metode Penyajian
Keterangan pengisian skor
4. Sangat tinggi
3. Tinggi
2. Cukup tinggi
1. Kurang
INDIKATOR KOMPETENSI INTI 1 DAN 2
Jujur
Menyampaikan sesuatu berdasarkan keadaan yang sebenarnya
Tidak menutupi kesalahan yang terjadi
Disiplin
Selalu hadir di kelas tepat waktu
Mengerjakan LKS sesuai petunjuk dan tepat waktu
Mentaati aturan main dalam kerja mandiri dan kelompok
Tanggung jawab
Berusaha menyelesaikan tugas dengan sungguh-sungguh
Bertanya kepada teman/guru bila menjumpai masalah
Menyelesaikan permasalahan yang menjadi tanggung jawabnya
Partisipasi dalam kelompok
Peduli
Menjaga kebersihan kelas, membantu teman yang membutuhkan
Menunjukkan rasa empati dan simpati untuk ikut menyelesaikan masalah
Mampu memberikan ide/gagasan terhadap suatu masalah yang ada di sekitarnya
Memberikan bantuan sesuai dengan kemampuannya
Kerja sama
Mengerjakan LKS dengan sungguh-sungguh
Menunjukkan sikap bersahabat
Berusaha menemukan solusi permasalahan secara bersama dlm kelompoknya
Menghargai pendapat lain
PEDOMAN PENILAIAN:
Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan karakter siswa pada kondisi awal dengan pencapaian dalam waktu tertentu.
Hasil yang dicapai selanjutnya dicatat, dianalisis dan diadakan tindak lanjut.
INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA DISKUSI KELOMPOK
No.
Kel.
NAMA SISWA
KRITERIA PENILAIAN
Kerjasama Kelompok/
Individu
Aktifitas Diskusi
Penguasaan Materi
Kemampuan Bertanya
Menanggapi Pertanyaan
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
1
2
3
4
5
Semarang, April 2017 PenelitiSemarang, April 2017 Peneliti
Semarang, April 2017
Peneliti
Semarang, April 2017
Peneliti