PENCEGAHAN DAN EDUKASI ASFIKSIA NEONATORUM
Pencegahan Asfiksia neonatorum
A. Pencegahan secara Umum
Pencegahan terhadap asfiksia neonatorum adalah dengan menghilangkan atau meminimalkan faktor risiko penyebab asfiksia. Derajat kesehatan wanita, khususnya ibu hamil harus baik. Komplikasi saat kehamilan, persalinan dan melahirkan harus dihindari. Upaya peningkatan derajat kesehatan ini tidak mungkin dilakukan dengan satu intervensi saja karena penyebab rendahnya derajat kesehatan wanita adalah akibat banyak faktor seperti kemiskinan, pendidikan yang rendah, rendah, kepercayaan, adat istiadat dan lain sebagainya. Untuk itu dibutuhkan kerjasama banyak pihak dan lintas sektoral yang saling terkait. Adanya kebutuhan dan tantangan untuk meningkatkan kerjasama antar tenaga obstetri di kamar bersalin. Perlu diadakan pelatihan pelati han untuk penanganan situasi yang tak diduga dan tidak biasa yang dapat terjadi pada persalinan. Setiap anggota tim persalinan harus dapat mengidentifikasi situasi persalinan yang dapat menyebabkan kesalahpahaman atau menyebabkan keterlambatan pada situasi gawat. Pada bayi dengan prematuritas, perlu diberikan kortikosteroid untuk meningkatkan maturitas paru janin.
B. Pencegahan saat persalinan Pengawasan bayi yang seksama sewaktu memimpin partus adalah penting, juga kerja sama yang baik dengan Bagian Ilmu Kesehatan Anak. Yang harus diperhatikan: a. Bila ibu anemis, perbaiki keadaan ini dan bila ada perdarahan berikan oksigen dan darah segar. b. Jangan berikan obat bius pada waktu yang tidak tepat, dan jangan menunggu lama pada kala II1
Edukasi
A. tentang asfiksia, penyebab, gejala klinis dan komplikasi - Mengedukasi kepada ibu dimana Asfiksia neonatorum adalah gagal napas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat sesudah lahir
- Mengedukasi kepada ibu dimana penyebab asfiksia adalah gangguan sirkulasi darah uteroplasenter sehingga oksigen ke bayi menjadi berkurang.
- Mengedukasi pada ibu beberapa gejala klinis asfiksia neonatorum, diantaranya : Bayi lemah tidak bernapas atau menangis, tonus otot lemah/jelek, sianosis. - Komplikasi yang dapat terjadi pada janin harus dijelaskan kepada ibu misalnya pada SSP, kardiovaskuler, ginjal, sistem pernafasan, saluran cerna, dll.
B. tentang pemberian ASI dan manfaat ASI Pemberian ASI Dalam pemberian ASI, supaya yang dikeluarkan maksimal, ibu perlu diedukasi mengenai cara pemberian ASI : -
Memegang payudara dengan empat jari di bawah puting, sedangkan ibu jari di atas puting tanpa menyentuh areola mamae. Menyentuhkan puting pada bibir bawah bayi Bayi akan menyusui dimana mulut bayi harusnya terbuka, menutupi areola mamae, bibir bawah melipat keluar, dan dagu menempel payudara.
Asfiksia erat kaitannya dengan bayi prematur. Berikut pemberian ASI pada bayi prematur : •
•
•
Kemampuan bayi untuk menyusu bergantung pada kematangan fungsi refleks hisap dan menelan. Bayi usia di atas 34 minggu (berat di atas 1800 gram) dapat disusukan langsung kepada ibu karena refleks hisap dan menelannya biasanya sudah cukup baik. Bayi usia 32 - 34 minggu (berat badan 1500-1800 gram) seringkali refleks menelan cukup baik, namun refleks menghisap masih kurang baik, oleh karena itu, Ibu dapat memerah ASI dan ASI dapat diberikan dengan menggunakan sendok, cangkir, atau pipet. bayi kurang dari 32 minggu (berat badan 1250-1500 gram), belum memiliki refleks hisap dan menelan yang baik, maka ASI perah diberikan dengan menggunakan pipa lambung/orogastrik (sonde).
Manfaat ASI •
ASI merupakan makanan pertama alami untuk bayi
•
Menyediakan semua kebutuhan energi dan nutrisi yang diperlukan
•
•
ASI meningkatkan perkembangan sensori dan kognitif, dan melindungi bayi dari penyakit infeksi dan kronis. ASI eksklusif menurunkan mortalitas karena penyakit a.l diare atau pneumonia dan mempercepat proses penyembuhan
Referensi : 1. Panduan praktik klinis asfiksia neonatorum RSUP Dr. Kariadi 1
Suradi R. 2008. Pencegahan dan Penatalaksanaan Asfiksia Neonatorum. Depkes RI