MAKALAH FISIKA DASAR
“PANAS KALOR”
OLEH : HAMDI 2011510008
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI MALANG 2011
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkat,rahmat,dan bimbingan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah FISIKA DASAR yang berjudul panas kalor ini terselesai dengan baik tepat pada waktunya.tidak terlupakan penulis ucapkan banyak terima kasih kepada.Dosen pengampu mata kuliah Fisika Dasar,yang telah memberikan banyak arahan, motivasi dan bimbingan. Harapan dari penulis, semoga makalah ini membawa manfaat bagi siapa saja yang membacanya. Demikian juga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi perbaikan dan penulisan selanjutnya.
Malang,23 november 2011
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... DAFAR ISI ....................................................................................................................... BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 1.3 Tujuan Pembahasan .................................................................................................. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Kalor ....................................................................................................... 2.2 Beberapa Menghitung Kalor .................................................................................... 2.3 pertukaran kalor ....................................................................................................... 2.4 Pengertian Panas ................................................................................................................. 2.5 Hukum Asas Black .................................................................................................. 2.6 Hukum Kekekalan Energi ....................................................................................... 2.7 Pengukuran Perubahan Energi Dalam Reaksi Kimia ............................................... BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 3.2 Saran ........................................................................................................................ DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam fisika dan termodinamika , panas energi ditransfer dari satu tubuh, wilayah, atau sistem termodinamika yang lain karena kontak termal atau radiasi termal ketika sistem berada pada temperatur yang berbeda. Hal ini sering digambarkan sebagai salah satu proses dasar transfer energi antara entitas fisik. Dalam uraian ini, itu adalah transfer energi ke tubuh dalam cara apapun selain karena termodinamika bekerja , yang merupakan konsep kerja yang lebih luas dari mekanik bekerja . Dalam teknik, disiplin perpindahan panas mengklasifikasikan transfer energi dalam atau antara sistem mengakibatkan perubahan energi termal dari sistem sebagai baik konduksi termal , pertama kali dijelaskan oleh ilmiah Joseph Fourier , oleh cairan konveksi , yang merupakan pencampuran fluida panas dan dingin daerah karena perbedaan tekanan, dengan perpindahan massa , dan oleh radiasi termal , transmisi radiasi elektromagnetik dijelaskan oleh tubuh hitam teori. Termodinamika, energi hanya dapat ditransfer sebagai panas antara obyek, atau wilayah dalamnya, dengan berbagai temperatur , seperti yang dijelaskan oleh hukum termodinamika zeroth . Transfer ini hanya terjadi secara spontan dalam arah ke tubuh dingin, sesuai dengan hukum kedua termodinamika . Transfer energi oleh panas dari satu benda ke benda lain dengan suhu yang sama atau lebih tinggi dapat terjadi hanya dengan bantuan sebuah pompa panas melalui kerja mekanik, atau dengan beberapa proses lain yang serupa di mana entropi meningkat di alam semesta dengan cara yang mengkompensasi penurunan entropi di objek didinginkan, karena penghapusan panas dari itu. Sebagai contoh, panas dapat dihilangkan terhadap gradien suhu dengan penguapan cairan spontan. Sebuah istilah terkait energi panas , longgar didefinisikan sebagai energi tubuh yang meningkat dengan nya suhu . Energi termal kadang-kadang disebut sebagai panas, meskipun definisi yang ketat membutuhkan panas untuk berada di transfer antara dua sistem.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut :
Bagaimanakah pertukaran kalor.
Pengertian kalor tersebut.
Bagaimana Kapasitas Panas dan Panas Spesifik
Bagaimana Pengukuran perubahan energi dalam reaksi kimia
1.3 Tujuan Makalah ini bertujuan supaya mahasiswa dapat mengetahui proses pertukaran kalor dan bagaiman reaksi dari perubahan kalor tersebut.
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Kalor Kalor adalah suatu bentuk energi yang diterima oleh suatu benda yang menyebabkan benda tersebut berubah suhu atau wujud bentuknya. Kalor berbeda dengan suhu, karena suhu adalah ukuran dalam satuan derajat panas. Kalor merupakan suatu kuantitas atau jumlah panas baik yang diserap maupun dilepaskan oleh suatu benda. Dari sisi sejarah kalor merupakan asal kata caloric ditemukan oleh ahli kimia perancis yang bernama Antonnie laurent lavoiser (1743 - 1794). Kalor memiliki satuan Kalori (kal) dan Kilokalori (Kkal). 1 Kal sama dengan jumlah panas yang dibutuhkan untuk memanaskan 1 gram air naik 1 derajat celcius. Teori Kalor Dasar : 1) Kalor yang diterima sama dengan (=) kalor yang dilepas : Azas/asas Black Penemu adalah Joseph Black (1720 - 1799) dari Inggris. 2) Kalor dapat terjadi akibat adanya suatu gesekan. Penemunya adalah Benyamin Thompson (1753 - 1814) dari Amerika Serikat. 3) Kalor adalah salah satu bentuk energi Ditemukan oleh Robert Mayer (1814 - 1878) 4) Kesetaraan antara satuan kalor dan satuan energi disebut kalor mekanik. Digagas oleh James Prescott (1818 - 1889)
2.2 Beberapa Menghitung Kalor 1 kalori adalah kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 gram air sebesar 1ºC. 1 kalori = 4.18 joule 1 joule = 0.24 kaloriKapasitas kalor (H) adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan oleh zat untuk menaikkan suhunya 1ºC (satuan kalori/ºC). Kalor jenis (c) adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan 1 gram atau 1 kg zat sebesar 1ºC (satuan kalori/gram.ºC atau kkal/kg ºC). Kalor yang digunakan untuk menaikkan/menurunkan suhu tanpa mengubah wujud zat: Q = H . Dt
Q = m . c . Dt
H= m. c
Q = kalor yang di lepas/diterima H = kapasitas kalor Dt = kenaikan/penurunan suhu m = massa benda c= kalor jenis Kalor yang diserap/dilepaskan (Q) dalam proses perubahan wujud benda: Q = m.L m = massa benda kg L = kalor laten (kalor lebur, kalor beku. kalor uap,kalor embun, kalor sublim, kalor lenyap) ® t/kg Jadi kalor yang diserap ( â ) atau yang dilepas ( á ) pada saat terjadi perubahan wujud benda tidak menyebabkan perubahan suhu benda (suhu benda konstan ). Diagram Perubahan Wujud Benda karena Pengaruh Kalor Laten
2.3 Pertukaran Kalor Jika dua buah zat atau lebih dicampur menjadi satu maka zat yang suhunya tinggi akan melepaskan kalor sedangkan zat yang suhunya rendah akan menerima kalor, sampai tercapai kesetimbangan termal. Menurut asas Black Kalor yang dilepas = kalor yang diterima Catatan: Kalor jenis suatu benda tidak tergantung dari massa benda, tetapi tergantung pada sifat dan jenis benda tersebut. Jika kalor jenis suatu benda adalah kecil maka kenaikan suhu benda tersebut akan cepat bila dipanaskan. Pada setiap penyelesaian persoalan kalor (asas Black) lebih mudah jika dibuat diagram alirnya. 2.4 Perambatan Kalor Kalor dapat merambat melalui tiga macam cara yaitu: 1. Konduksi Perambatan kalor tanpa disertai perpindahan bagian-bagian zat perantaranya, biasanya terjadi pada benda padat. H = K . A . (DT/ L) H = jumlah kalor yang merambat per satuan waktu DT/L = gradien temperatur (ºK/m) K = koefisien konduksi A = luas penampang (m²) L = panjang benda (m) 2. Konveksi Perambatan kalor yang disertai perpindahan bagian-bagian zat, karena perbedaan massa jenis. H = K . A . DT H = jumlah kalor yang merambat per satuan waktu K = koefisien konveksi
DT = kenaikan suhu (ºK) 3. Radiasi Perambatan kalor dengan pancaran berupa gelombang-gelombang elektromagnetik. Pancaran kalor secara radiasi mengikuti Hukum Stefan Boltzmann: W = e . s . T4 W = intensitas/energi radiasi yang dipancarkan per satuan luas persatuan waktu s = konstanta Boltzman =5,672 x 10-8 watt/cm2.ºK4 e = emisivitas (o < e < 1) T = suhu mutlak (ºK) Benda yang dipanaskan sampai pijar, selain memancarkan radiasi kalor juga memancarkan energi radiasi dalam bentuk gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang 10-6 s/d 10- 5 m. Untuk benda ini berlaku hukum PERGESERAN WIEN, yaitu: lmax . T = C C = konstanta Wien = 2.9 x 10-3m ºK Kesimpulan: Semua benda (panas/dingin) memancarkan energi radiasi/kalor.Semakin tinggi suhu benda. Semakin besar radiasinya dan semakin pendek panjang gelombangnya. Koefisien emisivitas benda tergantung pada sifat permukaannya.Benda hitam sempurna mempunyai nilai e = 1 merupakan pemancar dan penyerap kalor yang paling baik. 2.5 Pengertian Panas Panas adalah energi yang berpindah akibat perbedaan suhu. Satuan SI untuk panas adalah Panas bergerak dari daerah bersuhu tinggi ke daerah bersuhu rendah. Setiap benda memiliki energi-dalam yang berhubungan dengan gerak acak dari atom-atom atau molekul penyusunnya. Energi- dalam ini directly proportional terhadap suhu benda. Ketika dua benda dengan suhu berbeda bergandengan, mereka akan bertukar energi internal sampai suhu kedua benda tersebut seimbang. Jumlah energi yang disalurkan adalah jumlah energi yang tertukar. Kesalahan umum untuk menyamakan panas dan energi internal. Perbedaanya adalah panas dihubungkan dengan pertukaran energi internal dan kerja yang dilakukan oleh sistem. Mengerti perbedaan ini dibutuhkan untuk mengerti hukum pertama termodinamika Radiasi inframerah sering dihubungkan dengan panas, karena objek dalam suhu
ruangan atau di atasnya akan memancarkan radiasi kebanyakan terkonstentrasi dalam "band" inframerah-tengah a) Pengertian perpindahan panas. Perpindahan panas dapat didefinisikan sebagai berpindahnya energi dari suatu daerah ke daerah lainnya sebagai akibat dari beda suhu antara daerah-daerah tersebut. Karena beda suhu terdapat di seluruh alam semesta, maka aliran panas bersifat seuniv ersal yang berkaitan dengan tarikan gravitasi. Tetapi tidak sebagaimana halnya gr avitasi, aliran panas tidak di kendalikan oleh sebuah hubungan yang unik, namun oleh kombinasi dari berbagai hukum fisika yang tidak saling bergantungan. b) Jenis-jenis perpindahan panas 1) Perpindahan panas dengan cara konduksi Yang dimaksud dengan konduksi ialah pengangkutan kalor melalui satu jenis zat. Sehingga perpindahan kalor secara hantaran/konduksi merupakan satu proses pendalaman karena proses perpindahan kalor ini hanya terjadi di dalam bahan. Arah aliran energi kalor, adalah dari titik bersuhu tinggi ke titik bersuhu rendah. Perpindahan panas konduksi dan difusi energi akibat aktivitas molekul Sudah diketahui bahwa tidak semua bahan dapat menghantar kalor sama sempurnanya. Dengan demikian, umpamanya seorang tukang hembus kaca dapat memegang suatu barang kaca, yang beberapa cm lebih jauh dari tempat pegangan itu adalah demikian panasnya, sehingga bentuknya dapat berubah. Akan tetapi seorang pandai tempa harus memegang benda yang akan ditempa dengan sebuah tang. Bahan yang dapat menghantar kalor dengan baik dinam akan konduktor. Penghantar yang buruk disebut isolator. Sif at bahan yang digunakan untuk menyatakan bahwa bahan tersebut merupakan suatu isolator atau konduktor ialah koefisien konduksi terma. Apabila nilai koefisien ini tinggi, maka bahan mempunyai kemampuan mengalirkan kalor dengan cepat. Untuk bahan isolator, koefisien ini bernilai kecil. Pada umumnya, bahan yang dapat menghantar arus listrik dengan sempurna (logam) merupakan penghantar yang baik juga untuk kalor dan sebaliknya. Selanjutnya bila diandaikan sebatang besi atau sembarang jenis
logam dan salah satu ujungnya diulurkan ke dalam nyala api. Dapat diperhatikan bagaimana kalor dipindahkan dari ujung yang panas ke ujung yang dingin. Apabila ujung batang logam tadi menerima energi kalor dari api, energi ini akan memindahkan sebahagian energi kepada molekul dan elektron yang membangun elektron m erupakan alat pengangkut kalor di dalam bahan menurut proses perpindahan kalor konduksi. Dengan demikian dalam proses pengangkutan kalor di dalam bahan, aliran elektron akan memainkan peranan penting. 2) Perpindahan panas dengan cara konveksi Yang dimaksud dengan konveksi ialah pengangkutan ka1or oleh gerak dari zat yang dipanaskan. Proses perpindahan ka1or secara aliran/konveksi merupakan satu fenomena permukaan. Proses konveksi hanya terjadi di permukaan bahan. Jadi dalam proses ini struktur bagian dalam bahan kurang penting. Keadaan permukaan dan keadaan sekelilingnya serta kedudukan permukaan itu adalah yang utama. Lazimnya, keadaan keseirnbangan termodinamik di dalam bahan akibat proses konduksi, suhu per mukaan bahan akan berbeda dari suhu sekelilingnya. Dalam hal ini dikatakan suhu permukaan adalah T1 dan suhu udara sekeliling adalah T2 dengan Tl>T2. Kini terdapat keadaan suhu tidak seimbang diantara bahan dengan sekelilingnya. Perpindahan kalor dengan jalan aliran dalam industri kimia merupakan cara pengangkutan kalor yang paling banyak dipakai. Oleh karena konveksi hanya dapat terjadi melalui zat yang mengalir, maka bentuk pengangkutan ka1or ini hanya terdapat pada zat cair dan gas. Pada pem anasan zat ini terjadi aliran, karena masa yang akan dipanaskan tidak sekaligus di bawa kesuhu yang sama tinggi. Oleh karena itu bagian yang paling banyak atau yang pertama dipanaskan memperoleh masa jenis yang lebih kecil daripada bagian masa yang lebih dingin. Sebagai akibatnya terjad sirkulasi, sehingga kalor akhimya tersebar pada seluruh zat. Pada perpindahan kalor secara konveksi, energi kalor ini akan dipindahkan ke sekelilingnya dengan perantaraan aliran fluida. Oleh karena pengaliran fluida melibatkan pengangkutan masa, maka selama pengaliran fluida bersentuhan dengan permukaan bahan yang panas, suhu fluida akan naik. Gerakan
fluida melibatkan kecepatan yang seterusnya akan menghasilkan aliran momentum. Jadi masa fluida yang mempunyai energi terma yang lebih tinggi akan mempunyai momentum yang juga tinggi. Peningkatan momentum ini bukan disebabkan masanya akan bertambah.Malahan masa fluida menjadi berkurang karena kini fluida menerima energi kalor. Fluida yang panas karena menerima kalor dari permukaan bahan akan naik ke atas. Kekosongan tempat masa bendalir yang telah naik itu diisi pula oleh m asa fluida yang bersuhu r endah. Setelah m asa ini juga menerima energi kalor dari permukan bahan yang kalordasi, massa ini juga akan naik ke atas permukaan meninggalkan tempat asalnya. Kekosongan ini diisi pula oleh masa fluida ber suhu renah yang lain. Jika cepatan medan tetap, artinya tidak ada pengaruh luar yang mendorom g fluida bergerak, maka proses perpindahan ka1or berlaku. Sedangkan bila kecepatan medan dipengaruholeh unsur luar seperti kipas atau peniup, maka proses konveksi yang akan terjadi merupakan proses perpindahan kalor konv eksi paksa. Yang membedakan kedua proses ini adalah dari nilai koefisien h-nya. 3) Perpindahan panas dengan cara radiasi Yang dimaksud dengan pancaran (radiasi) ialah perpindahan kalor melalui gelombang dari suatu zat ke zat yang lain. Semua benda memancarkan kalor. Keadaan ini baru terbukti setelah suhu meningkat. Pada hakekatnya proses perpindahan kalor radiasi terjadi dengan perantaraan foton dan juga gelombang elektromagnet. Terdapat dua teori yang berbeda untuk menerangkan bagaim ana proses radiasi itu terjadi. Semua bahan pada suhu mutlak ter tentu akan menyinari sejumlah energi kalor tertentu. Semakin tinggi suhu bahan tadi maka semakin tinggi pula energi kalor yang disinarkan. Proses radiasi adalah fenom ena permukaan. Proses radiasi tidak terjadi pada bagian dalam suatu bahan. Tetapi suatu bahan apabila menerima sinar, maka banyak hal yang boleh terjadi. Apabila sejumlah energi kalor menimpa suatu permukaan, sebagian akan dipantulkan , sebagian akan diser ap ke dalam bahan, dan sebagian akan m enembusi bahan dan ter us ke luar. Jadi dalam mempelajari perpindahan kalor radiasi akan dilibatkan suatu fisik permukaan.
c)
Kapasitas Panas dan Panas Spesifik Sifat-sifat air yang memberikan definisi asal dari kalori adalah banyaknya perubahan
temperatur yang dialami air waktu mengambil atau melepaskan sejumlah panas. Istilah umum untuk sifat ini disebut kapasitas panas yang didefinisikan sebagai jumlah panas yang diperlukan untuk mengubah temperatur suatu benda sebesar 10C. Kapasitas panas bersifat ekstensif yang berarti bahwa jumlahnya tergantung dari besar sampel. Misalnya untuk menaikkan suhu 1 g air sebesar 10C diperlukan 4,18 J (1 kal), tapi untuk menaikkan suhu 100 g air sebesar 10C diperlukan energi 100 kali lebih banyak yaitu 418 J. Sehingga 1 g sampel mempunyai kapasitas panas sebesar 4,18 J/0C sedangkan 100 g sampel 418J/0C. Sifat intensif berhubungan dengan kapasitas panas adalah kalor jenis (panas spesifik) yang didefinisikan sebagai jumlah panas yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 g zat sebesar 1 0C. Untuk air, panas spesifiknya adalah 4,18 Jg-1C-1. Kebanyakan zat mempunyai panas spesifik yang lebih kecil dari air. Misalnya besi, panas spesifiknya hanya 0,452 J g-1 0C-1. Berarti lebih sedikit panas diperlukan untuk memanaskan besi 1 g sebesar 10C daripada air atau juga dapat diartikan bahwa jumlah panas yang akan menaikkan suhu 1 g besi lebih besar dari pada menaikkan suhu 1 g air. Besarnya panas spesifik untuk air disebabkan karena adanya sedikit pengaruh dari laut terhadap cuaca. Pada musim dingin air laut lebih lambat menjadi dingin dari daratan sehingga udara yang bergerak dari laut ke darat lebih panas daripada udara dari darat ke laut. Demikian juga dalam musim panas, air laut lebih lambat menjadi panas daripada daratan. Rumus : q = m.c. Δ’t Keterangan : q = jumlah kalor (Joule)
m = massa zat (gram) Δt = perubahan suhu takhir - tawal) c = kalor jenis 2.6 Hukum Asas Black Ketika benda2 yang memiliki perbedaan suhu saling bersentuhan, kalor akan mengalir dari benda yang bersuhu tinggi menuju benda yang bersuhu rendah. Ingat ya, kalor adalah energi yang berpindah. Apabila benda benda yang bersentuhan berada dalam sistem yang tertutup, maka energi akan berpindah seluruhnya dari benda yang memiliki suhu tinggi menuju benda yang bersuhu rendah. Sebaliknya apabila benda yang bersentuhan tidak berada dalam sistem tertutup, maka tidak semua energi dari benda bersuhu tinggi berpindah menuju benda yang bersuhu rendah. Misalnya kita mencampur air panas (suhu tinggi) dengan air dingin (suhu rendah). Apabila air panas dan air dingin dicampur dalam sebuah wadah terbuka (misalnya ember), maka tidak semua energi air panas berpindah menuju air dingin. Demikian juga air dingin tidakmenerima semua energi yang disumbangkan oleh air panas. Sebagian energi air panas pasti berpindah ke udara. Jika kita ingin agar semua energi air panas dipindahkan ke air dingin maka kita harus mencampur air panas dan air dingin dalam sistem tertutup. Sistem tertutup yang dimaksudkan di sini adalah suatu sistem yang tidak memungkinkan adanya pertukaran energi dengan lingkungan. Contoh sistem tertutup adalah termos air panas. Dinding bagian dalam dari termos air panas biasanya terbuat dari bahan isolator (untuk kasus ini, isolator = bahan yang tidak menghantarkan panas. Temannya isolator tuh konduktor. Konduktor = bahan yang menghantarkan panas). Dalam kenyataannya memang banyak sistem tertutup buatan yang tidak sangat ideal. Minimal ada energi yang berpindah keluar, tapi jumlahnya juga sangat kecil. Apabila benda benda yang memiliki perbedaan suhu saling bersentuhan dan benda benda tersebut berada dalam sistem tertutup, maka ketika mencapai suhu yang sama, energi yang diterima oleh benda yang memiliki suhu yang lebih rendah = energi yang dilepaskan oleh benda yang bersuhu tinggi. Karena energi yang berpindah akibat adanya
perbedaan suhu = kalor, maka kita bisa mengatakan bahwa dalam sistem tertutup, kalor yang dilepaskan = kalor yang diterima. secara matematis bisa ditulis sebagai berikut : Q lepas = Q terima. 2.7 Hukum Kekekalan Energi Telah disebutkan bahwa jumlah energi yang dimiliki sistem dinyatakan sebagai energi dalam (U). Hukum I termodinamika menyatakan hubungan antara energi sistem dengan lingkungannya jika terjadi peristiwa. Energi dalam sistem akan berubah jika sistem menyerap atau membebaskan kalor. Jika sistem menyerap energi kalor, berarti lingkungan kehilangan kalor, energi dalamnya bertambah (ΔU > 0), dan sebaliknya, jika lingkungan menyerap kalor atau sistem membebasakan kalor maka energi dalam sistem akan berkurang (ΔU < 0), dengan kata lain sistem kehilangan kalor dengan jumlah yang sama. Energi dalam juga akan berubah jika sistem melakukan atau menerima kerja. Walaupun sistem tidak menyerap atau membebaskan kalor, energi dalam sistem akan berkurang jika sistem melakukan kerja, sebaliknya akan bertambah jika sistem menerima kerja. Sebuah pompa bila dipanaskan akan menyebabkan suhu gas dalam pompa naik dan volumenya bertambah. Berarti energi dalam gas bertambah dan sistem melakukan kerja. Dengan kata lain, kalor (q) yang diberikan kepada sistem sebagian disimpan sebagai energi dalam (ΔU) dan sebagian lagi diubah menjadi kerja (w). Secara matematis hubungan antara energi dalam, kalor dan kerja dalam hukum I termodinamika dapat dinyatakan sebagai berikut: ΔU = q + W (6) Persamaan (6) menyatakan bahwa perubahan energi dalam (ΔU) sama dengan jumlah kalor yang diserap (q) ditambah dengan jumlah kerja yang diterima sistem (w). Rumusan hukum I termodinamika dapat dinyatakan dengan ungkapan atau kata-kata sebagai berikut. ” Energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, tetapi dapat diubah darisatu bentuk ke bentuk yang lain, atau energi alam semesta adalah konstan.”
Karena itu hukum ini disebut juga hukum kekekalan energi . Berdasarkan hukum I termodinamika, kalor yang menyertai suatu reaksi hanyalah merupakan perubahan bentuk energi. Energi listrik dapatdiubah menjadi bentuk energi kalor. Energi kimia dapat diubah menjadienergi listrik dan energi listrik dapat diubah menjadi energi kimia. Agar tidak terjadi kekeliruan dalam menggunakan rumus diatas, perlu ditetapkan suatu perjanjian. Maka perjanjian itu adalah: 1. Yang diutamakan dalam ilmu kimia adalah sistem, bukan lingkungan 2. Kalor (q) yang masuk sistem bertanda positif (+), sedangkan yang keluar bertanda negatif (-) 3. Kerja (w) yang dilakukan sistem (ekspansi) bertanda negatif (-) , danyang dilakukan lingkungan (kompresi) bertanda positif 4. Yang diutamakan dalam ilmu kimia adalah sistem, bukan lingkungan. 5. Kerja dihitung dengan rumus: W=-P(V1-V2) (7) Dimana w = kerja (pada tekanan 1 atm), V1 = volume awal, dan V2 = volume akhir, dan P = tekanan yang melawan gerakan piston pompa (atm), P untuk ekspansi adalah P ex dan untuk kompresi adalah P in .Penerapan hukum termodinamika pertama dalam bidang kimia merupakan bahan kajian dari termokimia. 2.8 Pengukuran Perubahan Energi Dalam Reaksi Kimia Perubahan energi dalam reaksi kimia selalu dapat dibuat sebagai panas, sebab itu lebih tepat bila istilahnya disebut panas reaksi. Alat yang dipakai untuk mengukur panas reaksi disebut kalorimeter (sebetulnya kalori meter, walaupun diketahui sekarang panas lebih sering dinyatakan dalam joule daripada kalori). Ada beberapa macam bentuk dari alat ini, salah satu dinamakan Kalorimeter Bomb yang diperlihatkan pada gambar diatas. Kalorimeter semacam ini biasanya dipakai untuk mempelajari reaksi eksotermik, yang tak akan berjalan bila tidak dipanaskan, misalnya reaksi pembakaran dari CH4 dengan O2 atau reaksi antara H2 dan O2. Alatnya terdiri
dari wadah yang terbuat dari baja yang kuat (bombnya) dimana pereaksi ditempatkan. Bomb tersebut dimasukkan pada bak yang berisolasi dan diberi pengaduk serta termometer. Suhu mulamula dari bak diukur kemudian reaksi dijalankan dengan cara menyalakan pemanas kawat kecil yang berada di dalam bomb. Panas yang dikeluarkan oleh reaksi diabsorpsi oleh bomb dan bak menyebabkan temperatur alat naik. Dari perubahan suhu dan kapasitas panas alat yang telah diukur maka jumlah panas yang diberikan oleh reaksi dapat dihitung.
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Jadi dapat di simpulkan bahwa kalor adalah bentuk energi yang berpindah dari suhu tinggi ke suhu rendah. Jika suatu benda menerima / melepaskan kalor maka suhu benda itu akan naik/turun atau wujud benda berubahan. Kalor dapat merambat melalui tiga macam cara yaitu: Konduksi Konveksi Radiasi 3.2 Saran Bahwa banyak yang dapat dimanfaatkan dalam kalor ini sehingga menjadi alternatif bagi kehidupan orang banyak dalam kehidupan sehari- hari.
Daftar pustaka Anshorie, Ary. 2008. Perbedaan Antara Kalor dan Panas. Available Online at:http: //w w w.ary-educat ion.com /2008/12/2008 /10/. [6 November 2010]. Johan, Noor. 2009. Percobaan 3 Panas Jenis.Availabe Online at: http://fisika.ub.ac.id/web/sites/default/files/lab biofisika/Percobaan%203%20Panas%20Jenis.pdf. [9 November 2010]. Syabatini, Annisa. 2008. Energetika Kimia. Available Online at: http://www.annisanfushie.wordpress.com/2008/12/07.energetika- kimia/. [7 November 2010]. Anonim.2010. Perpindahan Panas Propoerties. Available Online at: http://www.scribd.com/document_downloads/direct/38185259? extension=pdf&ft=1289198458<=1289202068&uahk=5fVpW/ W0qdOwR0/bW7w/RrEPo/Y. [9 November 2010].