JALAN & JEMBATAN SJ.7113 – Manajemen Proyek Dr. Ir. Purnomo Soekirno
MANAJEMEN DAN REKAYASA KONSTRUKSI Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Bandung September 2005
Daftar Isi 1.
JALAN 1.1 Definisi Jalan 1.2 Ruang Lalu Lintas Jalan 1.3. Struktur (Konstruksi) Jalan 1.4 Sistem Jaringan, Fungsi & Status Jalan 1.5 Perancangan (Design) Jalan 1.6 Pelaksanaan konstruksi (Construction) Jalan
2.
JEMBATAN 2.1 Definisi Jembatan 2.2 Mengapa perlu dibangun Jembatan? 2.3 Komponen Jembatan dan Fungsinya 2.4 Jenis-jenis Jembatan 2.5 Struktur Jembatan 2.6 Perancangan (Design) Struktur Jembatan 2.7 Pelaksanaan Konstruksi (Construction) Jembatan 2.8 Metode Konstruksi (Construction Method) Jembatan
1.1 Definisi Jalan
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang diperuntukkan bagi lalu lintas.
1.2 Ruang Lalu Lintas Jalan
Undivided Urban or Rural
All Purpose Urban Divided
Rural Motor Way
1.3 Struktur (Konstruksi) Jalan
Struktur Macadam
Struktur Telford
Struktur Jalan Beton
1.4 Sistem Jaringan, Fungsi & Status Jalan Menurut undang undang tentang jalan, klasifikasi jalan dibedakan berdasarkan:
Sistem jaringan jalan Fungsi (sifat & pergerakan angkutan) jalan Status jalan
1.4.1 Klasifikasi Jalan menurut Sistem Jaringan Jalan
Sistem jaringan jalan primer: melayani jasa distribusi nasional untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional 2
Sistem jaringan jalan sekunder : melayani jasa distribusi di kawasan perkotaan.
A B 5 C
1 3
4 D
1.4.2 Klasifikasi Jalan menurut Fungsi Jalan (1) Jalan Arteri: angkutan utama (jarak jauh, kecepatan tinggi, jumlah jalan masuk dibatasi) Jalan Kolektor: angkutan pengumpulan/pembagian (jarak sedang, kecepatan sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi). Jalan Lokal: angkutan setempat (jarak dekat, kecepatan, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi). Jalan Lingkungan: angkutan lingkungan (jarak pendek, kecepatan rendah). Arteri Kolektor Lokal Lingkungan
1.4.2 Klasifikasi Jalan menurut Fungsi Jalan (2) Fungsi Jalan Jalan Arteri
Jalan Kolektor
Jalan Lokal
Jalan Lingkungan
Sistem Jaringan Jalan
Persyaratan Teknis
Primer
Jalan Arteri Primer didisain berdasarkan kecepatan rencana minimum 60 km/jam dengan lebar minimum 11 m.
Sekunder
Jalan Arteri Sekunder didisain berdasarkan kecepatan rencana minimum 30 km/jam dengan lebar minimum 11 m.
Primer
Jalan Kolektor Primer didisain berdasarkan kecepatan rencana minimum 40 km/jam dengan lebar minimum 9 m.
Sekunder
Jalan Kolektor Sekunder didisain berdasarkan kecepatan rencana minimum 20 km/jam dengan lebar minimum 9 m.
Primer
Jalan Lokal Primer didisain berdasarkan kecepatan rencana minimum 20 km/jam dengan lebar minimum 6,5 m.
Sekunder
Jalan Lokal Sekunder didisain berdasarkan kecepatan rencana minimum 10 km/jam dengan lebar minimum 6,5 m. Jalan Lokal Sekunder yang tidak diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda 3 atau lebih harus mempunyai lebar minimum 3,5 m. Tidak diatur dalam PP tentang Jalan
1.4.3 Klasifikasi Jalan menurut Status Jalan Status
Keterangan
Jalan Nasional
Jalan Arteri dan Kolektor yang menghubungkan ibukota propinsi, dan jalan yang bersifat strategis nasional.
Jalan Propinsi
Jalan Kolektor yang menghubungkan ibukota propinsi dengan ibukota kabupaten/Kota, atau antar ibukota kabupaten/Kota, jalan yang bersifat strategis regional, jalan di Propinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta.
Jalan Kabupaten
Jalan Lokal yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antar ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan Pusat Kegiatan Lokal, antar Pusat Kegiatan Lokal, serta jalan strategis lokal.
Jalan Kota
Jalan Sekunder yang menghubungkan antar pusat pelayanan dalam Kota, pusat pelayanan dengan persil, antar persil, menghubungkan antar pusat permukiman dan berada di dalam Kota.
Jalan Desa
Jalan Umum yang menghubungkan kawasan di dalam Desa dan antar permukiman serta jalan lingkungan.
Jalan Khusus
Jalan bukan untuk lalu lintas umum yang peruntukannya bagi kepentingan instansi, badan usaha maupun perorangan atau kelompok masyarakat.
1.5 Perancangan (Design) Jalan (1) Perancangan ruang lalu lintas: Peramalan volume dan pola lalu lintas Penentuan alinyemen vertikal (elevasi) jalan
Penentuan trase dan alinyemen horizontal
1.5 Perancangan (Design) Jalan (2) Perancangan struktur jalan: Perhitungan beban lalu lintas Perhitungan kondisi tanah Perancangan struktur jalan (tanah dasar, pondasi, dan perkerasan).
1.6 Pelaksanaan Konstruksi Jalan Perkerasan Fleksibel (aspal)
Perkerasan Rigid (beton)
galian
galian timbunan
timbunan
Kondisi Permukaan Tanah Asli
Rencana elevasi jalan (alinyemen vertikal)
galian
Galian dan Timbunan Badan
Perkerasan Fleksibel (Aspal) Pelaksanaan Pondasi Bawah (Sub Base course) Pelaksanaan Pondasi Atas (Base course) Pelaksanaan Perkerasan Aspal (Pavement)
Perkerasan Rigid (Beton) Pelaksanaan Perkerasan Beton
2.1 Definisi Jembatan
Jembatan adalah penghubung dua lokasi yang terpisah karena hambatan lingkungan alam (sungai, selat, jurang, dll.) maupun lingkungan buatan (jalan raya, jalan rel, drainase, dll).
2.2 Mengapa perlu dibangun Jembatan? (1) 1.1 Adanya kendala alam (sungai, selat, lembah, dll.) yang mengakibatkan terputusnya jalur lalu lintas.
2.2 Mengapa perlu dibangun Jembatan? (2) Adanya kendala buatan (bangunan, dll.) yang mengakibatkan terputusnya jalur lalu lintas.
2.3 Komponen Jembatan dan Fungsinya (1) 1. Bagian jembatan yang menampung lalu lintas
Ruang lalu lintas + Estetika
Komponen Arsitektur
2.3 Komponen Jembatan dan Fungsinya (2) 2. Bagian jembatan yang menerima, memikul, dan menyalurkan beban-beban jembatan ke tanah pendukung jembatan agar jembatan kuat dan stabil Komponen Struktur
2.3 Komponen Jembatan dan Fungsinya (3) 3. Komponen lain jembatan: Menambah kenyamanan
lampu Menambah keamanan pagar
jembatan
2.4 Jenis-jenis Jembatan (1) 1.
Berdasarkan fungsinya: Jembatan jalan raya Jembatan kereta api Jembatan pendukung saluran air, minyak gas, dsb.
2.
Berdasarkan bahan pembentuknya: Jembatan kayu Jembatan baja Jembatan beton: Beton bertulang Beton pratekan Beton pracetak Jembatan komposit
2.4.1Jembatan berdasarkan Fungsinya Jembatan kereta api
Jembatan jalan raya
Jembatan saluran air
2.4.2 Jembatan berdasarkan Bahan Pembentuknya Jembatan beton
Jembatan baja
Jembatan komposit
Jembatan kayu
2.4 Jenis-jenis Jembatan (2) 3. Berdasarkan struktur (konstruksi): Jembatan bentang sederhana (simple beam), jembatan bentang menerus (continuous span). Jembatan balok-pelat (plate & girder), jembatan balok boks (box girder). Jembatan rangka (truss), jembatan lengkung (arch). Jembatan kabel (cable): jembatan kabel gantung (suspension bridge), jembatan kabel cancang (cable stayed).
2.4.3.1 Jembatan berdasarkan Struktur (Konstruksi): Bentang Sederhana (Simple Beam)
2.4.3.2 Jembatan berdasarkan Struktur (Konstruksi): Bentang Menerus (Continuous Span)
2.4.3.3 Jembatan berdasarkan Struktur (Konstruksi): Balok-Pelat (Plate & Girder)
2.4.3 Jembatan berdasarkan Struktur (Konstruksi): Balok Boks (Box Girder)
2.4.3.4 Jembatan berdasarkan Struktur (Konstruksi): Rangka (Truss)
2.4.3.5 Jembatan berdasarkan Struktur (Konstruksi): Lengkung (Arch)
2.4.3.6 Jembatan berdasarkan Struktur (Konstruksi): Kabel Gantung (Suspension) (1)
2.4.3.6 Jembatan berdasarkan Struktur (Konstruksi): Kabel Gantung (Suspension) (2)
2.4.3.7 Jembatan berdasarkan Struktur (Konstruksi): Kabel Cancang (Cable Stayed)
2.5 Komponen Struktur Jembatan (1) 1.
Komponen struktur atas (super structure) jembatan
2.
Komponen struktur bawah (sub structure) jembatan: Pilar (pier) dan atau kepala jembatan (abutment) Pondasi (foundation)
3. Perletakan (bearing) dan sambungan ekspansi (expansion joint)
2.5 Komponen Struktur Jembatan (2) Kepala Pier
Pondasi
Balok
Pier
Abutment
Lantai Jembatan
2.5 Komponen Struktur Jembatan (3)
Expansion joint
Bearing di tengah bentang
Bearing di abutment
2.6 Perancangan Struktur Jembatan
Tanah keras
Penentuan Bentuk dan Dimensi Jembatan Penentuan Beban Jembatan Analisis Struktur Atas Jembatan Analisis Struktur Pilar (pier) dan kepala jembatan (abutment) Analisis Struktur Pondasi Jembatan Perancangan Bagian Lain : pagar jembatan, lampu
2.7 Pelaksanaan Konstruksi Jembatan
Tanah keras
Pembuatan Pondasi Jembatan Pembuatan Pilar (pier) dan kepala jembatan (abutment) Pembuatan Struktur Atas Jembatan
Pemasangan Bagian Lain : pagar jembatan, lampu
2.8 Metode Konstruksi Jembatan Cast in situ 2. Pracetak (peluncuran dari sisi) 3. Segmen Pracetak (peluncuran dari sisi) 4. Segmen Pracetak (gantry-crane) 1.
2.8.1 Metode Konstruksi Jembatan: Cast in situ 1.
Cast in situ
Tanah keras
Pembuatan pondasi, pilar, dan kepala jembatan Pemasangan struktur penahan sementara Pembuatan struktur atas jembatan secara cast in situ Setelah struktur atas mencapai kekuatan rencana, struktur penahan sementara dilepas
2.8.2 Metode Konstruksi Jembatan: Pracetak (peluncuran dari sisi) 2.
Pracetak (peluncuran dari sisi)
Tanah keras
Pembuatan pondasi, pilar, dan kepala jembatan Pembuatan segmen pracetak di salah satu sisi jembatan Segmen pracetak didorong ke posisi pemasangan
2.8.3 Metode Konstruksi Jembatan: Segmen Pracetak (peluncuran dari sisi) 3.
Segmen Pracetak (peluncuran dari sisi)
Tanah keras
Pembuatan pondasi, pilar, dan kepala jembatan Pemasangan penopang sementara Pembuatan segmen pracetak di salah satu sisi jembatan Segmen pracetak didorong ke posisi pemasangan Segmen pracetak disatukan dengan kabel pratekan (post tension)
2.8.4 Metode Konstruksi Jembatan: Segmen Pracetak (Gantry-crane) (1) 4.
Segmen Pracetak (gantry-crane)
Tanah keras
Pembuatan pondasi, pilar, dan kepala jembatan Pemasangan penopang sementara dan gantry-crane Produksi dan transportasi segmen pracetak Segmen pracetak dipasang dengan gantry-crane Segmen pracetak disatukan dengan kabel pratekan (post tension)
2.8.4 Metode Konstruksi Jembatan: Segmen Pracetak (Gantry-crane) (2)
Selesai