I.
EXECUTIVE SUMMARY
Awalnya AirAsia dimiliki oleh DRB-HICOM milik Pemerintah Malaysia, namun maskapai ini memiliki beban yang berat dan akhirnya dibeli oleh mantan eksekutif Time Warner, Tony Fernandes, pada 2 Desember 2001. Tony melakukan turn around dan berhasil membukukan laba pada tahun 2002 dengan berbagai rute baru dan harga promosi serendah 10 RM bersaing dengan Malaysia Airlines. AirAsia menciptakan value melalui visi dan misi sebagai berikut : Airasia Value Visi Menjadi maskapai penerbangan berbiaya hemat di Asia dan melayani 3 juta orang yang sekarang dilayani dengan konektivitas yang kurang baik dan Misi
tarif yang mahal. Menjadi perusahaan terbaik untuk bekerja, di mana para karyawan dianggap sebagai anggota keluarga besar.
Menciptakan brand ASEAN yang diakui secara global.
Mencapai tarif terhemat sehingga semua orang bisa terbang dengan AirAsia.
Mempertahankan menggunakan
produk
teknologi
berkualitas untuk
tinggi,
mengurangi
pembiayaan dan meningkatkan kualitas layanan. AirAsia mengalami perkembangan yang sangat cepat. Dari sebuah perusahaan yang punya hutang hampir Rp 100 milyar di tahun
2001,
kemudian
melalui
Tony
Fernandes,
tiba-tiba
menjelma menjadi perusahaan LCC terkemuka di Asia dengan keuntungan bersih sekitar Rp 567 milyar pada pertengahan tahun 2007. AirAsia “hanya” bermain di kelas bawah – dalam kelompok yang disebut “Low Cost Carrier”.
Ciri
strategi
bersaing
AirAsia
dengan
fokus
pada
penerbangan murah, atau low cost carrier (LCC). Segmen yang dilayani terutama mereka yang sensitif terhadap harga, bahkan lapisan
masyarakat
yang
belum
pernah
menggunakan
transportasi udara. Ada beberapa faktor penentu kesuksesan AirAsia, salah satunya adalah model armada biaya rendah. Beberapa cara maskapai ini menekan harga tiket adalah dengan meniadakan makanan,
menggunakan
penerbangan
balik
ke
awak
kabin
pemberangkatan
yang
sama
sambil
untuk
membawa
penumpang baru, penjualan tiket online guna menghindari counter dan stafnya. AirAsia membuat model tarif serendah mungkin dan menciptakan nilai melalui penerapan kunci strategi berikut : Airasia Key Strategies Safety First Bekerja sama dengan penyedia perawatan paling terkenal di dunia dan mematuhi High Aircraft
standar operasi penerbangan dunia. Waktu perputaran (turn around
Utilization
tercepat di region dengan hanya 25 menit,
time)
memastikan tarif terhemat dan produktivitas Low Fare, No
yang tinggi. Menyediakan pilihan layanan yang sesuai
Frills
dengan kebutuhan bagi para penumpang
Streamline
tanpa menurunkan kualitas dan layanan. Memastikan bahwa setiap proses dilakukan
Operations Lean
secara sesederhana dan efisien. Menawarkan kanal distribusi yang luas dan
Distribution
inovatif
System Point to Point
pembelian dan perjalanan. Menerapkan jaringan point to point agar
Network
pengoperasian menjadi sederhana dengan
untuk
memudahkan
berbiaya yang rendah.
2
proses
II. SEJARAH BERDIRINYA AIRASIA AirAsia adalah maskapai penerbangan berbiaya hemat dan murah terkemuka di Asia asal Malaysia yang berkantor pusat di Kuala Lumpur. Dalam kurun waktu 12 tahun, AirAsia telah melayani 88 destinasi, menerbangkan lebih dari 220 juta penumpang, yang berkembang dari 2 buah pesawat menjadi 150 buah pesawat. AirAsia menjadi maskapai penerbangan ASEAN dengan basis operasi di Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, dan India. Jaringan rute AirAsia tersebar di seluruh Asia Tenggara juga Cina, India, dan Australia. AirAsia meraih gelar The World’s Best Low Cost Airline dari SkyTrax selama enam tahun berturutturut, yaitu tahun 2009, 2010, 2011, 2012, 2013, dan 2014, serta The World’s Leading Low Cost Airline di ajang World Travel Awards 2013. Maskapai ini pun dinobatkan sebagai maskapai terbaik penerbangan bertarif rendah di dunia dan pelopor perjalanan berbiaya rendah di Asia. Pada awalnya maskapai penerbangan ini dimiliki oleh Pemerintah Malaysia dibawah nama DRB-HICOM. Namun, karena manajemen dan kegiatan operasional yang tidak efisien, maka maskapai tersebut mengalami kerugian yang sangat besar, sehingga
mengalami
kebangkrutan.
Keinginan
Pemerintah
Malaysia untuk menutup kegiatan operasional AirAsia, disambut oleh seorang eksekutif ternama dari Perusahaan Time Warner, yaitu Datuk Tony Fernandes. Ia menjadikannya sebagai sebuah peluang
untuk
menghidupkan
dan
memperbaiki
kembali
manajemen AirAsia. Saham AirAsia tersebut kemudian ia beli dari Pemerintah Malaysia pada 2 Desember 2001.
3
Sesuai namanya, saham maskapai ini tidak hanya dimiliki oleh Malaysia saja, namun juga dimiliki oleh Singapura, Thailand, dan Indonesia. Di Indonesia, maskapai penerbangan ini berafiliasi dengan maskapai penerbangan AWAIR (Air Wagon International) yaitu sebuah maskapai penerbangan yang berbiaya rendah, yang kemudian berganti nama menjadi PT. Indonesia AirAsia. Dengan mengusung tagline "Now Everyone Can Fly", AirAsia melayani kota-kota utama di 11 negara Asia. Dengan tagline tersebut, membuat brand AirAsia menjadi lebih mudah diingat oleh konsumen. Selain itu, armada penerbangan ini juga gencar membuat program promosi dengan harga yang relatif rendah,
sehingga
banyak
konsumen
yang
menggunakan jasa armada penerbangan ini. Tony Fernandes melakukan turn-around
tertarik dan
untuk berhasil
membukukan laba pada tahun 2002. Dengan berbagai rute baru dan harga promosi seharga 10 RM, AirAsia kemudian menjadi pesaing bagi Malaysia Airlines. Pada tahun 2003, AirAsia berhasil mendirikan pangkalan kedua di Bandara Senai, Johor Bahru, yang berada dekat dengan wilayah Singapore. AirAsia pun kemudian melakukan penerbangan internasionalnya ke Thailand. Sejak Januari 2004, AirAsia membuka Thai AirAsia dan melakukan berbagai penambahan rute penerbangan seperti ke Singapore dan Indonesia. Penerbangan ke Makau dimulai pada Juni 2004. Dan pada Januari 2005 AirAsia membentuk Indonesia AirAsia, sedangkan penerbangan ke Manila dan Xiamen dimulai pada April 2005. Rute lain yang akan dibuka adalah ke Vietnam, Kamboja, Filipina dan Laos. Pada November 2007, AirAsia membentuk AirAsia X dengan harga tiket yang lebih murah dan jarak penerbangan yang lebih jauh. Bersama anak-anak perusahaan, AirAsia percaya pada konsep bisnis tarif rendah atau yang sering disebut “Low Cost Carrier”,
dan
merasa
bahwa
menjaga
biaya
rendah
membutuhkan efisiensi yang tinggi dalam setiap bagian dari
4
bisnis. Melalui filosofi perusahaan "Now Everyone Can Fly", AirAsia telah memicu sebuah revolusi dalam perjalanan udara dimana lebih banyak orang di seluruh wilayah memilih AirAsia sebagai pilihan yang mereka sukai untuk transportasi.
III.
VISI, MISI DAN KODE ETIK
VISI : Menjadi maskapai penerbangan berbiaya hemat di Asia dan melayani
3
juta
orang
yang
sekarang
dilayani
dengan
konektivitas yang kurang baik dan tarif yang mahal.
MISI : Q Menjadi perusahaan terbaik untuk bekerja, di mana para karyawan dianggap sebagai anggota keluarga besar. Q Menciptakan brand ASEAN yang diakui secara global. Q Mencapai tarif terhemat sehingga semua orang bisa terbang dengan AirAsia. Q Mempertahankan produk berkualitas tinggi, menggunakan teknologi untuk mengurangi pembiayaan dan meningkatkan kualitas layanan.
KODE ETIK :
5
Memastikan kita melakukan bisnis kita dengan adil, tidak memihak, etis, dan dengan sepenuhnya memperhitungkan keselamatan.
IV.
AFILIANSI AIRASIA
Pada akhir tahun 2006 , Fernandes meluncurkan rencana lima tahun untuk lebih meningkatkan kehadiran AirAsia di Asia. Berdasarkan program tersebut, AirAsia diusulkan memperkuat dan meningkatkan jaringan rute dengan menghubungkan semua tujuan yang ada di seluruh wilayah dan memperluas lebih lanjut ke Vietnam, Indonesia, China Southern (Kunming, Xiamen, Shenzhen) dan India. Dengan meningkatnya frekuensi dan penambahan rute baru, AirAsia peningkatan volume penumpang menjadi 13,9 juta pada tahun fiskal 2007. Pada tanggal 27 September 2008, perusahaan mengumumkan 106 rute baru yang
akan
ditambahkan
ke
daftar
perjalanan
armada
penerbangan Air Asia. AirAsia telah memulai sejak anak perusahaan Thailand dan Singapura masuk ke dalam daftar tujuan, dan mulai melakukan penerbangan ke Indonesia. Penerbangan ke Macau mulai pada bulan Juni 2004, dan penerbangan ke daratan China (Xiamen ) dan Filipina ( Manila ) pada bulan April 2005. Penerbangan ke
6
Vietnam dan Kamboja diikuti kemudian pada tahun 2005 dan ke Brunei dan Myanmar pada tahun 2006, yang terakhir dengan Thai AirAsia. Pada bulan Agustus 2006, AirAsia mengambil alih Malaysia Airlines di rute Pedesaan Air Service di Sabah dan Sarawak, yang beroperasi di bawah merek FlyAsianXpress. Namun, rute ini kemudian dikembalikan ke MASwings setahun kemudian, karena alasan komersial . Pada bulan Agustus 2011, AirAsia sepakat untuk membentuk aliansi dengan Malaysia Airlines melalui swap saham Aliansi. Pada awal 2013, AirAsia mengalami peningkatan tajam dalam
profitabilitas.
Perbandingan
dari
tahun
ke
tahun
menunjukkan peningkatan sebesar 168 % dalam keuntungan. Untuk kuartal yang berakhir 31 Desember 2012, laba bersih maskapai mencapai 350.650.000 RM (US $ 114.080.000). Meskipun harga nahan nakar mengalami kenaikan rata-rata 1 %, maskapai ini mencatat keuntungan 1,88 miliar RM untuk 2012 tahun fiskal penuh. Pada Februari 2013, AirAsia mengajukan permohonan kepada Badan Promosi Investasi Luar Negeri India, melalui jaringan investasi, AirAsia Investment Limited, untuk meminta persetujuan
untuk
memulai
operasinya
di
India.
AirAsia
memperoleh 49% saham maskapai penerbangan AirAsia di India, yang
merupakan
batas
maksimum
yang
diizinkan
oleh
pemerintah India pada waktu itu. Awalnya, AirAsia berkomitmen untuk berinvestasi hingga US $ 50 juta untuk maskapai baru. Operasi akan dimulai di Chennai, memperluas jaringan di seluruh India
Selatan,
di
mana
AirAsia
telah
mengoperasikan
penerbangan dari Malaysia dan Thailand . Dan pada 1 Juli 2014, AirAsia mengumumkan akan bekerja sama dengan Octave Japan Infrastructure Fund I GK (Octave), Rakuten Inc. (Rakuten), Noevir Holdings Co.Ltd. (Noevir), dan
7
Alpen Co.Ltd. (Alpen) untuk kembali mendirikan AirAsia Jepang. Saat
ini,
Tim
AirAsia
Jepang
sedang
berusaha
untuk
mendapatkan izin operasional yang dibutuhkan dari pihak otoritas
terkait.
AirAsia
berencana
akan
memulai
layanan
penerbangan domestik serta internasional pada musim panas tahun 2015 nanti. Afiliasi AirAsia di Malaysia, Thailand, Indonesia, Filipina, dan India telah berhasil mendapatkan respon yang sangat bagus dari pasar mereka masing-masing dan selalu berkomitmen untuk membawa AirAsia ke pasar Low Cost Carrier (LCC).
V. ANALISIS AIRASIA 1. ANALISIS INTERNAL “STRENGTHS & WEAKNESSES” a. Strengths (Kekuatan) AirAsia memiliki program penerbangan dengan biaya rendah, sehingga hal ini mampu menarik para penumpang khususnya para pembisnis yang dominannya selalu mobile. Dari program ini AirAsia juga mampu menarik perhatian khalayak ramai, sehingga AirAsia memiliki kelebihan dalam periklanan,
yaitu
periklanan
secara
gratis
oleh
para
konsumen, dimana hal tersebut mampu mendongkrak
8
eksistensi
penerbangan
ini.
AirAsia
dapat
menarik
perhatian media dengan penerbangan yang menggunakan biaya rendah tersebut, dan hal ini juga mampu menarik para pelanggan. Selain itu AirAsia juga telah memiliki banyak rute, baik domestik maupun Internasional. b. Weaknesses (Kelemahan) Kelemahan dari AirAsia adalah penerapan konsep Low Cost Carreir (LCC) dengan sistem booking barat tidak bisa diterima, sehingga bisnis AirAsia mengalami kelemahan. Apalagi mendapatkan tekanan yang kuat dari perusahaan nasional seperti di Indonesia ada Lion Air dan Sriwijaya Air. Selain itu, pelayanan AirAsia yang mengharuskan para pelanggan untuk berjalan jauh karena AirAsia tidak mau menangung biaya fasilitas dan perlengkapan bandara, seperti jembatan naik ke pesawat adalah salah satu hal yang mampu mengurangi kesediaan pelanggan untuk menggunakan jasa penerbangan AirAsia. Sebab, biasanya para pelanggan tetap menginginkan pelayanan yang baik walaupun membayar dengan harga yang rendah. 2. ANALISIS EKSTERNAL “OPPORTUNITIES & THREATS” a. Opportunities (Peluang) Pada kenyataannya, banyak orang dipenjuru dunia sering berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan berbagai
alasan.
Hal
inilah
yang
mampu
membuat
transportasi penerbangan AirAsia memiliki peluang untuk berkembang maju. Asia merupakan pasar besar, dimana wilayah Asia terdiri atas benua-benua terbesar di dunia, sehingga dalam mobilitasnya orang akan membutuhkan transportasi yang memadai dan tidak memakan banyak waktu. Selain itu, peluang dalam bisnis penerbangan
9
berbiaya murah (Low Cost Carries) sangat besar dan terbuka, dimana segmen kelas ini tidak dibidik oleh Airline yang sudah mapan seperti Singapore Air, Malaysia Air, dan Garuda Indonesia (Flag Carrier). b. Threats (Ancaman) Dengan banyaknya maskapai penerbangan yang ingin menyamai AirAsia, seperti Tiger Air, sehingga kemungkinan besar ini akan menjadi ancaman bagi AirAsia. Selain itu, harga bahan bakar yang terus melambung tinggi, serta biaya
pajak
yang
tinggi
pada
bandara
internasional
membuat AirAsia harus pandai dalam hal mengatur keuangan,
sebab
ini
merupakan
faktor
yang
akan
mempengaruhi tarif tiket perjalanan AirAsia. 3. Analisis SWOT Dari analisis internal dan eksternal yang telah dilakukan dapat
disimpulkan
bahwa
AirAsia
akan
tetap
mampu
mempertahankan kesuksesannya, mengingat strength yang dimiliki oleh penerbangan tesebut. Selain itu, terkait dengan kelemahan yang dimiliki oleh AirAsia selama ini, tidak mengurangi minat para pelanggan untuk menaiki AirAsia. Mengenai ancaman dari luar, seperti munculnya pesaing baru, AirAsia yakin dikarenakan AirAsia telah datang lebih awal dibandingkan dengan maskapai lainnya ini tentunya berdampak baik bagi AirAsia, sebab dengan ini AirAsia akan lebih mendapatkan tempat dihati para pelanggan. Dan harga bahan bakar yang melambung tinggi pun mampu diatasi oleh AirAsia, yaitu dengan melakukan handling. Hal ini lah yang membuat AirAsia mampu menjaga biaya penerbangan yang rendah. 4. Formulasi Strategi
10
AirAsia membuat model biaya hemat dan serendah mungkin melalui implementasi dari berbagai strategi kunci sebagai berikut : AirAsia Key Strategies Safety First Bekerja sama dengan penyedia perawatan paling terkenal di dunia dan mematuhi High Aircraft
standar operasi penerbangan dunia. Waktu perputaran (turn around
Utilization
tercepat di region dengan hanya 25 menit,
time)
memastikan tarif terhemat dan produktivitas Low Fare,
yang tinggi. Menyediakan pilihan layanan yang sesuai
No Frills
dengan kebutuhan bagi para penumpang
Streamline
tanpa menurunkan kualitas dan layanan. Memastikan bahwa setiap proses dilakukan
Operations Lean
secara sesederhana dan efisien. Menawarkan kanal distribusi yang luas dan
Distribution
inovatif
System Point to Point
pembelian dan perjalanan. Menerapkan jaringan point to point agar
Network
pengoperasian menjadi sederhana dengan
untuk
memudahkan
proses
berbiaya yang rendah. Kunci dalam menyajikan tarif rendah adalah konsisten menjaga biaya tetap rendah. Untuk mencapai biaya rendah dibutuhkan efisiensi tinggi di setiap bagian dari bisnis dan mempertahankan kesederhanaan. Oleh karena itu setiap proses
sistem
harus
menggabungkan
industri terbaik.
11
praktek-praktek
VI.
FENOMENA LOW COST CARRIER
Istilah Penerbangan “low cost” atau sering disebut LCC (low cost carrier) juga sering disebut sebagai Budget Airlines, no frills flight atau juga Discounter Carrier. LCC merupakan model penerbangan yang unik dengan strategi penurunan operating cost. Dengan melakukan efisiensi cost di semua lini, maskapai melakukan hal-hal diluar kebiasaan maskapai pada umumnya. Kalau airlines pada umumnya melakukan penambahan layanan
yang
catering,
memiliki
penyediaan
entertainment,
in
value
added
newspaper
flight
shop,
dengan
atau
penambahan
magazine,
lounge,
free
in
flight
taxy
after
landing, exclusive frequent flier services, dan lain sebagainya. Berlawanan dengan hal itu, LCC melakukan eleminasi layanan maskapai
tradisional
yaitu
dengan
pengurangan
catering,
minimize reservasi dengan bantuan teknologi IT sehingga layanan terlihat lebih sederhana dan bisa cepat. Pelayanan yang minimize ini berakibat dalam hal penurunan cost, namun faktor safety tetap dijaga untuk menjamin keselamatan penumpang sampai ke tujuan. LCC
adalah
redifinisi
bisnis
penerbangan
yang
menyediakan harga tiket yang terjangkau serta layanan terbang yang minimalis. Intinya produk yang ditawarkan senantiasa berprinsip low cost untuk menekan dan mereduksi operasional cost sehingga bisa menjaring segmen pasar bawah yang lebih luas. Awal mula LCC ini dirintis oleh Maskapai Southwest yang didirikan Rollin King, Lamar Muse dan Herber Kelleher pada 1967. Fenomena penerbangan
Southwest yang
menjadi
sangat
fenomena
menarik
12
dibahas
kajian di
bisnis
universitas
Harvard dan diberbagai sekolah bisnis diseluruh belahan dunia. Efisiensi yang dilakukan mencakup mulai dari harga (murah), teknologi,
struktur
biaya,
rute
hingga
berbagai
peralatan
operasional yang digunakan. Keberhasilan
Southwest
kemudian
banyak
ditiru
oleh
maskapai lainnya seperti Vanguard, America West, Kiwi Air, Ryanair yang berdiri tahun 1990, Easyjet yang berdiri tahun 1995, Shuttle (anak Perusahaan United Airlines), MetroJet (anak perusahaan USAir) dan Delta Express (anak perusahaan Delta), Continental Lite (anak perusahaan Continental Airlines). Langkah Low cost carrier kemudian juga ditiru di Asia dengan munculnya AirAsia di tahun 2000 yang bermarkas di Malaysia, Virgin Blue di Australia, sedangkan di Indonesia kemudian berdiri Lion Air, dan Wings Air yang merupakan anak perusahaan Lion Air. Umumnya, ciri-ciri maskapai yang menerapkan LCC antara lain : 1.
Semua penumpangnya adalah kelas ekonomi, tidak ada penerbangan kelas premium atau bisnis.
2.
Kapasitas penumpangnya lebih banyak dari pada kapasitas pesawat
dengan
layanan
tradisional
sehingga
terlihat
penumpang berdesak-desakkan. Hal ini untuk menaikkan revenue pesawat mengingat tarif yang sangat murah. 3.
Maskapai tersebut memiliki satu tipe pesawat untuk memudahkan training dan me-minimize biaya maintenance dan penyediaan spare part cadangan. Biasanya pesawatnya baru/umurnya masih muda sehingga hemat dalam konsumsi fuel (avtur).
4.
Maskapai menerapkan pola tarif yang sangat sederhana pada satu tarif atau tarif sub classis dengan harga mulai dari tarif diskon hingga mencapai 90%.
13
5.
Tidak memberikan layanan catering, di pesawat umumnya hanya disuguhkan air mineral.
6.
Kursi yang disediakan tidak melalui pemesanan, siapa penumpang yang masuk lebih dahulu dalam pesawat, dia yang pertama memilih kursi yang dia tempati.
7.
Penerbangan dilakukan di pagi buta atau malam hari untuk menghindari biaya yang mahal pada layanan bandara pada saat jam-jam sibuk.
8.
Rute yang diterbangi sangat sederhana biasanya point ke point untuk menghindari miss conection di tempat transit dan dampak delay dari akibat delay flight sebelumnya.
9.
Memberlakukan penanganan ground handling yang cepat dan pesawatnya mempunyai utilisasi jam terbang yang tinggi.
10. Maskapai melakukan penjualan langsung (direct sales), biasanya via call center dan internet untuk me-minize cost channel distribusi. LCC tidak dijual melalui travel agent, dan tidak
menggunakan
Channel
Distribusi
GDS
(Global
Distribution System) seperti Abacus,Galileo, dll. 11. Penjualan tidak menggunakan tiket konvensional, cukup secarik kertas berupa kupon untuk mereduksi ongkos cetak tiket. 12. Seringkali maskapai melakukan ekspansi promosi besarbesar untuk memperkuat positioning dan komunikasi karena menerapkan strategi direct sales. 13. Karyawannya melakukan multi role dalam pekerjaannya, seringkali services
pilot saat
dan
pramugari
ground
juga
handling.
sebagai
Disamping
cleaning itu
LCC
menerapkan outsourching dan karyawan kontrak terhadap SDM non vital, termasuk pekerjaan ground handling pesawat di bandara.
14
VII.
AIRASIA LOW COST CARRIER
AirAsia merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di industri penerbangan yang telah menerapkan strategi penerapan harga
murah
(low
cost
carier/LCC)
dibandingkan
dengan
kompetitornya. Strategi ini dipilih karena sesuai dengan target market yang dipilih oleh AirAsia yaitu konsumen penerbangan yang sangat aware terhadap harga dan hanya membutuhkan maanfat utama dari produk dan pelayanan industri penerbangan yaitu transportasi. Masuknya AirAsia ke segmen market ini didasari oleh pertimbangan bahwa masih banyaknya penduduk Asia khususnya Asia Tenggara yang membutuhkan transpotasi yamg cepat melalui udara baik antar negara maupun antar daerah tetapi terkendala oleh besarnya biaya penerbangan yang saat itu ada. Potensi segmen ini bertambah besar seiring dengan terjadinya switching konsumen penerbangan premium/biasa yang menginginkan harga yang lebih rendah. Swtiching ini banyak
dipengaruhi
oleh
turunnya
daya
beli
konsumen
penerbangan secara keseluruhan sebagai akibat krisis yang melanda Asia.
15
Maskapai penerbangan bertarif rendah seperti AirAsia telah mengubah definisi penerbangan yang perjalanan udara mewah dan hanya dapat dinikmati oleh sebagian segmen pasar. Tujuan utama
dari
low
cost
carrier
adalah
untuk
meningkatkan
jangkauan layanan mereka dan menyediakan layanan ke segmen pasar yang lebih besar.
Model Bisnis AirAsia menganut prinsip Low Cost Carrier (LCC), dengan komponen-komponen utamanya sebagai berikut : Q Pemanfaatan pesawat terbang yang tinggi Pesawat harus terbang sesering mungkin, penerbangan pertama tinggal landas sepagi mungkin secara komersial dan penerbangan terakhir secara khusus terbang pada tengah malam. Perjalanan pulang pergi yang cepat sangat penting untuk memastikan waktu yang dihabiskan di darat sesedikit mungkin – sebuah maskapai penerbangan menghasilkan uang saat pesawatnya terbang, bukan saat pesawatnya terparkir. Masa perputaran pesawat AirAsia adalah 25 menit jika bandingkan dengan FSC yang masa perputarannya 1 jam. Rata-rata, pemanfaatan AirAsia per pesawat adalah 12 jam blok per hari, sedangkan sebuah pesawat FSC mungkin dimanfaatkan sekitar 8 jam blok per hari.
Q Tidak ada hiasan tambahan Pokok bisnis untuk sebuah LCC adalah membawa seseorang dari poin A ke poin B. Semua hal lainnya dianggap sebagai barang mewah atau "frill" (hiasan tambahan), yang dapat
16
diperoleh
dengan
menghindari
mengeluarkan
hiasan
tambahan,
sedikit AirAsia
biaya.
Untuk
memberlakukan
sejumlah ketetapan yaitu : ñ Tidak ada makanan dan minuman gratis. Para penumpang dipersilakan untuk membeli makanan dan minuman pada harga yang terjangkau dari awak kabin. ñ Tempat duduk bebas. Tidak
ada
tempat
duduk
yang
ditetapkan.
Para
penumpang menerima boarding pass yang umum dan mereka
nantinya
harus
menempati
tempat
duduk
manapun yang tersedia. ñ Maskapai penerbangan tanpa tiket. Meminimalkan kerumitan di pihak pelanggan, yang tidak lagi perlu khawatir untuk direpotkan dengan kewajiban memegang tiket sebelum bepergian, dan memberi efek biaya
rendah
bagi
maskapai
(dalam
hal
kertas,
pencetakan, pendistribusian). ñ Tidak ada pengembalian uang tiket. Maskapai penerbangan membuang banyak uang saat calon
penumpang
keberangkatan
tiba
tidak
muncul
karena
hingga
adanya
saat
kebijakan
pengembalian uang tiket dan penjadwalan ulang. Terlepas dari si calon penumpang muncul atau tidak, biaya penerbangan yang dikeluarkan maskapai adalah sama. LCC tidak memberi keringanan bagi calon penumpang yang tidak muncul dan tidak menawarkan pengembalian uang tiket untuk penerbangan yang terlewatkan. ñ Tidak ada program loyalitas. AirAsia yakin para pelanggan mereka akan setia pada tarif AirAsia yang rendah, jadi tak perlu mengadakan program
17
frequent flyer atau program bagi pelanggan yang paling sering terbang bersama AirAsia. Q Beroperasi dengan efektif Membuat proses sesederhana adalah kunci keberhasilan LCC. ñ Pesawat terbang berjenis tunggal. Para pilot, pramugari/pramugara, mekanik dan personil pelaksana mengkhususkan diri untuk satu jenis pesawat terbang, dengan demikian maka tidak dibutuhkan adanya pelatihan ulang yang memakan biaya bagi para staf, untuk menjaga ketersediaan suku cadang untuk jenis pesawat terbang yang berbeda, maupun untuk pengetahuan dan keterampilan mengoperasikan dan memelihara beragam jenis pesawat terbang dengan karakteristik masing-masing, atau untuk kebutuhan pekerjaan baru. ñ Tempat duduk berkelas tunggal. Hanya ada satu jenis kelas tempat duduk, yaitu kelas satu, dan para penumpang bebas duduk di tempat duduk yang mereka pilih. Jika penumpang ingin memiliki hak istimewa untuk memilih sendiri tempat duduk, maka mereka dapat membeli Xpress boarding. ñ Prosedur Operasi Standar (SOP). SOP
penting
untuk
memastikan
kesamaan
tingkat
kompetensi di antara semua staff. Dengan cara ini AirAsia dapat
memastikan
kesamaan
layanan
di
seluruh
perusahaan. Q Fasilitas Dasar ñ Bandara-bandara sekunder. Maskapai berbiaya rendah biasanya terbang dari dan ke bandara yang tidak termasuk bandara tersibuk, misalnya, bandara Stanstead London, yang tidak sesibuk bandara
18
Heathrow London. Ini yang biasa disebut bandara sekunder. Beroperasi dari bandara sekunder lebih murah daripada di bandara utama yang lebih besar dan bandara sekunder tidak begitu padat dan "masa perputaran" pesawat terbang jauh lebih singkat. Misalnya, untuk meminimalkan biaya AirAsia terbang menuju Clark Airbase yang berjarak 70 km dari Manila demi menghindari terbang menuju bandara utama Ninoy Aquino Manila.
ñ Tidak disediakannya Lounge Bisnis. Q Jaringan poin ke poin LCC
menghindari
sistem
hub-and-spoke
dan merangkul
jaringan poin ke poin yang sederhana. Hampir seluruh penerbangan
AirAsia
berjarak
tempuh
pendek
(3
jam
penerbangan atau kurang). Tidak ada pengaturan yang dilakukan dengan perusahaan penerbangan lain dalam hal penerbangan
penghubung,
kemungkinan
pemindahan
penerbangan, atau pelabelan bagasi dan memindahkannya dari satu penerbangan ke penerbangan lain. Q Sistem distribusi andalan Biaya distribusi adalah sesuatu yang paling sering diabaikan oleh
FSC.
Seringkali,
FSC
mengandalkan
agen-agen
perjalanan dan dari kantor penjualan mereka yang mewah. Lebih jauh lagi, FSC selalu memperbesar anggaran dengan menyulitkan
saluran-saluran
distribusi
mereka
dengan
menyatukan sistem-sistem mereka dengan Sistem Distribusi Global yang beragam. LCC
akan
menjaga
agar
saluran
distribusi
menjadi
sesederhana mungkin dan akan meliputi seluruh spektrum profil
para
klien.
Misalnya,
19
AirAsia
dapat
melayani
penumpang Eropa yang paling modern melalui penjualan lewat internet dan kartu kredit. Dan pada saat yang sama, AirAsia telah menciptakan sistem untuk menjual tiket ke lokasi-lokasi yang sangat jauh dan tak tersentuh teknologi seperti di Myanmar.
ñ Penjualan Internet. Bagian terbesar penjualan (±65%) dilakukan melalui situs web
maskapai
AirAsia,
dimana
tarif
dibayar
dengan
menggunakan kartu kredit. Cara ini merupakan saluran distribusi yang paling efektif dari segi biaya. ñ Kantor Penjualan AirAsia hanya memiliki sedikit kantor penjualan. AirAsia hanya mendirikan sebuah call centre jika mereka yakin penjualan yang berasal dari centre tersebut akan memberi hasil sepadan. Lebih jauh lagi, AirAsia tidak terpaku dengan memiliki kantor penjualan di kawasan mewah kota. ñ Agen-agen perjalanan. LCC
sedapat
mungkin
menghindari
mengandalkan
penjualan melalui agen perjalanan. Ini berarti bahwa maskapai
tidak
membayar
komisi
apapun
ke
agen
perjalanan, yang jika dilakukan bisa berdampak pada harga tiket. Juga, karena mereka tidak menggunakan agen perjalanan, mereka tidak menggunakan atau berpartisipasi dalam sistem reservasi seluruh
20
dunia
dan itu
akan
menghemat biaya, yang sekali lagi akan tercermin pada harga tiket mereka. ñ Call centre Penjualan tiket hanya dapat dilakukan melalui telepon. Ini adalah metode sederhana dan efektif dalam biaya.
Strategi Bisnis Beragamnya perusahaan penerbangan di Asia membuat maskapai AirAsia harus melihat pangsa pasar atau market share mereka. Pangsa pasar (market share) dapat diartikan sebagai bagian pasar yang dikuasai oleh suatu perusahaan, atau prosentasi penjualan suatu perusahaan terhadap total penjualan para pesaing terbesarnya pada waktu dan tempat tertentu (William J.S, 1984). Besarnya pangsa pasar setiap saat akan berubah sesuai dengan perubahan selera konsumen, atau berpindahnya minat konsumen
dari
dihubungkan
suatu
dengan
produk
ke
produk
selera
konsumen
yang
lain.
terdapat
Jika
empat
karakteristik yang mempengaruhi pengguna dalam melakukan pembelian yaitu faktor budaya (budaya, sub budaya, dan kelas sosial), faktor sosial (kelompok keluarga, peran, dan status), faktor pribadi (umur, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, dan kepribadian), dan faktor psikologis (pengetahuan, motivasi, keyakinan, dan sikap). Dan proses keputusan membeli seorang pengguna melewati lima tahap yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan membeli, dan tingkah laku pasca pembelian (Kotler, 1993). Dilihat dari segi harga (price), maskapai penerbangan AirAsia sampai saat ini belum memiliki pesaing dalam hal
21
penawaran harga tiket yang murah. Dari segi strategi penentuan harganya
sebagai
produk
baru,
AirAsia
telah
melakukan
penetration price yang cukup baik dan menarik perhatian dimana strategi harga penetrasi menentukan harga awal yang rendah serendah-rendahnya atau murah dengan tujuan untuk penetrasi pasar dengan cepat dan juga membangun loyalitas merek dari pada konsumen. Dilihat
dari
segi
strategi
penentuan
harga
yang
mempengaruhi psikologis konsumen, AirAsia telah melakukan leader pricing dimana strategi harga yang ditetapkan lebih rendah
daripada
harga
pasar
untuk
meningkatkan
omset
penjualan. Selain itu untuk menjaga konsumennya AirAsia juga menerapkan strategi harga diskon pada penjualannya yaitu dengan memberikan potongan harga dari harga yang sudah ditetapkan demi meningkatkan penjualan suatu produk barang atau jasa. Diskon dapat diberikan pada umum dalam bentuk diskon kuantitas, diskon pembayaran tunai/cash, trade discount. AirAsia dalam menciptakan pasarnya di Asia sangat cermat melakukan strategi penetrasi harga yang sangat murah yang diikuti dengan promo-promo yang mereka tawarkan. Stigma bahwa berlibur dengan menggunakan pesawat itu mahal pun sirna ketika penawaran yang ditawarkan AirAsia mendapatkan sambutan yang positif dan antusiasme yang tinggi dari target audience
yang
melihat
iklan
maupun
merasakan
dampak
promosi yang gencar dilakukan oleh AirAsia. Berlibur pun kini dipandang sudah menjadi suatu keharusan bagi sebagian orang setelah
melihat
murahnya
harga
tiket
bukan
tak
penerbangan
yang
ditawarkan AirAsia. Di
masa
mendatang
mungkin
maskapai
penerbangan ini akan tumbuh dan berkembang pesat. Dengan tiket promo yang murah yang ditawarkan AirAsia, berlibur dapat menjadi suatu kebiasaan dan hal tersebut dapat menguntungkan
22
AirAsia yang sejak awalnya memiliki image berlibur murah dengan tagline “Now Everyone Can Fly”. AirAsia dapat secara perlahan menambah dan meluaskan pangsa pasarnya. Dalam merebut pasar, AirAsia melakukan strategi bisnis sebagai berikut: 1.
Perkuat armada Hingga saat ini, armada yang dimiliki AirAsia memang masih kalah jika dibandingkan dengan Lion Air. Tapi maskapai asal Malaysia ini tidak segan untuk membeli pesawat baru. Penambahan pesawat ini dilakukan untuk menghubungkan AirAsia dengan daerah-daerah tujuannya yang berada di berbagai negara.
2.
Tambah rute penerbangan Selain mendatangkan pesawat baru untuk memperkuat armadanya,
strategi
lain
adalah
penambahan
rute
penerbangan lokal maupun internasional. 3.
Promosi tiket Salah
satu
penerbangan
strategi murah
bisnis adalah
AirAsia
menguasai
dengan
promosi
pasar tiket
penerbangan. Tiket penerbangan murah masih menjadi daya tarik bagi penumpang. 4.
Pasar Modal, BEI Strategi lain yang diambil AirAsia untuk menancapkan kuku bisnisnya di Indonesia adalah masuk ke pasar modal, yakni BEI. AirAsia melakukan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO). Langkah IPO tersebut untuk menunjang
ekspansi
perseroan
yang
berencana
meningkatkan pendapat dari tahun-tahun yang lalu. 5.
Kualitas pelayanan AirAsia beranggapan salah satu strategi untuk merebut hati penumpang pesawat adalah peningkatan kualitas pelayanan. Utamanya pada tingkat keamanan dan kenyamanan bagi
23
calon penumpang. AirAsia mengaku bakal meningkatkan On Time
Performance
(OTP).
Dengan
ketepatan
waktu
penerbangan, mampu membuat nyaman calon penumpang. Budaya
AirAsia
memberikan
pelayanan
yang
terbaik,
kenyamanan dan keamanan. 6.
Kuasai Asia Tenggara Sejak tahun 2001, AirAsia didirikan dengan dua pesawat saja. Yang kemudian dilanjutkan dengan membangun hubungan dengan Thailand, Indonesia, Filipina, dan Jepang. Setelah menguasai pasar Malaysia,
AirAsia beralih fokus ke pasar
Indonesia, kemudian India dan Myanmar. Dan sekarang Jepang akan menjadi sasaran berikutnya. 7.
Strategi marketing Biasanya, maskapai dengan tarif standar akan bergantung pada agen travel untuk menjual tiketnya. Namun, menurut AirAsia itu hanyalah memboroskan ongkos distribusi. Oleh karena itu, AirAsia melakukan hubungan kerja sama dengan penyedia kartu kredit karena dapat menghemat ongkos. Selain itu, maskapai asal Malaysia ini juga mengedepankan penjualan
melalui
internet.
Terbukti
penjualan
melalui
internet meraup 65 persen dari total konsumen. AirAsia juga membangun sedikit kantor penjualan dan tidak bekerjasama dengan agen travel. Bahkan, tiket juga bisa dibeli melalui call centre. Program Kesetiaan AirAsia ‘BIG’ BIG adalah program kesetiaan global "satu-satunya di dunia" di mana pelanggan dapat mengumpulkan BIG Points dengan setiap transaksi untuk ditukarkan dengan penerbangan AirAsia
GRATIS*. Anggota juga akan menikmati prioritas
24
melakukan pembelian, tawaran khusus dan diskon eksklusif sebagai Anggota Kesetiaan BIG AirAsia.
* Syarat & Ketentuan berlaku. VIII. STRATEGI PENETAPAN HARGA AIRASIA BERDASARKAN TEORI MANAJEMEN INTERNASIONAL Kebijakan Penetapan Harga Invention/Geocentric Dalam pendekatan ini, perusahaan tidak menetapkan satu harga untuk diberlakukan di seluruh dunia dan juga tidak menyerahkan
keputusan
penetapan
harga
kepada
cabang
perusahaan, namun justru mengambil posisi di antara keduanya. Asumsi yang mendasari penetapan strategi ini adalah bahwa terdapat faktor-faktor pasar lokal yang unik yang harus dpahami dalam membuat keputusan harga. Faktor-faktor
tersebut
meliputi
biaya
lokal,
tingkat
penghasilan, persaingan, dan strategi pemasaran lokal. Biaya lokal ditambah dengan pengembalian investasi modal dan personalia menentukan batas bawah harga (price floor) untuk jangka panjang. Akan tetapi, dalam jangka pendek sebuah perusahaan penetrasi
dapat pasar
memutuskan dan
untuk
menetepkan
menetapkan
harga
tujuan
dibawah
nilai
pengembalian cost-plus menggunakan pemasok ekspor untuk membangun estimasi
pasar.
ukuran
Tujuan
pasar
jangka
pada
25
pendek
harga
lainnya
tertentu
yang
berupa akan
mendatangkan laba, sekalipun memakai pemasuk lokal dan skala output tertentu. Faktor lainnya yang mempengaruhi keputusan harga adalah strategi dan bauran pemasaran lokal. Harga harus selaras dengan unsur program pemasaran yang lain. Selain itu juga koordinasi harga dengan kantor pusat sangat diperlukan untuk menangani para pelanggan internasional dan arbitrase produk. Dengan demikian, dengan menggunakan pendekatan geosentris ini dapat dipastikan bahwa
pengalaman penetapan harga
nasional yang sudah terakumulasi akan diperkaya dan diterapkan kalau relevan.
IX.
PENURUNAN LABA BERSIH AIRASIA DI TAHUN 2013 Maskapai AirAsia mengalami penurunan laba bersih
sebesar 62% pada kuartal II/2013 akibat tingginya biaya operasi dan kerugian nilai tukar untuk pinjaman. Laba bersih sebesar USD17,75 juta pada kuartal II/2013, turun dibandingkan periode tahun
sebelumnya
meskipun
mengalami
peningkatan
pendapatan 5,5%. Selain itu, AirAsia juga menghadapi berbagai tantangan akibat
tingginya harga minyak dan bahan bakar pesawat.
Namun, dalam menghadapi kondisi ini, AirAsia tetap positif untuk prospek grup pada kuartal III/ 2013 dan sepanjang 2013. Penurunan laba AirAsia mencapai 39% pada kuartal I/2013. Namun, sebagaimana kita ketahui, AirAsia saat ini telah memiliki anak perusahaan di Indonesia, Filipina dan Thailand. Setiap
anak
perusahaan
itu
mencatatkan
peningkatan
pendapatan pada kuartal tersebut. AirAsia telah tumbuh dari
26
semula hanya memiliki dua pesawat, setelah Tony Fernandes membeli maskapai itu pada 2001. Saat ini AirAsia telah memiliki total lebih dari 120 pesawat A320. Jumlah lalu lintas AirAsia menunjukkan bahwa AirAsia kuat dan mampu mendorong permintaan
dan
mempertahankan
loyalitas
para
penumpangnya melalui tarif yang murah dan jaringan luas di penjuru kawasan. Maskapai yang merupakan salah satu konsumen terbesar perusahaan pembuat pesawat Airbus, memperkirakan sekitar 360 pesawat baru akan dikirim
hingga 2026. AirAsia kini
berencana meluncurkan perusahaan gabungan di India. Namun, AirAsia pada Juni mengumumkan akan menghentikan kerja sama dengan
All
Nippon Airways
asal
Jepang
dengan
alasan
perbedaan kebijakan manajemen.
X. PENGHARGAAN ‘WORLD’S LEADING LOW COST AIRLINE’ Pada tahun 2013, AirAsia kembali mencatat prestasi membanggakan
di
industri
penerbangan
dunia
dengan
memenangkan penghargaan ‘World’s Leading Low Cost Airline’ pada ajang World Travel Awards 2013 di Doha, Qatar. World Travel Awards yang merupakan penghargaan paling bergengsi di industri perjalanan (travel) telah menobatkan AirAsia sebagai maskapai berbiaya hemat terdepan di dunia (“World’s Leading Low Cost Airline”) melalui hasil survey yang dilakukan terhadap berbagai pelaku bisnis perjalanan profesional dari seluruh dunia. AirAsia telah mengalahkan sederet maskapai berbiaya hemat lainnya seperti Air Arabia, Air Berlin, easyJet,
27
JetBlue Airways, Precision Air dan Southwest Airlines dalam penghargaan ini. Penghargaan ini merupakan bukti nyata atas kekuatan brand AirAsia. Bermula dari sebuah perusahaan rintisan (startup) di Malaysia, saat ini AirAsia telah menjadi sebuah brand maskapai berbiaya hemat terdepan dunia yang menawarkan beragam inovasi. Penghargaan ini merupakan yang pertama bagi AirAsia di ajang World Travel Awards. Penghargaan ini menjadi sebuah tonggak sejarah penting bagi Grup AirAsia karena telah berhasil mengembangkan armada dari hanya 2 pesawat dan 250 pegawai menjadi 147 pesawat dan telah
mempekerjakan
kurang
lebih
12.000
karyawan
dari
berbagai negara. Selain penghargaan tersebut, AirAsia sebelumnya juga telah memenangkan penghargaan “World’s Best Low Cost Airline” oleh Skytrax selama 5 tahun berturut-turut, dari tahun 2009 sampai 2013. Grup AirAsia, maskapai yang memiliki basis operasi di Malaysia, Thailand, Indonesia dan Filipina telah menerbangkan sebanyak 202 juta penumpang dalam kurun waktu kurang dari 12 tahun beroperasi melalui jaringan rute yang luas ke 87 destinasi di 22 negara.
XI.
AIRASIA DI AWAL 2014
Kendati pelemahan nilai tukar mata uang terhadap dolar AS mulai berdampak pada bisnis penerbangan, khususnya di
28
Indonesia, pasar penerbangan berbiaya rendah (low cost carrier) tetap akan bertahan dan masih potensial pada masa yang akan datang.
Depresiasi Rupiah cukup berdampak pada tingginya
biaya operasional (yang rata-rata pengeluaran dengan dolar AS) sehingga maskapai harus melakukan efisiensi. Namun AirAsia akan tetap konsisten dan tetap berkomitmen dengan konsep efisiensi, namun tidak berarti murahan. Karena itu, AirAsia hanya fokus
pada
urusan
layanan
sebagai
core
bisnis
AirAsia,
sedangkan untuk urusan maintenance, AirAsia akan serahkan kepada PT. GMF. Di tahun 2014 ini, AirAsia melakukan efisiensi. Efisiensi memang konsep dari LCC, ada kontrol budget dan maintenance yang lebih mudah. Awal Februari, AirAsia menutup rute JakartaMakassar sebagai langkah efisiensi. Tidak hanya efisiensi, AirAsia juga terus menggenjot pendapatan di luar bisnis inti (auxilliary), seperti penjualan bagasi, makanan, minuman, dan lainnya. Meski tahun 2014 sebagai tahun survival, AirAsia tetap menargetkan
kenaikan
penumpang
mencapai
9
juta,
dari
realisasi 2013 sebanyak 7,8 juta. Untuk profit, AirAsia mengalami kenaikan 5 persen, dan hal tersebut dianggap sudah cukup bagus. Sedangkan untuk pengadaan armada, tahun ini AirAsia tidak akan melakukan penambahan, hanya mengoptimalkan 30 pesawat yang AirAsia operasionalkan dengan utilisasi 13 jam. Dan mengenai safety, AirAsia tetap prioritaskan, karena tidak ada istilahnya efisiensi memengaruhi aspek keselamatan. Untuk
rute
penerbangan,
AirAsia
tetap
fokus
di
penerbangan internasional, bahkan akan terus ditingkatkan. Tahun 2013, 65 persen merupakan penerbangan internasional dan 35 persen domestik, sedangkan tahun ini ditargetkan 70 persen penerbangan internasional dan 30 persen domestik. Saat ini, AirAsia Indonesia memiliki lima hub Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, dan Denpasar. Dari kelima hub itu, AirAsia
29
mengharapkan menjadi feeder yang lebih kuat menuju ke jaringan rute internasional yang dilayani AirAsia Group, seperti ke Australia, China, Korea, Jepang, dan India. Pasar Indonesia sangat berkontribusi besar bagi AirAsia grup. Dari total 600 juta penduduk ASEAN, sekitar 240 juta (40 persen) berada di Indonesia. Dengan posisi AirAsia Indonesia yang memang berorientasi pada supplay international flight, AirAsia berharap dapat mendukung konektivitas lebih luas lagi, baik yang masuk ataupun keluar dari Indonesia. Untuk pasar penerbangan LCC di masa yang akan datang di anggap masih sangat potensial dan akan terus bertumbuh signifikan. Pasalnya, kondisi pertumbuhan ekonomi yang tetap stabil turut mendorong pertumbuhan masyarakat kelas ekonomi menengah sehingga kebutuhan transportasi udara akan ikut meningkat. Apalagi, tren pertumbuhan pasar penerbangan LCC secara global naik sekitar 20 persen. Dan untuk pasar global, pasar penerbangan LCC juga tetap menjanjikan. Bisa dilihat semakin banyak negara yang mengembangkan konsep bandara LCC. Itu karena kontribusinya cukup besar, mengingat jumlah penumpang LCC yang terus meningkat setiap tahunnya. Dengan demikian, sudah saatnya pemerintah memberikan perhatian
lebih
kepada
pertumbuhan
bisnis
LCC
dengan
membangun banyak bandara yang khusus bagi layanan LCC.Hal ini dikarenakan sekitar 50 persen penumpang pesawat di bandara merupakan kategori LCC. Jumlahnya terus meningkat pesat. Di kawasan Asia Tenggara, penambahan jumlah armada yang mencapai 500 pesawat LCC pada 2013. Bahkan, di Indonesia pertumbuhan pasarnya naik tajam, jumlah pesawat LCC mencapai 200 unit hingga akhir 2013.
30
31