3
[Type the document title]
STRATEGI LOKASI
MANAJEMEN OPERASIONAL
Disusun oleh :
Rima Asprilia 12030112120024
Yema Utami 12030112130146
Puspa Tyas Azizah 12030112130172
Bhekti Rivalia 120301121
Kartika Santi 12030112140112
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Diponegoro
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang strategi lokasi dalam penentuan fasilitas-fasilitas produksi.
Makalah ini berisi penulisan mengenai Manajemen Operasional yang diharapkan nantinya akan memahami materi mengenai "Strategi Lokasi".
Dengan sepenuh hati penulis menyadari bahwa tulisan ini masih banyak memiliki kekurangan, Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga tulisan ini dapat memberi manfaat dan sumbangan ilmiah yang sebesar-besarnya bagi penulis dan pembaca.
Semarang, April 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN
Penentuan Lokasi Fasilitas-Fasilitas Produksi 4
Tujuan Penulisan 4
BAB II PEMBAHASAN
Berbagai Perangkap dalam Pemilihan Lokasi 5
Faktor-Faktor Pengaruh dalam Pemilihan Lokasi.. 5
Pembandingan Berbagai Alternatif Lokasi.. 8
Analisis Biaya dalam Penentuan Lokasi.. 9
Metoda Transportasi dalam Keputusan-Keputusan Lokasi.. 12
2.5.1 Metoda Sudut Barat Laut 13
2.5.2 Metoda Vogel's Approximation 16
2.5.3 Masalah Maksimisasi 18
2.5.4 Masalah-Masalah Transportasi yang Tidak Seimbang 19
2.5.5 Berbagai Aplikasi Lain 21
BAB III PENUTUP
Kesimpulan 25
Saran 25
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Penentuan Lokasi Fasilitas-Fasilitas Produksi
Organisasi-organisasi (perusahaan) secara terus menerus membangun berbagai fasilitas baru dan memperluas yang sudah ada. Kegiatan-kegiatan ini melibatkan sejumlah investasi dalam kostruksi dan peralatan atau mesin dengan biaya yang sangat besar. Walaupun penentuan lokasi organisasi yang tepat tidak selalu sangat penting. Tetapi, bagaimanapun juga, penempatan fasilitas-fasilitas yang baik akan membantu organisasi untuk meminimumkan biaya-biaya.
Disamping itu, adanya perbedaan sukses organisasi-organisasi dan perbedaan kekuatan dan/atau kelemahan organisasi, sering karena faktor-faktor lokasi. Dalam situasi persaingan, faktor-faktor lokasi dapat menjadi faktor-faktor kritis yang membuatnya sangat penting.
Pemilihan lokasi berarti menghindari sebanyak mungkin seluruh segi-segi negatif dan mendapatkan lokasi dengan paling banyak faktor-faktor positif. Penentuan lokasi yang tepat akan meminimumkan "beban" biaya (investasi dan operasional) jangka pendek maupun jangka panjang, dan ini akan meningkatkan "daya saing" perusahaan. Dalam sector bisnis jasa, seperti lokasi kantor cabang bank, toko-toko pengecer, pusat-pusat pelayanan kesehatan masyarakat, unit pemadam kebakaran, dan lain-lain, bahkan memerlukan pertimbangan-pertimbangan yang lebih kompleks. Di masa lain yang mungkin dihadapi perusahaan adalah perlunya perluasan usaha, hal ini dapat dilakukan dengan memperluas pabrik yang ada sekarang atau menempatkan pabrik baru di lain tempat.
Tujuan
Dalam bab ini akan dibahas berbagai faktor yang mempengaruhi dan menentukan pemilihan lokasi yang paling menguntungkan bagi organisasi, penentuan tempat, dan metoda-metoda yang dapat digunakan dalam pemilihan lokasi fasilitas-fasilitas produksi organisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Berbagai Perangkap dalam Pemilihan Lokasi
Perusahaan-perusahaan sering membuat kesalahan-kesalahan dalam pemilihan lokasi dan tempat fasilitas-fasilitas poduksinya. Kesalahan-kesalahan yang ada seperti, perusahaan memilih lokasi di mana tenaga kerja sulit didapat, sedangkan perusahaan lain membeli tanah untuk lokasi pabrik dengn harga yang sangat murah tetapi tanpa disadari kondisi tanah sangat jelek sehingga perusahaan harus mengeluarkan banyak biaya untuk membangun fondasinya. Atau masalah lain seperti, lokasi perusahaan yang jauh dari pusat kota sehingga harus membayar biaya distribusi maupun masalah limbah perusahaan yang tidak memungkinkan dibuang pada lokasi tersebut.
Tanpa perencanaan lokasi yang tepat, perusahaan dapat "tergelincir" ke dalam perangkap-perangkap tersebut. Akibatnya, perusahaan akan beroperasi dengan tidak efisien dan efektif. Oleh karena itu, perusahaan perlu lebih berhati-hati dan melakukan analisa lebih baik lagi, agar kesalahan yang mugkin dibuat dapat diperkecil atau bakan dihilangkan sama sekali.
2.2 Faktor-Faktor Pengaruh dalam Pemilihan Lokasi
Alasan utama terjadinya perbedaan dalam pemilihan lokasi adalah adanya perbedaan kebutuhan masing-masing perusahaan. Lokasi yang baik adalah suatu persoalan individual. Hal ini sering disebut pendekatan "situasional" atau "contingency" untuk pembuatan keputusan, bila dinyatakan secara sederhana, "semuanya bergantung". Secara umum, faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi perusahaan :
Lingkungan Masyarakat
Kesediaan masyarakat suatu daerah menerima segala konsekuensi, baik konsekuensi positif maupun negatif didirikannya suatu pabrik tersebut merupakan suatu syarat penting. Perusahaan perlu memperhatikan nilai-nilai lingkungan dan ekologi di mana perusahaan akan berlokasi, karena pabrik-pabrik sering memproduksi limbah dalam berbagai bentuk dan sering menimbulkan suara bising. Di pihak lain, masyarakat membutuhkan industri atau perusahaan karena menyediakan berbagai lapangan pekerjaan dan uang yang dibawa industri ke masyarakat. Lingkungan masyarakat yang menyenangkan bagi kehidupan para karyawan dan eksekutif juga memungkinkan mereka melakukan pekerjaan dengan lebih baik.
Kedekatan dengan Pasar
Dekat dengan pasar akan membuat perusahaan dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada para langganan, dan sering mengurangi biaya distribusi. Perlu dipertimbngkan juga apakah pasar perusahaan tersebut luas ataukah hanya melayani sebagian kecil masyarakat, produk mudah rusak atau tidak, berat produk, dan proporsi biaya distribusi barang jadi pada total biaya. Perusahaan besar dengan jangkauan pasar yang luas, dapat mendirikan pabrik-pabriknya di banyak tempat yang terebar untuk mendekati pasar.
Dalam sector jasa, daerah pasar biasanya ditentukan oleh waktu perjalanan para pelanggan ke fasilitas atau waktu perjalanan para pemberi pelayanan ke para pelanggan. Dalam banyak kasus, lokasi suatu fasilitas dapat juga lebih menentukan daerah pasarnya, disbanding daerah pasar menentukan lokasi fasilitas.
Tenaga Kerja
Cukup tersedianya tenaga kerja merupakan hal mendasar. Penarikan tenaga kerja, kuantitas dan jarak, tingkat upah yang berlaku, serta persaingan antar perusahaan dalam merebutkan tenaga kerja yang berkualitas tinggi, perlu diperhatikan perusahaan.
Kedekatan dengan Bahan Mentah dan Supplier
Apabila bahan mentah berat dan susut cukup besar dalam proses produksi maka perusahaan lebih baik berlokasi dekat dengan bahan mentah. Tetapi bila produk jadi lebih berat, besar, dan bernilai rendah maka lokasi dipilih sebaliknya.
Fasilitas dan Biaya Transportasi
Tersedianya fasilitas transportasi akan melancarkan pengadaan faktor-faktor produksi dan penyaluran produk perusahaan. Pentinganya pertimbangan biaya transporasi tergantung "sumbangan" nya terhadap total biaya. Biaya transportasi tidak dapat dihilangkan di manapun perusahaan berlokasi, karena produk perusahaan harus disalurkan dari produsen bahan mentah ke pemakai akhir, jadi fasilitas seharusnya berlokasi di antara sumber bahan mentah dan pasar yang menimumkan biaya transportasi.
Sumber Daya Alam lainnya
Perusahaan-perusahaan seperti pabrik kertas, baja, karet, kulit, gula, dan sebaigainya sangat memerlukan air dalam kuantitas yang besar. Selain itu hamper setiap industry memerlukan baik tenaga yang dibangkitkan dari aliran listrik, disel, air, angin, dll. Oleh sebab itu, perlu diperhatikan tersedianya sumber daya-sumber daya (alam) dengan murah dan mencukupi.
Selain faktor-faktor di atas, berbagai faktor lainnya berikut ini perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi: harga tanah, dominasi masyarakat, peraturan-peraturan tenaga kerja (labor laws) dan relokasi, kedekatan dengan pabrik-pabrik dan gudang-gudang lain perusahaan maupun para pesaing, tingkat pajak, kebutuhan untuk ekspansi, cuaca atau iklim, keamanan, serta konsekuensi pelaksanaan peraturan tentang lingkungan hidup.
Lokasi Pinggiran Kota dan Kota Kecil
Tingkat upah di kota kecil biasanya sedikit lebih murah disbanding dalam kota, meskipun tidak serendah seperti seharusnya. Hubungan dengan karyawan sering lebi baik di kota-kota kecil, karena kurang dipengaruhi masalah-masalah tenaga kerja perusahaan-perusahaan lain.
Kota-kota kecil mempunyai beberapa kelemahan, tetapi sebagian besar darinya adalah bukan utama (minor). Pertama, perusahaan perlu memberikan latihan kepada para karyawan baru untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan produksi. Investasi dalam persediaan cenderung lebi besar, terutama untuk komponen-komponen keperluan pemeliharaan. Perusahaan akan membutuhkan suatu departemen pemeliharaan karena hal ini tidak dapat dilakukan dengan memanggil orang-orang dari luar perusahaan. Tingkat asuransi kebakaran mungkin lebih tinggi, dan tingkat absensi selama musim panen akan lebih besar.
Banyak perusahaan meninggalkan kepadatan lokasi kota, tetapi hanya pindah ke pinggiran kota dan bukan ke lokasi desa. Bila perusahaan pindah ke lokasi pinggiran kota, perusahaan mungkin tidak harus menarik banyak karyawan baru. Lokasi pinggiran kota biasanya memberikan kebaikan-kebaikan baik lokasi kota maupun desa. Tenaga kerja cukup banyak dan pabrik tidak jauh dari pasar kota, di mana dalam kasus pabrik kecil, sering merupakan pasar utaa. Tanah untuk keperluan sekarang dan di waktu yang akan dating (ekspansi) biasanya tersedia pada harga layak dan pajak umumnya lebih rendah dibanding dalam kota.
Penentuan Tempat (Sites)
Setelah lokasi ditentukan, maka perusahaan harus menentukan di bagian mana pabrik atau bangunan perusahaan akan didirikan. Berbagai faktor yang perlu diperhatikan untuk pemilihan tempat (site) antara lain; tanah seharusnya kering dan kuat untuk menyangga bangunan, mempunyai keamanan dan perlindungan kebakaran yang baik, bila pabrik mengeluarkan asap harus cukup banyak angin yang membawa asap tersebut ke luar daerah pemukiman, biaya-biaya grading,fondasi,dan hubungan-hubungan kegunaan, cukup tersedia areal untuk bangunan sekarang, untuk ekspansi dan parker kendaraan karyawan, dekat dengan sistem transportasi masyarakat, agresivitas masyarakat karena kemajuan industri, dan sebagainya.
2.3 Pembandingan Berbagai Alternatif Lokasi
Analisa terhadap alternatif-alternatif lokasi seharusnya mempertimbangkan baik faktor-faktor obyektif (seperti, tenaga kerja, biaya bahan mentah, transportasi, pajak dan pasar potensial) maupun faktor-faktor subyektif (seperti kegiatan-kegiatan serikat karyawan, kondisi cuaca, iklim politik, dan bahkan sekolah-sekolah).
Suatu metoda sederhana yang dapat digunakan untuk membantu dalam pemilihan di antara alternatif-alternatif lokasi adalah dengan membentuk sebuah "tim" para pembuat keputusan yang bertugas mengevaluasi setiap lokasi atas dasar sejumlah faktor keinginan relatif dan mengevaluasi derajat relative pentingnya setiap faktor dalam keputusan lokasi. Sebagai contoh, anggap berbagai lokasi sedang dipertimbangkan atas dasar lima faktor. Untuk setiap faktor, setiap anggota tim memberikan penilaian relatif diantara berbagai alternatif lokasi (nilai 1 sampai dengan 10). Distribusi beberapa nilai ini kemudian dirata-rata untuk mendapatkan nilai distribusi gabungan.
Misalnya penilaian gabungan sebuah perusahaan untuk lokasi Yogyakarta, Jakarta, dan Surabaya.
Alternatif lokasi
Pasar Potensial
Biaya Tenaga Kerja
Tersedianya Air
Biaya Bahan Mentah
Pajak
Yogyakarta
2
3
5
4
3
Jakarta
5
3
1
4
2
Surabaya
3
4
4
2
5
Hasil penilaian dalam tabel di atas dapat dijumlahkan secara horizontal untuk mendapatkan skor total setiap kota, tetapi bila hal ini dilakukan berarti perusahaan memberikan bobot yang sama bagi setiap faktor. Kenyataannya, dalam analisa ini perusahaan memutuskan untuk mempergunakan bobot, sebagai berikut :
Pasar potensi 30%, biaya tenaga kerja 20%, tersedianya air 30%, biaya bahan mentah 10%, dan pajak 10%. Kemudian penilaian tabel di atas dikalikan dengan bobot, menghasilkan angka-angka seperti dibawah ini:
Alternatif lokasi
Pasar Potensial
Biaya Tenaga Kerja
Tersedianya Air
Biaya Bahan Mentah
Pajak
Total
Yogyakarta
60
60
150
40
30
340
Jakarta
150
60
30
40
20
300
Surabaya
90
80
120
20
50
360
Bila dijumlahkan secara horizontal nilai tertimbang total tertinggi adalah kota Surabaya sebagai kota pilihan alternatif lokasi. Metoda ini memang mendasarkan diri pada pendapat dari beberapa orang ahli yang berpartisipasi dan berdiskusi samapai memperoleh konsensus pemilihan berbagai alternatif lokasi. Pendekatan ini sering disebut sebagai metoda "Delphi".
2.4 Analisis Biaya dalam Penentuan Lokasi
Konsep biaya tetap dan biaya variabel dapat membantu penentuan lokasi. Kombinasi biaya tetap dan variabel bagi lokasi yang berbeda-beda dapat menciptakan persamaan biaya yang menunjukkan hubungan antara biaya dan volume produksi yang berlaku bagi masing-masing lokasi.
Contoh. Sebuah perusahaan sedang mempertimbangkan empat lokasi alternatif untuk sebuah pabrik baru. Perusahaan akan membelanjai pabrik baru dari pengeluaran obligasi dengan tingkat bunga 10%. Data biaya-biaya dapat diperinci sebagai berikut dalam tabel berikut.
Jenis biaya
(dalam ribuan rupiah)
A
B
C
D
Tenaga kerja (per unit)
Rp0,75
Rp1,10
Rp0,80
Rp0,90
Biaya konstruksi pabrik
4.600.000
3.900.000
4.000.000
4.800.000
Material dan peralatan (per unit)
0,43
0,60
0,40
0,55
Listrik (per tahun)
30.000
26.000
30.000
28.000
Air (per tahun)
7.000
6.000
7.000
7.000
Transportasi (per unit)
0,02
0,10
0,10
0,05
Pajak (per tahun)
33.000
28.000
63.000
35.000
Tentukan lokasi yang paling menguntungkan (secara ekonomikal) bagi perusahaan untuk volume produksi atau keluaran dalam "range" 50.000-130.000 unit per tahun.
Penyelesaian:
Langkah pertama: menghitung biaya tetap total selama satu tahun
Biaya-biaya tetap (dalam ribuan rupiah)
A
B
C
D
10% investasi
460.000
390.000
400.000
480.000
Listrik
30.000
26.000
30.000
28.000
Air
7.000
6.000
7.000
7.000
Pajak
33.000
28.000
63.000
35.000
TOTAL
530.000
450.000
500.000
550.000
Langkah kedua: biaya variabel per unit untuk masing-masing lokasi
Biaya-biaya variabel (dalam ribuan rupiah)
A
B
C
D
Tenaga kerja
Rp0,75
Rp1,10
Rp0,80
Rp0,90
Material dan Peralatan
0,43
0,60
0,40
0,55
Transportasi
0,02
0,10
0,10
0,05
TOTAL
1,2
1,8
1,3
1,5
Data biaya tetap dan variabel diatas dapat dirumuskan dalam bentuk persamaan biaya sebagai berikut:
A = 530.000.000 + 1200x
B = 450.000.000 + 1800x
C = 500.000.000 + 1300x
D = 550.000.000 + 1500x
Kemudian dibuat grafik, dimana titik-titik break even diperoleh dari perpotongan diantara persamaan-persamaan biaya total setiap lokasi.
Dari grafik, dapat disimpulkan bahwa bila kapasitas atau volume produksi dibawah 100.000 unit, sebaiknya pabrik didirikan di lokasi B. Sedangkan bila volume produksi di atas 100.000 unit,pabrik sebaiknya didirikan di lokasi C. Pada volume produksi sama dengan 100.000 unit, lokasi C dan B mempunyai biaya total yang sama.
2.5 Metoda Transportasi dalam Keputusan-Keputusan Lokasi
Metode transportasi adalah suatu teknik riset operasi (operation research) yang dapat sangat membantu dalam pembuatan keputusan-keputusan lokasi pabrik atau gudang.
Masalah-masalah metoda transportasi sebenarnya masalah khusus dari programasi linear. Beberapa alternatif metoda-metoda untuk memecahkan masalah transportasi telah tersedia, yaitu metoda sudut kiri atas (northwest corner atau stepping stone method), MODI (modified distribution method), dan VAM (Vogel's approximation method).
Dalam bentuk umum, masalah transportasi dapat dirumuskan menjadi berikut:
Optimumkan :
Z= i=1mj=1nCijXij
dengan syarat :
j=1nXij= ai (i= 1,2,3,4,....,m)
i=1mXij= bj (j= 1,2,3,4,....,n)
Xij 0 (i= 1,2,3,4,....,m ; j= 1,2,3,4,....,n)
dimana,
Cij :biaya transportasi per unit dari tempat asal ke i ke tempat tujuan ke j
ai : jumlah unit yang tersedia pada tempat asal kei (sumber)
bj: jumlah unit yang diminta oleh tempat tujuan ke j
2.5.1 Metoda Sudut Barat Laut
Algorithma merupakan suatu metoda secara sistematik membawa kita pada alokasi optimal , darimanapun kita memulai perhitungan kita. Proses algorithma dimulai dengan penentuan 'alokasi pertama' yaitu pola alokasi yang memenuhi syarat- syarat mengenai 'permintaan' dan 'kapasitas penawaran', tetapi belum tentu optimal.
Prosedur alokasi sistematis pertama yang dikenal adalah metoda sudut barat laut (northwest corner rule) atau sering disebut metoda sudut kiri atas.
Tabel Alokasi pertama dengan metoda sudut barat laut
Ke
Dari
Surakarta
Yogyakarta
Magelang
Persediaan
Semarang
5
8
13
Cilacap
2
10
12
Kebutuhan
5
10
10
25
Alokasi
Jumlah unit
Biaya per unit (dalam ribuan)
Biaya total (dalam ribuan)
Semarang
Surakarta
5
Rp. 10
Rp. 50
Semarang
Yogyakarta
8
15
120
Cilacap
Yogyakarta
2
12
24
Cilacap
Magelang
10
14
140
Rp. 334
Alokasi pertama belum tentu optimal maka sebuah prosedur evaluasi –sel perlu digunakan.
Prosedur alokasi- sel sebagai berikut :
Memilih sel (kotak) kosong untuk dievaluasi. Menentukan jalur tertutup (jalur "minus plus") melalui pemindahan secara horizontal dan vertikal sampai suatu nilai yang dilingkari dicapai oleh nilai berlingkaran lainnya dalam kolom atau baris yang sama.
Pemindahan sepanjang jalur tersebut mulai dari sel kosong yang dipilh secara horizontal atau vertikal sampai mencapai sel kosong yang sama
Memberi tanda plus (+) dan minus (-) untuk setiap sel dalam jalur, selalu dimulai dengan tanda plus sel untuk sel kosong dievaluasi.
Hitung jumlah biaya transportasi per unit untuk semua sel dalam jalur dengan memperhatikan nilai- nilai plus dan minus.
Ulangi prosedur- prosedur ini sampai semua sel kosong dievaluasi dan masukan hasil- hasil tanpa lingkaran.
Suatu nilai positif setelah evaluasi sel menunjukkan kenaikan biaya dengan adanya realokasi, suatu nilai negatif mencerminkan penurunan biaya.
Tabel 3-8: evaluasi sel
Ke
Dari
Surakarta
Yogyakarta
Magelang
Persediaan
Semarang
5
8
-6
13
Cilacap
1
2
10
12
Kebutuhan
5
10
10
25
Dengan cara sama kita mengevaluasi sel Cilacap- Surabaya, di mana realokasi akan menghasilkan kenaikan biaya sebesar Rp. 1000, (-2 + 3= 1), sehingga tidak perlu dilakukan. Jadi, niai positif menunjukkan kenaikan biaya, sedangkan nilai negatif menunjukkan penurunan. Alokasi pertama daoat diperbaiki dengan realokasi.
Realokasi dilakukan melalui suatu jalur tertutup (closed path) seperti terlihat dalam tabel 3-8. Jalut tertutup selalu mulai dari sel kosong dan diberi tanda plus (+), kemudian bergerak ke bawah pada kolom yang sama dan sampai pada sel yang berisi serta ditandai minus (-) dan seterusnya sampai mencapai sel terisi yang terletak pada baris yang sama.
Perbaikan alokasi. Penyelesaian alokasi pertama seperti ditunjukkan dalam tabel 3-7 belum merupakan penyelesaian optimal. Hasil evaluasisel dalam tabel 3-8 menunjukkan bahwa alokasi pertama dapat diperbaiki (untuk mengurangi biaya transportasi total). Bila sel X23 berisi -6, kita tahu bahwa realokasi akan mengurangi biaya transportasi.
Tabel 3-9 : alokasi kedua
Ke
Dari
Surakarta
Yogyakarta
Magelang
Persediaan
Semarang
5
6
8
13
Cilacap
-5
10
2
12
Kebutuhan
5
10
10
25
Alokasi kedua menghasilkan biaya transportasi total Rp. 286.000 yang lebih murah Rp. 48.000 (Rp 6.000,- x8) daripada alokasi pertama. Walaupun telah ada perbaikan, tetapi hal ini belum merupakan alokasi optimal. Sel kosong Cilacap- Surakarta masih berisi bilangan negatif bila sel- sel kosong di evaluasi. Kita mengulang prosedur realokasi ini untuk memperbaiki penyelesaian.
Tabel 3-10: alokasi optimal
Ke
Dari
Surakarta
Yogyakarta
Magelang
Persediaan
Semarang
3
1
10
13
Cilacap
2
10
5
12
Kebutuhan
5
10
10
25
Alokasi baru yang disajikan dalam tabel 3-10 merupakan alokasi optimal, karena evaluasi sel menghasilkan bilangan- bilangan positif dalam sel- sel kosong. Biaya transportasi total alokasi optimal ini sebesar Rp. 276.000 yang Rp. 10.000 (5.000 x 2 ) lebih kecil daripada alokasi kedua.
Program pengiriman optimal sebagai berikut :
Alokasi
Jumlah unit
Biaya per unit (dalam ribuan)
Biaya total (dalam ribuan)
Semarang
Surakarta
3
Rp. 10
Rp. 30
Semarang
Magelang
10
11
110
Cilacap
surakarta
2
8
16
Cilacap
yogyakarta
10
12
120
Rp. 276
2.5.2 Metoda Vogel's Approximation
Metoda Vogel atau Vogel's Approximation method (VAM) adalah salah satu prosedur alokasi yang berdasarkan elemen biaya. Metoda ini lebih efisien dan praktis. Alokasi pertama mungkin optimal atau mendekati optimalitas, seingga waktu perhitungan lebih cepat. Adapun langkah-langkah pengerjaan metoda VAM adalah sebagai berikut :
Buatlah matriks yang menunjukkan kebutuhan masing-masing tempat tujuan, kapasitas masing-masing sumber, dan biaya transportasi per unit, missal seperti terlihat pada tabel 3-11.
Carilah perbedaan atau selisih antara dua biaya terkecil, yaitu biaya terkecil kedua untuk setiap baris dan kolom. Sebagai contoh, selisih biaya terkecil dan terkecil kedua untuk baris A adalah 3 (11-8).
Tabel 3-11 Matriks Masalah Transportasi
KegudangDari Pabrik
Ke
gudang
Dari Pabrik
K
L
M
N
Kapasitas
A
8
8
13
13
12
12
11
11
20
B
10
10
10
10
14
14
7
7
35
C
15
15
9
9
14
14
12
12
45
Kebutuhan
20
35
15
30
100
Pilih selisih yang terbesar diantara selisih-selisih yang telah dihitung dalam langkah (1). Dari contoh, kolom N terpilih. Kolom ini adalah "calon" untuk alokasi.
Alokasikan sejumlah maksimum tanpa melanggar syarat-syarat kebutuhan dan kapasitas pada kolom atau baris terpilih yang mempunyai biaya terendah. Dalam contoh, baris B mempunyai biaya terendah (Rp 7,-), sehingga kita alokasikan 30 unit pada sel BN (kolom N baris B). Alokasi sebanyak 30 unit adalah maksimal untuk sel tersebut karena kebutuhan gudang N adalah 30 unit, meskipun kapasitas pabrik B adalah 35 unit. Karena "kebutuhan" gudang N telah terpenuhi, maka kolom N dapat dihilangkan pada langkah berikutnya (atau tidak diberikan alokasi). Lihat tabel 3-12.
Tabel 3-12 Alokasi Awal dengan Metoda Vogel.
Gudang
K L M N
Kapasitas
Perbedaan Baris
A
Pabrik B
C
8 13 12 11
10 10 14 7
15 9 14 12
20
35
45
3
3
3
Kebutuhan
Perbedaan kolom
20 35 15 30
2 1 2 4
Pilihan XBN = 30
Hilangkan kolom N
Kemudian kita melakukan perhitungan perbedaan (selisih) biaya ke dua untuk setiap baris dan kolom seperti yang kita kerjakan sebelumnya. Dalam hal ini perlu dicatat bahwa perhitungan selisih ke dua ini tidak memperhatikan baris atau kolom yang telah diberi alokasi. Dari hasil perhitungan selisih ke dua ini kita ulangi prosedur yang sama dalam langkah (3), (4), dan (5) yang menunjukkan bahwa kotak CL diberi alokasi sebesar maksimal 35 unit tanpa melanggar syarat kebutuhan dan kapasitas. Kita lakukan perhitungan selisih ke tiga dan seterusnya sampai semua baris dan kolom sepenuhnya teralokasi seperti terlihat dalam tabel 3-13.
Bila terdapat 2 atau lebih selisih biaya yang besarnya sama (pada perbedaan kolom maupun baris), maka dicari biaya transportasi per unit terendah di antara sel-sel pada baris atau kolom itu, dan kemudian isikan alokasi maksimum pada sel tersebut. Bila biaya terendah tidak ada, maka pilihlah sel yang diisi berdasar salah satu baris atau kolom terpilih.
2.5.3 Masalah Maksimisasi
Metoda-metoda transportasi untuk mencari minimum pada prinsipnya dapat diterapkan untuk masalah maksimisasi. Tidak seperti masalah minimisasi, masalah maksimisasi jarang terjadi dalam masalah-masalah transportasi. Kontribusi laba per unit tidaklah berbeda secara berarti pada lokasi-lokasi yang berbeda, dan pengukurannya tidak semudah biaya transportasi per unit. Masalah transportasi sering menyangkutalokasi para karyawan pada berbagai pekerjaan yang berbeda, atau pembelanjaan modal dan alokasi dana investasi, masalah-masalah tersebut tidak berkenaan dengan transportasi.
Dalam maksimisasi, angka-angka dalam kotak-kotak kecil menunjukkan laba (atau identik dengan "return" ), bukan biaya. Bila kita menggunakan metoda Vogel, perbedaan baris dan kolom didapatkan dari selisih antara laba tertinggi dan tertinggi kedua dalam setiap baris dan kolom. Alokasi awal mulai dari baris atau kolom yang mempunyai selisih terbesar. Kita mengalokasikan unit sebanyak mungkin pada sel dengan laba tertinggi dalam baris atau kolom terpilih. Langkah-langkah yang digunakan untuk alokasi adalah persis sama seperti minimisasi. Evaluasi, sel dan prosedur pengiriman juga sama. Dalam evaluasi sel, angka-angka negatif dalam sel-sel kosong menunjukkan penyelesaian optimal, karena angka-angka negatif berarti adanya penurunanlaba per unit dengan adanya realokasi.
2.5.4 Masalah-Masalah Transportasi yang Tidak Seimbang
Dalam masalah-masalah transportasi sebelumnya "suplai" total dari sumber-sumber adalah sama dengan "permintaan" total tempat-tempat tujuan (balanced transportation problems). Dalam operasi-operasi organisasi senyatanya kondisi ini tidak selalu terpenuhi. Sering kali terjadi kapasitas total melebihi kebutuhan atau sebaliknya, yang menghasilkan surplus atau kekurangan. Masalah ini disebut "unbalanced", dimana kebutuhan tidak sama dengan kapasitas yang tersedia. Bila kapasitas lebih besar daripada kebutuhan, masalah dapat dipecahkan melalui penambahan kolom semu (dummy colom). Kita memasukkan biaya transportasi sebesar ( 0 ) dalam sel-sel pada kolom semu dan jumlah surplus, sehingga masalah "unbalanced" menjadi masalah yang "balanced". Kita dalam hal ini menganggap bahwa biaya penyimpanan per unit untuk produk surplus sama di semua tempat asal (sumber). Bila biaya penyimpanan per unit berbeda, maka harus dimasukkan sebagai pertimbangan. Di lain pihak bila kebutuhan lebih besar daripaa kapasitas, kita dapat menambahkan baris semu (dummy row) untuk membuat masalah transportasi "balanced". Dalam kasus ini masalahnya tidak semudah surplus. Kita mungkin memerlukan tambahan anggapan-anggapan untuk menentukan skedul alokasi optimal. Penyedia (supplier) mungkin berkeinginan untuk meminimumkan biaya transportasi tanpa memperhatikan situasi permintaan. Dia mungkin berkeinginan untuk memproduksi jumlah kekurangan dengan kerja lembur sehingga menimbulkan biaya tambahan. Dia mungkin berkeinginan untuk membatasi permintaan yang tidak terpenuhi pada setiap tempat tujuan, misal 20% dari setiap permintaan tempat tujuan, dan seterusnya. Untuk menggambarkan masalah transportasi "unbalanced" berikut ini akan diberikan contoh.
Contoh 3-2. Perusahaan DINO memproduksi bir merk X di pabriknya. Perusahaan mempunyai empat gudang yang tersebar di semua daerah pemasaran. Kapasitas setiap pabrik , kebutuhan setiap gudang dan biaya transportasi (dalam rupiah) ditunjukkan dalam tabel berikut :
PABRIK
GUDANG
Kapasitas
K
L
M
N
Pabrik
A
15
14
12
10
40
B
9
11
12
6
25
C
7
5
12
10
25
D
10
13
15
14
30
Kebutuhan
20
30
20
30
Gudang
Bagaimana seharusnya perusahaan mensuplai gudang-gudangnya meminimumkan biaya transportasi total ?
Masalah transportasi diatas adalah masalah transportasi "unbalanced", karena kapasitas total pabrik yang tersedia lebih besar daripada kebutuhan total gudang. Kolom semu, disebut gudang semu, ditambahkan pada tabel, beserta jumlah kelebihan kapasitas dan biaya transportasi nol. Dan akhirnya menjadi "balanced"
Langkah-langkah penyelesaian selanjutnya adalah sama dengan penyelesaian masalah-masalah transportasi dengan metode sudut barat laut, Vogel atau MODI.
2.5.5 Berbagai Aplikasi Lain
Metoda yang sama dapat juga digunakan untuk memperbandingkan manfaat perluasan suatu pabrik dengan pabrik lainnya. Hal ini perlu untuk mencari jalan keluar masalah bila kapasitas telah benar-benar diperluas dan untuk menggunakan data biaya perkiraan hasil dari perubahan kapasitas.
Disamping itu, metoda transportasi dapat digunakan untuk memperbandingkan manfaat pembangunan pabrik baru versus perluasan beberapa fasilitas yang telah ada. Akhirnya, metoda transportasi dapat juga membandingkan pembangunan pabrik-pabrik baru di berbagai lokasi yang berbeda. Hal ini perlu untuk perhitungan bila fasilitas-fasilitas baru telah dibangun dan beroperasi pada berbagai kemungkinan biaya.
2.6 Metoda Grid dalam Penentuan Lokasi
Metode ini juga memusatkan perhatiannya pada pencarian lokasi yang meminimumkan biaya transportasi agar fasilitas baru dan berbagai fasilitas yang sudah ada "existing", sumber-sumber suplai, dan pasar-pasar.
Berbagai metode "grid" menetapkan suatu jaringan dengan koordinat-koordinat horizontal dan vertikal tertentu untuk setiap pabrik yang sudah ada dan memecahkannya secara analitik untuk menentukan koordinat-koordinat yang paling baik bagi pabrik baru.. salah satu tekhnik "grid" yang banyak berguna adalah pendekatan pusat gaya berat (center of grafity approach). Tekhnik ini dapat mudah dipahami melalui pemecahan contoh masalah sebagai berikut :
Suatu jaringan lokasi geografik yang telah diperkecil dari sumber-sumber bahan mentah (RM) dan pasar-pasar barang jadi (FG) perusahaan, dan dengan skala mil (0 samapi 1000) untuk setiap aksis.
Berbagai lokasi jaringan sumber bahan mentah dan pasar
1000
800
RM1
RM2
600
400
FG2
X
200
FG3
FG1
200
400
600
800
1000
RM : berbagai lokasi sumber bahan mentah
FG : lokasi pasar barang jadi
X : lokasi dengan biaya terkecil
Data contoh analisis pusat gaya berat
Ton
Tingkat Biaya/
Lokasi Jaringan
ton/mil
FG1
50
Rp1.000
100,100
FG2
50
1000
300,500
FG3
50
1000
700,300
RM1
100
500
100,900
RM2
100
500
900,900
Konsep yang mendasari tekhnik ini adalah mencari lokasi pusat gaya berat atau pusat keseimbangan yang akan memberikan beban biaya transportasi yang seimbang untuk mengangkut bahan mentah disediakan setiap sumber dan barang jadi yang dijual di setiap pasar. Lokasi ini akan memberikan beban biaya yang sama besarnya kepada masing-masing sumber dan tujuan. Atau dengan kata lain, tekhnik "grid" akhirnya bermaksud untuk mencapai suatu "equilibrium" : "equilibrium" ini akan merupakan pusat gaya berat atau pusat ton-mil.
Masalah ini dapat dipecahkan secara matematik melalui penghitungan koordinat lokasi yang dicari dengan persamaan berikut, pertama untuk koordinat horizontal dan kemudian untuk koordinat vertikal.
n m
Ri Di FGi + ri di Rmi
1
MH atau MV = n m
Ri Fgi + ri RMi
1 1
Dimana :
MH : Koordinat jarak horizontal
MV : Koordinat jarak vertikal
n : identitas setiap barang jadi tertentu
m : identitas setiap bahan mentah tertentu
Ri : tingkat biaya transportasi per unit FG per satuan jarak dari/ke FG
Di : jarak dari titik 0 pada jaringan ke lokasi barang jadi (i)
FGi : volume (berat) barang jadi yang dijual ke pasar (i)
RMi : volume (berat) bahan mentah yang dibeli dari sumber (i)
ri : tingkat biaya transportasi per unit RM per satuan jarak dari/ke RMi
di : jarak dari titik0 pada jaringan ke lokasi bahan mentah (i)
Dengan persamaan diatas kita secara mudah dapat mencari koordinat-koordinat horizontal dan vertical sebagai berikut
MH atau MV = (tingkat biaya transportasi x jarak x volume yang dikirim)
(tingkat biaya transportasi x volume yang dikirim)
MH = 100010050+ 100030050+ 100070050+ 500100100+ (500)(900)(100)100050+100050+ 100050+ 500100+ (500)(100)
= 420
MH = 100010050+ 100050050+ 100030050+ 500900100+ (500)(900)(100)100050+100050+ 100050+ 500100+ (500)(100)
= 540
Jadi lokasi pabrik dengan biaya terkecil adalah pada 420 mil pada sumbu horizontal dan 540 mil pada sumbu vertikal (seperti ditunjukkan pada jaringan sebagai titik X)
Keterbatasan pokok metoda pusat gaya berat yang dibahas di atas adalah bahwa metode ini mengasumsikan biaya-biaya transportasi berbentuk linear dan jarak dinyatakan sebagai garis lurus. Dalam praktik, biaya transportasi memang mengalami kenaikan dengan jarak yang semakin jauh tetapi tidak secara proporsional karena tingkat pengiriman cenderung berangsur-angsur berkurang dengan semakin jauh jarak yang ditempuh. Jarak yang digambarkan sebagai jalur lurus juga tidak realistik, karena jalur transportasi secara logika mengikuti garis langsung suatu jalur terpendek, dan bukan bergerak horizontal maupun vertikal. Bagaimanapun juga, disamping keterbatasan-keterbatasanini, metode pusat gaya berat dapat memberikan lokasi yang baik dengan usaha minimum.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi perusahaan : lingkungan masyarakat, kedekatan dengan pasar, tenaga kerja, kedekatan dengan bahan mentah dan supplier, fasilitas dan biaya transportasi, dan sumber daya-sumber daya lainnya.
2. Metode-metode yang digunakan dalam pemilihan lokasi:
Metode Delphi
Analisis biaya
Metode Sudut Barat Laut
Metode Vogel's Approximation
Metode Grid
3.2 Saran
Penentuan strategi lokasi yang tepat bagi suatu perusahaan sebaiknya memilih yang efisien terhadap biaya dan dapat memaksimalkan laba perusahaan dengan pertimbangan dari faktor positif dan negatifnya.
DAFTAR PUSTAKA
Handoko, T. Hani.2011.Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi.Yogyakarta:BPFE-
Yogyakarta