Makalah Transaksi dalam Mata Uang Asing, Derivatif dan Lindung Nilai
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Terbukanya dunia global diantara bangsa-bangsa bukan merupakan hal positif saja yang dapat diperoleh, melainkan dampak negatif pun harus dinikmati. Bermula dengan meluasnya ekonomi dan bisnis internasional dan terbuka lebar di belahan dunia, semakin mendorong terjadinya resiko bisnis yang semakin besar. Hal tersebut tidak dapat dipungkiri karena memang transaksi atas kegiatan ekonomi dan bisnis global banyak dipengaruhi oleh banyak faktor yang tidak pasti, misalnya saja kurs mata uang.
Kurs mata uang merupakan faktor penting yang menetukan harga sebuah transaksi antar Negara yang melakukan kegiatan ekonomi dan bisnis. Ketika nilai kurs (dollar) menguat, maka akan memberikan sinyak bagi negara-negara yang melakukan transaksi dengan mata uang dollar akan mengurangi impornya atau transaksinya, kondisi ini akan merugikan bagi importir.
Kurs mata uang memang krusial posisinya dalam transaksi internasional sehingga beberapa pelaku bisnis memberikan solusi dengan melakukan kontrak derevatif, dimana hal ini akan menjawab ketidakpastiaan bisnis yang selama ini menjadi polemik diantara mereka. Kontrak derevatif melalui lindung nilai akan mengurangi resiko bisnis karena kontrak ini akan memberikan jaminan bagi pelaku bisnis atas pergerakan kurs mata uang yang terjadi.
Risiko perubahan kurs mata uang asing bagi perusahaan multinasional berdampak pada tingkat profitabilitas, arus kas bersih, dan nilai pasar perusahaan. Atas risiko perubahan kurs tersebut, perusahaan dapat melakukan lindung nilai dengan menggunakan instrumen kontrak forward valas. Pemahaman aspek pajak dari derivatif dan lindung nilai ini sangat perlu dikuasai oleh para praktisi di lapangan.
Perusahaan yang melakukan transaksi lintas negara (cross-border) terutama ekspor-impor pada umumnya akan dihadapkan pada risiko perubahan kurs mata uang asing, atau memiliki eksposur mata uang asing (foreign exchange exposure). Risiko perubahan kurs tersebut mempunyai dampak potensial pada tingkat profitabilitas, aruskas bersih dan nilai pasar perusahaan.
Yang menjadi pertanyaan penting adalah apa yang akan terjadi pada suatu perusahaan jika kurs mata uang asing mengalami perubahan? Menurut Eiteman, Stonehill dan Moffett, terdapat 3 (tiga) tipe risiko perubahan kurs mata uang asing, yaitu transaksi, operasional dan translasi.
Eksposur transaksi (transaction exposure) disebutkan untuk mengukur perubahan dalam nilai piutang atau kewajiban keuangan yang belum jatuh tempo atau dibayar, yang timbul sebelum perubahan dalam kurs mata uang asing tertentu, sampai dengan dibayar atau pelunasan di mana telah terjadi perubahan kurs mata uang asing tertentu. Dengan demikian, ia terkait dengan perubahan dalam arus kas yang berasal dari kewajiban kontraktual yang sudah ada, atau arus kas di masa depan yang sudah terikat dalam suatu kontrak atau perjanjian (contractual future cash flows). Risiko ini pada umumnya terjadi pada piutang dagang dan utang dagang dalam mata uang asing.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah apa saja ruang lingkup transaksi dalam mata uang asing, derivatif dan lindung nilai?
1.3. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini selain untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Akuntansi Keuangan dan sebagai pengingat di kala lupa bagi pembaca pada umumnya serta untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi disekitar kita terkait pembahasan ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PSAK 10: Transaksi Mata Uang Asing
Suatu perusahaan dapat melakukan aktivitas yang menyangkut valuta asing (foreign activities) dalam dua cara yakni melakukan transaksi dalam mata uang asing atau memiliki kegiatan usaha luar negeri (foreign operations). Untuk memasukkan transaksi dalam valuta asing pada laporan keuangan suatu perusahaan, transaksi tersebut harus dinyatakan dalam mata uang pelaporan perusahaan.
Pernyataan ini mengatur akuntansi untuk transaksi dalam mata uang asing yang meliputi penentuan kurs yang digunakan dan pengakuan pengaruh keuangan dari perubahan kurs vauta asing dalam laporan keuangan.
Ruang Lingkup
Pernyataan ini harus diterapkan dalam akuntansi untuk transaksi dalam valuta asing. Dimana pernyataan ini mengatur akuntansi hedge sebatas selisih kurs dalam transaksi hedge. Aspek lain dari akuntansi hedge diatur dalam standar akuntansi keuangan terkait.
Pernyataan ini tidak mengatur tentang penjabaran laporan keuangan dari kegiatan usaha luar negeri untuk tujuan konsolidasi, atau konsolidasi parsial, atau melalui penerapan dengan metode ekuitas (lihat Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 11 tentang Penjabaran Laporan Keuangan dalam Mata Uang Asing) dan pernyataan ini tidak mengatur penyajian laporan arus kas tentang arus kas yang bersumber dari transaksi valuta asing (lihat Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 2 tentang Laporan Arus Kas).
Definisi
Berikut adalah pengertian istilah yang digunakan dalam pernyataan ini:
1. Kegiatan usaha luar negeri (foreign operation) adalah suatu anak perusahaan (subsidiary), perusahaan asosiasi (associates), usaha patungan (joint venture) atau cabang perusahaan pelapor, yang aktivitasnya dilaksanakan di suatu negara di luar negara perusahaan pelapor. Kegiatan usaha tersebut dapat merupakan suatu bagianintegral dari suatu perusahaan pelapor atau suatu entitas asing. Entitas asing (foreign entity) adalah suatu kegiatan usaha luar negeri (foreign operation), yang aktivitasnya bukan merupakan suatu bagian integral dari perusahaan pelapor.
2. Mata uang pelaporan adalah mata uang yang digunakan dalam menyajikan laporan keuangan.
3. Mata uang asing adalah mata uang selain mata uang pelaporan suatu perusahaan.
4. Kurs adalah rasio pertukaran dua mata uang.
5. Selisih kurs (exchange difference) adalah selisih yang dihasilkan dari pelaporan jumlah unit mata uang asing yang sama dalam mata uang pelaporan pada kurs yang berbeda.
6. Kurs penutup (closing rate) adalah nilai tukar spot pada tanggal neraca.
7. Investasi neto dalam suatu entitas asing adalah bagian (share) perusahaan pelapor dalam aktiva neto suatu entitas asing.
8. Pos moneter adalah kas dan setara kas, aktiva dan kewajiban yang akan diterima atau dibayar yang jumlahnya pasti atau dapat ditentukan.
9. Nilai wajar (fair value) adalah suatu jumlah yang dapat digunakan sebagai dasar pertukaran aktiva atau penyelesaian kewajiban antara pihak yang paham (knowledgeable) dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar (arm's length transaction).
Pengakuan Awal
Suatu transaksi dalam mata uang asing adalah suatu transaksi yang didenominasi atau membutuhkan penyelesaian dalam suatu mata uang asing, termasuk transaksi yang timbul ketika suatu perusahaan:
1. Membeli atau menjual barang atau jasa yang harganya didenominasi dalam suatu mata uang asing.
2. Meminjam (hutang) atau meminjamkan (piutang) dana yang didenominasi dalam suatu mata uang asing.
3. Menjadi suatu pihak untuk suatu perjanjian dalam valuta asing yang belum terlaksana; atau
4. Memperoleh atau melepaskan aktiva, menimbulkan atau melunasi kewajiban, yang didenominasi dalam suatu mata uang asing.
Transaksi dalam mata uang asing dibukukan dengan menggunakan kurs pada saat terjadinya transaksi. Kurs tunai yang berlaku pada tanggal transaksi sering disebut kurs spot (spot rate). Untuk alasan praktis, suatu kurs yang mendekati kurs tanggal transaksi sering digunakan, contohnya, suatu kurs rata-rata selama seminggu atau sebulan mungkin digunakan untuk seluruh transaksi dalam setiap mata uang asing yang terjadi selama periode itu. Namun, jika kurs berfluktuasi secara signifikan, penggunaan kurs rata-rata untuk satu periode tidak dapat diandalkan.
Pelaporan Pada Tanggal Neraca Berikutnya
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada setiap tanggal neraca:
1. Pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing dilaporkan ke dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tanggal neraca. Apabila terdapat kesulitan dalam menentukan kurs tanggal neraca, maka dapat digunakan kurs tengah Bank Indonesia sebagai indikator yang obyektif.
2. Pos non- moneter tidak boleh dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal neraca tetapi tetap harus dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal transaksi, dan
3. Pos non- moneter yang dinilai dengan nilai wajar dalam mata uang asing harus dilaporkan dengan menggunakan kurs yang berlaku pada saat nilai tersebut ditentukan.
Nilai terbawa dari suatu pos ditentukan sesuai dengan standar akuntansi yang relevan. Misalnya, instrumen keuangan dan properti tertentu (investasi yang dilakukan Dana Pensiun), mungkin dinilai pada nilai wajar atau pada biaya historis. Apakah nilai tercatat ditentukan berdasarkan biaya historis atau nilai wajar, nilai yang ditentukan untuk pos valuta asing dilaporkan pada mata uang pelaporan sesuai dengan Pernyataan ini.
Untuk setiap tanggal neraca:
1. Pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing dilaporkan ke dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tanggal neraca;
2. Pos non-moneter tidak boleh dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal neraca tetapi tetap harus dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal transaksi; dan
3. Pos non- moneter yang dinilai dengan nilai wajar dalam mata uang asing harus dilaporkan dengan menggunakan kurs yang berlaku pada saat nilai tersebut ditentukan.
Pengakuan Selisih Kurs (Recognition of Exchange Differences)
Pernyataan ini mengatur akuntansi hedge sebatas selisih kurs dalam transaksihedge. Aspek lain dari akuntansi hedge diatur dalam standar akuntansi keuangan terkait. Kecuali untuk selisih penjabaran pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing pada tanggal neraca dan laba rugi kurs yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing dikreditkan atau dibebankan pada laporan laba rugi periode berjalan.
Selisih kurs timbul apabila terdapat perubahan kurs antara tanggal transaksi dan tanggal penyelesaian (settlement date) pos moneter yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing. Bila timbulnya dan penyelesaian suatu transaksi berada dalam suatu periode akuntansi yang sama, maka seluruh selisih kurs diakui dalam periode tersebut. Namun jika timbulnya dan diselesaikannya suatu transaksi berada dalam beberapa periode akuntansi, maka selisih kurs harus diakui untuk setiap periode akuntansi dengan memperhitungkan perubahan kurs untuk masing-masing periode.
Selisih penjabaran pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing pada tanggal neraca dan laba rugi kurs yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing dikreditkan atau dibebankan pada laporan laba rugi periode berjalan.
Transaksi Valuta Berjangka
Salah satu transaksi valuta berjangka SWAP adalah transaksi pertukaran dua valuta asing melalui pembelian tunai dengan penjualan kembali secara berjangka atau penjualan tunai dengan pembelian kembali secara berjangka. Pada hakekatnya transaksi tersebut dilakukan untuk lebih mendapatkan kepastian tentang kurs penjabaran yang bersifat tetap selama dalam kontrak sehingga pembuat transaksi terhindar dari kerugian akibat perubahan kurs. Dalam transaksi SWAP pembuat transaksi umumnya memperhitungkan premi yang ditetapkan terlebih dahulu.
Perlakuan akuntansi transaksi valuta berjangka yang dilakukan untuk tujuan hedging hutang adalah sebagai berikut:
1. Selisih kurs tunai (spot rate) dan kurs masa depan (forward rate) dicatat sebagai diskonto atau premi yang arus diamortisasi sesuai dengan jangka waktu kontrak valuta berjangka.
2. Setiap akhir periode harus dihitung selisih kurs untuk hutang dalam mata uang asing (yang diproteksi melalui hedging), forward receivable dan forward payable dalam mata uang asing. Selisih kurs yang timbul sebagai akibat perbedaan antara kurs tanggal neraca dengan kurs tunai pada saat terjadinya transaksi diakui sebagai keuntungan atau kerugian kurs periode berjalan.
3. Dalam neraca, forward receivable atau forward payable, dan diskonto atau premi yang belum diamortisasi yang timbul dari kontrak valuta berjangka yang berhubungan harus dijadikan satu di bagian aktiva atau kewajiban, tergantung pada posisi neto dari seluruh pos tersebut.
Investasi Neto dalam suatu Entitas Asing.
Selisih kurs yang timbul pada suatu pos moneter yang dalam substansinya membentuk bagian investasi neto perusahaan dalam suatu entitas asing harus diklasifikasikan sebagai ekuitas dalam laporan keuangan perusahaan hingga saat pelepasan (disposal) investasi neto dan pada saat tersebut harus diakui sebagai pendapatan atau beban.
Suatu perusahaan mungkin memiliki suatu pos moneter berupa hutang piutang dengan suatu entitas asing. Apabila timbulnya dan penyelesaian pos moneter tersebut tidak terencana, dalam substansinya merupakan suatu perluasan, atau pengurangan dari, investasi neto perusahaan dalam entitas asing tersebut. Pos moneter itu mungkin mencakup piutang jangka panjang atau pinjaman tetapi tidak mencakup piutang dagang atau hutang dagang.
Selisih kurs yang timbul dari kewajiban valuta asing yang diperhitungkan sebagai suatu hedging dari investasi neto perusahaan dalam suatu entitas asing harus diklasifikasikan sebagai ekuitas dalam laporan keuangan perusahaan hingga pelepasan (disposal) investasi neto, dan pada saat tersebut harus diakui sebagai pendapatan atau sebagai beban.
Perlakuan Alternatif yang Diijinkan
Selisih kurs dapat disebabkan karena suatu devaluasi atau depresiasi luar biasa suatu mata uang dalam keadaan tidak tersedia fasilitas hedging dan menimbulkan kewajiban yang tak terselesaikan akibat-perolehan aktiva yang baru saja dilakukan dan harus dilunasi dalam mata uang asing. Selisih kurs tersebut dapat dimasukkan sebagai nilai tercatat (carrying amount) aktiva tersebut sepanjang nilai tercatat aktiva yang telah disesuaikan tidak melebihi jumlah terendah antara biaya pengganti (replacement cost) dan jumlah yang dapat diperoleh kembali (amount recoverable) dari penjualan atau penggunaan aktiva tersebut. Alternatif yang dipilih harus diungkapkan secukupnya.
Selisih kurs tidak termasuk dalam nilai tercatat suatu aktiva jika tersedia fasilitas hedging hutang valuta asing yang timbul dari perolehan aktiva. Tetapi, kerugian akibat perubahan kurs adalah bagian yang secara langsung dapat diatribusikan pada biaya perolehan aktiva jika kewajiban tidak dapat diselesaikan dan tidak terdapat alat praktis untuk hedging. Contohnya, jika sebagai hasil dari pengendalian valuta asing terdapat penundaan dalam memperoleh mata uang asing. Maka dalam keadaan demikian biaya perolehan aktiva termasuk selisih kurs.
Pengungkapan
Sebuah perusahaan harus mengungkapkan:
1. Jumlah selisih kurs yang diperhitungkan dalam laba neto atau kerugian untuk periode tersebut;
2. Selisih kurs neto yang diklasifikasikan dalam kelompok ekuitas sebagai suatu unsur yang terpisah, dan rekonsiliasi selisih kurs tersebut pada awal dan akhir periode; dan
3. Jumlah selisih kurs yang timbul selama periode, yang termasuk dalam nilai tercatat suatu aktiva sesuai dengan perlakuan alternatif yang diijinkan.
Perusahaan mengungkapkan dampak atas pos-pos moneter mata uang asing sehubungan dengan suatu perubahan dalam kurs yang terjadi setelah tanggal neraca jika perubahan tersebut sedemikian besar sehingga bila tidak diungkapkan akan mempengaruhi kemampuan pembaca laporan keuangan untuk membuat evaluasi dan keputusan yang tepat. Pengungkapan juga diperlukan sehubungan dengan kebijakan manajemen risiko mata uang asing.
2.2. PSAK 11: Penjabaran Laporan Keuangan dalam Mata Uang Asing
Suatu perusahaan dapat melakukan aktivitas yang menyangkut valuta asing (foreign activities) dalam dua cara: melakukan transaksi dalam mata uang asing atau memiliki kegiatan usaha luar negeri (foreign operations). Untuk memasukkan kegiatan usaha luar negeri pada laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan kegiatan usaha luar negeri harus dijabarkan kedalam mata uang pelaporan perusahaan.
Pernyataan ini mengatur akuntansi untuk penjabaran laporan keuangan dalam mata uang asing yang meliputi penentuan kurs yang digunakan dan pengakuan pengaruh keuangan dari perubahan kurs valuta asing dalam laporan keuangan.
Berikut ini pengertian yang digunakan dalam pernyataan ini:
Kegiatan usaha luar negeri (foreign operation) adalah suau anak perusahaan (subsidiary), perusahaan asosiasi (associates), usaha potongan (joint venture) atau cabang dari perusahaan pelapor, yang aktifitasnya dilaksanakan di suatu Negara di luar Negara perusahaan pelapor atau entitas asing.
Entitas asing (foreign entity) adalah suatu kegiatan usaha di luar negeri (foreign operation), yang aktivitasnya bukan merupakan bagian integral dari perusahaan pelapor.
Mata uang pelaporan adalah mata uang yang digunakan dalam menyajikan laporan keuangan.
Mata uang asing adalah mata uang selain mata uang pelaporan suatu perusahaan
Nilai tukar (kurs) adalah rasio pertukaran dua mata asing
Selisih kurs (Exchange difference) adalah selisih yang dihasilkan dari pelaporan jumlah unit mata uang asing yang sama dalam mata uang pelaporan pada kurs yang berbeda.
Kurs penutup (closing rate) adalah nilai tukar spot pada tanggal neraca.
Investasi neto dalam suatu entitas asing adalah bagian (share) perusahaan pelapor dalam asset neto suatu entitas asing.
Pos moneter adalah kas dan setara kas, asset, dan kewajiban yang akan diterima atau dibayar yang jumlahnya pasti atau dapat ditentukan.
Nilai wajar (fair value) adalah nilai dimana suatu asset yang dipertukarkan atau suatu kewajiban diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk transaksi wajar (arm's length transaction).
Kegiatan Usaha Luar Negeri (Foreign Operation) yang Merupakan Bagian Integral dari Perusahaan Pelapor
Laporan keuangan dari suatu kegiatan usaha luar negeri yang merupakan bagian integral dari perusahaan harus dijabarkan dengan menggunakan prosedur sebagaimana dinyatakan PSAK 10 tentang Transaksi dalam Mata Uang Asing, seolah-olah transaksi kegiatan usaha luar negeri tersebut merupakan transaksi perusahaan pelapor sendiri.
Entitas Asing
Dalam menjabarkan laporan keuangan suatu entitas asing untuk ditentukan/diinkorporasi dengan laporan keuangan pelapor, digunakan prosedur sebagai berikut:
1. Aset dan kewajiban entitas asing, baik moneter maupun non moneter dijabarkan dengan menggunakan kurs penutup (closing rate).
2. Pendapatan dan beban entitas asing dijabarkan dengan menggunakan kurs yang berlaku pada tanggal transaksi.
3. Selisih kurs yang terjadi disajikan sebagai selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan dan disajikan sebagian dari ekuitas sampai pelepasan investasi neto yang yang bersangkutan.
Pelaporan (Disposal) suatu Entitas Asing
Pada pelepasan (disposal) suatu entitas asing, jumlah kumulatif selisih kurs yang telah ditangguhkan dengan entitas asing tersebut harus diakui sebagai pendapatan atau beban periode yang sama pada waktu keuntungan atau kerugian pelepasan (disposal) diakui.
Perubahan dalam Klasifikasi Kegiatan Usaha Luar Negeri (Foreign Operation)
Jika terdapat perubahan klasifikasi suatu kegiatan usaha luar negeri, prosedur penjabaran yang dapat diterapkan pada klasifikasi yang direvisi harus diterapkan sejak tanggal perubahan klasifikasi.
Pengungkapan
Perusahaan harus mengungkapkan selisih kurs bersih yang diklasifikasikan dalam kelompok ekuitas sebagai suatu unsur yang terpisah, dan rekonsiliasi selisih kurs tersebut pada awal dan akhir periode.
Jika mata uang pelaporan berbeda dengan mata uang negara tempat perusahaan berdomisili, alasan untuk menggunakan mata uang yang berbeda harus diungkapkan. Alasan untuk setiap perubahan dalam mata uang pelaporan juga harus diungkapkan.
Jika terdapat perubahan dalam klasifikasi suatu kegiatan usaha luar negeri yang signifikan, perusahaan harus mengungkapkan:
1. Sifat perubahan dalam klasifikasi,
2. Alasan perubahan,
3. Dampak perubahan atas klasifikasi modal pemegang saham, dan
4. Dampak pada laba bersih atau kerugian untuk setiap perode sebelumnya jika perubahan klasifikasi terjadi pada periode sebelumnya yang paling awal.
Perusahaan harus mengungkapkan metode yang dipilih misalnya metode untuk pencatatan goodwill dan penyesuaian nilai wajar yang timbul pada akuisisi suatu entitas asing.
Ketentuan Transisi
Pada saat pernyataan ini pertama kali diterapkan, perusahaan harus mengklasifikasikan secara terpisah dan mengungkapkan saldo kumulatif, pada awal periode, selisih kurs ditangguhkan dan diklasifikasikan sebagai ekuitas dalam periode sebelumnya, kecuali jika jumlah tersebut tidak dapat ditentukan secara wajar. Dalam hal tersebut, maka perlu dijelaskan alasannya.
Pernyataan ini berlaku efektif untuk laporan keuangan yang mencakup periode laporan yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 januari 1995. Penerapan dini dianjurkan.
2.3. PSAK 52: Mata Uang Pelaporan
Pada umumnya laporan keuangan dilaporkan dalam mata uang lokal. Namun demikian, apabila perusahaan menggunakan mata uang selain mata uang lokal (misalnya dolar Amerika) sebagai mata uang pelaporan, maka mata uang pelaporan tersebut harus merupakan mata uang fungsional. Mata uang fungsional dapat merupakan mata uang rupiah atau mata uang selain rupiah (misalnya dolar Amerika), tergantung pada fakta substansi ekonominya.
Laporan keuangan dimaksudkan untuk memberikan informasi finansial tentang kinerja, posisi keuangan, dan arus kas perusahaan. Laporan keuangan dihasilkan dari catatan akuntansi perusahaan, sehingga mata uang yang digunakan dalam catatan akuntansi adalah mata uang yang digunakan dalam laporan keuangan. Dengan konsep ini prosedur pengukuran kembali (remeasurement) dari catatan akuntansi laporan keuangan atau penjabaran laporan keuangan (translation) tidak diperlukan lagi, kecuali untuk periode yang diperbandingkan apabila perusahaan untuk pertama kali mengadopsi Standar ini dan untuk laporan keuangan perusahaan yang dikonsolidasikan, karena pada hakekatnya laporan keuangan telah disajikan pada mata uang fungsionalnya.
Mata Uang Fungsional
Suatu mata uang merupakan mata uang fungsional apabila memenuhi indikator berikut ini secara menyeluruh (kumulatif):
1. Indikator arus kas: arus kas yang berhubungan dengan kegiatan utama perusahaan didominasi oleh mata uang tertentu,
2. Indikator harga jual: harga jual produk perusahaan dalam periode jangka pendek sangat dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar mata uang tertentu atau produk perusahaan secara dominan dipasarkan untuk ekspor, dan
3. Indikator biaya: biaya-biaya perusahaan secara dominan sangat dipengaruhi oleh pergerakan mata uang tertentu.
Harga jual atau biaya perusahaan sangat dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar mata uang tertentu apabila harga jual atau biaya tersebut dihitung berdasarkan nilai tukar mata uang tertentu.
Untuk perusahaan yang mempunyai lebih dari satu anak perusahaan atau operasi terpisah dan dapat dibedakan, seperti cabang atau divisi, dimana operasi ini dapat dipandang sebagai suatu perusahaan atau kegiatan operasi terpisah, mungkin digunakan beberapa mata uang fungsional yang berbeda sehingga masing-masing mata uang tersebut perlu dipertimbangkan dalam penentuan mata uang fungsional perusahaan tersebut. Dalam penentuan mata uang fungsional tingkat relevansi dan keandalan diperoleh, misalnya melalui pemberian bobot pada masing-masing indikator tersebut di atas, kemudian atas bobot indikator individu ini ditentukan bobot secara keseluruhan. Dalam hal ini, arus kas masuk memiliki bobot paling besar. Selain pemberian bobot, juga perlu dipertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kondisi ekonomi dalam jangka panjang.
Faktor-faktor utama yang dapat mempengaruhi penentuan mata uang fungsional perlu ditentukan agar perusahaan mempunyai tolok ukur yang konsisten. Apabila faktor-faktor tersebut di atas tidak dapat secara jelas dikaitkan dengan salah satu mata uang sebagai mata uang fungsional, maka dibutuhkan pertimbangan profesional (professional judgement) dengan mempertimbangkan operasi dan kegiatan perusahaan secara rinci, dan harus dilakukan dengan tingkat relevansi dan keandalan yang paling tinggi.
Perlakuan akuntansi untuk transaksi dan saldo dalam mata uang non fungsional adalah sebagaimana diatur dalam PSAK 10 tentang Transaksi dalam Mata Uang Asing.
Mata uang selain mata uang fungsional dianggap sebagai mata uang non-fungsional, sedangkan mata uang fungsional dianggap sebagai mata uang dasar (base currency) dalam menentukan nilai tukar atau dalam perhitungan selisih kurs. Sebagai contoh, apabila berdasarkan fakta substansi ekonomi mata uang fungsional perusahaan adalah dolar Amerika, maka mata uang selain dolar Amerika dianggap sebagai mata uang non-fungsional, sehingga semua transaksi dalam mata uang non-fungsional harus ditranslasikan ke mata uang fungsional.
Penentuan Saldo Awal
Penentuan saldo awal untuk tujuan pencatatan akuntansi dilakukan dengan pengukuran kembali akun-akun laporan keuangan seolah-olah mata uang fungsional tersebut telah digunakan sejak tanggal terjadinya transaksi. Prosedur pengukuran kembali adalah sebagai berikut:
1. Aktiva dan kewajiban moneter diukur kembali dengan menggunakan kurs tanggal neraca;
2. Aktiva dan kewajiban non-moneter serta modal saham diukur kembali dengan menggunakan kurs historis atau kurs tanggal terjadinya transaksi perolehan aktiva tetap, terjadinya kewajiban atau penyetoran modal saham;
3. Selisih antara aktiva, kewajiban dan modal saham dalam mata uang pelaporan baru, yang merupakan hasil perhitungan prosedur a dan b di atas, diperhitungkan pada saldo laba atau akumulasi kerugian pada periode tersebut;
4. Pendapatan dan beban diukur kembali dengan menggunakan kurs rata-rata tertimbang selama periode yang diperbandingkan, kecuali untuk beban penyusutan aktiva tetap atau amortisasi aktiva non-moneter yang diukur kembali dengan menggunakan kurs historis aktiva yang bersangkutan;
5. Dividen diukur dengan menggunakan kurs tanggal pencatatan dividen tersebut;
6. Prosedur d dan e di atas akan menghasilkan selisih pengukuran kembali yang diperhitungkan pada saldo laba atau akumulasi kerugian pada periode tersebut;
7. Selisih pengukuran kembali merupakan hasil dari perhitungan berikut: saldo laba (akumulasi kerugian) akhir tahun (hasil dari prosedur c) ditambah dengan dividen (hasil dari prosedur e) dan dikurangi dengan hasil perhitungan laba (rugi) bersih selama periode yang diperbandingkan (hasil dari prosedur d).
Penyajian Komparatif
Laporan keuangan periode yang diperbandingkan yang tidak menggunakan mata uang fungsional, harus diukur dan disajikan kembali.
Perubahan Mata Uang Pencatatan dan Pelaporan
Perusahaan diharuskan untuk mengubah mata uang pencatatan dan pelaporan ke rupiah, apabila mata uang fungsional berubah dari bukan rupiah ke rupiah. Perubahan mata uang pencatatan dan pelaporan harus dilakukan pada awal tahun buku, tidak di tengah tahun buku.
Keputusan perusahaan untuk mengubah mata uang pelaporan hanya dapat dilakukan apabila telah terjadi perubahan substansi ekonomi dari mata uang fungsional. Dalam perjalanan hidup perusahaan, karena perubahan operasi atau pasar, mata uang fungsional perusahaan dapat saja berubah.
Konsolidasi
Laporan keuangan konsolidasi disajikan dalam mata uang fungsional setelah mempertimbangkan indikator pada paragraf 08 terhadap induk perusahaan dan tiap anak perusahaan. Penjabaran laporan keuangan anak perusahaan ke mata uang fungsional pada laporan keuangan konsolidasi dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Aktiva dan kewajiban dijabarkan dengan menggunakan kurs tanggal neraca;
b. Ekuitas dijabarkan dengan menggunakan kurs historis;
c. Pendapatan dan beban dijabarkan dengan menggunakan kurs rata-rata tertimbang;
d. Dividen diukur dengan menggunakan kurs tanggal pencatatan dividen tersebut;
e. Prosedur a sampai d di atas akan menghasilkan selisih penjabaran kembali yang disajikan dalam akun ekuitas sebagai "Selisih Penjabaran". Mata uang pencatatan induk perusahaan harus sama dengan mata uang pelaporan konsolidasi.
Pengungkapan
Perusahaan mengungkapkan hal-hal berikut ini:
1. Alasan penentuan mata uang pelaporan berdasarkan indikator pada paragraf 08;
2. Perubahan mata uang pelaporan dan alasan perubahannya:
Alasan perubahan berdasarkan indikator pada paragraf 08,
Kurs (historis, sekarang, atau rata-rata tertimbang) yang digunakan dalam pengukuran kembali atau penjabaran,
Ikhtisar neraca dan laporan laba-rugi yang disajikan sebagai perbandingan dalam mata uang pelaporan sebelumnya.
Pengukuran Kembali ke Mata Uang Fungsional
Pengukuran kembali dimaksudkan untuk memperoleh hasil yang sama seperti apabila catatan akuntansi perusahaan tersebut diselenggarakan dalam mata uang fungsionalnya. Dalam proses pengukuran kembali digunakan kurs historis, kurs sekarang, dan kurs rata tertimbang. Berikut ini adalah contoh akun yang menggunakan kurs historis, kurs sekarang, dan kurs rata tertimbang.
Akun yang Diukur Kembali dengan Kurs Historis
Akun Neraca
Surat berharga yang dinilai berdasarkan harga perolehan
Persediaan yang dinilai berdasarkan harga perolehan
Pembayaran di muka, seperti asuransi, iklan dan sewa
Aktiva tetap
Paten, merk dagang, lisensi, dan formula
Goodwill
Aktiva tidak berwujud lainnya
Beban ditangguhkan dan kredit, kecuali biaya perolehan polis untuk
Perusahaan asuransi
Pendapatan ditangguhkan
Saham biasa
Saham preferen dinilai berdasarkan harga penerbitan
Akun Laporan Laba-Rugi
Pendapatan dan biaya yang terkait dengan aktiva atau kewajiban non-moneter
Harga pokok penjualan
Penyusutan aktiva tetap
Amortisasi aktiva tidak berwujud
Amortisasi pendapatan yang ditangguhkan
Akun yang Diukur Kembali dengan Kurs Sekarang
Aktiva dan kewajiban selain yang disebutkan di atas diukur dengan menggunakan kurs sekarang. Pada umumnya, akun yang menggunakan kurs sekarang adalah aktiva dan kewajiban moneter.
Akun yang Diukur Kembali dengan Kurs Rata-Rata Tertimbang
Akun laporan laba-rugi seharusnya diukur dengan menggunakan kurs historis. Namun apabila hal ini diterapkan, penyusunan laporan keuangan akan menjadi tidak praktis. Dalam hal ini dapat ditempuh cara lain, yaitu dengan penggunaan kurs rata-rata tertimbang yang dapat mencerminkan perubahan kurs selama periode laporan keuangan yang dicakup.
2.4. ISAK NO. 4: Interpretasi atas Paragraf 32 PSAK 10 Tentang Alternatif Perlakuan yang Diizinkan atas Selisih Kurs
Paragraf 32 PSAK 10 memuat ketentuan sebagai berikut:
"Selisih kurs dapat disebabkan karena suatu devaluasi atau depresiasi luar biasa suatu mata uang dimana tidak mungkin dilakukan hedging dan menimbulkan kewajiban yang tak terselesaikan akibat perolehan aktiva yang harus dibayar dalam suatu mata uang asing. Selisih kurs tersebut dapat dimasukkan sebagai nilai tercatat (carrying amount) aktiva yang bersangkutan dengan pengertian nilai tercatat yang disesuaikan tersebut tidak melampaui jumlah terendah antara biaya pengganti (replacement cost) dan jumlah yang mungkin diperoleh kembali (amount recoverable) dari penjualan atau penggunaan aktiva tersebut. Alternatif yang dipilih harus diungkapkan secukupnya"
Alasan Interpretasi
Dalam penerapan paragraf 32 tersebut di atas, timbul berbagai pertanyaan sebagai berikut:
Apa yang dimaksud dengan "depresiasi luar biasa" dalam paragraf 32?
Akibat gejolak moneter, terjadi akselerasi depresiasi rupiah yang mengakibatkan terjadinya kesulitan dalam penentuan premi hedging serta tingginya tingkat premi instrumen hedging pada periode tertentu. Apakah kondisi tersebut dapat memenuhi persyaratan "tidak dimungkinkan dilakukan hedging" sebagaimana dimaksud dalam paragraf 32?
Apabila persyaratan yang ditentukan dalam paragraf 32 dapat terpenuhi, bagaimana melakukan kapitalisasi selisih kurs?
Interpretasi
a. Akibat gejolak moneter, depresiasi rupiah terhadap suatu mata uang asing yang terjadi pada periode tertentu dapat melampaui batas-batas wajar bila diukur dari tingkat rata-rata depresiasi periode sebelumnya. Depresiasi rupiah terhadap suatu mata uang asing dianggap melampaui batas-batas wajar dan merupakan depresiasi luar biasa apabila pada periode tertentu depresiasi rupiah yang disetahunkan mencapai 133% dari rata-rata depresiasi rupiah tiga tahun takwim terakhir.
b. Yang dimaksud dengan "tidak mungkin dilakukan hedging" adalah apabila pada suatu periode tertentu tidak ekonomis dan atau tidak praktis dilakukan hedgingkarena kondisi berikut:
1) Tingkat premi hedging pada periode tertentu demikian tinggi sehingga tidak ekonomis untuk melakukan hedging. Tingkat premi hedging dianggap tinggi apabila mencapai 133% dari rata-rata premi hedging 3 (tiga) tahun takwim terakhir, atau
2) Fasilitas hedging tidak tersedia karena bank tidak dapat menentukan premi hedgingberhubung fluktuasi rupiah yang tinggi.
c. Selisih kurs yang terjadi sejak awal tahun buku sampai dengan awal periode tertentu tersebut harus dibebankan langsung ke perhitungan laba-rugi. Apabila pada suatu periode tertentu terjadi depresiasi luar biasa dan tidak mungkin dilakukan hedging sebagaimana dijelaskan di atas, maka sesuai dengan paragraf 32 PSAK 10, selisih kurs yang timbul (baik realized maupun unrealized) pada periode tersebut dapat dikapitalisasi. Kerugian selisih kurs yangtimbul atas saldo kewajiban dalam mata uang asing setelah periode tertentu tersebut dibebankan ke perhitungan laba-rugi, sedangkan keuntungan selisih kurs yang timbul harus diperlakukan sebagai penyesuaian terhadap selisih kurs yang dikapitalisasi.Yang dimaksud dengan periode tertentu adalah suatu periode yang merupakan bagian tahun buku yang dimulai sejak dipenuhinya kondisi yang dipersyaratkan pada butir 1 dan 2, dan berakhir sejak kondisi tersebut tidak lagi dipenuhi.
d. Selisih kurs dikapitalisasi ke aktiva yang bersangkutan (misalnya aktiva tetap dan persediaan) dengan syarat nilai tercatat (carrying amount) aktiva yang bersangkutan setelah dikapitalisasi tidak melampaui nilai terendah antara biaya pengganti (replacement cost) dengan jumlah yang mungkin diperoleh kembali (amount recoverable). Bagi perusahaan yang memilih untuk melakukan kapitalisasi kurs yang telah memenuhi persyaratan butir 1 dan butir 2, alternatif tersebut harus diungkapkan dalam laporan keuangan.
2.5. SFAS 52: Foreign Currency Translation
Penerapan pernyataan ini akan mempengaruhi pelaporan keuangan sebagian besar perusahaan yang beroperasi di luar negeri. Operasi dan karakteristik ekonomi beragam jenis operasi asing akan dibedakan dalam akuntansi untuk mereka. Penyesuaian untuk perubahan kurs mata uang yang dikeluarkan dari laba bersih bagi fluktuasi yang tidak mempengaruhi arus kas dan termasuk bagi mereka yang melakukannya. Persyaratan mencerminkan kesimpulan umum ini:
1. Dampak ekonomi dari perubahan nilai tukar pada operasi yang relatif mandiri dan terintegrasi dalam negara asing berhubungan dengan investasi bersih dalam operasi itu. Selisih kurs yang timbul dari konsolidasi operasi asing tidak mempengaruhi arus kas dan tidak termasuk dalam laba bersih.
2. Dampak ekonomi dari perubahan nilai tukar pada kegiatan operasi luar negeri yang merupakan perpanjangan dari operasi induk domestik berhubungan dengan aset dan kewajiban individu dan dampak arus kas induk secara langsung. Dengan demikian, keuntungan dan kerugian dalam operasi seperti pertukaran termasuk dalam laba bersih.
3. Kontrak, transaksi, atau saldo yang pada kenyataannya, lindung risiko nilai tukar akan diperhitungkan sebagai lindung nilai tanpa memperhatikan bentuk mereka.
Lebih khusus, pernyataan ini menyajikan standar untuk penjabaran mata uang asing yang dirancang untuk (1) memberikan informasi yang umumnya kompatibel dengan dampak ekonomi yang diharapkan dari perubahan kurs pada arus kas perusahaan dan ekuitas dan (2) mencerminkan dalam hasil laporan konsolidasi keuangan dan hubungan yang diukur dalam mata uang utama di mana setiap entitas melakukan bisnisnya (disebut sebagai "mata uang fungsional").
Mata uang fungsional entitas adalah mata uang dari lingkungan ekonomi primer dimana entitas beroperasi. Mata uang fungsional dapat berupa dolar atau mata uang asing tergantung pada fakta-fakta. Biasanya, itu akan menjadi mata uang dari lingkungan ekonomi dimana kas dihasilkan dan dikeluarkan oleh entitas. Sebuah entitas dapat berbentuk operasi, termasuk anak perusahaan, divisi, cabang, atau joint venture. Pernyataan ini juga memberikan panduan kunci penentuan di mana pertimbangan manajemen adalah penting dalam menilai fakta-fakta.
Sebuah mata uang dalam lingkungan inflasi yang sangat tinggi (3 tahun tingkat inflasi sekitar 100 persen atau lebih) dianggap tidak cukup stabil untuk melayani sebagai mata uang fungsional dan mata uang yang lebih stabil dari induk pelaporan yang akan digunakan sebagai gantinya.
Pendekatan penjabaran mata uang fungsional diadopsi dalam pernyataan ini meliputi:
Mengidentifikasi mata uang fungsional lingkungan ekonomi entitas.
Mengukur semua elemen laporan keuangan dalam mata uang fungsional.
Menggunakan kurs saat ini untuk translasi dari mata uang fungsional menjadi mata uang pelaporan, jika mereka berbeda.
Membedakan dampak ekonomi dari perubahan nilai tukar pada investasi bersih dari dampak perubahan tersebut pada aktiva dan kewajiban individu yaitu piutang atau hutang dalam mata uang selain mata uang fungsional.
Selisih kurs merupakan hasil yang melekat pada proses menerjemahkan laporan keuangan suatu entitas asing dari mata uang fungsional untuk dolar Amerika Serikat. Selisih kurs tidak termasuk dalam menentukan laba bersih untuk periode tetapi diungkapkan dan diakumulasikan dalam komponen terpisah dari ekuitas konsolidasi sampai penjualan atau sampai likuidasi lengkap atau substansial telah selesai dari investasi bersih dalam entitas asing terjadi.
Keuntungan dan kerugian transaksi adalah hasil dari pengaruh perubahan kurs terhadap transaksi dalam mata uang selain mata uang fungsional (misalnya, sebuah perusahaan AS dapat meminjam franc Swiss atau anak perusahaan Perancis mungkin memiliki piutang dalam mata uang kroner dari pelanggan Denmark). Keuntungan dan kerugian atas transaksi-transaksi dalam mata uang asing umumnya termasuk dalam menentukan laba bersih untuk periode di mana nilai tukar berubah kecuali transaksi lindung nilai komitmen mata uang asing atau investasi bersih pada entitas asing. Transaksi yang bersifat investasi jangka panjang dianggap sebagai bagian dari investasi neto induk dan karenanya tidak menimbulkan keuntungan atau kerugian.
Standar Akuntansi Keuangan Dan Pelaporan
Penjabaran laporan keuangan setiap entitas komponen perusahaan harus mencapai tujuan sebagai berikut:
1. Memberikan informasi yang secara umum kompatibel dengan dampak ekonomi yang diharapkan dari sebuah perubahan pada arus kas perusahaan dan ekuitas.
2. Pertimbangkan hasil keuangan dan hubungan individu entitas konsolidasi yang diukur dalam mata uang fungsional mereka sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Aset, kewajiban, dan operasi dari suatu entitas asing harus diukur dengan menggunakan mata uang fungsional entitas tersebut. Mata uang fungsional entitas adalah mata uang utama lingkungan ekonomi dimana entitas beroperasi, biasanya, yaitu mata uang dari lingkungan di mana entitas terutama menghasilkan dan mengeluarkan lebih uang tunai.
Semua elemen laporan keuangan harus diterjemahkan dengan menggunakan kurs saat ini. Untuk aset dan kewajiban, kurs yang berlaku pada tanggal neraca harus digunakan. Untuk pendapatan, biaya, keuntungan, dan kerugian, nilai tukar pada tanggal di mana unsur-unsur yang diakui harus digunakan. Karena translasi dengan kurs pada tanggal berbagai pendapatan, biaya, keuntungan, dan kerugian diakui umumnya tidak praktis, sebuah nilai tukar rata-rata tertimbang yang tepat untuk periode dapat digunakan untuk mentranslasi elemen-elemen tersebut.
Bursa Kontrak
Sebuah kontrak valuta berjangka (forward contract) adalah perjanjian untuk bertukar mata uang yang berbeda pada tanggal tertentu dan pada tingkat tertentu (forward rate). Sebuah keuntungan atau kerugian dari kontrak berjangka yang tidak memenuhi kondisi yang dijelaskan dalam paragraph 20 dimana, Keuntungan dan kerugian transaksi valuta asing berikut tidak dimasukkan dalam menentukan laba bersih tapi harus dilaporkan dalam cara yang sama seperti penjabaran (Ayat 13):
1. Transaksi valuta asing yang ditetapkan sebagai, dan efektif sebagai, lindung nilai ekonomi atas investasi bersih pada entitas asing, terhitung sejak tanggal penunjukan
2. Antar transaksi valuta asing yang bersifat jangka panjang-investasi (yang adalah, penyelesaian tidak direncanakan atau diantisipasi di masa mendatang), ketika entitas untuk transaksi dikonsolidasikan, digabungkan, atau dicatat dengan metode ekuitas dalam pelaporan laporan keuangan perusahaan itu harus dimasukkan dalam menentukan laba bersih sesuai dengan persyaratan untuk transaksi mata uang asing lainnya (ayat 15).
Perjanjian yang, pada dasarnya, pada dasarnya sama dengan kontrak forward, misalnya, swap mata uang, harus dicatat dengan cara yang sama dengan akuntansi untuk maju kontrak.
Penghasilan Pajak Konsekuensi Perubahan Tarif
Alokasi pajak antarperiode diperlukan sesuai dengan APB Opini No 11, Akuntansi Pajak Penghasilan, jika keuntungan selisih pajak atau rugi selisih pengurangan pajak yang dihasilkan dari transaksi valuta asing entitas tersebut dimasukkan dalam laba bersih pada periode yang berbeda untuk tujuan laporan keuangan dari itu untuk keperluan pajak.
Penghapusan Laba
Penghapusan laba yang dapat diatribusikan pada penjualan atau transfer lainnya antara entitas yang dikonsolidasi, digabungkan, atau dicatat dengan metode ekuitas dalam laporan keuangan perusahaan itu harus didasarkan pada kurs yang berlaku pada tanggal penjualan atau transfer. Penggunaan perkiraan wajar atau rata-rata yang diizinkan.
Nilai Tukar
Nilai tukar adalah rasio antara satu unit mata uang dan jumlah lain unit mata uang yang dapat ditukar pada waktu tertentu. Jika kurang dipertukarkan antara dua mata uang untuk sementara pada saat transaksi atau tanggal neraca, yang pertama tingkat berikutnya di mana pertukaran bisa dibuat harus digunakan untuk tujuan pernyataan ini. Jika kurangnya dipertukarkan bersifat sementara, kepatutan konsolidasi, penggabungan, atau akuntansi untuk operasi asing dengan metode ekuitas dalam laporan keuangan perusahaan harus dipertimbangkan dengan cermat (ARB 43, Bab 12, ayat 8).
Jika entitas asing yang tanggal neracanya berbeda dari perusahaan adalah konsolidasi atau dikombinasikan dengan atau dicatat dengan metode ekuitas dalam laporan keuangan perusahaan, tingkat saat ini adalah tarif yang berlaku pada tanggal neraca entitas asing untuk tujuan penerapan persyaratan pernyataan ini dengan entitas asing.
Pengungkapan
Laporan keuangan suatu perusahaan tidak boleh disesuaikan untuk perubahan tingkat yang terjadi setelah tanggal laporan keuangan perusahaan atau setelah tanggal mata uang asing laporan entitas asing jika mereka konsolidasi, digabungkan, atau dicatat dengan metode ekuitas dalam laporan keuangan perusahaan. Namun, pengungkapan perubahan tingkat dan dampaknya pada saldo yang belum diselesaikan yang berkaitan dengan transaksi valuta asing, jika signifikan, mungkin diperlukan.
Hubungan dengan Konsep Fundamental Sebelumnya
Penolakan terhadap perspektif dolar memiliki konsekuensi jauh melampaui proyek ini dan tidak perlu dalam terjemahan proyek. Meskipun tidak secara eksplisit menyatakan, model akuntansi saat ini meliputi pemeliharaan konsep modal bahwa pendapatan dari entitas konsolidasi Amerika Serikat ada hanya setelah pemulihan biaya historis diukur dalam dolar.
Beberapa responden terhadap Exposure Draft mengkritik tujuan itu sebagai upaya untuk memperhitungkan transaksi mata uang lokal dan asing operasi asing seolah-olah mereka adalah transaksi dolar atau, untuk beberapa responden, seolah-olah mereka dolar transaksi di Amerika Serikat. Dalam putusan dewan, kritik tersebut adalah tidak berlaku. Baik tujuan maupun prosedur untuk mencapainya mengubah denominasi transaksi atau lingkungan di mana itu terjadi. Prosedur yang diterapkan oleh dewan konsisten dengan tujuan konsolidasi laporan keuangan.
Transaksi mata uang asing dari suatu perusahaan dan transaksi dalam mata uang lokal dan asing dijabarkan dan dicatat sebagai transaksi dari perusahaan tunggal. Denominasi transaksi dan lokasi aset tidak berubah, namun identitas terpisah perusahaan dalam kelompok konsolidasi diabaikan. Prosedur translasi hanyalah sarana pengukuran kembali dalam dolar jumlah yang berdenominasi atau awalnya diukur dalam mata uang asing. Artinya, prosedur mencoba untuk mensimulasikan apakah biaya investasi asing telah berada di Amerika Serikat, melainkan mereka mengakui faktor-faktor yang ditentukan biaya pabrik di luar negeri dan menyatakan bahwa biaya dalam dolar. Jika prosedur translasi yang mampu mengubah denominasi dari aset atau kewajiban dari mata uang asing ke rupiah, tidak ada risiko nilai tukar akan hadir.
Perbedaan perlakuan akuntansi untuk lindung nilai transaksi diperkirakan sebagai lindung nilai arus kas dengan lindung nilai komitmen mata uang asing yang dapat di identifikasi sebagai lindung nilai atas nilai wajar. Transaksi yang diperkirakan adalah terjadi sesuai dengan yang diperkirakan,tetapi lindung nilai atas transaksi yang diperkirakan diperlakukan sebagai lindung nilai arus kas dengan bagian efektif dari perubahan nilai wajarnya diakui dalam pendapatan komprehensif. Jenis lindung nilai ini adalah lindung nilai terhadap perubahan dalam arus kas yang mungkin terjadi dimasa depan yang akan timbul dari perubahan dalam kurs mata uang asing. Transaksi yang diperkirankan dapat menjadi komitmen jika pihak pihak terlibat membuat perjanjian yang mengikat.
Sebuah entitas memutuskan untuk berspekulasi dalam mata uang asing sebagaimana dapat dilakukan pada komoditas lain. Sebagaimana contoh,perusahaan Indonesia menduga rupiah akan menguat terhadap euro, yaitu kurs langsung akan menurun. Dalam kasus ini perusahaan Indonesia dapat berspekulasi dengan kontrak masa depan dengan menjual euro untuk penyerahan dimasa depan, dengan harapan dapat membeli euro dengan harga lebih rendah pada saat penyerahan.
Substansi ekonomis dari spekulasi mata uang asing adalah untuk memberikan risiko mata uang asing kepada investor, dengan mana investor berharap dapat memperoleh laba. Kurs untuk penilaian terkait dengan kontrak mata uang asing spekulasi adalah kurs masa depan spekulatif adalah kurs masa depan dengan jangka waktu kontrak. Keuntungan atau kerugian kontrak masa depan spekulasi dihitung dengan menentukan perbedaan antara kurs masa depan pada tanggal kontrak (atau tanggal penilaian sebelumnya) dengan kurs masa depan yang tersedia selama jangka waktu kontrak. Kurs masa depan digunakan untuk menilai kontrak masa depan.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari uraian pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
a. Mata uang fungsional (mata uang pengukuran) adalah mata uang yang digunakan dalam transaksi pengukuran. Sedangkan mata uang pelaporan adalah mata uang yang digunakan dalam menyajikan laporan keuangan.
b. Pernyataan dari PSAK 11 harus diterapkan dalam penjabaran laporan keuangan dari kegiatan usaha luar negeri untuk tujuan konsolidasi, atau konsolidasi parsial atau melalui penerapan dengan metode ekuitas.
c. Pada umumnya laporan keuangan dilaporkan dalam mata uang lokal. Namun demikian, apabila perusahaan menggunakan mata uang selain mata uang lokal (misalnya dolar Amerika) sebagai mata uang pelaporan, maka mata uang pelaporan tersebut harus merupakan mata uang fungsional. Mata uang fungsional dapat merupakan mata uang rupiah atau mata uang selain rupiah (misalnya dolar Amerika), tergantung pada fakta substansi ekonominya.
d. Selisih kurs dapat disebabkan karena suatu devaluasi atau depresiasi luar biasa suatu mata uang dimana tidak mungkin dilakukan hedging dan menimbulkan kewajiban yang tak terselesaikan akibat perolehan aktiva yang harus dibayar dalam suatu mata uang asing.
e. Pernyataan dari SFAS 52 menyajikan standar untuk penjabaran mata uang asing yang dirancang untuk (1) memberikan informasi yang umumnya kompatibel dengan dampak ekonomi yang diharapkan dari perubahan kurs pada arus kas perusahaan dan ekuitas dan (2) mencerminkan dalam hasil laporan konsolidasi keuangan dan hubungan yang diukur dalam mata uang utama di mana setiap entitas melakukan bisnisnya (disebut sebagai "mata uang fungsional").
3.2. Saran
Suatu aktiva dan kewajiban mata uang asing dikatakan menghadapi resiko mata uang jika suatu perubahan kurs nilai tukar mata uang menyebabkan mata uang induk perusahaan juga berubah. Maka dari itu di perlukannya prinsip kehati-hatian dalam akuntansi.
DAFTAR PUSTAKA
Bahrain Pasha Irawan. 2014. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Instrumen Derivatif Valuta Asing sebagai Pengambilan Keputusan Hedging. Skripsi. Universitas Diponegoro-Semarang.
Beams, A Floyd. 2000. Akuntansi Keuangan Lanjutan di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
Choi Frederick D. S. dan Meek, Gary K. 2010. International Accounting. Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.
Dra. Titik Ismiyatun, M.Si, Dwi Cahyaningdyah, S.E., M.Si, Manajemen Investasi, Media Pembelajaran, 2008, Fakultas Ekonomi, Univesitas Negeri Semarang.
Grentino Lengkong. 2015. Penerapan Akuntansi terhadap Transaksi Valuta Asing Berdasarkan PSAK No. 50, 55, dan 60 di Bank Sulut Cabang Utama. Skripsi. Politeknik Negeri Manado–Jurusan Akuntansi.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2010. "Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan", Jakarta: Salemba Empat.
Kartikahadi, Hans dkk. 2007. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 10 dan 55 Transaksi dalam Mata Uang Asing, Instrument Derivatif. Ikatan Akuntan Indonesia.
Linder. 2004. Akuntansi Internasional. Jakarta: Erlangga.
Madura, Jeff. 2000. Manajemen Keuangan Internasional, Jilid 1, Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga.
Rosyafah, Siti. 2013. Analisis Perlakuan Piutang Usaha untuk Foreugn Exchange dalam upaya foreign exposure serta dampaknya terhadap laporan keuangan pada PT. Bintang Tata Bahari Surabaya. Jurnal NeO-Bis. Volume 7, No.1 Bulan Juni 2013.
Shapiro. 2003. Akuntansi Keuangan Menengah. Yogyakarta: BPFE.
Susanti. 2012. Analysis of Accounting Treatment and Tax Treatment On Derivative Transactions To Taxable Income and Income Tax Payable (PPh). Jurnal. Fe-Akuntansi.Unila.Ac.Id. diakses 29 Desember 2016.
Tan, Yuliawati. 2001. Mata Uang Fungsional sebagai Mata Uang Pelaporan dan Pencatatan sesuai PSAK 52. Jurnal, Vol. 10 No.1 Edisi 1 September 2001-Februari 2002.