MANAJEMEN RETAIL
MAKALAH MANAJEMEN RETAIL DENGAN TOPIK
"JENIS-JENIS RETAIL"
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Retail
OLEH KELOMPOK 2:
KELAS 3B-D4 MANAJEMEN PEMASARAN
AHMAD IRFAN GHANI NIM (1242620028)
INDRA MAULANA S. NIM (1242620083)
STEVANUS RINGGA A.P. NIM (1242620060)
JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA
PROGRAM STUDI D-IV MANAJEMEN PEMASARAN
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Bisnis retail sudah ada sejak zaman dulu, diawali dari bisnis retail
tradisional. Bentuk retail tradisional yang sudah dari sejak dahulu adalah
pasar tradisional. Pasar tradisional sudah dikenal sejak puluhan abad lalu,
diperkirakan sudah muncul sejak jaman kerajaan Kutai Kartanegara pada abad
ke -5 Masehi. Seiring waktu dan perkembangan zaman, Indonesia mulai
terpengaruh oleh budaya asing sehingga muncul lah retail modern. Saat ini
jenis jenis retail modern di Indonesia sangat banyak meliputi pasar modern,
Pasar Swalayan, Dapartment Store, Boutique, Factory Outlet, Speciality
Store dll. Pertumbuhan retail modern ini berbanding terbalik dengan retail
tradisional. Hal tersebut dikarenakan mudahnya Indonesia menyerap kebiasaan
baru yang berasal dari budaya asing.
Masuknya retail modern memiliki dampak yang luar biasa terhadap
perekonomian Indonesia. Di satu sisi, retail modern dapat menyediakan
lapangan pekerjaan yang luar biasa, tapi di sisi lain dapat membunuh
perekonomian sebagian masyarakat yang berkecimpung dalam retail
tradisional.
Bisnis Retail merupakan keseluruhan aktivitas bisnis yang terkait
dengan penjualan dan pemberian layanan kepada masyarakat sebagai pelaku
konsumen untuk pengunaan yang sifatnya individu sebagai pribadi maupun
keluarga. Keberhasilan dalam pasar Retail yang kompetitif, pelaku Retail
harus dapat menawarkan produk yang tepat, dengan harga, waktu dan tempat
yang tepat pula. Oleh karena itu, pemahaman terhadap pelaku Retail terhadap
karakteristik target pasar atau konsumen yang akan dilayani merupakan hal
yang sangat penting. Dalam operasionalnya pelaku Retail menjalankan
beberapa fungsi antara lain membantu konsumen dalam menyediakan berbagai
produk dan jasa. Menjalankan fungsi memecah maupun menambah nilai produk,
secara keseluruhan pengelola bisnis Retail membutuhkan implementasi fungsi-
fungsi manajemen secara terintegrasi baik fungsi keuangan, pemasaran,
sumberdaya manusia, maupun operasional. Sehinga pelaku Retail dapat
memahami secara penuh tentang lingkup bisnis Retailnya, cara strategi
pengembangannya dan Memanajemen bisnisnya.
Makalah ini mengkaji beberapa hal, antara lain trend dalam industri
retail, karakteristik retail, retail jasa, retail kepemilikan, dan retail
barang-barang umum.
2. Tujuan
1. Untuk mengetahui trend dalam industri retail saat ini.
2. Untuk mengetahui karakteristik retail.
3. Untuk mengetahui retail jasa.
4. Untuk mengetahui retail kepemilikan.
5. Untuk mengetahui retail barang-barang umum.
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Trend Dalam Industri Retail
Industri Retail semakin berubah seiring dengan perubahan teknologi,
perkembangan dunia usaha serta kebutuhan konsumen. Siap atau tidak, Retail
di Indonesia akan menghadapi persaingan yang demikian sengit. Apalagi
dengan semakin maraknya Retail asing di Indonesia yang punya kekuatan merek
dan dana yang "tak terbatas". Oleh karenanya Retail di Indonesia perlu
mewaspadai atau memahami berbagai tren yang akan terjadi pada dunia Retail
di masa depan. Untuk mempertahankan keunggulan kompetitifnya, retailer akan
beroperasi dengan bentuk organisasi yang lebih ramping dan effisien. Pada
masa datang retailer akan beroperasi dengan gross margin yang lebih rendah,
biaya operasional yang lebih kecil, lebih sedikit inventori dengan
perputaran barang yang lebih cepat. Trend konsumen masa depan adalah Pay
Less, Expect More, Get More. Konsumen masa depan adalah konsumen yang
memiliki ekpektasi yang lebih tinggi, meminta lebih banyak, menginginkan
kualitas yang lebih tinggi dan konsisten, lebih banyak pilihan, toko yang
lebih nyaman dan pelayanan yang lebih bernilai, namun dengan membayar lebih
murah, waktu lebih cepat, dengan usaha dan resiko lebih rendah. Dapat
diperkirakan, kompetisi selanjutnya, tidak hanya pada harga, namun
menyangkut variable lain yang berkaitan dengan value atas pengalaman
berbelanja pelanggan.
Evolusi perkembangan format retail di Indonesia dapat di bagi atas
beberapa tahapan:
1. Sebelum 1960-an: Era perkembangan retail tradisional berupa retailer
atau pedagang pedagang independen.
2. Tahun 1960-an: Era perkenalan retail modern dengan format Department
Store (Mass Merchandiser), ditandai dengan dibukanya gerai retail
pertama SARINAH di Jl. MH Thamrin.
3. Tahun 1970-1980-an: Era perkembangan retail modern dengan format
Supermarket dan Department Store, ditandai dengan berkembangnya
retailer modern (Mass Merchandiser dan Grocery) seperti Matahari,
Hero, Golden Truly, Pasar Raya dan Ramayana. Pada masa ini juga
berkembang format Drug Store, yang lebih dikenal dengan nama apotik.
4. Tahun 1990-an: Era perkembangan Convenience Store (C-Store), High
Class Departmet Store, Branded Boutique (High Fashion) dan Cash and
Carry. Perkembangan C-store ditandai dengan maraknya pertumbuhan
Indomaret dan AMPM. Perkembangan High Class department Store dan High
Fashion Outlet, ditandai dengan masuknya SOGO, Metro, Seibu,Yaohan,
Mark & Spencer dan berbagai outlet high fashion lainnya. Pekembangan
format Cash and Carry ditandai dengan berdirinya Makro, diikuti oleh
retailer lokal dengan format serupa misalnya GORO, Indogrosir dan
Alfa.
5. Tahun 2000-2010: Era perkembangan Hypermarket, Factory Outlet,
Category Killer dan perkenalan dengan e-retailing. Era Hypermarket
ditandai dengan berdirinya Continent Hypermarket dan Paserba Carrefour
di tahun 1998. Pada tahun 2002 akan dibuka Hypermarket GIANT, dan
beberapa gerai hypermarket lainnya. Adanya kebutuhan akan barang
bagus/ bermerek dengan harga miring akibat krisis ekonomi yang
berkepanjangan mendorong perkembangan Category Killer dan Factory
Oulet. Di beberapa tahun ke depan, akan bermunculan category killer di
berbagai kategori produk seperti Family Apparel, Consumer Electronic,
Auto Aftermarket, Home/ Bed/ Bath, Home Improvement, Pet Supply,
Craft/ Hobby, Computer, Sporting Goods, melengkapi category killer
yang telah berkembang saat ini seperti Department Store, Book Stores,
Electronic, Office Supply dan Toy Stores. Berbagai factory outlet kini
mulai menjamur di kota Bandung dan Jakarta, misalnya Millenia dan
Metro Factory Outlet. Multipolar Group dengan LIPPOSHOP-nya berjasa
dalam memperkenalkan e-retailing di Indonesia, contoh retailer yang
berbasis internet misalnya sanur, click and drag dan gramedia on-line.
6. Tahun 2010-2020: Era perkembangan Hard Discounter Store dan Catalog
Services. Persaingan harga yang semakin sengit akan mengarahkan
retailer mencari alternatif format retail yang lebih effisien.
Sehingga pada masa ini akan menjamur format Hard Discounter
menggantikan format Hypermarket. Format hardiscounter menawarkan
produk sejenis dengan harga 15-30% lebih murah dibandingkan format
retail lainnya. Pada masa ini private label akan semakin populer.
Selain itu untuk barang-barang tahan lama misalnya pakaian, appliances
dan elektonik, akan berkembang melalui format Catalog Services. Format
ini memungkinkan retailer untuk menjual dengan harga lebih murah
karena tidak mengeluarkan biaya investasi dan operasional toko secara
fisik. Semakin memasyarakatnya kepemilikan PC dan akses internet akan
mendorong pertumbuhan format catalog melalui e-retailing.
7. Setelah tahun 2020: Era perkembangan e-retailing dan Toko
Spesialisasi. Tingkat kepemilikan PC dan akses internet akan semakin
merata di Indonesia, sehingga mendorong ke arah perkembangan e-
retailing yang sesungguhnya. Pemesanan dan pembayaran produk dilakukan
melalui internet, bahkan pada masa tersebut kita dapat menggunakan
handphone-PDA atau handheld terminal yang disediakan retailer untuk
melakukan pembelian produk saat berkunjung ke supermarket. Cukup scan
barang yang akan kita beli dengan Handphone-PDA atau handheld,
selanjutnya kita boleh langsung membayar dengan credit card secara on-
line lewat peralatan tersebut atau dengan cash di cashier.
Kecenderungan berikutnya yang mungkin terjadi adalah toko spesialisasi
akan menjamur, sehingga untuk membeli rokok misalnya, orang lebih
senang pergi ke toko khusus yang menjual berbagai jenis rokok
(Ciggarette Outlet), dengan harga yang tentu saja lebih bersaing.
Industri retail berubah dengan sangat cepat. Beberapa dari
perubahan-perubahan yang paling penting dibahas pada industri retail
adalah:
1. Perbedaan yang mendasar dan terus berkembang dalam format retail
(growing diversity of retail formats).
Sejalan dengan munculnya beragam format retail baru, saat ini konsumen
dapat membeli barang yang sama dari sejumlah retail berbeda. Masing-masing
format retail menargetkan segmen pasar yang berbeda dan menggambarkan tren
atau kecenderungan terhadap keanekaragaman barang dagangan yang semakin
meningkat. Tiap jenis retail menawarkan manfaat yang berbeda, sehingga para
konsumen bisa berlangganan pada retail yang berbeda untuk pembelian dan
kebutuhan yang berbeda.
2. Meningkatnya konsentrasi industri (Increasing industry concentration)
Saat jumlah format retail yang berbeda meningkat, jumlah pesaing dalam
tiap format akan cenderung menurun. Hal ini terjadi akibat banyaknya retail
yang harus keluar dari format tersebut sebagai dampak adanya persaingan.
Sebagai contoh PT Matahari Putra Prima yang memiliki department store,
masuk pula dalam format retail berorientasi pada makanan dengan membuka
hypermarket yang disebut dengan hypermart setelah sebelumnya mencoba masuk
dalam format retail supermarket yaitu market place.
3. Globalisasi (Globalization)
Pada awalnya retail adalah bisnis lokal. Toko dimiliki dan dijalankan
oleh orang-orang yang tinggal dalam suatu komunitas dan memiliki pelanggan
yang berasal dari lingkungan yang terbatas. Saat ini, konsep retail dapat
berjalan secara global, sedangkan yang lainnnya tidak, biasanya tergantung
pada apa yang menghasilkan keunggulan bersaing di negara tersebut.
2. Karakteristik Retail
Karakteristik dasar retail dapat digunakan sebagai dasar dalam
mengelompokkan jenis retail. Karakteristik dasar yaitu:
1. Jenis barang yang dijual (Type of merchandise).
Retail dapat dibedakan berdasarkan jenis produk yang dijualnya.
Sebagai contoh retail yang menjual produk olahraga biasanya toko peralatan
olahraga. Jenis retail ini selanjutnya dapat dibagi lagi menjadi toko
peralatan olahraga untuk anak-anak, wanita, maupun pria. Selain itu juga
dapat dibagi menurut jenis olahraga itu sendiri seperti basket, golf, sepak
bola, pencak silat, karate, taekwondo, dan jujitsu.
2. Perbedaan keanekaragaman barang yang dijual (Variety and Assortment).
Yang dimaksud dengan perbedaan barang yang dijual adalah jumlah
kategori barang yang ditawarkan retail. Sedangkan keanekaragaman barang
yang dijual adalah jumlah barang yang berbeda dalam satu kategori barang.
Tiap barang yang berbeda disebut dengan istilah unit penyimpanan
persediaan. Pada retail jenis ini, produk-produk yang dijual meliputi
beragam jenis dan tidak terbatas pada satu jenis saja.
3. Tingkat layanan konsumen (Customer Service)
Retail juga berbeda dalam hal jasa yang mereka tawarkan kepada
konsumen. Contohnya, toko sepeda menawarkan bantuan dalam memilihkan
sepeda, menyesuaikan spesifikasi sesuai keinganan pembeli, dan memperbaiki
sepeda.
4. Harga barang (Price cost trade off)
Pada peretail dapat dibedakan dari tingkat harga dan biaya produk yang
dikenakannnya. Sebagai contoh, department store dan toko diskon. Toko
diskon memilik perbedaan dalam menetapkan harga produk-produk yang dijual.
Departement store, menetapkan tingkat harga yang lebih tinggi karena
menanggung biaya yang lebih tinggi dalam persediaan beberapa produk
fashionable.
3. Retail Jasa
Menurut Meyer (1988), ada tiga jenis service retailing, yaitu rented-
goods services, owned-goods service dan non-goods services.
1. Rented-Goods Service
Dalam jenis ini, para pelanggan menyewa dan menggunakan produk-produk
tertentu. Contohnya penyewaan mobil, carpet cleaner, kaset video, laser
disc, dan apartemen. Dalam hal ini suatu produk fisik disewakan dengan
tarif tertentu untuk jangka waktu tertentu pula. Konsumen dapat menggunakan
produk tersebut tetapi kepemilikannya tetap berada pada pihak retailer.
2. Owned-Goods Service
Pada owned-goods service, produk-produk yang dimiliki oleh para
konsumen direparasi, ditingkatkan atau dikembangkan unjuk kerjanya, atau
dipelihara/ dirawat. Owned-goods service juga mencakup perubahan bentuk
pada produk yang telah dimiliki pelanggan. Contohnya adalah jasa reparasi
(jam tangan, mobil, sepeda motor, komputer, dan lain-lain), pencucian
mobil, dry cleaning perawatan rumput lapangan golf, perawatan taman, dan
lain-lain.
3. Non-Goods Service
Karakteristik khusus pada jenis ini adalah jasa personal yang bersifat
intangible (tidak berbentuk produk fisik) ditawarkan kepada para konsumen.
Contohnya babysitter, supir, tutor, pemandu wisata, tukang cukur, ahli
kecantikan, dan lain-lain.
4. Retail Kepemilikan
Retail dapat diklasifikasikan pula secara luas menurut bentuk
kepemilikan. Berikut adalah klasfikasi utama dari kepemilikan retail.
1. Pendirian toko tunggal atau mandiri (Independent, single-store
establishments).
Retail tunggal atau mandiri adalah retail yang dimiliki oleh seseorang
atau kemitraan dan tidak dioperasikan sebagai bagian dari lembaga retail
yang lebih besar.
2. Jaringan perusahaan (Corporate retail chains).
Retail yang dimiliki dan dioperasikan sebagai satu kelompok oleh
sebuah organisasi. Berdasarkan bentuk kepemilikan ini, banyak tugas
administrative ditangani oleh kantor psuat untuk keseluruhan rantai. Kantor
pusat biasanya memusatkan pembelian barang-barang dagangan yang akan
didistribusikan untuk dijual pada toko-tokonya.
3. Franchising (waralaba).
Adalah retail yang dimiliki dan dioperasikan oleh individu tetapi
memperoleh lisensi dari organisasi pendukung yang lebih besar. Waralaba
menggabungkan keuntungan-keuntungan dari organisasi jaringan toko. Waralaba
merupakan suatu hubungan yang sifatnya terus-menerus di mana seorang
pemilik waralaba (franchiser) tersebut menciptakan merek dagang produk,
maupun metode operasi. Sedangkan agen waralaba (franchisee) sebalinya
membayar pada pemilik waralaba atas haknya untuk menggunakan nama, produk,
atau metode bisnisnya. Sebuah perjanjian waralaba antara kedua belah pihak
biasanya berlaku 10 hingga 20 puluh yang dapat diperbarui dengan
kesepakatan kedua belah pihak.
5. Retail Barang Umum
Menurut Meyer (1988), ada empat jenis retail barang umum, toko serba ada
(Departemen Store), Speciality Store, Catalog Showroom, dan Food And Drug
Retailer.
1. Toko serba ada (Departemen Store)
Departemen perdagangan amerika serikat mendefinisikan departemen store
sebagai suatu perusahaan eceran yang mempekerjakan paling sedikit 25 orang
dan memiliki penjualan pakaian dan peralatan rumah tangga sejumlah 20
persen atau lebih dari penjualan totalnya.
2. Speciality Store
Ciri khas speciality store adalah konsentrasinya pada jenis barang
dagangan yang terbatas/sedikit. contohnya computer land (computer-komputer
kecil), mainan anak-anak, mesin jahit, pakaian wanita, pakaian remaja,
sepatu olahraga. Specialty store biasanya berlokasi di pusat perbelanjaan
yang besar.
3. Catalog Showroom
Catalong showroom menawarkan harga rendah, merek nasional, dan daerah
perbelanjaan yang kecil dengan yang berdekatan dengan tempat pajangan
ecerannya biasanya pembeli menelaah katalog-katalog yang terdistribusi luas
sebelum mengunjungi toko tersebut, katalong showroom dapat mengurangi
resiko kecurian atau kehilangan.
4. Food And Drug Retailer
Ada tiga jenis utama food and drug retailer, yaitu pasar swalayan,
superdrug store, convenience store, dan combination store. Pasar swalayan
dan superdrug store adalah toko-toko besar yang menjual makanan atau obat-
obatan dalam jumlah besar dengan harga yang rendah. Convenience store
adalah toko swalayan mini yang menjual barang kebutuhan sehari-hari dan
berlokasi disekitar tempat pemukiman penduduk, serta biasanya buka 24 jam.
Food Retailers
Berikut ini format masing-masing retail makanan pada khususnya, yaitu :
a. Supermarket tradisional (Conventional Supermarkets)
Supermarket tradisional melayani penjualan makanan, daging, serta
produk makanan lainnya, serta melakukan pembatasan penjualan terhadapa
produk-produk nonmakanan sepert produk kesehatan, kecantikan, dan produk-
prdouk umum lainnya. Sedangkan supermarket konvensional yang lebih luas
yang juga menyediakan layanan antar, menjual roti dan kue-kue, bahan
makanan mentah, serta produk nonmakanan disebut sebagai superstore.
b. Big-box food retailer
Lebih dari 25 tahun berikutnya, supermarket mulai berkembang dengan
semakin memperluas ukuran dan mulai menjual berbagai produk luar negeri
yang bervariasi. Pada format big-box retailer, terdapat beberapa jenis
supermarket, yaitu supercenter, hypermarket, dan warehouse club.
c. Convenience stores
Convenience store memilik variasi dan jenis produk yang terbatas. Luas
lantai retail jenis ini berukuran kurang dari 350 meter persegi dan
biasanya didefinisikan sebagai pasar swalayan mini yang menjual hanya lini
terbatas dari berbagai produk kebutuhan sehari-hari yang perputarannya
relative tinggi. Convenience store ditujukan kepada konsumen yang
membutuhkan pembelian dengan cepat tanpa harus mengeluarkan upaya yang
besar dalam mencari produk yang diinginkannya.
Nonstore Retail Formats
Jenis-jenis penjualan retail yang tidak melalui toko antara lain :
a. Electronic Retailing (retail elektronik)
Adalah format bisnis retail atau retail yang menggunakan komunikasi
dengan pelanggan mengenai produk, layanan, dan penjualan melalui internet.
Dalam retail elektronik terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan
aktivitas jual beli yaitu:
1. Menggambarkan jasa dan produk yang ditawarkan penjual melalui situs
internet.
2. Memungkinkan pembeli mencari informasi, mengidentifikasi apa yang
mereka butuhkan, serta memesan dengan menggunakan kartu kredit, lalu
produk tersebut kemudian diantar secara fisik ke alamat pelanggan.
b. Catalog and Direct-mail Retailing (catalog dan pemasaran surat
langsung)
Pemasaran melalui catalog terjadi ketika perusahaan mengirimkan satu
atau bahkan lebih catalog produk kepada penerima yang terpilih. Perusahaan
mengirimkan catalog yang menginformasikan barang dagangan secara lengkap
(yaitu keseluruhan lini barang dagangan), atau dengan memilih barang
dagangan yang akan diinformasikan secara terbatas dalam bentuk catalog
konsumen khusus, dan catalog bisnis. Sedangkan pemasaran surat langsung
(direct mail) terdiri atas pengiriman tawaran, pemberitahuan, pengingat,
atau barang-barang lain kepada seseorang di alamat tertentu. Dengan
menggunakan daftar alamat yang sangat terpilih, pemasaran surat langsung
mengirimkan jutaan paket pos setiap tahun dalam bentuk surat, selebaran,
brosur, dan lain-lain.
c. Direct Selling (penjualan langsung)
Adalah system pemasaran interaktif yang menggunakan satu atau lebih
media iklan untuk menghasilkan tanggapan dan atau transaksi yang dapat
diukur pada suatu lokasi penjualan tertentu. Bentuk pemasaran ini memainkan
peranan yang lebih luas, yaitu membangun hubungan jangka panjang dengan
pelanggan.
d. Television home shopping
Merupakan format retail melaui televisi. Pelanggan akan melihat
program TV yang menayangkan demonstrasi produk dagangan dan kemudian
menyampaikan pesanan melalui telepon.
DAFTAR PUSTAKA
Utami, Christina Whidya. 2006. Manajemen Retail. Jakarta : Salemba Empat
http://mengerjakantugas.blogspot.com/2009/04/retailing.html