Teori ini memandang sistem pasar dunia sebagai suatu mekanisme untuk mengeksploitasi ekonomi atau setidaknya untuk mengembangkan negara dengan jalan memajukan ekonomi kapitalis. Lebih lanjut, apa yang disebut dengan dunia modern disini dipahami sebagai suatu sistem dimana semua bagian yang terdapat di dalamnya saling berkorelasi satu sama lain, dan sistem bekerja berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi (economic laws) yang disepakati bersama. Kekuatan dominan menciptakan suatu perekonomian dunia yang terbuka berdasarkan pada perdagangan bebas yang bermanfaat bagi semua negara yang berpartisipasi dan bukan hanya negara hegemoni. Globalisasi dan Liberalisasi Ekonomi Dunia Sejak 1970-an berbagi upaya dilakukan untuk mendorong terwujudnya liberalisasi dan globalisasi ekonomi dunia. Melalui badan-badan internasional yang kini semakin berkuasa seperti WTO, Bank Dunia, dan IMF mereka mendesakkan agenda reformasi ekonomi di segala bidang. Tujuan mereka mereka jelas, yaitu membuka pasar nasional seluas-luasnya melalui pengurangan hambatan tariff dan kuota, sehingga barang, jasa, dan modal dapat mengalir tanpa hambatan. Tindakan ini dilakukan karena dalam pandangan mereka perdagangan bebas akan menggerakan persaingan yang dapat mendorong pemanfaatan sumber-sumber, tenaga kerja, dan modal secara efisien. Persaingan Antar Pasar dan Negara Sampai saat ini, persaingan antara Negara dan pasar masih kental mewarnai ekonomi politik global. Pada prinsipnya, persaingan tersebut dapat dipahami sebagai akibat perbedaan nilai-nilai, prinsip, dan fungsi antar Negara dan pasar. Fungsi utama pasar adalah mengatur harga dalam mengakomodasi fluktuasi penawaran dan permintaan, sedangkan upaya untuk memenuhi kebutuhan keamanan, perlindungan dan keadilan melalui otoritas yang lebih tinggi adalah logis jika diharapkan muncul dari Negara. Pertarungan antara Negara dan pasar semakin mendalam dalam konteks hubungan ekonomi politik global sebenarnya adalah perdebatan ideologis. Francis Fukuyama menyatakan
9
bahwa dunia saat ini telah sampai pada titik akhir pencarian ideologi dengan kaum liberal sebagai pemenangnya9. Gagasan dasar kaum liberal adalah kebebasan berdasarkan hukum. Individu dianggap sebagai actor yang penuh
damai
dan
kooperatif
sedangkan
Negara besifat buruk
(antinegara).Dalam hubungan antar Negara semua pemain dianggap dapat menerima keuntungan ( positive sum-game). Hal ini sangat berbeda dengan pemikiran kaum merkantilis yang menganggap bahwa permainan yang terjadi dalam kerjasama adalah zero sum game dimana satu pemain diuntungkan dan pemain lain dirugikan. Ketegangan antara Negara dan pasar dianggap sebagai konflik antar penindasan dan kebebasan, kekuasaan dan hak individu, dogma otokratik dan logika rasional.10 Adam Smith memulai pembahasan tentang pemikiran ini dalam buku The Wealth of Nations (1776). Menurut Smith, pasar adalah tangan tak tampak (impossible hand) yang memanfaatkan capital atau modal, sedangkan Negara, dalam pandangannya adalah berbahaya dan tidak bisa dipercaya. Untuk itu, alternative paling baik bagi kekuasaan Negara yang besar adalah kebebasan pasar. Dengan semboyan, “ Laissez- Faire, Laissez-Passer”, Smith percaya bahwa dalam mekanisme pasar ketika setiap individu mengejar keuntungan pribadi akan berakibat pada masyarakat yang mendapat keuntungan pula. Awalnya, memang, setiap individu mengejar kepentingan pribadi, tetapi individu-individu tersebut tentu memilih kebaikan bagi kemakmurannya, sementara kegiatan untuk kemakmuran itulah yang berguna bagi masyarakat. Otoritas pemerintah dilihat sebagai membebani diri sendiri dengan perhatian yang tidak perlu. Bukan hanya itu, pemerintah juga mengambil alih wewenang yang bukan miliknya. David Ricardo juga memiliki pemikiran yang sama dengan Smith. Ia merupakan tokoh penganjur free trade. Efisiensi dianggap sebagai kebebasan Negara dalam pasar sehingga terjadi ikatan ekonomi yang saling menguntungkan. Contohnya bisa kita ambil dari Amerika yang menganut paham demokrasi sejak awal. Hal ini dibuktikan dari budaya politik Amerika yang menjunjung tinggi dimensi egaliter dan mayoritasm. Doktrin ini menyatakan bahwa kekuatan politik yang sah berasal dari persetujuan9
Francis Fukuyama, 2001. Kemenangan Kapitalisme dan Demokrasi Liberal , Yogyakarta: Penerbit Qalam 10
Budi Winarno, 2010. Melawan Gurita Neoliberalisme, Jakarta: Penerbit Erlangga. Hlm 10
10
persetujuan individu yang secara alamiah tidak hanya bebas namun juga setara. Dari sini kita mendapat gambaran bahwa system politik Amerika didasari prinsip liberal. Pada teorinya pendekatan liberal dalam memahami ekonomi politik internasional Amerik aakan membawa kita pada pemahaman bahwa hubungan ekonomi dan politik akan bersifat otonom. Dimana eknomi bersifat bebas terbuka bagi individu-individu yang mau menukarkan barang atau jasa. Keuntungan pasa yang dijanjikan memang terbukti dengan ‘positive sum game’ nya. Namun terkadang ada pasar yang tidak berjalan sesuai harapan dan hal ini dinilai adalah sebuah kegagalan pasar dan harus dibantudengan peraturan politik Negara tersebut. Inilah kemudian dilakukan oleh Amerika Serikat.
11
Kesimpulan
Liberalisme adalah teori dasar dalam Hubungan Internasional. Liberalisme ini adalah paham yang sangat berkembang saat ini karena sekarang hampir disetiap negara menggunakan paham ini. Liberalisme ini merupakan kebalikan dari teori sebelumnya realisme, karena liberalisme ini memandang manusia dari segi positif bukan seperti realisme yang memandang manusia secara pesimis terhadap interaksi internasional. Dalam liberalisme memiliki konsep utama, yaitu keamanan bersama dan menyatakan bahwa perang sama sekali tidak menguntungkan bagi manusia. Atas dasar inilah para liberalis mencari cara untuk mengatur negara-negara di dunia agar tetap menjaga perdamaian. Liberalisme ini sendiri merupakan paham yang dibanggakan oleh para individualis yang mempunyai wewenang akan kepemilikan hartanya sendiri. Karena pada paham ini individu memiliki kebebasan yang cukup besar, namun bukan berarti pemerintah tidak dapat ikut campur dalam urusan ini apabila kegiatan yang dilakukan oleh para kaum liberal mengikutsertakan dengan urusan negara. Namun, pada awalnya hal ini dirasa sulit, karena adanya sistem diktator di setiap negara. Seperti yang kita ketahui, berarti tidak adanya kekuatan supranasional di atas kekuatan negara. Hingga pada akhirnya sistem diktator ini bisa diatasi dengan kerjasama antarnegara dalam berbagai sektor. Oleh karena itu, dibentuklah suatu organisasi yang diharapkan mampu menjaga perdamaian di dunia, yaitu Liga Bangsa-Bangsa atau League of Nations agar negara tidak perlu berperang dengan negara lain untuk kepentingannya sendiri. Dalam liberalisme politik ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan paham demokrasi dan nasionalisme nantinya. Karena pada liberalisme politik ini setiap
individu 12
memiliki hak yang sama untuk dapat memberikan aspirasinya untuk kepentingan masyarakat, sehingga dibentuklah parlemen sebagai lembaga pemerintah rakyat. Dalam liberalisme ekonomi, pasar merupakan hal terpenting dalam pemenuhan segala kebutuhan manusia, karena disana manusia dapat bebas berinteraksi atas inisiatif mereka sendiri dan menentukan harga pasar itu sendiri. Mekanisme pasar akan membuat roda pemenuhan kebutuhan manusia akan terus berputar karena harga menunjukkan nilai kebutuhan sebuah barang.Dari Liberalisme ekonomi inilah yang akan menuju sistem kapitalisme. SUMBER :
Fukuyama Francis, 2001. Kemenangan Kapitalisme dan Demokrasi Liberal , Yogyakarta: Penerbit Qalam Pitutur, Melacak Meracik Wacana Indonesia Sukarna. 1981. Ideologi : Suatu Studi Ilmu Politik . Bandung: Penerbit Alumni Syam Fidaus. 2007. Pemikiran Politik Barat (Sejarah, Filsafat, Ideologi dan Pengaruhnya Terhadap Dunia ke 3). Jakarta: PT. Bumi Aksara Gilpin Robert.1978. The Political Economy of Internasional Relations. Princeton University Press Rodee Carlon Clymer dkk. 2009. Pengantar Ilmu Politik . Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Winarno Budi. 2010. Melawan Gurita Neoliberalisme, Jakarta: Penerbit Erlangga
13