Kata pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Kelainan kromosom buta warna ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada dosen yang yang telah mengampu dan memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai apa itu buta warna, penyebab buta warna serta penatalaksanaan yang dapat di berikan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah yang sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan kedepannya.
DAFTAR ISI
BAB I 4
(Pendahuluan) 4
A. Latar belakang 4
B. Tujuan 4
BAB II 5
(Pembahasan) 5
A. Definisi 5
B. Sejarah ditemukannya buta warna 5
C. Prevalensi Buta warna 5
D. Penyebab terjadinya buta warna 5
E. Klasifikasi buta warna 6
F. Proses terjadinya buta warna 7
G. Tanda dan Gejala 8
H. Komplikasi Buta warna 8
I. Pemerikasaan Diagnostik 9
J. Penatalaksanaan atau penanganan 10
K. Implikasi dalam keperawatan 10
BAB III 11
(Penutup) 11
A. Ringkasan penyakit 11
B. Kesimpulan 11
C. Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 12
BAB I
(Pendahuluan)
Latar belakang
Buta warna adalah ketidak mampuan seseorang untuk mebedakan warna tertentu. Orang tersebut biasanya tidak buta semua warna melainkan warna-warna tertentu saja. Meskipun demikian ada juga orang yang sama sekali tidak bisa melihat warna. Jadi hanya tanpak hitam, putih dan abu-abu.
Buta warna merupakan kelainan genetik / bawaan yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya, kelainan ini sering juga disebaut sex linked, karena kelainan ini dibawa oleh kromosom X. Artinya kromosom Y tidak membawa faktor buta warna. Hal inilah yang membedakan antara penderita buta warna pada laki dan wanita. Seorang wanita terdapat istilah 'pembawa sifat' hal ini menujukkan ada satu kromosom X yang membawa sifat buta warna. Wanita dengan pembawa sifat, secara fisik tidak mengalami kelainan buta warna sebagaimana wanita normal pada umumnya. Tetapi wanita dengan pembawa sifat berpotensi menurunkan faktor buta warna kepada anaknya kelak. Apabila pada kedua kromosom X mengandung faktor buta warna maka seorang wanita tersebut menderita buta warna.
Buta warna lebih sering terjadi pada seseorang berjenis kelamin lelaki dibandingkan perempuan. Sebanyak 99% seorang buta warna tidak mampu membedakan antara warna hijau dan merah. Juga ditemukan kasus penderita yang tak bisa mengenali perbedaan antara warna merah dan hijau. Cacat mata ini merupakan kelainan genetik yang diturunkan oleh ayah atau ibu. Belum dapat dipastikan berkaitan jumlah penderita, akan tetapi sebuah penelitian menyebutkan sebesar 8 -12% lelaki Eropa adalah pengidap buta warna. Sementara persentase perempuan Eropa yang buta warna adalah 0,5 -1%. Tingkat buta warna di benua lain tentu bervariasi. Di Australia yang terjadi pada 8% laki-laki dan 0,4% wanita. Komunitas yang terisolasi dengan populasi gen yang terbatas, biasanya memiliki prevalensi yang cukup tinggi.
Tujuan
Tujuan Umum : Memberikan informasi mengenai buta warna
Tujuan Khusus : Mengetahui kelainan kromosom penyebab buta warna
BAB II
(Pembahasan)
Definisi
Buta warna dikenal berdasarkan istilah Yunani protos (pertama) deutros (kedua) dan tritos (ketiga) yang pada warna 1. Merah, 2. Hijau, 3. Biru. Buta warna adalah ketidakmampuan mata untuk membedakan sebagian atau seluruh warna.
Sejarah ditemukannya buta warna
Prevalensi Buta warna
Buta warna pada umumnya dianggap lebih banyak terdapat pada pria daripada wanita dengan perbandingan 20 : 1.
Hampir 5% laki-laki di negara barat menderita buta warna yang diturunkan, lebih sering terdapat pada laki-laki dibanding perempuan. Mungkinpula disebabkan karena tidak terlatih untuk melihat warna.
Di amerika serikat kira-kira 8% dari penduduk laki-laki yang menderita buta warna, sedangkan wanita yang menderita buta warna hanya 0,5% di RRC sekitar 6% dari penduduk laki-laki buta warna , sedangkan di indonesia kira-kira 3,5% dari penduduk laki-laki yang buta warna dan data untuk penderita penderita buta warna pada perempuan belum ada.
Penyebab terjadinya buta warna
Buta warna biasanya adalah suatu gangguan genetik terkait kromosom sex (X)
Menurut Guyton, Buta warna merupakan kelainan terkait sex dan disebabkan oleh tidak adanya gen warna dalam kromosom X. Tidak adanya gen ini,terkait resesif, sehingga gejala buta warna tidak akan tampak selama kromosom X yang lainya dapat membawa gen yang diperlukan untuk perkembangan sel kerucut penerima warna yang sesuai.
Oleh karena pria hanya memiliki satu kromosom X saja, maka dalam satu kromosom ini harus ada ketiga gen warna tersebut bila ia tidak menderita buta warna.
Disamping itu, ada juga penyebab lain yaitu kecelakaan dan keracunan
Klasifikasi buta warna
Menurut Ilyas, klasifikasi buta warna dibagi menjadi :
Monokromat atau akromatopsia (Total)
Hanya terdapat satu jenis kerucut yang sering mengeluh fotofobia tajam penglihatan yang kurang
Dikromat
Mempunyai dua pigmen kerucut dan mengakibatkan sukar mebedakan warna-warna tertentu.
Protanopia
Keadaan yang paling sering ditemukan dengan cacat pada warna merah hijau.
Deutranopia
Kekurangan pigmen hijau.
Tritanopia
Dimana terdapat kesukaran membedakan dengan warna merah dari kuning.
Trikromat
Keadaan pasien yang mempunyai 3 pigmen kerucut yang mengatur fungsi penglihatan. Pasien buta warna dapat melihat berbagai warna, akan tetapi dengan interprestasi yang berbeda daripada normal, yang paling sering ditemukan adalah :
Trikromat anomaly
Pasien mempunyai ketiga pigmen kerucut akan tetapi, satu tidak normal, pada anomali ini perbandingan merah hijau yang dipilih pada anomaloskop berbeda dengan orang normal.
Deutronomaly
Cacat pada hijau sehingga diperlukan lebih banyak hijau, karena terjadi gangguan lebih banyak pada warna hijau
Protanomaly
Diperlukan lebih banyak merah untuk menggabung menjadi kuning baku pada anomaloskop yang pada pasien terdapa buta berat terhadap warna hijau merah dimana merah lebih banyak terganggu.
Proses terjadinya buta warna
Bentuk warisan paling umum kebutaan warna (merah-hijau) disebabkan oleh gen terkait-X resesif umum.
Ibu memiliki pasangan kromosom XX membawa materi genetik, dan ayah memiliki pasangan kromosom XY. Seorang ibu dan ayah masing-masing menyumbangkan kromosom yang menentukan jenis kelamin bayi mereka. Ketika kromosom X pasangan dengan X yang lain, adalah perempuan. Dan ketika pasangan X dengan Y, adalah laki-laki.
Jika anak memiliki bentuk umum dari buta warna disebabkan oleh gen resesif terkait-X, ibu anak akan menjadi pembawa gen atau kekurangan warna sendiri.
Seorang anak perempuan yang mewarisi gen warna-kekurangan dari ayahnya akan hanya pembawa kecuali ibunya juga memiliki gen warna-kekurangan. Jika anak perempuan mewarisi sifat terkait-X dari kedua ayah dan ibunya, maka ia akan buta warna serta pembawa.
Contoh :
Tersebut di atas, ada seorang lai-laki buta warna yang menikah dengan seorang wanita normal. Kemudian pasangan ini di karuniai 6 orang anak, di antaranya 3 orang wanita dan 3 orang laiki-laki. Pada gambar terlihat jelas bahwa anak laki-laki dari pasangan tersebut normal. Akan tetapi anak wanita-nya tergolong sebagai CARRIER FEMALE atau wanita yang membawa sifat buta warna.
Pada saat wanita pembawa sifat buta warna atau CARRIER FEMALE ini menikah dengan seorang laki – laki normal, dan pada gambar di atas pasangan tersebut dikaruniai 4 orang anak. 2 orang laki – laki dan 2 orang wanita. peluangnya bisa terjadi:
1 orang laki-laki buta warna
1 orang laki-laki normal
1 orang wanita carrier female/pembawa sifat buta warna
1 orang wanita normal
Tanda dan Gejala
Seseorang yang mengalami buta warna mengalami gejala sebagai berikut :
tidak dapat membedakan warna.
Beberapa orang dengan buta warna hanya bisa melihat abu-abu.
biasanya memiliki jarak pandang yang pendek, sensitif pada cahaya, dan gerakan mata cepat.
Komplikasi Buta warna
Komplikasi buta warna antara lain :
Dampak pada Keseharian penyandang buta warna :
Penyandang buta warna mengalami kesulitan untuk membedakan warna pakaian, warna lampu lalu lintas, dan simbol-simbol tertentu.
Dampak pada Bidang pendidikan
Buta warna mempengaruhi penderitanya dalam memilih program study untuk melanjutkan pendidikannya, bahkan dalam memilih karir selanjutnya, karena beberapa program study dan pekerjaan mensyaratkan mahasiswa atau karyawan tidak buta warna.
Dampak pada Psikologi
Deskriminasi terhadap orang-orang penyandang buta warna masih sering terjadi, ketidakmampuan dalam membedakan warna sering kali menjadi bahan ejekan, yang dapat penyandang buta warna merasa dikucilkan dan tidak percaya diri.
Pemerikasaan Diagnostik
Pemerikasaan diagnostik buta warna pada umumnya disebut Uji Ishihara
Uji Ishiara merupakan uji untuk mengetahui adanya efek pengelihatan warna, didasarka pada menentukan angka atau pola yang ada pada kartu dengan berbagai ragam warna (Ilyas, 2008)
Tes Ishihara adalah tes buta warna yang dikembangkan oleh Dr, Shidou Ishihara. Tes ini pertama dipublikasi pada tahun 1917 di jepang. Sejak saat itu, tes ini terus digunakan di seluruh dunia sampai sekarang. Tes Ishihara terdiri dari lembaran yang didalamnya terdapa titik-titik dengan berbagai warna dan ukuran. Titik berwarna tersebut disusun sehingga membentuk lingkaran. Karena titik itu dibuat sedemikian rupa sehingga orang buta warna tidak akan melihat perbedaan warna seperti yang dilihat orang normal.
Pada orang normal di dalam lingkaran akan tampak angka atau garis tertentu. Tetapi pada orang buta warna yang tampak pada lingkaran akan berbeda seperti yang dilihat oleh orang normal. Tes ishihara biasanya dilengkapi oleh kunci jawaban untuk setiap lembarnya. hasil tes seseorang akan dibandingkan dengan kunci jawaban tersebut. dari sini dapat ditentukan apakah seseorang normal atau buta warna.
Contoh Tes Ishihara :
Penatalaksanaan atau penanganan
Sampai sekarang belum ditemukan pengobatan untuk pengidap buta warna, hal ini karena buta warna bukanlah sebuah penyakit melainkan kecacatan yang bersifat genetik.
Implikasi dalam keperawatan
BAB III
(Penutup)
Ringkasan penyakit
Buta warna adalah suatu gangguan genetik terkait kromosom sex yang disebabkan oleh defisiensi salah satu dari ketiga foto pigmen. Yang terdiri dari sinar-sinar merah, hijau dan biru. Buta warna umumnya lebih banyak terdapat pada pria daripada wanita.
Klasifikasi buta warna terdiri atas :
Tipe Trikromat
Tipe Dikromat
Tipe Monokromat
Pemerikasaan Buta warna dilakukan dengan Tes Ishihara.
Kesimpulan
Buta warna adalah penglihatan warna-warna yang tidak sempurna. Pasien tidak atau kurang dapat membedakan warna yang didapat dari faktor keturunan ataupun didapatkan akibat penyakit tertentu.
Ciri-ciri seorang buta warna adalah retina tidak mampu merespon warna dengan semestinya. Sel-sel kerucut di dalam retina mata mengalami pelemahan atau kerusakan permanen.
Buta warna merupakan kecacatan yang disebabkan oleh gen resesif c (color blind) yang terdapat pada kromsom X
Jumlah penderita buta warna di dunia, kira-kira 5-8% pria dan 0,5% wanita dilahirkan buta warna.
Buta warna dibedakan menjadi tiga yaitu Monokromat, dikromat dan trikomat
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, S. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2008. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Hal 83-88. Jakarta: Balai penerbit FKUI.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23511/4/Chapter%20II.pdf. Diakses tanggal 13 November 2013.
Taufan Nugroho. Januari 2013. Buku buta warna dan strabismus