LAPORAN PRAKTIKUM HISTOLOGI “SISTEM ENDOKRIN" BLOK METABOLISME DAN IMUNOLOGI
Disusun Oleh: Khrisna Anugerah Putera Kusnandar (016.06.0041)
Dosen pembimbing: Rusmiatik, S.Si. M.Biomed (AAM) dr. Sukandriani Utami
LABORATORIUM TERPADU I FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM ISLA M AL-AZHAR MATARAM MATARAM 2017 / 2018
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam kelangsungan hidupnya manusia sangat perlu adanya suatu proses yang akan mengatur tubuhnya agar selalu dalam keadaan homeostasis. Tidak terkecuali sistem yang mengatur tentang bagaimana pencernaan yang ada dalam tubuh manusia. Sistem pencernaan sangat penting karena melibatkan tentang jalur/ traktus dari sistem pencernaan itu sendiri. Disamping itu terdapat 2 faktor yang mempeengaruhinya, diantaranya faktor internal dan eksternal. Faktor internal beruapa bagaimana sistem organ yang berperan, hormon, enzim, dan lain sebagainya yang berkorelasi untuk menjaga internal tubuh manusia itu sendiri. Faktor eksternal bisa berwujud seperti makanan, indra tubuh dan lain sebagainya yang akan memberikan masalah serius apabila tidak dikontrol dengan baik. Sistem perncernaan manusia terdiri dari suatu saluran berongga yang panjang, atau traktus yang berawal dari rongga mulut dan berakhir di anus. Sistem terdiri atas rongga Mulut (Cavitas Oris), Esofagus (Oesophagus), Lambung (Gaster ), Usus Halus ( Intestinum Tenue), Usus Besar ( Intestinum Crassum), Rektum ( Rectum), dan Kanalis Analis (Canalis Analis). Di disamping itu, saluran pencernaan berhubungan dengan organ-organ pencernaan tambahan yaitu Kelenjar Liur (Glandulae Salivarine), Hati ( Hepar ), dan Pankreas ( Pancreas), Empedu (Vesica Fellea). Organ tambahan terletak di luar saluran pencernaan. Produk sekretoriknya dicurahkan ke dalam saluran pencernaan melalui duktus ekskretorius yang menembus dinding saluran pencernaan. Dalam laporan ini akan dibahas lebih lanjut tentang struktur histologisnya.
1.2. Tujuan
1. Untuk memahami struktur histologis dari sistem Gastrointestinal. 2. Untuk memahami struktur histologis dari organ pencernaan tambahan berupa Hepar dan Vesica Fellea. 3. Untuk memahami struktur histologis dari organ pencernaan tambahan berupa pancreas. 4. Untuk memahami korelasi fungsi dari setiap organ – organ yang ada.
1.3. Manfaat
1. Dapat memahami kajian histologi sistem Gastrointestinal. 2. Dapat memahami kajian histologi organ pencernaan tambahan berupa Hepar, Vesica Fellea, dan Pankreas. 3. Dapat memahami korelasi fungsi yang ada dari setiap organ yang diamati.
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. GLANDULA SUPRARENALIS. 2.2. GLANDULA THYROIDEA. 2.3. GLANDULA HIPOFISIS. 2.4. GLANDULA EPHIFISIS CEREBRI (COPRUS PINEAL). 2.5. INSULA PANCREATIKA.
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat 3.1.1. Waktu
Hari/ Tanggal
: Rabu/ 20 September 2017.
Waktu
: 13.00 WITA – 14.40 WITA.
3.1.2. Tempat
Laboratorium Terpadu 1 Universitas Islam Al-Azhar, Mataram.
3.2. Alat dan Bahan 3.2.1. Alat
Mikroskop Cahaya.
3.2.2. Bahan
Oil Imersi.
Sediaan Preparat. Kode Nomer
Organ
65
Glandula Suprarenalis
66
Glandua Thyroidea
67
Glandula Hipophisis
68
Glandula Epiphisis Cerebri (Corpus Pinealis)
69
Insula Pancreatica
3.3. Cara Kerja
1. Disiapkan mikroskop cahaya. 2. Disiapkan masing-masing preparat yang akan diamati dibawah mikroskop. 3. Diamati bentuk, struktur, dan jenis dari jaringan penyusun dari organ Sistem Endokrin mulai dari preparat dengan kode nomer 65 sampai dengan kode nomer 69. 4. Digambar hasil pengamatan.
5. Dilengkapi gambar dengan keterangan yang jelas. 6. Dibuat pembahasan hasil pengamatan serta disimpulkan.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil
1.
ILIUM
100 X
9.b.
5
9.a.
1
2 3 4
10 8 7 6 5
nTempat
Keterangan 1.
-
Organ
Epitel
5.
Kolumner
(Usus Halus/ 2.
Tenue) 3.
Sentrum Nodulus
Selapis Dengan Sel
Pencernaan
Intestinum
Epitel Pemukaan
Germinativum Limfatik
(Bercak
Peyer)
Goblet dan Brush
6.
Submukosa
Border
7.
Serosa (Peritonium Viseral)
Vilus Dengan Lamina
8.
Muskulus Mukosa
Propria
9.
Muskulus Eksterna
Lakteal
a. Sirkuler (Dalam)
4.
Kelenjar Usus
b. Longitudinal (Luar) 10.
2.
Lumen
APENDIX VERMIVORMIS 7.a.
100 X
7.b.
4
6
11 8
4
5
3
9
2
1 10
Tempat
Keterangan
1. Epitel Pelapis Dengan 7. Muskularis Eskterna Organ Pencernaan (Bagian
Usus
Besar/ Intestinum Crasum)
3.
Sel Goblet 2. Muskularis Mukosa
a. Sirkuler (Dalam) b. Longitudinal (Luar)
3. Lamina Prorpia
8. Submukosa
4. Sentrum Germinativum
9. Serosa
(Nodulus Limfatik)
-
Ada Pembuluh Darah
5. Kelenjar Usus
10. Sel Adipose
6. Jaringan Limfe Difus
11. Lumen
PANKREAS (PARS EKSOKRIN)
100 X
8
7 6
5
4
3
1
2
Tempat
Keterangan 1. Jaringan Ikat Interlobularis
4. Duktus Interkalaris
2. Pembuluh Darah
5. Asinus Serosa Dan
3. Sel
Pulau
Organ
(Pankreas)
Pencernaan
-
Aksesori
Adanya
Langerhans
Sel Zimogenik 6. Duktus Interlobularis
Kapiler
Di
Dalamnya
7. Sel Sentroasinus 8. Badan Pacini
4.2. Pembahasan 4.2.1. Ilium
Dalam hasil praktikum dapat diketahui bahwa lapisan mukosa mengelilingi dari Lumen (10) Ilium. Gambaran khas ileum adalah agregat Nodulus Limfatik (5) yang dinamai Bercak Peyer. Setiap bercak Peyer adalah kumpulan banyak nodus Limfatik yang terletak di dinding ileum pada posisi yang beralawanan dari tempat melekatnya mesentrium. Sebagian besar nodulus limfatik mempunyai Sentrum Germinativum. Nodulus-Nodulus limfatik bisanya menyatu dan
batasan diantaranya menjadi tidak terlihat. Nodulus-nodulus limfatik berasal dari Lamina Propria (2). Tidak ada vilus di bagian lumen usus halus tempat nodulus mencapai permukaan mukosa. Biasanya nodulus limfatik meluas kedalam submukosa, mengganggu Muskularis Mukosa (8) dan menyebar di Jaringan Ikat Longgar Submukosa (6).
Juga terlihat epitel permukaan yaitu Epitel Kolumner Selapis Dengan Sel Goblet dan Brush Border (1) yang menutupi Vilus (2),
Kelenjar Usus (4), Lacteal di vilus (3), Lapisan Otot Polos Sirkuler Dalam (9.a) dan Lapisan Otot Polos Longitudoinal Luar (9.b yang
termasuk kedalam Muskularis Eksterna (9), dan Serosa (7).
4.2.2. Apendix Vermivormis
Dalam hasil praktikum dapat diketahui bahwa lapisan mukosa mengelilingi dari Lumen (11) Apendix Vermivormis. Pada perbandingan antara mukosa apendiks dan mukosa kolon, Epitel Pelapis (1) mengandung banyak Sel Goblet, Lamina Prorpia (3) di bawahnya mempunyai Kelenjar Usus (5) yang disebut Kriptus Lieberkuhn , dan terdapat Muskularis Mukosa (2). Kelenjar usus di apendiks relative kurang
berkembang, lebih pendek, dan sering terpisah lebih jauh antar satu sama lain dibandingkan dengan yang di kolon. Jaringan Limfe Difus di laminan propria banyak dijumpai dan sering ditemukan di Submukosa (6). Nodulus Limfatik (4) dengan Sentrum Germinativum banyak
ditemukan dan sangat khas untuk apendiks. Nodulus-nodulus ini berada di lamina prorpia dan mungkin meluas dari epitel permukaanke submukosa. Submukosa memiliki banyak pembuluh darah (9). Muskularis Ekterna yang terdiri dari Otot Polos Sirkuler Dalam (7.a), dan Otot Polos Longitudinal Luar (7.b). Lapisan terluar apendiks adalah Serosa (9) yang
dibawahnya mengadnung Sel Adiposa (10).
4.2.3. Pankreas (Pars Eksokrin)
Komponen eksokrin membentuk sebagian besar pancreas dan terdiri dari Asinus-Asinus Serosa Sekretorik yang terkemas rapat dan Zel Zimogenik (5) yang tersususun dalam lobulus-lobulus kecil.
Lobulus dikelilingi septum Jaringan Ikat Intralobularis tipis dan interlobularis (1) yang mengandung banyak Pembuluh Darah (2), Duktus Interlobularis (6), saraf, dan kadang reseptor sensorik yang
dinamai Badan Pacini (8). Di dalam massa Asinus Serosa (5) terdapat sel-sel Pulau Pankreas (Langerhans) (3). Pulau Langerhans adalah bagian endokrin dalam organ ini dan merupakan ciri yang khas pada pancreas. Setiap asinus pancreas terdiri dari sel-sel zimogenik berbentuk pyramid yang menghasilkan protein dan terlihat mengelilingi sebuah lumen kecil di tengah. Bagian awal duktus eskretorius masing-masing asinus terlihat sebagai Sel Sentroasinus (7) berwarna pucat di tengah asinus. Produk sekretorik meninggalkan asinus melalui duktus Interkalaris (Intralobularis) (4) yang memiliki lumen kecil dilapisi
oleh epitel kuboid rendah. Sel-sel sentroasinus (7) bersambungan dengan epitel yang melapisi duktus interkalaris. Duktus interkalaris mengalirkan isinya ke duktus interlobularis yag terletak sekat jaringan ikat interlobularis. Duktus interlobularis dilapisi oleh epitel kuboid selapis yang menjadi semakin tinggi dan berlapis seiring dengan membesarnya duktus. Pulau pancreas dibatasi asinu eksokrin sekitarnya dengan satu lapisan tipis serat retikuler. Pulau pancreas lebih besar daripada asinus dan meupakan kelompok padat sel-sel epitel yang dilewati oleh Banyak Kapiler (3) Berpori.
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari praktikum ini dapat disimpulkan, bahwa sistem pencernaan memiliki peran penting dalam menjaga homostasis tubuh. Dimana dalam sistem pencernaan terdapat organ pencernaan utama dan aksesorinya. Untuk organ pencernaan utama dalam laporan ini terdapat dalam Sampel Apusan Batas Pylorus dengan Duodenum, Jejunum, Ileum, Apedix Vermivormis, Intestinum Crasum, dan Batas Rectum dengan Anus. Sedangkan untuk organ aksesorinya dalam sampel apusan Hepar (Lobulus Hepaticus dan Canalis Portalis), Vesica Fellea, dan Pankreas (Pars Eksokrin). Dimana anatara organ utama dan aksoseorinya mempunyai tugas masing-masing yang saling mendukung. Dalam hasil praktikum didapati bahwa lapisan yang dominan di dalam setiap organ ada 4 lamina, yaitu Lamina Mukosa, Lamina Submukosa, Lamina Muksularis, dan Lamina Serosa. Dimana epitel yang paling dominan dalam organ utma pencernaan terdapat di permukaan mukosa dan berinteraksi terhadap perubahan hormon, enzim, kontak dengan makanan, dan lain sebagainya adalahh Epitel Silindris Selapis dengan Sel Goblet dan Brush Border . Dimana Sel Goblet digunakan untuk mensekresikan Mucus dan Brush Border untuk memperluas permukaan bidang penyerapan. Sedangkan di Organ aksesoris epitel yang berperan adalah Kuboid Selapis dan seiring menjadi Berlapis diikuti ketika akan meinggalkan organ aksesoris pencernaan.
DAFTAR PUSTAKA
Eroschenko, VP. (2010). Atlas Histologi diFiore dengan Korelasi Fungsional . Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Gartner, LP. Hiatt, JL. (2007). Buku Ajar Berwarna Histologi. Ed-3. China: Elsevier Gunawijaya, FA. Kartawiguna, E. (2009). Penuntun Praktikum: Kumpulan Foto Mikroskopik Histology. Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti. Mescher, AL. (2011). Histologi Dasar Junqueira: Teks & Atlas. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
‘