BAB I PENDAHULUAN A. Tujuan Praktikum
1. Mengetahui kekuatan tarik spesimen hasil pengerolan dingin dengan kondisi anneal, reduksi 10% dan reduksi 30%. 2. Mengetahui kekerasan spesimen hasil pengerolan dingin dengan kondisi anneal, reduksi 10% dan reduksi 30%. 3. Mengetahui pengaruh derajat deformasi plastis terhadap sifat mekanik material hasil pengerolan melalui proses uji tarik dan uji keras. B. Petunjuk K3
1. Pakaian Lab 2. Sepatu kerja
1
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Rolling
Rolling atau pengerolan adalah proses pengurangan ketebalan atau proses pembentukan pada benda kerja yang panjang. Proses rolling dilakukan dengan satu set rol yang berputar dan menekan benda kerja supaya terjadi perubahan bentuk. Rolling bentuk. Rolling pertama pertama kali dikembangkan pada tahun 1500an. Rolling dilakukan dilakukan dalam dua tahap. Pertama dilakukan pada suhu yang tinggi atau disebut hot rolling . Hot rolling dilakukan dilakukan untuk mengurangi dimensi bahan baku (ingot ) secara besar-besaran. Setelah hot rolling selanjutnya dilakukan cold rolling , yaitu pengerolan pada suhu ruang. Pada cold rolling pengurangan dimensi tidak dilakukan secara besar-besaran karena proses ini memerlukan tenaga yang sangat besar. Cold rolling dilaksanakan sebagai finishing untuk mencapai dimensi yang sesuai, memperhalus permukaan benda kerja, dan meningkatkan sifat mekanis benda kerja. Pada proses manufaktur modern, rolling biasanya diawali dengan proses pengecoran kontinu. Kombinasi antara pengecoran kontinu dan rolling bisa meningkatkan produktivitas. Di samping itu, kombinasi ini juga dapat mengurangi ongkos produksi.
2
A.
Hot Rolling Hot rolling merupakan tahap awal dari proses pengerolan material. Hot rolling dilakukan di atas suhu rekristalisasi. Material yang akan dirol biasanya berupa ingot atau logam hasil penuangan (pengecoran). Material tuang memiliki struktur yang kasar dan butir-butirnya tidak seragam. Karena struktur di dalamnya kasar dan tidak seragam, material tuang memiliki sifat yang getas dan ada kemungkinan memiliki lubang kecil (pori-pori). Dengan dilakukannya proses hot rolling , struktur material tuang dapat dikonversi menjadi struktur material tempa (wrought structure). Wrought structure memiliki butir-butir yang lebih halus dan rapi. Kondisi butir tersebut menjadikan material bersifat lebih ductile. Di samping itu proses hot rolling juga dapat menutup lubang-lubang kecil di dalam material. Setiap material memiliki suhu pengerolan panas yang berbeda-beda. Pada aluminium paduan suhu yang digunakan sekitar 450 °C. Baja paduan menggunakan suhu pengerolan sekitar 1250 °C. Sedangkan material tahan panas menggunakan suhu pengerolan hingga 1650 °C. Pengerolan panas atau hot rolling awal menghasilkan beberapa produk yang disebut sebagai bloom, slab, dan billet . Bloom biasanya memiliki penampang persegi dengan sisi paling tidak sebesar 150 mm. Slab biasanya memiliki penampang persegi panjang. Sedangkan billet memiliki penampang persegi namun berukuran lebih kecil dibanding dengan bloom. Bloom dapat diproses lebih lanjut dengan proses pengerolan bentuk, sehingga menghasilkan bentuk-bentuk struktur seperti I-beam dan rel kereta. Slab dapat dirol menjadi plat dan lembaran material. Billet dirol dengan proses pengerolan bentuk menjadi batang persegi dan batang lingkaran.
3
B. Pengerolan Dingin (Cold Rolling)
Rolling atau pengerollan adalah suatu proses deformasi dimana ketebalan benda kerja direduksi dengan menggunakan gaya tekan dan menggunakan dua buah roll atau lebih. Roll berputar untuk menarik dan menekan secara simultan benda kerja yang berada diantaranya. Pada proses pengerolan, benda kerja dikenai tegangan kompresi yang tinggi yang berasal dari gerakan jepit rol dan tegangan geser-gesek permukaan sebagai akibat gesekan antara roll dan logam. Selama proses rolling, roll memberikan tegangan pada bagian-bagian dari benda kerja. Tegangan-tegangan ini mengakibatkan benda kerja mengalami deformasi plastis. Produk akhir dari proses ini adalah logam plat dan lembaran (sheet), dimana plat umumnya mempunyai tebal lebih dari ¼ in. Lembaran umumnya mempunyai tebal kurang dari ¼ in.Tujuan utama pengerolan adalah untuk memperkecil tebal logam.
Berdasarkan temperatur kerjanya, pengerollan logam terdiri dari dua proses, yakni roll panas dan roll dingin. Roll panas pada logam dilakukan diatas suhu rekristalisasi atau di atas work hardening , sedangkan roll dingin dilakukan dibawah suhu rekristalisasi, bisa juga dilakukan pada suhu ruang. Perbedaannya adalah gaya deformasi yang diperlukan pada roll panas lebih rendah dan perubahan sifat mekanik dari material tidak signifikan, sedangkan pada
4
pengerjaan dingin diperlukan gaya yang lebih besar dan sifat mekanis logam meningkat dengan signifikan. Pada proses rolling terjadi perubahan deformasi dan perubahan butir dari butir equiaxed menjadi butir yang terelongasi. Jumlah pengerjaan dingin yang dapat dialami logam tergantung kepada kekuatannya, semakin ulet suatu logam, maka makin besar pengerjaan dingin yang dapat dilakukan.Logam murni relatif lebih mudah mengalami deformasi daripada paduan, karena penambahan unsur paduan cenderung meningkatkan sifat mekanik logam. Proses roll dingin dilakukan untuk mendapatkan lembaran strip dan lembaran tipis dengan penyelesaian permukaan yang baik dan bertambahnya kekuatan mekanis. Pada saat yang sama juga dilakukan pengendalian dimensi produk yang ketat. Selain itu, roll dingin akan menghasilkan lembaran dan strip yang memiliki kualitas permukaan akhir yang lebih baik serta kesalahan dimensional yang lebih kecil dibandingkan apabila menggunakan proses roll panas. Reduksi total yang didapat dengan pengerolan dingin, biasanya beragam dari 50% sampai 90%. Pada umumnya reduksi terkecil terdapat pada tahap akhir agar diperolah pengerolan yang lebih baik. Parameter-parameter utama dalam proses roll adalah 1. Dimater roll. 2. Hambatan deformasi logam yang tergantung pada struktur metalurgi, suhu, dan laju regangan. 3. Gesekan antara roll dengan benda kerja. 4. Adanya tegangan tarik ke depan dan atau tegangan tarik ke belakang pada bidang lembaran.
5
Menghitung persentase reduksi:
Dimana: hi = tebal awal saat masuk rolling machine hf = tebal akhir saat keluar rolling machine
MACAM-MACAM PROSES PENGEROLAN ( ROLLING) 1. FLAT ROLLING
Flat rolling merupakan pengerolan yang dilakukan untuk menipiskan suatu material. Flat rolling digunakan untuk mengerol slab agar menjadi plat dan strip. Proses pengerolan ini merupakan proses pengerolan yang paling sederhana di mana hanya menghasilkan bentuk benda yang datar atau rata.
Gambar 1. Flat Rolling
6
Aplikasi F lat Rolling
Flat rolling digunakan untuk membuat plat, sheet (lembaran), dan strip. 2. PACK ROLLI NG
Pack rolling merupakan jenis flat rolling di mana dua atau lebih lapisan logam dirol secara bersamaan. Pengerolan beberapa lapis logam secara bersamaan akan meningkatkan produktivitas pengerolan.
Gambar 2. Pack Rolling Aplikasi Pack R olling
Salah satu aplikasi pack rolling yakni untuk membuat aluminium foil . Dua lapis aluminium foil dirol secara bersamaan. Sisi luar lapisan atas dan sisi luar lapisan bawah aluminium foil bersentuhan langsung dengan rol. Pada sisi luar kedua lapisan yang bersentuhan langsung dengan rol akan terlihat berkilauan. Sedangkan sisi dalam kedua lapisan aluminium foil yang saling bersentuhan akan terlihat lebih gelap. Itulah alasan mengapa aluminium foil memiliki satu permukaan terang dan permukaan lainnya (permukaan di baliknya) gelap. Permukaan terang atau berkilau tersebut diakibatkan karena terjadi tegangan kontak yang besar antara rol dan aluminium foil
7
(aluminium foil yang bersentuhan dengan rol akan nampak berkilau, sedangkan aluminium foil yang bersentuhan dengan aluminium foil lain akan nampak gelap).
3. THREAD ROLLING (PENGEROLAN ULIR)
Proses thread rolling digunakan untuk membuat ulir pada benda silindris dengan mengerol benda tersebut antara dua die. Thread rolling sangat cocok untuk membuat baut dan sekrup secara masal. Pembuatan ulir dengan thread rolling lebih cepat dibandingkan dengan pembubutan (turning ). Sebagian besar proses thread rolling dilakukan dengan pengerjaan dingin. Die yang digunakan pada mesin thread rolling memiliki ukuran dan bentuk ulir sesuai standar. Die tersebut terdiri dari dua jenis. Kedua jenis die tersebut yaitu:
F lat die, dengan gerakan bolak-balik untuk menghasilkan pengerolan. Round die, dengan gerakan putar relatif satu sama lain untuk mengerol benda kerja. Keunggulan thread rolling antara lain:
1. Kualitas material menjadi baik. 2. Ulir lebih kuat karena pengerjaan hardening . 3. Permukaan ulir lebih halus. 4. Lebih tahan lama (misal: baut lebih awet).
8
Gambar 3. Thread Rolling dengan FlatDie. 4. GEAR ROLLING (PENGEROLAN RODA GIGI)
Gear rolling adalah proses pengerjaan dingin untuk memproduksi roda gigiroda gigi tertentu. Pengaturan pada gear rolling mirip dengan thread rolling . Perbedaannya adalah gigi-gigi pada tool proses gear rolling sejajar dengan sumbu benda kerja (tentu saja benda kerja yang digunakan berbentuk silinder). Aplikasi Gear Rolling
Gear rolling banyak digunakan di industri otomotif. Keunggulan proses gear rolling dibandingkan
dengan
proses
pembuatan gear secara
permesinan
(machining /cutting ) adalah produktivitasnya yang tinggi, kekuatan roda gigi lebih baik, roda gigi lebih tahan lama, dan limbah yang dihasilkan sedikit.
5. RI NG ROLLI NG (PENGEROLAN CINCIN)
Ring rolling atau pengerolan cincin adalah proses deformasi di mana cincin berdiameter kecil dengan dinding yang tebal dirol menjadi cincin berdiameter besar dan berdinding tipis. Cincin yang tebal apabila ditekan akan terjadi deformasi, sehingga menyebabkan diameter cincin tersebut membesar. Ring rolling biasanya dilakukan pada suhu kerja yang tinggi untuk cincincincin berukuran besar dan suhu kerja rendah untuk cincin-cincin berukuran
9
kecil. Bentuk penampang cincin bervariasi, tidak hanya persegi atau persegi panjang saja.
Gambar 4. Ring Rolling . (1) Kondisi Awal. (2) Kondisi Ketika Proses Berjalan. Aplikasi Ring R olling
Ring rolling dapat digunakan untuk membuat ban baja pada roda kereta api, cincin pada sistem pemipaan, cincin pada pressure vessel , dan cincin pada mesinmesin yang berputar. Kelebihan ring rolling yaitu menghemat bahan baku, struktur butir ideal, dan lebih kuat.
6. ROLL PIE RCING
Roll piercing adalah proses pengerjaan panas yang khusus untuk membuat pipa tanpa sambungan berdinding tebal. Proses ini masih tergolong rolling karena dilengkapi dengan dua buah rol yang berlawanan. Dasar dari proses roll piercing berprinsip pada silinder pejal yang ditekan pada kelilingnya sehingga menghasilkan tegangan tarik di titik pusat silinder tersebut. Apabila tekanan yang diberikan cukup tinggi, maka akan terjadi retakan di dalam silinder. Retakan tersebut menjadi cikal bakal pembuatan lubang pipa. Pada gambar berikut dapat anda lihat rol berputar dan menekan billet (benda kerja mentah). Putaran rol tersebut menarik billet ke arah mandrel. Penarikan terjadi karena sumbu rol memiliki kemiringan kurang
10
lebih 6° terhadap sumbu billet . Mandrel sendiri digunakan untuk mengontrol lubang dan ukuran benda kerja. Proses pembuatan ini juga dikenal sebagai proses rotary tube piercing dan proses Mannesmann.
Gambar 5. Roll Piercing . 7. PENGEROLAN BENTUK ( SH APE ROLLI NG )
Pengerolan bentuk atau shape rolling merupakan proses pengerolan yang dilakukan untuk membuat bentuk-bentuk struktur yang panjang dan lurus. Pengerolan ini juga dikenal dengan istilah profile rolling . Agar dapat menghasilkan aneka bentuk struktur, roll yang digunakan memiliki desain atau bentuk yang beragam.
11
Gambar 6. Tahap-tahap Proses Pengerolan Bentuk pada Pembuatan I-beam.
12
Pengerolan bentuk biasanya dilakukan dalam beberapa tahap. Perubahan bentuk besar-besaran dari bahan baku menjadi bentuk struktur tidak dapat dilakukan dalam setahap. Proses perubahan bentuk harus dilakukan atau dicicil sedikit demi sedikit. Perubahan bentuk secara besar-besaran dilakukan dengan temperatur yang tinggi. Namun ada pula proses pengerolan bentuk yang dilakukan dengan temperatur rendah. Pengerolan bentuk dengan temperatur rendah dikenal dengan istilah cold shape rolling . Pengerolan bentuk pada suhu rendah menghasilkan dimensi yang lebih akurat. Seperti apa yang telah disebutkan di awal, proses pengerolan bentuk digunakan untuk membuat bentuk struktur yang lurus. Contoh bentuk struktur yang dapat dihasilkan dari proses ini antara lain: channel , I-beam, rel kereta, dan batang pejal. 8. ROLL F ORGI NG
Roll forging merupakan proses pengerolan dengan sepasang rol yang memiliki alur miring ( groove). Pengerolan ini juga dapat disebut sebagai cross rolling . Aplikasi roll forging atau cross rolling antara lain untuk membuat poros tirus, pegas daun, dan perkakas tangan.
Gambar 7. Dua Contoh Roll Forging
13
9. SK E W ROLLI NG
Skew rolling merupakan proses pengerolan yang mirip dengan roll forging . Perbedaannya, secara khusus skew rolling digunakan untuk membuat bola.
Pengerolan
diawali
dengan
memasukkan
kawat
atau
batang
berpenampang lingkaran ke dalam celah antara dua buah rol. Selanjutnya kawat atau batang tersebut termakan rol dan membentuk bola secara kontinu selama rol masih berputar.
Gambar 8. Skew Rolling untuk Membuat Bola Baja 10. TUBE ROLLI NG
Tube rolling merupakan proses pengerolan yang dilakukan untuk mengurangi diameter dan ketebalan pipa. Rol pada tube rolling memiliki alur yang berbentuk setengah lingkaran. Sehingga apabila sepasang rol beralur setengah lingkaran tersebut dipertemukan, akan terbentuk lubang berbentuk lingkaran. Pipa yang ingin dikurangi diameternya dapat dimasukkan atau dimakankan pada rol beralur setengah lingkaran. Setelah melewati rol, terbentuklah pipa dengan diameter yang lebih kecil. Proses pengerolan ini bisa menggunakan internal mandrel maupun tidak.
14
Gambar 9. Tube Rolling : (a) Dengan mandrel , (b) Tanpa mandrel .
Bentuk-bentuk Benda Kerja yang Dikerjakan dengan Rolling
Proses rolling dapat digunakan untuk membentuk:
Sheet ,
Plat,
Strip,
Pipa,
Bar ,
Rod ,
Kawat,
Rel kereta,
Bentuk struktural (seperti I-beam, profil siku, dll).
Jenis Material yang Mampu Dikerjakan dengan Rolling
Material yang dapat dikerjakan dengan rolling antara lain:
Logam ferro,
Logam non ferro,
Logam paduan,
Plastik,
15
Serbuk logam,
Keramik,
Hot glass.
Material Rol (Komponen Pengerol)
Karakter dasar material yang dibutuhkan untuk membuat rol yakni memiliki kekuatan tinggi dan ketahanan aus yang tinggi. Material yang biasa digunakan untuk membuat rol antara lain: besi tuang, baja tuang, dan baja tempa. Rol dengan diameter kecil biasanya menggunakan material tungsten carbide. Rol untuk cold rolling umumnya memiliki permukaan yang halus. Pada beberapa aplikasi khusus, rol-rol tersebut juga harus dipoles. Pelumasan
Pada hot rolling biasanya tidak menggunakan pelumasan. Hot rolling menggunakan larutan berbasis air untuk mendinginkan rol dan memecah kerak pada benda kerja. Pada logam non ferro biasanya diberi tambahan minyak, emulsion, dan fatty acid . Sedangkan pada cold rolling biasanya menggunakan campuran minyak dan air, atau pelumas dengan kekentalan rendah seperti paraffin, fatty oil , dan emulsion. Tujuan Proses Rolling
Proses rolling bertujuan untuk:
Mengurangi ukuran penampang benda kerja.
Memperoleh bentuk yang diinginkan.
Memperhalus ukuran butir benda kerja (struktur butir lebih halus).
Mengurangi kegetasan benda kerja (benda kerja awal biasanya berupa ingot hasil pengecoran yang bersifat getas).
Menghilangkan lubang-lubang kecil di dalam benda kerja (pada proses pengecoran biasanya ada gas yang terjebak di dalam benda kerja dan menyebabkan lubang-lubang kecil).
16
Meningkatkan kekuatan benda kerja.
Meningkatkan kekerasan benda kerja.
Memperhalus permukaan benda kerja.
17
BAB III PEMBAHASAN
Bentuk produk dari proses cold rolling adalah sheet, strip, dan foil. Ada beberapa parameter yang berpengaruh pada proses pengerolan, yaitu :
Diameter roll
Tegangan alir material (ketahanan logam yang dirol terhadap deformasi)
Gesekan antara roll dengan benda kerja.
Ada tidaknya front tension dan back tension pada pelat yang dirol.
Pada pengerolan pelat, kecepatan keluar pelat harus lebih besar daripada kecepatan masuk pelat. Titik netral (no-slip point) merupakan titik dimana kecepatan rol sama dengan kecepatan pelat. Sepanjang pelat pada proses pengerolan terjadi 2 macam gaya, yaitu gaya radial dan gaya gesek tangensial. Antara bidang masuk dan titik netral, kecepatan pelat lebih rendah daripada kecepatan rol dengan gaya gesek tangensial searah pengerolan. Begitu sebaliknya antara titik netral dan bidang keluar kecepatan pelat lebih tinggi dari pada kecepatan rol. Sementara gaya gesek tangensial berlawanan dengan arah pengerolan. III. Data dan Pengolahan Data Material
: Tembaga
Panjang awal, Po
: 101,5 mm
Lebar awal, Lo
: 20 mm
Ketebalan awal, ho
: 5 mm
Diameter rol
: 80 mm
Kecepatan rol, n
: 33 rpm
Lebar akhir, L`
: 20,7 mm
18
A. Pengujian Tarik Data dari kurva uji tarik yang telah diberikan : Tebal = 5 mm
Lebar = 12,81 mm
Luas = 64,05 mm2
Kekuatan Luluh, σy = 247,6 N/mm2
Kekuatan tarik, σu = 256,3 N/mm2 Elongation, e = 7,14 % Panjang awal = 101,5 mm 1. Perhitungan tegangan mekanik, σeng dan regangan mekanik, e a.
σeng = F / A = P x 10 / 64,05 N/mm2 Contoh perhitungan : σeng = 228,58 x 10 / 64,05 = 35,6877 N/mm2
b.
e = ΔL / L Contoh perhitungan : e = 0,54 / 101,5 = 0,00532 Dalam membuat kurva tegangan terhadap regangan, regangan harus diubah dalam bentuk persen. Berarti harga e seperti di contoh menjadi 0,532 %. 2. Perhitungan tegangan sebenarnya, σtrue dan regangan sebenarnya, ε σtrue = σeng x (1+e) ε = ln (1+e)
19
Contoh perhitungan : σtrue = 35,6877 x (1 + 0,00532) = 35,8776 N/mm2 ε = ln (1 + 0,0532) = 0,0053 3. Perhitungan diagram alir tembaga Diagram alir ditentukan dari grafik log σtrue terhadap log ε. Berdasarkan kurva log σtrue terhadap ε didapatkan : Log K = 8,0243 K = 105,75 Mpa n = 0,6418 Diagram alir dari tembaga pada praktikum ini adalah : σ = 105,75 x ε0,6418
20
B. Kekerasan Mikro
21
Dari kurva ini kita bisa menyimpulkan bahwa semakin besar persen reduksi akibat pengerolan, semakin besar pula harga kekerasannya. A. Pengerolan Pelat Data dari pengerolan pelat : Radius rol
= 40 mm
Koefisien gesek, μ
= 0,1
IV. Analisis dan Pembahasan Proses pengerolan pelat dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara cold rolling dan cara hot rolling . Pada praktikum kali ini, cara yang digunakan adalah cold rolling. Cara ini dipilih karena pelat hasil dari cold rolling ini memiliki permukaan yang bagus, tidak seperti pelat hasil hot rolling. Pelat hasil hot rolling akan membentuk
22
terak pada permukaannya sehingga permukaannya kasar. Selain itu, pelat hasil cold rolling akan lebih presisi jika dibandingkan dengan pelat hasil hot roling karena pelat yang dihasilkan hot rolling akan mengalami penyusutan setelah selesai pengerolan. Proses hot rolling memerlukan waktu yang lebih banyak daripada cold rolling karena benda kerja yang akan dirol harus dipanaskan terlebih dahulu.
Bentuk pelat setelah di rol seharusnya adalah lurus (tidak bengkok). Bentuk pelat hasil rol akan bengkok jika bidang ujung pelat sebelum dirol tegak lurus terhadap arah pengerolan. Oleh karena itu, bidang ujung pelat harus sejajar dengan arah pengerolan. Kesalahan bentuk-bentuk pelat juga dapat terjadi akibat adanya roll flattening dan roll bending. Akibat dari adanya kedua fenomena ini adalah terjadinya distribusi gaya yang tidak merata pada benda kerja sehingga bentuk kerja pun akan bergelombang atau bahkan ujung dari pelat akan terbelah dua membentuk mulut buaya (alligatoring).
Hasil perhitungan harga K dan n dari tembaga pada praktikum ini adalah berturutturut 105,75 Mpa dan 0,64. Harga K dan n dari literature adalah 320 Mpa dan 0,54 untuk tembaga yang telah mengalami proses annealing. Perbedaan harga K dan n ini disebabkan oleh kesalahan dalam perhitungan harga tegangan mekanik, regangan mekanik, tegangan sebenarnya dan regangan sebenarnya.
Harga kekerasan pada tembaga hasil pengerolan akan bertambah besar seiring dengan bertambahnya persen reduksi dari ketebalan plat awal. Hal ini disebabkan oleh terjadinya strain hardening pada plat. Plat hasil cold rolling akan mengalami strain hardening yang mengakibatkan meningkatnya kekerasan plat setiap kali plat dirol. Perubahan harga kekerasan ini diakibatkan adanya dislokasi yang semakin lama
23
semakin bertambah dan dislokasi tersebut menghadapi halangan (barrier). Agar dislokasi dapat melewati barrier tersebut dibutuhkan energi yang lebih besar. Hal inilah yang menyebabkan harga kekerasan meningkat.
Pada cold rolling ini, deformasi yang diukur adalah deformasi plastis, sedangkan gaya yang terukur menunjukkan gaya pengerolan yang dibutuhkan untuk deformasi total. Hal ini disebabkan karena deformasi elastis yang terjadi bias diabaikan jika dibandingkan dengan deformasi plastis yang terjadi. Salah satu dari asumsi yang digunakan pada cold rolling adalah deformasi elastis bisa diabaikan jika dibandingkan dengan deformasi plastis yang terjadi pada plat.
V. 1.
Kesimpulan Parameter yang berpengaruh pada proses pengerolan pelat adalah diameter rol,
tegangan alir material (ketahanan logam yang dirol terhadap deformasi), gesekan antara rol dengan benda kerja, dan ada tidaknya front tension dan back tension. 2.
Harga kekerasan tembaga setelah mengalami cold rolling berbeda dengan
sebelumnya. Harga kekerasan tersebut bertambah seiring dengan bertambahnya persen reduksi dari ketebalan awal pelat. 3.
Persamaan tegangan alir dari tembaga yang didapat dari praktikum ini adalah
σ =105,75 MPa x ε0,64 4.
Harga K dan n yang didapat dari praktikum adalah 105,75 MPa dan 0,64 sedangkan harga K dan n dari literature adalah 320 Mpa dan 0,54.
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Dieter, G.E., Mechanical Metallurgy, second edition, Mc Graw Hill, New York, 1986. 2. Siswosuwarno, M., Teknik Pembentukan, Jilid 1. Jurusan Teknik Mesin, ITB. 1986. 3. Perangin-angin, R., Perancangan dan Pembuatan Load Cell untuk Mesin Rol , Tugas Sarjana. Jurusan Teknik Mesin ITB. 1985. pengerolan mengakibatkan sifat mekanik logam semakin tinggi.
25