LAPORAN PENDAHULUAN MITRAL STENOSIS (POST OP MITRAL VALVE REPLACEMENT)
Oleh : SUKMAWATI AZHARUDDIN, S.Kep 17.04.047
(CI LAHAN)
(CI INSTITUSI)
PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG PANAKKUKANG MAKASSAR 2017/2018
PENDAHULUAN
Mitral stenosis adalah penyakit katup mitral yang dicirikan dengan adanya penyempitan ukuran diameter katup mitral. Ditemukan pengurangan ukuran katup mitral (2 cm 2) yang menimbulkan gangguan aliran darah dari atrium ke ventrikel kiri. Penyempitan katup mitral menyebabkan katup tidak terbuka dengan tepat dan menghambat aliran darah antara ruang-ruang jantung kiri. Ketika katup mitral menyempit (stenosis), darah tidak dapat dengan efisien melewati jantung. Kondisi ini menyebabkan seseorang menjadi lemah dan nafas menjadi pendek serta gejala lainnya. Penyebab tersering dari mitral stenosis adalah demam reumatik. Penyebab yang agak jarang antara lain : mitral stenosis kongenital, lupus eritematosus sistemik (SLE), artritis reumatoid (RA), atrial myxoma, dan endokarditis bacterial. Penggantian katup aorta dan katup mitral adalah terapi pilihan, tetapi kapan waktu yang tepat untuk penggantian katup
buatan
katup
masih
kontroversial. Pilihan
untuk
ditentukan berdasarkan be rdasarkan umur, kebutuhan, kontraindikasi untuk
koagulan, serta lamanya umur katup. Pembedahan dianjurkan pada semua pasien dengan
hipertrofi
ventrikel
kiri
tanpa memperhatikan ada atau tidaknya gejala
lain. Bila pasien mengalami gejala gagal jantung kongestif, harus diberikan penatalaksanaan medis sampai dilakukannya pembedahan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI JANTUNG
Jantung adalah organ otot yang berongga dan berukuran sebesar kepalan tangan. Fungsi utama jantung adalah memompa darah ke pembuluh darah dengan kontraksi ritmik dan berulang. Jantung normal terdiri dari empat ruang, 2 ruang jantung atas dinamakan atrium dan 2 ruang jantung di bawahnya dinamakan ventrikel, yang berfungsi sebagai pompa. Dinding yang memisahkan kedua atrium dan ventrikel menjadi bagian kanan dan kiri dinamakan septum.8
Gambar 1. Jantung normal dan sirkulasinya. Batas-batas jantung: 1. Kanan : vena cava superior (VCS), atrium kanan, vena cava inferior (VCI) 2. Kiri : ujung ventrikel kiri 3. Anterior : atrium kanan, ventrikel kanan, sebagian kecil ventrikel kiri 4. Posterior : atrium kiri, 4 vena pulmonalis 5. Inferior : ventrikel kanan yang terletak hampir horizontal sepanjang diafragma sampai apeks jantung 6. Superior : apendiks atrium kiri
Darah dipompakan melalui semua ruang jantung dengan bantuan keempat katup yang mencegah agar darah tidak kembali ke belakang dan menjaga agar darah tersebut mengalir ke tempat yang dituju. Keempat katup ini adalah katup trikuspid yang terletak di antara atrium kanan dan ventrikel kanan, katup pulmonal, terletak di antara ventrikel kanan dan arteri pulmonal, katup mitral yang terletak di antara atrium kiri dan ventrikel kiri dan katup aorta, terletak di antara ventrikel kiri dan aorta. Katup mitral memiliki 2 daun (leaflet), yaitu leaflet anterior dan posterior. Katup lainnya memiliki tiga daun (leaflet) . Jantung dipersarafi aferen dan eferen yang keduanya sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Saraf parasimpatis berasal dari saraf vagus melalui preksus jantung. Serabut post ganglion pendek melewati nodus SA dan AV, serta hanya sedikit menyebar pada ventrikel. Saraf simpatis berasal dari trunkus toraksik dan servikal atas, mensuplai kedua atrium dan ventrikel. Walaupun jantung tidak mempunyai persarafan somatik, stimulasi aferen vagal dapat mencapai tingkat kesadaran dan dipersepsi sebagai nyeri. Suplai darah jantung berasal dari arteri koronaria. Arteri koroner kanan berasal dari sinus aorta anterior, melewati diantara trunkus pulmonalis dan apendiks atrium kanan, turun ke lekukan A-V kanan sampai mencapai lekukan interventrikuler posterior.
Pada 85% pasien arteri berlanjut sebagai arteri posterior desenden/
posterior decendens artery (PDA) disebut dominan kanan. Arteri koroner kiri berasal dari sinus aorta posterior kiri dan terbagi menjadi arteri anterior desenden kiri/ left anterior descenden (LAD) interventrikuler dan sirkumfleks. LAD turun di anterior dan inferior ke apeks jantung. Mayoritas darah vena terdrainase melalui sinus koronarius ke atrium kanan. Sinus koronarius bermuara ke sinus venosus sistemik pada atrium kanan, secara morfologi berhubungan dengna atrium kiri, berjalan dalam celah atrioventrikuler.
B. FISIOLOGI JANTUNG
Jantung dapat dianggap sebagai 2 bagian pompa yang terpisah terkait fungsinya sebagai pompa darah. Masing-masing terdiri dari satu atrium-ventrikel kiri dan kanan. Berdasarkan sirkulasi dari kedua bagian pompa jantung tersebut, pompa kanan berfungsi untuk sirkulasi paru sedangkan bagian pompa jantung yang kiri berperan dalam sirkulasi sistemik untuk seluruh tubuh. Kedua jenis sirkulasi
yang
dilakukan
oleh
jantung
ini
adalah
suatu
proses
yang
berkesinambungan dan berkaitan sangat erat untuk asupan oksigen manusia demi kelangsungan hidupnya. Ada 5 pembuluh darah mayor yang mengalirkan darah dari dan ke jantung. Vena cava inferior dan vena cava superior mengumpulkan darah dari sirkulasi vena (disebut darah biru) dan mengalirkan darah biru tersebut ke jantung sebelah kanan. Darah masuk ke atrium kanan, dan melalui katup trikuspid menuju ventrikel kanan, kemudian ke paru-paru melalui katup pulmonal. Darah
yang
biru
tersebut
melepaskan
karbondioksida,
mengalami
oksigenasi di paru-paru, selanjutnya darah ini menjadi berwarna merah. Darah merah ini kemudian menuju atrium kiri melalui keempat vena pulmonalis. Dari atrium kiri, darah mengalir ke ventrikel kiri melalui katup mitral dan selanjutnya dipompakan ke aorta. Tekanan arteri yang dihasilkan dari kontraksi ventrikel kiri, dinamakan tekanan darah sistolik. Setelah ventrikel kiri berkontraksi maksimal, ventrikel ini mulai mengalami relaksasi dan darah dari atrium kiri akan mengalir ke ventrikel ini. Tekanan dalam arteri akan segera turun saat ventrikel terisi darah. Tekanan ini selanjutnya dinamakan tekanan darah diastolik. Kedua atrium berkontraksi secara bersamaan, begitu pula dengan kedua ventrikel. C. DEFINISI
Stenosis Mitral atau Mitral Stenosis adalah suatu penyempitan katup jantung kiri dimana katup tidak membuka dengan tepat yang menyebabkan hambatan aliran darah antara atrium dan ventrikel jantung kiri sehingga darah tidak dapat
dengan efisien melewati jantung. Kondisi ini menyebabkan seseorang menjadi lemah dan nafas menjadi pendek serta munculnya gejala lainnya. Kelainan katup dapat bersifat kongenital, namun umumnya disebabkan demam rheumatik. Penebalan daun katup dan fusi komisural sebagai akibat sekunder dari proses inflamasi. Stenosis mitral sering ditemukan bersama kelainan katup lain seperti regurgitasi mitral dan trikuspid. Gejala stenosis mitral yang sering ditemukan adalah dispnea, berubungan dengan hipertensi pulmonal dan gagal ventrikel kanan. Gangguan irama berupa fibrilasi atrial dan riwayat emboli perifer juga kerap dikeluhkan. Dari hasil pemeriksaan biasa dijumpai adanya penebalan daun katup, doming dan menyempitnya bukaan katup. Anestesia berbasis narkotik menjadi teknik terpilih. Dosis rendah anestesi inhalasi mampu mempertahankan fungsi IV dan RV. Pilihan jenis pelumpuh otot lebih kepada yang paling sedikit mengganggu irama dan denyut jantung. Vecuronium dan rocuronium dapat menjadi pilihan.
D. ETIOLOGI
Penyebab tersering dari mitral stenosis adalah demam reumatik. Penyebab yang agak jarang antara lain : mitral stenosis kongenital, lupus eritematosus sistemik (SLE), artritis reumatoid (RA), atrial myxoma, dan endokarditis bacterial. Selain itu, virus seperti coxsackie diduga memegang peranan pada timbulnya penyakit katup jantung kronis. Gejala dapat dimulai dengan suatu episode atrial fibrilasi atau dapat dicetuskan oleh kehamilan dan stress lainnya terhadap tubuh misalnya infeksi (pada jantung, paru-paru, etc) atau gangguan jantung yang lain.
E. PATHWAY Kardiomiopati
Aterosklerosis
Kelainan katup jantung
Hipoksia
Jaringan iskemik
Perubahan metabolisme
Fungsi ventrikel me
Gangguan gerakan jantung
Gangguan Integritas Jaringan
Kontraksi
Bedah Jantung
Risiko Infeksi
Kesulitan bernafas
Gangguan pertukaran gas
Ansietas
Aliran Darah me
miokardium me
Luka insisi
Nyeri
Penurunan Curah Jantung
Perubahan hemodinamik
Curah jantung me
Intoleransi aktivitas
F. TANDA DAN GEJALA
Kebanyakan penderita mitral stenosis bebas keluhan dan biasanya keluhan utama berupa sesak napas dan dapat juga berupa fatigue.Pada stenosis mitral yang bermakna dapat mengalami sesak pada aktifitas sehari-hari, paroksismal nokturnal dispnea, ortopnea atau oedema paru.Aritmia atrial berupa fibrilasi atrium juga merupakan kejadian yang sering terjadi pada stenosis mitral, yaitu 30-40%. Sering terjadi pada usia yang lebih lanjut atau distensi atrium yang akan merubah sifat elektrofisiologi dari atrium kiri, dan hal ini tidak berhubungan dengan derajat stenosis. Manifestasi klinis dapat juga berupa komplikasi stenosis mitral seperti tromboemboli, infektif endokarditis atau simtomatis karena kompresi akibat besarnya atrium kiri seperti disfagia dan suara serak. G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.
Kateterisasi jantung : Gradien tekanan (pada distole) antara atrium kiri dan ventrikel kiri melewati katup mitral, penurununan orivisium katup (1,2 cm), peninggian tekanan atrium kiri, arteri pulmunal, dan ventrikel kanan ; penurunan curah jantung.
2.
Ventrikulografi kiri : Digunakan untuk mendemontrasikan prolaps katup mitral.
3.
ECG : Pembesaran atrium kiri ( P mitral berupa takik), hipertropi ventrikel kanan, fibrilasi atrium kronis.
4.
Sinar X dada : Pembesaran ventrikel kanan dan atrium kiri, peningkatan vaskular, tanda-tanda kongesti/edema pulmunal.
5.
Ekokardiogram : Dua dimensi dan ekokardiografi doppler dapat memastikan masalah katup. Pada stenosis mitral pembesaran atrium kiri, perubahan gerakan daun-daun katup.
H. PENATALAKSANAAN
Mitral Valve Replacement Mitral valve replacement (MVR) adalah prosedur bedah jantung yang dilakukan untuk mengganti katup mitral pasien yang sudah tidak dapat diperbaiki lagi dengan katup jantung buatan (baik itu mekanik maupun bioprostetik) MVR dilakukan pada pasien dengan katup mitral yang terlalu kaku (mitral valve stenosis) sehingga darah tidak bisa mengalir ke ventrikel kiri, atau katup mitral yang terlalu longgar (mitral valve regurgitation) sehingga darah kembali ke atrium kiri dan kembali lagi ke paru-paru. Katup Mitral dapat terkena infeksi, pengapuran, dan kerusakan pada jaringan kolagennya karena berbagai sebab. Operasi MVR seperti juga MVr adalah operasi
jantung
terbuka,
sehingga
memerlukan
mesin
jantung
paru
(cardiopulmonary bypass).
Pilihan Kebanyakan katup mitral dapat diperbaiki daripada diganti, terutama pada katup mitral yang tidak terlalu rusak. Keuntungan dari repair daripada replacement selain angka kematian yang lebih rendah (1%-2% pada repair dan 6%-8% pada replacement), risiko stroke yang lebih rendah, infeksi endocardial yang lebih rendah, dan angka survival yang lebih lama. Pasien pasien dengan pasca mitral valve repair tidak memerlukan obat pengencer darah dan pasien dapat hidup seperti pada populasi normal lainnya, sedangkan pada pasien dengan replacement/penggantian katup harus minum obat pengencer darah selama 3 bulan (bioprostetik) atau seumur hidup (mekanik). Operasi repair dan replacement juga dapat dikerjakan secara minimal invasif walaupun memerlukan waktu yang lebih lama dari prosedur konvensional.
Macam – macam Katup Ada dua kelompok besar katup mitral buatan: katup mekanik dan katup biologis. Katup mekanik dibuat dari logam dan pyrolytic carbon, yang bisa bertahan selama seumur hidup. Pasien dengan katup mekanik harus minum obat pengencer darah selama seumur hidup untuk mencegah terjadinya pembekuan darah. Katup bioprosthetic adalah katup buatan yang dibuat dari jaringan hewan (sapi/babi). Pasien dengan katup bio tidak perlu minum obat pengencer darah seumur hidupnya. Namun katup bio ini hanya bertahan antara 10-15 tahun saja dan perlu diganti kembali dengan proses operasi lagi. Pemilihan jenis katup yang akan digunakan tergantung dari usia pasien, kondisi medis pasien, tempat tinggal pasien, dan kepatuhanpasien terhadap pengobatan. Perawatan di ICU.
a. Monitoring Hemodinamik. Pemantauan yang dikerjakan harus secara sistematis dan mudah : 1) CVP, RAP, LAP. 2) Denyut jantung. 3) Wedge presure dan PAP. 4) Tekanan darah. 5) Curah jantung. 6) Obat-obat inotropik yang digunakan untuk support fungsi jantung dosisnya, rutenya dan lain-lain. 7) Alat lain yang dipakai untuk membantu seperti IABP, pacuh jantung dll.
b. EKG Pemantauan EKG setiap saat harus dikerjakan dan dilihat irama dasar jantung dan adanya kelainan irama jantung seperti AF, VES, blok atrioventrikel dll. Rekording/pencatatan EKG lengkap minimal 1 kali dalam sehari dan tergantung dari problem yang dihadapi terutama bila ada perubahan irama dasar jantung yang membahayakan. c.
Sistem pernapasan Biasanya penderita dari kamar operasi masih belum sadar dan bahkan diberikan sedasi sebelum ditransfer ke ICU. Sampai di ICU segera respirator dipasang dan dilihat : 1) Tube dan ukuran yang diapakai, melalui mulut / hidung. 2) Tidalvolume dan minut volume, RR, FiO2, PEEP. 3) Dilihat aspirat yang keluar dari bronkhus / tube, apakah lendirnya normal, kehijauan, kental atau berbusa kemerahan sebagai tanda edema paru ; bila perlu dibuat kultur.
d. Sistem neurologis Kesadaran dilihat dari/waktu penderita mulai bangun atau masih diberikan obat-obatan sedatif pelumpuh otot. Bila penderita mulai bangun maka disuruh menggerakkan ke 4 ektremitasnya. e. Fungsi ginjal Dilihat produksi urine tiap jam dan perubahan warna yang terjadi akibat hemolisis dan lain-lain. Pemerikasaan ureum / kreatinin bila fasilitas memungkinkan harus dikerjakan. f.
Gula darah Bila penderita adalah diabet maka kadar gula darah harus dikerjakan tiap 6 jam dan bila tinggi mungkin memerlukan infus insulin.
g. Laboratorium Setelah sampai di ICU perlu diperiksa : 1) HB,HT,trombosit.
2) ACT. 3) Analisa gas darah. 4) LFT / Albumin. 5) Ureum, kreatinin, gula darah. 6) Enzim CK dan CKMB untuk penderita bintas koroner. h. Drain Drain yang dipasang harus diketahui sehingga perdarahan dari mana mungkin bisa diketahui. Jumlah drain tiap satuan waktu biasanya tiap jam tetapi bila ada perdarahan maka observasi di kerjakan tiap ½ jam. Atau tiap ¼ jam. Perdarahan yang terjadi lebih dari 200 cc untuk penderita dewasa tiap jam dianggap sebagai perdarahan pasca bedah dan
mungkin
memerlukan
retorakotomi
untuk
menghentikan
perdarahan. i.
Foto thoraks Pemerikasaan foto thoraks di ICU segera setelah sampai di ICU untuk melihat ke CVP, Kateter Swan Ganz.Perawatan pasca bedah di ICU harus disesuaikan dengan problem yang dihadapi seperti komplikasi yang dijumpai.Umumnya bila fungsi jantung normal, penyapihan terhadap respirator segera dimulai dan begitu juga ekstratubasi beberapa jam setelah pasca bedah.
j.
Fisioterapi. Fisioterapi harus segera mungkin dikerjakan termasuk penderita dengan ventilator.Bila sudah ekstubasi fisioterapi penting untuk mencegah retensi sputum (napas dalam, vibrilasi, postural drinase).
BAB III ASKEP TEORITIS
A. Pengkajian 1.
Identitas
a. Nama : tidak berpengaruh b. Umur : kebanyakan disemua umur (pada anak-anak juga bisa seperti pada kelainan jantung bawaan) (pada orang dewasa juga bisa dilakukan dengan indikasi gagal jantung) tapi lebih sering pada anak-anak c. Jenis kelamin : kebanyakan terjadi pada laki-laki tapi tidak menutup kemungkinan terjadi juga pada perempuan 2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama Biasanya pasien-pasien yang akan dilaksanakan operasi bedah jantung kebanyakan datang dengan keluhannya sesak nafas, nyeri dada, syanosis, kelemahan, palpitasi dan nafas cepat b. Riwayat Penyakit Sekarang Sesak nafas, nyeri dada, syanosis, kelemahan, nafas cepat, palpitasi c. Riwayat Penyakit Dahulu Pasien sebelumnya pernah merasa sesak dan nyeri pada dada tapi hilang dengan obat warung d. Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada anggota keluarga yang mengalami kelainan jantung 3.
Riwayat Kesehatan Pasien yang Telah Menjalani Operasi Jantung
a. Keluhan Utama Biasanya pasien-pasien yang telah dilaksanakan operasi bedah jantung kebanyakan keluhannya sesak nafas, nyeri dada, kelemahan, palpitasi dan nafas cepat
b. Riwayat Penyakit Sekarang Sesak nafas, nyeri dada, kelemahan, nafas cepat, palpitasi c. Riwayat Penyakit Dahulu Pasien sebelumnya belum pernah menjalani bedah jantung d. Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada anggota keluarga yang mengalami kelainan jantung hingga dilakukan pembedahan 4.
Pemeriksaan Fisik
a. b. c.
Kesadaran
Keadaan umun: biasanya dalam keadaan lemas TTV Nadi
: 55-80 x/menit
TD
: 90/65-120/85 mmHg
RR
: 22-27 x/menit
Suhu
: 37,5-38.5̊ C
d.
: Apatis
Kepala dan Leher
Rambut
: Keriting, ada lesi, distribusi merata.
Wajah
: Normal, konjungtiva agak merah muda
Hidung
: Tidak ada polip
Mulut
: Bersih
Leher
: Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
e.
Thorax
f.
Jantung
Inspeksi
: terdapat bekas jahitan luka operasi
Palpasi
: adanya nyeri tekan
Perkusi
:-
Auskultasi : terdengar BJ 1 dan 2
g.
h.
i.
Paru
Inspeksi
: pengembangan paru kanan-kiri simetris
Palpasi
: tidak ada otot bantu pernafasan
Perkusi
:-
Auskultasi : weezing
Abdomen
Inspeksi
: Bulat datar
Palpasi
: tidak ada nyeri tekan
Perkusi
:-
Auskultasi : Bising usus (+)
Ekstremitas
Eks. Atas
: Ada clubbing fingers, terdapat oedema
Eks. Bawah : Ada clubbing fingers, terdapat oedema
j.
Sistem Integumen : turgor kulit kembali > 1 detik
k.
Genetalia
: bersih, normal, tidak ada penyakit kelamin, tidak ada
hemoroid, dan terpasang kateter
B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas 2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi 3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (prosedur bedah). 4. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur infeksi
C. Intervensi Keperawatan NO
Diagnosa
NOC
NIC
Keperawatan 1.
Penurunan jantung
Curah b.d
NOC :
NIC :
Keefektifan pompa jantung
Perawatan Jantung
a) Cek pasien secara ritun baik
perubahan
Kriteria hasil :
kontraktilitas
a) Cek tekanan darah diastole b) Cek tekanan darah sistol
secara fisik maupun psikologis b) Pastikan tingkat aktifitas pasien
c) Denyut jantung apical
tidak
d) Indeks Jantung
jantung
e) Denyut Nadi perifer
serangan jantung
f)
Cek tekanan vena sentral
g) Keseimbangan
membahayakan atau
c) Intruksikan
intake
memprovokasi
pasien
pentingnya untuk
output
tentang
melaporkan
bila merasakan nyeri dada
h) Disritmia
d) Evaluasi
nyeri
i)
Suara jantung abnormal
(intensitas,lokasi,durasi
j)
Angina
factor
k) Oedema paru l)
curah
yang
dada dan
memicu
serta
meringankan nyeri dada
Oedema perifer
e) Monitor EKG
m) Hepatomegali
f)
n) Dyspnea pada saat istirahat
g) Monitor distrimia jantung
o) Dyspnea
h) Catat tanda dan gejala penurunan
pada
aktivitas
ringan
Monitor TTV secara rutin
curah jantung i)
Monitor status pernapasan terkait dengan
adanya
gejala
gagal
jantung j)
Monitor keseimbangan cairan
k) Sususn istirahat kelelahan 2.
Gangguan
NOC :
NIC :
waktu untuk
latihan
dan
mencegah
pertukaran gas b.d
Status
Monitor pernafasan
ketidakseimbangan
pernapsan:Pertukaran gas
ventilasi
Kriteria hasil :
a) Monitor kecepatan,irama,kedalam dan keulitan bernafas
a) Frekuensi pernapasan
b) Monitor
pola
bradipneu,takibneu,hiperventilasi,p
c) Kedalaman Inpirasi
ernafasan kusmaul)
e) Penggunaan otot bantu pernapasan f)
Pengaturan posisi
a) Tempatkan pasien diatas tempat tidur terapeutik
Dypsneu saat istirahat
g) Dypneu dengan aktifitas ringan
b) Berikan kasur yang lembut c) Posisikan
pasien
i)
Demam
j)
Pernapasan
; posisi semi fowler) d) Minimalrisil gesekan dan cidera
cuping
hidung
ketika
memposisikan
membalikan tubuh pasien
Respon ventilasi mekanik: dewasa Kriteria hasil :
a) Tingkat pernapasan b) Irama pernapasan c) Kedalam Inspirasi d) Pantau PCO2 e) Perfusi jaringan perifer f)
Keseimbangan
Ventilasi
perfusi g) Kegelisahan h) Gerakan
didnding
dada
yang asimetris
NOC :
untuk
mengurangi deyespnea (misalnya
h) Gangguan kesadaran
Nyeri akut b.d agen
(misalnya;
b) Irama pernapasan
d) Kepatenan jalan napas
3.
nafas
Pain management
dan
a) Lakukan pengkajian nyeri secara
cidera fisik(prosedur
Pain Level
bedah)
Kriteria hasil:
komprehensif
a) Melaporkan nyeri
karakteristik,
b) Durasi nyeri
kualitas dan faktor presipitasi
c) Menunjukkan lokasi nyeri
termasuk durasi,
lokasi, frekuensi,
b) Observasi reaksi non verbal dari
d) Meringis
ketidaknyamanan
e) Ekspresi wajah nyeri
c) Gunakan
kegelisahan
teknik
komunikasi
untuk
mengetahui
terapeutik
f) Fokus menyempit
pengalaman nyeri pasien
g) Ketegangan otot
d) Kaji kultur yang
h) Kehilangan selera makan i) Mual
mempengaruhi
respon nyeri e) Evaluasi pengalaman nyeri masa
j) Intoleransi makanan
lampau f)
Evaluasi bersama pasien dan tim
Pain Control
kesehatan
Kriteria hasil :
ketidakefektifan kontrol nyeri masa
a) Mengakui timbulnya nyeri
lampau
b) Menjelaskan
lain
tentang
faktor g) Bantu pasien dan keluarga untuk
penyebab
mencari dan menemukan dukungan
c) Menggunakan buku harian h) Kontrol
lingkungan
yang
dapat
untuk memantau gejala dari
mempengaruhi nyeri seperti suhu
waktu ke waktu
ruangan,
d) Menggunakan
tindakan
pencegahan
pencahayaan
dan
kebisingan i)
Kurangi faktor presipitasi nyeri
menggunakan
non j)
Pilih dan lakukan penanganan nyeri
analgesik
lega
(farmakologi,non farmakologi dan
ukuran
menggunakan
analgesik
seperti yang dianjurkan
inter personal) k) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
e) Laporan nyeri dikendalikan
menentukan intervensi l)
Comfort Level
Ajarkan teknik non farmakologis
m) Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
Indikator :
a) Reaksi obat
n) Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
b) Otonomi pribadi
o)
c) Relokasi adaptasi
p) Kolaborasikan dengan dokter jika
d) Lingkungan yang aman
Tingkatkan istirahat
ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil q) Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
Analgesic administration
a) Tentukan
lokasi,
karakteristik,kualitas,dan
derajat
nyeri sebelum pemberian obat b) Cek instruksi dokter tentang jenis obat,dosis,dan frekuensi c) Cek riwayat alergi d) Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi
dari
analgesik
ketika
pemberian lebih dari satu e) Tentukan
pilihan
analgesik
tergantung tipe dan beratnya nyeri f) Tentukan analgesic pilihan, rute pemberian,dan dosis optimal g) Pilih rute pemberian secara IV,IM untuk
pengobatan
nyeri
secara
teratur h) Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian anlgesik pertama kali i) Berikan
analgesik
tepat
terutama saat nyeri hebat
waktu
j) Evaluasi efektifitas analgesic,tanda dan gejala (efek samping) 4.
Resiko
Infeksi
prosedur infeksi
b.d
NOC:
NIC:
I nfection Control (Kontrol I nfeksi)
a) Immune status b) Knowledge:
infection
a) Bersihkan
setelah
dipakai pasien lain
control
b) Batasi pengunjung bila perlu
c) Risk control
c) Instruksikan
Kriteria hasil:
a) Klien bebas dari tanda
untuk
dan gejala infeksi proses
penularan penyakit
untuk
e) Cuci tangan setiap sebelum dan
timbulnya
setelah melakukan tindakan f)
leukosit
hidup sehat
saat
d) Gunakan sabun antimikroba untuk
infeksi
menunjukkan
tangan
mencuci tangan
kemampuan
batas
mencuci
pengunjung
meninggalkan pasien
c) Menunjukkan
mencegah
kepada
berkunjung dan setelah berkunjung
b) Mendeskripsikan
d) Jumlah
lingkungan
dalam normal
Gunakan
baju,
sarung
tangan
sebagai alat pelindung g) Pertahankan
perilaku
lingkungan
aseptik
selama pemasangan alat h) Ganti letak IV perifer dan line sentral dan dressing sesuai dengan petunjuk umum i)
Berikan terapi antibiotik bila perlu
j)
Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
k) Monitor
kerentanan
terhadap
infeksi l)
Berikan
perawatan
kulit
pada
daerah epidema m) Inspeksi mukosa
kulit
dan
terhadap
membran kemerahan,
panas, drainase n) Dorong
masukan
nutrisi
yang
cukup o) Dorong istirahat p) Ajarkan cara menghindari infeksi q) Laporkan kecurigaan infeksi
DAFTAR PUSTAKA
M.Bulechek Gloria, howard k.butcher, dkk 2015-2017. NANDA, NOC & NIC Keperawatan.Jakarta: EGC
https://ridzwanmuhammad.wordpress.com/2013/05/23/askep-stenosis-mitralis/
https://www.scribd.com/document_downloads/direct/346031559?extension=docx&ft =1517931756<=1517935366&user_id=369876627&uahk=sxtAHs6z0e3hqim5Fpk LNSAfpfA http://albukharisubulussalam.com/index.php?option=com_dropfiles&format=&task=f rontfile.download&catid=32&id=id:_4B7CThdciAAAAAAAAAA5A&Itemid=1000 000000000