LAPORAN PRAK IKUM BIOKIMIA
PEMBUATAN PEREAKSI
NAM
: BAHRUN
NIM
: H311 14 305
KEL MPOK
: III (TIGA)
HARI TGL. PERCOBAAN : SELASA/ 23 FEB UARI 2016
ASIS EN
: RESKY DWI CAH YATI
LABORATORIUM BIOKIMIA JURUSAN KIMIA FAKULTAS M TEMATIKA DAN ILMU PENGETAH AN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2016
BAB I SIFAT BAHAN
1.1 Asam Amino
Asam amino ditandai dengan adanya gugus nitrogen berupa gugus amino (-NH2), gugus karboksil (-COOH), dan sebuah atom hidrogen dimana ketiganya terikat pada sebuah atom C yang disebut sebagai karbon α, serta gugus R sebagai rantai samping atau rantai cabang (Murwani, 2010). Di dalam asam amino gugus karboksil (-COOH) bersifat asam dan gugus amin (-NH2) bersifat basa, dan sifat ini diberi istilah bersifat amfoterik. Molekul yang bersifat amfoterik dapat bersifat netral atau tidak bermuatan, namun dapat juga bersifat dipolar. Dalam bentuk dipolar ini asam amino disebut sebagai Zwitter Ion (Murwani, 2010). Asam amino terdiri atas asam amino esensial dan asam non esensial, sembilan di antara 20 asam amino yang ada ialah asam amino esensial, yaitu histidin, isoleusin, leusin, lisin, metionin, fenilalanin, treonin, triptofan, valin. Perlu diperhatikan pula bahwa beberapa asam amino juga membutuhkan asam amino lainnya untuk dapat disintesis (Voet dan Voet, 2004). Jika dilihat dari strukturnya, gugus asam karboksilat dan gugus asam amino, keduanya mengalami ionisasi secara sempurna. Oleh karena itu, asam amino dapat bertindak sebagai asam maupun basa. Sifat tersebut dapat disebut sebagai amfoter, mengarah apa elektrolit yang bersifat amfoter (Voet dan Voet, 2004). Sejumlah asam amino dalam tubuh digunakan untuk pembentukan protein dan berada dalam tubuh dengan bentuk polipeptida dan protein yang lebih besar. Walaupun demikian, sejumlah asam amino digunakan untuk keperluan lain,
misalnya pembentuka nukleotida dan asam nukleat. Penting untuk diketahui bahwa sejumlah kecil asam amino digunakan untuk penentuan neurotransmiter, hormon nonpolipeptida lainnya, dan hormon polipeptida seperti insulin dan glukagon. Juga asam amino membawa nitrogen (N) dari suati jaringan ke jaringan lainnyadalam tubuh ataupun keluar tubuh (sejumlah kecil asam amino keluar melalui urin) (Linder, 1992). Menurut Riawan (1989), sifat fisika dari asam amino yaitu: 1. Keaktifan optik. Semua asam α amino aktif optik kecuali glisina (asam amino asetat). 2. Kelarutannya. Kebanyakan asam amino larut dalam pelarut polar, misalnya air dan tak larut dalam pelarut non polar seperti benz ena, heksana dan eter. 3. Asam amino mempunyai titik leleh agak tinggi (> 200
C ini tinggi untuk
°
senyawaan organik) sedangkan dari ester-esternya rendah, ini adalah bukti bahwa asam-asam amino itu berada dalam bentuk ionik sebab untuk mengatasi gaya ionik yang membentuk kisi kristal diperlukan energi. Kenyataan tersebut dapat diterangkan dengan anggapan bahwa molekul-molekul dalam kristal berada dalam bentuk ion dipolar (zwitterion).
1.2 Nelson A
Pereaksi nelson bertujuan untuk mereduksi kupri oksida menjadi kupra oksida yang mana K-Na-Tartrat yang terkandung dalam reagen ini yang berfungsi untuk mencegah terjadinya pengendapan cupri oksida.
Nelson A merupakan
campuran dari Na2CO3 anhidrat, Na2SO4, K-Na-Tartrat dan natrium bikarbonat. Sedangkan pereaksi Nelson B merupakan campuran dari larutan CuSO 4 dan H2SO4 (Sudarmadji, 1996).
Penentuan monosakarida yang dihasilkan dapat dilakukan dengan metoda oksidasi dengan kupri. Metoda ini didasarkan pada peristiwa terduksinya kupri oksida menjadi kupro oksida karena adanya gula reduksi. Reagen yang digunakan merupakan campuran kupri sulfat, Na-karbonat, dan asam sitrat atau campuran kupri sulfat dengan K-Na-Tartrat. K-Na-Tartrat berfungsi sebagai pencegah terjadinya pengendapan kupri oksida yang ada dalam reagen. Pada kedua macam reagen tersebut yang berfungsi sebagai oksidator adalah kupro oksida dan mengendap berwarna merah bata. Jumlah endapan kupro oksida ekivalen dengan banyaknya gula reduksi yang ada. Selain dengan cara tersebut,dapat juga dengan menentukan kelebihan kuprioksida yang ada dalam larutan sebelum dan sesudah direaksikan dengan gula reduksi (Sudarmadji, 1996).
BAB II PERHITUNGAN DAN PEMBUATAN
2.1 Nelson a. Perhitungan
Nelson A : Nelson B
= 25 : 1 = 10 mL : x mL
X (Nelson B)
= 10 mL/25 x 1 = 0,4 mL
b. Pembuatan
Disiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan seperti gelas kimia, gelas ukur 500 mL, sendok tanduk, akuades, neraca analitik, Na 2CO3, NaHCO3, K-Na-C4H4O6.4H2O, dan Na 2SO4. Kedalam gelas kimia dimasukkan akuades sebanyak 50 mL. Serbuk Na 2CO3 diambil sebanyak 1,25 gram dengan menggunakan sendok tanduk, kemudian dilarutkan dengan menggunakan akuades tadi secukupnya. Serbuk K-Na-C 4H4O6.4H2O diambil sebanyak 1,25 gram dengan menggunakan sendok tanduk, kemudian dilarutkan dengan menggunakan sisa akuades tadi secukupnya. Serbuk NaHCO 3 diambil sebanyak 1 gram dengan menggunakan sendok tanduk, kemudian dilarutkan dengan menggunakan sisa akuades tadi secukupnya. Serbuk Na 2SO4 diambil sebanyak 10 gram dengan menggunakan sendok tanduk, kemudian dilarutkan dengan menggunakan sisa akuades tadi secukupnya. Selanjutnya semua larutan tadi dimasukkan kedalam gelas kimia yang lebih besar, kemudian dihomogenkan. Dimasukkan 0,75 gram larutan CuSO 4.5H2O kedalam gelas kimia.
Ditambahkan 5 mL akuades, lalu ditetesi H 2SO4 satu tetes. Larutan Nelson A dan Larutan Nelson B dibuat dengan perbandingan 25 : 1. Dituang ke dalam gelas ukur dan dihomogenkan.
2.2 Asparagin a. Perhitungan
Asparagin 0,1 M 10 mL (Mr = 150,14 gram/mol) W
= M x V x Mr = 0,1 M x 0,01 L x 150,4 gram/mol = 0,1 mol/L x 0,01 L x 150,14 gram/mol = 0,1501 gram
b. Pembuatan
Neraca terlebih dahulu dikalibrasi hingga mencapai nilai nol. Kemudian bubuk asparagin ditimbang menggunakan neraca digital sebanyak 0,1501 gram. Kemudian serbuk tersebut dilarutkan dengan penambahan akuades sedikit demi sedikit. Tambahkan sedikit larutan HCl 1 M agar padatan asparagin larut. Setelah asparagin larut akuades ditambahkan hingga mencapai 10 mL, setelah itu larutan dihomogenkan kemudian disimpan kedalam botol reagen.
2.3 Leusin a. Perhitungan
Asparagin 0,1 M 10 mL (Mr = 131,8 gram/mol) W
= M x V x Mr = 0,1 M x 0,01 L x 131,8 gram/mol = 0,1 mol/L x 0,01 L x 131,8 gram/mol
= 0,1312 gram
b. Pembuatan
Neraca terlebih dahulu dikalibrasi hingga mencapai nilai nol. Kemudian bubuk leusin ditimbang menggunakan neraca digital sebanyak 0,1312 gram. Kemudian serbuk tersebut dilarutkan dengan penambahan akuades sedikit demi sedikit. Tambahkan sedikit larutan HCl 1 M agar padatan asparagin larut. Setelah asparagin larut akuades ditambahkan hingga mencapai 10 mL, setelah itu larutan dihomogenkan kemudian disimpan kedalam botol reagen.
2.4 Treonin a. Perhitungan
Asparagin 0,1 M 10 mL (Mr = 119,12 gram/mol) W
= M x V x Mr = 0,1 M x 0,01 L x 119,12 gram/mol = 0,1 mol/L x 0,01 L x 119,12 gram/mol = 0,1191 gram
b. Pembuatan
Neraca terlebih dahulu dikalibrasi hingga mencapai nilai nol. Kemudian bubuk asparagin ditimbang menggunakan neraca digital sebanyak 0,1501 gram. Kemudian serbuk tersebut dilarutkan dengan penambahan akuades sedikit demi sedikit. Tambahkan sedikit larutan HCl 1 M agar padatan asparagin larut. Setelah asparagin larut akuades ditambahkan hingga mencapai 10 mL, setelah itu larutan dihomogenkan kemudian disimpan kedalam botol reagen.
2.5 Gliserol a. Perhitungan
Gliserol 12 % dari gliserol 87 % sebanyak 50 mL 12 % x 50 mL = 87 % x X
=
12 % x 50 mL 87 %
= 6,90 mL
b. Pembuatan
Disiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan seperti gelas kimia, erlenmeyer, akuades dan gliserol 87 % kedalam erlenmeyer dimasukkan gliserol 87 % sebanyak 50 mL kemudian dilarukan dengan akuades dan dihomogenkan.
DAFTAR PUSTAKA
Linder, M. C., 1992, Biokimia Nutrisi dan Metabolisme, UI-Press, Jakarta. Murwani, R., 2010, Modul Perkuliahan Protein dan Asam Amino, UNDIP, Semarang. Riawan, S., 1989, Kimia Organik, Binarupa Aksara Jakarta. Sudarmadji, 1996, Analisa Bahan Makanan, Liberty, Yogyakarta. Voet, D., dan Voet, J. G., 2004, Biochemistry 4th Edition, J. Wiley and Sons, Canada.
LEMBAR PENGESAHAN
Makassar, 4 Maret 2016 Asisten
Resky Dwi Cahyati
Praktikan
Bahrun
LAMPIRAN I BAGAN KERJA a. Pembuatan Peraksi Nelson
0,75 gram CuSO4.5H2O
1,25 gram Na2CO3
- Di masukkan 50 mL akuades kedalam gelas ukur.
- Dimasukkan kedalam gelas kimia.
- Di masukkan 1,25 gram Na 2CO3 kedalam - Ditambahkan 5 mL
gelas kimia yang berukuran 200 mL. - Ditambahkan akuades secukupnya.
akuades.
- Diaduk. -
Diulangi
- Ditetesi dengan H2SO4 langkah
diatas
dengan
menggatikan 1,25 gram Na 2CO3 dengan
- Diaduk
1,25 gram K-Na-C4H4O6.4H2O, 1 gram NaHCO3, 10 gram Na2SO4. -
Dicampurkan semua larutan tadi
-
Dicampurkan dengan perbandingan larutan A : Larutan B adalah 25 : 1
Hasil
b. Pembuatan Aspargin 0,1 M 10 mL
Padatan Aspargin
- Ditimbang menggunakan neraca digital sebanyak 0,1501 gram - Dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer - Dilarutkan dengan akuades sedikit demi sedikit - Ditambahkan HCl 1 M agar larut sempurna - Ditambahkan akuades hingga volume larutan menjadi 10 mL - Di aduk dengan menggunakan batang pengaduk hingga larut Hasil
c. Pembuatan Leusin 0,1 M 10 mL
Padatan Leusin
- Ditimbang menggunakan neraca digital sebanyak 0,1312 gram - Dimasukkan ke dalam erlenmeyer - Dilarutkan dengan akuades sedikit demi sedikit - Ditambahkan HCl 1 M agar larut sempurna - Ditambahkan akuades hingga volume larutan menjadi 10 mL - Di aduk dengan menggunakan batang pengaduk hingga larut Hasil
d. Pembuatan Threonin 0,1 M 10 mL
Padatan Threonin
- Ditimbang menggunakan neraca digital sebanyak 0,1191 gram - Dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer - Dilarutkan dengan akuades sedikit demi sedikit - Ditambahkan HCl 1 M agar larut sempurna - Ditambahkan akuades hingga volume larutan menjadi 10 mL - Diaduk dengan menggunakan batang pengaduk hingga larut Hasil
e. Gliserol
Gliserol 87 % . -
Disiampkan semua alat dan bahan yang akan digunakan
-
Disiapkan satu gelas kimia yang berisi akuades
-
Dimasukkan 50 mL gliserol 87 % kedalam erlenmeyer
-
Dihomogenkan
Hasil