BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Latar Belakan Belakang g
Maju Majuny nyaa ting tingka katt kehi kehidu dupa pan n masy masyara araka katt di Pula Pulau u Bali Bali menu menunt ntut ut pemenuhan kebutuhan hidup yang lebih tinggi. Karena Kar ena Bali merupakan ikon pariwisata nasional dan daerah tujuan utama wisata berskala internasional. Pesatnya pertumbuhan penduduk dan aktivitas industri pariwisata tersebut akan akan mening meningkat katkan kan jumlah jumlah limbah limbah sebagai sebagai akibat akibat dari dari aktivi aktivitas tas tersebu tersebut. t. Apalagi pada saat ini Bali mengalami masalah lingkungan yang sangat tinggi. Kondis Kondisii tersebu tersebutt akan akan berdam berdampak pak terhada terhadap p penuru penurunan nan kualit kualitas as sanita sanitasi si lingkungan dan penurunan kualitas air yang menyebabkan banyak limbah – limbah di Pulau Bali, terutama di pusat-pusat pertumbuhan seperti di wilayah Kuta, Sanur dan Denpasar. Limbah Limbah merupa merupakan kan zat, zat, baik baik berupa berupa padat, padat, cair maupun maupun gas yang yang dihasilkan oleh organisme atau sistem yang dibuang ke lingkungan dan tidak digunakan oleh organisme atau sistem yang menghasilkannya (Allaby, 1997). Limbah dalam jangka panjang atau jangka pendek akan membuat perubahan terhadap terhadap lingkunga lingkungan n sehingga sehingga perlu diupayakan diupayakan suatu pengolahan pengolahan limbah sesuai dengan karakter limbah itu sendiri (Gintings, 1995). Proses pengolahan limbah akan dapat menghasilkan limbah yang mempunyai kualitas yang sama dengan dengan kualit kualitas as air lingku lingkunga ngan n dan memenu memenuhi hi standar standar baku baku mutu mutu sesuai sesuai dengan peruntukannya (Wardhana, 2001). Untuk itu, pemerintah Propinsi Bali bekerja sama dengan pemerintah pusat, dan Pemerintah Jepang menyelenggarakan pembangunan Denpasar Sewerage Development Project (DSDP). Diharapkan dengan adanya DSDP dapat mengurangi tingkat pencemaran tadi. Cakupan layanan DSDP Tahap I, telah dilaksanakan yang meliputi wilayah Kota Denpasar, Sanur dan LegianSeminyak. DSDP memiliki peran penting dalam tiga aspek yaitu (anonim, 2010): 2010): 1) Aspek lingkungan lingkungan dengan cara mengurangi mengurangi pencemaran badan air yang berasal dari limbah rumah tangga, hotel dan restoran, 2) Aspek kedua yaitu kesehatan dalam hal untuk mengurangi penyakit, meningkatkan gizi dan
produktivitas kerja, 3) Serta aspek ketiga yaitu menyangkut citra Bali sebagai daerah turis yang indah dan nyaman. Dalam mengalirkan limbah-limbah rumah tangga yang akan dialirkan menuju IPAL, digunakan sambungan rumah (house connection). Sambungan Rumah meliputi jaringan perpipaan yang akan menyalurkan limbah dari kamar mandi/WC, tempat cuci, dapur dan sebagainya, menuju House Inlet (bak kontrol) yang dibuat di halaman depan rumah pelanggan dengan ukuran 45-85 cm dan kedalaman 70-110 cm disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Dari House Inlet, air limbah kemudian disalurkan dengan pipa PVC ke pipa sewer yang terdapat di jalan. House Inlet berfungsi sebagai bak kontrol dalam pemeliharaan saluran air limbah dari pelanggan. Pengolahan air limbah pada IPAL Suwung tersebut dilakukan secara biologis dengan menggunakan sistem lagoon (BLUPAL, 2007). Air limbah yang telah masuk ke IPAL Suwung akan mengalami beberapa tahap pengolahan diantaranya adalah pengolahan primer ( Primary Treatment ) pada inlet chanel dengan tujuan untuk memisahkan padatan yang masih terkandung di dalam air limbah dengan system penyaringan. Selanjutnya air limbah akan mengalami pengolahan sekunder ( Secondary Treatment ) secara biologi yang bertujuan untuk memisahkan padatan yang mudah mengendap, padatan terlarut serta nutrien (N dan P). Untuk pengolahan sekunder ini dilakukan dengan dua sistem yaitu kolam aerasi (aerated lagoon) dan kolam sedimentasi ( sedimentation pond ) . Waktu tinggal air limbah pada kolam aerasi adalah selama 2 hari dan terdapat 11 aerator yang berfungsi untuk mensuplai oksigen secara kontinyu untuk membantu mikroorganisme menguraikan bahan organik yang terkandung dalam air limbah. Sedangkan waktu tinggal air limbah pada kolam sedimentasi adalah sekitar 16 jam. Air limbah yang telah diolah kemudian dialirkan melalui saluran air (badan air) menuju ke hutan mangrove (BLUPAL, 2007). Pengambilan sampel air limbah pada IPAL Suwung Denpasar dilakukan pada tiga lokasi yaitu Influent dan effluent. Pengambilan sampel disesuaikan dengan waktu tinggal air limbah pada IPAL Suwung Denpasar yaitu selama 2 hari pada kolam aerasi dan 16 jam pada kolam sedimentasi.
Pada masing-masing lokasi, sampel diambil pada beberapa bagian kemudian dikomposit menjadi
satu.
Untuk menentukan efektivitas
tiap tahap
pengolahan air limbah pada IPAL Suwung Denpasar dilakukan pengukuran parameter BOD, COD dan amonia terhadap sampel air dari ketiga lokasi yang telah ditentukan. Pengambilan sampel untuk analisis parameter BOD, COD dan amonia ini dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan selama kurun waktu satu bulan. Pengambilan sampel ini dilakukan dengan selang waktu pengulangan selama 10 hari. Alasan magang dalam 1 bulan karena ingin menambah ilmu dan wawasan yang ada di lapangan pekerjaan. Walaupun dalam perkulian sudah diajarkan tentang analisis air tetapi kami ingin mengetahui lebih jelas bagaimana proses pengolahannya. Selain itu, dengan adanya magang ini mahasiswa bisa menemukan ide-ide dan selanjutnya dapat digunakan untuk membuat proposal TA.
1.2. Tujuan Kegiatan
Magang yang dilaksanakan di IPAL Suwung Denpasar memiliki tujuan sebagai berikut. 1.
Dapat menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah.
2.
Mengetahui jenis kegiatan dan mampu melakukan kegiatan yang dilakukan
di IPAL Suwung Denpasar khususnya
pada
bagian
laboratorium. 3.
Memperoleh pengalaman kerja yang berkaitan dengan analisis kimia di IPAL Suwung Denpasar memiliki kesiapan untuk terjun dan bersaing di dunia kerja.
4.
Untuk mengisi liburan akhir semester agar lebih bermanfaat dan memperoleh ide-ide dalam penyusunan TA
1.3. Manfaat Kegiatan
Manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan Magang di IPAL Suwung Denpasar adalah sebagai berikut.
a. Bagi Mahasiswa 1) Mendapatkan pengalaman kerja. 2) Dapat memperdalam ilmu pengetahuan dan wawasan terutama dalam pengolahan air limbah 3) Dapat membentuk karakter diri sehingga memiliki kematangan diri untuk memasuki dunia kerja. b. Bagi Tempat Magang IPAL Suwung Denpasar 1) Pihak IPAL Suwung Denpasar mendapatkan bantuan tenaga analis. 2) Pihak IPAL Suwung Denpasar dapat secara langsung mensosialisasikan analisa-analisa yang dapat dilakukan dengan sumber daya manusia (SDM) professional. c. Bagi Lembaga Universitas Pendidikan Ganesha (Jurusan Analis Kimia) 1) Sarana sosialisasi dan eksistensi Jurusan Analis Kimia. 2) Media untuk menjalin kerja sama dengan IPAL Suwung Denpasar dari segi pengembangan ilmu pengetahuan dan perekrutan tenaga kerja.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Air Limbah
Limbah cair atau air limbah adalah kotoran dari masyarakat, rumah tangga,dan ada juga yang berasal dari industri, air tanah, air permukaan serta buangan lainnya. Dengan demikian, air buangan merupakan hal yang bersifat kotoran umum (Sugiharto,1987). Semakin bertambah dan meningkatnya jumlah penduduk dangan segala kegiatannnya akan meningkatkan pula jumlah limbah cair yang dihasilkan. Pada umumnya limbah cair dibuang ke dalam tanah, sungai, danau, dan laut. Jika jumlah air limbah yang dibuang melebihi kemampuan alam untuk menerima atau menampungnya, maka akan terjadi kerusakan lingkungan. (Forum Komunikasi Mahasiswa Teknologi Pengelolaan dan Pemenfaatan Sampah atau LimbahPerkotaan, 2002). Elemen biologi dalam sistem perairan berkaitan erat dengan komponen-komponen kimia. Komponen kimia tersebut merupakan salah satu parameter yang sangat penting untuk menganalisis efek dari perubahan kualitas air. Komponen kimia air dalam perairan dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok yaitu bahan organik yang terdiri atas senyawa organik alam, senyawa organik sintesis, serta bahan anorganik dan gas. Zat-zat organik terdapat di dalam air dalam kadar yang rendah dan hanya merupakan bagian kecil dari seluruh jumlah padatan yang ada. Keberadaan senyawa organik di dalam air akan menimbulkan berbagai masalah bau dan rasa. Keberadaan senyawa organik juga menyebabkan air memerlukan proses pengolahan yang lebih komplek, menurunkan kandungan oksigen, serta menyebabkan terbentuknya senyawa beracun (Siregar, 2005). Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik disebutkan pada pasal 1 ayat 1, bahwa air limbah adalah air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan permukiman (real estate), rumah makan, perkantoran, perniagaan, apertemen dan asrama. Dengan demikian tidak hanya limbah industri yang dapat menyebabkan pencemaran, limbah domestik juga dapat menyebabkan pencemaran. Masalah ini jika tidak ditangani secara seksama akan menyababkan pencemaran lingkungan.
Limbah cair domestik memiliki beban pencemar yang tinggi terutama pada dua jenis limbah cair yaitu detergen dan tinja. Deterjen sangat berbahaya bagi lingkungan karena detergen memiliki kemampuan untuk melarutkan bahan bersifat kersinogen. Selain gangguan terhadap masalah kesehatan, kandungan dertergen dalam air minum akan menimbulkan bau dan rasa tidak enak. Sedangkan tinja merupakan faktor pembawa berbagai macam penyakit bagi manusia karena terdapat mikroorganisme pathogen yang dapat menularkan berbagai penyakit bila masuk ke dalam tubuh manusia. (Fakhrizal,2004). 2.2. BOD (Biochemical Oxygen Demand)
BOD adalah jumlah
oksigen
yang
dibutuhkan oleh mikroorganisme
untuk menguraikan zat – zat organik dalam air. Kebutuhan oksigen biokimia adalah ukuran kandungan bahan organik dalam limbah cair. Kebutuhan oksigen biokimia ditentukan dengan mengukur jumlah oksigen yang diserap oleh sampel limbah cair akibat adanya mikroorganisme selama periode waktu tertentu, biasanya 5 hari, pada suatu temperatur tertentu, umumnya 20 °C. Pada laju perubahan tahap pertama atau tahap carbonaceous, BOD berkurang sesuai dengan pertambahan waktu. Bila tersedia cukup waktu, dan BOD carbonaceous telah tercukupi, maka berlangsung BOD nitrogenous. BOD merupakan ukuran utama kekuatan limbah cair. BOD juga merupakan petunjuk dari pengaruh yang diperkirakan terjadi pada badan air penerima berkaitan dengan pengurangan kandungan oksigennya. Secara umum, derajat pengolahan yang dicapai oleh bangunan pengolahan harus dipilih sedemikian rupa sehingga BOD effluent tidak akan menurunkan derajat kandungan oksigen sampai tingkat tertentu pada badan air penerima agar badan air dapat tetap berfungsi sesuai peruntukannya ( Soeparman,2001). BOD adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses proses mikrobiologis yang benar-benar terjadi didalam air. Angka BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan hampir semua zat organik yang terlarut dan sebagian zat-zat organik yang tersuspensi dalam air (Alaerts dan Santika, 1987). Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan penduduk atau industri dan untuk mendesain sistem-sistem pengolahan biologis bagi air yang tercemar tersebut. Penguraian zat organik adalah peristiwa alamiah jika suatu badan air dicemari oleh zat organik, bakteri dapat menghabiskan oksigen terlarut dalam air selama proses oksidasi tersebut. Yang bisa mengakibatkan kematian ikan-ikan dalam air dan keadan menjadi anaerobik dan dapat menimbulkan bau busuk pada air tersebut.
Biochemichal Oxygen Demand (BOD) adalah salah satu yang paling umum dari tindakan polutan bahan organik di dalam air. Direksi menunjukkan jumlah putrescible organik masalah hadir di dalam air. Oleh karena itu, direksi yang rendah merupakan indikator yang baik kualitas air, sedangkan yang tinggi menunjukkan direksi polluted air. Direksi uji melayani fungsi sangat pentingdalam mengontrol aliran polusi-kegiatan. Ini merupakan prosedur yang bioassay mengukur jumlah oksigen yang dikonsumsi oleh organisme hidup sedangkanmereka memanfaatkan organik hadir dalam masalah sampah, di bawah kondisiserupa di alam. Tradisional yang lain untuk tes atau indikator kualitas air adalah kebutuhan oksigen kimia (COD) dan pH. 2.3. DO (Dissolved Oxygen)
Oksigen terlarut ( DO ) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesa dan absorbsi atmosfer/udara. Oksigen terlarut di suatu perairan sangat berperan dalam proses penyerapan makanan oleh mahkluk hidup dalam air. Untuk mengetahui kualitas air dalam suatu perairan, dapat dilakukan dengan mengamati beberapa parameter kimia seperti oksigen terlarut (DO). Semakin banyak jumlah DO (dissolved oxygen ) maka kualitas air semakin baik. Jika kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobik yang mungkin saja terjadi. Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut. DO penting dalam pengoperasian sistem saluran pembuangan maupun bangunan pengolahan limbah cair. Air bersih biasanya jenuh akan oksigen namun dengan cepat akan berkurang apabila limbah organik ditambahkan kedalamnya. Pada daerah yang beriklim panas dan saluran limbah cair yang mempunyai kemiringan cukup, limbah cair akan mencapai bangunan pengolahan dalam kondisi yang baik, meskipun derajat kandungan oksigennya mungkin sangat rendah. Di daerah yang beriklim hangat dan dimana saluran limbah cair kemiringannya datar, sehingga kecepatan aliran menjadi rendah, akan terjadi endapan bahan padat, dan limbah cair memerlukan akan menjadi tidak mengandung oksigen dan sampai pada kondisi septik. (Soeparman. 2001).
Limbah cair yang dalam kondisi septik lebih sukar diolah dan menimbulkan bau pada system sewerage dan bangunan pengolahan. Derajat kandungan oksigen pada limbah cair sangat bervariasi dan sama sekali tidak stabil. Tujuan pengolahan limbah cair sebelum diolah adalah memelihara kandungan oksigen yang terlarut dan cukup untuk mencegah terjadinya kondisi anaerobik. Meskipun harus mencapai oksigen terlarut yang cukup utnuk memenuhi persyaratan untuk diolah, pada umumnya sudah cukup. Pada effluent yang telah diolah, derajat kandungan oksigen 1 atau 2 mg/ltr dapat dicapai. (Soeparman, 2001)Dissolved oksigen (DO) yang digunakan oleh bakteri ketika banyak organik dari kotoran atau hal lainnya discharges yang hadir di dalam air. DO yang sebenarnya adalah jumlah oksigen yang tersedia dalam bentuk larut dalam air. Bila DO turun di bawah tingkat tertentu, yang hidup dalam bentuk yang tidak dapat air untuk melanjutkan pada tingkat normal. Menurunnya pasokan oksigen di dalam air memiliki efek negatif pada ikan dan air kehidupan. Membunuh ikan dan invasi serta pertumbuhan gulma jenis tertentu dapat menyebabkan perubahan dramatis dalam sungai atau badan air lainnya. Energi yang berasal dari proses oksidasi. Direksi menentukan kekuatan kotoran. 2.4. COD (Chemical Oxygen Demand)
COD (Chemical Oxygen Demand = Kebutuhan Oksigen Kimia) adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik yang ada dalam sampel air, dimana pengoksidasi K 2Cr 2O7 digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent). Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dalam air (Anonim, 2011). Uji COD biasanya menghasilkan nilai kebutuhan oksigen yang lebih tinggi dari pada uji BOD Karena bahan-bahan yang stabil pada reaksi biologi dan mikroorganisme ikut teroksidasi pada uji COD. 2.5. Suhu, pH dan TSS
Suhu : Secara umum, kenaikan suhu perairan akan mengakibatkan kenaikan aktifitas biologi sehingga akan membentuk O 2 lebih banyak lagi. Kenaikan suhu perairan secara alamiah biasanya disebabkan oleh aktifitas penebangan vegetasi disekitar sumber air tersebut, sehingga menyebabkan
banyaknya cahaya matahari yang masuk tersebut mempengaruhi akuifer yang ada secara langsung atau tidak langsung. Derajat Keasaman (pH air) : Penting dalam proses penjernihan air karena keasaman air pada umumnya disebabkan gas oksida yang larut dalam air terutama karbondioksida. Pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan dari pada penyimpangan standar kualitas air minum dalam hal pH yang lebih kecil 6,5 dan lebih besar dari 9,2 akan tetapi dapat menyebabkan beberapa senyawa kimia berubah menjadi racun yang sangat menggangu kesehatan. TSS adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter >1µm) yang tertahan pada saringan Millipore dengan diameter pori 0,45 µm. TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad renik, yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air (Effendi, 2003).
BAB III PROFIL INSTANSI
BAB IV RINCIAN PELAKSANAAN
BAB V PENUTUP 5.1. Simpulan
Magang merupakan suatu kegiatan yang digunakan mahasiswa untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh dari perkuliahan baik secara praktis maupun teoritis. Selain itu, magang ini juga sangat bermanfaat dalam mengisi waktu liburan mahasiswa. Magang awal ini dilaksanakan di IPAL (Instalansi Pengolahan Air Limbah) Suwung selama satu bulan. IPAL merupakan salah satu usaha pengolahan air limbah yang dibangun guna mengolah limbah rumah tangga yang dipusatkan pada adaerah sekitar denpasar, sanur, dan kuta. Dalam kegiatan magang ini kami diajarkan mengukur 6 parameter pengujian kualitas air limbah. Air limbah tersebut berasal dari wilayah Sanur dan wilayah Denpasar yang meliputi daerah Kuta dan Seminyak. Sampel Air limbah yang diambil dari influent dan effluent kemudian diuji pH, Suhu, DO (Oksigen Terlarut), TSS, BOD, dan CODnya. Pengujian ini dilakukan rutin setiap hari senin sampai jumat yang menyesuaikan dengan waktu kerja pegawai di IPAL.
5.2. Saran
1. Kampus Undiksha Pihak Kampus Undiksha yang dimaksud adalah dosen-dosen
di
jurusan Analis Kimia. Selama perkuliahan berlangsung ada beberapa praktikum analisis air khusunya pada pengujian BOD dan COD yang mengalami sedikit kendala, sehingga kami selaku peserta magang mengalami sedikit kesulitan dalam pengujian tersebut. Untuk kedepannya, kami
mengharapkan
agar
praktikum
lebih
dioptimalkan
dalam
perkuliahan, tidak hanya dalam praktikum analisis air tetapi dalam mata kuliah lainnya. Karena sebagai mahasiswa yang mengenyam pendidikan diploma, praktikum-praktikum tersebut sangatlah berguna sebagai bekal dalam dunia kerja.
2. IPAL Suwung Kami berharap agar perjalinan kerjasama antara pihak Undiksha dengan pihak IPAL dapat terus berjalan harmonis seperti ini.