BAB I DATA DASAR PASIEN A. Identitas Nama
: Mr. Z
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 36 Tahun
Agama
: Islam
Suku bangsa
: Sasak
Pekerjaan
: Petani
Alamat
: Mengkuri
Status perkawinan : Menikah
B. Anamnesis 1. Keluhan Utama Nyeri pinggang menjalar sampai ke kaki 2. Riwayat Kronologis Penyakit Pasien dating ke rumah sakit dalam keadaan sadar dengan keluhan nyeri pinggang ± 4 bulan yang lalu, nyeri dirasakan semakin lama semakin memberat, serangan nyeri datang tidak mengenal saat beraktivitas maupun tidak, sesak berkurang jika beristrahat, selain itu nyeri dirasakn menjalar ke kedua kaki hingga lutut, nyeri juga memberat terutama saat batuk, demam ( +-), mual ( - ), muntah ( - ), penurunan berat badan secara drastis ( - ), sering berekeringat ( - ), nyeri ulu
hati ( - ), BAB ( + ) lancar warna normal seperti biasa, BAK ( + ) warna kuning seperti biasa, nyeri ( - ),. Sempat mendapatkan perawatan di Malaysia. 3. Riwayat Penyakit Dahulu Pada pasien pernah dilakukan tindakan laparotomi untuk penangan perforasi usus.
Riwayat Hipertensi
:(-)
Riwayat DM
:(-)
Riwayat Asma
:(-)
Riwayat OAT
:(-)
4. Riwayat Penyakit Keluarga Menurut pasien, keluarga tidak ada yang menderita penyakit dengan gejala seperti ini. 5. Keluhan Sistemik a) Kulit
: Tidak ada keluhan
b) Kepala
: Tidak ada keluhan
c) Mata
: Tidak ada keluhan
d) Telinga
: Tidak ada keluhan
e) Hidung
: Tidak ada keluhan
f) Mulut
: Tidak ada keluhan
g) Tenggorok
: Tidak ada keluhan
h) Leher
: Tidak ada keluhan
i) Punggung
: Nyeri punggung
j) Respirasi
: Tidak ada keluhan
k) Kardiovaskuler
: Tidak ada keluhan
l) Gastrointestinal
: Tidak ada keluhan
m) Genitourinaria
: Tidak ada keluhan
n) Ekstremitas
: nyeri pada kedua kaki
C. Pemeriksaa Fisik Pemeriksaan Fisik pada tanggal 17 oktober 2013, didapatkan seorang laki-laki usisa 36 tahun tinggi badan kira – kira 160 cm dengan berat badan kira – kira 55 kg. Kesan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis GCS 15
Tanda Vital
: TD
:132/80 mmHg
Nadi : 80x/menit Suhu : 370 C RR
: 24x/menit
KULIT Sikatrik ( - ), sianosis ( - ), Ruam ( - ), turgor kulit menurun, lesi ( - ), dekubitus ( - ). KEPALA Bentuk
: Normocephaly
Rambut
: hitam
WAJAH Raut muka
: Tampak menahan nyeri
Odem
: Tidak ada
MATA
Konjungtiva
: Anemis ( - )
Sklera
: Ikterik ( - )
HIDUNG Bentuk
: Normal
Pernapasan cuping hidung
:(-)
TELINGA Bentuk
: Normal
Sekret
:(-)
MULUT Bibir
: Normal
Sianosis
:(-)
LEHER Trakea
: Ditengah
Kelenjar
: Dalam batas normal
Massa
:(-)
THORAK Inspeksi -
Ketertinggalan gerak pada thorak dsebelah kanan, massa ( - ), sikatrik ( - ), spider nevi ( - )
Palpasi -
Pergerakan simetris
Perkusi -
Dalam batas normal
Auskultasi -
Suara Vesikuler (+), Ronkhi (-), Wheezing (-)
JANTUNG Inspeksi -
Iktus cordis tampak
Palpasi -
Iktus cordis teraba 2 jari di ICS V
Auskultasi -
S1S2 Tunggal reguler
ABDOMEN Inspeksi -
Pigmentasi normal, massa ( - ), sikatrik ( - ), ruam ( - ).
Auskultasi -
Bising usus ( + ) normal
Palpasi -
Massa ( - ), nyeri tekan ( - ), turgor kulit menurun, hepar tidak teraba, lien tidak teraba.
Perkusi -
Timpani
PUNGGUNG Inspeksi -
normal, massa ( - )
Palpasi
-
Nyeri ( - ), masaa ( - )
EKSTREMITAS Inspeksi -
Odem ( - ), sianosis ( - ), pucat ( - ), ulkus ( - )
Palpasi -
Akral hangat ( + ), nyeri ( - ), massa ( - ), odem ( - )
ALAT KELAMIN Tidak diperiksa REKTUM Tidak diperiksa NEUROLOGI Tidak diperiksa BICARA Normal
D. PEMERIKSAA PENUNJANG 1. Radiologi : Rontgen Thorak Rontgen Thorak ( 17 Oktober 2013 )
E. Diagnosa Sementara Spondilitis Lumbal
BAB II PEMBAHASAN 1. Kajian Kasus Dari anamnesa didapatkan data pasien dating ke rumah sakit dalam keadaan sadar dengan keluhan nyeri punggung ± 4 bulan yang lalu, nyeri dirasakan semakin lama semakin memberat, serangan nyeri datang tidak mengenal saat beraktivitas maupun tidak, nyeri berkurang jika pasien istrahat dan dipijat, nyeri dada ( - ), selain itu nyeri punggung dirasakn menyebar ke kedua kaki hingga lutut, nyeri juga memberat terutama saat batuk, demam ( + ), mual ( - ), muntah ( - ), penurunan berat badan secara drastis ( - ), sering berekeringat ( - ), nyeri ulu hati ( - ), BAB ( + ) lancar warna normal seperti biasa, BAK ( + ) warna kuning seperti biasa, nyeri ( - ), pasien mendapatkan perawatan saat di Malaysia. Seorang laki-laki usisa 36 tahun tinggi badan kira – kira 160 cm dengan berat badan kira – kira 55 kg. Kesan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis GCS 15
Tanda Vital
: TD
Nadi
: 84x/menit
Suhu
: 370 C
RR
: 24x/menit
:120/80 mmHg
Pemeriksaan Thorak didapatkan ; - Vesikuler (+), - Ronkhi (-/-), - Fremitus Vokal normal, - pada perkusi didapatkan suara sonor, serta pada pemerikasaan foto spine didapatkan gambaran tampak dekstruksi di L2, sehingga jarak L1 dan L2 menyempit.
Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang rontgen, kita dapat menegakkan diagnosa pada pasien ini yaitu spondilitas lumbal, Namun mengingat spondilosis lumbal merupakan salah satu bagian dari nyeri Pinggang bawah, perlu kita mengetahui secara menyuluruh hal-hal yang berkaitan dengan spondilodis ini.
Spondilosis Lumbal Definisi Spondilo berasal dari bahasa Yunani yang berarti tulang belakang. Spondilosis lumbalis dapat diartikan perubahan pada sendi tulang belakang dengan ciri khas bertambahnya degenerasi discus intervertebralis yang diikuti perubahan pada tulang dan jaringan lunak, atau dapat berarti pertumbuhan berlebihan dari tulang (osteofit), yang terutama terletak di aspek anterior, lateral, dan kadang-kadang posterior dari tepi superior dan inferior vertebra centralis (corpus). Secara singkat, sponsylosis adalah kondisi dimana telah terjadi degenerasi pada sendi intervertebral yaitu antara diskus dan corpus vertebra dan ligamen (terutama ligamen flavum) (John J. Regan, 2010). Spondylosis adalah suatu kondisi degeneratif yang mempengaruhi tulang belakang pinggang, Tulang belakang di pengaruhi oleh penyempitan ruang (kanal spinal) yang berisi saraf (sumsum tulang belakang), menyebabkan berbagai masalah kesehatan mulai dari sakit punggung sampai masalah neurologis. Apabila semakin parah akan menyebabkan tekanan pada akar saraf dengan gangguan sensorik atau motorik seperti nyeri, parestesia atau kelemahan otot pada tungka. Anatomi Fisiologi
Anatomi 1.Vertebra Kolumna vertebralis atau rangkaian tulang belakang adalah sebuah struktur yang lentur yang dibentuk oleh sejumlah tulang yang disebut vertebra atau ruas tulang belakang. Diantara tiap dua ruas tulang pada tulang belakang terdapat bantalan tulang rawan Panjang rangkaian
tulang belakang pada orang dewasa dapat mencapai 57 – 67 cm. Seluruhnya terdapat 33 ruas tulang, 24 buah diantaranya adalah tulang-tulang terpisah dari 19 ruas sisanya bergabung membentuk 2 tulang. Kolumna vertebra terdiri dari 7 vertebra servikal atau ruas tulang leher, 12 vertebra thorakal atau ruas tulang punggung, 5 vertebra lumbal atau ruas tulang pinggang, 5 vertebra sacrum atau ruas tulang kelangkang, 4 vertebra koksigeus atau ruas tulang tungging (Evelyn, 1999)
Dilihat dari samping kolumna vertebralis memperlihatkan 4 (empat) kurva atau lengkung. Di daerah vertebra servikal melengkung ke depan, daerah thorakal melengkung ke belakang,
daerah lumbal melengkung ke depan, dan di daerah pelvis melengkung ke belakang. (Syaifuddin)
Anatomi yang akan diuraikan dalam Laporan kasus ini merupakan anatomi yang berhubungan dengan pemeriksaan Lumbal.
a.Lumbal
Vertebralis lumbalis atau ruas tulang pinggang adalah yang terbesar. Badannya lebih besar dibandingkan badan vertebra lainnya dan berbentuk seperti ginjal. Prosesus spinosusnya lebar, tebal, dan berbentuk seperti kapak kecil. Prosesus transversusunya panjang dan langsing. Apophyseal joint dari lumbal lebih ke posterior dari coronal plane, artikulasi ini dapat dilihat dengan posisi oblik. Foramen intervertebralis dari lumbal berada
ditengah
dari
sagital
plane.
Vertebra lumbal terdiri dari dua komponen, yaitu komponen anterior yang terdiri dari korpus, sedangkan komponen posterior yaitu arkus vertebralis yang terdiri dari pedikel, lamina, prosesus transverses, prosesus spinosus dan prosesus artikularis. Setiap dua korpus vertebra dipisahkan oleh discus intervertebralis dan ditahan serta dihubungkan satu
dengan
yang
lain
oleh
ligamentum.
Foramina vertebralis lumbalis berbentuk segitiga, ukurannya sedikit lebih besar dari milik vertebra thorakalis tapi lebih kecil dari vertebra servikalis. Bagian bawah dari medulla spinalis meluas sampai foramen vertebra lumbalis satu, foramen vertebra lumbal
lima
hamya
berisi
kauda
equina
dan
selaput
–
selaput
otak.
Prosesus transversus berbentuk tipis dan panjang kecuali pada vertebra lumbal lima yang kuat dan tebal. Berukuran lebih kecil daripada yang terdapat pada vertebra thorakalis. Prosesus spinosus berbentuk tipis, lebar, tumpul dengan pinggir atas mengarah ke arah bawah dank e arah dorsal. Prosesus ini dapat diketahui kedudukannya dengan cara meraba
atau
palpasi.
Prosesus artikularis superior meripakan fasies artikularis yang sekung dan menghadap posteromedial, sebaliknya fasies artikularis inferiornya cembung dan menghadap ke anterolateralis(Ballinger,
1995).
b.Sakrum
Sakrum atau tulang kelangkang berbentuk segitiga dan terletak pada bagian bawah kolumna vertebralis, terjepit diantara kedua tulang inominata (atau tulang koxa) dan membentuk bagian belakang rongga pelvis(panggul). Dasar dari sacrum terletak di atas dan bersendi dengan vertebra lumbalis kelima dan membentuk sendi intervertebral yang khas. Tepi anterior dari basis sacrum
membentuk
promontorium
sakralis.
Kanalis sakralis terletak dibawah kanalis vertebralis (saluran tulang belakang) dan memang lanjutan daripadanya. Dinding kanalis sakralis berlubang-lubang untuk dilalui saraf sacral. Prosesus spinosus yang rudimenter dapat dilihat pada pandangan posterior dari sacrum. Permukaan anterior sacrum adalah cekung dan memperlihatkan empat gili-gili melintang, yang menandakan tempat penggabungan kelima vertebra sakralis.
Pada ujung gili-gili ini, disetiap sisi terdapat lubang-lubang kecil untuk dilewati urat-urat saraf. Lubang-lubang ini disebut foramina. Apex dari sacrum bersendi dengan tulang koksigeus. Di sisinya, sacrum bersendi dengan tulang ileum dan membentuk sendi sakro-iliaka kanan dan kiri(Evelyn, 1999).
2.2.2 Fisiologi Kolumna vertebralis merupakan bagian dari rangka batang badan. Berfungsi untuk menyalurkan berat kepala, ekstrimitas atas dan batang badan pada tulang panggul. Juga berfungsi
untuk melindungi medula spinalis serta selaput otaknya yang mempunyai tempat di kanalis vertebralis. Fungsi ketiga dari kolumna vertebralis adalah untuk menghasilkan gerakan-gerakan serta
menjadi
tempat
lekat
dari
otot-otot.
(Bajpai,
1991)
Vertebra lumbosakaral merupakan bagian dari tulang belakang/kolumna vertebralis yaitu susunan
tulang-tulang
kecil
yang
dinamakan
ruas
tulang
belakang.
Tulang belakang gunanya adalah untuk menahan kepala dan alat-alat tubuh yang lain, melindungi sumsum tulang belakang yaitu lanjutan dari sumsum penyambung otak yang terdapat di dalam saluran tulang belakang dan tempat tulang-tulang panggul bergantung (Amstrong, 1989).
Etiologi dan Faktor Resiko Spondylosis lumbal muncul karena proses penuaan atau perubahan degeneratif. Spondylosis lumbal banyak pada usia 30 – 45 tahun dan paling banyak pada usia 45 tahun. Kondisi ini lebih banyak menyerang pada wanita daripada laki-laki. Faktor-faktor resiko yang dapat menyebabkan spondylosis lumbal adalah (Bruce M. Rothschild, 2009). : a. Kebiasaan postur yang jelek b. Stress mekanikal akibat pekerjaan seperti aktivitas pekerjaan yang melibatkan gerakan mengangkat, twisting dan membawa/memindahkan barang. c. Tipe tubuh Ada beberapa faktor yang memudahkan terjadinya progresi degenerasi pada vertebra lumbal yaitu (Kimberley Middleton and David E. Fish, 2009) :
a.
Faktor usia , beberapa penelitian pada osteoarthritis telah menjelaskan bahwa proses penuaan merupakan faktor resiko yang sangat kuat untuk degenerasi tulang
khususnya
pada tulang vertebra. Suatu penelitian otopsi menunjukkan bahwa
spondylitis
deformans atau spondylosis meningkat secara linear sekitar 0% - 72%
antara usia 39 – 70 tahun. Begitu pula, degenerasi diskus terjadi sekitar 16% pada usia 20 tahun dan
sekitar 98% pada usia 70 tahun.
b.
Stress akibat aktivitas dan pekerjaan, degenerasi diskus juga berkaitan dengan
aktivitas-aktivitas tertentu. Penelitian retrospektif menunjukkan bahwa insiden trauma pada lumbar, indeks massa tubuh, beban pada lumbal setiap hari (twisting, mengangkat, membungkuk, postur jelek yang terus menerus), dan vibrasi seluruh tubuh (seperti berkendaraan), semuanya merupakan faktor yang dapat meningkatkan kemungkinan spondylosis dan keparahan spondylosis. c. Peran herediter, Faktor genetik mungkin mempengaruhi formasi osteofit dan degenerasi diskus. Penelitian Spector and MacGregor menjelaskan bahwa 50% variabilitas yang ditemukan pada osteoarthritis berkaitan dengan faktor herediter. Kedua penelitian tersebut telah mengevaluasi progresi dari perubahan degeneratif yang menunjukkan bahwa sekitar ½ (47 – 66%) spondylosis berkaitan dengan faktor genetik dan lingkungan, sedangkan hanya 2 – 10% berkaitan dengan beban fisik dan resistance training. d.
Adaptasi fungsional, Penelitian Humzah and Soames menjelaskan bahwa perubahan degeneratif pada diskus berkaitan dengan beban mekanikal dan kinematik vertebra. Osteofit mungkin terbentuk dalam proses degenerasi dan kerusakan cartilaginous
mungkin terjadi tanpa pertumbuhan osteofit. Osteofit dapat terbentuk akibat adanya adaptasi fungsional terhadap instabilitas atau perubahan tuntutan pada vertebra lumbar.
Spondylosis lumbal biasanya disebabkan oleh usia tua, seperti tulang belakang mengalami degeneratif, perubahan ini dapat menekan satu atau lebih akar saraf. Dalam kasus lanjut, Cauda Ekuina juga terlibat dan hal ini dapat mempengaruhi tidak hanya kaki tapi kandung kemih juga. Faktor lain yang dapat membuat seseorang lebih mungkin untuk mengalami spondylosis adalah : 1. Kelebihan berat badan dan tidak berolahraga. 2. Memiliki pekerjaan yang memerlukan mengangkat berat atau banyak membungkuk dan memutar. 3. Riwayat cedera pinggang (beberapa tahun sebelumnya)
4. Riwayat operasi tulang belakang. 5. Rupture atau herniasi cakram pinggang artritis parah. 6. Retakan pada tulang belakang karena osteoporosis. Patofisiologi Perubahan patologi yang terjadi pada diskus intervertebralis antara lain: a.
Annulus fibrosus menjadi kasar, collagen fiber cenderung melonggar dan muncul
retak pada berbagai sisi. b. Nucleus pulposus kehilangan cairan c.
Tinggi diskus berkurang
d. Perubahan ini terjadi sebagai bagian dari proses degenerasi pada diskus dan dapat hadir tanpa menyebabkan adanya tanda-tanda dan gejala. Sedangkan pada corpus vertebra, terjadi perubahan patologis berupa adanya lipping yang disebabkan oleh adanya perubahan mekanisme diskus yang menghasilkan penarikan dari periosteum dari annulus fibrosus. Dapat terjadi dekalsifikasi pada corpus yang dapat menjadi factor predisposisi terjadinya crush fracture. Pada ligamentum intervertebralis dapat menjadi memendek dan menebal terutama pada daerah yang sangat mengalami perubahan. Pada selaput meningeal, durameter dari spinal cord membentuk suatu selongsong mengelilingi akar saraf dan ini menimbulkan inflamasi karena jarak diskus membatasi canalis intervertebralis. Terjadi perubahan patologis pada sendi apophysial yang terkait dengan perubahan pada osteoarthritis. Osteofit terbentuk pada margin permukaan articular dan bersama-sama dengan penebalan kapsular, dapat menyebabkan penekanan pada akar saraf dan mengurangi lumen pada foramen intervertebralis. (Darlene Hertling and Randolph M. Kessler, 2006).
Tanda dan Gejala Gejala sering berkembang perlahan seiring waktu, tapi mungkin juga memburuk tibatiba. Rasa sakit dapat ringan atau mendalam dan begitu parah sehingga tidak dapat bergerak. Rasa sakit dapat terasa di atas paha, pantat atau mungkin menyebar ke kaki atau jari.
Rasa sakit dapat bertambah buruk bila : 1. Setelah berdiri atau duduk 2. Dimalam hari 3. Ketika bersin, batuk atau tertawa 4. Ketika membungkuk kebelakang leher atau berjalan lebih dari beberapa meter. Gejala Umum lainnya : 1. Nyeri punggung dan spasme/kram otot yang terus bertambah berat dari waktu ke waktu. 2. Mati rasa atau sensasi abnormal pada paha, pantat atau kaki. Gejala yang kurang umum : 1. Kehilangan keseimbangan 2. Kehilangan kontrol atas kandung kemih atau perut (jika ada tekanan pada Kauda Ekuina.) 3. Perubahan degeneratif dapat menghasilkan nyeri pada axial spine akibat iritasi nociceptive yang diidentifikasi terdapat didalam facet joint, diskus intervertebralis, sacroiliaca joint, akar saraf duramater, dan struktur myofascial didalam axial spine (Kimberley Middleton and David E. Fish, 2009). 4. Perubahan degenerasi anatomis tersebut dapat mencapai puncaknya dalam gambaran klinis dari stenosis spinalis, atau penyempitan didalam canalis spinal melalui pertumbuhan osteofit yang progresif, hipertropi processus articular inferior, herniasi diskus, bulging (penonjolan) dari ligamen flavum, atau spondylolisthesis. Gambaran klinis yang muncul berupa neurogenik claudication, yang mencakup nyeri pinggang, nyeri tungkai, serta rasa kebas dan kelemahan motorik pada ekstremitas bawah yang dapat diperburuk saat berdiri dan berjalan, dan diperingan saat duduk dan tidur terlentang (Kimberley Middleton and David E. Fish, 2009). 5. Karakteristik dari spondylosis lumbal adalah nyeri dan kekakuan gerak pada pagi hari. Biasanya segmen yang terlibat lebih dari satu segmen. Pada saat aktivitas, biasa timbul nyeri karena gerakan dapat merangsang serabut nyeri dilapisan luar annulus fibrosus dan facet joint. Duduk dalam waktu yang lama dapat menyebabkan nyeri dan gejala-gejala lain akibat tekanan pada vertebra lumbar. Gerakan yang berulang seperti mengangkat beban dan membungkuk (seperti pekerjaan manual dipabrik) dapat meningkatkan nyeri (John J. Regan, 2010).
Pemeriksaan Penunjang 1. X-Ray / CT Scan Lumbal mungkin dilakukan untuk mencari arthritis atau peruahan lain di tulang belakang. 2. MRI Lumal dilakukan bila memiliki : nyeri punggung hebat atau nyeri menjalar ke kaki (ishialgia) yang tidak membaik dengan pengobatan. Kelemahan atau mati rasa di paha atau kaki. 3. EMG dan tes kecepatan konduksi saraf dapat dilakukan untuk memeriksa fungsi akar saraf. Pengobatan Pengobatan biasanya konservatif, pengobatan yang paling umum di gunakan adalah chiropractic, fisioterapi dan lainnya paktik pengobatan manual. Terapi alternatif seperti obat manipulatif osteopathic, pijat refleksi, yoga dan akupuntur dapat digunakan untuk mengontrol nyeri dan mempertahankan fungsi muskuloskeletal. Pembedahan kadang dilakukan dan banyak prosedur bedah telah di kembangkan untuk mengurangi tanda dan gejala yang berhubungan dengan spondylosis. Pembedahan dapat dilakukan : 1. Laminektomi-Fusion 2. Laminotomy foraminotomy-Facetectomy 3. Spinoplasty 4. Prosedur less invasif dekompresi mikro Komplikasi yang mungkin terjadi adalah : 1. Ketidakmampuan untuk menahan buang air besar (BAB) atau urin. 2. Hilangnya fungsi otot atau mati rasa 3. Kecacatan 4. Gangguan keseimbangan Skoliosis merupakan komplikasi yang paling sering ditemukan pada penderita nyeri punggung bawah karena Spondilosis. Hal ini terjadi karena pasien selalu memposisikan
tubuhnya kearah yang lebih nyaman tanpa mempedulikan sikap tubuh normal. Hal ini didukung oleh ketegangan otot pada sisi vertebra yang sakit. Prognosis Kebanyakan pasien dengan spondylosis lumbal akan memiliki beberapa gejala jangka panjang. Gejala ini sering akan semakin parah dan operasi adalah wajib. Namun gejala yang membaik dengan obat tidak perlu di operasi. Banyak orang dengan masalah ini mampu mempertahankan kehidupan aktif, namun beberapa akan mengalami rasa sakit kronis. Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dan harus segera menghubungi ahli bedah saraf apabila :
Kondisi semakin memburuk
Ada tanda-tanda komplikasi
Mengalami gejala baru seperti hilangnya gerakan atau mati rasa area tubuh.
Kehilangan kontrol kandung kemih atau buang air besar.
BAB III PENUTUP 1.1 Kesimpulan Berdasarkan pemeriksaan Seorang laki-laki usisa 36 tahun tinggi badan kira – kira 160 cm dengan berat badan kira – kira 55 kg. Dari anamnesa didapatkan data pasien dating ke rumah sakit dalam keadaan sadar dengan keluhan nyeri punggung ± 4 bulan yang lalu, nyeri dirasakan semakin lama semakin memberat, serangan nyeri datang tidak mengenal saat beraktivitas maupun tidak, nyeri berkurang jika pasien istrahat dan dipijat, nyeri dada ( - ), selain itu nyeri punggung dirasakn menyebar ke kedua kaki hingga lutut, nyeri juga memberat terutama saat batuk, demam ( + ), mual ( - ), muntah ( - ), penurunan berat badan secara drastis ( - ), sering berekeringat ( - ), nyeri ulu hati ( - ), BAB ( + ) lancar warna normal seperti biasa, BAK ( + ) warna kuning seperti biasa, nyeri ( - ), pasien mendapatkan perawatan saat di Malaysia. Dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang didapatkan pasien ini didiagnosa sementara yaitu spondilosis lumbal. 1.2 Saran Diperlukan untuk dilakukan pemeriksaan penunjang yang lebih lengkap untuk dapat memastikan dengan pasti faktor yang mendasari terjadinya spondilosis lumbal pada pasien ini agar dapat diberikan terapi yang sesuai untuk mencegah terjadinya kekambuhan pada pasien ini.
Daftar Pustaka 1. Domagoj C. Charles L.B. Posterior lumbar interbody fusiion in the treatment of symptomatic spinal stenosis Neurosung Focus 3(2); article 5. 1997 2. Kunihiko S, Masayuki U. Tohkun M. Ei W. Hirokazu I. Microsurgical bilateral decompression via a unilateral approach for lumbar spinal canal stenosis inluding degenerative spondylolisthesis . J. Neurosurg Spine 9.554-559, 2008 3. Swei-Ming L, Sheng-Hong T, Jiao-Chiao Y., Chi-Cheng T. Chimney sublaminar decompression for degenerative lumbar spinal stenosis. J. Neurosurg Spine 4.359-364, 2006. 4. Katz JN, Stuckl G. Lipson SJ. Fossel AH, Grobler LJ, Weinstein JN. Predictors of surgical outcome in degenerative lumbar spinal stenosis Spine. 1999.24.2229-2223 5. Rasad Sjahrir. Radiologi Diagnostik. FKUI. 2006