BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penyakit sendi degenerative merupakan suatu gangguan kronik, tidak
meradang dan progresf lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan.
Rawan sendi megalami kemunduran atau degenerasi, disertai pertumbuhan
tulang baru pada bagian tepi sendi (body spur).
Proses degenerasi ini disebabkan karena proses pemecahan kondrosit yang
merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut tersebut diduga
diawali oleh stress biomekanika tertentu. Pengeluaran enzim lisosom
mengakibatkan dipecahkannya polisakarida protein yang membentuk matriks
disekeliling kondrosit, sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan.
Spondilosis merupakan bagian dari penyakit osteoarthritis (OA). Penyakit
ini dapat diderita pasien yang memiliki kebiasaan hidup tidak ergonomis
seperti pada kebanyakan orang di zaman modern ini. Selain itu, karena
penyakit ini degeneratif, maka pasien dengan usia 45 tahun ke atas beresiko
terkena penyakit ini.
Makalah ini kami buat bertujuan untuk memberikan informasi kepada tenaga
kesehatan maupun klien mulai dari definisi Spondilosis hingga
penanganannya.
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana anatomi fisiologi sistem saraf?
b. Apakah definisi spondilosis?
c. Apa klasifikasi spondilosis?
d. Bagaimana etiologi spondilosis?
e. Bagaimana patofisiologi dan web of caution dari spondilosis?
f. Bagaimana manifestasi klinis spondilosis?
g. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada spondilosis?
h. Bagaimana pencegahan spondilosis?
i. Bagaimana penatalaksanaan medis dan keperawatan pada spondilosis?
j. Apa komplikasi spondilosis?
k. Bagaimana pemberian asuhan keperawatan spondilosis?
3. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan spondilosis
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi spondilosis
b. Untuk mengetahui anatomi fisiologi sistem saraf
c. Untuk mengetahui klasifikasi spondiosis
d. Untuk mengetahui etiologi spondilosis
e. Untuk mengetahui patofisiologi dan web of caution dari spondilosis
f. Untuk mengetahui manifestasi klinis spondilosis
g. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada spondilosis
h. Untuk mengetahui pencegahan spondilosis
i. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dan keperawatan pada
spondilosis
j. Untuk mengetahui komplikasi spondilosis
k. Untuk mengetahui pemberian asuhan keperawatan spondilosis
4. Manfaat
Dengan adanya makalah ini, diharapkan rekan-rekan mahasiswa mampu
memahami asuhan keperawatan spondilosis yang kelompok kami bahas dalam
makalah ini.
BAB 2
PEMBAHASAN
1. Anatomi dan Fisologi
A. Otak
Otak merupakan alat untuk memproses data tentang lingkungan internal
dan eksternal tubuh yang diterima reseptor pada alat indera (seperti mata,
telinga, kulit, dan lain-lain)
Secara garis visual, pembagian otak sebagai berikut:
a) Meningen
Meningen /lapisan pembungkus otak merupakan bagian terluar dari otak.
Meningen memiliki beberapa lapisan yaitu Durameter, Aracnoid dan Piameter,
yang akan dijelaskan sebagai berikut :
a. Durameter (Bagian terluar)
Durameter merupakan lapisan periostem tulang tenggorok, merupakan
lapisan yang kuat, lapisan fibrosa yang mengandung pembuluh darah, yang
memberikan nutrisi pd tulang. Lapisan luar dan dalam menempel dengan
tengkorak shg tidak ada lapisanepidural antar tulang dg membrane seperti pd
spinal. Antara durameter bagian dalam dan aracnoid terdapat rongga subdural
dan tidak mengandung Cerebro Spinal Spuid (cairan serebro spinal). Pada
beberapa tempat kedua lapisan dalam dan luar membentuk saluran yang
mengandung Pembuluh darah yang disebut dengan Dural sinus dan terdapat
darah vena dari pembuluh darah di otak.
b. Arachnoid (Lapisan tengah dari meningen)
Lapisan ini merupakan jaringan ikat, Antara aracnoid dan piameter
terdapat seperti jarring-jarang trabekula dan rongga subaracnoid yg
mengandung CSF. Lapisan aracnoid idak mengandung pembuluh darah, tapi
pembuluh darah terdapat pada ronga subaracnoid.
c. Piameter
Piameter merupakan lapisan yang bersentuhan langsung dengan otak.
Sebagian besar suplai darah pada otak disuplai oleh pembuluh-pembuluh
darah kecil yang banyak pada piameter.
b) Ventrikel
Ventrikel otak dilapisi oleh epitelkuboid yg disebut epedima. Terdapat
kapiler-kapiler yang disebut dengan pleksus koroides. Terdapat 4 ventrikel
yag diberi nomor dari atas kebawah dari otak yaitu: ventrikel kiri dan
kanan pada hemister sebri, ventrikel ketiga pada diecephalon dan ventrikel
keempat pada pons dan medulla. Ventrikel lateral dihubungkan dengan
ventrikel ketiga oleh interventrikular foramen sedangkan ventrikel ketiga
nyambung dg ventrikel keempat melewati oleh celah sempit yang disebut
serebral aqua duktus di midbral atau otak tengah.
c) Cairan Serebrospinal
Cairan serebrospinal / CSF berperan dalam melindungi otak, menjaga
keseimbangan bahan-bahan kimia susunan syaraf pusat. CSF dientuk dalam
pleksus koroides pada ventrikel lateral. Tiga dan empat dengan kombinasi
proses diffusi dan transport aktif. Pleksus koroid menseleksi komponen
darah yang dapat melewati membrannya keventrikel (tidak untuk sel darah
merah, protein dg molekul besar). Yang dapat lewat: protein berukuran
kecil, O2, CO2, Na, K, Ca, Mg, Cl, gukosa dan seluruh jumlah kecil sel
darah putih.
Perjalanan CSF dibentuk di ventrikel lateral, lalu melalui
interventrikuler foramen masuk ke ventrikel III dan melalui Agua Duktus CSF
mengalir ke ventrikel IV. Diventrikel IV terdapat 3 buah subaracnoid spaces
(sisterna magna) disebelah medulla, aliran berlanjut kespinal lalu kelumbal
sisterna. Sebagian besar naik lagi ke otak melalui subaraknoid spaces masuk
kevili arachnoid dari sinus sagital superior.Cerebro Spinal Fluid (CSF)Vili
arachnoid memiliki katup yang sensitive dengan tekanan dengan sisitem satu
arah. CSF selalui dipengaruhi sekitar dalam sehari.
d) Bagian-Bagian Otak
1. Medulla Oblongata
Medulla oblongata merupakan bagian yang vital dalam pengaturan jantung,
vasomotor atau kontriksi dan dilatasi pembuluh darah dan pusat pernafasan.
Medulla oblongata memonitor kadar CO2 yang berperan dalam pengaturan
pernafasan, mengatur muntah, bersin, batuk dan menelan. Dibagian ventral
terdapat pyramid menyilang (pyramid decussation) sehingga dibawah medulla
keadaan motorik tubuh dikontrol oleh bagian yang berlawanan dalam hemisfer
serebri.
2. Pons
Terletak diatas medulla, pada bagian dorsal terdapat Formtorio
Retikularis dan nuclei syaraf cranial jalur aseden dan desende.Dalam
Formatio retikularis terdapat pusat apneu dan pneumotorix yang membantu
dalam pengaturan pernafasan.
3. Midbrain/mesensepalon
Midbrain/mesensepalon terdapat diatas pons.Terdapat pusat refleks yang
membantu koordinasi pergerakan bila matadan kepala, membantu pengaturan
mekanisme focus pada mata, mengatur respon pupil terhadap stimulus
cahaya.Terdapat substansi nigra yang berperan dalam pengaturan aktivitas
motoric somatic.
4. Serebelum
Serebelum berperan dalam fungsi keseimbangan. Secara terus menerus
menerima input dari otot, tendon, sendi, dan organ vestibular
(keseimbangan) dalam bentuk proprioceptive input (kepekaan terhadap posisi
tubuh yang satu dari yang lain). Mengitegrasikan kontraksi otot satu dengan
yang lain, mengatur tonus otot.
5. Serebrum
Serebrum merupakan struktur terbesar dan paling rumit dalam system
syaraf. Terdapat dua hemisfer yang terdiri dari korteks yang merupakan
subtansi abu-abu (gray matter), subtansi putih dan ganglia basalis. Korteks
terbagi kedalam 6 lobus:
1) Lobus Frontalis
Lobus frontalis merupakan area control motorik terhadap pergerakan
yang disadari termasuk yang berkaitan dengan bicara. Aktivitas motorik:
Area Broadman 4 (primary motor cortex), area 6 (supplementary and premotor
motor cortex), area 8 (pergerakan mata) area 44 (area Brocca untuk bicara).
Selain control motorik lobus frontalis juga berperan dalam control ekspresi
emosi dan prilaku, moral.
2) Lobus Parientalis
Lobus parientalis berperan dalam sensasi umum, selera, are 1,2,3
(integrasi sensasi secara umum) 5,6,7,40 (apresiasi terhadap tekstur,
berat, mengenali bentuk benda yang dipegang). Area 40 memiliki peran
penting dalam body image/gambaran diri. Area 43 (selera dalam hal
pengecapan
3) Lobus temporalis
Lobus temporalis merupakan pusat pendengaran, keseimbangan, emosi,
dan memori. Terdapat area 41,42 yang berperan dalam pegturan keseimbangan,
area 39 yang berperan dalam pemahaman terhadap bicara atau kata-kata.
Bagian anterior lobus ini berperan dalam emosi, halusinasi, memori jangka
pendek dari beberapa menit sampai beberapa minggu atau bulan.
4) Lobus oksipital
Lobus oksipital merupakan pusat penglihatan, pengaturan ekspresi.
Terhadap area 17 (area penglihatan utama), area 18,19 mamaknai hasil
penglihatan, area 39 memahami bahasa tulisan, area 22 memahami bahasa lisan
dan area wernicks (39,22,40).
5) Insula
Insula berperan dalam pengaturan aktivitas gastrointestinal, dan
organ visceral lainnya.
6) Limbik
Berperan dalam pengaturan emosi, perilaku, memori jangka pendek dan
penciuman.Korteks serebri merupakan lapisan terluar dari serebrum, terdiri
dari subtansi abu-abu.Banyak berperan dalam pengaturan aktivitan kehidupan
yang disadari.
7) Talamus
Talamus merupakan pust prosesing dan relay semua input sensori kecuali
penciuman. Talamus merupakan memiliki 4 area utama yaitu system sensori,
system motorik, aktivitas neurofisiologius dan ekspresi emosi, perilaku
manusia unik. Talamus berkaitan dengan proses berfikir, kreativitas,
interpretasi dan pemahaman bahasa lisan dan tilisan dan mengenali objek
dengan cara menyentuh.
8) Hipotalamus
Hipotalamus terletak dibawah thalamus, berdekatan dengan dengan
hipofisis. Hipotalamus mengatur banyak fungsi untuk keseimbangan. Merupakan
pusat pengaturan dan koordinasi dari system syaraf otonom, pengaturan suhu,
pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit.Pengaturan pola tidur dan
terjaga, berperan dalam pengaturan lapar dan keinginan untuk makan yang
dibantu dengan kadar glukosa, lemak dan protein dalam tubuh, respon prilaku
berkaitan dengan emosi, Kontrol endokrin juga berperan dalam respon seksual
seperti organisme dan respon terhadap stimulus organ seksual.
9) Epithalamus
Epithalamus terdiri dari 3 bagian : Trigonum habenulae, badan pineal,
dan komisura posterior. Trigonum habenulae mengandung serabut syaraf yang
berhubungan dengan midbrain, berperan sebagai pusat relay. Badan pineal
(epiphysis) berperan seperti kelenjar endokrin (neuroendokrin). Komisura
posterior berhubungan dengan midbrain.
10) Ventral thalamus/subthalamus
Terletak dibagian ventral diencephalons, mengandung nuclei subtalamik.
B. Medulla Spinalis
Dari batang otak berjalan suatu silinder jaringan saraf panjang dan
ramping, yaitu medulla spinalis, dengan ukuran panjang 45 cm (18 inci) dan
garis tengah 2 cm (seukuran kelingking). Medulla spinalis, yang keluar dari
sebuah lubang besar di dasar tengkorak, dilindungi oleh kolumna vertebralis
sewaktu turun melalui kanalis vertebralis. Dari medulla spinalis spinalis
keluar saraf-saraf spinalis berpasangan melalui ruang-ruang yang dibentuk
oleh lengkung-lengkung tulang mirip sayap vertebra yang berdekatan. Setiap
ruas vertebrae mempunyai bentuk yang hampir sama dengan beberapa variasi.
Pada umumnya, ciri-ciri vertebrae terdiri dari corpus, processus spinosus,
2 processus transversalis, 2 pediculus, 2 arcus, dan 2 lamina.
Saraf spinal berjumlah 31 pasang dapat diperinci sebagai berikut : 8
pasang saraf servikal (C), 12 pasang saraf thorakal (T), 5 pasang saraf
lumbal (L), 5 pasang saraf sakr al (S), dan 1 pasang saraf koksigeal (Co).
Vertebrae sacralis membentuk sacrum, vertebrae coccygeus membentuk
coccygeus.
Selama perkembangan, kolumna vertebra tumbuh sekitar 25 cm lebih
panjang daripada medulla spinalis. Karena perbedaan pertumbuhan tersebut,
segmen-segmen medulla spinalis yang merupakan pangkal dari saraf-saraf
spinal tidak bersatu dengan ruang-ruang antar vertebra yang sesuai.
Sebagian besar akar saraf spinalis harus turun bersama medulla spinalis
sebelum keluar dari kolumna vertebralis di lubang yang sesuai. Medulla
spinalis itu sendiri hanya berjalan sampai setinggi vertebra lumbal pertama
atau kedua (setinggi sekitar pinggang), sehingga akar-akar saraf sisanya
sangat memanjang untuk dapat keluar dari kolumna vertebralis di lubang yang
sesuai. Berkas tebal akar-akar saraf yang memanjang di dalam kanalis
vertebralis yang lebih bawah itu dikenal sebagai kauda ekuina ("ekor kuda")
karena penampakannya.
Bentuk vertebrae yang sangat berbeda yaitu C1 dan C2. Vertebrae
cervicalis 1 (C1) disebut juga atlas atau corpus occiput cranium dan
berperan untuk fleksi dan ekstensi leher. Vertebrae cervicalis 2 (C2)
disebut axis. Pada bagian superior carpus vertebrae 2 terdapat tonjolan
tulang yang disebut dens atau processus odontoideus. Dens masuk ke dalam
lingkaran atlas. Atlas dan axis secara bersama-sama membentuk articulatio
atlanto-axialis yang berperan dalam rotasi leher. Corpus vertebrae antara
C2 sampai S1 masing-masing dipisahkan oleh jaringan fibrokartilago discus
invertebralis yang berfungsi sebagai peredam kejut.
Medulla Spinalis dan batang otak membentuk struktur kontinu yang keluar
dari hemisfer serebral dan bertugas sebagai penghubung otak dan saraf
perifer. Medulla spinalis terletak di dalam foramina vertebralis dan
membentang dari vertebrae cervicalis 1 (C1) dan berakhir sebagai conus
medullaris setinggi antara L1 dan L2. Filum terminale membentang dari conus
medullaris sampai melekat pada coccygeus. Medulla spinalis terbagi atas
segmen-segmen, dan satu dari 31 pasang saraf spinal keluar dari medulla
spinalis dari tiap-tiap segmen. Saraf-saraf tersebut yaitu 8 pasang
cervical, 12 pasang thoracal, 5 pasang lumbal, 5 pasang sakrasal, dan 1
pasang coccygeus. Saraf spinal dari cervical, thoracal, dan lumbal keluar
melalui foramina intervertebralis; sedangkan saraf spinal yang berasal dari
sacralis membentuk cauda equina dan keluar melalui foramina sacralis.
Struktur Medulla Spinalis
Medulla spinalis dikelilingi oleh meningen, duramater, arachnoid, dan
piamater. Di antara duramater dan kanalis vertebralis terdapat ruang
epidural. Saraf spinal pada medulla spinalis manusia dewasa memiliki
panjang sekitar 45 cm dam lebar 14 mm. Pada bagian luar permukaan dorsal
dari saraf spinal, terdapat alur dangkal secara longitudinal di bagian
posterior berupa sulkus dan bagian yang dalam dari anterior berupa fisura.
Substansia grisea di medulla spinalis membentuk daerah seperti kupu-
kupu di bagian dalam dan dikelilingi oleh substansia alba di sebelah luar.
Seperti di otak, substansia grisea medulla spinalis terutama terdiri dari
badan-badan sel saraf serta dendritnya antar neuron pendek, dan sel-sel
glia. Substansia alba tersusun menjadi traktus (jaras), yaitu berkas serat-
serat saraf (akson-akson dari antarneuron yang panjang) dengan fungsi
serupa. Berkas-berkas itu dikelompokkan menjadi kolumna yang berjalan di
sepanjang medulla spinalis. Setiap traktus ini berawal atau berakhir di
dalam daerah tertentu di otak, dan masing-masing memiliki kekhususan dalam
mengenai informasi yang disampaikannya.
Traktus desenden yang melewati medulla spinalis terdiri dari:
a) Traktus kortikospinalis, merupakan lintasan yang berkaitan dengan
gerakan-gerakan terlatih, berbatas jelas, volunter, terutama pada bagian
distal anggota gerak.
b) Traktus retikulospinalis, dapat mempermudah atau menghambat aktivitas
neuron motorik alpha dan gamma pada columna grisea anterior dan karena
itu, kemungkinan mempermudah atau menghambat gerakan volunter atau
aktivitas refleks.
c) Traktus spinotektalis, berkaitan dengan gerakan-gerakan refleks postural
sebagai respon terhadap stimulus verbal.
d) Traktus rubrospinalis bertidak baik pada neuron-neuron motorik alpha dan
gamma pada columna grisea anterior dan mempermudah aktivitas otot-otot
ekstensor atau otot-otot antigravitasi.
e) Traktus vestibulospinalis, akan mempermudah otot-otot ekstensor,
menghambat aktivitas otot-otot fleksor, dan berkaitan dengan aktivitas
postural yang berhubungan dengan keseimbangan.
f) Traktus olivospinalis, berperan dalam aktivitas muskuler.
Traktus asenden yang melewati medulla spinalis terdiri dari:
a) Kolumna dorsalis, berfungsi dalam membawa sensasi raba, proprioseptif,
dan berperan dalam diskriminasi lokasi.
b) Traktus spinotalamikus anterior berfungsi membawa sensasi raba dan
tekanan ringan.
c) Traktus spinotalamikus lateral berfungsi membawa sensasi nyeri dan suhu.
d) Traktus spinoserebellaris ventralis berperan dalam menentukan posisi dan
perpindahan, traktus spinoserebellaris dorsalis berperan dalam
menentukan posisi dan perpindahan.
e) Traktus spinoretikularis berfungsi membawa sensasi nyeri yang dalam dan
lama.
Mekanisme Fisiologis
2. Definisi
Menurut Dorland (2011:1008), spondylosis yaitu ankilosis sendi
vertebral; perubahan degeneratif pada vertebra akibat osteoporosis.
Spondylosis adalah sejenis penyakit rematik yang menyerang tulang
belakang (spine osteoarthritis) yang disebabkan oleh proses degenerasi
sehingga mengganggu fungsi dan struktur tulang belakang. Spondylosis dapat
terjadi pada level leher (cervical), punggung tengah (thoracal), maupun
punggung bawah (lumbal). Proses degenerasi dapat menyerang sendi antar ruas
tulang belakang, tulang dan juga penyokongnya (ligament). Spondylosis
adalah terminologi yang digunakan mengacu pada osteoarthritis degeneratif
yang terjadi pada persendian diantara pusat dari vertebra spinal dan/atau
foramina neural. Pada kondisi ini, facet joint tidak ikut terlibat.
3. Klasifikasi Spodilosis
A. Spondilosis Cervical
Cervical spondylosis merupakan perubahan degenerasi dari bantalan (disk)
tulang belakang leher, hipertrofi hyperplasia tulang belakang leher dan
cedera leher yang menyebabkan hyperplasia tulang belakang leher atau
slipped disk tulang belakang, penebalan ligament, iritasi atau kompresi
saraf tulang belakang leher, saraf leher, pembuluh darah sehingga
menimbulkan berbagai gejala sindrom klinis. Manifestasi klinis dari
cervical spondylosis adalah nyeri leher dan bahu, pusing, sakit kepala,
mati rasa ekstremitas atas, atrofi otot, pada kasus yang parah terjadi
apasme kedua tungkai bawah dan kesulitan berjalan, bahkan muncul
quadriplegia, gangguan sfingter dan kelumpuhan anggota badan.
Cervical spondylosis sering terjadi pada orang tua, tetapi dengan adanya
perubahan gaya hidup dan perawatan kesehatan yang tidak memadai, penyakit
cervical spondylosis juga dapat terjadi pada remaja dan tingkat insiden
pada pria lebih tinggi dibanding wanita.
B. Spondilosis Lumbalis
Spondilosis lumbalis dapat diartikan perubahan pada sendi tulang belakang
dengan ciri khas bertambahnya degenerasi discus intervertebralis yang
diikuti perubahan pada tulang dan jaringan lunak, atau dapat berarti
pertumbuhan berlebihan dari tulang (osteofit), yang terutama terletak di
aspek anterior, lateral, dan kadang-kadang posterior dari tepi superior dan
inferior vertebra centralis (corpus). Secara singkat, spondylosis lumbalis
adalah kondisi dimana telah terjadi degenerasi pada sendi intervertebral
yaitu antara diskus dan corpus vertebra lumbal.
Spondylosis sering kali mem-pengaruhi vertebrae lumbalis pada orang
diatas usia 40 tahun. Nyeri dan kekakuan badan diperjalanan merupakan
keluhan utama. Biasanya mengenai lebih dari 1 vertebrae. Vertebrae
lumbalis menopang sebagian besar berat badan. Duduk dalam waktu yang
lama menyebabkan tertekannya vertebrae lumbalis. Pergerakan berulang
seperti mengangkat dan membungkuk dapat meningkatkan nyeri pada kasus
spondilosis lumbalis.
C. Spondilosis Ankilosis
Spondilosis Ankilosis adalah merupakan penyakit reumatik inflamasi
sistemik kronik yang terutama menyerang sendi aksial ( vertebra ). Yang
merupakan tanda khas adalah terserangnya sendi sakro iliaka, juga sering
menyerang sendi panggul, bahu dan ekstremitas pada stadium lanjut. ( Kapita
Selekta Kedokteran, 1999 ).
4. Etiologi
Penyebab dari spondilosis hingga saat ini masih belum terungkap, namun
beberapa faktor resiko untuk timbulnya spondilosis antara lain adalah :
1. Umur.
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya spondilosis, faktor ketuaan
adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya spondilosis semakin meningkat
dengan bertambahnya umur. Spondilosis hampir tak pernah pada anak-anak,
jarang pada umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.
Perubahan fisis dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya
umur dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya
berbentuk pigmen yang berwarna kuning.
Suatu penelitian otopsi menunjukkan bahwa spondylitis deformans atau
spondylosis meningkat secara linear sekitar 0% - 72% antara usia 39 – 70
tahun. Begitu pula, degenerasi diskus terjadi sekitar 16% pada usia 20
tahun dan sekitar 98% pada usia 70 tahun.
2. Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena spondilosis daripada laki-laki. Secara
keseluruhan dibawah 45 tahun frekuensi spondilosis kurang lebih sama pada
laki-laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi spondilosis lebih
banyak pada wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal
pada patogenesis spondilosis.
3. Genetic
Faktor genetik mungkin mempengaruhi formasi osteofit dan degenerasi
diskus. Penelitian Spector and MacGregor menjelaskan bahwa 50% variabilitas
yang ditemukan pada osteoarthritis berkaitan dengan faktor herediter. Kedua
penelitian tersebut telah mengevaluasi progresi dari perubahan degeneratif
yang menunjukkan bahwa sekitar ½ (47 – 66%) spondylosis berkaitan dengan
faktor genetik dan lingkungan, sedangkan hanya 2 – 10% berkaitan dengan
beban fisik dan resistance training.
4. Stress mekanikal
Akibat pekerjaan seperti aktivitas pekerjaan yang melibatkan gerakan
mengangkat, twisting dan membawa / memindahkan barang.
5. Suku.
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada spondilosis nampaknya terdapat
perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya osteoartritis paha
lebih jarang diantara orang-orang kulit hitam dan Asia dari pada Kaukasia.
OA lebih sering dijumpai pada orang – orang Amerika asli dari pada orang
kulit putih.
Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan
pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.
6. Kegemukan
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko
untuk timbulnya spondilosis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan
ternyata tak hanya berkaitan dengan spondilosis pada sendi yang menanggung
beban, tapi juga dengan OA sendi lain.
7. Cedera sendi, pekerjaan dan olah raga (trauma)
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan spondilosis adalah trauma yang
menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi
tersebut.
8. Kepadatan tulang dan pengausan (wear and tear)
Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi
melalui dua mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena bahan
yang harus dikandungnya.
9. Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi (artritis rematord; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan
reaksi peradangan dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi oleh
membran sinovial dan sel-sel radang.
10. Joint Mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan sendi akan
menebal dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil / seimbang sehingga
mempercepat proses degenerasi.
11. Penyakit endokrin
Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam proteglikan
yang berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat
fisik rawan sendi, ligamen, tendo, sinovia, dan kulit. Pada diabetes
melitus, glukosa akan menyebabkan produksi proteaglikan menurun.
12. Deposit pada rawan sendi
Hemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis, kalsium pirofosfat dapat
mengendapkan hemosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal
monosodium urat/pirofosfat dalam rawan sendi.
5. Patofisiologi dan Web of Caution Spondilosis
1. Patofisiologi Spondilosis
Sebabnya belum diketahui, dan diduga karena gangguan metabolism tulang
rawan. Perubahan awal dari tulang rawan adalah penyerpihan, penipisan, dan
terjadinya fisur. Perubahan selanjutnya adalah osteofit, pseudo-kista,
sclerosis tulang subkondral. Pada akhirnya yang terjadi adalah destruksi
dan hilangnya tulang rawan sendi yang pada gilirannya adalah destruksi
permukaan sendi yang berakhir dengan gangguan fungsi sendi. Factor-faktor
predisposisi adalah tiap keadaan yang dapat menyebabkan destruksi permukaan
sendi seperti factor biomekanika, umur, penyakit tertentu seperti penyakit
inflamasi, jenis kelamin, factor keturunan.
Gaya hidup yang tidak ergomonis menyebabkan sendi kurang dilatih. Hal
ini dapat menyebabkan kalsifikasi sendi dan mudah terjadi trauma ringan
pada sendi. Trauma tersebut juga mengakibatkan spondilosis. Di samping itu,
bila usia bertambah maka akan terjadi perubahan degeneratif pada tulang
belakang, yang terdiri dari dehidrasi dan kolaps nukleus pulposus serta
penonjolan ke semua arah dari anulus fibrosus. Anulus mengalami kalsifikasi
dan perubahan hipertrofik terjadi pada pinggir tulang korpus vertebra,
membentuk osteofit atau spur atau taji. Dengan penyempitan rongga
invertebra, sendi invertebra dapat mengalami subluksasi dan menyempitkan
foramina invertebra, yang dapat juga ditimbulkan oleh osteofit.
Spondilosis berdampak pada penekanan kauda ekuina. Sehingga terjadi
iskemia pada kauda ekuina. Iskemia memicu terjadinya defisit sensorik dan
motorik. Defisit ini bisa berdampak pada hilangnya kontrol sfingter uretra.
Defisit sensorik dan motorik tungkai juga dapat dialami dengan pasien
penderita spondilosis. Hal ini menyebabkan kelumpuhan dan kurangnya
mobilisasi sehingga bagian kulit ada yang tertekan karena tirah baring yang
lama, sehingga muncul dekubitus. Nyeri yang terjadi pada spondilosis
biasanya nyeri pada area punggung bawah. Traktus spinotalmikus asendens
membawa rangsang nyeri yang disebabkan oleh kompresi saraf medula spinalis
ke thalamus.
Gambaran patologis spondilitis ankilosa di deskripsikan oleh Ball (1971)
dan di sempurnakan oleh Bywaters (1984). Lokasi patologis primer adalah
entesis yaitu insersi dari ligament, kapsul dan tendon ke tulang. Perubahan
entesopati yang terjadi adalah fibrosis dan osifikasi jaringan. Pada
vertebra, entesopati pada situs insersi annulus fibrosus menyebabkan
squaring dari korpus vertebra, destruksi vertebral end plate, dan formasi
sindesmofit. Osifikasi pada regio diskus, epifisial dan sendi sakroiliaka
serta ekstraspinal diinisiasi oleh lesi pada insersi ligament.
Perjalanan penyakit tipikal di mulai dari sendi sakroiliaka. Sakroiliaka
di tandai dengan sinovitis dan formasi panus dan jaringan granulasi. Semua
proses tersebut akan mengerosi, mendestruksi dan mengganti tulang rawan
sendi dan tulang subkondral. Tulang paratikular juga akan menipis akibat
peningkatan aktivitas osteoblastik. Inflamasi pada sendi sakroiliaka
mempunyai predileksi pada sisi iliaka, hal ini mungkin karena jaringan
fibrokartilago yang lebih banyak dan shear stress yang lebih besar pada
sisi tersebut.
Pada vertebra terjadi inflamasi kronik di annulus fibrosus, khususnya
pada insersi ke tepi vertebra, menyebabkan resorpsi tulang yang diikuti
perubahan reparasi pada korpus vertebra akan berperan dalam terjadinya
squaring. Jaringan granulasi akan mengalami metaplasia kartilago yang
diikuti dengna klasifikasi pada tepi vertebra dan sisi luar annulus: dan
menyebabkan gambaran sindesmofit pada foto polos. Keterlibatan menyeluruh
seluruh vertebra memberikan gambaran bamboo spine.
Lesi ekstraspinal terjadi di daerah artikular dan nonartikular. Lesi
artikular meliputi sendi sinkodrotik seperti simfisis pubis dan sendi
manubriosternal, sendi synovial seperti sendi panggul dan lutut dan
entesis. Inflamasi pada situs nonartikular meliputi uvea, katup, jantung
fibrosis apeks paru.(Sudoyo,W Aru. dkk .2010)
2. Web of Caution Spondilosis
6. Manifestasi Klinis
Kompresi radiks sukar dibedakan dengan yang disebabkan oleh protusi
diskus, walaupun nyeri biasanya kurang menonjol pada spondilosis. Distesia
tanpa nyeri dapat timbul pada daerah distribusi radiks yang terkena, dapat
disertai kelumpuhan otot dan gangguan refleks.
Terjadi pembentukan osteofit pada bagian yang lebih sentral dari korpus
vertebra yang menekan medulla spinalis. Kauda ekuina dapat terkena kompresi
pada daerah lumbal bila terdapat stenosis kanal lumbal. Gejalanya berupa
sindrom kauda ekuina dengan paraparesis, defisit sensorik pada kedua
tungkai serta hilangnya kontrol sfingter. Sindrom pseudoklaudikasi
(klaudikasi neurologik) dapat terjadi di mana pasien mengeluh nyeri
pinggang dan tungkai saat berdiri dan akan menghilang bila berbaring.
Gejala umum, yaitu:
1) Nyeri yang menyebar ke bahu, atau sakit punggung. Lokasi nyeri atau
rasa sakit berhubungan dengan seberapa banyak tulang belakang yang
terlibat.
2) Sensasi abnormal atau kehilangan sensasi yang mengacu pada segmen
tulang belakang yang terlibat.
3) Otot terasa lemah (khususnya pada lengan dan tungkai).
4) Kehilangan keseimbangan.
5) Kehilangan kendali kandung kemih dan/atau usus bagian bawah (kondisi
darurat medis).
A. Spondilosis Cervical
1) Nyeri pada leher dan bahu akan menyebar ke kepala dan lengan/tangan.
2) Satu sisi dari bahu belakang terasa berat, lengan/tangan tidak
bertenaga/lemas, jari tangan kesemutan.
3) Perasaan dari kulit lengan/tangan menurun, tangan memegang benda
terasa tidak bertenaga/lemas.
4) Paha/kaki tidak bertenaga/lemas, berjalan tidak mantap, kedua kaki
merasa kesemutan.
5) Muncul gejala buang air besar dan kecil yang tak terkendali, disfungsi
seksual bahkan tangan dan kaki lumpuh.
6) Ada sebagian pasien cervical spondylosis muncul gejala yang disertai
dengan pusing, yang parah dapat muncul gejala disertai dengan mual dan
muntah, sebagian kecil pasien akan muncul gejala vertigo dan pingsan
mendadak.
7) Di saat cervical spondylosis telah melibatkan saraf simpatik akan
muncul gejala sakit kepala, penglihatan kabur, kedua bola mata terasa
bengkak atau terasa kering, tinnitus dan jantung berdebar, ada yang
bahkan muncul gejala perut kembung.
B. Spondilosis Lumbalis
1) Onset, biasanya awal nyeri dirasakan tidak ada apa-apa dan tidak
menjadi suatu masalah sampai beberapa bulan. Nyeri akut biasanya
ditimbulkan dari aktivitas tidak sesuai.
2) Nyeri, biasanya nyeri terasa disepanjang sacrum dan sacroiliac joint.
Dan mungkin menjalar ke bawah (gluteus) dan aspek lateral dari satu
atau kedua hip. Pusat nyeri berasal dari tingkat L4, L5, S1.
3) Referred pain:
a. Nyeri mungkin saja menjalar ke arah tungkai karena adanya iritasi
pada akar persarafan. Ini cenderung pada area dermatomnya
b. Paha (L1)
c. Sisi anterior tungkai (L2)
d. Sisi anterior dari tungkai knee (L3)
e. Sisi medial kaki dan big toe (L4)
f. Sisi lateral kaki dan tiga jari kaki bagian medial (L5)
g. Jari kaki kecil, sisi lateral kaki dan sisi lateral bagian
posterior kaki (S1)
h. Tumit, sisi medial bagian posterior kaki (S2)
4) Parasthesia, biasanya mengikuti daerah dermatom dan terasa terjepit
dan tertusuk, suatu sensasi "kesemutan" atau rasa kebas (mati rasa).
5) Spasme otot, biasanya ada peningkatan tonus erector spinae dan m.
quadratus lumborum. Seringkali terdapat tonus yang berbeda antara
abduktor hip dan juga adductor hip. Kadang-kadang salah satu otot
hamstring lebih ketat dibanding yang lainnya.
6) Keterbatasan gerakan, semua gerakan lumbar spine cenderung terbatas.
Gerakan hip biasanya terbatas secara asimetrical. Factor limitasi pada
umumnya disebabkan oleh ketetatan jaringan lunak lebih dari spasm atau
nyeri.
7) Kelemahan otot, terjadi biasanya pada otot abdominal dan otot gluteal.
Kelemahan mungkin terjadi karena adanya penekanan pada akar saraf
myotomnya. Otot-otot pada tungkai yang mengalami nyeri menjalar
biasanya lebih lemah dibandingkan dengan tungkai satunya.
Gambaran radiografi, terdapat penyempitan pada jarak discus dan beberapa
lipping pada corpus vertebra.
C. Spondilosis Ankilosis
Awitan spondilitis ankilosis biasanya timbul perlahan-lahan dimulai
dengan rasa lelah dan nyeri intermiten pada tulang belakang bawah dan
panggul. Bisa juga timbul kekakuan pada pagi hari yang dapat hilang dengan
sedikit berolah raga.
Gejalanya dapat sedemikian ringan dan tidak progresif sehingga banya
penderita penyakit ini tidak terdiagnosa. Selain itu gejala-gejala
spondilitis ankilosis bisa dikacaukan dengan gangguan mekanik pada tulang
belakang.
Gejala-gejala ekstrapinal meliputi :
1) Pleuritik seperti " Chest pain "
2) Tendonitis akhiles
3) Artropathy perifer ( khusunya panggul )
4) Gejala non spesifik, antara lain :
BB turun
Malaise
Lemah
Mood berubah.
7. Pemeriksaan Penunjang Spondilosis
1. Sinar-X.
Gambar sinar X pada engsel akan menunjukkan perubahan yang terjadi pada
tulang seperti pecahnya tulang rawan.
2. Tes darah.
Tes darah akan membantu memberi informasi untuk memeriksa rematik.
3. Analisa cairan engsel
Dokter akan mengambil contoh sampel cairan pada engsel untuk kemudian
diketahui apakah nyeri/ngilu tersebut disebabkan oleh encok atau infeksi.
4. Artroskopi
Artroskopi adalah alat kecil berupa kamera yang diletakkan dalan engsel
tulang. Dokter akan mengamati ketidaknormalan yang terjadi.
5. Foto Rontgent menunjukkan penurunan progresif massa kartilago sendi
sebagai penyempitan rongga sendi
6. Serologi dan cairan sinovial dalam batas normal
7. MRI Leher dilakukan apabila terdapat nyeri leher atau lengan terasa
berat yang tidak membaik dengan pengobatan, kelemahan atau mati rasa di
lengan atau tangan.
8. EMG dan tes kecepatan konduksi saraf dapat dilakukan untuk memeriksa
fungsi akar saraf.
9. X-ray / CT Scan Leher dilakukan untuk mencari arthritis atau perubahan
lain di tulang belakang.
8. Pencegahan Spondilosis
Mengingat beratnya gejala penyakit ini dan kita tidak pernah tahu
seberapa cepat proses degenerasi terjadi pada tulang punggung, maka ada
beberapa hal yang dapat dilakukan dari sekarang untuk mengurangi resiko
terjadinya spondylosis. Antara lain :
1. Hindari aktivitas dengan benturan tinggi (high impact), misalnya
berlari. Pilih jenis olah raga yang lebih lembut dan mengandalkan
peregangan dan kelenturan.
2. Lakukan exercise leher dan punggung yang dapat meningkatkan kekuatan
otot, kelenturan, dan jangkauan gerak.
3. Jangan melakukan aktivitas dalam posisi yang sama dalam jangka waktu
lama. Beristirahatlah sering-sering. Misalnya waktu menonton TV,
bekerja di depan komputer, ataupun mengemudi.
4. Pertahankan postur yang baik. Duduklah yang tegak. Jangan bertumpu
pada satu kaki bila berdiri. Jangan membungkuk bila hendak mengangkat
barang berat lebih baik tekuk tungkai dan tetap tegak.
5. Lindungi diri dengan sabuk pengaman saat berkendara. Hal ini membantu
mencegah terjadinya cedera bila ada trauma.
6. Berhenti merokok. Merokok dapat meningkatkan resiko terjadinya
spondylosis.
9. Penatalaksanaan Spondilosis
1. Terapi Non Farmakologis
1) Terapi Fisik dan rehabilitasi
Terapi ini untuk melatih pasien agar persendiannya tetap dapat dipakai
dan melatih pasien untuk melindungi sendi.
2) Penurunan Berat Badan
Berat badan yang berlebihan ternyata merupakan factor yang akan
memperberat penyakit OA. Oleh karenanya BB harus dijaga agar tidak
berlebihan.
2. Fisioterapi
1) Memakai tempat tidur yang dialasi papan dibawah kasur dengan ganjal
didaerah lumbal untuk mengembalikan lardosis, bantal kepala
sebaiknya yang tipis.
2) Penyesuian pekerjaan terutama bila terdapat gangguan tulang punggung.
Punggung hendaknya dipertahankan lurus, bila perlu meja ditinggikan
atau kursi direndahkan jangan terlalu lama duduk.
3) Latihan-latihan untuk menjaga postur tubuh, mengurangi deformitas, dan
memelihara ekspansi dada setelah serangan akut diatasi, latihan fisik
terbaik adalah berenang.
3. Medikamentosa
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk
osteoartritis, oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang
diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan
mengurangi ketidak mampuan. Obat-obat anti inflamasinon steroid (OAINS)
bekerja sebagai analgetik dan sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak
dapat memperbaiki atau menghentikan proses patologis osteoartritis.
a. Analgesic yang dapatdipakai adalah asetaminofen dosis 2,6-4,9 g/hari
atau profoksifen HCL. Asam salisilat juga cukup efektif namun perhatikan
efek samping pada saluran cerna dan ginjal
b. Jika tidak berpengaruh, atau tidak dapat peradangan maka OAINS seperti
fenofrofin, piroksikam,ibuprofen dapat digunakan. Dosis untuk
osteoarthritis biasanya ½-1/3 dosis penuh untuk arthritis rematoid.
Karena pemakaian biasanya untuk jangka panjang, efek samping utama
adalahganggauan mukosa lambung dan gangguan faal ginjal.
c. Injeksi cortisone.
Dokter akan menyuntikkan cortocosteroid pada engsel yang mempu mengurangi
nyeri/ngilu.
d. Suplementasi-visco.
Tindakan ini berupa injeksi turunan asam hyluronik yang akan mengurangi
nyeri pada pangkal tulang. Tindakan ini hanya dilakukan jika
osteoarhtritis pada lutut.
4. Penatalaksanaan Secara Medis
Prosedur diagnostik dan terapi konservatif seperti pada penyakit
diskus. Indikasi operasi juga sama yaitu adanya kompresi medula spinalis.
Kelemahan otot atau nyeri yang sukar dihilangkan. Pembedahan dilakukan
untuk meringankan tekanan pada saraf atau sumsum tulang belakang seperti :
1) Anterior Corpectomy Discectomy Fusi (ACDF) : Teknik ini dilakukan dengan
menggunakan mikroskop dengan sayatan 3-5 cm pada daerah leher bagian
depan.
2) Foraminotomy : Suatu operasi untuk melebarkan ruang tempat keluarnya
akar saraf dari kanal spinal servikal. Operasi medis ini digunakan untuk
mengurangi tekanan pada saraf yang sedang dikompresi oleh foramen
intervertebralis, ruang di mana tulang belakang keluar saraf root
kanal tulang belakang. Para foraminotomy istilah berasal dari kata Latin
foramen (lubang, membuka, aperture) dan-otomy (tindakan pemotongan,
sayatan).
3) Cervical Collar: Pemakaian cervical collar lebih ditujukan untuk proses
immobilisasi serta mengurangi kompresi pada radiks saraf, walaupun belum
terdapat satu jenis collar yang benar-benar dapat mencegah mobilisasi
cervical.
4) Laminektomi : Operasi untuk mengeluarkan lamina. Ini adalah bagian dari
tulang yang membentuk tulang belakang di tulang belakang. Laminektomi
juga dapat dilakukan untuk menghapus taji tulang pada tulang belakang.
Prosedur ini dapat mengurangi tekanan dari saraf tulang belakang atau
spinal cord.
5) Laminoplasty : Salah satu prosedur pembedahan pada kasus spinal stenosis
dengan cara membebaskan tekanan pada saraf tulang belakang. Prosedur ini
memotong (memotong seluruhnya pada sisi yang satu dan memotong yang lain)
lamina pada kedua sisi dari tulang belakang yang terganggu dan membuat
seperti flap/pintu berayun dari tulang sehingga dapat menghilangkan
tekanan pada saraf tulang belakang.
6) Spinal Fusion : Penggabungan dua atau lebih ruas tulang belakang
sehingga tulang belakang tidak bergerak. Fusi tulang belakang biasanya
dilakukan dengan prosedur bedah lainnya, misalnya laminektomi atau
foraminotomy.
10. Komplikasi Spondilosis
Spondilosis merupakan penyebab paling umum dari disfungsi saraf tulang
belakang pada orang dewasa yang lebih tua. Beberapa komplikasi spondilosis,
antara lain : ketidakmampuan untuk menahan buang air besar (BAB) atau urin,
hilangnya fungsi otot atau mati rasa, kecacatan dan gangguan keseimbangan.
a. Komplikasi Spondilosis Cervical
Pada sejumlah kecil kasus, spondilosis servikal dapat memampatkan satu
atau lebih saraf tulang belakang - sebuah kondisi yang disebut radikulopati
servikal. Taji tulang dan penyimpangan lain yang disebabkan oleh
spondilosis juga dapat mengurangi diameter kanal yang saraf tulang
belakang. Ketika saluran spinalis menyempit ke titik yang menyebabkan
cedera tulang belakang, kondisi yang dihasilkan disebut sebagai myelopathy
serviks. Kedua radikulopati servikalis dan myelopathy serviks dapat
mengakibatkan cacat permanen.
b. Komplikasi Spondilosis Lumbal
Skoliosis merupakan komplikasi yang paling sering ditemukan pada
penderita nyeri punggung bawah karena Spondilosis. Hal ini terjadi karena
pasien selalu memposisikan tubuhnya kearah yang lebih nyaman tanpa
mempedulikan sikap tubuh normal. Hal ini didukung oleh ketegangan otot pada
sisi vertebra yang sakit.
c. Komplikasi Spondilosis Ankilosis
Komplikasi yang mungkin timbul dapat berupa:
1. kerusakan neurologi
2. Tromboflebitis
3. Fraktur vertebra
4. Poliartritis
5. Disfungsi pernafasan sesuai tahap progressif
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN SPONDILOSIS
1. Fokus Pengkajian Spondilosis
1. Anamnesis
a. Keluhan Utama
Keluhan utama yang dirasakan pasien yaitu nyeri pada bagian vertebrae
atau tulang belakang baik itu nyeri pada vertebrae cervical, torakal
atau lumbal.
P : nyeri bertambah berat saat beraktivitas, istirahat membantu
meringankan nyeri
Q : nyeri yang dirasakan berdenyut dan menusuk
R : lokasi nyeri pada daerah tulang belakang bagian cervical,
torakal, lumbal atau sakrasal dan menjalar ke seluruh tulang
belakang.
S : nyeri dirasakan pasien pada skala 0-5 yaitu skala 4. Nyeri
membuat pasien cemas dan gelisah
T : nyeri muncul dalam waktu lama, terkadang nyeri berkurang.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien sering mengeluh mudah lelah dan sering mengalami sakit punggung
setelah beraktivitas. Nyeri hebat yang secara tiba-tiba dirasakan pasien
setelah beraktivitas ringan. Nyeri tersebut tak kunjung reda hingga
pasien dirujuk ke rumah sakit.
c. Riwayat Penyakit Terdahulu
Pasien biasanya memiliki riwayat sakit atau nyeri punggung.
d. Riwayat Keluarga
Riwayat sakit atau nyeri punggung juga di alami keluarga pasien.
Namun, tidak separah yang pasien rasakan.
e. Riwayat Pekerjaan dan Kebiasaan
Pekerjaan yang menuntut pasien untuk mengangkat benda atau barang-
barng yang cukup berat diikuti dengan gerakan yang salah dalam
mengangkat barang berat dapat memicu terjadinya nyeri punggung yang
menyebabkan spondilosis.
f. Psikologis
Nyeri hebat pada tulang belakang pasien dapat meningkatkan pengeluaran
hormon stres. Sehingga biasanya di dapat pasien gelisah dan cemas
2. Pemeriksaan Fisik
B1 (Breath) : takipneu
B2 (Blood) : hipotensi, tekanan darah di bawah 120/80 mmHg
B3 (Brain) : kehilangan keseimbangan, pusing
B4 (Bladder) : inkontinensia urine
B5 (Bowel) : inkontinensia alvi, malaise, mual, muntah
B6 (Bone) : kelemahan otot, parasthesia
3. Analisa Data
"No."Data "Etiologi "Masalah "
"1. "DO : klien tampak "Spasme ruang "Nyeri "
" "berjalan dengan "diskus " "
" "timpang, wajah "invertebrate " "
" "meringis kesakitan, " " "
" "perilaku "Pengeluaran " "
" "berhati-hati, "mediator kimia " "
" "condong ke depan "(histamine, " "
" "pada sisi yang sakit"prostaglandin) " "
" "saat berdiri, skala " " "
" "nyeri 4 "Traktus " "
" "DS : klien "spinotalamus " "
" "menyatakan nyeri "lateral membawa " "
" "pada punggung bagian"sensasi nyeri ke " "
" "bawah, leher kaku "otak " "
" " " " "
" " "Sensitivitas " "
" " "reseptor nyeri " "
" " " " "
" " "NYERI " "
"2. "DO : "Kelemahan otot "Ketidakefektif"
" "RR: >24 x/menit, "intercostae "an pola napas "
" "napas cuping hidung " " "
" "DS : klien "Pengembangan " "
" "mengatakan dyspnea "rusuk tdak " "
" "dan napasnya pendek."sempurna " "
" " " " "
" " "Takipnea " "
" " " " "
" " "Ketidakefektifan " "
" " "pola napas " "
" "DO: klien sering "Defisit sensorik "Gangguan "
" "berkemih "& motoric "eliminasi "
" "DS: klien oliguria " "urine "
" " "Deficit sensoris " "
" " "tungkai " "
" " " " "
" " "Deficit sensorik " "
" " "kauda ekuina " "
" " " " "
" " "G3 kontrol " "
" " "sfingter uretra " "
" " " ' " "
" " "Oliguria " "
" " " " "
" " "G3 eliminasi " "
" " "urine " "
" "DO : Klien tampak "Defisit sensorik "Resiko "
" "kesulitan dalam "& motoric "intoleransi "
" "gerakan yang " "aktivitas "
" "diinginkan, "Deficit sensoris " "
" "DS : klien "tungkai " "
" "mengatakan nyeri " " "
" "pada setiap "Lumpuh " "
" "gerakannya " " "
" " "Ker. Mobilitas " "
" " "fisik " "
" "DO : timbul lesi di "Defisit sensorik "Resiko "
" "bagian kulit. "& motoric "kerusakan "
" "DS : klien " "integritas "
" "menyatakan sakit di "Deficit sensoris "kulit "
" "bagian kulitnya. "tungkai " "
" " " " "
" " "Mobilisasi fisik " "
" " "ber< " "
" " " " "
" " "Tirah baring lama" "
" " " " "
" " "Timbul lesi di " "
" " "bag. Kulit " "
" " " " "
" " "Decubitus " "
" " " " "
" " "Resiko k\erusakan" "
" " "integritas kulit " "
" "DO : klien tampak "Prognosis "Ansietas "
" "ketakutan, gelisah. "penyakit " "
" "DS : klien " " "
" "mengatakan "Ansietas " "
" "ketidakmampuan untuk" " "
" "mengatasi " " "
2. Diagnosa Keperawatan Spondilosis
"No. "Diagnosa "Definisi "Kriteria "Kriteria "
" "Keperawatan " "Mayor "Minor "
" "Nyeri "Pengalaman "Mata kurang"Dilatasi "
" "berhubungan "sensori dan "bercahaya, "pupil, "
" "dengan agens "emosional yang "tampak "perubahan "
" "cedera "tidak "kacau, "TD, "
" " "menyenangkan yang"gerakan "perubahan HR"
" " "muncul akibat "mata "dan RR, "
" " "kerusakan "berpencar, "skala nyeri "
" " "jaringan yang "meringis. "4, perilaku "
" " "actual atau " "distraksi. "
" " "potensial atau " " "
" " "digambarkan dalam" " "
" " "hal kerusakan " " "
" " "sedemikian rupa " " "
" " "(International " " "
" " "Association for " " "
" " "the Study of Pain" " "
" " "); awitan yang " " "
" " "tiba-tiba atau " " "
" " "lambat dari " " "
" " "intensitas ringan" " "
" " "hingga berat " " "
" " "dengan akhir yang" " "
" " "dapat diantsipasi" " "
" " "atau diprediksi " " "
" " "dan berlangsung " " "
" " "<6 bulan. " " "
" "Ketdakefektifan"Inspirasi "Takipnea, "RR: >24 "
" "pola napas "dan/atau "sesak "x/menit, "
" "berhubungan "ekspirasi yang "napas. "dagkal, "
" "dengan "tidak member "Pernapasan "irregular, "
" "keletihan otot "ventilasi "bibir, " "
" "pernapasan "adekuat. "cuping " "
" " " "hidung, " "
" "gangguan "Suatu pola fungsi"Kehilangan "Inkontinensi"
" "eliminasi urine"urinarius yang "control "a urine "
" "berhubungan "cukup untuk "berkemih " "
" "dengan gangguan"memenuhi " " "
" "sensorik dan "kebutuhan " " "
" "motorik "eliminasi dan " " "
" " "dapat " " "
" " "ditingkatkan " " "
" "Resiko "Ketidakcukupan "Sulit "Respons TD "
" "intoleransi "energy psikologi "bergerak "terhadap "
" "aktivitas "atau fisiologi " "aktivitas, "
" "berhubungan "untuk melanjutkan" "perubahan "
" "dengan masalah "atau " "EKG yang "
" "pernapasan "menyelesaikan " "mencerminkan"
" " "kehidupan " "aritmia "
" " "sehari-hari yang " " "
" " "harus atau yang " " "
" " "ingin dilakukan " " "
" "Resiko "Berisiko "Timbulnya "- "
" "kerusakan "mengalami "lesi di " "
" "integritas "perubahan kulit "bagian " "
" "kulit "yang buruk "kulit klien" "
" "berhubungan " " " "
" "dengan gangguan" " " "
" "sensasi " " " "
" "Ansietas "Perasaan tidak "Mual, "RR: >24 "
" "berhubungan "nyaman atau "muntah, "x/menit, "
" "dengan stres "kekhawatiran yang"malaise, "irregular, "
" " "samar disertai "parasthesia"dangkal. "
" " "respons autonom ", "N: >100 "
" " "(sumber sering "ketakutan, "x/menit, "
" " "kali tidak "gelisah "kuat, cepat,"
" " "spesifik atau " "irregular, "
" " "tidak diketahui " "Pupil "
" " "oleh individu); " "melebar, "
" " "persaan takut " " "
" " "yang disebakan " " "
" " "oleh antisipasi " " "
" " "terhadap bahaya. " " "
" " "Hal ini merupakan" " "
" " "isyarat " " "
" " "kewaspadaan yang " " "
" " "memperingatkan " " "
" " "individu akan " " "
" " "adanya ancaman " " "
" " "bahaya dan " " "
" " "memampukan " " "
" " "individu untuk " " "
" " "bertindak " " "
" " "menghadapi " " "
" " "ancaman. " " "
3. Intervensi
"No."Diagnosa "Tujuan dan "Rencana "Rasional "
" "Keperawata"Kriteria Hasil "Intervensi " "
" "n " " " "
" "Nyeri "Tujuan : "M "Istirahatkan"Istirahat akan "
" "berhubunga"dalam waktu 1 X"A "pasien "menurunkan "
" "n dengan "24 jam terdapat"N " "aktivitas pasien. "
" "agens "penurunan "D " "Sehingga nyeri "
" "cedera "respon nyeri "I " "berkurang "
" " "pada tulang "R " " "
" " "belakang "I " " "
" " " " " " "
" " "KH: " " " "
" " "secara " " " "
" " "subyektif " " " "
" " "pasien " " " "
" " "menyatakan " " " "
" " "penurunan rasa " " " "
" " "nyeri dada, " " " "
" " "secara objektif" " " "
" " "didapatkan TTV " " " "
" " "dalam batas " " " "
" " "normal, wajah " " " "
" " "rileks. " " " "
" " " " "Manajemen "Lingkungan yag "
" " " " "lingkungan :"tenang dan "
" " " " "lingkungan "membatasi "
" " " " "tenang dan "pengunjung dapat "
" " " " "batasi "memudahkan pasien "
" " " " "pengunjung "beristirahat. "
" " " " "Lakukan "Berupa sentuhan "
" " " " "manajemen "dukungan "
" " " " "sentuhan "psikologis misal :"
" " " " " "masase ringan yang"
" " " " " "dapat membantu "
" " " " " "menurunkan nyeri "
" " " " " "dan meningkatkan "
" " " " " "aliran darah. "
" " " "K "Kolaborasi "Antianalgesik yang"
" " " "O "pemberian "sesuai dengan "
" " " "L "antianalgesi"indikasi akan "
" " " "A "k sesuai "mengurangi nyeri "
" " " "B "indikasi "pasien. "
" " " "O " " "
" " " "R " " "
" " " "A " " "
" " " "S " " "
" " " "I " " "
" " " "H "Ajarkan "Dapat menurunkan "
" " " ". "teknik "stimulus internal "
" " " "E "distraksi "dengan mekanisme "
" " " " "(pengalihan "peningkatan "
" " " " "perhatian) "produksi endorfin "
" " " " "saat nyeri "dan enkifalen yang"
" " " " " "dapat memblok "
" " " " " "reseptor nyeri. "
" " " " "Anjurkan "Nyeri berat dapat "
" " " " "pasien untuk"menyebabkan syok "
" " " " "melaporkan "dan memperparah "
" " " " "nyeri dengan"keadaan pasien "
" " " " "segera " "
" " " "O "Catat "Variasi penampilan"
" " " "B "karakteristi"dan perilaku klien"
" " " "S "k nyeri, "karena nyeri "
" " " "E "lokasi, "terjadi sebagai "
" " " "R "intensitas "temuan pengkajian."
" " " "V "dan " "
" " " "A "penyebaranny" "
" " " "S "a. " "
" " " "I " " "
" "Ketdakefek"Tujuan : "M "Kepala "Posisi tersebut "
" "tifan pola"dalam waktu 1 "A "tempat tidur"pada pasien "
" "napas "X 24 jam "N "harus "penurunan curah "
" "berhubunga"terdapat pola "D "dinaikan "jantung berfungsi "
" "n dengan "napas kembali "I "20-30 cm "Untuk mengurangi "
" "keletihan "efektif "R "atau klien "kesulitan bernapas"
" "otot " "I "didudukan "dan mengurangi "
" "pernapasan"KH: " "dikursi. "jumlah darah yang "
" " "secara " " "kembali kejantung,"
" " "objektif " " "sehingga dapat "
" " "didapatkan TTV" " "mengurangi "
" " "dalam batas " " "kongesti paru. "
" " "normal, tidak " " " "
" " "terlihat " " " "
" " "takipneu " " " "
" " " "K "Beri oksigen"Memudahkan pasien "
" " " "O "sesuai "mendapatkan "
" " " "L "indikasi "oksigen "
" " " "A " " "
" " " "B " " "
" " " "O " " "
" " " "R " " "
" " " "A " " "
" " " "S " " "
" " " "I " " "
" " " "H "Anjurkan "Posisi duduk semi "
" " " ". "pasien duduk"fowler dapat "
" " " "E "semi fowler "memaksimalkan "
" " " " " "pengembangan paru."
" " " " " "¬ "
" " " "O "Pantau nilai"Menentukan "
" " " "B "gas darah "pemberian oksigen "
" " " "S " "sesuai indikasi "
" " " "E " " "
" " " "R " " "
" " " "V " " "
" " " "A " " "
" " " "S " " "
" " " "I " " "
" "Gangguan "Tujuan : "M "Bantu Pasien"Mengurangi resiko "
" "eliminasi "dalam waktu 3 "A "jika ingin "cedera lebih "
" "urine "X 24 jam "N "berkemih di "lanjut "
" "berhubunga"terdapat "D "kamar mandi " "
" "n dengan "eliminasi urin"I " " "
" "gangguan "pasien kembali"R " " "
" "sensorik "efektif "I " " "
" "dan " " " " "
" "motorik "KH: " " " "
" " "secara " " " "
" " "objektif " " " "
" " "didapatkan TTV" " " "
" " "dalam batas " " " "
" " "normal,peningk" " " "
" " "atan kemajuan " " " "
" " "pasien dalam " " " "
" " "eliminasi " " " "
" " "urin. " " " "
" " " "K "Pasang "Kateter memudahkan"
" " " "O "kateter "pasien untuk "
" " " "L " "berkemih tanpa "
" " " "A " "harus mengeluarkan"
" " " "B " "banyak tenaga "
" " " "O " "untuk ke kamar "
" " " "R " "mandi "
" " " "A " " "
" " " "S " " "
" " " "I " " "
" " " "H "Anjurkan "Membantu "
" " " ". "pasien untuk"mempertahankan "
" " " "E "minum/masuka"fungsi ginjal, "
" " " " "n cairan "mencegah infeksi, "
" " " " "(2-4/hari) "dan pembentukan "
" " " " "termasuk "batu "
" " " " "juice yang " "
" " " " "mengandung " "
" " " " "asam " "
" " " " "askorbat. " "
" " " "O "Monitor "Asupan cairan dan "
" " " "B "asupan "jumlah residu "
" " " "S "cairan, pola"urine merupakan "
" " " "E "berkemih, "data awal untuk "
" " " "R "jumlah "penghitungan "
" " " "V "residu "intake dan output "
" " " "A "urine, " "
" " " "S "kualitas " "
" " " "I "urine " "
" " " " "Ukur intake "Intake dan output "
" " " " "dan output "yang sama, "
" " " " "pasien "menunjukkan "
" " " " " "perubahan "
" " " " " "eliminasi urin "
" " " " " "pasien mulai "
" " " " " "normal "
" "Resiko "Tujuan : "M "Tingkatkan "Menurunkan kerja "
" "intolerans"Dalam waktu 3 "A "istirahat, "otot dan tulang "
" "i "X 24 jam "N "batasi "belakang "
" "aktivitas "Resiko "D "aktivitas, " "
" "berhubunga"intoleransi "I "dan berikan " "
" "n dengan "aktivitas "R "aktivitas " "
" "masalah "berkurang atau"I "senggang " "
" "pernapasan"kegiatan " "yang tidak " "
" " "pasien " "berat " "
" " "meningkat, " " " "
" " " " " " "
" " "KH : " " " "
" " "secara mandiri" " " "
" " "maupun dengan " " " "
" " "sedikit " " " "
" " "bantuan " " " "
" " "pasien tidak " " " "
" " "mengeluh " " " "
" " "pusing, alat " " " "
" " "dan sarana " " " "
" " "untuk memenuhi" " " "
" " "aktivitas " " " "
" " "tersedia dan " " " "
" " "mudah " " " "
" " "dijangkau " " " "
" " "klien, TTV " " " "
" " "dalam batas " " " "
" " "normal. " " " "
" " " " "Bantu pasien"Kelelahan yang "
" " " " "melakukan "berlebihan "
" " " " "aktivitas "memperparah "
" " " " "yang tidak "penyakit pasien "
" " " " "berat " "
" " " "K "Konsultasi "Membantu dalam "
" " " "O "dengan ahli "merencanakan dan "
" " " "L "terapi "melaksanakan "
" " " "A "fisik/terapi"latihan secara "
" " " "B "kerja dari "individual dan "
" " " "O "tim "mengidentifikasi/m"
" " " "R "rehabilitasi"engembangkan "
" " " "A " "alat-alat bantu "
" " " "S " "untuk "
" " " "I " "mempertahankan "
" " " " " "fungsi, "
" " " " " "mobilisasi, dan "
" " " " " "kemandirian "
" " " " " "pasien. "
" " " "H "Bantu/lakuka"Meningkatkan "
" " " ". "n latihan "sirkulasi,memperta"
" " " "E "ROM pada "hankan tonus otot "
" " " " "semua "dan mobilisasi "
" " " " "ekstremitas "sendi. "
" " " " "dan sendi " "
" " " "O "Catat TTV "TTV menjadi "
" " " "B "sesudah "indikator "
" " " "S "melakukan "kemampuan pasien "
" " " "E "aktivitas "dalam melakukan "
" " " "R " "kegiatan "
" " " "V " " "
" " " "A " " "
" " " "S " " "
" " " "I " " "
" "Resiko "Tujuan : "M "Lakukan "Perubahan posisi "
" "kerusakan "Dalam waktu 3 "A "perubahan "dapat mengurangi "
" "integritas"X 24 jam "N "posisi tiap "atau mencegah "
" "kulit "pasien "D "2 jam bila "kerusakan "
" "berhubunga"terhindar dari"I "sudah ada "integritas kulit. "
" "n dengan "resiko "R "petunjuk "Perubahan posisi "
" "gangguan "kerusakan "I "dokter namun"yang mendadak "
" "sensasi "integritas " "hati-hati "dapat menyebabkan "
" " "kulit " "terhadap "hipotensi "
" " " " "timbulnya "ortostatik. "
" " "KH : " "hipotensi " "
" " "Secara " "akibat " "
" " "objektif, TTV " "perubahan " "
" " "normal, tidak " "posisi " "
" " "terlihat " " " "
" " "tanda-tanda " " " "
" " "adanya " " " "
" " "dekubitus, " " " "
" " "lesi atau " " " "
" " "peradangan " " " "
" " "pada kulit " " " "
" " " " "Bersihkan "Membuang bakteri "
" " " " "kulit pasien"atau "
" " " " "setiap "mikroorganisme "
" " " " "beberapa jam"lain yang dapat "
" " " " "dengan sabun"menyebabkan "
" " " " "ringan, "timbulnya lesi "
" " " " "dibilas dan " "
" " " " "kemudian " "
" " " " "dikeringkan " "
" " " " "Lakukan "Massage membuat "
" " " " "massage "pasien lebih "
" " " " "dengan "rileks dan nyaman."
" " " " "perlahan "Lotion membantu "
" " " " "menggunakan "melembabkan kulit "
" " " " "gerakan " "
" " " " "sirkular dan" "
" " " " "olehkan krim" "
" " " " "atau lotion " "
" " " " "pada daerah " "
" " " " "tertekan " "
" " " "K "Berikan "Meningkatkan "
" " " "O "terapi "sirkulasi sistemik"
" " " "L "kinetic/matr"dan perifer dan "
" " " "A "a, berikan "menurunkan tekanan"
" " " "B "tekanan "pada kulit "
" " " "O "sesuai " "
" " " "R "kebutuhan " "
" " " "A " " "
" " " "S " " "
" " " "I " " "
" " " "H "Anjurkan "Menstimulai "
" " " ". "klien untuk "sirkulasi, "
" " " "E "melakukan "meningkatkan "
" " " " "program "nutrisi sel atau "
" " " " "latihan "oksigenasi sel dan"
" " " " " "untu meningkatkan "
" " " " " "kesehatan jaringan"
" " " "O "Inspeksi "Kulit biasanya "
" " " "B "seluruh area"cenderung rusak "
" " " "S "kulit, catat"karena perubahan "
" " " "E "pengisian "sirkulasi perifer."
" " " "R "kapiler, " "
" " " "V "adanya " "
" " " "A "kemerahan " "
" " " "S "dan " "
" " " "I "pembengkakan" "
" " " " ". " "
" "Ansietas "Tujuan : "M "Tunjukkan "Membuat pasien "
" "berhubunga"Dalam waktu 2 "A "sikap sopan "nyaman dan tidak "
" "n dengan "X 24 jam "N "dan lemah "sungkan "
" "stres "pasien "D "lembut " "
" " "terhindar dari"I "kepada " "
" " "kecemasan atau"R "pasien " "
" " "kecemasan "I " " "
" " "pasien " " " "
" " "berkurang " " " "
" " "KH : " " " "
" " "Secara " " " "
" " "objektif, TTV " " " "
" " "normal, tidak " " " "
" " "terlihat " " " "
" " "tanda-tanda " " " "
" " "adanya " " " "
" " "dekubitus, " " " "
" " "lesi atau " " " "
" " "peradangan " " " "
" " "pada kulit " " " "
" " " " "Perbanyak "Menumbuhkan "
" " " " "tatap muka "kepercayaan psien "
" " " " "dan "terhadap perawat "
" " " " "komunikasi " "
" " " " "dengan " "
" " " " "pasien " "
" " " "K "Rujuk pada "Memberikan "
" " " "O "kelompok "dukungan untuk "
" " " "L "penyokong "beradaptasi pada "
" " " "A "yang ada, "perubahan dan "
" " " "B "pelayanan "memberikan "
" " " "O "social, "sumber-sumber "
" " " "R "konselor, "untuk mengatasi "
" " " "A "financial/ko"masalah. "
" " " "S "nselor " "
" " " "I "kerja, " "
" " " " "psikoterapi," "
" " " " "dan " "
" " " " "sebagainya " "
" " " "H "Anjurkan "Membantu mengatasi"
" " " ". "pasien "masalah pasien "
" " " "E "menceritakan" "
" " " " "masalahnya " "
" " " " "jika ia " "
" " " " "sudah siap " "
" " " " "Berikan "Pasien akan nyaman"
" " " " "informasi "dan lebih percaya "
" " " " "yang tepat "kepada perawat. "
" " " " "mengenai "Dehingga dia mau "
" " " " "penyakit "kebih terbuka "
" " " " "pasien dan "tentang apa yang "
" " " " "hal yang "membuatnya cemas. "
" " " " "menjadi "Dengan demikian, "
" " " " "penyebab "pasien akan merasa"
" " " " "kecemasan "lebih tenang. "
" " " " "pasien tanpa" "
" " " " "mengintimida" "
" " " " "si pasien " "
" " " "O "Kaji tingkat"Membantu dalam "
" " " "B "ansietas "mengidentifikasi "
" " " "S "pasien. "kekuatan dan "
" " " "E "Tentukan "keterampilan yang "
" " " "R "bagaimana "mungkin membantu "
" " " "V "pasien "pasien untuk "
" " " "A "menangani "mengatasi "
" " " "S "masalahnya "keadaannya. "
" " " "I "dimasa yang " "
" " " " "lalu dan " "
" " " " "bagaimana " "
" " " " "pasien " "
" " " " "melakukan " "
" " " " "koping " "
" " " " "dengan " "
" " " " "masalah yang" "
" " " " "dihadapinya " "
" " " " "sekarang. " "
4. Evaluasi
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf
keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan
untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan.
evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan spondilosis (Doenges, 1999)
adalah :
1. Nyeri hilang/terkontrol
2. Pola napas efektif
3. Kontinensia urine
4. Mempertahankan/meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang sakit
atau kompensasi
5. Menunjukkan rutinitas perawatan kulit yang efektif
6. Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada tingkat dapat
diatasi
BAB 4
PENUTUP
1. Kesimpulan
Spondilosis merupakan penyakit degeneratif tulang belakang yang
mengakibatkan medulla spinalis tertekan. Spondylosis adalah salah satu
jenis osteoartritis, yakni radang sendi karena radang sendi menipis.
Osteoartritis yang terjadi di sendi-sendi tulang belakang dinamakan
spondylosis. Spondylosis umumnya terjadi saat umur 45 hingga 60 tahun,
namun kondisi ini pun dapat menyerang di usia lebih muda Nyeri punggung,
kelelahan tungkai bahkan kehilangan keseimbangan merupakan bberapa gejala
pasien penderita spondilosis.
2. Saran
Sebagai perawat harus selalu sigap dalam penanganan penyakit spondilosis
karena akan menjadi fatal jika terlambat menanganinya. Selain itu perawat
juga memberi health education kepada klien dan keluarga agar mereka faham
dengan spondilosis dan bagaimana pengobatannya..
Daftar Pustaka
W. Sudoyo, Aru, dkk. 2006. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta:
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia
Anderson Price, Sylvia, dkk. 1991. Patofisiologi Edisi 2 bagian 2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
J. C. E. Underwood. 1999. Patologi Umum dan Sistematik Edisi 2. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC
M. Wilkinson, Judith. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 7.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC
E. Doengoes, Marilynn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Herdman, T. Heather. 2012. DIAGNOSIS KEPERAWATAN Definisi dan Klasifikasi
2012-2014 (Bursing Diagnosies: Definition & Classification 2012-2014).
Jakarta: Buku Kedokteran EGC
http://triokasetiawan.wordpress.com/2013/10/25/spondylosis-lumbalis/
http://ric-kye.blogspot.com/2013/02/laporan-kasus-spondylosis-
lumbosakrum_5990.html
http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/02/asuhan-keperawatan-
klien-dengan-nyeri.html
http://perawat-intan.blogspot.com/2011/05/askep-spondilosis-ankilosis.html
http://murnicania.blogspot.com/2014/02/askep-osteoartritis.html
http://renyatnasari.blogspot.com/2013/09/asuhan-keperawatan-klien-
osteoartritis.html
http://hanyasekedarblogg.blogspot.com/2013/06/askep-spondilitis-
ankilosa.html
-----------------------
ketidakefektifan pola napas
Kelemahan otot intercostae
"!
Pengembangan rusuk tdak sempurna
"!
Takipnea
Nyeri
Spasme ruang diskus invertebrate
"!
Pengembangan rusuk tdak sempurna
Takipnea
Nyeri
Spasme ruang diskus invertebrate
Pengeluaran mediator kimia
(histamine, prostaglandin)
Traktus spinotalamus lateral membawa sensasi nyeri ke otak
Sensitivitas reseptor nyeri
ansietas
Prognosis penyakit
G3 Eliminasi urine
Resiko ker. Integritas kulit
Resiko intoleransi aktivitas
Mobilisasi fisik ber<
Tirah baring lama
Timbul lesi di bag. Kulit
dekubitus
Deficit sensorik kauda ekuina
G3 kontrol sfingter uretra
Inkontinensia urine
lumpuh
Defisit sensorik & motoric
Deficit sensoris tungkai
Iskemia radiks spinalis
Respon dr luar tdk diterima, respond dr dlm tidak mnjawab
Kauda ekuina terkompresi
Iskemia kauda ekuina
Kompresi diskus & akar saraf MS
SPONDILOSIS
Pertambahan usia
Perub. Degenerative tlh belkang
Annulus fibrosus kehilangan air
Kolaps nucleus
Klasifikasi
Terbentuknya osteofit
Penyempitan rongga invertebra
Osteofit mnekan medulla spinalis
Sendi mudah trauma
Kebiasaan slh dlm mlkkan grakan
Sendi tdk bnyk dilatih
klasifikasi
Gaya hidup tidak ergonomis